Hari Pertama Di RyuDai

8
Hari Pertama di RyuDai (Kamis, 25-09-2014) Pagi ini aku terbangun pukul 5:20 waktu Naha atau sekitar pukul 3:20 dinihari waktu Bogor. Saat kulihat keluar jendela langit belum begitu terang namun ku menduga sudah subuh. Seusai sholat subuh dengan arah kiblat yang kuanggap tepat (ku sudah membawa kompas yang kubeli dari toko di Bateng) maka ku sedikit relax hingga waktunya mandi pukul 7:00. Tempat mandi di asrama Ipan-to terpisah dari gedung asramaku. Letaknya menyatu dengan gedung bersama. Kamar mandi disini bentuknya seperti pemandian shower umum dalam film anime. Aku sempat kaget karena tidak ada bilik pemisah antar mahasiswa saat mandi, sehingga ya cuek aja. Kelebihan kamar mandi disini adalah airnya bisa memakai air hangat, kapan lagi kan. Satu hal yang perlu dibawa ke kamar mandi adalah sandal jepit, iya sandal jepit. Tidak diperbolehkan telanjang kaki atau memakai sandal model sandal jalan- jalan. Setelah mandi ku mencoba bermain sepatu roda di arena parkir depan asrama. Ku merasa cukup kesulitan bermain sepatu roda disini. Selain memang ku belum mahir, aspal disini sangatlah kasar. Sekedar tau saja topografi di universitas Ryukyus dan sekitarnya juga adalah daerah berbukit dan berlembah (mirip IPB) so kupastikan ku terkena zonk karena membawa inline skates kesini. Saat waktu telah menunjukkan pukul 09:00 kusudahi sajalah bermain sepatu roda karena ada janji dengan teman-teman dan kakak PPOI (Persatuan Pelajar Okinawa Indonesia) pukul 10:00 di North gate. Ku berganti baju dan menyiapkan uang yen, passport, dan residence card dalam tas. Tiga amunisi tersebut wajib kubawa kemana- mana sementara ini. Berhubung ku belum bisa mengontak teman-teman lain dari IPB kuputuskan saja jalan-jalan sekitar asrama. Sebenarnya ku lupa arah menuju North gate, tetapi ya sudahlah hitung-hitung mengukur panjang aspal. Dari jalan keluar asrama ku ambil belokan ke kiri. Di daerah sini jalanan cukup lenggang baik mobil maupun motornya. Saat ku menjumpai perempatan ku lihat traffic lightnyapun berbeda dari yang ada di bogor (Bogor lagi, hehe). Selain kendaraan bermotor, pejalan kakipun wajib mematuhi rambu lalu lintas disini. Jadi terdapat lampu hijau dan merah tersendiri baik untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.

