HANIFAH AL KHAIRIYAH I14110097-FIX-.pdf
-
Upload
hanifah-al-khairiyah -
Category
Documents
-
view
70 -
download
13
Transcript of HANIFAH AL KHAIRIYAH I14110097-FIX-.pdf
-
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG ASUHAN GIZI DI RUMAH
SAKIT (PKL RS)
DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Tahun Ajaran 2014/2015
Oleh:
Hanifah Al Khairiyah / I14110097
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014/2015
-
ii
-
iv
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus
asuhan gizi klinis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penyusunan laporan studi
kasus ini ditujukan untuk memenuhi tugas dalam Paktek Kerja Lapang Asuhan
Gizi Klinis Tahun Ajaran 2014/2015.
Selesainya laporan studi kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah mendukung dan membimbing penulis, baik tenaga maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Yth. Bapak Asep Ahmad Munawar, SKM, MKM selaku Kepala Instalasi
Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah berkenan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Lapang Asuhan Gizi Klinis di instalasi gizi.
2. Yth. Ibu Iis Rosita SST, MKM, selaku koordinator asuhan gizi
klinis yang memberikan bimbingan, semangat, dan arahan kepada penulis.
3. Yth. Ibu Kartikasari, SST; Yth. Ibu Eka Sekarningsih, S.Gz; Yth. Ibu
Nining Sulastri, SST dan Yth. Ibu Sri Afiani, S.Gz selaku pembimbing di
rumah sakit yang berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, semangat, dan arahan kepada penulis.
4. Yth. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing dan
seluruh Bapak/Ibu Dosen Gizi Masyarakat yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Semua pihak yang membantu penulis dalam menulis, menyusun dan
menyelesaikan laporan ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan studi
kasus ini.
Bogor, Januari 2014
Penulis
Hanifah Al Khairiyah
-
vi
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMAPIRAN xiii
I. PENDAHULUAN 1
I.I Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 1
1.2.1 Tujuan Umum 1
I.2.2 Tujuan Khusus 1
II. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN SIROSIS HATI
CHILD A HBV DENGAN VARISES ESOFAGUS GR II-E DAN
GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL DI RUANG RAWAT INAP
FRESIA LANTAI II RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG 3
II.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi 3
II.2 Identitas Pasien 4
II.3 Gambaran Penyakit Pasien 4
II.3.1 Riwayat Penyakit Pasien 4
II.4 Proses Asuhan Gizi Terstandar 4
II.4.1 Skrining Gizi 4
II.4.2 Pengkajian Gizi 5
II.4.2.1 Data Antropometri 5
II.4.2.2 Data Biokimia Terkait Gizi 5
II.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi 5
II.4.2.4 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan 5
II.4.2.6 Riwayat Personal 6
II.4.3 Diagnosis Gizi 6
II.4.4 Intervensi Gizi 6
II.4.4.1 Tujuan Intervensi 6
II.4.4.2 Syarat Diet 7
II.4.4.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi 7
II.4.4.4 Implementasi 7
II.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 8
II.4.5 Monitoring dan Evaluasi 9
-
viii
II.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi 9
II.4.5.2 Monitoring Antropometri 9
II.4.5.3 Monitoring Biokimia 9
II.4.5.4 Monitoring Klinis 9
II.4.5.5 Monitoring Fisik 9
II.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien 9
II.4.5.7 Monitoring Asupan 10
II.5 Kesimpulan dan Saran 14
II.5.1 Kesimpulan 14
III. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN MARASMUS,
ADULT TYPE II TUBERCULOSIS, PNEUMONIA DD/ PNEUMONIA
TYPE TUBERCULOSIS DI RUANG RAWAT INAP KENANGA LANTAI
2 RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG 15
III.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi 15
III.2 Identitas Pasien 16
III.3 Gambaran Penyakit Pasien 17
III.3.1 Riwayat Penyakit Pasien 17
III.3.2 Diagnosa Medis 17
III.4 Proses Asuhan Gizi Terstandar 17
III.4.1 Skrining Gizi 17
III.4.2 Pengkajian Gizi 17
III.4.2.1 Data Antropometri 17
III.4.2.2 Data Biokimia Terkait Gizi 17
III.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi 18
III.4.2.4 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan 18
III.4.2.5 Riwayat Personal 19
III.4.3 Diagnosis Gizi 19
III.4.4 Intervensi Gizi 19
III.4.4.1 Tujuan Intervensi 19
III.4.4.2 Syarat Diet 19
III.4.4.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi 20
