Web viewCerita berdiri sekolah tersebut pada mulanya adalah begini; ... Minggu kedua bulan September...
Transcript of Web viewCerita berdiri sekolah tersebut pada mulanya adalah begini; ... Minggu kedua bulan September...
1
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
GAYA KEPEMIMPINAN H. AMRAN DAN PERKEMBANGAN SEKOLAH
YAYASAN BUDI DHARMAKOTA DUMAI
Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Universitas RiauDOSEN : PROF. DR. M. DIAH, Z, M. Ed.
MOHD. NASIRKelas C Kampus Dumai
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU2011
2
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Allah atas selesainya proposal
penelitian kualitatif ini. Semua itu berkat bimbingan dari dosen mata
kuliah Metodologi Penelitian, dalam hal ini Bapak Prof. Dr. H. M.
Diah, Z, M. Ed. Kepada beliau penulis sampaikan ucapan terima
kasih.
Proposal penelitian kuantitatif ini berjudul “GAYA
KEPEMIMPINAN H. AMRAN DAN PERKEMBANGAN SEKOLAH
YAYASAN BUDI DHARMA KOTA DUMAI.
Harapa penulis semoga proposal ini nantinya bisa dijadikan
tesis untuk penyelesaian tugas akhir Program Pascasasrja.. Tentu
sangat diperlukan bimbingan dari dosen pembimbing, karena penulis
amat menyadari bahwa proposal ini jauh dari yang diharapkan.
Penulis meminta kritik dan saran dari reka sesama mahasiswa
Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Riau. Semoga
dengan kritik dan saran itu akan dapat lebih menyempurnakan
proposal ini.
Atas bantuan semua pihak, sekali lagi penulis ucapkan terima
kasih.
Bengkalis, 28 Juli 2011
Penulis,
3
MOHD. NASIR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ABSTRAK……………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah...............................................................................
B. Tujuan Penelitian.....................................................................................
C. Pertanyaan Penelitian.............................................................................
D. Pembatasan Masalah..............................................................................
BAB II : PROSEDUR
A. Rancangan dan Metodologi Penelitian....................................................
1. Rancangan Penelitian ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,…
2. Metodologi Penelitian……………………………………………………
B. Prosedur Analisis Data............................................................................
C. Peranan si Peneliti…...............................................................................
D. Metode Validasi da isu Etika………………………………………………..
BAB III : TEMUAN STUDI AWAL
A. Temuan Studi Awal.................................................................................
B. Hasil yang iharapkan…............................................................................
C. Jadwal tentatif………………………………………………………………
D. Budjet …………………………………………………………………………
E. Outline………………………………………………………………………….
2
3
4
6
15
15
16
17
17
17
18
19
19
20
24
24
25
26
ABSTRAK
4
Penelitian ini berjudul “GAYA KEPEMIMPINAN H. AMRAN DAN
PERKEMBANGAN SEKOLAH YAYASAN BUDI DHARMA KOTA DUMAI.
Dalam penelitian ini akan dipaparkan bagaimana gaya kepemimpinan ketua
Yayasan Budi Dharma dan sejarah berdirinya tersebut. Yayasan Budi
Dharma adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan di
kecamatan Dumai Timur, kota Dumai.
Yayasan yang didirikan pada tahun 1988 oleh H. Amran tersebut,
pada tahun pertama berdiri hanya menerima 1 kelas siswa SMP. Kemudian
tahun kedua sudah meningkat lebih seratus persen. Pada tahun ketiga
meningkat tiga kali lipat, yaitu 9 kelas. Hingga tahun 2011, siswa SMP dan
SMA yayasan tersebut hampir mencapai 2000 orang.
Sekolah Yayasan Budi Dharma tampaknya termasuk sekolah swasta
yang tetap eksis di tengah-tengah isu sekolah gratis yang didengung-
dengungkan pemerintah. Sekolah tersebut Nampak semakin maju.
Penampilan fisiknya cukup menawan. Bahkan sekolah tersebut berusaha
tamp[il beda dari sekolah-sekolah yang ada.
Bertahan semakin baiknya sekolah tersebut tentu tidak terlepas dari
kepemimpinan Yayasan Budi Dharma, yaitu Bapak H. Amran. Beliau
meskipun bukan berlatar belakang guru, tetapi memilki komitmen dan
perhatian yang tinggi terhadap pendidikan. Dalam usia pensiun beliau saat
ini, perhatiannya terhadap sekolahnya semakin terfokus. Hari-hari beliau
hampir berada di sekolah. Sebagai pemimpin yayasan, beliau tidak berikap
5
seorang direktur atau manejer. Malah pohon-pohon pelindung dan bunga-
bunga yang tumbuh di pekarangan sekolah beliau tanam dan rawat sendiri.
