HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

download HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

of 30

Transcript of HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    1/30

    www.rajaebookgratis.com

    Harun Nasution dan Nurcholish Madjid Selewengkan Tauhid

    Dijajakan Lewat IAIN se-Indonesia

    Oleh Hartono Ahmad Jaiz

    A. Pendahuluan

    Kalau Dr Nurcholish Madjid menyebarkan pendapat orang sesat bahwaIblis kelak masuk surga, maka Dr Harun Nasution (pengubah kurikulum IAIN se-Indonesia dari Ahlus Sunnah ke Mutazilah tahun sejak 1975-an) mengajarkanpendapatnya yang sesat pula, bahwa Bunda Theresia yang Nasrani itu punmasuk surga. Ini berarti, yang satu misi iblisi, yang satunya misi kristiani, kedua-duanya menggarap IAIN seluruh Indonesia. Betapa bahayanya.

    Seorang dosen IAIN Medan, Ikbal Irham, yang mengaku murid HarunNasution, memprotes keras, bahkan mengemukakan kekecewaannya atasuraian saya (Hartono Ahmad Jaiz) yang dia anggap mengecam Harun Nasutiondan Nurcholish Madjid dalam seminar di Masjid IAIN Medan, Sabtu 11 Maret2006M (10 Shafar 1427 H).

    Pada sessi pertama, Ikbal Irham juga berupaya membela NurcholishMadjid di hadapan Dr Masri Sitanggang. Karena, Dr Masri Sitanggangmenegaskan bahwa Nurcholish Madjid tidak mampu mempertahankanpendapatnya tentang Islam bukan nama agama, ketika dibantah oleh Masridalam seminar di Medan, 27 Juli 1993.

    Saat itu, Masri membantah Nurcholish Madjid dengan makalah berjudulKajian Kritis terhadap Makalah Nurcholish Madjid Berjudul Beberapa Renungantentang Kehidupan Keagamaan untuk Generasi Mendatang.

    Isi makalah Nurcholish itu menyebarkan faham relativisme, Islam bukannama agama, tetapi hanya merupakan sikap menyerahkan diri. NamunNurcholish Madjid walau sudah memakai alat model taqiyah (menyembunyikanfaham/keyakinan yang asli untuk cari selamat), tetap tak mampumempertahankan faham relativismenya, hingga segera minta pulang.

    Anehnya, ketika Nurcholish Madjid ditanya Jurnal Ulumul Quran

    pimpinan Dawam Rahardjo pembela Nurcholish Madjid seputar kenapa CakNur tidak bisa mempertahankan pendapatnya, ketika itu Nurcholish menjawab,karena dirinya tak diberi tahu materi yang akan dibicarakan. Kalau itu benar,menurut Masri, berarti satu kebodohan, kenapa datang jauh-jauh tetapi tidaktahu mau bicara tentang apa. Saat itu yang jadi moderator MS Kaban (sekarangMenteri Kehutanan RI), Sofyan Siregar (kini di Islamic Center Belanda), danAsmara Thaib. Kini, Jurnal Ulumul Quran maupun Nurcholish Madjid kedua-duanya sudah mati.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    2/30

    www.rajaebookgratis.com

    Terjengkangnya Nurcholish Madjid dalam seminar 1993 itu diberitakanpula di Majalah Media Dakwah, maka Jurnal Ulumul Quran yang (ketika masihhidup) jadi lawan polemik pun menanyakan kepada Nurcholish Madjid. Namun

    jawaban Nurcholish justru menunjukkan kebodohannya, menurut penilaianMasri.

    Dalam seminar di IAIN Medan kali ini (11 maret 2006), Masri tidakberhadapan dengan Nurcholish Madjid (karena sudah meninggal). Masriberdampingan dengan Dr Ramli Abdul Wahid, yang mengemukakan bahwabukan 30 tahun orientalisme dan liberalisme bercokol di IAIN tetapi sudah 35tahun bila dihitung sejak Nurcholish Madjid melontarkan sekularisasinya tahun1970-an.

    Seminar ini bertajuk 30 Tahun Orientalisme dan Islam Liberal di IAIN,Benarkah? Telaah Kritis Pemikiran Harun Nasution dan Nurcholish Madjid.Seminar ini diselenggarakan oleh LDK (Lembaga Dakwah Kampus) IAIN Medan,

    Fakultas Dakwah IAIN Medan, DDII Medan, FPI, dan IKADI. Pembicaranya limaorang, yaitu: DR Ramli Abdul Wahid (Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Medan),Dr Masri Sitanggang (DDII Medan), Dr Azhari Akmal Tarigan (Dosen IAIN Medandisebut sebagai mewakili pemikiran liberal), Dr Ilhamudin (Dekan FakultasDakwah IAIN Medan), dan Hartono Ahmad Jaiz dari LPPI (Lembaga Penelitiandan Pengkajian Islam) Jakarta.

    B. Upaya mengebiri IAIN dari pendidikan Islami

    Saya uraikan tentang upaya-upaya Harun Nasution dan Nurcholish Madjiddalam mengubah kurikulum IAIN se-Indonesia dari Ahlus Sunnah ke Mutazilah

    lalu diisi muatan yang arahnya ke liberalisme dan bahkan pluralisme agama aliasmenyamakan semua agama; semuanya itu pada hakekatnya adalah menggantikaimanan Tauhid kepada kemusyrikan (menyamakan semua agama). Ini lebihdahsyat ketimbang pembunuhan fisik, karena kalau yang dibunuh itu fisiknya,sedang imannya masih tetap, maka insya Allah masuk surga. Sebaliknya, kalauyang dibunuh itu imannya, dari Tauhid diganti dengan pluralisme agama,menyamakan semua agama, walau badan masih sehat, tetapi nanti ketikanyawa dicabut dalam keadaan keimanannya sudah berganti dengankemusyrikan (pluralisme agama) maka masuk neraka. Itulah yang dalam al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 191 dan 217 disebut walfitnatu asyaddu minalQotl, dan walfitnatu akbaru minal qotl (tekanan terhadap keimanan itu lebihdahsyat daripada pembunuhan).

    Dalam melancarkan program-program pemurtadan umum ini, Harunnasution jauh-jauh hari telah membredel hafalan-hafalan ayat-ayat Al-Quran danhadits Nabi saw. Dengan dibredelnya hafalan itu, keuntungan bagi Harun,apabila dosen melontarkan pikiran yang aneh-aneh bahkan bertentangandengan Al-Quran dan hadits, mahasiswa tidak bisa membantahnya, karena tidakhafal ayat dan hadits. Lalu dibredel pula aqidah tauhid, diganti ilmu kalam

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    3/30

    www.rajaebookgratis.com

    bahkan filsafat, tasawuf dan sebagainya. Hingga Tauhidnya tak tegak lagi.Sedang pengajaran Al-quran dan Al-Hadits tidak diprioritaskan, dipinggirkan,diganti dengan yang tidak penting-penting.

    Tiga hal besar dalam pendidikan Islam telah dirombak, yaitu: hafalan ayat

    dan hadits, pendidikan dan penegakan tauhid, dan pengajaran Al-Quran danhadits secara intensif, telah dibredel. Ketika tiga hal pokok dalam pendidikanIslam ini dirombak, padahal keberhasilan Nabi saw dalam mendidik sahabatnyaadalah dengan 3 hal itu (lihat QS Al-Jumuah [62] ayat 2) tetapi Harun Nasutiondkk telah merombaknya, maka hancurlah pendidikan Islam di IAIN, dari tauhiddialihkan ke pluralisme agama, yakni kemusyrikan.

    C. Harun Nasution Selewengkan Tauhid

    Terhadap uraian saya itu, Ikbal Irham seorang dosen yang mengakumuridnya Harun Nasution mengemukakan kekecewaannya, lantaran saya dia

    anggap mengecam-ngecam Harun dan Nurcholish. Lalu dia kemukakan, HarunNasution mengajarkan dalam perkuliahan bahwa Bunda Theresia (Nasrani)kelak masuk surga. Dan itu ada ayatnya:

    Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlakulurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS Ali Imran/ 3: 113).

    Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruhkepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.

    (QS Ali Imran/ 3: 114).

    Ungkapan dosen itu saya jawab: Nah itulah buktinya. Karena pelajaranhafalan sudah dibredel, maka mahasiswa tidak hafal ayat, tidak hafal hadits,tidak tahu tafsir ayat, dan tak kenal asbabun nuzulnya. Maka ketika dikemukakanhal yang sebenarnya bertentangan dengan isi ayat dan hadits, mahasiswa hanyaikut saja, tidak bisa membantahnya. Padahal kalau tahu asbabun nuzulnya,bahwa ayat itu berkaitan dengan Raja Najasyi, maka pasti tahu bahwa Ahli Kitabdi situ adalah orang yang sudah masuk Islam. Sebagaimana orang yang berimandari kalangan Firaun masih disebut min ali Firaun, dari kalangan Firaun, tetapisudah beriman, keyakinannya tidak seperti Firaun.

    Di samping itu, kalau hafal hadits, maka akan menyanggah pernyataanHarun Nasution itu, karena ada hadits sohih riwayat Muslim, siapa saja yangsudah mendengar seruan Nabi Muhammad saw dan kemudian mati dalamkeadaan tak beriman kepadanya maka pasti termasuk penghuni-penghunineraka.

    Haditsnya:

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    4/30

    www.rajaebookgratis.com

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda:Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dariUmmat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupunNasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutusdengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka. (Hadits Riwayat Muslim bab

    Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa saw ilaa jamiiin naasi wa naskhul milalbimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita saw bagi seluruh manusiadan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).

    Dalam hal menyamakan semua agama, Nurcholis Madjid (dalammembantah ayat 85 surat Ali Imran yang menegaskan hanya Islamlah agamayang Allah terima, selainnya tidak akan diterima) mengibaratkan, agama-agamaitu bagai jari-jari roda pedati, sedang Tuhan ibarat pusat roda, jadi jari-jari itusama, semuanya menuju kepada pusat roda. (Tuhan diibaratkan as atau pusatroda, padahal as itu tanpa jari-jari akan copot. Memangnya Tuhan copot?).

    Nurcholish Madjid menulis: Sebagai sebuah pandangan keagamaan,pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arahyang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyakdibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandanganpluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakanekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda ituadalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial

    juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). SatuAgama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif samadalam level esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah Satu Tuhan Banyak Jalan

    Coba kita bandingkan dengan bantahan orang jahiliyah terhadap ayat yangmengharamkan bangkai.