II.4.4.4 Implementasi 20
III.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 21
III.4.5 Monitoring dan Evaluasi 22
III.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi 22
III.4.5.2 Monitoring Antropometri 22
III.4.5.3 Monitoring Biokimia 22
-
ix
III.4.5.4 Monitoring Klinis 22
III.4.5.5 Monitoring Fisik 22
III.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien 22
III.4.5.7 Monitoring Asupan 23
III.5 Kesimpulan dan Saran 23
III.5.1 Kesimpulan 23
III.5.2 Saran 23
IV. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA POST ROTATIONAL
FLAP A/R OPEN DEFECT OCCIPITO CERVICAL ec POST EKSEKUSI
MASSA ec SOFT TISSUE TUMOR A/R OCCIPITAL SINUS ec
MALIGNANT FIBROUS HYSTIOCYTOMA POD + I DI RUANG
RAWAT INAP KEMUNING LANTAI 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG 25
IV.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi 25
IV.2 Identitas Pasien 25
IV.3 Gambaran Penyakit Pasien 26
IV.3.1 Riwayat Penyakit Pasien 26
IV.4.1 Skrining Gizi 26
IV.4.2 Pengkajian Gizi 27
IV.4.2.1 Data Antropometri 27
IV.4.2.2 Data Biokimia Terkait Gizi 27
IV.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi 27
IV.4.3 Diagnosis Gizi 29
IV.4.4 Intervensi Gizi 29
IV.4.4.1 Tujuan Intervensi 29
IV.4.4.4 Implementasi 29
IV.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 31
IV.4.5 Monitoring dan Evaluasi 31
IV.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi 31
IV.4.5.2 Monitoring Antropometri 31
IV.4.5.3 Monitoring Biokimia 31
IV.4.5.4 Monitoring Klinis 31
IV.4.5.5 Monitoring Fisik 32
IV.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien 32
IV.4.5.7 Monitoring Asupan 32
IV.5 Kesimpulan dan Saran 34
IV.5.1 Kesimpulan 34
-
x
IV.5.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
-
xi
DAFTAR TABEL
1 Hasil pemeriksaan fisik pasien sirosis hati 5
2 Hasil pemeriksaan klinis pasien sirosis hati 5
3 Hasil recall asupan 1x 24 jam pasien sirosis hati 6
4 Rancangan menu diit awal pasien sirosis hati 8
5 Distribusi makanan sehari pasien sirosis hati 8
6 Rencana edukasi pasien sirosi hati 9
7 Rencana monitoring pasien sirosis hati 9
8 Rancangan diet sehari pada intervensi dengan diet hati III 11
9 Distribusi makanan pasien dalam sehari dengan diet hati III 12
10 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari pertama 13
11 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari kedua 13
12 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari ketiga 13
13 Hasil pemeriksaan biokimia pasien tuberkulosis 17
14 Hasil pemeriksaan fisik pasien tuberkulosis 18
15 Hasil pemeriksaan klinis pasien tuberkulosis 18
16 Rancangan menu diit awal pasien tuberkulosis 20
17 Distribusi makanan sehari pasien tuberkulosis 21
18 Materi edukasi pasien tuberkulosis 21
19 Rencana monitoring pasien tuberkulosis 22
20 Hasil pemeriksaan lab (biokimia) terkait gizi pasien soft tissue tumor 27
21 Hasil pemeriksaan fisik pasien soft tissue tumor 27
22 Hasil recall asupan 6 bulan SMRS pasien soft tissue tumor 28
23 Hasil recall asupan 1x 24 jam pasien soft tissue tumor 28
24 Rancangan menu diit awal pasien soft tissue tumor 30
25 Distribusi makanan sehari pasien soft tissue tumor 30
26 Rencana edukasi pasien soft tissue tumor 31
27 Rencana monitoring pasien soft tissue tumor 31
28 Monitoring asupan makan pada intervensi hari pertama pasien terhadap
kebutuhan pasien soft tissue tumor 33
29 Monitong asupan makan pasien soft tissue tumor hari kedua 33
30 Monitong asupan makan pasien soft tissue tumor hari ketiga 33
-
xii
Intervensi 13
2 Patofisiologi penyakit tuberkulosis 16
3 Persentase asupan makanan pasien soft tissue tumor terhadap kebutuhan pasien selama
Intervensi 34
DAFTAR GAMBAR
1 Persentase asupan makanan pasien sirosis hati terhadap kebutuhan pasien selama
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil recall asupan 1x 24 jam pasien sirosis hari SMRS 39
2 Rancangan menu sehari pasien pada diet hati III pasien sirosis hati 39
3 Monitoring asupan pada intervensu hari pertama pasien sirosis hati 40
4 Monitoring asupan pada intervensi hari kedua pasien sirosis hati 40
5 Asupan makan pasien pada intervensi hari ketiga pasien sirosis hati 41
6 Asupan pasien SMRS (6 bulan yang lalu) pasien tuberkulosis anak 41
7 Monitoring asupan hari pertama pasien tuberkulosis pada anak 42
8 Monitoring asupan hari kedua pasien tuberkulosis pada anak 43
