Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

40

Transcript of Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

Page 1: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id
Page 2: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Page 3: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta, sebagaimana yang diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun

2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan

Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/

atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/

atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

1.000.000. 000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si Drs. Hery Hermawan, M.Ak

HARMONI SOSIAL

dan KEARIFAN LOKAL

Konflik Sosial dalam Perspektif

Budaya Jawa

Page 5: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

ISBN: 978-602-5452-70-3

HARMONI SOSIAL DAN KEARIFAN LOKAL:

Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Penulis : Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si

Drs. Hery Hermawan, M.Ak

Sampul & Layout : Omah Desain

Cetakan (revisi) : Oktober 2019

Kode Produksi : LBP: 10.19.00242

xviii + 263 hlm. 16 x 23 cm.

Penerbit : LaksBang PRESSindo, Yogyakarta

(Member of LaksBang Group)

http://laksbangpressindo.com

E-mail: [email protected]

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak dalam bentuk

apa pun tanpa izin penulis dan penerbit.

Page 6: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

v Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

S

KATA PENGANTAR

udah layak dan sepantasnya kami mengarahkan hati

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa madah pujian

bagi ke-Agungan dan ke-Luhuran-Nya jua yang telah memberikan

segala penyertaan, segala karunia, segala bimbingan serta selalu

menciptakan perlindungan kepada kami dalam upaya menyelesaikan

penulisan buku teks, dengan judul; HARMONI SOSIAL dan

KEARIFAN LOKAL: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa.

Penulisan buku teks dengan judul tersebut, merupakan bagian tugas

yang tidak terpisahkan dari Tridharma Perguruan Tinggi berdasar-

kan kepada skim pengembangan Hibah Penelitian Terapan Ung-

gulan Perguruan Tinggi (PTUPT) yang diselenggarakan dan didanai

melalui Kementerian Riset, Tekhnologi dan Pendidikan Tinggi

(Kemen RisTek-DikTi) Republik Indonesia Tahun Anggaran 2019.

Memperhatikan perjalanan pergaulan dan kehidupan manu-

sia, yaitu antara individu yang satu dengan individu yang lain,

ditemukanadanya berbagai ide dangagasanyang pada perkembanga-

nya terjadi persetujuan, bahwa dari pergaulan itu dibentuk satuan

manusia yang disebut dengan masyarakat. Hal itu dilakukan, meski-

pun disadari bahwa ide dan gagasan yang bermunculan tersebut

memuat kesamaan, perbandingan, bahkan ada yang sama sekali

Page 7: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

vi Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

berbeda mengingat keterbatasan kemampuan yang masing-masing

miliki juga berbeda. Kesepakatan yang direpresentasikan melalui

terbentuknya masyarakat, tentunya menyinggung ide dan gagasan

yang tertampung dalam satuan manusia dapat lebih terapresiasi di

dalamnya, sehingga kesempatan untuk saling bertemu dan saling

semakin mengenal antar individu manusia terfasilitasi oleh masya-

rakat, walaupun sebenarnya saling berbeda.

Dengan berhimpun dan bekerjasama antar individu manusia,

maka saling pengertian dan saling pengakuan keberadaan masing-

masing dapat dikembangkan dengan cara-cara mengorbankan

sebagian kewajiban dan hak ke dalam perhimpunan, berarti ber-

sedia untuk diatur agar keteraturan hubungan mereka terjamin,

dan juga terjaminnya keseimbangan kewajiban dan hak oleh per-

himpunan yang dikenal dengan sebutan masyarakat secara melem-

baga. Berdasarkan pada penyerahan sebagian kewajiban dan hak

tersebut secara keseluruhan individu manusia kepada lembaga

masyarakat, bukan berarti bahwa perbedaan-perbedaan, penolakan,

atau bahkan perlawanan di dalam masyarakat tersebut ditiadakan.

Adalah merupakan penyimpangan atau kesalahan apabila peniadaan

terhadap hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat, karena akan

terjadi penindasan oleh manusia atas manusia dan berakibat ke-

pada perhimpunan yang telah manusia bangun melalui berbagai

kesepakatan dan/atau persetujuan, mengalami kegagalan.

Pada dasarnya, manusia lahir ke dunia dalam keadaan “bebas”

dan bersifat “baik”, dalam hal mana, tidak dibenarkan adanya gugatan

oleh manusia yang lain, namun dengan kebebasan itu manusia juga

tidak dibenarkan menerapkannya kepada manusia yang lain dengan

carasemena-mena. Disampingitu, manusiajugamemilikisifat“baik”,

namun manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan sifat

“baik” yang dimiliki, tetapi di balik itu manusia juga mampu untuk

menyelewengkan sifat “baik” itu melalui tindakan-tindakannya.

Artinya, bahwa dengan menyerahkan sebagian kewajiban dan hak

Page 8: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

vii Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

masing-masing ke dalam masyarakat, manusia menyerahkan kepada

masyarakat untuk mengatur dirinya termasuk keadaan “bebas” dan

sifat “baik” itu sendiri. Melalui pengaturan itu, manusia dituntut

mematuhtaatinya agar dapat secara bersama-sama mewujudkan ke-

pentinganbersama, dandengandemikianterjamin adanya keseimba-

ngan kewajiban dan hak, sehingga keteraturan hubungan di dalam

masyarakat dapat diwujudkan. Kenyataan seperti itu, memberikan

pengertian bahwa mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku

di dalam masyarakat, berarti mentaati dan mematuhi diri sendiri.

Manusia sebagai makhluk individu, sejak dilahirkan hingga

akhir hayatnya memiliki kebebasan mutlak dan tidak dapat diganggu

gugat oleh siapapun sekalipun oleh masyarakat, bahkan oleh negara.

Secara individu manusia juga berkebebasan untuk menentukan

keputusan dalam melakukan tindakan “penyesuaian diri” terhadap

individu yang lain pada berbagai hubungan yang terjadi di dalam

masyarakat, karena penyesuaian diri dilakukan dengan segala

kemampuan berpikir, akal, dan kehendak merupakan nilai-nilai

kehidupan sosial yang tidak dapat dihindari. Jadi, selain kebebasan

merupakan hak mutlak bagi individu manusia, tetapi harus disadari

juga bahwa hak tersebut menimbulkan kewajiban yang juga bersifat

mutlak, manakala individu manusia berhadapan dengan individu

manusia yang lain. Dalam keadaan seperti itu, kebebasan tidak dapat

diimplementasikan secara bebas, pada hal mana manusia dihadapkan

kepada kenyataan-kenyataan bahwa di dalam masyarakat berlaku

norma-norma dan nilai-nilai yang harus dihormati dan dipatuhtaati.

Interaksi manusia dengan alam lingkungan sekitar yang

mengelilinginya, dapat juga disebut sebagai interaksi sosial di

dalam lingkungan masyarakat, hal mana interaksi sosial merupa-

kan hubungan dinamis antar manusia di dalam lingkungan masya-

rakatnya baik antar individu, individu dengan kelompok, maupun

antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial sebagai salah

satu bentuk dan proses sosial, merupakan embrio dari adanya

Page 9: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

viii Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dan dengan

perubahan tersebut menunjukkan terjadinya sikap atau perilaku

tertentu yang juga diikuti oleh tindakan-tindakan tertentu. Ujud dari

interaksi sosial itu sendiri dapat secara langsung ataupun secara tidak

langsung, tetapi keduanya memiliki pengaruh sangat kuat terhadap

pengambilan keputusan (menerima atau menolak) bagi individu atau

kelompok, dengan implikasi pada tindakan sebagaimana keputusan

yang telah ditentukan.

Keseluruhan dari hal tersebut, pada perkembangannya mun-

cul peranan individu di dalam lingkungan kelompok atau masya-

rakatnya, dan dengan demikian peranan pribadi harus didukung

melalui hasil pemikiran yang strategis (terukur dan operasional).