description

Tentang pengalamanku belajat di Ryudai Okinawa, Jepang

Transcript of Hari Pertama Di RyuDai

Hari Pertama di RyuDai (Kamis, 25-09-2014)Pagi ini aku terbangun pukul 5:20 waktu Naha atau sekitar pukul 3:20 dinihari waktu Bogor. Saat kulihat keluar jendela langit belum begitu terang namun ku menduga sudah subuh. Seusai sholat subuh dengan arah kiblat yang kuanggap tepat (ku sudah membawa kompas yang kubeli dari toko di Bateng) maka ku sedikit relax hingga waktunya mandi pukul 7:00. Tempat mandi di asrama Ipan-to terpisah dari gedung asramaku. Letaknya menyatu dengan gedung bersama. Kamar mandi disini bentuknya seperti pemandian shower umum dalam film anime. Aku sempat kaget karena tidak ada bilik pemisah antar mahasiswa saat mandi, sehingga ya cuek aja. Kelebihan kamar mandi disini adalah airnya bisa memakai air hangat, kapan lagi kan. Satu hal yang perlu dibawa ke kamar mandi adalah sandal jepit, iya sandal jepit. Tidak diperbolehkan telanjang kaki atau memakai sandal model sandal jalan-jalan.Setelah mandi ku mencoba bermain sepatu roda di arena parkir depan asrama. Ku merasa cukup kesulitan bermain sepatu roda disini. Selain memang ku belum mahir, aspal disini sangatlah kasar. Sekedar tau saja topografi di universitas Ryukyus dan sekitarnya juga adalah daerah berbukit dan berlembah (mirip IPB) so kupastikan ku terkena zonk karena membawa inline skates kesini. Saat waktu telah menunjukkan pukul 09:00 kusudahi sajalah bermain sepatu roda karena ada janji dengan teman-teman dan kakak PPOI (Persatuan Pelajar Okinawa Indonesia) pukul 10:00 di North gate.Ku berganti baju dan menyiapkan uang yen, passport, dan residence card dalam tas. Tiga amunisi tersebut wajib kubawa kemana-mana sementara ini. Berhubung ku belum bisa mengontak teman-teman lain dari IPB kuputuskan saja jalan-jalan sekitar asrama. Sebenarnya ku lupa arah menuju North gate, tetapi ya sudahlah hitung-hitung mengukur panjang aspal. Dari jalan keluar asrama ku ambil belokan ke kiri. Di daerah sini jalanan cukup lenggang baik mobil maupun motornya. Saat ku menjumpai perempatan ku lihat traffic lightnyapun berbeda dari yang ada di bogor (Bogor lagi, hehe). Selain kendaraan bermotor, pejalan kakipun wajib mematuhi rambu lalu lintas disini. Jadi terdapat lampu hijau dan merah tersendiri baik untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Setelah ku berhasil menyeberang jalan ku menemukan pejalan kaki yang memakai jilbab. Alamat nih kayaknya orang Indonesia. Kuucap salam dan kamipun berkenalan. Dari wawancaraku beliau bernama Mbak Widi yang sekarang ambil riset S3 disini. Beliau berasal dari Sulawesi dan juga Alumni S2 IPB hehe. Ku kasih deh kartu namaku, siapa tau ketemu lagi. Oke setelah berpisah akupun bingung mau kemana, ya udahlah balik dulu ke asrama siapa tau temenku berdua udah pada siap.Gambar 1 Asrama cowo

Setibanya di asrama lagi tepatnya di depan pelataran gedung bersama, ku tidak menemukan dua makhluk bernama mara dan dinda. Ya akhirnya ku masuk ke gedung bersama siapa tau ada koneksi internet nyasar toh belum jam 10:00. Di dalam gedung kujumpai lagi dua cewe yang sepertinya orang Indonesia (ditandai dari jilbab). Blablabla kitapun kenalan dan akupun mengasihkan kartu nama. Dari penuturan mereka berdua mereka dari Ipan-to dan kenal dengan mara dan dinda. Kata mereka mara dan dinda sudah berangkat ke North Gate dari jam 9:00, Walah! Ya sudahlah kamipun berpamitan. Oh ya belum lima menit kusudah lupa nama mereka berdua, hehe..Gambar 2 Gedung bersama

Kini kucoba ambil belokan yang lain, iya belok kanan. Ternyata kutemukan itu makhluk berdua bersama Oscar mahasiswa yang ambil riset S2 dan asliya dari Manado. Selain itu ku baru tau bahwa North gate letaknya tepat di depan Asrama. Mereka bilang kalau janjiannya jam 9:00, hehe salah dengar rupanya. Kamipun menunggu cukup lama, dan akhirnya Mas Idam datang bersama seorang cewe. Cewe tersebut adalah Mbak Tia, istri mas Idam yang berasal dari Jogja. Mas Idam adalah alumni Kimia UGM tahun 1998 makanya beliau berdua bisa kenal hehe..Gambar 3 Mara Dinda