9 Monitoring asupan hari ketiga pasien tuberkulosis pada anak 44
10 Hasil FFQ pasien 6 bulan SMRS pasien soft tissue tumor 45
11 Hasil recall 1x24 jam pasien sebelum intervensi pada pasien soft tissue tumor 45
12 Monitoring asupan makan pasien hari pertama pada pasien soft tissue tumor 46
13 Monitoring asupan makan hari kedua pada pasien soft tissue tumor 46
14 Monitoring asupan makan hari ketiga pasien soft tissue tumor 47
-
xiv
-
1
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Dewasa ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan baik
kualitas maupun kuantitas pelayanan kesehatan. Salah satu unsur penting yang
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan adalah tersedianya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang profesional, dengan kinerja sesuai dengan harapan guna
membantu masyarakat dalam penyelesaian masalah kesehatan (Utami 2011).
Keadaan ini juga berdampak pada pelayanan gizi di suatu rumah sakit dan
menuntut ahli gizi untuk memberikan pelayanan gizi dengan kualitas terbaik
(Kyungjo 2010). Pelayanan gizi merupakan salah satu aspek penting yang akan
mempengaruhi lamanya pasien berada dirumah sakit dan mempengaruhi cepat
atau lambatnya waktu penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang berkualitas
merupakan pelayanan yang dilakukan dengan benar, pada waktu yang tepat,
menggunakan cara yang benar bagi individu yang tepat, untuk mencapai hasil
yang sebaik mungkin (Persagi dan AsDI 2011).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dibidang pelayanan gizi, ditetapkan suatu sistem baru yang disebut NCP atau
Nutrition Care Process. NCP disebut juga sebagai PAGT Proses Asuhan Gizi
Terstandar adalah suatu model baru dari asuhan gizi (ADA 2008). NCP
merupakan proses pemecahan masalah gizi yang sistematis yang digunakan oleh
Ahli Gizi untuk berpikir kritis, membuat keputusan terkait masalah gizi, dan
menyelenggarakan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi yang
meliputi 4 tahapan yaitu asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi gizi. Oleh sebab itu, bagi seorang mahasiswa ilmu gizi,
penting untuk mengetahui dan memahami prosedur NCP secara baik dan benar.
Selain mempelajari secara teoritis di bangku perkuliahan, melalui praktek kerja
lapang yang terjun langsung ke rumah sakit dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk melatih dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan
pelayanan gizi yang berkualitas.
I.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengalaman kerja dan
wawasan profesional dalam penatalaksanaan diet berbagai penyakit dengan cara
melibatkan diri secara langsung pada kegiatan proses asuhan gizi di rumah sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
I.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, praktek kerja lapang di rumah sakit ini bertujuan untuk :
1. Menilai keadaan gizi pasien, 2. Merumuskan masalah gizi pasien, 3. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan diet
pada pasien berdasarkan diagnosa dokter,
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri,
-
2
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi baik untuk individu maupun keluarga,
6. Membekali diri untuk bisa beradaptasi di lingkungan kerja.
-
3
II. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN SIROSIS HATI CHILD A HBV DENGAN VARISES ESOFAGUS GR II-E DAN
GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL DI RUANG RAWAT INAP
FRESIA LANTAI II RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.
II.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Sirosis hepatis atau sirosis hati adalah suatu keadaan terjadinya akumulasi
dari matriks ekstraseluler atau jaringan parut sebagai respon terhadap jejas hati
akut maupun kronis. Penyebabnya beraneka ragam namun mayoritas merupakan
penderita penyakit hati kronis yang disebabkan oleh virus maupun kebiasaan
minum alkohol. Sirosis hepatis seringkali muncul tanpa gejala dan ditemukan saat
pemeriksaan rutin, namun dalam keadaan lanjut dapat timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta. Terapi pada penderita sirosis hepatis
bertujuan untuk mengurangi progresifitas penyakit berupa menghindarkan
kerusakan hati lebih lanjut, pencegahan, dan penanganan komplikasi (Saskara &
Suryadarma 2012).