Sekolah milik Yayasan Budi Dharma sampai tahun 2011 masih tetap
eksis di tengah arus isu sekolah gratis yang dipidato-pidatokan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Beberapa sekolah swasta lain
mendapat pengaruh kurang baik akibat isu sekolah gratis tersebut. Orang
mulai enggan untuk masuk sekolah-sekolah swasta karena harus
mengeluarkan biaya untuk uang sekolah. Sedangkan di sekolah-sekolah
negeri uang sekolah tersebut umumnya sudah dihapuskan, atau yang
disebut dengan istilah sekolah gratis, meskipun nyatanya tidak semua biaya
pendidikan tersebut mampu ditanggung oleh pemerintah.
Bagaiaman keadaan SMP dan SMA milik Yayasan Budi Dharma
dalam menghadapi isu sekolah gratis tersebut, apa trik-trik yang
dilakukannya? Inilah yang akan mengisi penelitian kualitatif ini.
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Isu sekolah gratis yang disiarkan di media cetak dan yang dipidato-
pidatokan oleh pejabat-pejabat daerah nampak jadi pukulan berat terhadap
sejumlah sekolah swasta, khususnya sekolah-sekolah swasta di Riau,
termasuk sekolah swasta yang ada di kota Dumai. Secara perlahan tapi
pasti banyak orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke sekolah
swasta dan memilih sekolah negeri. Sekolah swasta dijadikan pilihan
terakhir setelah sekolah-sekolah negeri kelebihan daya tampung.
Beralihnya perhatian orang terhadap dari sekolah swasta ke sekolah
negeri umumnya disebabkan faktor biaya. Hal ini mulai muncul sejak
diberlakukannya otonomi daerah. Daerah-daerah yang memiliki APBD yang
cukup berpacu untuk menggratiskan biaya sekolah. Hal itu mulai
dicanangkan oleh calon-calon kepala daerah pada saat-saat kampanye.
Mereka membuat kontrak politik dengan masyarakat apabila terpilih
menjadi kepala daerah.
Janji-janji yang diucapkan calon-calon kepala daerah tersebut
memang mampu menarik simpati pemilihnya, dan memang pada akhirnya
setelah terpilih hal tersebut dibuktikannya.
Masyarakat umum semakin terbantu senjak Pemerintah Pemerintah
Pusat menyalurkannya dana BOS (bantuan operasional sekolah) untuk
SD/MI dan SMP/Mts. Akan tetapi diberi persyratan bagi sekolah penerima
7
dana tersebut diwajibkan membebaskan siswa dari biaya sekolah. Maka
bertambah lengkaplah ancaman bagi sekolah swasta. Sekolah-sekolah
swasta semakin ditinggalkan orang.
Bila kita perhatikan di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahuin 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Bab XIII pasal 46 ayat 1
dikatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pasal ini sudah sangat
jelas sekali menyatakan bahwa undang-undang sudah menentukan bahwa
pendanaan pendidikan bukan semata tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah. Masyrakat dalam hal ini orang tua siswa juga ikut
menanggung biaya tersebut. Akan tetapi apa yang terjadi saat ini?
Sebahagian besar dari masyarakat benar-benar mencari sekolah yang
gratis tersebut.
Sekolah swasta tentulah tidak mampu menggratiskan biaya sekolah
oleh karena sekolah tersebut hidup dari biaya yang disumbangkan oleh
orang tua siswa. Dari dana tersebutlah pihak sekolah dapat membayar gaji
guru dan tenaga kependidikannya. Dari dana sumbangan orag tua itu
jugalah biaya operasional sekolah. Bahkan untuk membangun fisk sekolah
pun memang diharapkan dari sumbangan orang tua siswa.
Memang beberapa sekolah yang tergolong maju tidak tergoyahkan
oleh isu sekolah gratis yang disampaikan oleh pemerintah. Akan tetapi
siswa-siswa yang masuk ke sekolah-sekolah tersebut umumnya berasal
dari keluarga mampu. Bagi orang tua yang berasal dari ekonomi menengah
8
ke bawah mereka akan berpikir panjang untuk memasukkan anaknya ke
sekolah swasta. Pilihan utama mereka adalah sekolah negeri, karena di
sekolah negeri tersebut biaya sekolahnya gratis, meskipun yang digratiskan
itu hanya uang sekolah saja.