    Ibnu Jarir mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata, turun ayat(yang artinya) Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidakdisebut nama Allah ketika menyembelihnya, orang Parsi mengirim utusan kekaum Kuraisy untuk membantah Muhammad, mereka berkata kepadanya, apayang kamu sembelih sendiri dengan tanganmu pakai pisau maka dia halal, tetapiapa yang Allah sembelih dengan pisau dari emas yakni bangkai maka dia haram.

    Lalu turun ayat ini, (yang artinya) Sesungguhnya syaitan itu membisikkankepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamumenuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yangmusyrik. (Al-Anaam: 121).

    Hadirin dalam seminar itu saya tanya, coba kita bandingkan: OrangJahiliyah membantah ayat dengan dalih, bangkai itu justru sembelihan Allah kokdiharamkan. Lalu Nurcholish Madjid membantah ayat dengan caramengibaratkan agama-agama itu jari-jari sedang Tuhan ibarat pusat roda. Lebih

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    5/30

    www.rajaebookgratis.com

    pintar mana, orang jahiliyah ataukah Nurcholish Madjid? tanya saya kepadahadirin yang kebanyakan mahasiswa dan masyarakat umum, di samping dosenIAIN Sumut.

    Lebih pintar orang jahiliyah..! seru hadirin.

    Padahal, kalau kita ikut, maka ditegaskan dalam Al-Quran, dan jika kamumenuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yangmusyrik. (Al-Anaam: 121).

    Itulah, kalau guru bangsanya saja seperti itu, lantas bangsanya seperti apa?

    Pembicaraan seperti inilah yang kemudian dianggap sebagai pengecaman.Tetapi saya jawab, bagaimana kita tidak tersinggung, kalau Tuhan kitadiibaratkan as roda saja roda kendaraan kuno? Sedang penyamaan agama itusangat menyesatkan, lalu di mana ghirah Islamiyah kita?

    Itulah penyelewengan Tauhid yang sangat nyata.

    Seminar di IAIN Sumut ini di antaranya menguak, Harun Nasution danNurcholish Madjid telah menyelewengkan Tauhid, lalu disebarkan lewat IAINseluruh Indonesia, dengan mengubah kurikulum sejak 1975-an, dari AhlusSunnah ke Mutazilah, lalu diisi dengan muatan yang mengarah kepadapluralisme agama, menyamakan semua agama. Itu artinya mengganti aqidahTauhid dengan kemusyrikan. Sementara itu Dr Azhar Akmal Tariganmengemukakan, sudah banyak buku yang mengkritisi Islam Liberal, namunbelum ada yang mengkritisi Hartono Ahmad Jaiz. Maka dia minta Dr Ramli Abdul

    Wahid yang rajin menulis, untuk menulis buku mengkritisi Hartono. Jawab PakRamli, Ya akan saya tulis, untuk mendukungnya, bukan mengkritisi.

    Di samping itu, Dr Ilhamuddin dari Fakultas Dakwah menyoroti Islam liberalsebagai faham yang tak berguna dalam dakwah, bahkan menambahi problem,maka selayaknya untuk dikubur saja.

    Selain Harun Nasution dan Nurcholish Madjid, menurut seorang dosen diluar seminar ini masih ada dosen pascasarjana di UIN Jakarta yang kalaumemberikan kuliah sangat bertentangan dengan Islam, dan tanpa rujukan, tetapiberalasan bahwa pembahasan ini sudah tingkat pasca sarjana. Sampai ada

    dosen tafsir yang dikenal menulis tafsir (hingga memperoleh hadiah dalam acaraIslamic Book Fair 2005 di Jakarta) dan ahli tafsir namun dikhabarkan dekatdengan Syiah, dia menyebarkan di perkuliahan pasca sarjana IAIN Jakartabahwa kisah ashabul kahfi dalam Al-Quran itu hanya legenda, bukan kejadiannyata. Ini sudah meniru-niru gaya Taha Husein tokoh sekuler Mesir yang menulisAs-Syirul Jahili, dengan menganggap walau Ibrahim dan Ismail ada dalam Al-Quran namun tidak bisa dibuktikan secara sejarah.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    6/30

    www.rajaebookgratis.com

    D. Masalah Ahli Kitab Yang Beriman

    Untuk menjelaskan sesatnya faham Harun Nasution mengenai ayat laisusawa perlu kita merujuk kepada penjelasan ulama, di antaranya penafsiranImam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Daqoiqut Tafsir juz 1 halaman 315-316. Kami

    susun dalam bentuk pemahaman yang diambil darinya (bukan terjemahan, tapipemaparan dengan melandaskan padanya) sebagai berikut.

    1. Orang yang beriman dari ahli kitab, maksudnya beriman kepada NabiMuhammad saw tetapi tidak bisa secara terang-terangan karena tidak dapathijrah ke Darul Islam, masih di Darul Harb, hingga hanya mampumelaksanakan apa yang dapat ia lakukan, dan gugur dari apa yang tidakdapat dilakukannya. Itu sebagaimana Raja Najasyi di Habasyah yang diaberiman kepada Nabi Muhammad saw, namun masih berada di lingkunganNasrani dan hanya dapat melaksanakan apa yang dia mampu, maka gugurdari apa yang dia tidak mampu. Maka masih disebut min ahlil kitab (dari

    kalangan ahli kitab) karena dalam kenyataan secara lahiriah masih digolongan dan tempat Nasrani. Berbeda dengan yang sudah jelasmelaksanakan Islam secara nyata, baik lahir maupun batin, dan berada dinegeri Darul Islam, bukan Darul Harb, maka walaupun tadinya dari ahlikitab, ataupun kafir ataupun musyrik, maka sudah tidak disebut darigolongan ahli kitab, atau kafir atau musyrik.

    2. Sebaliknya, orang-orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim diDarul Islam, bahkan secara lahiriyah juga melaksanakan Islam, tetapihatinya kafir, mengingkari Islam, maka secara lahir mereka disebut Islam.Tetapi orang ini adalah munafik. Jadi sebutannya muslim, namun

    hakekatnya kafir. Maka Abdullah bin Ubay bin Salul, walaupun dia berada diMadinah bersama Nabi Muhammad saw, menampakkan diri mengerjakanIslam, namun dia munafik, maka Allah melarang untuk menshalati

    jenazahnya, karena hakekatnya Abdullah bin Ubay itu kafir. Ini berbalikandengan Raja Najasyi. Dalam riwayat yang jelas, ternyata Raja Najasyiberiman kepada Nabi Muhammad saw, hanya saja adanya di negeriNasrani, maka ketika meninggal, kemudian Nabi Muhammad saw shalatghaib untuk Najasyi itu.

    Keadaan Najasyi itu sebagaimana pula orang mukmin yangmenyembunyikan keimanan di antara warga Firaun (Ali Firaun),sebagaimana pula istri Firaun, Asiyah, masih disebut Ali Firaun (WargaFiraun), karena belum berhijrah ke Darul Islam, walau batinnya sudahberiman. Dan melakukan keimanannya sebatas apa yang dia mampui,sedang yang tidak dimampui maka gugur kewajibannya.

    Itu bisa dirujuk pada firman Allah swt:

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    7/30

    www.rajaebookgratis.com

    Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlakulurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malamhari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS Ali Imran/ 3: 113).

    Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh

    kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegerakepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ali Imran/ 3: 114).

    Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepadaAllah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkankepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan merekatidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Merekamemperoleh pahala di sisi Tuhan-nya. Sesungguhnya Allah amat cepatperhitungan-Nya. (QS Ali Imran/ 3: 199).

    Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir`aunyang menyembunyikan imannya berkata: Apakah kamu akan membunuhseorang laki-laki karena dia menyatakan: Tuhanku ialah Allah, padahal diatelah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dariTuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung(dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian(bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui bataslagi pendusta. (QS Ghafir/40: 28).

    Dan Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang

    beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumahdi sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun danperbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (QS At-Tahrim/66 :11).

    Dalam Al-Quran, isteri termasuk keluarga, maka istri Nabi Luth asadalah keluarga Luth, hanya saja karena kafir maka termasuk orang-orangyang diadzab.

    Mereka menjawab: Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yangberdosa, kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami

    akan menyelamatkan mereka semuanya, kecuali isterinya, Kami telahmenentukan, bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yangtertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya). (QS Al-Hijr/ 15: 58.59, 60).

    Imam Ibnu Taimiyyah menjelaskan, di kalangan orang-orang yangmenampakkan dirinya sebagai Muslim ada yang munafik, yaitu batinnyakafir, baik (berideologi) Yahudi, musyrik, maupun membatalkan sifat-sifat

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    8/30

    www.rajaebookgratis.com

    Allah (muthil). Demikian pula (sebaliknya) dari kalangan orang Ahli Kitabdan Musyrikin, ada yang tampaknya seperti mereka tetapi dalam batinnyaberiman kepada Nabi Muhammad saw, berbuat dengan ilmunya sebataskemampuannya, dan gugur dari kewajiban mengenai apa yang dia tidakmampu mengerjakannya, Allah tidak membebani kecuali sekadar

    kemampuannya, sebagaimana Najasyi yang tidak mampu pindah ke negeriMuslim/ Darul Islam. (Imam Ibnu Taimiyyah, Daqoiqut Tafsir, juz 1, halaman315-316).

    3. Adapun sebelum datangnya Nabi Muhammad saw, makna Ahli Kitab yangmukmin itu adalah orang-orang yang beriman kepada nabinya sebelumagamanya diganti/dirubah dan dinasakh (dihapus oleh nabi yang baru).Umatnya Nabi Musa, maka yang mukmin yaitu yang mengikuti agama NabiMusa as, memegangi Taurat dengan konsisten/istiqomah. Ketika datangNabi Isa as maka mengikuti dan beriman pula kepada Nabi Isa as.Demikian pula umatnya Nabi Isa as, mengikuti dan beriman kepada Nabi

    Isa as, memegangi Injil dengan istiqomah sebelum adapenggantian/perubahan tangan-tangan orang, dan sebelum dinasakh(datangnya Nabi baru lagi, Nabi Muhammad saw). Ketika datang NabiMuhammad saw maka mengikuti dan mengimani Nabi Muhammad saw.Itulah yang disebut beriman, yang dijanjikan surga oleh Allah swt atasmereka.

    E. Umat Sebelum Nabi Muhammad SAW Ada Dua Macam

    Allah telah menjadikan mereka dua golongan, Segolongan orang-orangmukmin, dan segolongan lainnya fasiqin, dan itulah kebanyakan mereka. Allah

    Taala berfirman:

    Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kamiiringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami

    jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasihsayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidakmewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanyadengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orangyang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (QS Al-Hadid/ 57: 27).

    Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anakcucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinyasendiri dengan nyata. QS As-Shooffaat: 113).

    Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kamikepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    9/30

    www.rajaebookgratis.com

    bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnyadan bawang merahnya. Musa berkata: Maukah kamu mengambil sesuatu yangrendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pastikamu memperoleh apa yang kamu minta. Lalu ditimpakanlah kepada merekanista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu

    (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh paranabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (t erjadi) karena mereka selaluberbuat durhaka dan melampaui batas. (QS Al-Baqarah/ 2: 61).

    Orang-orang Yahudi disifati Oleh Allah sebagai orang yang selalumengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidakdibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka danmelampaui batas, itu adalah keadaan mereka sebelum datangnya NabiMuhammad saw. Lalu Allah menjelaskan, di antara mereka itu ada orang-orangyang beriman, (tidak seperti sifat yang umum itu tadi), maka keimanan merekapun diterima Allah swt. Sesungguhnya orang-orang mumin, orang-orang Yahudi,

    orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yangbenar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, merekaakan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadapmereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah/ 2: 62).

    Ayat ini mengenai para pengikut dari agama yang empat itu, yangberpegang teguh dengannya sebelum dinasakh (dihapus oleh agama barudengan datangnya nabi baru) dan tanpa penggantian/perubahan. Maka merekaberada pada agama yang haq/benar. Dan di antara orang-orang yang Kamiciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu(pula) mereka menjalankan keadilan. (QS Al-Araaf: 181). Dan Kami bagi-bagi

    mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orangyang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba merekadengan (ni`mat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar merekakembali (kepada kebenaran).

    Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisiTaurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: Kamiakan diberi ampun. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda duniasebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankahperjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akanmengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telahmempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baikbagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?

    Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) sertamendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidakmenyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. (QS Al-Araaf:168, 169, 170). Ayat-ayat itu adalah pensifatan dari Allah swt kepadaorang-orang sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. Adapun di antara mereka

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    10/30

    www.rajaebookgratis.com

    ada yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw lalu beriman kepadanya (masukIslam) maka dia akan diberi pahala dua kali. Demikian penjelasan Imam IbnuTaimiyyah dalam Kitab Daqoiqut Tafsir, jilid 1, halaman 318-319). Dalampenjelasan Imam Ibnu Taimiyyah itu, orang yang beriman dari kalangan AhliKitab itu ada dua macam. Pertama, orang yang sebelum Nabi Muhammad saw,

    mengikuti agama nabinya, sebelum ada penggantian/perubahan dan nasakh(penggantian oleh nabi yang baru). Kedua, orang ahli kitab yang beriman kepadaNabi Muhammad saw namun masih berada di kalangan Ahli Kitab karena tidakmampu berpindah ke kalangan Muslimin (Darul Islam). Dia mengerjakankewajiban Islam semampu yang dia kuasai, dan gugur mengenai yang dia takmampu.

    Kalau orang yang tadinya dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) lalu masukIslam dan secara terang-terangan secara total mengamalkan Islam dan beradadi kalangan muslimin, maka tidak disebut lagi min ahlil kitab (dari kalngan ahlikitab). Sebagaimana yang tadinya kafir atau musyrik, tak disebut lagi dari

    kalangan kafir atau musyrik. Jadi sama sekali bukan seperti yang diselewengkanHarun Nasution, yang memaknakan ayat laisu sawa itu dengan Ahli Kitab yangsekarang masih dalam agamanya, tidak mengikuti Nabi Muhammad saw. Itusudah jelas dalam hadits shohih riwayat Imam Muslim seperti tersebut di ataspasti termasuk penghuni-penghuni neraka. Kenapa Harun Nasution beranimengajarkan bahwa Bunda Theresia yang Nasrani itu masuk surga?

    Nabi Muhammad saw pembawa agama Islam, agama Tauhid, bersabdayang intinya siapa saja apakah yahudi atau Nasrani yang telah mendengarseruan Nabi saw lalu dia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepadaagama Nabi Muhammad saw, maka tidak ada lain kecuali termasuk penghuni-

    penghuni neraka. Sebaliknya, pembawa panji-panji pluralisme agama,penyeleweng Tauhid, Harun Nasution, mengajarkan, Bunda Theresia yang tetapdalam Nasrani akan masuk surga. Kalau Harun Nasution yang jelas-jelas bukanmengajarkan ajaran Nabi Muhammad saw tetapi justru dianut di IAIN bahkandialah pengubah kurikulum, maka IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesiaperlu ada dua pilihan.

    Pertama, tetap mengikuti kurikulum buatan Harun Nasution dengankonsekuensi mengubah IAIN dari Institut Agama Islam menjadi Institut agamaAnti Islam alias pemurtadan.

    Kedua, mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw dengan mengubah segala daki-daki dan kotoran yang dibuat Harun Nasution, Nurcholish madjid dan lainnyamenjadi mengikuti ajaran Rasulullah saw.

    Umat Islam yang konsisten dengan agamanya akan menunggu adanyaperubahan itu. Bila tidak, maka berarti pemurtadan umum akan tetapdilangsungkan, dan itu bahaya yang mendatangkan murka Allah swt.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    11/30

    www.rajaebookgratis.com

    Kerancuan Berpikir Harun tentang Hadits

    DR. Daud Rasyid, M.A.

    Oleh: Abu Annisa

    A. Pendahuluan

    Siapakah Harun Nasution itu? Ada baiknya perlu kita ketahui latarbelakangnya sehingga akan lebih jelas bagi kita di dalam mengungkappemikiran-pemikirannya. Harun Nasution menyelesaikan pendidikanmenengahnya di salah satu madrasah Islam di Indonesia. Kemudian, iamelanjutkan studinya di SLTA Al-Azhar (Al-Ahliyah), kemudian melanjutkan keFakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar. Ia belajar di tempat ini dua tahun(1938-1940), lalu meninggalkannya, konon karena ia drop out. Namun, menurutpengakuannya, ia tidak setuju dengan metode pengajaran yang diterapkan di Al-

    Azhar. Harun sering menuduh Al-Azhar menganut pola pendidikan tradisionalklasik dengan metode menghafal. Kemudian, ia pindah ke Universitas Amerika diKairo (AUC), yang menurutnya mengagumkan dalam metode pengajaran dansistem yang digunakannya. Ia belajar di tempat ini hingga selesai S1. Kemudian,oleh Prof. Dr. Rasjidi, ia dibantu untuk melanjutkan pendidikannya di UniversitasMcGill, Kanada, karena Rasjidi waktu itu menjadi dosen di universitas tersebut.Rasjidi tadinya berharap bahwa mahasiswa Indonesia ini dapat mengikuti

    jejaknya dalam berinteraksi dengan kaum orientalis. Ia juga berharap agar Harunmenjadi mahasiswa yang kritis dan cerdas terhadap apa yang ia terima dariorientalis.

    Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Harun justru berbalik menjadimahasiswa yang terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran orientalis danterkagum-kagum dengan mereka. Setelah menamatkan program Ph.D-nya, iakembali ke negerinya dengan membawa ide dan pemikiran orientalis itu.Kemudian, ia diserahi jabatan sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakartaselama sepuluh tahun lebih kurang. Kemudian, sejak 1983 ia memegang jabatansebagai direktur program pascasarjana pada institut yang sama. Iameninggalkan beberapa karya tulis yang kecil-kecil, pada umumnya di bidangfilsafat, pemikiran, dan tasawuf. Hampir tidak satu pun isi karya itu yang bersihdari penyimpangan (distorsi), penyesatan, atau kesalahpahaman. (Lihat: Prof.Dr. Rasjidi, Koreksi terhadap Harun Nasution, Muqaddimah).

    B. Pemikiran

    Harun bisa disebut sebagai tokoh kaum rasionalis (paham yangmengedepankan logika) di Indonesia. Sejak menjabat rektor IAIN SyarifHidayatullah di Jakarta, yang merupakan perguruan tinggi Islam terbesar diIndonesia, ia berkonsentrasi menumbuhkan pemikiran Mutazilah di kalanganmahasiswanya. Ia kagum dan memuja pemikiran Mutazilah ini.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    12/30

    www.rajaebookgratis.com

    Di antara pemikiran Harun yang sempat mengemuka adalah bahwaketerbelakangan umat Islam hari ini adalah dampak dari sikap mereka karenameninggalkan pemikiran rasionalisme, yang dalam sejarah Islam dianutMutazilah. Menurutnya, kemajuan peradaban Islam abad pertengahan adalahhasil metode rasional yang dikembangkan kelompok ini. Oleh karena itu,

    menurut Harun, jika ingin kembali maju, pemikiran Mutazilah harus dihidupkankembali.

    Pemikiran ini mengingatkan kita pada peringatan Prof. Dr. Ismail Raji al-Faruqi, seorang cendekiawan asal Palestina yang mengajar pada DepartemenStudi Islam, Temple University, AS, tentang tujuan kaum orientalis dalam studi-studi Islam di Barat. Satu di antaranya adalah menghidupkan pemikiran-pemikiran sesat dan menyimpang dalam sejarah Islam, seperti Mutazilah,Qadariyah, Jabariyah, Shufiyah, Ismailiyah, dan lain-lain. (Prof. Dr. Ismail al-Faruqi menguatkan bahwa dominasi Yahudi sangat besar di pusat-pusat studiIslam di universitas-universitas Eropa dan Amerika. Donatur pusat kajian Islam

    dan penelitian-penelitian yang ada di sana adalah kaum Yahudi. Faruqimengingatkan putra-putra Islam akan bahaya belajar dari orientalis-orientalis itudan agar mereka tidak datang belajar ke sana. Lihat jurnal Al-Muslim al-Muashir edisi no 43, tahun 1985, hlm. 102).

    Di antara pemikiran Harun yang nyeleneh adalah penolakannya terhadapqadha dan qadar sebagai rukun iman. Harun menganggap bahwa iman kepadaqadha dan qadar adalah sebab terpinggirkannya umat Islam dari peradabanmodern. Harun yakin bahwa iman pada qadha dan qadar akan mewariskan sikappasrah dan membuat seorang Muslim lesu, malas, dan statis. Pasalnya, menurutHarun, kepercayaan ini akan membuat seorang Muslim yakin bahwa apa yang

    terjadi adalah qadha dan qadar Allah, oleh karena itu tidak butuh ikhtiarmanusiawi. Menurut Harun, qadha dan qadar harus dihilangkan dari rukum iman.(Surat kabar PELITA, edisi 16 Juli 1992. Disebabkan karena pendapat-pendapatnya yang aneh, sejumlah ulama Indonesia menyampaikan bantahanterhadapnya, antara lain Prof. Dr. Rasjidi, Prof. Ali Yafie, Dr. Peunoh, dll).