WHO (2004) menyatakan bahwa sirosis hati merupakan penyebab kematian
ke- 19 di dunia dengan prevalensi sebesar 1,3%. Cause Spesifik Death Rate
(CSDR) sirosis hati di Inggris tahun 2002 sebesar 26,9% per 100.000 penduduk.
Di Amerika Serikat pada tahun 2001 CSDR sirosis hati sebesar 22,0% per
100.000 penduduk. Prevalensi sirosis hepatis di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 1,7% . Menurut hasil observasi selama enam tahun yaitu tahun 1990
sampai 1995, ditemukan bahwa 5,3% dari seluruh pasien yang dirawat di bagian
penyakit dalam RS Pugeran Yogyakarta menderita sirosis hepatis.selain itu
dilaporkan bahwa terdapat 256 pasien sirosis hepatis di RS Medistra Jakarta
selama bulan Agustus 2004 - Juli 2007 (Hadi 2002).
Penyebab sirosis hepatis sangat beraneka ragam, namun mayoritas penderita
sirosis awalnya merupakan penderita penyakit hati kronis yang disebabkan oleh
virus hepatitis atau penderita steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan
minum alkohol ataupun obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis
diantaranya adalah infestasi parasit (schistosomiasis), penyakit autoimun yang
menyerang hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit metabolik
seperti Wilsons disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis), efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan vaskular, baik yang
didapat ataupun bawaan. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus hepatitis
B merupakan penyebab tertinggi dari sirosis hepatis yaitu sebesar 40-50% kasus,
diikuti oleh virus hepatitis C dengan 30-40% kasus, sedangkan 10-20% sisanya
tidak diketahui penyebabnya dan termasuk kelompok virus bukan B dan C.
Sementara itu, alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia mungkin kecil sekali
frekuensinya karena belum ada penelitian yang mendata kasus sirosis akibat
alkohol (Saskara & Suryadarma 2012).
Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada
laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta
hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis
dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul
-
4
komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi kerontokan rambut
badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Selain itu, dapat pula
disertai dengan gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
hematemesis, melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma alkohol (Saskara & Suryadarma
2012).
II.2 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 54 tahun
Etnik/agama : Sunda/Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Swasta
Pendidikan : SD
Peran dalam keluarga : Kepala Keluarga
Tanggal masuk rumah sakit : 4 Oktober 2014
No Rekam Medis : 0001400417
Diagnosa medis : Sirosis Hati Child A HBV dengan Varises
Esofagus GR II-E dan Gastropati Hipertensi
Portal
II.3 Gambaran Penyakit Pasien
II.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
Pasien sering merasakan nyeri pada lambung sejak 2 tahun terakhir. Pada
saat masuk rumah sakit pasien didiagnosa mengalami Ulcus Peptikum berdarah,
Gastropati Erosiva berdarah ec NSAID, Anemia ec GI Bleeding, Trombositopenia
ec Obat (Metamphyrone Properazone). Setelah melakukan endoskopi, diagnosa
medis pasien menjadi Sirosis Hati Child A HBC dengan Varises Esofagus GR II-
E dan Gastropati Hipertensi Portal.
II.4 Proses Asuhan Gizi Terstandar
II.4.1 Skrining Gizi
Skrining gizi awal menggunakan instrumen SGA (Subjective Global
Assesment). Pada kasus ini , pasien bernama Tn R dengan usia 54 tahun yang
didiagnosa menderita Sirosis hati child A HBV dengan varises esofagus dan
gastropati hipertensi portal . Berdasarkan hasil skrining awal, didapati bahwa pada
pasien terjadi perubahan intik makanan menjadi makanan padat suboptimal,
terdapat perubahan fungsi gastrointestinal berupa anoreksia (nafsu makan
berkurang) dan kembung, serta kapasitas fungsional pasien menjadi ambulatory.
Hasil akhir skrining ini menyimpulkan bahwa nilai SGA pasien adalah B . Oleh
karena itu, perlu dilakukan asuhan gizi terstandar pada pasien untuk memperbaiki
masalah terkait gizi pasien saat ini. Asesmen lanjut merupakan langkah awal
dalam melakukan asuhan gizi terstandar untuk pasien guna menentukan terapi diet
yang tepat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
-
5
II.4.2 Pengkajian Gizi
II.4.2.1 Data Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan sebelum anamnesa gizi
meliputi:
Berat badan (BB) 3 bulan yang lalu = 55 kg
BB saat ini = 58 kg
Tinggi lutut (Tilut) = 48 cm
Estimasi Tinggi badan (TB) berdasarkan TiLUT = 2.02(TILUT) (0.04 U) + 64.19 = 2.02(48) 0.044 (38) + 64.19 =158.3 cm
Lingkar Lengan Atas (LLA) = 28 cm o Persentase perbandingan LLA pasien dengan standar adalah
92.7%, yang artinya status gizi pasien baik.