Kamipun ngobrol-ngobrol sembari menunggu jemputan dari pihak Internasional Affair Section pukul 10:50 (ceritanya kami bertiga mau diajak jalan-jalan oleh Mbak Rie San ke kota Naha). Dari obrolanku dan Mas Idam, ku jadi tahu bahwa cukup banyak orang Indonesia di Okinawa yang tidak hanya mahasiwa namun juga pelayan, perawat dan profesi lainnya. Selain itu ku juga jadi tahu bahwa di okinawa telah ada masjid sementara yang nantinya akan jadi masjib betulan, semoga segera jadi. Dalam kepengurusan PPOI, Mas Idam adalah wakil ketua dengan ketuanya adalah mas Daniel (belum pernah ketemu sih). Saat asyik mengobrol kami juga diajak foto oleh orang Jepang ramah yang kebetulan beli minum di Veding machine deket situ. Mungkin kami unik so diajak foto macam artis hehe.Setelah ngobrol cukup lama jemputan kami datang, kamipun berpamitan dengan Mas idam dan mbak tia. Ternyata cuman kami bertiga yang diajak belanja oleh Rie San, peserta lainnya sudah duluan belanja sesuai jadwal kedatangan sebelumnya. Sepengamatanku jarak antara asrama dengan Supermarket yang kami tuju berkisar 7 km. Tidak ada angkutan umum semacam bus maupun kereta yang dapat kami pakai jika ingin ke tempat itu lagi hoho. Ya sudahlah kami puas-puasin belanja hingga jam 13:00. Yang perlu diketahui saat berbelanja adalah bahwa semua harga di Jepang adalah ditambah pajak 10%. Jadi jika harganya 100 yen maka uang yang harus dibayar adalah 110 yen. Selain itu, jika kita berbelanja tanpa membawa tas sendiri alias minta tas kresek maka dikenakan tambahan 5 yen tiap kresek.Sepulangnya dari berbelanja akupun tidur. Sekitar pukul 15:30, hasratku untuk berpetualan kembali muncul. Sesuai petunjuk Mas Idham bahwa di gedung sians 206 ada mushola dan ada koneksi LAN gratis, akupun berangkat dengan membawa laptop dan headset pengen segera skype orang rumah. Dari titik ku ketemu mbak Widi, ku ambil belokan ke kanan ke arah kolam senbaru. Ku sempat ragu karena yang kutemukan di kiri jalan adalah fakultas Pertanian padahal seharusnya di peta adalah fakultas teknik, ya udahlah jalan aja. Sempat ketemu anak sma jepang dan kutanyai dulu dengan password : Eigo Gashuru? (sampean bisa boso inggris). Doi ngakunya bisa dan kutanyai soal peta, eh jawabnya malah pake bahasa Jepang, roaming lagi deh. Ya udah kulurus aja soalnya diajarin Pak ustadz kalau cari jalan yang lurus aja. Ketemu deh perempatan lagi dengan petunjuk jalan di samping kiri, alhamdulillah gak jadi nyasar. Sesuai prasasti yang tertulis bahwa fakultas MIPA ada di samping kanan. Jeprat-jepret dulu biar lain kali tidak nyasar lagi.Gambar 4 Petunjuk arah di perempatan dekat south gate