Yayasan Budi Dharma yang berada di kecamatan Dumai Timur kota
Dumai sebuah yayasan bidang pendidikan yang termasuk eksis di tengah
isu sekolah gratis. Yayasan yang idirikan pada tahun 1988 tersebut
memiliki SMP dan SMA. Sampai tahun 2011 masih mampu bertahan.
Jumlah siswa SMP dan SMA hampir mencapai 2000 orang. Setiap tahun
yayasan tersebut tidak kekurangan daya tampung. Padahal beberapa
sekolah swasta yang ada di kota Dumai jumlah siswanya semakin tahun
semakin kekurangan.
Berkurangnya jumlah siswa yang masuk di sekolah swasta adalah
sebuah malapetaka besar bagi sekolah swasta tersebut. Tinggkat
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan di sekolah swasta itu akan
berkurang. Hal ini dialami oleh semua sekolah swasta. Sebagai contoh
SMP YKPP Dumai. Jumlah siswa sekolah swasta tersebut saat ini hanya
405. Oleh karena jumlah siswa SMP tersebut sangat terbatas, maka saat ini
kesejahteran guru dan tenaga kependidikan di sekolah itu menurut
pengakuan Jasman, S. Pd., Kepala SMP YKKP Dumai, adalah di bawah
UMR (upah minimum regional).
Di tengah arus politik kekuasan yang merambah ke dunia pendidikan,
keberdayaan sekolah-sekolah swasta kian melemah. Fokus perhatian
9
utama pemerintah, dan pemerintah daerah pada sekolah swasta tidak
sama seperti terhadap sekolah negeri. Meski sebagian sekolah swasta ada
juga yang mendapat bantuan hibah berupa sarana dan prasarana, dan ada
juga yang memperoleh dana segar. Tapi tidaklah semua sekolah swasta
yang mendapat bantuan mulus sesuai dengan harapan mereka. Untuk bisa
tampil lebih sempurna pihak pemilik yayasan harus berusaha ekstra keras
agar semua kebutuhan dapat terpenuhi. Mereka harus mencari modal agar
sekolah-sekolah tersebut bisa muncul seimbang dengan sekolah negeri.
Memang pada tahap awal pendirian sekolah swasta, pihak pemilik
mungkin tidak pernah berkhayal untuk memperoleh kucuran bantuan dari
pihak pemerintah. Dari awal mereka juga sudah menyadarinya bahwa
semua beban biaya akan ditanggung. Namun berbagai kebijakan
pemerintah dan pemerintah daerah adakalanya membuat posisi mereka
melemah. Hal ini juga dirasakan oleh Yayasan Budi Dharma.
Berdasarkan pengakuan H. Amran Ketua Yayasan Budi Dharma dan
sekaligus pemilik Yayasan tersebut, perlakuan pemerintah daerah terhadap
sekolah-sekolah swasta di kota Dumai mungkin tidak jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah swasta di daerah lain di republik ini. Beliau mengatakan
bahwa kos sekolah swasta yayasan beliau jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan sekolah negeri yang ada di kota Dumai. Sebagai
contoh, lelaki pensiunan PNS itu mengatakan bahwa pada awal tahun
pelajaran baru 2011 ini, untuk siswa SMA yang masuk hanya dipungut
biaya sebesar Rp. 1.700.000,. Dana sebesar itu adalah dana untuk lima
10
pasang pakaian seragam dan dua bulan uang sekolah. Menurut
perhitungan beliau dana yang dipungut pada awal tahun pelajaran SMA
negeri yang ada di kota Dumai jauh lebih besar daripada yang mereka
pungut.
Menurut pengakuan H. Amran juga, beberapa SMA di kota Dumai
memungut dana untuk siswa baru sebesar Rp.2.700.000,- Dana tersebut
tidak ada di dalamnya dana untuk uang sekolah. Bahkan dari sekian
banyak siswa baru yang mendaftar tidak sedikit pula orang tua siswa yang
datang kepadanya untuk meminta keringanan. Dengan rasa berat hati,
permintaan-permintaan tersebut dilayaninya, karena yang datang adalah
kenalan-kenalannya yang hampir setiap hari bertemu di pasar atau di
tempat lain.