II.4.2.2 Data Biokimia Terkait Gizi
Berdasarkan pemeriksaan nilai biokimia pasien di laboratorium
pada tanggal 04 Oktober 2014, belum ada ditemukan data pemeriksaan
yang terkait dengan gizi pada pasien.
II.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi
Berdasarkan pemeriksaan keadaan fisik pasien pada tanggal 8
Oktober 2014, didapati hasil pemeriksaan fisik pasien pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan fisik pasien sirosis hati
Pemeriksaan Hasil
Keadaan Umum Compos mentis, GCS 15
Fisik/Tubuh Lemah
Kurang nafsu makan
Kembung (perasaan begah) pada perut
Hasil pemeriksaan klinis pasien pada tanggal 8 Oktober 2014 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pemeriksaan klinis pasien sirosis hati
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Keterangan
Tekanan darah 100/60 mmHg 120/80mmHg Normal
Nadi 80 kali/menit 80-100 kali/menit Normal
Pernafasan 16 kali/menit 20-26 kali/menit Normal
Suhu 36,8C 36-37
C Normal
II.4.2.4 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan
Pasien memiliki pola dan kebiasaan makan yang kurang baik pada
saat sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien sering makan secara
tidak teratur dan sering terlambat makan. Pasien gemar mengonsumsi
makanan pedas dan asam. Selain itu pasien juga terbiasa mengonsumsi
kopi setiap harinya. Pengonsumsian kopi ini dilakukan setiap pagi
bersama dengan konsumsi buah jeruk sebelum sarapan. Dalam sehari,
-
6
pasien juga biasa mengonsumsi mi instan sebanyak 1 hingga 2 bungkus.
Selain itu, pasien juga terbiasa mengonsumsi nasi goreng yang ekstra
pedas pada malam hari.
Riwayat total asupan makan pasien berdasarkan hasil wawancara
dengan metode dietary recall 1x24 jam selama dirumah sakit dapat
dilihat pada Tabel 3 dan rincian bahan makanan yang dikonsumsi dapat
dilihat pada lampiran 1.
Tabel 3 Hasil recall asupan 1x 24 jam pasien sirosishati
Kandungan Zat
Gizi
Total Asupan Standar
Kebutuhan
Persentase
(%)
Energi (kkal) 1284 1885 68.1 Protein (gram) 55.4 70.6 78.4 Lemak (gram) 37.5 41.88 89.5 Karbohidrat (gram) 162.5 306.3 53.05
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa asupan energi pasien
adalah sebesar 1284 kkal (68.1%), 55.4 gram protein (78.4%) , 37.5
gram lemak (89.5%) dan 162.5 gram karbohidrat (53.05 %) . Hasil
persentase tersebut didapatkan dengan membandingkan antara asupan
makan dengan standar kebutuhan energi dan zat gizi pasien . Standar
kebutuhan didapatkan denngan menggunakan rumus Mifflin, dimana
kebutuhan Energi pasien sebesar 1885 kkal, protein 74.9 gram, lemak
41.88 gram dan karbohidrat 306.3 gram. Penggunaan rumus Mifflin ini
didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
II.4.2.6 Riwayat Personal
Pasien adalah seorang buruh swasta. Pasien dirawat di rumah sakit
dengan cara pembayaran BPJS PB I
II.4.3 Diagnosis Gizi
NI. 2.1 Asupan makanan oral tidak adekuat akibat terbatasnya kemampuan
daya terima makanan (adanya kembung dan kurang nafsu makan)
yang ditandai oleh intake oral pasien yang terpenuhi hanya
sebesar 1284 kkal energi (68.1% dari kebutuhan ), 55.4 gram
protein (78.4% dari kebutuhan) , 37.5 gram lemak (89.5% dari
kebutuhan) dan 162.5 gram karbohidrat (53.05% dari kebutuhan).
NB-1.1.Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan kurang terpaparnya informasi yang akurat terkait gizi yang
ditandai dengan pola makan pasien yang tidak teratur dan sering
terlambat makan, serta gemar mengonsumsi makanan pedas dan
asam.