Dalam perjalan menuju gedung Sains ku sempat bingung dengan arah gedung sains. Mengikuti insting akhirnya ku temukan tempat yang sepertinya sesuai dengan peta yakni kafetaria dan toko buku. Satu hal yang menguatkan prasangkaku adalah ada seperti jembatan di belakang itu tempat. Udah dekat nih, lurus aja deh. Nemu lagi perempatan, arah kanan ada bule-bule bikin tenda dan di pojok kiri ada peta besar lengkap dengan aksara penujuk tempat. Ternyata benar sekarang ku telah berada di area fakultas MIPA. Baca tu peta dan jeprat jepret biar bisa kubaca lain kali. Kuambil jalan lurus dan kemudian belok kiri ke arah parkiran dekan. Ku berjalan lurus ketemu mbak mbak Jepang tanpa lupa menyebutkan Password Eigo gashuru. Ditunjukin deh pintu masuk menuju 206 (lantai 2).Dalam gedung ternyata sudah agak gelap karena sudah pukul 17:15. Muter-muter gedung ketemu ruang 206. Toktoktok, sumimasen. Hai. Akupun masuk, ternyata yang didalam mas-mas jepang. Ku sebut password tapi masnya agak bingung. Eh malah ku diajak beliau ke suatu kantor khusus staff untuk nyari orang yg bisa ngomong Inggris. Disitulah datang mbak-mbak yang sepertinya teman mas Idham. Ku ditanyai mau kemana dan cari siapa. Ku jawab deh mau ke 206 nyari mas Idham. Dah deh kuditunjukin jalan ke 206 yang kumaksud. Ternyata 206 tersebut berada di gedung sebelah, hehe. Yang perlu diketahui lain kali adalah penyebutan alamat gedung sains 206 itu perlu didetailkan yaitu gedung sains (sebelah belakang dan bewarna item ada patung singa di atas tembok) nomor 206. Berhubung ruangan sepi dan udah gelap, ku putuskan besok lagi aja deh kesininya. Seusai ditunjukkan ruangan saya tak lupa mengucapkan terimakasih n bagi-bagi kartu nama (lum ada angpao) dari perkenalan tersebut diketahui bahwa nama tuh mbak adalah Yuka San.Gambar 5 Kafetaria dan perempatan Sains

Keluar gedung sain lalu jeprat-jepret. Kali ini pulangnya ku pengen lewat jembatan. Berdasarkan peta doraemon, kalau lewat jembatan jauh lebih cepet ketimbang lewat jalan yang tadi aku lewati. Tahukah anda pemirsa ternyata terbukti kalau itu jembatan ternyata berada di antara fakultas teknik dan pertanian alias dekat dengat asrama Ipan-to. Pas pulang ku ketemu mara dinda dan 1 teman Indonesia lainnya. Sepertinya mereka berangkat yasinan khusus ibu-ibu. Sesaat hampir nyampe Asrama ku juga ketemu ama mbak tia beserta putrinya. Hehe, lega deh udah tau sepotong daerah di universitas ryukyus.Gambar 6 Jembatan Kyuyou dan perempatan pertanian & teknikGambar 7 Ruang sains 206 (Mushola)