Meskipun secara harfiah diakui dan memang demikian adanya,

bahwa setiap individu manusia memiliki kebebasan masing-masing,

namun demikian keadaan tersebut membuahkan kesadaran indi-

vidu bahwa dirinya tidak mungkin dapat mencapai tujuan hidupnya

melalui kemampuan sendiri, melainkan melalui kerja-sama dengan

sesamanya, yakni manusia. Hubungan-hubungan yang berlangsung

antar individu di dalam masyarakat, pada keadaan tertentu akan

melibatkan ketentuan-ketentuan pribadi, yang secara umum berada

pada batas-batas toleransi pribadi dan berkaitan dengan kebiasaan

individu serta mengarahkan sikap atau perilaku, oleh karena tang-

gapan-tanggapannya pada sesuatu hal, keadaan, dan kemampuannya

sendiri.

Kelompok-kelompok individu di dalam lapisan atau ting-

katan masyarakat, secara terorganisir memiliki potensi untuk

melakukan interaksi antara individu yang satu dengan individu yang

lain baik antar lapisan dan tingkatan maupun antar-intern lapisan

dan tingkatan. Selain hal tersebut manusia menyadari bahwa dirinya

berada di dalam berbagai situasi dan lingkungan, seperti lingkungan:

keluarga, kerja, pergaulan, organisasi tertentu, dan lain-lain sehingga

melalui kenyataan-kenyataan seperti itu, manusia memiliki identitas

Page 10: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

ix Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

sebagai individu, sebagai anggota kelompok tertentu, dan juga

memiliki posisi, peran, serta fungsi tertentu. Dengan kemampuan

adopsi yang dimiliki oleh setiap individu terhadap terpaan penga-

ruh dari sesuatu hal atau keadaan yang datang pada mereka dan

menghasilkantanggapan-tanggapan(sikapdanperilaku), merupakan

kekuatan atau potensi tersendiri di dalam kelompok pada lapisan

dan tingkatan yang ada di dalam lingkungan masyarakat.

Berawal dari lingkungan keluarga, pendidikan berlangsung

dalam bentuk-bentuk bimbingan dan pembinaan dasar dari orang

tua, sebagai bekal yang harus benar-benar diresapi sebelum indi-

vidu yang bersangkutan terjun dan bergaul ke dalam lingkungan

masyarakat sekitarnya. Dengan tanpa memperhatikan latar belakang

masing-masing baik lapisan maupun tingkatan, pendidikan me-

rupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan oleh setiap indi-

vidu manusia. Guna menumbuh-kembangkan karakter atau watak

manusia, pendidikan merupakan wahana dan sarana utama di

dalam kehidupan manusia, serta dapat menentukan tinggi dan/

atau rendahnya kualitas hidup dan kehidupan mereka di dalam

masyarakat. Artinya, selain mendapat bimbingan dari lingkungan

keluarga, karakter atau watak ini dapat semakin terbentuk setelah

individu tersebut terjun serta memasuki pergaulan di lingkungan

masyarakatnya yang benar-benar terjadi secara riil (nyata). Jadi,

terbentuknya karakter setiap individu sebagai warga masyarakat

tidak dapat dilepaskan dari latar belakang keluarga dan lingkungan

masyarakat yang mempengaruhi atau membentuknya.

Berhubungan dengan itu, interaksi sosial berlangsung secara

terus-menerus sehingga terjadi saling pengertian, saling memahami,

dan saling mengenal antara satu individu dengan individu yang

lainnya secara realistis. Hal seperti ini wajar terjadi, mengingat

setiap individu memiliki latar belakang, kemampuan, kemauan,

pengalaman, dan tujuan yang bervariasi sehingga kenyataan tersebut

memberi pengaruh terhadap interaksi sosial pada setiap individu

Page 11: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

x Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

ataupun kelompok, baik yang bersifat asosiatif (kooperatif-konflik)

maupun disosiatif (kompetitif-konflik) sebagai pengetahuan, pe-

mahaman, serta tindakan-tindakan. Bahwa pendidikan dengan

fungsinya tersebut, sangat mungkin menghasilkan interaksi so-

sial yang bersifat asosiatif (kooperatif-konflik) maupun bersifat di-

sosiatif (kompetitif-konflik). Kemudian daripada itu, lembaga pen-

didikan formal (tingkat dasar-tingkat tinggi) berfungsi memberi

dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang cara berpikir dan

cakrawala pemikiran.

Bahwa di dalam interaksi sosial, manusia memiliki kemam-

puan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan

pikiran, akal, dan kehendaknya melakukan pertimbangan-per-

timbangan tentang untung dan rugi atau ganjaran atau hukuman.

Dengan kenyataan-kenyataan seperti itu, maka saling pengertian,

saling pengakuan, dan saling percaya merupakan sisi utama dan

pertamayangharusdibangunapabila“kebersamaanpersepsi” sebagai

syarat terbentuknya kerjasama sebagaimana diinginkan dapat terjadi

di dalam lingkungan masyarakatnya. Untuk itu, di dalam interaksi

sosial harus memberikan jaminan-jaminan secara komprehensif,

mengingat secara individu atau kelompok masing-masing tingkatan

dan lapisan berangkat dari situasi (keadaan), kondisi (kemampuan),

dan toleransi (penerimaan-positif dan/atau negatif) yang berbeda-

beda atau beragam. Oleh karenanya, penyebarluasan informasi yang

berkaitan dengan aspek-aspek kemasyarakatan sangat dibutuhkan,

pada hal mana proses pengaruh-mempengaruhi antar individu dan/

atau antar kelompok di dalam lapisan dan tingkatan masyarakat

selalu berlangsung.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting di dalam

upaya membangun “kebersamaan persepsi” (bentuk, sifat, pola dan

manifestasi) pada setiap peristiwa interaksi sosial antara manu-

sia dengan alam lingkungan sekitar yang mengelilinginya. Cara

dan urutan berkembangnya lingkungan masyarakat, berada pada

Page 12: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

xi Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

atau tergantung pada bagaimana iklim komunikasi dibangun

di dalamnya. Secara konseptual, hal ini dirumuskan sebagai: “...

menentukan dan meneguhkan ... eksistensi kepercayaan dukungan,

keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan. Dengan

demikian pengaruh komunikasi dapat bermacam-macam dan

berubah menurut cara-cara pengaruh komunikasi ini ditentukan

dan diteguhkan melalui interaksi …” (Deddy Mulyana, 2002:

154). Hal ini mengingatkan kembali pada proses interaksi dalam

meneguhkan komunikasi yang mengarah dan menerpa ke seluruh

lapisan dan tingkatan masyarakat, pada hal mana aliran informasi

secara berkesinambungan dapat memunculkan sinergi antar jajaran

(lapisan dan tingkatan) dalam kaitannya dengan keteraturan

hubungan-hubungan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat.

Kejadian seperti ini merupakan sebuah kelajiman bagi seluruh

lapisan dan tingkatan masyarakat yang penuh dinamisasi untuk

membangun atau menciptakan karakter, melalui kebersamaan

persepsi. Berkaitan dengan persoalan itu, keterbukaan dan kejujuran

bagi penyebarluasan aspek-aspek kemasyarakatan sangat diperlukan.

Meskipun komunikasi bukan merupakan satu-satunya

metode (cara dan alat), tetapi dengan keterbukaan dan kejujuran,

kekakuan-kekakuan di dalam masyarakat dapat dicairkan, meng-

ingat bahwa manusia baik secara individu maupun kelompok

memiliki pengalaman-pengalaman yang satu dengan yang lain tidak

sama, dan menjadi kendala di dalam upaya membangun saling

pengertian antara satu terhadap yang lain. Berpijak pada kajian

seperti itu, maka berkembang atau merosotnya, kuat atau lemahnya

keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan individu atau kelompok

sangat ditentukan oleh kemampuan terkait hal-hal tersebut di

dalam pengimplementasiannya. Dengan demikian, gagasan atau

ide tentang bagaimana mengembangkan komunikasi yang efektif,

melalui kemasan dan bahasa yang mampu membangkitkan respon

bagi seluruh jajaran (lapisan dan tingkatan) masyarakat merupakan

Page 13: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

xii Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

prasarat utama yang tidak mungkin diabaikan. Dalam hal ini, telah

diungkapkan bahwa “ … Pengaruh ini didefinisikan, disepakati,

dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui

interaksi... Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-

keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi

pesan-pesan...” (Deddy Mulyana, 2002: 149). Keadaan dan kemampu-

an seperti ini, sudah barang tentu terkait dengan pertimbangan-

pertimbangan yang dimiliki oleh setiap individu dan kelompok itu

sendiri.