H. Amran juga mengaku bahwa untuk menjadikan sekolah-
sekolahnya bisa eksis dan tampil cantik luar dalam, beliau harus mencari
dana lain. Tidak bisa mengharapkan dana sumbangan dari orang tua
siswa. Apalagi kata beliau, siwa yang masuk ke sekolah-sekolah Yayasan
Budi Dharma umumnya adalah orang-orang dari etnis Melayu, yang
ekonomi kehidupannya tergolong di bawah garus kemiskinan.
Oleh karena banyaknya siswa yang masuk di sekolahnya dari etnis
Melayu, kata beliau untuk sekolah-sekolah yang ada di Dumai mungkin di
sekolah Yayasan Budi Dharma saja yang bisa didengar penggunaan
bahasa Melayu di sekolah. Di sekolah-sekolah lain mungkin tidak terdengar
penggunaan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan di sekolah tersebut
11
siswanya berasal dari campuran bermacam etnis., atau kumpulan dari etnis
yang bukan etnis Melayu.
Bagi H. Amran, tidak mempersoalkan etnis mana yang masuk ke
sekolahnya, demikian juga ke sekolah negeri yang ada di kota Dumai.
Namun yang membuat beliau agak kesal adalah di sekolah swasta miliknya
itu umumnya diminati oleh siswa yang tidak bisa masuk di sekolah negeri,
yang umumnya berasal dari etnis Melayu. Akan tetapi beiau juga merasa
bangga karena dengan banyaknya siswa dari etnis Melayu yang masuk di
sekolahnya berarti dia dapat memberika bantuan kepada orangorang dari
etnis Melayu ayang ada di kota Dumai. Beliau berharap semoga ha
tersebut bisa menjadi amal salehnya.
Bila ditelusuri sejarah perkembangan sekolah-sekolah Yayasan Budi
Dharma dari awal sampai saat ini mungkin orang tidak akan percaya.
Sekolah yang didirikan pada tahun 1988 itu pada mulanya hanya dua kelas.
Gedungnya sangat sederhana dan berada di areal rawa-rawa. Menurut
pengakuan H. Amran, ide pendirian sekolah tersebut datang dari H. Fadlah
Sulaiman, waktu itu H. Fadlah Sulaiman adalah walikota administratif
Dumai.
Cerita berdiri sekolah tersebut pada mulanya adalah begini; suatu
hari H. Amran dipanggil oleh walikota ke ruang kerjanya. Beliau tidak tahun
apa tujuan beliau dipanggil saat itu. Dalam pikiran beliau sedikit pun tidak
terlintas akan ada muncul anjuran walikota pada beliau untuk mendirikan
sekolah. Menurut dugaan H. Amran pemanggilan tersebut adalah
12
membiacarakan persoalan-persoalan kedinasan. Akan tetapi ternyata tidak.
Dalam pertemuan singkat tersebut sang walikota langsung meminta beliau
untuk mendirika sekolah. Alasan walokota karena saat itu jumlah sekolah
yang ada di kota Dumai tidak seimbang dengan jumlah siswa yang masuk
sekolah.
Memang pada tahun1988 jumlah sekolah negeri untuk tingkat SMP
dan SMA sangat terbatas tidak seimbang. Hal ini disebabkan kota Dumai
termasuk kota industri. Banyak orang-orang dari daerah lain yang pindah
ke kota tersebut. Kepindahan itu disebabkan karena mereka berkerja di
perusahaan-perusahaan yang ada di kota Dumai. Sebagian yang lain
pindah karena membuka usaha, seperti berdagang dan usaha lainnya.
Sebenarnya untuk menampung jumlah siswa yang masuk ke sekolah
negeri sudah dilakukan usulan-usulan untuk pendirian sekolah negeri yang
baru. Akan tetapi ketika itu tidak mudah untuk mendapatkannya dalam
waktu singkat. Perlu perjuangan keras dan membutuhkan waktu cukup
lama. Pada semakin tahun jumlah siswa SMP dan SMP yang masuk terus
bertambah. Atas dasar itulah walikota meminta agar H. Amran mau
mendirikan sekolah swasta.
H. Fadlah Sulaiman meminta H. Amran untuk mendirikan sekolah
punya alasan. Kebetulan beliau tahu bahwa H. Amran memilki lahan yang
letaknya di pusat kota Dumai. Tanpa berpikir lama, akhirnya permintaan
walikota itu diiyakan oleh H. Amran ketika itu juga, meskipun sebenarnya
beliau tidak tahu dari mana dana untuk mendirikan sekolah tersebut. Beliau
13
juga tidak tahu dari mana pula dana untuk membayar gaji guru-guru yang
mengajar di sekolah itu nanti.