    Seperti diketahui, iman terhadap qadha dan qadar diterangkan dalamsebuah riwayat sahih dari Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits panjang, beliaumerincinya saat ditanya oleh Jibril a.s. tentang pengertian Islam, iman, danihsan. Bahwa iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir, serta beriman pada qadar, baik dan buruknya. (HRMuslim).

    Dalam riwayat yang shahih lainnya, Rasulullah saw. juga bersabda,Ketahuilah, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberi keuntunganpadamu, mereka tidak akan mampu kecuali mendatangkan apa yang telah Allahtentukan. Kalau mereka berkumpul untuk menimpakan bencana, mereka tidakakan mampu kecuali sebatas apa yang telah Allah tentukan. Pena telahdiangkat, dan catatan telah kering. (HR Tirmidzi, Ahmad).

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    13/30

    www.rajaebookgratis.com

    Dalam hadits shahih riwayat Abu Darda r.a., Rasulullah saw. memberiperingatan keras terhadap mereka yang mengingkari qadha dan qadar.Sabdanya, Tidak akan masuk surga orang yang durhaka, peminum arak, danorang yang mengingkari qadar. (HR Ahmad).

    Oleh karena itu, tidak pantas bagi seorang Muslim yang memiliki akidahyang shahih, menolak apa yang shahih dan datang dari Rasulullah saw., apapun alasannya. Lebih dari itu, qadha dan qadar disebutkan di dalam Al-Qurandalam banyak ayat, di antaranya seperti di dalam ayat berikut. Padahal Allahlahyang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (Ash-Shaffaat: 96).Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadarnya(ukurannya). (Al-Qamar: 49).

    Harun menulis bukunya dengan judul Islam Ditinjau dari BerbagaiAspeknya. Seperti tampak dari judulnya, Harun berusaha menampilkanpandangan pribadinya seputar Islam ditinjau dari aspek ibadah, sejarah,

    peradaban, politik, filsafat, tasawuf, hukum, dan lainnya. Buku itu, seperti kataProf. Dr. Rasjidi, sangat berbahaya. Buku itu mengandung berbagai racunpemikiran orientalis dan penghinaan terhadap Islam, upaya peraguan terhadapakidah, dan distorsi.

    Hal yang sangat membantu Rasjidi mengoreksi Harun adalahpenguasaannya terhadap arah dan perkembangan pemikiran Harun. Pasalnya,sebelumnya Rasjidi adalah guru besar di Universitas McGill Kanada, salah satupusat orientalisme di dunia, tempat Harun belajar. Namun demikian, menurutpenulis, bantahan Rasjidi belum mewakili seluruh kekeliruan Harun. Duniapemikiran Islam masih menanti kritik dan bantahan ilmiah terhadap buku ini

    secara lebih lengkap agar umat Islam pada umumnya dan kalangan penelitipada khususnya dapat memahami masalahnya secara benar, tidak keliru sepertidisajikan Harun dalam bukunya, sengaja atau tidak sengaja. Lebih berbahayalagi buku itu dijadikan tekt book, buku pegangan bagi mahasiswa IAIN di seluruhIndonesia.

    Di sini penulis hanya ingin mengkritisi masalah yang terkait dengansunnah. Dalam bukunya, Harun menulis tentang sunnah pada tiga tempat.Penulis akan menyajikan pandangan Harun seputar sunnah dengan mengutipteks bukunya apa adanya, tanpa melakukan manipulasi dan perubahan,sehingga tidak bias dari maksud sebenarnya. Selanjutnya, tiap kutipan akandiiringi dengan ulasan dan komentar.

    C. Tuduhan Pertama

    Harun menulis sebagai berikut. Hadits, sebagai sumber kedua dariajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi Muuhammad. Sunnahboleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan, atau persetujuan secara diam dariNabi. Berlainan halnya dengan Al-Quran, hadits tidak dikenal, dicatat, dan tidak

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    14/30

    www.rajaebookgratis.com

    dihafal pada zaman Nabi. Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwapencatatan dan penghafalan hadits dilarang Nabi karena dikuatirkan bahwadengan demikian akan terjadi pencampur-bauran antara Al-Quran sebagaisabda Tuhan dan hadits sebagai ucapan-ucapan Nabi. Ada disebut bahwa Umarbin Al Khatthab, khalifah kedua, berniat untuk membukukan hadits Nabi, tetapi

    karena takut akan terjadi kekacauan antara Al-Quran dan hadits, niat itu tidakjadi dilaksanakan.

    Pembukuan baru terjadi pada permulaan abad kedua Hijriah, yaitu ketikaKhalifah Umar bin Abd Al Aziz (717-720) meminta dari Abu Bakar Muhammadbin Umar dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri, mengumpulkan hadits Nabi yangdapat mereka poeroleh. Pada tahun 140 H, Malik bin Anas menyusun haditsNabi dalam buku Al-Muwaththa.

    Pembukuan secara besar-besaran terjadi pada abad ketiga Hijriah olehBukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Keenam buku

    kumpulan hadits inilah yang banyak dipakai sampai sekarang.

    Karena hadits tidak dihafal dan tidak dicatat dari sejak semula, tidaklahdapat diketahui dengan pasti mana hadits yang betul-betul berasal dari Nabi danmana hadits yang dibuat-buat. Abu Bakar dan Umar sendiri, walaupun merekasezaman dengan Nabi, bahkan dua sahabat terdekat dengan Nabi tidak begitusaja menerima hadits yang disampaikan kepada mereka. Abu Bakar memintasupaya dibawa seorang saksi yang memperkuat hadits itu berasal dari Nabi, danAli bin Abi Thalib meminta supaya pembawa hadits bersumpah ataskebenarannya.

    Dalam pada itu, jumlah hadits yang dikatakan berasal dari Nabibertambah banyak sehingga keadaannya bertambah sulit membedakan manahadits yang oriosinil dan mana hadits yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwaBukhari mengumpulkan 600.000 (enam ratus ribu) hadits, tetapi setelahmengadakan seleksi, yang dianggapnya hadits orisinil hanya 3.000 (tiga ribu)dari yang 600.000 itu, yaitu hanya setengah persen.

    Tidak ada kesepakatan kita antara umat Islam tentang keorisinalan semuahadits dari Nabi. Jadi berlainan dengan ayat-ayat Al-Quran yang semuanyadiakui oleh seluruh umat Islam adalah wahyu yang diterima Nabi dan kemudianbeliau teruskan kepada umat Islam. Oleh karena itu, kekuatan hadits sebagaisumber ajaran-ajaran Islam tidak sama dengan kekuatan Al-Quran. (Prof. Dr.Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit UI Press, cet.kelima, 1985, jilid 1, hlm. 28-30).

    D. Bantahan Prof. Dr. M. Rasjidi

    Sekilas tentang M. Rasjidi, setelah menamatkan pendidikannya di sekolahDaru Al-Ulum, Kairo, Mesir, ia melanjutkan studi di Fakultas Sastra Universitas

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    15/30

    www.rajaebookgratis.com

    Kairo. Tamat dari Mesir, ia belajar di Universitas Sorbonne, dengan meraih gelarPh.D. Pernah mengajar di Institut Studi Islam Universitas McGill, Kanada,beberapa lama. Rasjidi adalah Menteri Agama pertama RI, ia juga pernahmenjadi duta RI di Mesir. Ia mempunyai karya-karya ilmiah yang cukup banyak.

    Rasjidi sebagai pengkritik utama pemikiran Harun menulis bantahannyadalam buku berjudul Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang: Islam Ditinjaudari Berbagai Aspeknya. Ia membantah apa yang ditulis Harun denganmengomentari tiap bab.

    Pada pembahasan hadits, Rasjidi memuliai bantahannya denganmemberikan pengantar seputar posisi sunnah sebagai sumber kedua hukumIslam dengan mengutip firman Allah yang artinya, Katakanlah: Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi danmengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka

    sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. (Ali Imran: 31-32).

    Rasjidi, secara singkat, menjelaskan perhatian para sahabat terhadaphadits sejak masa Rasulullah saw. dengan menulis sebagai berikut.

    Selama Nabi Muhammad masih hidup sampai kepada zaman Khulafa ArRasyidin, para sahabat Nabi sangat berminat untuk mengingat dan menghafalapa yang pernah dikatakan atau dilakukan oleh Nabi.

    Selanjutnya, Rasjidi membahas masalah kodifikasi sunnah yang dimulai denganperintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Abu Jafar Al Manshur.

    Tetapi makin lama makin bertambah terasa hajat umat Islam untuk mengetahuisunnah Nabi secara terperinci. Khalifah kerajaan Umawiyah, yaitu Unar binAbdul Aziz (717-720 M) memerintahkan kepada Muhammad bin Syihab Az-Zuhri, maka dikumpulkannya apa yang dapat dikerjakannya.

    Pada zaman Kerajaan Abbasiyah, Khalifah Abu Jafar Al Manshur(khalifah kedua Kerajaan Abbasiyah (754-720 M) memerintahkan kepada Malikbin Anas (93-179 H) untuk mengumpulkan hadits-hadits yang ia ketahui, dandikumpulkanlah buku hadits yang dinamakan Al Muwaththa (artinya: yang telahterkuasai) berjumlhah 870 hadits, menurut bin Hazm.

    Sayangnya, menurut Rasjidi, kodifikasi yang dilakukan Imam Zuhri dan ImamMalik masih dalam lingkup terbatas. Kodifikasi sunnah dalam bentuk yang lebihsempurna baru dilakukan pada abad ketiga Hijriah, sehingga wajar jika masa inidianggap sebagai masa emas penulisan sunnah. Rasjidi menulis, PengumpulanKhalifah Umar bin Abdul Aziz dan Abu Jafar Al Manshur yang dilakukan oleh AzZuhri dan Malik bin Anas merupakan usaha kecil karena Malik bin Anas tidak

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    16/30

    www.rajaebookgratis.com

    pernah meninggalkan Kota Madinah kecuali beberapa kali sebentar untuk haji,sedang Az Zuhri juga tidak melakukan penelitian yang besar skupnya.