Selanjutnya, faktor dasar yang akan memperat tali ke-

keluargaan antar individu di dalam kelompok, adalah adanya sifat

kebersamaan, senasib sepenanggungan, guna mencapai tujuan

bersama. Suasana kebersamaan itu harus terus-menerus dipupuk

dan dipertahankan, dengan cara menekan perbedaan seminimal

mungkin, atau mengambangkan sikap perbedaan itu sebagai suatu

rahmat dan merupakan landasan untuk memperkaya pemikiran,

dalam rangka menciptakan inovasi-inovasi gerak langkah

sebagai kerangka pengembangan kelompok bersangkutan, bukan

diperuncing sebagai awal dan pangkal perpecahan.

Telah disinggung sebelumnya, bahwa penyimpangan atau

perlawanan terhadap nilai-nilai, norma, dan peraturan yang menjadi

kepakatan di dalam lingkungan masyarakat dan berlaku bagi

seluruh warga, adalah tidak ditiadakan atau tidak menjadi larangan.

Kenyataan seperi itu, sangat memungkinkan terjadinya perselisihan

atau konflik antar warga lingkungan masyarakat, baik secara

individu maupun secara kelompok yang ada di dalamnya. Keadaan

dimaksud tidak menjadi perhitungan dan pertimbangan secara

khusus, sehingga menimbulkan kegaduhan yang sebelumnya tidak

diperkirakan. Meskipun tidak nyaman atau tidak menggembirakan

suasana yang diterima oleh lingkungan masyarakat, adalah bukan

merupakan tujuan bagi pihak-pihak yang memilih konflik sebagai

cara menunjukkan eksistensi seseorang terhadap seseorang yang lain

Page 14: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

xiii Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

atau antar kelompok. Bahwa sadar atau tidak sadar serta sengaja atau

tidak sengaja, konflik selalu ada di dalam lingkungan masyarakat,

baik secara sederhana ataupun secara besar-besaran, sehingga faktor-

faktor penyebab terjadinya konflik ini harus dapat dikendalikan.

Selanjutnya mengenai faktor-faktor penyebab timbulnya konflik

sosial di dalam masyarakat, harus dapat diketahui dan diupayakan

untuk dilakukan pengendalian oleh lingkungan sosial masyarakat,

agar kemungkinan terjadinya konflik dapat diminimalisasi sampai

pada tingkat equilibrium atau keseimbangan.

Sebagai salah satu bentuk pemahaman tentang faktor-faktor

penyebab terjadinya konflik sosial di lingkungan masyarakat, yaitu

bahwa setiap individu manusia dihadapkan kepada kenyataan

dengan adanya peluang untuk bergerak secara bebas atau leluasa,

dan kenyataan ini menjadi pemicu untuk saling berlomba dan/

atau bertanding, disertai tantangan-tantangan lain sehingga tidak

dapat dihindari akan terjadinya persaingan. Melalui perlombaan,

pertandingan, dan persaingan hidup antar individu manusia dapat

dipastikan bahwa pada akhirnya kekalahan (tidak berhasil) atau

kemenangan (berhasil) merupakan perolehan masing-masing dari

peristiwa tersebut. Berkaitan dengan soal demikian, baik yang

mengalami kekalahan maupun yang memperoleh kemenangan

saling berupaya untuk dapat mengungguli antara satu terhadap

yang lain, sehingga muncul adanya keinginan untuk bekerjasama

antar individu manusia dan membentuk kelompok-kelompok di

lingkungan masyarakat.

Bahwa persaingan yang terjadi dan berkembang di dalam

lingkungan masyarakat merupakan sesuatu kewajaran dan sebuah

keniscayaan, sehingga konflik sosial yang sering terjadi merupakan

peristiwa yang bersifat manusiawi, dan tidak dapat dihindari.

Memperhatikan ilustrasi seperti terungkap itu, dapat dikemukakan

bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di dalam

masyarakat, antara lain sebagai berikut.

Page 15: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

xiv Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

a. Manusia berada pada keterbatasan kemampuan, tetapi ditujukan

kepada kehendak yang tidak terbatas pada setiap individu.

b. Setiap individu manusia memiliki bekal di dalam hidupnya

seperti pikiran, kehendak, dan akal budi, bagi upaya mewujudkan

kehendak kompleksnya (keinginan, harapan, cita-cita, impian,

tuntutan, kebutuhan, kepentingan, dan lain-lain sejenisnya).

c. Setiap individu manusia berhadapan dengan perlombaan dan

pertandingan yang berlangsung setiap saat, baik secara sendiri

maupun secara bersama-sama.

d. Tantangan-tantangan lain di dalam kehidupan, sehingga per-

saingan tidak dapat dihindari.

Hal tersebut, juga berlaku bagi kelompok-kelompok yang

terhimpun di lingkungan masyarakat, mengingat akan resiko yang

harus ditanggung sangat besar dimana konflik yang terjadi antar

kelompok dengan melibatkan individu manusia dalam jumlah besar

dapat mengarah pada kekerasan sosial, serta tidak dapat dikontrol

oleh siapapun anggota kelompok masing-masing maupun oleh

warga masyarakat yang terkena akibat dari resiko kekerasan sosial.

Buku teks yang kami susun dan tulis ini, merupakan sebuah

pemikiran sederhana tentang keadaan dan kenyataan hidup

manusia di lingkungan masyarakat, sehingga dengan kesederhaan

yang kami miliki ini, tidak lupa kepada sidang pembaca untuk

dapat memberikan kritik yang membangun bagi penyempurnaan

buku teks yang kami suguhkan. Perbaikan-perbaikan berdasarkan

pada masukan yang diberikan oleh sidang para pembaca, menjadi

harapan yang kami nanti-nantikan. Terimakasih yang setinggi-

tingginya kami sampaikan kepada Kementerian Riset, Tekhnologi

dan Pendidikan Tinggi (Kemen RisTek-DikTi) Republik Indonesia

yang telah menyetujui dan mendanai Hibah Penelitian Terapan

Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), sebagai dorongan dalam

penyelesaian penulisan buku ini yang merupakan bagian capaian

Page 16: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

xv Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

wajib. Ucapan terimakasih ini tidak lupa juga kami sampaikan kepada

Rektor Universitas Merdeka Madiun, Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun, dan Ketua Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Merdeka

Madiun beserta seluruh staf yang telah memberikan bantuan dalam

prosesnya, sehingga penulisan buku teks ini dapat kami selesaikan

sampai pada keadaannya saat ini.

Demikian, dan akhir kata yang tidak terlepas dari harapan

ialah agar buku teks ini memiliki kemanfaatan secara positif bagi

para pembaca. Terimakasih dan Universitas Merdeka Madiun selalu

maju dan jaya untuk ke depannya.