Akan tetapi dengan tekad yang bulat, semua bayangan-bayangan
ketidakpastian itu ditepisnya. Tidak beberapa bulan setelah pertemuan
dengan walikota tersebut, beliau mulai membangun sekolah di atas tanah
rawa-rawa tersebut. Kondisi lahan sekolah memang sangat
memperihatinkan. Hari-hari di sekeliling sekolah di genangi air. Bila hujan
turun, keadaannya bertambah parah. Siswa dan guru untuk menuju ke
ruang kelas harus membuka sepatunya dan meniti beluti-beluti yang dibuat
sebagai jembatan untuk menuju ruang belajar.
Akan tetapi kondisi yang diceritakan tadi sudah berubah total.
Halaman dan pekarangan sekolah sudah tertata rapi dan cukup menawan.
Siapa saja yang masuk ke pekarangan sekolah akan terasa nyaman dan
teduh. Orang tidak akan melihat lagi rawa-rawa di sekeling sekolah. Tidak
ada lagi genangan air di halaman sekolah kecuali jika terjadi hujan lebat.
Keindahan sekolah di bawah Yayasan Budi Dharma bukan saja
terlihat pada halaman sekolah saja. Ruang-ruang dan gedung-gedungnya
cukup tertata indah. Bukan hanya indah, akan tetapi fasilitas yang dimilki
sekolah pun tidak kalah bila dibandingkan dengan sekolah negeri yang ada
di kota Dumai. Perpustakaannya sudah dilengkapi denga komputer yang
memilki jaringan internet. Sekolh tersebut juga sudah memiliki ruang IT
(ilmu dan teknologi) yang dilengkapi AC.
14
Semakin berkembang dan majunya sekolah-sekolah Yayasan Budi
Dharma adalah berkat usaha dan kepiyawan pendiri dan sekaligus
pemiliknya. Belian memang memiliki gaya kepemimpinan tersendiri
sehingga sekolah-sekolah tersebut bisa seperti yang terlihat sekarang ini.
H, Amran yang dilahirkan di Bengkalis 62 tahun yang lalu
sesungguhnya pernah menjadi guru selama sepuluh tahun, sebelum mutasi
sebagai staf di pemerintah kota administratif Dumai, ketika itu. Menurut
pengakuannya, dia pernah mengajar di sebuah sekolah di kota Dumai lebih
kurang sepuluh tahun. Barangkali berkat basic dan pengalamannya
sebagai guru itu jugalah maka beliau memiliki keberanian dalam
mendirikan sekolah. Bukan itu saja, beliau juga mengerti serba sedikit
bagaimana cara mengelola sekolah. Bagaimana caranya agar staf dalam
hal ini guru mau melaksanakan tugasnya dengan baik dan memilki
kesadaran yang tinggi. Karena menurut beliau menghadapi guru tidak
sama dengan menghadapi karyawan-karyawan lain. Harus tahu dan pandai
memberikan sentuhan-sentuhan. Beliau juga tahu bagaimana membina
guru dan staf lainnya agar tetap tidak tersinggung bila dberikan teguran.
Beliau juga cukup mengerti bagaimana menata agar sekolah terlihat indah
dan nyaman bagi siapa saja yang berada di sekolah tersebut. H. Amran
sesungguhnya memiliki naluri ganda dalam mengelola yayasan, yaitu naluri
bisnis dan naluri pendidikan. Kedua naluri itu menyatu dan mampu
menjadika sekolah Budi Dharma semakin maju dan berkembang.
15
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gaya kepemimpinan ketua Yayasan Budi Dharma dan sejarah berdirinya
sekolah tersebut, serta bagaimana proses yang dilakukan Yayasan Budi
Dharma dalam mengelola pendidikan sehingga yayasan tersebut bisa
bertahan sampai tahun 2011.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan pernyataan masalah yang sudah dikemukakan
maka pertanyan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kodisi sekolah-sekolah swasta di kota Dumai setelah
munculnya isu sekolah gratis?
b. Bagaimana sejarah berdirinya sekolah Yayasan Budi Dharma kota
Dumai
c. Bagaimana riwayat hidup pemimpin Yayasan Budi Dharma kota
Dumai?
d. Bagaimana cara-cara yang dilakukan Pimpinan Yayasan Budi
Dharma kota Dumai sehingga sekolah-sekolah di bawah
naungannya tetap eksis sampai saat ini?
e. Bagaimana gaya kepemiminan Ketua Yayasan Budi Dharma kota
Dumai dalam mengelola sekolah di bawah yayasannnya?
f. Bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh ketua
Yayasan Budi Dharma kota Dumai terhadap guru dan
karyawannya?