II.4.4 Intervensi Gizi
II.4.4.1 Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan oral pasien hingga sesuai dengan kebutuhan 2. Meningkatkan pengetahuan gizi pasien
-
7
II.4.4.2 Syarat Diet
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan menggunakan rumus Mifflin
2. Protein yang diberikan cukup, yaitu 15% dari kebutuhan energi total 3. Lemak yang diberikan rendah, yaitu 20% dari kebutuhan energi total 4. Karbohidrat yang diberikan cukup, yaitu 65% dari kebutuhan energi
total, yakni sebesar 306.3 gram
5. Frekuensi pemberian adalah: tiga kali makan utama, dua kali snack, dua kali suplemen enteral.
II.4.4.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi
Perhitungan kebutuhan gizi yang dilakukan menggunakan rumus
Mifflin . Hasil perhitungan adalah sebagai berikut,
Keb Energi = (10(W) + 6.25(H)-5(A)+5) x FA x FS
= (10(58) + 6.25(159)-5(54)) x 1.2 x 1.2
=1885 kkal
Keb Protein =15% x 1885 kkal / 4
=70.6 gram
Keb Lemak =20% x 1885 kkal / 9
= 41.88 gram
Keb Karbohidrat =65% x 1885 kkal/4
=306.3 gram
II.4.4.4 Implementasi
Implementasi intervensi dilakukan selama tiga hari dimulai pada
tanggal 8 Oktober 2014 pada waktu makan sore sampai tanggal 11
Oktober 2014 waktu makan siang. Pada implementasi kasus ini,
makanan yang disajikan kepada pasien merupakan makan dengan
konsistensi lunak berupa tim dengan frekuensi pemberian berupa tiga
kali makan utama, dua kali snack, dan satu kali ekstra roti malam serta
dua kali pemberian formula enteral(susu). Implementasi ini melibatkan
ahli gizi, petugas pelaksana gizi ruangan, dan petugas Pengolahan dan
Penyaluran Makanan (PPM) bagian dapur diit dan dapur susu.
Rancangan menu untuk diit ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan
distribusi makanan dalam sehari terdapat pada Tabel 5 berikut.
-
8
Tabel 4 Rancangan menu diit awal pasien sirosis hati
Kelompok BM P E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
Tim 3 525 12 0 120
Lauk Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0
Lauk Hewani lemak sedang 2 150 14 10 0
Lauk Nabati 1.5 113 7.5 4.5 10.5
Sayuran 1.75 44 1.75 0 5.25
Buah 2 100 0 0 24
Susu tanpa lemak 1 75 7 0 10
Snack 2 200 1 1 50
Minyak 3 150 0 15 0
Enteral tinggi protein 1 1 240 14 3 45
Enteral tinggi protein 2 1 200 10 10 27.7
Total 1846 74.3 45.5 292.5
Standar kebutuhan 1885 70.7 41.9 306.3
Persentase (%) 97.9 105.1 108.6 95.5
Tabel 5 Distribusi makanan sehari pasien sirosis hati
Bahan Makanan Penukar
Pagi 10,00 Siang 16,00 Sore
Tim 2.5 0.5
1
1
Lauk Hewani
Lemak rendah 1 1
lemak sedang 2
1
1
Lauk nabati 1.5 0.5
0.5
0.5
Sayur 1.75 0.5
0.75
0.75
Buah 2
1
1
Air Minum
Susu Gelas 1 1
Snack 2
1
1
Minyak 3 1
1
1
Roti ekstra malam 1
1
Enteral tinggi protein 1 1 1
Enteral tinggi protein 2 1 1
II.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi
Rencana edukasi dan konsultasi juga diberikan kepada pasien
dengan tujuan dan pelaksanaan yang terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rencana edukasi pasien sirosis hati
Tujuan Pelaksanaan
Memberikan pemahaman kepada
pasien dan keluarga pasien tentang gizi
seimbang dan makanan bersih
Edukasi tentang makanan beragam
dan beimbang sesuai dengan
kebutuhan zat gizi
-
9
II.4.5 Monitoring dan Evaluasi
II.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Rencana Monitoring pada pasien adalah sebagai berikut,
Tabel 7 Rencana monitoring pasien sirosis hati
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makanan
oral
100 % Setiap hari selama
intervensi
Pengetahuan gizi
pasien dan keluarga
Meningkat, ditandai dengan
perubahan perilaku dan
kemampuan pasien dan
keluarga pasien menjawab
pertanyaan terkait gizi
Setiap hari selama
intervensi
Berat badan Tidak turun (tetap) Setelah intervensi
berakhir
Kembung di perut Sudah tidak ada perasaan
begah
Setiap hari intervensi
Nafsu makan yang
kurang
Nafsu makan menjadi
meningkat
Setiap hari intervensi
II.4.5.2 Monitoring Antropometri
Monitoring berat badan dilakukan pada saat hari ketiga intervensi.