Madiun, September 2019

P e n u l i s

Page 17: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id
Page 18: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... v

Daftar Isi ....................................................................................... xvii

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

Bab I MASYARAKAT DAN ORGANISASI

KEMASYARAKATAN ................................................................. 15

A. Latar Belakang ........................................................... 15

B. Pengertian Masyarakat............................................... 21

C. Organisasi Kemasyarakatan ....................................... 61

Bab II BUDAYA DAN PERUBAHAN SOSIAL ........................ 87

A. Latar Belakang ........................................................... 87

B. Pengertian Budaya ..................................................... 92

C. Perubahan Sosial Budaya ......................................... 114

BAB III BUDAYA JAWA DAN NILAI UNGKAPAN

BAHASA JAWA ................................................................................... 133

A. Latar Belakang ......................................................... 133

B. Budaya Jawa ............................................................... 138

C. Nilai-nilai dalam Ungkapan Bahasa Jawa ................ 163

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

BAB IV KONFLIK SOSIAL DAN PROSPEK PENYELESAIAN 177

Page 19: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

A. Latar Belakang ......................................................... 177

B. Konflik Sosial .......................................................... 181

C. Prospek penyelesaian konflik sosial ........................ 199

BAB V KEARIFAN LOKAL DALAM PERSPEKTIF BUDAYA

PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL ............................ 205

A. Latar Belakang ......................................................... 205

B. Pengertian Kearifan Lokal ....................................... 207

C. Kearifan Lokal dan Penyelesaian Konflik Sosial ..... 235

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 257

Page 20: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

1 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

H

PENDAHULUAN

ubungan saling pengaruh-mempengaruhi yang terjadi

antara manusia dengan alam lingkungan sekitar yang

mengelilinginya, merupakan peristiwa yang tidak mungkin untuk

dihindari di sepanjang hidup manusia, tetapi sebaliknya harus

di sikapi dengan cara-cara yang wajar dan bersedia mempelajari

aspek-aspek alam lingkungan agar manusia memperoleh manfaat

di dalamnya. Kemampuan manusia untuk melakukan penyesuaian-

penyesuaian menjadi bekal utama untuk bergaul lebih lanjut, se-

hingga mengetahui indikasi-indikasi berbagai kemungkinan ter-

jadinya perubahan-perubahan terkait dengan karakteristik alam

lingkungan yang berpengaruh kepada kehidupan manusia. Dengan

tindakan-tindakan seperti itu, maka manusia dapat mengetahui serta

memahami kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki alam lingkungan

sekitar, mengenai kemauan dan kelanjutan kemauan tersebut ketika

terjadi sesuatu peristiwa yang datangnya dari alam lingkungan

tersebut.

Menelaah tentang sikap dan/atau perilaku manusia dalam

hubungannya dengan alam lingkungan sekitar yang mengelilinginya

tersebut, merupakan hubungan interdependensi atau saling keter-

gantungan antara manusia dengan alam lingkungan sekitar dan

Page 21: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

2 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

sebaliknya. Hal demikian, merupakan satu-kesatuan ide dan gaga-

san yang terinterpretasikan melalui berbagai bentuk karya manusia

yang menggambarkan hubungan-hubungan tersebut. Aspek-aspek

hubungan yang demikian itu, dapat dilihat di berbagai bidang ke-

giatan seperti pertanian, perkebunan, busana, perumahan, seni,

keagamaan dan kepercayaan lainnya, pernikahan, peralatan atau

perkakas, dan lain sebagainya melalui tata cara serta pelaksanaannya

sesuai dengan pemahaman terhadap kemauan alam lingkungan

sekitaryangmengelilinginyaitu. Berbagaikegiatanyangdilaksanakan

berdasarkan tata cara yang telah diyakini tersebut, mengandung

tujuan bahwa manusia di dalam menjalani kehidupan bermasyarakat

memperoleh keseimbangan yang memberikan jaminan bagi

munculnya keselarasan hidup dan kehidupannya.

Proses hubungan antara kedua kutub tersebut, merupakan

perjalanan panjang dari generasi ke generasi dan secara bertahap

pemahaman yang dilakukan oleh manusia terhadap alam lingkungan

sekitar, melalui berbagai cara dan alat yang diyakini dapat digunakan

untuk bergaul dan bergumul di dalamnya. Perjalanan panjang dengan

segala pasang-surut suasana yang meliputinya, secara bertahap

manusia mendapatkan buah-buah yang bermanfaat bagi kehidupan

dan secara berkelanjutan menjadi kebiasaan-kebiasaan. Kemudian,

kebiasaan yang dilakukan secara berulang disebut sebagai mentradisi

dan membudaya meliputi kebijakan atau kearifan yang berlaku pada

lokal tertentu dengan segala tata cara dan pelaksanaannya di dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Keakraban, keintiman, dan

kegotongroyongan dalam menyelesaikan berbagai kegiatan menjadi

bagian dari kebenaran bersama bagi upaya memenuhi kehendak

kompleks manusia berlandaskan pada keseimbangan agar tercipta

keselarasan dalam arti luas di lingkungan masyarakat setempat.

Kandungan nilai kehidupan yang tinggi di dalam kearifan lokal,

memampukan manusia di dalam menghadapi terpaan pengaruh yang

datangnya dari luar komunitas masyarakat, dalam arti menyesuaikan

Page 22: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

3 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

diri serta memilah pengaruh yang menerpa tersebut guna memilih

kesesuaiannya dengan kepentingan masyarakat setempat.

Nilai manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat,

diilhami melalui kearifan lokal yang dipandang sangat bernilai

dan mempunyai keleluasaan ataupun kelenturan bagi masyarakat

dalam melangsungkan kehidupan, sesuai dengan situasi, kondisi,

kemampuan,dantatanilaiyangdihayatidilingkunganmasyarakatnya.

Meskipun kearifan lokal merupakan nilai-nilai lama yang secara

turun-menurun dilakukan, namun telah menjadi pedoman hidup

masyarakat yang terus-menerus dilestarikan dan dikembangkan,

dimana nilai yang terkandung di dalamnya adalah universal sifatnya.

Di dalam upaya-upaya menyelesaikan berbagai permasalahan yang

dihadapi, baik secara sendiri maupun secara bersama-sama, maka

melalui kebiasaan-kebiasaan yang menjadi bagian dari cara hidup

merupakan cerminan terselenggaranya kearifan lokal. Dalam

hal ini, menurut Permana (2010: 20), dinyatakan bahwa kearifan

lokal adalah “… jawaban kreatif terhadap situasi geografis-politis,

historis, dan situasional yang bersifat lokal. Kearifan lokal juga

dapat diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam

pemenuhan kebutuhan mereka ….” (http://www.kajianpustaka.com;

diakses tanggal 28 September 2018).

Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang

tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal,

dipercayai dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu

mempertebal kohesi sosial di tengah masyarakat (Haba, 2007: 11,

Abdullah, 2008: 7). Quarich Wales merumuskan kearifan lokal atau

local genius sebagai “the sum of the cultural characteristic which the

vast majority of a people have in common as a result of their experiences

in early life”. Pokok pikiran yang terkandung dalam definisi tersebut

adalah (1) karakter budaya, (2) kelompok pemilik budaya, serta (3)

Page 23: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

4 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

pengalaman hidup yang lahir dari karakter budaya (http://www.

kajianpustaka.com; diakses tanggal 28 September 2018).

Tidak pernah mengenal istilah menyerah atau patah arang,

meskipun kehidupan manusia dihadapkan pada berbagai tantangan

yang sangat menguras enerji dan melelahkan, tetapi secara ber-

kelanjutan (generasi ke generasi) pergerakan dilakukan dengan

tekun dan tanggap, berupaya untuk dapat bergaul serta bergumul

dengan tantangan, karena melalui tindakan tersebut manusia

memiliki ketahanan di dalam menjalani kehidupannya. Demikian

halnya dengan hidup bermasyarakat, baik sebagai manusia maupun

selaku warga atau anggota masyarakat tuntutan untuk menyesuaikan

diri dengan sesama warga merupakan kewajiban mutlak yang tidak

mungkin dihindari oleh siapapun, kapanpun, dimanapun, dan dalam

keadaan apapun. Hal demikian, terkait dengan harmoni sosial dalam

pengertian bahwa hidup manusia di dalam bermasyarakat, adalah

hidup bersama di lingkungan yang sama meskipun secara individu

maupun kelompok sama sekali berbeda sikap, perilaku, sifat, dan

karakter masing-masing.