    Akan tetapi, pada abad ketiga Hijriah, lahirlah gerakan ilmiah yangmenyeluruh berbarengan dengan terjemahan buku dari Yunani. Baik ilmu

    hukum, tafsir, maupun ilmu kalam atau tauhid, berkembang secara besar-besaran.

    Mengenai pembukuan sunnah, menonjol pula nama-nama Al Bukhari (wafat256), Muslim (wafat 261), Ibnu Majah (wafat tahun 273), Tirmidzi (wafat 274), AnNasai (wafat 303), dan Abu Dawud (wafat 275).

    Selanjutnya, Rasjidi menambahkan sebagai berikut. Di antara mereka itu,Al Bukhari dan Muslim menggunakan kriteria yang sangat ketat untuk menyaringhadits-hadits. Cara penyelidikan Al-Bukhari dan Muslim yang begitu teliti telahmenghasilkan dua kumpulan yang sekarang termasyhur dengan nama Shahih

    Bukhari dan Shahih Muslim, yakni kumpulan yang sah, yang benar dari AlBukhari dan Muslim. Pengumpulan yang lain pun memakai kriteria juga, akantetapi dirasakan agak lunak. Di samping yang enam tersebut, ada lagi beberapakumpulan lain seperti Musnad Ibnu Hambal.

    Rasjidi mengulas nilai penting sunnah dalam kehidupan seorang Muslim,seraya menekankan agar setiap Muslim membaca, mempelajari, danmencurahkan perhatian, sama seperti perhatiannya terhadap Al-Quran. Rasjidimenulis, Sunnah Nabi atau hadits adalah begitu penting dalam Islam. Jika Al-Quran penting karena ia adalah wahyu dan barang siapa yang membacanyadengan mengerti bahasa serta maknanya ia akan hidup dalam suasana

    kerohanian yang tinggi, maka dengan membaca sunnah atau hadits, seseorangakan menjelma menjadi sahabat Nabi, seakan-akan ia dapat menemani danmelihat segala gerak-gerik Nabi Muhammad saw. Al-Quran tidak dapatdiragukan lagi kebenarannya dan Dr. Harun Nasution meng-quote (mengutip)kata-kata Nicholson dan Gibb yang menguatkan keaslian Al-Quran.

    Rasjidi mengingatkan agar umat waspada terhadap upaya musuh-musuhIslam dalam menghancurkan sunnah dengan menggunakan banyak celah,seperti yang terjadi dalam sejarah Islam dan berhasil disingkap kedoknya.Rasjidi menulis, Tetapi orang yang tidak suka kepada Islam mencoba untukmenyerang sumber kedua yakni sunnah karena jika sunnah dideskreditkan makaakan kuranglah sumber kekuatan Islam.

    Cara mendiskreditkan hadits adalah: pertama, menunjukkan bahwa adakemungkinan hadits itu dibuat-buat atau dipalsukan dan memang itu terjadi,khususnya ketika terjadi sengketa politik dan perebutan kekuasaan. Bahwa adahadits yang palsu telah disoroti oleh penyelidik-penyelidik Islam sendiri,khususnya Al Bukhari dan Muslim, dan oleh karena itu, maka merekamembentuk kriteria yang ketat dan ilmiah untuk menerima hadits. Akan tetapi,

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    17/30

    www.rajaebookgratis.com

    sekali dikatakan bahwa ada kemungkinan hadits itu dipalsukan dan memangsudah dibuktikan adanya beberapa hadits palsu, kaum orientalis menjadikan haltersebut sebagai pokok, seakan-akan semua hadits itu sangat mungkinmerupakan hadits palsu. Dengan cara inilah musuh-musuh Islam bermaksudmenghilangkan salah satu sumber kekuatan Islam.

    Selanjutnya, Rasjidi mengutip berbagai ungkapan Harun yang sangatmirip dengan tuduhan orientalis yang bertujuan meragukan posisi sunnah.Rasjidi menjelaskan bahaya pemikiran yang dibawa dan disebarkan Harun dikalangan mahasiswa IAIN, kemudian menulis bantahan dan kritiknya sertamengingatkan bahaya pemikiran tersebut sebagai berikut.

    Keterangan Dr. Harun Nasution tersebut sudah cukup untukmemasukkan rasa goyah dalam keimanan generasi muda kita, sesuai denganyang dimaksudkan oleh kaum orientalis yang tidak suka Islam menjadi kuat.

    E. Tuduhan Kedua

    Harun menulis, Untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu, parasahabat kembali ke Al-Quran dan sunnah yang ditinggalkan Nabi. Soal kembalike Al-Quran mudah karena Al-Quran dihafal oleh sahabat-sahabat dan telahpula dibukukan pada zaman Abu Bakar. Akan tetapi, berlainan halnya dengansoal sunnah. Hadits tidak dihafal dan belum dibukukan di waktu itu. Di sini,timbullhah keadaan terpaksa mencari sunnah dan hal itu nanti membawa kepadatimbulnya hadits-hadits yang diragukan berasal dari Nabi, tetapi adalahsebenarnya hadits-hadits buatan. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari BerbagaiAspeknya, Penerbit UI Press, cet. kelima, 1985, jilid 2, hlm. 11).

    Rasjidi menolak tuduhan ini dengan menulis, Keterangan di atas mengandungunsur orientalisme. Hadits tidak dihafal. Ini sepintas lalu benar. Tetapisebenarnya banyak orang-orang yang mengetahui hadits dan hadits itu tidakselalu perlu dihafal karena kebanyakan mengenai suatu kejadian. Jika ada suatukasus hukum, maka Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya menanyakan apakahada orang yang mengetahui bahwa Rasulullah pernah mengambil keputusandalam kasus semacam itu. Jika pernah ada, maka sahabat yang mengetahuinyamemberi tahu dengan membawa saksi. Jika tidak, maka para sahabatmengadakan sidang untuk merundingkan soal tersebut. Dan keputusan yangmereka ambil dinamakan ijma (konsensus sahabat).

    Tuduhan tentang pemalsuan hadits pada masa sahabat dibantah oleh Rasjidisebagai berikut, Mencari hadits pada zaman sahabat tidak perlu dihubungkandengan timbulnya hadits-hadits buatan yang terjadi dua abad kemudian.Penonjolan adanya hadits buatan pada permulaan periode tasyri (legislasi)Islam adalah kebiasaan para orientalis, khususnya Goldziher.

    F. Tuduhan Ketiga

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    18/30

    www.rajaebookgratis.com

    Harun menulis sebagai berikut, Yang disepakati semua golongan umatIslam untuk dapat dipakai sebagai sumber hukum adalah hadits mutawatir.Hadits masyhur dan ahad ada yang mau menerimanya dan ada pula yang tidakmau menerimanya, golongan Mutazilah umpamanya.

    Rasjidi menjawab tuduhan itu sebagaid berikut, Kelicikan dari kaum orientalisyang dianut oleh Dr. Harun Nasution, entah dengan sadar atau tidak, ialahbahwa mereka membicarakan hadits secara keseluruhan. Dalam hadits secarakeseluruhandi antaranya dikatakan oleh Dr. Harun Nasutionyang didengaroleh Bukhari enam ratus ribu hadits, memang banyak hadits-hadits yang dibuat-buat orang. Akan tetapi, dari permulaan, para sahabat Nabi berhati-hati sekalimenerima hadits.

    Jumlah hadits Bukhari yang sahih adalah 7.397 hadits, tetapi banyak yangterulang oleh karena yang meriwayatkannya banyak, jadi jika dihitung haditsBukhari yang shahih, yang tidak terulang jumlahnya, adalah 2.762 hadits sahih.

    Adapun hadits Muslim seluruhnya berjumlah 7.275, dan yang tidak terulangberjumlah kira-kira empat ribu hadits.

    Sayangnya, Rasjidi tidak sepenuhnya benar dalam bantahannya. Ia menulissebagai berikut. Namun begitu, kita tidak mengatakan bahwa segala haditsBukhari dan Muslim itu benar. Di antara 2.762 hadits sahih Bukhari, tentunya adasaja beberapa hadits yang tidak benar karena hadits Bukhari dikumpulkan olehAl Bukhari dan ia adalah seorang manusia biasa.

    Akan tetapi, dalam garis besarnya, kitab hadits yang enam memuathadits-hadits yang sahih atau dekat kepada shahih karena kriteria yang dipakai

    oleh pengumpulnya adalah kriteria yang ketat.

    Sikap orang Islam adalah bahwa hadits-hadits itu pada umumnya benar, adasedikit sekali yang salah. Sikap kaum orientalis adalah: semua hadits itu buatan-buatan, kecuali beberapa hadits yang betul sahih dari Nabi Muhammad. KoreksiRasjidi terhadap penyimpangan pemikiran Harun dalam bidang sunnah belumsepenuhnya selesai. Koreksi Rasjidi juga memerlukan koreksi. Tentu saja hal inidisebabkan karena minimnya informasi Rasjidi dalam bidang ini dan bukan faktorkesengajaan. Hal ini bisa ditoleransi karena ilmu hadits bukanlah bidangspesialisasinya. Tetapi, secara umum Rasjidi telah mengupas berbagai masalahyang tidak diketahui orang banyak dengan mengoreksi pemahaman yang kelirudan membantah tudingan yang salah kaprah. Selanjutnya penulis akanmenambahkan beberapa catatan pelengkap. Penulis akan mengoreksi sisi yangkeliru, mengacu pada paradigma ulama dan spesialisasi dalam bidang hadits.

    Poin-poin yang perlu diluruskan itu dapat diringkas sebagai berikut.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    19/30

    www.rajaebookgratis.com

    1. Secara mutlak, Harun mengingkari penulisan dan penghafalan hadits padamasa Nabi. Alasannya adalah sikap Umar bin Khatthab r.a. yangmengurungkan niat menyusun hadits yang telah ia kumpulkan.

    2. Kodifikasi hadits baru dimulai pada abad kedua Hijriah, sehingga sebelum

    periode itu, antara hadits shahih dan hadits palsu tidak dapat dibedakan,akibat usaha pembukuan yang terlambat.

    3. Para sahabat bersikap sangat ketat dalam menerima hadits. Hal inidibuktikan oleh sikap Abu Bakar yang meminta saksi terhadap kebenaranrawi dan Ali bin Abi Thalib yang menyuruh beberapa rawi bersumpah.Secara implisit dan tidak langsung, Harun menganggap bahwa parasahabat meragukan kejujuran para rawi karena banyaknya kasuspemalsuan hadits.