Sesampainya di asrama ku bertemu dengan mas-mas yang sedang masak. Ku beri salam dan ku berlalu ke kamar karena udah kerasa lengket dan pengen mandi. Sebelum mandi ku kenalan ama mas-mas yang sedang masak dan kubagi kartu nama dan sedikit hadiah berupa energen jahe. Masnya seneng banget. Masnya bernama Naa San dan berasal dari Vietnam, hehe sama-sama dari Asean dong. Mandi deh, ternyata masih cukup sepi sore itu. Seusai mandi perut keroncongan karena sarapan cuman pake coklat beng-beng maxx sebiji, makan siang ama pisang sebiji doang. Karena tadi siang udah belanja nasi instan seharga 350 yen isi 5 (70 yen sebiji) maka akupun pengen nyoba masak. Dari tulisan berbahasa jepang di kemasan ku g ngerti cara masaknya, tapi sepertinya dimasak dengan mikrowave kalau liat gambat. Ternyata pemirsa, mas Naa-san masih sibuk masak di dapur. Ku minta tolong diajarin cara make mikrowave, tapi doinya minta aku pergi dulu (roaming g tau alasannya). Ya udah deh ku balik lagi ke kamar, berhubung perut udah laper nih nasi g perlu dimasak langsung sobek dan makan aja. Serasa enak men apalagi pake sambal terasi dari rumah, sedap. Selesai dan berhubung sudah magrib sholat deh. Eh pas lagi sholat pintu kamar diketok. Ternyata mas Naa-san ngajak aku makan, hahaha.. Nasi goreng udang sama roll telur buanyak banget. Rupanya tadi mas Naa-san minta aku pergi dulu maksudnya minta g usah masak karena mau dimasakin doi. Ya maaf mas aku roaming. Masakan doi cukup enak meskipun aku udah kenyang. Doi orangnya ramah dan humoris (meski roaming). Selama kita makan doi ngajak ngobrol dengan bantan aplikasi Iphon doi yang bisa nerjemahin bahasa vietnam ke bahasa inggris. Tapi bener pemirsa, percakapan kami lebih banyak memakai bahasa isyarat. Meskipun begitu kita sama-sama ngerti kok. Sepertinya mas Naa San senang bisa ketemu orang Indonesia. Doi juga ngajak pergi ke supermarket seusai makan.Perjalan kami ke supermarket tidak ditempuh dengan jalan kaki (seperti yang ku kira) tetapi dengan motor. Awalnya ku lihat ada yang janggal karena motornya cuman motor yang hanya diperbolehkan untuk single riding (kagak boleh dipake boncengan). Oh iya kujelasin dulu, disini kagak seperti di bogor. Motor tidak boleh dipake buat boncengan kecuali motor gede yang punya tmpat duduk panjang dan dengan konsekuensi pajak lebih banyak. Ya udah deh wong diajak jalan-jalan gratis. Meski motornya matik tidak begitu besar doi bisa memacu motornya dengan kecepatan tinggi layaknya orang Indonesia. Saat mencapai jarak cukup jauh ada kenjanggalan lagi, masnya minta aku turun dan markir motonya pinggir jalan. Masnya ngajak aku jalan kaki, kukira memang udah deket. Eh ternyata masnya minta aku nunggu setelah traffic light dan doi kembali ngambil motornya. Baru aku tau bahwa memang motonya kagak boleh dipake boncengan hehe. Trik yang cukup cerdas untuk mengecoh polisi (jangan ditiru). Kamipun bocengan lagi dan kami sampai di pusat belanja buah dan sayur.Di swalayan buah dan sayur saya melihat bahwa buah dan sayur disini cukup segar dan bagus dengan harga yang masuk akal meskipun kagak murah kalau dirupiahkan. Di sana saya menumukan ibu berjilbab bersama dua anaknya dan suaminya. Kuucapkan salam islami dan kuajak ngobrol, ternyata beliau berasal dari Khazakstan. Berhubung mas Naa san udah selesai belanja togenya kamipun membayar dan bergegas cabut menuju supermarket selanjutnya. Dalam perjalan Mas Naa San ngomong kalau mbak kasirnya Kawai (cantik), hehe. Sesampainya di supermarket kedua kami muter-muter cari sesuatu. Di supermaket ini pulalah kami melihat ada Pak Polisi lagi belanja. Kaget deh, langsung kita cabut takut kena razia orang ganteng hehe. Di parkiran tadi kami ketemu lagi ama Bapak dari Khazakstan ngajak ngobrol, beliau mahir bahasa Inggris so g begitu susah ngobrolnya. Setelah berpamitan kamipun bergegas memacu motor (udah kaya GTA San Andreas). Sama halnya dengan waktu berangkat tadi, Mas naa San minta aku turun dan jalan dulu ampe setelah traffic light. Seperti orang nyasar, nyampe tempat yang dimaksud ku belum menemukan mas Naa Saan, kemana dia?! Ternyata selang beberapa menit masnya datang, doi bilang kalau di perjalanan tadi doi nemu banyak polisi, hehe. Udah deh, kita boncengan lagi masuk ke area kampus g pake helm (ternyata g jauh banget). Sesampainya di asrama, mas Naa San ngajak ke gedung bersama buat nongkrong-nongkrong aja sambil tanya jawab bahasa jepang. Berhubung masnya udah 2 tahun disini dianya sudah cukup lancar berbahasa jepang, dan buku panduan jepang berbahasa Indonesia yang kubawa dari rumah banyak yang dikoreksi dia karena salah kalimat atau terlalu panjang. Yang jelas ngobrolnya lebih banyak ketawa karena sama-sama roaming. Sekitar jam 10 malam akupun pamit tidur. Petualangan esok pasti lebih seru karena bertepatan dengan hari jumat waktunya cowo jumatan.