16
D. Pembatasan Masalah
Sungguh banyak permasalah yang perlu dipaparkan dalam penelitian
kuantitatif inii. Akan tetapi disebabkan keterbatasan waktu dan biaya, maka
penulis membuat pembatasan masalah yang akan diteliti pada gaya
kepemimpinan ketua Yayasan Budi Dharma dalam mengembangkan
pendidikan di Dumai Timur kota Dumai serta sejarah berdirinya sekolah
Yayasan Budi Dharma.
17
BAB II
PROSEDUR
A. Rancangan dan Metodologi kualitatif
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang sebanyak 4 bab dengan rincian sebagai
berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Sejarah berdirinya Yayasan Budi Dharma
Bab 3 Biografi Ketua Yayasan Budi Dharma
Bab 4 Gaya Kepemimpinan Ketua Yayasan Budi Dharma
2. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan untuk mendapatka data penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Wawancana langsung kepada partisipan
b. Pengamatan da observasi lapangan
c. Kajian dokumen
d. Kajian Pustaka
3. Situs Penelitian Sampling Purposif
Situs penelitian adalah sekolah SMP dan SMA Yayasan Budi
Dharma Dumai Timur kota Dumai. Sedangkan sampling purposifnya
ketua Yayasan Budi Dharma (H. Amran), Kepala SMP Yayasan Budi
18
Dharma, Kepala SMA Budi Dharma, dan beberapa orang guru dan
karyawan SMP dan SMA Budi Dharma.
B. Prosedur Analisis Data
Prosedur Analisi Data yang akan dilkukan pada penelitia kualitatif
ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terlebih dahulu
diberi kode sesuai dengan topik bab dari penelitian ini. Hasil
wawancara yang berhubungan dengan bab 1 diberi kode 1,
wawancara yang berkaitan dengan bab 2 diberi kode, dan
setersnya.
2. Data yang berhubunga dengan pengamatan lapangan juga
diberi kode sesuai dengan topik setiap bab. Yang berkaitan
dengan topik bab 1 diberi kode 1, yang berkiatan dengan topik
bab 2 diberi kode 2, da seterusnya.
3. Data hasil yang diperoleh dari dokumen juga diberi kode
sesuai dengan topik yang bab penelitian. Yang berhubungan
dengan topik bab 1 diberi kode 1, yang berhubungan dengan
bab 2 diberi kode 2, dan seterusnya.
4. Data yang didapat dari telah pustaka juga diberi kode sesuai
dengan topik bab. Yang ada kaitannya dengan bab 1 diberi
kode 1, yang berkaitan dengan bab 2 diberi kode 2, dan
seterusnya.
19
C. Peranan si Peneliti
Dalam penelitian kualitatif ini si peneliti berperan sebagai
penggali informasi dan tidak termasuk di dalam topik atau masalah yang
akan diteliti. Peneliti hanya mencari informasi, kemudian mengumpulkan
informasi, dan selanjutnya menganalisis informasi, dan terakhir membuat
laporan penelitian.
D. Metode Validasi dan Isu Etika
Metode validasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mengkonfirmaskan kembali kepada partisipan terhadap semua
informasi yang sudah diperoleh. Jika terdapat kejanggalan atau
kesalahan akan diperbaikan sesuai dengan hasil validasi dari partisipan.
20
BAB III
TEMUAN STUDI AWAL
A. Temua Studi Awal
Sekolah SMP dan SMA milik Yayasan Budi Dharma tidak dekelola
langsung oleh pemiliknya, yakni H. Amran. Dua sekolah tersebut
dipimpimpin oleh kepala sekolah masing-masing. SMP dipimpin oleh Oktal,
BA, sedangkan SMA dipimpin oleh Drs. Ridwan. Meskipun pemiliknya
adalah putra Melayu, namun guru-guru dan karyawan-karyawan tata usaha
sekolah berasal dari berbagai suku. Sebagai contoh kepala SMP bukan
putra Melayu tetapi putra Minangkabau.
Bagi H. Amran tidak mempermasalahkan dari suku mana kepala
sekolah, karyawan tata usaha sekolah-sekolah miliki Yayasan itu. Yang
penting mereka memilki komitmen yang tinggi terhadap sekolah. Kepada
kepala sekolah beliau benar-benar berharap mengontrol guru-guru yang
masuk pada awal kegiatan pembelajaran. Beliau tidak mau ada siswa atau
kelas kosong karena ketiadakhadiran guru atau keterlambatan guru.