    4. Pembukuan dalam skala besar dilakukan pada abad ketiga Hijriah melalui

    para penulis Kutubus Sittah, enam kitab hadits utama.

    5. Imam Bukhari menyaring tiga ribu hadits dari enam ribu hadits yang telah iakumpulkan.

    6. Tidak ada ijma (kesepakatan) kaum Muslimin tentang keshahihan hadits-hadits Nabi.

    7. Sebagai konsekuensinya, kedudukan sunnah sebagai hujjah (dasar hukum)tidak sama dengan Al-Quran.

    8. Yang disepakati tentang kehujjahannya hanya hadits mutawatir saja. Adapunhadits masyhur dan ahad, keduanya masih diperselisihkan.

    9. Karena sibuk mencari solusi atas berbagai persoalan yang menimpa umatIslam masa itu, para sahabat menerima segala macam hadits, sekalipummaudhu (palsu).

    Setelah itu bahasan akan mendiskusikan beberapa kesimpulan Rasjidi yangdipandang kurang tepat. Poin-poin inilah yang Insya Allah akan dibicarakan dibawah ini. Berikut koreksi atas kekeliruan pemikiran Harun.

    G. Penulisan Hadits Pada Masa Nabi

    Seputar penulisan hadits dan kodifikasinya pada abad pertama Hijriah,timbul kontroversi yang dilontarkan musuh-musuh Islam dan pengikutnya darikalangan umat bahwa sunnah belum ditulis pada masa Rasulullah saw. Merekaberasumsi bahwa sunnah dicemari oleh pemalsuan. Harun mengklaim bahwasunnah tidak ditulis dan tidak dihafal pada masa Rasulullah saw., tetapi padaabad kedua Hijriah. Menurut penulis, pendapat ini jauh lebih berbahaya dari

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    20/30

    www.rajaebookgratis.com

    pemikiran orientalis. Pasalnya, orientalis sekaliber Goldziherorientalis yangdikenal sangat benci kepada Islamsekalipun tidak sampai menuduh demikian.Ia hanya menuduh bahwa hadits itu tidak ditulis pada masa Nabi saw.

    Dalam mengkaji masalah ini, kaum orientalis dihadapkan pada beragam

    nash yang sepintas lalu tampak kontradiktif. Di satu sisi, terdapat beberapanashbaik hadits ataupun atsaryang melarang penulisan sunnah, dan di tempatlain terdapat nash yang membolehkan. Bahkan, sebagian nash itumemerintahkan penulisan.

    Karena wawasan dan pengetahuan yang terbatas dalam masalah ini, kaumorientalis tidak mampu memahaminya secara benar. Mereka tidak mampumelakukan komparasi dan perbandingan berbagai nash ini, menimbang, lalumengompromikan dan memilih yang terkuat. Masalahnya, pekerjaan inimemerlukan spesialisasi dan penelitian mendalam, keluasaan wawasan danpemahaman yang jernih.

    Ketika dihadapkan pada situasi ini, kaum orientalis kesulitan dan dilandakebingungan. Mereka lalu menyimpulkan bahwa Rasul melarang penulisan. Adadua kemungkinan yang mendorong mereka menyimpulkan seperti ini (tanpakajian mendalam). Pertama, memang terdapat nash yang melarang penulisanhadits. Kedua, ini lebih mendukung kepentingan mereka. Larangan penulisanhadits pada masa Nabi adalah pendapat paling sesuai dengan kepentingan dantarget orientalis. Yaitu, meruntuhkan posisi sunnah sebagai sumber hukum Islamyang kedua setelah Al-Quran.

    Seperti diketahui, sebagian kaum orientalisuntuk tidak mengatakan

    mayoritasbersikap apriori terhadap Islam sejak awal karena latar belakangpemikiran dan keyakinannya. Akibatnya, mereka kehilangan sikap objektif dankejujuran. Ketika mereka mengkaji sunnah, khususnya masalah kodifikasi, danmenemukan celah, mereka langsung membesar-besarkan dan menjadikannyasasaran tembak. Tujuannya jelas untuk menghancurkan sunnah. Atau,setidaknya menumbuhkan keraguan bahwa sunnah belum pernah ditulis padamasa Nabi.

    Penulisan hadits pada masa Nabi adalah realitas yang tidak terbantahkan.Terdapat banyak keterangan dari rasul, para sahabat, dan tabiin dengan dalil-dalil yang qathi, yang tidak diragukan lagi. Penulisan hadits pada masa Nabimerupakan pengamalan firman Allah berikut ini (yang artinya, red.), Dan apayang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. (Al-Hasyr: 7). Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. (An-Nisa: 80).Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawanafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya). (An-Najm: 3-4).

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    21/30

    www.rajaebookgratis.com

    Berangkat dari instruksi ilahiah ini, para sahabat memiliki semangat danatensi yang luar biasa terhadap sunnah. Mereka berpacu mendengar hadits danmenghafalnya. Hal ini terbukti, jika sebagian kebetulan absen, mereka lalubertanya kepada orang yang hadir dalam majelis Rasul. Ditambah lagi merekaselalu berusaha mengamalkan apa yang mereka ketahui.

    Semangat ingin mendengar wahyu dan hadits membuat para sahabat tidak relaketinggalan. Bahkan, mereka secara teratur datang bergantian. Umar binKhatthab r.a. menceritakan, Dahulu, aku dan seorang tetanggaku dari kalanganAnshar tinggal di permukiman Bani Umayyah bin Zaid, sebuah kawasan dipinggiran Kota Madinah. Kami saling bergantian menemui Rasulullah saw. Akumenemui beliau hari ini dan ia pada esok harinya. Jika aku hadir, aku menemuidan memberitahukannya tentang apa yang kudengar, baik wahyu, hadits, ataulainnya. Jika tiba gilirannya, ia pun melakukan hal serupa. (Shahih Bukhari,Kitab Al-Ilmi, Bab At-Tanawub bi Al-Ilmi, no. hadits 89).

    Walaupun demikian, karena ingatan dan daya hafal manusia terbatas,mereka menulis hadits-hadits ini pada shahifah (lembaran). Ketika hal inidiketahui Rasulullah saw., awalnya beliau tidak setuju dan menyuruh merekamenghapus apa yang sudah ditulis. Imam Muslim meriwayatkan dengansanadnya dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw. bersabda, Janganlah kalianmenulis dariku selain Al-Quran. Siapa yang menulis dariku selain Al-Quranhendaklah ia menghapusnya dan sampaikanlah apa yang datang dariku dantidak mengapa. Tetapi, siapa yang mendustakan ataskuHammam, sang perawihadits berkata, Aku menduga beliau bersabdadengan sengaja, makahendaknya ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka. (Shahih Muslim,Kitab Az-Zuhd, Bab At-Tasyadud fi Al-Hadits, wa Hukmu Kitabatu al-Ilmi, no.

    hadits 72.a).

    Ini adalah bukti perhatian Rasulullah saw. terhadap Al-Quran sebagaisumber syariat Islam yang pertama. Berbeda dengan sunnah, Al-Quran harusdiriwayatkan dengan redaksinya secara lengkap. Wajar jika beliau mengarahkanperhatian para sahabat untuk menulis Al-Quran dalam porsi terbesar. Sunnahtidak perlu terlalu dikhawatirkan saat itu karena Rasulullah saw. berada ditengah-tengah para sahabat. Di samping itu, para sahabat punya ingatan dandaya hafal yang sangat kuat, berpikiran yang jernih, dan memiliki perhatian luarbiasa terhadap agama ini. Tampaknya, larangan Nabi saw. untuk menulis haditsdilatari oleh kekhawatiran tercampurnya sunnah dengan Al-Quran. Kekhawatiranlain adalah kesibukan para sahabat menulis hadits dan melalaikan Al-Quran.Seandainya sunnah dikodifikasikan lebih dahulu seperti halnya Al-Quran,terdapat kesulitan sebab materinya sangat luas. Sunnah meliputi sabda,perbuatan, dan persetujuan Rasul, sejak awal masa kenabiannya hingga wafat.Hal itu tentu amat sulit.

    Lebih jauh ada kekhawatiran bahwa sebagian sabda Nabi saw. yangringkas dan mengandung hikmah, secara tidak sengaja, tercampur dengan Al-

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    22/30

    www.rajaebookgratis.com

    Quran. Jika terjadi, ini jelas sangat berbahaya. Ini adalah hikmah yang dapatdipetik dari tidak dibukukannya sunnah dalam kodifikasi sempurna pada masaRasulullah saw. (Prof. Dr. Muhammad Musthafa as-Sibai, As-Sunnah waMakanatuha fi Tasyrii al-Islami, Al-Maktab al-Islami, Dimasyq, cet. keempat,tahun 1405 H, hlm. 59).

    Pendapat lain menyebutkan, larangan ditujukan pada mereka yangmemiliki hafalan dan daya ingat yang kuat. Larangan ini tidak berlaku bagimereka yang hafalannya lemah atau mereka yang teliti dan cermat dalammenulis dan membuat ctatan. Pandangan ini sesuai dengan beberapa riwayatyang shahih yang menerangkan tentang izin menulis yang diberikan Rasulkepada sebagian sahabat. (Prof. Dr. Muhammad M. Abu Syahbah, Difa an as-Sunnah wa ar-Radd Syubhah al-Mustasyriqin wa al-Kutub al-Muashirin, Dar al-Jail, cet. pertama, tahun 1411 H, hlm. 20).

    Jumlah riwayat yang membolehkan penulisan hadits sangat banyak. Hal

    ini dijelaskan Al-Khathib al-Baghdadi dalam bukunya Taqyid al-Ilm, termasuk didalamnya riwayat dari sahabat dan tabiin. Bahkan, Imam Bukhari membuat babkhusus Penulisan Hadits dalam kitab Shahih-nya dengan memuat beberapahadits yang tegas membolehkan. Hal ini dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

    Pertama, Imam Bukhari mengawali bab ini dengan kisah tentang Shahifah(lembaran) yang berada di tangan Ali r.a., yaitu hadits Abu Juhaifah. Ia berkata,kukatakan kepada Ali, Apakah kamu memiliki kitab? Ali menjawab, Tidak ada,kecuali kitab Allah, pemahaman yang diberikan kepada seorang Muslim, danshahifah ini. Ia berkata, aku bertanya, Apa yang terdapat dalam shahifah ini?Ali menjawab, Hukum tentang aql (denda, diyat), melepaskan tawanan dan

    seorang Muslim tidak dibunuh karena ia membunuh seorang kafir. (Ibnu Hajaral-Asqalani, Fath al-Bari, Kitab Al-Ilm, Bab Kitabat al-Ilm, juz 1, hlm. 246, nohadits 111).