Monitoring ini dilakukan dengan mengukur berat badan menggunakan
timbangan dan didapati hasil yang sama (tidak terdapat perubahan berat
badan).
II.4.5.3 Monitoring Biokimia
Selama intervensi berlangsung tidak terdapat data biokimia yang
berhubungan dengan masalah gizi .
II.4.5.4 Monitoring Klinis
Selama intervensi berlangsung tidak ada pemeriksaan klinis yang
dilakukan, sehingga tidak bisa dibandingkan antara nilai klinis sebelum
dan sesudan intervensi.
II.4.5.5 Monitoring Fisik
Monitoring juga dilakukan terhadap kondisi fisik pasien. Pada hari
pertama intervensi, pasien belum memiliki nafsu makan yang baik dan
terdapat kembung pada perut pasien. Hal ini mengakibatkan asupan
makan pasien menjadi kurang. Pada intervensi hari kedua , kondisi fisik
pasien semakin membaik. Begitu juga pada hari ketiga, rasa kembung
sudah hilang dan nafsu makan sudah mulai normal/baik.
II.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien
Berdasarkan hasil FFQ yang dilakukan, didapati bahwa pasien
memiliki perilaku makan yang kurang baik. Berdasarkan penuturan
pasien, didapati bahwa pasien belum pernah mendapat edukasi/ konseling
-
10
gizi sebelumnya. Oleh sebab itu, selama 3 hari kegiatan intervensi
dilakukan,diberikan edukasi terkait gizi kepada pasien setiap harinya.
Hari pertama dan kedua intervensi, masih didapati makanan luar
rumah sakit yang dikonsumsi oleh pasien. Setelah diberikan edukasi, pada
intervensi hari kedua sudah tidak terdapat lagi makanan dari luar rumah
sakit yang dikonsumsi oleh pasien. Sedangkan pada hari ketiga
intervensi, edukasi yang dilakukan berupa kegiatan review melalui
diskusi dan tanya jawab seputar masalah gizi pasien kepada pasien dan
keluarga pasien. Hasil yang didapati adalah pasien dan keluarga dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar gizi dengan cukup baik.
II.4.5.7 Monitoring Asupan
Hasil diagnosis gizi yang dilakukan didapati bahwa asupan oral
pasien masih inadekuat. Hal ini dikarenakan gangguan pada sistem
pencernaan pasien berupa perasaan begah atau kembung pada perut,
sehinga pasien tidak bisa menghabiskan semua makanan. Pola dan
perilaku makan pasien yang kurang baik ini selanjutnya mengakibatkan
munculnya masalah gizi dan masalah klinis. Berdasarkan diagnosis medis
awal, pasien diberikan diet lambung II dengan konsistensi lunak/tim. Diet
ini hanya diberikan pada intervensi hari pertama. Pada intervensi hari
pertama ini, pasien belum bisa menghabiskan semua makanan yang
diberikan dikarenakan baru saja mengalami tindakan endoskopi yang
mengakibatkan nafsu makan pasien menjadi berkurang. Selain itu pada
perut pasien juga masih terdapat kembung.
Hasil endoskopi menyimpulkan bahwa penyakit yang diderita
pasien adalah Sirosis hepatis child A, HBV dengan varises esofagus dan
gastropati hipertensi portal. Sehingga perlu segera dilakukannya re-
asessmen dan perubahan intervensi. Re-assessmen yang dilakukan adalah
sebagai berikut,
a) Diagnosis Medis Diagnosis awal pasien berupa Ulkus peptikum dengan pendarahan,
gastropati erosiva ec NSAID, Anemia ec GI bleeding dan
Trombositopenia ec obat. Setelah dilakukan endoskopi, didapati bahwa
diagnosis pasien pasca bedah adalah Sirosis hepatis child A, HBV dengan
varises esophagus dan gastropati hipertensi portal.