Namun kewajiban dan hak yang diemban merupakan pe-

nentu posisi, peran, dan fungsi sesuai dengan nilai, kepercayaan,

dan harapan yang termaktub di dalam nilai-nilai, norma, peraturan

sebagai kesepakatan bersama dalam hidup bermasyarakat itu. Pada

perkembangan berikutnya, keteraturan hubungan yang terjadi di

dalam masyarakat menjadi tantangan yang harus dihadapi, sehingga

persamaan, pertukaran, atau pertentangan ide dan gagasan antar

individu dan/atau kelompok pasti terjadi. Keadaan seperti itu,

merupakan peristiwa yang memerlukan jawaban dari warga atau

anggota masyarakat sendiri (lapisan dan tingkatan), sesuai dengan

posisi, peran, dan fungsi setiap individu dan kelompok selaku

elemen-elemen atau unsur terbentuknya masyarakat. Pemikiran

demikian, merupakan pemikiran yang secara umum dimiliki oleh

manusia guna mendukung upaya-upaya menciptakan kehidupan

Page 24: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

5 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

yang seimbang agar di dalam melakukan berbagai kegiatan dapat

terselenggara secara baik, selaras atau sesuai dengan kepentingan

serta tujuan kegiatan-kegiatan itu dilakukan.

Untuk kepentingan tersebut, maka manusia sebagai manusia

dan selaku warga atau anggota masyarakat harus mampu (berani

dan bersedia) untuk berupaya bersama-sama guna menjawab

kepentingan dalam menciptakan keseimbangan dan keselarasan,

sebagai kondisi yang harus terpenuhi bagi harmonisasi kehidupan

sosial atau masyarakat (lapisan dan tingkatan). Perlu disadari juga

bahwa harmoni sosial di lingkungan masyarakat yang meliputi dan

diliputi dengan ketidaksamaan sosial (diferensiasi dan stratifikasi),

merupakan keadaan dan kenyataan yang ditemui sebenarnya men-

jadi kekuatan pendorong bagi kemajuan peradaban dan budaya yang

sangat menentukan. Dari pemahaman yang demikian itu, masing-

masing warga masyarakathendaknya dapatsaling menguatkansecara

wajar di antara yang kuat kepada yang lemah, dan bagi yang lemah

harus memiliki kebersediaan (mampu dan berani) untuk mencari,

menemukan, dan memanfaatkan berbagai informasi (pencerahan)

secara positif, dalam arti mengembangkan kemampuan serta pe-

ngetahuan.

Keharmonisan sosial merupakan harapan setiap individu.

Kehidupan yang harmonis dalam suatu masyarakat bukanlah

sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan harus diusahakan oleh

setiap elemen masyarakat, salah satunya adalah melalui pendidikan.

Narwoko, J.D dan Bagong Suyanto (2007: 206) menyatakan, bahwa;

keserasian sosial, kehidupan harmoni dan kerukunan pada dasarnya

adalah mozaik yang disusun dari parca-parca perbedaan. Anak yang

sejak dini dididik untuk menyadari perbedaan, niscaya yang terjadi

bukanlah konflik-konflik yang manifest atau pertengkaran, tetapi

akan melahirkan rasa toleransi dan kesadaran yang menerima bahwa

dalam kehidupan nyata selalu ada wilayah yang mesti dibagi dengan

pihak lain. Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak-anak

Page 25: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

6 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

memiliki peran sentral dalam mengembangkan keterampilan sosial

agar kelak mereka dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan fitrah

sebagai makhluk paling sempurna.

Mengenai harmonisasi atau proses menuju keselarasan,

kesesuaian, dan/atau keseimbangan bukan merupakan peristiwa

yang baru terjadi, tetapi setiap individu manusia beranggapan bahwa

hal itu merupakan pengingat akan adanya hubungan (pergaulan

dan pergumulan) antara manusia dengan alam lingkungan sekitar

yang mengelilinginya, tentu berpengaruh pada perbedaan dan pem-

bedaan tersebut terjadi. Mengupas tentang harmoni sosial di dalam

lingkungan sosial-kemasyarakatan yang dinamis dan beraneka

ragam status sosialnya adalah menjadi karakteristik umum yang

dihadapi manusia pada hidup serta kehidupan bermasyarakat

sehari-hari. Perbedaan dan/atau pembedaan mana dikarenakan

adanya sikap dan perilaku yang juga berbeda yang dimiliki oleh

manusia di dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi oleh

pergerakan-pergerakan manusia, terhadap alam lingkungan sekitar

yang mengelilinginya baik disadari maupun tidak disadari.

Di samping itu, terjadinya kekuatan tarik-menarik, tolak-

menolak antargenerasi (lama ke baru) juga merupakanpermasalahan

yang harus mendapat perhatian, dalam mana perbedaan kedua

kekuatan itu dapat menjadi ketidaksamaan sosial yang lain dan

sebagaipemicuterjadinyaperselisihanyangmengarahkepadakonflik

ide dan/atau gagasan yang semakin menjauhkan kehadiran harmoni

sosial di lingkungan masyarakat. Meskipun diakui bahwa sejak

manusia terlahir di dunia adalah berbeda di antara masing-masing

dalam berbagai aspek kehidupan, namun dengan segala kemampuan

yang dimiliki, manusia selalu berupaya untuk mendekatkan diri

antara satu terhadap yang lainnya untuk saling mengenal dan pada

akhirnya saling mengerti dalam arti yang sesungguhnya. Dengan

saling mengenal dan memahami itu berarti juga dapat menerima

keberadaan masing-masing dalam keadaan apapun, tanpa adanya

Page 26: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

7 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

prasangka-prasangka yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan

pada ranah pergaulan dan/atau kerugian-kerugian secara materiil

atau moril.

Dilandasi oleh kegiatan-kegiatan, pemikiran-pemikiran dan

pengalaman-pengalaman manusia di dalam interaksinya dengan

alam lingkungan sekitar yang mengelilinginya merupakan kekuatan

yang mendukung manusia untuk berhimpun dan bekerjasama

juga bagi kepentingan manusia. Dengan berhimpun, manusia

dapat bekerjasama dengan sesamanya merupakan perwujudan

terbentuknya masyarakat, pada hal mana, manusia menyadari bahwa

dirinya dalam keadaan berikut.

a. Tidak mungkin memenuhi kepentingan diri, melalui kemam-

puannya sendiri.

b. Tidak sanggup untuk hidup dalam suasana kesepian.

c. Tidak dapat mengetahui bahwa tindakan yang dilakukannya

dinilai baik atau buruk, benar atau salah.

d. Di luar dirinya, hidup dan berkembang manusia yang lain.

Kesadaran seperti itu, menjadi daya tarik bagi individu

manusia untuk saling mendekat dan saling menyesuaikan diri, serta

selanjutnya berhimpun dan bekerjasama. Konsepsi ini merupakan

kesimpulan yang “… menggambarkan terdapatnya perkembangan-

perkembangan pengetahuan di dalamnya. Pendapat-pendapat

demikian merupakan hasil pengujian-pengujian ... dengan adanya

penjelasan atau keterangan-keterangan dari ... berbagai dasar ilmu

pengetahuan …” (Kartasapoetra dan LJB. Kreimers, 1987: 125).

Dengan berhimpun dan bekerjasama, antar individu manusia me-

miliki saling pengertian dan saling pengakuan keberadaan masing-

masing dengan cara-cara mengorbankan sebagian kewajiban dan

hak, bersedia untuk diatur agar keteraturan hubungan mereka

terjamin, dan terjamin juga keseimbangan kewajiban dan hak oleh

perhimpunan yang dikenal dengan sebutan masyarakat, secara

Page 27: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

8 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

melembaga. Kejadian seperti itu merupakan sebuah kelajiman,

pada hal mana, di dalam masyarakat dipenuhi dengan dinamisasi

dan menciptakan karakter yang tidak terlepas dari dasar-dasar

kebersamaan melalui penyesuaian diri antar individu serta kelom-

pok. Dengan segala kemampuan berpikir, akal, dan kehendak

penyesuaian diri merupakan “nilai-nilai” kehidupan sosial yang tidak

dapat dihindarkan oleh individu manapun, baik di dalam kelompok

maupun di dalam lingkungan masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan keadaan seperti itu, maka manusia dapat

mengenali diri sendiri sebelum mengenal pribadi-pribadi lain yang

berada di luar dirinya yang ternyata juga memiliki permasalahan

masing-masing dalam keadaan saling tidak diketahui ataupun

mengetahui. Meskipun hal seperti itu disadari oleh manusia secara

apa adanya, namun masing-masing harus dapat saling bertemu

dan mengenal antara satu terhadap yang lain, untuk selain saling

berbanding juga bertukar pengalaman. Dari pergaulan antar manusia

tersebut, semakin diketahui bahwa perbedaan yang ditemui di

dalam pribadi masing-masing, ternyata perbedaan itu juga terdapat

di antara satu dengan yang lain pribadi, sedangkan kesamaan yang

ditemukan adalah pada satu hal yaitu kehendak kompleks sebagai

fokus perhatian di dalam kehidupan ini.