Dalam menguji komitmen kepala sekolahnya, H. Amran memiliki
cara tersendiri, Bila kepala sekolah tersebut memiliki komitmen palsu sudah
pasti akan terkecoh dengan trik-trik yang dilakukan oleh lelaki bertubuh
jangkung itu. Hal ini diakui oleh Oktal, BA., kepala SMP Budi Dharma. Oktal
sering diajak oleh H. Amran keluar kota untuk pergi berjalan-jalan pada saat
sekolah belum masa liburan. Akan tetapi, Oktal tahu ajak tersebut adalah
salah satu cara H. Amran untuk menguji komitmen kepala sekolah. Bila
21
sang kepala sekolah mengikuti ajakan tersebut dan meninggalkan sekolah,
ini berarti kepala sekolah tersebut lebih suka berjalan-jalan daripada
memantau jalannya kegiatan-kegiatan di sekolah.
Dalam mengajak kepala sekolah keluar kota H. Amran memang
bersikap sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar basa-basi saja. Hal
seperti itu dilakukannya setiap kali beliau akan berkunjung ke suatu daerah.
Akan tetapi, Oktal juga cukup pintar dalam membaca cara yang dibuat oleh
H. Amran. Bagaimana pun kuatnya H. Amran mengajaknya, tidak pernah
diiyakannya kecuali jika ajakan itu karena ada urusan penting tentang
sekolah dan yayasan atau karena ada ada musibah keluarga.
Barangkali karena Oktal cukup cerdas membaca pikiran H. Amran
dan juga karena beliau memang punya komitmen tinggi terhadap kemajuan
sekolah, mungkin karena itu pula Oktal bertahan lama menjadi kepala SMP
Budi Dharma. Beliau sudah menjabat kepala SMP Budi Dharma sejak tahun
1992. Sampai tahun 2011 ini berarti Oktal sudah 19 tahun menjadi kepala
SMP Budi Dharma.
Hubungan antara H. Amran dan Oktal layaknya hubungan keluarga.
Mereka saling pengertian dan sama-sama bisa membaca pikiran masing-
masing. Mungkin itu juga sebabnya sampai hari ini mereka tampak harmonis
sekali. Oktal memperlakukan H. Amran seperti orang tuanya, sebaliknya H.
Amran memperlakukan Oktal seperti anaknya sendiri.
Hubungan baik yang dijalin oleh pemimpin yayasan dan kepala sekolah
mampu membuat sekolah itu terkelola dengan baik. Kepala sekolah
22
merasakan bahwa sekolah tersebut seperti miliknya sehingga dia
mempunyai perhatian penuh. Bukan hanya perhatian pasif tetapi adalah
perhatian aktif. Bila kita sampai di sekolah tersebut kita akan melihat
tampilan beda gedung sekolah tersebut bila kita bandingkan dengan
sekolah-sekolah lain. Hampir semua dinding luar gedung sudah dipasang
keramik setinggi dua meter. Hal ini sengaja dibuat demikian oleh H. Amran
agar dinding sekolah senantiasa bersih dan tidak bisa docoret-coret oleh ..
Kalau pun kotor disebabkan sesuatu, tapi mudah membersihnya,.
Pemilihan warna dan pemasangan keramik untuk dinding luar sekolah
tersebut adalah ide bersama antara kepala sekolah dan pemilik yayasan,
yaitu antara H. Amran dan Oktal. Pemilihan warna krem keramik dinding
sekolah itu adalah atas saran dari Oktal. Karena saran tersebut memang
bagus, H. Amran menerimanya.
H. Amran memang punya pemikiran-pemikiran yang cepat dalam
menanggapi situasi dan perkembangan pendidikan. Dalam mempersiapkan
akreditasi sekolah tahun 2011. Beliau telah memerintahkan kepada kepala
sekolah agar membentuk tim khusus yang akan menangani akreditasi.