    Kedua, Bukhari memuat hadits Abu Hurairah tentang khutbah Nabi saw.pada Fathu Mekah (pembebasan Kota Mekah) dan permintaan seorang sahabatagar khutbah itu dituliskan. Lalu, datanglah seorang pria dari Yaman danberkata, Tuliskanlah untukku, wahai Rasulullah! Rasulullah bersabda,Tuliskanlah untuk Abu Fulan. Lalu seorang pria dari kalangan Quraisy berkata,Kecuali tanaman Al-Izkhir, wahai Rasulullah saw. karena kamimenggunakannya untuk keperluan rumah dan kuburan. Abu Abdullah ditanya,apa yang ditulis untuknya? Ia menjawab, Khutbah ini ditulis untuknya. (IbnuHajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Kitab Al-Ilm, Bab Kitabat al-Ilm, juz 1, hlm. 246,no hadits 112).

    Ketiga, ungkapan Abu Hurairah, Tidak ada sahabat Nabi saw. yang lebihbanyak haditsnya dariku kecuali Abdullah bin Amr, sebab ia menulis sedang akutidak menulis. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Kitab Al-Ilm, Bab Kitabat al-Ilm, juz 1, hlm. 246, no hadits 113).

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    23/30

    www.rajaebookgratis.com

    Keempat, hadits Ibnu Abbas tentang kisah sakitnya Nabi saw. dan beliaubersabda, Bawalah padaku sebuah buku. Akan kutuliskan sebuah kitab agarkalian tidak sesat sesudahnya. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Kitab Al-Ilm, Bab Kitabat al-Ilm, juz 1, hlm. 246, no hadits 114).

    Masih banyak riwayat lain dengan makna yang sama, baik hadits ataupunatsar dari para sahabat dan tabiin. Mungkin ada yang berpikir, meski terdapatbanyak riwayat yang membolehkan penulisan hadits, termasuk dari kalangansahabat dan tabiin, tetapi riwayat shahih yang melarang hal itu tidak bisadiabaikan. Bagaimana kita menyikapi kontradiksi ini secara benar? Sikap yangtepoat adalah mengompromikannya. Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan hal inisebagai berikut.

    1. Larangan ini khusus berlaku selama Al-Quran turun. Nabi saw. melarangpenulisan hadits hanya pawa waktu itu, agar Al-Quran tidak bercampurdengan yang lainnya. Setelah itu penulisannya diizinkan. Penafsiran ini juga

    disebutkan Imam Suyuthi dalam kitab Tadrib ar-Rawi.

    2. Larangan ini berarti tidak dibolehkannya penulisan Al-Quran dan informasilainnya dalam satu kertas. Jika ditulis terpisah, hal itu diizinkan. Alasannyasama dengan nomor di atas. Penafsiran serupa juga diungkap As-Suyutidalam Tadrib ar-Rawi dan Al-Hafidz al-Iraqi dalam Fath al-Mughits.Pandangan inilah yang dipilih Dr. Muhammad al-ADzahami karena duasebab. Pertama, Nabi saw. mendiktekan dan para sahabat menulis hadits-hadits Nabi yang sampai pada derajat mutawatir; kedua, diizinkannyamelakukan penulisan hadits oleh Nabi saw.

    3. Hadits-hadits yang melarang penulisan itu tidak berlaku dan dihapus olehhadits-hadits yang membolehkan. Pelarangan ini datang lebih awal dan izinpenulisan datang lebih akhir, saat tidak ada kekhawatiran tercampur dalampenulisan. Al-Hafidz al-Iraqi sepakat dengan pendapat ini.

    4. Izin penulisan ditujukan bagi mereka yang dikhawatirkan lupa dan laranganditujukan bagi orang-orang memiliki hafalan dan ingatan kuat. Larangan inidimaksudkan agar mereka tidak mengabaikan daya hafalnya yang kuat dantergantung pada tulisan.

    Ada bentuk kompromi lain yang disebutkan para ulama, yaitu sebagai berikut.

    1. Larangan ditujukan bagi orang-orang tertentu, yaitu mereka yangdikhawatirkan mencampurkan hadits dengan Al-Quran (secara tidaksengaja). Izin ditujukan bagi selain mereka. Hal ini dan yang sebelumnyadikemukakan Imam Nawawi dan Ibnu Ash-Shalah. (An-Nawawi, At-Taqrib,

    juz 1, hlm. 67; Ibnu As-Shalah, Al-Muqaddimah fi Ulum al-Hadits, hlm. 182).

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    24/30

    www.rajaebookgratis.com

    2. Izin khusus ditujukan kepada orang-orang yang pandai membaca danlarangan ditujukan bagi orang-orang yang tidak pandai membaca karenadikhwatirkan berbuat kesalahan. Pendapat ini dikutip dari Ibnu Qutaibah.(Abdullah bin Muslim Ibn Qutaibah ad-Dinawari, Takwil Mukhtalaf al-Hadits,tahkik Abdul Qadir Atha, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, Kairo, cet. pertama,

    1402 H, hlm. 251).

    Jelas sudah bahwa para sahabat telah melakukan penulisan hadits sejakmasa hidup Rasulullah saw. Hadits-hadits yang ditulis tersebut jumlahnya tidaksedikit. Setelah Rasulullah saw. wafat, jumlah sahabat yang menulis haditsbertambah, termasuk kalangan tabiin (generasi pascasahabat), bahkan dalam

    jumlah yang lebih besar. Keadaan ini terus berlangsung; sebagian orangmenulis, sebagian lagi tidak, hingga tiba masa pemerintahan Khalifah Umar binAbdul Aziz. Beliau memutuskan untuk mengumpulkan hadits danmengodifikasikannya karena khawatir hadits hilang atau tercampur antara yanghak dan batil. Patut dicatat, langkah Khalifah Umar ini terjadi pada akhir abad

    pertama Hijriah.

    Sumber: Diadaptasi dari Sunnah di Bawah Ancaman: Dari Snouck Hurgronjehingga Harun Nasution, Dr. Daud Rasyid, M.A. (Bandung: Syaamil, 2006), hlm.17-48

    DAFTAR BACAAN

    Lihat, Bertrand Russel, History of Western Philosophy, Routledge, 2004. BrookeN. Moore and Kenneth Bruder, Philosophy: the Power of Idea, McGraw-Hill,2001.

    Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, 1998,

    Lihat Hamdan Maghribi, Menembus Batas; Mungkinkah?

    http://albi4ever.blogspot.com/2007/05/menembus-batas-mungkinkah-akal-dan.html

    Muhammad Abduh, Risalah al Tawhid, Darul Manar, Kairo, 1366 H. hal 91.

    Ibid., hal 166-170

    Abdul Wahhab Khallaf, Ilm Ushul al Fiqh, Mathbaah al Nashr, Kairo, hal 35-36

    Lihat Hassan As-Syafii, At-Tayyar al-Masyai fi al Falsafah al Islamiyyah, Cairo,1998.

    Philip K. Hitti, History of the Arab, Mac. Millan, London, 1964, hal. 530.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    25/30

    www.rajaebookgratis.com

    M. Khudori Sholeh, M. Ag, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, 2004

    Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mutazilah, UI press,1987.

    Lihat Imam Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasifah, Darul Maarif, Kairo, 1966. IbnRusyd, Tahafut Al-Tahafut, Darul Maarif, kairo, 1964

    Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, 1998,

    http://swaramuslim.net/more.php?id=A5242_0_1_0_M

    Harim Nasution, Islam Rasionai: Gagasan dan Pemikiran Prof Dr. HarunNasution, Mizan, Bandung, 1998,

    Prof Dr HM Zurkani Jahja,

    Gurubesar IAIN Antasari

    HARUN NASUTION DALAM KHASANAH

    PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA

    (Antara Modenisme dan Teologi Rasional Mutazilah)

    Dari Mandailing ke Kanada: Riwayat hidup, internalisasi dan pergulatan

    pemikiran Harun Nasution

    Harun Nasution dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 23 September 1919.

    Ia dilahirkan dari keluarga ulama. Ayahnya bernama Abdul Jabbar Ahmad. Ia adalah

    seorang ulama sekaligus pedagang yang cukup sukses. Ia mempunyai kedudukan dalam

    masyarakat maupun pemerintahan. Ia terpilih menjadi Qadhi (penghulu). Pemerintah

    Hindia Belanda lalu mengangkatnya sebagai Kepala Agama merangkap Hakim Agama

    dan Imam Masjid di Kabupaten Simalungun.[1] Sedangkan ibunya adalah anak seorang

    ulama asal Mandailing yang semarga dengan Abdul Jabbar Ahmad.[2] Ia pernah

    bermukim di Mekah sehingga cukup mengerti bahasa Arab dengan baik. Harun

    menempuh pendidikan dasar di bangku sekolah Belanda. Ia sekolah di HIS selama tujuh

    tahun. Selain itu, ia juga belajar mengaji di rumah. Harun Nasution lulus dari HIS sebagai

    salah satu murid terbaik yang dipilih kepala sekolahnya untuk langsung melanjutkan ke

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    26/30

    www.rajaebookgratis.com

    MULO tanpa melalui kelas nol.[3] Namun ayahnya ternyata mempunyai rencana lain

    untuk Harun. Ia menyuruh Harun untuk sekolah agama seperti kakak lelakinya. Akhirnya

    Harun memilih sekolah agama di Bukittinggi yang bernama Moderne Islamietische

    Kweekschool (MIK). MIK adalah sekolah guru menengah pertama swasta modern milik

    Abdul Gaffar Jambek (putra Syekh Jamil Jambek). Di sekolah itu, dalam suatu pelajaran

    gurunya pernah mengatakan bahwa memelihara anjing tidak haram. Ajaran di sekolah itu

    dirasakan cocok olehnya sehingga ia juga berpikiran bahwa memegang Quran tidak

    perlu berwudhu karena Quran hanyalah kertas bisaa, bukan wahyu. Apa salahnya

    memegang kertas tanpa berwudhu terlebih dahulu. Begitu pula soal sholat, memakai

    ushalli atau tidak, baginya sama saja.[4] Harun sebenarnya masih ingin bersekolah di

    MIK. Namun karena melihat kondisi sekolah yang cukup miskin sehingga tidak bisa

    menghadirkan suasana belajar yang baik, maka ia memutuskan untuk pindah sekolah.