Dalam perjalanan selanjutnya, pemikiran-pemikiran yang

selalu menjadi pembahasan di dalam pergaulan antar manusia adalah

mengenaicaradanalatsepertiapayangdapatmendukungupaya-upaya

mereka untuk mewujudkan kehendak kompleks bagi kesejahteraan

hidup manusia itu sendiri. Tidak lepas dari pembahasan mengenai

cara dan alat sebagaimana manusia gagas, juga persoalan mengenai

tata cara dalam pergumulan mereka dengan alam lingkungan sekitar

yang mengelilingi, dimana salah satu alam lingkungan sekitar

tersebut adalah pergaulan antar manusia sendiri. Sampai pada

ranah itu, disadari bahwa sebenarnya keterbatasan masing-masing

merupakan tantangan lain yang juga dihadapi, sehingga diperlukan

Page 28: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

9 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

adanya kesepakatan-kesepakatan yang memberikan keseimbangan

bagi terciptanya keselarasan hubungan antar manusia di dalam

pergaulan yang telah terselenggara itu. Artinya, secara pribadi setiap

individu manusia memerlukan kenyamanan di dalam hidupnya

maka kesepakatan yang dilakukan hendaknya juga memberikan

jaminan akan adanya perlindungan, karena bagaimanapun secara

bersama-sama harus berhadapan dengan alam lingkungan sekitar

yang mengelilingi kehidupan sehari-hari mereka.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dipersempit, dengan

mengedepankan persamaan-persamaan melalui nilai-nilai, norma,

dan peraturan yang menuntut kepatuh-taatan satuan manusia

berdasarkan keseimbangan kewajiban dan hak dalam hidup

bermasyarakat. Sebagai manusia dan juga selaku warga atau anggota

masyarakat, berdasarkan kepatuh-taatan yang ditunjukkan tersebut

merupakan bukti bahwa sikap dan/atau perilaku dapat ter-(di)-

bangun di dalam pergaulan di lingkungan kehidupan bermasyarakat

secara teratur. Kepatuhtaatan yang terwujud di dalam masyarakat,

bukan berarti sebagai adanya keterbelengguan, tetapi bukan

juga sebagai sebuah kebebasan di dalam menentukan keputusan

untuk melakukan tindakan-tindakan, namun pengertian yang ada

adalah bahwa hal tersebut merupakan proses dan prosedur untuk

memahami keterbatasan-keterbatasan yang setiap individu miliki.

Kajian mengenai hal itu, di dalam perkembangannya menga-

lami pergeseran-pergeseran ketika manusia harus dihadapkan

kepada persoalan pengaruh perubahan alam lingkungan sekitar

yang mengelilinginya, baik bentuk, jenis, karakteristik, maupun

manifestasi beserta resiko-resikonya. Manusia dengan keterbatasan

kemampuannya, ketika dihadapkan pada resiko-resiko perubahan

selalu berada dalam keadaan saling menyalahkan dan menganggap

diri sendiri yang benar, maka tidak salah apabila anggapan-angga-

pan saling berbeda tersebut dapat menimbulkan perselisihan

dan/atau persengketaan yang dikenal dengan sebutan konflik.

Page 29: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

10 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Berdasarkan pada keadaan dan kenyataan yang terjadi, maka

bermunculan berbagai tanggapan yang satu dengan lainnya sama-

sama tidak mengarah kepada penyelesaian yang sesuai dengan

datangnya pengaruh yang berasal dari alam lingkungan sekitar yang

mengelilinginya itu. Dalam hal tersebut, manusia merasa selalu

tertinggal atau dapat dikatakan bahwa pengaruh peristiwa itu lebih

dahulu terjadi dan menerpa kehidupan manusia, sehingga masing-

masing tidak dapat mengontrol dan/atau menentukan keputusan

untuk melakukan tindakan yang menyentuh kebersamaan, kecuali

untuk diri sendiri. Permasalahannya adalah, sikap dan/atau perilaku

masyarakat dalam arti luas untuk mengantisipasi serta mencari,

menemukan, dan melaksanakan upaya-upaya penyelesaian konflik

yang terjadi di lingkungannya, mengingat salah satu elemen alam

lingkungan sekitar adalah manusia itu sendiri.

Keseimbangan dan keselarasan yang berlangsung di dalam

lingkungan masyarakat, bukan berarti bahwa keadaan seperti itu

merupakan ukuran atau indikator pada tingkat intensitas konflik

sosial di dalamnya. Persoalannya adalah terletak pada rasa cemas dan

ketakutan yang terjadi di lingkungan masyarakat terhadap kemung-

kinan akan pecahnya konflik, menyebabkan kelompok-kelompok

yang sering terlibat, berupaya untuk memendam sementara rasa iri,

benci, dendam, dan lain sebagainya dan berdiam diri. Dengan adanya

peristiwa-peristiwa penyimpangan yang menyebabkan perselisihan

ataupun pertentangan antar individu dan/atau kelompok dalam

lingkungan masyarakat, maka disadari atau tidak disadari ada

elemen atau komponen masyarakat yang menyalahi dasar-dasar yang

menjadi persetujuan dan telah disepakati sebelumnya. Ketika terjadi

penumpukan atau terakumulasi dan suatu saat menjadi berkembang,

maka pada saatnya harus meledak, halnya semakin memperparah

kondisi konfliktual yang terjadi.

Untuk mengetahui gejala-gejala atau kemungkinan akan

munculnya konflik, di dalam internal kelompok sekalipun, sifatnya

Page 30: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

11 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

adalah tertutup karena setiap individu anggota memiliki prinsip-

prinsip yang bersifat pribadi. Demikian halnya dengan prinsip-

prinsip antar kelompok, seperti keluarga, kekerabatan, organisasi,

paguyuban, danlain sebagainya. Mengetahui keadaanyang demikian,

maka masyarakat tidak dengan mudah untuk berupaya melakukan

pendekatan, karena nilai-nilai sosial yang berlaku menjadi acuan

perhatian di dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan masyarakat

(lapisan dan tingkatan). Pemikiran demikian adalah wajar, karena

meskipun sejak dilahirkan manusia berbekal sifat baik, namun

memiliki kemampuan untuk menyelewengkan sifat baik itu melalui

tindakan-tindakannya. Begitu juga dalam hal sifat bebas, dimana

ketika manusia memanfaatkan kemauannya terhadap sesuatu, tidak

segan-segan untuk menyimpangi nilai-nilai ataupun norma yang ada,

dalam menerapkan sifat bebas itu secara semena-mena terhadap apa

dan siapapun. Hal-hal tersebut, tidak hanya berlaku secara individu

tetapi juga berlaku di dalam kelompok yang beranggotakan sejumlah

individu, maka akibat yang diperlihatkan oleh kenyataan seperti itu

adalah terjadinya konflik sosial yang tidak dapat dibendung.