Beliau juga menyarankan agar setiap butir instrument akreditasi betul-betul
dipelajari dan diterjemahkan dengan baik. Kemudian dokumen-dukumen
yang mendukung penilaian akreditasi supaya dikumpulkan dan
dikelompokkan menurut delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar
isi, standar kelulusan, standar proses, standar pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standra pengelolaan, standar
23
pembiayaan, dan standar penilaian. Malah bukan sekedar pengelompokan
berdasarkan delapan standar nasional pendidikan itu saja. Beliau juga
meminta supaya setiap poin untuk dokumen-dokumen delapan standar
diberi nomor sesuai dengan intrumen. Kegunaannya untuk memudahkan
asesor dalam memperoleh dokumen bila diperlukan untuk penilaian.
Persiapan SMP Budi Dharma dalam menghadapi akreditasi tahun
2011 sudah dipersiapkan setahun sebelum penilaian. H. Amran juga
meminta kepada Oktal agar benar-benar memberdayakan guru-guru dan
karyawan yang sudah ditunjuk untuk melengkapi dokumen-dokumen yang
diperlukan. Dia minta orang-orang yang bekerja diberi perhatian berupa
honor, meskipun jumlahnya mungkin kurang memmadai. Namun yang
penting bagi beliau, setiap orang yang membantu atau orang yang bekerja
ektra mestilah ada perhatian dari pihak sekolah atau yayasan.
Oleh karena persiapan dan cara yang mereka lakukan terencana
dan dikelola dengan baik, maka proses pelaksanaan akreditasi SMP Budi
Dharma tahun 2011 sangat lancar. Asesor dapat dengan mudah
memperoleh dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penilaian.
H. Amran berprinsip bahwa yang dikatakan administrasi adalah
kemudahan yang diberikan kepada orang. Jika sesuatu yang diperlukan itu
sulit didapat, maka itu bukanlah sebuah administrasi yang bagus. Makanya
beliau mengingatkan kepada kepala sekolah supaya menata dan membuat
semua administrasi sekolah dengan baik, tertata rapi, dan mudah diperoleh
kapan saja.
24
Memang menata administrasi tidak mudah, apalagi ingin administrasi
bisa didapat secara cepat dan mudah. Pengelolaannya harus tepat dan
dikerjakan oleh orang-orang yang profesional. H. Amran sangat paham
akan hal itu, karena beliau mamang semasa aktif sebagai pegawai negeri
sudah terbiasa mengelola administrasi di kantornya dengan baik. Di
kantornya, beliau dikenal seorang karyawan yang pandai menata arsip-
arsip.
B. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian kuantitatif ini adalah sebagai
berikut :
a. Diperolehnya sejarah berdirinya sekolah Yayasan Budi Dharma
dan perkembangannya samapai tahun 2011.
b. Diperolehnya informasi kemajuan-kemajuan sekolah Yayasan Budi
Dharma
c. Diperolehnya informasi gambaran gaya kepemimpinan Yayasan
Budi Dharma dalam mengelola Yayasan Budi Dharma
C. Jadwal Tentatif
Jadwal Tentatif Rencana Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Minggu pertama Juli 2011 observasi awal untuk menyusun
proposal penelitian
2) Minggu kedua Juli 2011 penyusunan proposal penelitian
25
3) Minggu pertama bulan September 2011 penyusunan instrumen
wawancara.
4) Minggu kedua bulan September sampai minggu terakhir bulan
Oktober 2011 wawancara dan pengumpulan data penelitian,
5) Minggu pertama sampai minggu ketiga bulan November
pengkodean data penelitian
6) Minggu keempat bulan November sampai minggu keempat Bulan
Desember 2011 penulisan laporan sementara.
7) Minggu pertama bulan Januari 2011 validasi data kepada
patisipan.
8) Minggu kedua sampai minggu keempat bulan Januari 2011
finalisasi penulisan laporan penelitian.
D. Budjet
Budjet yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian kuantitatif ini
adalah sebagai berikut :
No Uraian Jumlah Dana (Rp)
1.
2.
3.
Biaya Kunjungan Awal
Biaya Penyusunan Prioposal
Biaya penyusuna instrument
1.000.000,-
500.000,-
300.000,-
26
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Biaya observasi lapangan
Biaya pengumplan data
Biaya Penulisan Awal laporan
Biaya valiadsi data
Biaya penulisan akhir laporan
Penggadaan laporan
5.000.000,-
500.000,-
500.000,-
1.000.000.-
500.000
1.500.000,-
TOTAL BIAYA 10.800.000,-
E. Outline
Out Line penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi Awal dan pertemuan dengan partisipan
2. Penyusunan instrumen
3. Wawancara dan observasi untuk pengumpulan data
4. Pengkodean data
5. Penulisan laporan
6. Validas data kepada partisipan
7. Finalisasi laporan penelitian