    Harun pernah mendengar sekolah Muhammadiyah di Solo yang menurutnya

    cocok dengan jalan pikiran dia. Ia lalu melamar di sekolah itu. Ternyata lamarannya di

    HIK (Sekolah Guru Muhammadiyah) diterima. Akan tetapi, orangtuanya tidak merestui

    ia bersekolah di sana. Orangtuanya merencanakan Harun untuk melanjutkan sekolah di

    Mekkah.[5] Setelah itu Harun banyak berkonsultasi dengan beberapa ulama, tentang studi

    di Timur Tengah. Salah satu ulama yang ditemuinya adalah Mukhtar Yahya. Ia lama

    bersekolah di Mesir. Harun banyak medengar cerita tentang Mesir dari beliau. Setelah

    lama berdialog dengan Harun, Mukhtar Yahya menyarankan Harun untuk melanjutkan

    sekolah di Mesir. Harun juga membaca tulisan-tulisan tentang Mesir di majalah Pedoman

    Masyarakat yang diterbitkan Hamka. Di majalah itu, Harun mengenal pemikiran baru

    dari Hamka, Muhammadiyah, Zainal Abidin Ahmad, dan Jamil Jambek. Lepas dari itu

    semua, untuk memenuhi permintaan orangtuanya, akhirnya Harun terpaksa ke Mekah.

    Namun ia bertekad bahwa setelah dari Mekah ia akan meneruskan sekolah di Mesir.

    Setelah satu setengah tahun di Mekah, ia lalu melanjutkan sekolah di Mesir.

    Kepergiannya ke Mesir menggunakan bekal uang dari orangtuanya yang diberikan

    berdasarkan ultimatum Harun terhadap orangtuanya, bahwa apabila ia tidak diizinkan

    untuk ke Mesir, maka ia tidak akan pulang ke Indonesia.[6] Harun tiba di Mesir pada

    tahun 1938. Di Mesir, Harun mendapatkan dan bersentuhan dengan berbagai pemikiran

    baru. Bukan hanya itu, keberadaannya di Mesir menjadi titik tolak hingga akhirnya ia

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    27/30

    www.rajaebookgratis.com

    bisa melanjutkan kuliahnya di McGill University Canada. Dalam bidang pekerjaan,

    Harun pernah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di beberapa negara di Timur Tengah

    sampai akhirnya ia menjadi pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah dan seterusnya menjadi

    Rektor di kampus itu.

    Modernisme Harun: Warna berbeda dalam pembaharuan pemikiran Islam di

    Indonesia

    Pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia bukanlah barang baru ketika Harun

    Nasution mengutarakan berbagai gagasan pemikirannya. Bangsa Indonesia (sebagai

    negara berpenduduk muslim terbesar di dunia) merupakan salah satu gudang pemikiran

    Islam. Memang, perkembangan pemikiran Islam di Indonesia baru dimulai (secara massif

    dan aplikatif) sejak sekitar masa pergerakan nasional. Pemikiran Islam pada masa itu juga

    tidak lepas dari gerakan pembaharuan Islam yang ada di Timur Tengah (terutama Mesir).

    Pemikiran Islam di Indonesia berkembang cukup pesat di awal abad ke-20. Hal

    itu ditandai dengan lahirnya gerakan modernisme.[7] Gerakan modernisme yang

    bertumpu pada Quran dan Sunnah berupaya untuk mengembalikan kembali umat Islam

    kepada sumber ajarannya yang tidak pernah usang ditelan zaman sehingga tidak perlu

    diperbaharui. Namun, hal ini perlu diangkat lagi ke permukaan masyarakat yang telah

    tertutup oleh tradisi dan adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran pokok tersebut.

    Pada masa itu, masyarakat yang telah tertutup oleh tradisi tentu tidak tinggal diam

    melihat gerakan baru tersebut. Reaksi itulah yang juga melahirkan gerakan yang

    disebut tradisionalisme.[8] Pengusung gerakan modernisme pada saat itu antara lain

    adalah H.O.S. Tcokroaminoto, Agus Salim, dan Mohammad Natsir. Perubahan dari

    taqlidkepada ijtihadmerupakan akar pemikiran Islam tersebut. Akar pemikiran itu lalu

    menjalar kepada pemikiran aplikatif dalam kehidupan modern. Beberapa hal yang sering

    menjadi bahan pembicaraan atau bahkan perdebatan adalah mengenai politik dan negara.

    Pada tahun 1940-an, terjadi polemik pemikiran politik Islam antara Natsir dan

    Soekarno.[9] Pembicaraan mengenai hal ini adalah sebuah respon seorang Mohammad

    Natsir atas pernyataan pemikiran Soekarno bahwa zaman modern menuntut pemisahan

    agama dan negara seperti yang dipraktekkan oleh Musthafa Kemal Attaturk Pasha di

    Mesir. Bahan pembicaraan lainnya adalah mengenai sistem ekonomi yang direlevansikan

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    28/30

    www.rajaebookgratis.com

    dengan pembinaan masyarakat menurut Islam. Pemikiran tentang hal tersebut diusung

    oleh Agus Salim dan Tjokroaminoto ketika mereka (pada masanya masing-masing)

    berhadapan dengan pihak komunis dan nasionalis. Pada umumnya, sampai pada masa

    konstituante tahun 1956-1959, pemikiran Islam di Indonesia berkisar pada soal-soal

    ibadah dan muamalah. Masalah lainnya yang juga diangkat, tidak lebih hanya karena

    merupakan tantangan pihak lawan yang lebih intens.[10]

    Bila kita mengamati perkembangan pemikiran Islam pada awal abad ke-20

    dibandingkan pemikiran Harun, maka kita akan melihat warna berbeda dalam pemikiran

    Harun Nasution. Warna berbeda itu bisa dilihat dari beberapa perspektif yaitu suasana

    zaman, afiliasi terhadap ormas/parpol, fokus terhadap bidang akademis. Kembali kepada

    pembahasan paragraf sebelumnya tentang garis besar pemikiran Islam pada awal abad

    ke-20 sampai masa konstituante, Deliar Noer menarik beberapa kesimpulan tentang corak

    gerakan masa itu antara lain bahwa pemikiran kalangan Islam masa itu lebih merupakan

    reaksi atau respon terhadap tantangan yang ada. Ia merupakan reaksi terhadap pemikiran

    Barat, sekulerisme, komunisme, nasionalisme yang chauvinistis, dan sebagainya. Selain

    itu, banyaknya permasalahan yang dihadapi tidak diimbangi dengan tersedianya orang-

    orang yang ahli dan mempunyai waktu luang sehingga bahasan dan kajian yang

    dilakukan terhadap salah satu topik kurang mendalam dan mengena.[11] Warna berbeda

    lainnya yaitu afiliasi terhadap ormas/parpol. Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa

    para tokoh sebelumnya adalah bagian dari ormas atau parpol (entah dia pendiri atau

    hanya sebatas anggota dan simpatisan). Hal itu secara tidak langsung menjadi salah satu

    pertimbangan apakah pemikiran yang dikeluarkan tokoh tersebut adalah murni

    pemikirannya. Perspektif lain yang bisa memperlihatkan warna berbeda pemikiran Harun

    Nasution adalah fokus yang digelutinya pada bidang akademis. Artinya bahwa

    pemikirannya adalah sebagai suatu kajian yang bisa disampaikan bahkan dipakai sebagai

    kurikulum.

    Teologi Rasional Mutazilah alaHarun Nasution

    Setiap tokoh memiliki ciri khas pemikiran dan latar belakang pemikirannya

    masing-masing. Bila tidak berlebihan, dapat dikatakan bahwa titik tolak pemikiran Harun

    Nasution adalah pemikiran Mutazilah yang sudah diupamnya. Fauzan Saleh mengatakan

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    29/30

    www.rajaebookgratis.com

    bahwa pemikiran Mutazilah tersebut diperkenalkan oleh Harun Nasution secara lebih

    komprehensif.[12] Inti pembaharuan pemikiran Harun Nasution sebenarnya tidak jauh

    berbeda dengan para pendahulunya yaitu menekankan tentang ijtihad. Akan tetapi Harun

    Nasution sudah masuk dalam tataran pembahasan yang sudah lebih mendalam tentang

    teologi. Masalah kalam ini jarang sekali diperbincangkan oleh para pemikir Islam

    sebelumnya. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, sebagian besar pemikir Islam masa

    itu lebih menitikberatkan kajiannya tentang muamalah. Hal itu terjadi karena suasana

    zaman yang menarik para pemikir Islam tersebut untuk merespon masalah yang ada.

    Sedangkan Harun Nasution adalah orang yang lepas dari berbagai kemelut masalah yang

    ada, walaupun pada masanya bukan berarti tidak ada masalah.

    Teologi adalah ilmu yang mempelajari ajaran-ajaran dasar suatu agama. Dalam

    Islam, teologi disebut sebagai ilm al-kalam. Secara umum, pemikiran Harun tentang

    teologi rasional maksudnya adalah bahwa kita harus mempergunakan rasio kita dalam

    menyikapi masalah. Namun bukan berarti menyepelekan wahyu. Karena menurutnya, di

    dalam Al-Quran hanya memuat sebagian kecil ayat ketentuan-ketentuan tentang iman,

    ibadah, hidup bermasyarakat, serta hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan fenomena

    natur. Menurutnya, di dalam Al-Quran ada dua bentuk kandungan yaitu qathiy al

    dalalah dan zhanniy al-dalalah.[13] Qathiy al dalalah adalah kandungan yang sudah

    jelas sehingga tidak lagi dibutuhkan interpretasi.Zhanniy al-dalalahadalah kandungan di

    dalam Al-Quran yang masih belum jelas sehingga menimbulkan interpretasi yang

    berlainan. Disinilah dibutuhkan akal yang dapat berpikir tentang semua hal tersebut.

    Dalam hal ini, keabsolutaan wahyu sering dipertentangkan dengan kerelatifan akal.

  • 7/26/2019 HarunNasutiondanNurcholishMadjidSelewengkanTauhid

    30/30

    www.rajaebookgratis.com

    Daftar Pustaka

    Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press

    Saleh, Fauzan. 2004. Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia

    Abad XX,Jakarta: Serambi.

    Panitia Penerbitan Buku dan Seminar 70 Tahun Harun Nasution dan Lembaga Studi

    Agama dan Filsafat. 1989. Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun

    Harun Nasution, Jakarta: Panitia Penerbitan Buku dan Seminar 70 Tahun Harun

    Nasution dan Lembaga Studi Agama dan Filsafat

    http://ahmadfathulbari.multiply.com