Dari paparan ini, dapat dilihat bahwa wajah masyarakat

tidak selalu dalam keadaan yang terintegrasi, harmonis, dan saling

menerima tetapi yang muncul adalah sebaliknya yaitu suasana

konflik yang selalu berubah-ubah. Mengacu pada intensitas konflik

yang berhubungan dengan karakteristik masyarakat yang dibangun

berlandaskan sistem sosial sebagai pedoman dalam menghadapi

berbagai perubahan dalam hidup bermasyarakat, maka diperlukan

langkah-langkah konkrit yang ditujukan pada penurunan tensi bagi

kemungkinan berkembangnya intensitas konflik tersebut. Harapan

seperti itu adalah sangat mendesak untuk memperoleh jawaban,

melalui penyelesaian konflik yang terjadi sebelumnya berdasarkan

tahapan-tahapan yang siqnifikan dimana keikutsertaan warga atau

anggota masyarakat juga diberi peluang di dalamnya.

Page 31: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

12 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Pertentangan yang terjadi antar perbedaan dan menimbulkan

konflik sosial, berarti terjadi perubahan suasana di lingkungan

masyarakat sebagai bentuk penyimpangan terhadap nilai dan norma

yang terkandung di dalam kearifan lokal. Memperhatikan kearifan

lokal dengan muatan nilai, norma, dan peraturan sebagai buah-buah

tersusunnya sistem sosial yang disepakati secara bersama dalam

satuan manusia, juga menghormati atas terjadinya perlawanan tanpa

harus merendahkan harkat dan martabat sebagai sesama manusia,

sekaligus selaku warga masyarakat. Artinya, konflik sosial sebagai

akibat dari adanya pertentangan karena perbedaan merupakan

dinamika kehidupan bermasyarakat, tetapi harus diinterpretasikan

dalam pengertian kemanusiaan secara bijak serta adil, sebagaimana

kearifan lokal mengajarkannya sehingga konflik yang terjadi tidak

berkembang pada konflik yang terbuka.

Kearifan lokal merupakan bagian yang tidak dapat dipisah-

kan dari berlakunya sistem sosial yang memiliki kemampuan

dalam meningkatkan keyakinan warga atau anggota masyarakat

bagi terpeliharanya keberadaan manusia untuk ter-(di)-libatkan

di berbagai kegiatan yang terselenggara di lingkungan masyarakat.

Sebenarnya, tidak keseluruhan masalah yang terjadi di lingkungan

masyarakat dapat diselesaikan berdasarkan kearifan lokal, tetapi

sebagai langkah-langkah penyelesaian berdasar tujuan yang menge-

tengahkan keterbukaan dan kerukunan, merupakan tindakan yang

mengarah kepada sikap serta perilaku luhur. Langkah-langkah setaraf

kearifan lokal, merupakan representasi kearifan yang selalu mengi-

ringi setiap tindakan manusia, baik secara fisik maupun secara non

fisik, bagi upaya hadirnya suasana yang lebih kondusif di lingkungan

masyarakat.

Terutama konflik sosial secarainternal lingkunganmasyarakat

yang terjadi akibatdari adanya hambatandan/ataubahkankebuntuan

dalam penyelesaian awal pada konflik sosial yang sebelumnya terjadi

dan menjadi berlarut-larut. Dalam keadaan seperti itu, penerapan

Page 32: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

13 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

P end ahu luan

keputusanpenyelesaianpadaawalkonflik, adalahtidakmudahkarena

faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan sulit

dicermati terutama menyangkut nilai nilai, budaya, kondisi geografis

dan konteks lokal yang berkembang. Realitas tersebut merupakan

gambaran bahwa konflik yang diakibatkan dari adanya gesekan yang

terjadi antara dua kubu atau lebih, disebabkan adanya perbedaan

nilai, status, tujuan, dan kepentingan yang akhirnya menimbulkan

kesenjangan pemikiran dalam berbagai sudut pandang, terutama

bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik yang terjadi.

Perubahan-perubahan yang berpengaruh kepada kehidupan

manusia, menjadikan perjalanan panjang bagi manusia untuk

mewujudkan kehendak kompleks (keinginan, harapan, cita-cita,

impian, tuntutan, kebutuhan, tujuan, kepentingan, dan lain-lain yang

sejenis), dalam rangka kesejahteraan lahir dan batin dalam hidup,

mengalami pasangsurut oleh karena pergerakan alam lingkungan

sekitar yang mengelilinginya itu. Sebagai makhluk sosial di dalam

perjalanan mengarungi hidupnya, manusia memahami bahwa

dirinya tidak mungkin dapat memenuhi kehendak kompleksnya

melalui kekuatan dan kemampuannya sendiri, dan oleh karena itu

membutuhkan bantuan dari manusia yang lain dalam melakukan

kegiatan-kegiatannya. Berdasarkan pijakan dan pemahaman itu,

maka setiap permasalahan yang terjadi harus dapat diselesaiakan

dengan penuh kebijakan dan berorientasi kepada keseimbangan serta

keselarasan bagi terciptanya suasana kerukunan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Page 33: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id
Page 34: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

257 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1992; Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik, Rineka Cipta, Ja karta.

Ali, Faried, 2004; Filsafat Administrasi, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Alvin Y. dan Suwarsono, 1991, Perubahan Sosial dan Pembangunan

di Indonesia, LP3S, Jakarta.

Amin, Daroji, 2000; Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media,

Semarang.

Arni Muhammad, 2001; Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara,

Jakarta.

Ayat, Rohaedi, 1986; Kepribadian Budaya Bangsa (local genius),

Pustaka Jaya, Jakarta.

Ajib, Rosidi, 2011; Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda,

Kiblat Buku Utama, Bandung.

Aubrey, Fisher B. (terjemahan Soejono Trimo), 1986; Teori Teori

Komunikasi: perspektif, mekanistis, psikologis, interaksional,

dan pragmatis, Remaja Karya, Bandung.

Basrowi, Muhammad dan Soenyono; 2004; Pengantar Sosiologi,

Lutfansah Mediatama Surabaya.

Page 35: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

258 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Badrus Zaman, dkk., tt.; Partisipasi Politik Perempuan dalam

Proses Pembuatan Kebijakan Publik, di Daerah Jawa Timur,

Yayasan Cakrawala Timur, Surabaya.

Bratawijaya, Thomas W., 1997; Mengungkap dan Mengenal Budaya

Jawa, Pradnya Paramita, Jakarta.

Craib, Ian, 1986; Teori-teori Sosial Modern; dari Parsons sampai

Habermas, CV. Rajawali, Jakarta.

Cecep Eka, Permana, 2010; Kearifan Lokal Masyarakat Baduy

dalam Mengatasi Bencana, Widatama Widia Sastra, Jakrata.

Cholisin, M.Si dan Nasiwan, M.Si, 2012; Dasar Dasar Ilmu Politik,

Ombak, Yogyakarta.

Deddy Mulyana, 2005; Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Dajasudarma, T. Fatimah, dkk., 1977; Nilai Budayadalam Ungkapan

dan Peribahasa Sunda, Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, Jakarta.

Dewi Wulansari, 2009; Sosiologi: konsep dan teori, Refika Aditama,

Bandung.

David O. Sears, dkk. (terjemahan Michael Adryanto), 1985; Psikologi

Sosial, Erlangga, Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana, 1998; Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek,

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, 2011; Pengantar Sosiologi, PT.

Kencana, Jakarta.

, 2011; Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya,

Prenadamedia Group, Jakarta.

Edy Sedyawati, 2006; Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan

Sejarah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 36: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

259 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

D aftar Pus tak a

Fahmal Muin, 2006; Peran Asas Asas Umum Pemerintahan yang

Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, UII

Press, Yogyakarta.

Firman Sujadi, ST. dan Nursanti Riandini, 2008; Mengenal Tehnologi

Informasi dan Komunikasi, Shakti Asdiluhung, Bandung

dan Bee Media Indonesia, Jakarta.

Hana, Siti, 2010; Makalah Pergeseran Nilai Nilai Budaya Jawa di

Era Globalisasi, IAIN Walisongo, Semarang.

Hadi, Sutrisno, 1981; Statistik jilid 1, Fakultas Psikologi Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Harianto, dkk, 2018; DemikrasidanDemokrasiDesa(KajianTeoritik

dan Implementatif), LaksBang PressIndo, Yogyakarta.

Jalaluddin Rahmat, 1999; Metode Penelitian Komunikasi; dilengkapi

contoh analisis statistik, Remaja Rusdakarya, Bandung.

, 2008; Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Jefta Leibo, 1995; Sosiologi Pedesaan, Andi Offset, Yogyakarta.

Kartini Kartono, 2006, Kenakalan Remaja; Patologi Sosial 2, edisi I,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

, 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Kartasapoetra, G. Dan LJB. Kreimers, 1987; Sosiologi Umum, Bina

Aksara, Jakarta.

Keesing, Roger M., 1999, Antropologi Budaya, jilid 1, Erlangga,

Surabaya.

Khalim, Samidi, 2008; Islam dan Spiritualitas Jawa, Rasail Media

Group, Semarang.

Koentjaraningrat, 2007; Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia,

Djambatan, Jakarta.

, 1954; Sejarah Kebudayaan Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Page 37: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

260 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

Linton, Ralph, tt., Latar Belakang Kebudayaan dari Kepribadian,

terjemahan Fuad Hasan, Usaha Penerbit Jaya Sakti, Jakarta.

Malo, Manasse dan Ilya Sunarwinadi, tt., Metode Penelitian Sosial,

PAU-IS-UI, Jakarta.

Malo, Manasse dan Sri Trisnaningtias, tt: Metode Penelitian

Masyarakat, PAU-IS-UI, Jakarta.

Munandar, Sualiman M., 1988; Ilmu Budaya Dasar, Rosda Offset,

Bandung.

Moleong, Lexy Y., 2000; Metode Penelitian Kualitatif, Pustaka

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasir, Moch., 1988; Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nawawi, H. Hadari, 1998; Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto, 2011; Sosiologi Teks Pengantar

dan Terapan, Kencana Perdana Media Group, Jakarta.

Oktavianus, 2006; Nilai Budaya dalam Ungkapan Minangkabau:

Sebuah Kajian dari Perspektif Antropologi Linguistik,

Linguistik Indonesia.

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules (terjemahan Deddy Mulyana,

Engkus Kuswara, dan Gembirasari), 2002: Komunikasi

Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Pranowo, 2003; Ungkapan Bahasa Jawa sebagai Pendukung

Pembentukan Kebudayaan Nasional, Linguistik Indonesia.

Sugiyono, 2001; Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Sukanto, Soerjono, 1990; Sosiologi: suatu pengantar, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

, 1987; Sosiologi, suatu Pengantar, Penerbit CV Rajawali,

Jakarta.

, 1974; Sosiologi: Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Uni-

versitas Indonesia, Jakarta.

Page 38: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

261 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

D aftar Pus tak a

Sosrodihardjo, Soedjito, 1968; Perubahan Struktur Masyarakat di

Jawa; suatu analisa, Karya, Yogyakarta.

Shodiq, 2013; Potret Islam Jawa, Pustaka Zaman, Semarang.

Sofwan, Ridin, 2004; Merumuskan Kembali Interelasi Islam-Jawa,

Gama Media, Yogyakarta.

Soekanto, S. dan Sulistyowati, B., 2012; Sosiologi Suatu Pengantar,

Rajawali Pers, Jakarta.

Sunarto, K., 2004; Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indo-nesia, Jakarta.

Taneko, Soleman B., 1993; Struktur dan Proses Sosial. (Cetakan II).

PT. Raja Grafindo Persa-da, Jakarta.

Widjaja, HAW., 1997; Komunikasi: komunikasi dan hubungan

masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta.

Yuwono, Y.A., 1987; Sapala Basa Jawa, Marfiah, Surabaya.

Penelitian;

Hesti Rukmiati, dkk., 1994; Perencanaan Kebijakan Peningkatan

Peranan Wanita di Jawa Timur, Kerjasama BAPPEDA

Propinsi Jawa Timur dengan Pusat Penelitian Studi Wanita

Universitas Brawijaya Malang.

Khotifah, Yuliati, Wahyudi Siswanto, dan Leya Cattleya (penyunting),

2007; Kebijakan dan Penganggaran Pendidikan Dasar

Responsif Gender, Seri Panduan Pengarusutamaan Gender

Bidang Pendidikan, Buku 2, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Jawa Timur, Surabaya.

Sudjatmoko, FX., 2007; Sikap Wanita akar rumput atas wacana

arogansi legislatif, Pengaruhnya terhadap efektifitas jaring

aspirasi masyarakat, Desember 2007, Dikti, Jakarta.

, 2009; Identifikasi Faktor Budaya Jawa dan Implikasinya ter-

hadap Peran Gender Wanita dalam Pembangunan di Kabu-

paten Madiun Jawa Timur, Desember 2009, Dikti Jakarta.

Page 39: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

262 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal: Konflik Sosial dalam Perspektif Budaya Jawa

, 1997; Negara sebagai bentuk Masyarakat Ideal, Jurnal

Penelitian Sosial Universitas Merdeka Madiun, Madiun.

Zulin Nurchayati, 2008, Motivasi Remaja mantan korban Narkotika

dalam mengikuti Program Rehabilitasi Sosial, Juni 2008,

Universitas Merdeka Madiun.

, 2011, Pengaruh Tehnologi Informas dan Komunikasi

terhadap tingkat Kenakalan Remaja, Desember 2011,

Universitas Merdeka Madiun.

Dokumen;

Citra Umbara, 2008, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik, tanggal 4 Januari 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005; Kamus Besar Bahasa

Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Modul Pelatihan Resolusi Konflik untuk Pemimpin Desa, hal.183-

184. 160 | Aspirasi Vol. 2 No. 2, Desember 2011.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4

Tahun 2011 Tentang Tata Ni-lai Budaya Yogyakarta.

TEAM MEDIA,tt, Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 dan Amandemennya.

Web Site;

Endraswara(2003), bahwa; orang Jawacenderunguntukmenghindari

konflik yang terbuka serta keinginan untuk selalu menjaga

harmoni, sehingga jarang muncul konflik terbuka pada level

intra kelompok (Humanitas, Vol. IX No.1 Januari 2012).

Franz Magnis-Suseno (2001), menjelaskan bahwa: ada dua segi yang

perlu diper-hatikan di dalam tuntutan kerukunan; Pertama,

dalam pandangan Jawa masalahnya bukan penciptaan

keadaan keselarasan sosial, … (journal.uad.ac.id/index.php/

HUMANITAS/article/ down­load/348/pdf_2, diakses tanggal

14 mei 2017.

Page 40: Harmoni Sosial dan Kearifan Lokal - unmer-madiun.ac.id

263 Drs. FX. Sudjatmoko, M.Si. | Drs. Hery Hermawan, M.Ak.

D aftar Pus tak a

Muarofah, 2014; BAB II KAJIAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian

Konflik Konflik …, digilib.uinsby.ac.id/314/5/Bab%202.pdf.,

diakses tanggal 18 Juli 2018.

Rindra Sulistiyono, judul: Persepsi Masyarakat terhadap konflik

antar oknum Perguruan Pencak Silat di kabupaten Madiun

(Studi Kasus Mengenai Konflik yang melibatkan Oknum dari

Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate dan

Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo di Kabupaten

Madiun Tahun 2013)“Madiun Kampung Pesilat”, Sumber:

muhfaishalf.blogspot.com/.../melacak­akar­konflik­antar­

perguruan.htm, diakses tanggal 10 Mei 2018.

Soebijantoro, Abraham Nurcahyo, dan Yudi Hartono, judul:

Rekonsiliasi Konflik Antar pergu-ruan Silat di Madiun (Studi

Historis Sosiologis) Sumber: dokumen.tips › Documents, diak-

ses tanggal 10 Mei 2018.

Setiyadi dan Kolip (2010), Teori Deprivasi Relatif, rudidw.blogspot.

com/2012/09/teorikekeras-an.html, diakses tanggal 9 Juni

2018.