b) Perhitungan kebutuhan energi: Keb. Energi = (10(W) + 6.25(H)-5(A)+5) x FA x FS
= (10(58) + 6.25(159)-5(54)) x 1.2 x 1.4
= 2199 kkal
Keb. Protein =15% x 2199 kkal / 4
= 82.5 gram
Keb. Lemak =15% x 2199 kkal / 9
= 36.6 gram
Keb. Karbohidrat =70% x 2199 kkal/4
= 84 gram
-
11
c) Diagnosis Gizi lanjut Terdapat perubahan pada diagnosis gizi lanjut, yakni :
NI-2.1. Asupan oral inadekuat akibat perut yang kembung (perasaan
begah) dan nafsu makan yang kurang ditandai oleh hasil recall
asupan hari pertama intervensi pasien yang masih kurang yakni
energi sebesar 1276 kkal (67.7% dari kebutuhan), 51 gram protein
(71.6%), 24 gram lemak (56.9%) 228 gram karbohidrat ( 74.5%)
NC-1.4.Adanya perubahan dalam sistem pencernaan diakibatkan
terjadinya perubahan struktur dan fungsi pada GIT, ditandai oleh
hasil pemeriksaan endoskopi yang abnormal yakni terdapat sirosis
pada hati pasien.
NB-1.1.Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan kurang terpaparnya informasi yang akurat terkait gizi yang
ditandai dengan pola makan pasien yang tidak teratur dan sering
terlambat makan, serta gemar mengonsumsi makanan pedas dan
asam
d) Intervensi
Tujuan: o Meningkatkan asupan oral pasien sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien
o Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien
Target : Terpenuhinya asupan oral pasien 100 % melalui rute oral.
Diet yang diberikan adalah Diet hati III dengan konsistensi lunak per oral
e) Implementasi Intervensi kedua Pasien diberikan diet hati III dengan rancangan diet dan distribusi
makanan sehari yang dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 dengan
rincian menu sehari terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 8 Rancangan diet sehari pada intervensi dengan diet hati III
Kelompok BM P E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
Bubur/Tim 2.25 393.75 9 0 90
Lauk Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0
Lauk Hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
Lauk Nabati 1 75 5 3 7
Sayuran 1.75 44 1.75 0 5.25
Buah 2 100 0 0 24
Snack 2 200 1 1 50
Minyak 1.5 75 0 7.5 0
Enteral 1 3 750 30 7.5 144
Enteral 2 1 250 14 3 42
Total 2169 90 40 363
Standar kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase (%) 99 109 109 94
-
12
Tabel 9 Distribusi makanan pasien dalam sehari dengan diet hati III
Bahan Makanan Penukar Pagi 10,00 Siang 16,00 malam 21.00
Bubur 0.5 0.5
Nasi Tim 2 1 1
Lauk Hewani
Lemak rendah 1 1
Lemak sedang 2
1
1
Lauk nabati 1
0.5
0.5
Sayur 1.75 0.5
0.75
0.75
Buah 2
1
1
Snack 2
1
1
Minyak 3 1
1
1
Ekstra telur ayam 1 1
70
Enteral 1 3 1
1
1
Enteral 2 1 1
Diet yang semula adalah diet lambung II dirubah menjadi diet hati
III. Pemilihan diet Hati III ini telah disesuaikan dengan kondisi pasien,
dimana pasien mampu memakan dalam bentuk lunak berupa bubur hingga
nasi tim.
Intervensi pada hari kedua dan ketiga yang diberikan adalah diet
hati III kepada pasien dengan konsistensi lunak (bubur/ tim) per oral.
Perbedaan diet lambung II dan diet hati III terletak pada standar
kebutuhan dan persentase lemak yang dipilih. Sirosis hati mengakibatkan
adanya peningkatan faktor stres pada pasien, dari sebelumnya 1.2 menjadi
1.4 , sehingga standar kebutuhan energi pasien juga menjadi meningkat.
Selain itu persentase lemak yang diberikan semula adalah sebesar 20 %
dikurangi menjadi 15%. Pada suplemen enteral juga terjadi perubahan,
dimana semula suplemen pasien berupa susu tinggi protein, dirubah
menjadi susu untuk penderita penyakit hati.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan pada hari kedua dan
ketiga, didapati bahwa asupan makanan pasien mengalami peningkatan.
Pasien mampu menghabiskan semua makanan yang diberikan (asupan
100%). Hal ini dikarenakan kondisi pasien yang berangsur membaik,
sudah tidak terdapat kembung dan keluarga pasien terus memotivasi
pasien agar menghabiskan makanan yang diberikan. Selain itu makanan
yang diberikan disesuaikan dengan kebiasaan makan pasien , yakni pasien
diberikan bubur pada waktu makan pagi dan nasi pada waktu makan siang
dan malam.
Monitoring asupan makan pada intervensi hari pertama secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan Persentase asupan
dibandingkan dengan kebutuhan pasien Tn R selama diberikannya
intervensi dapat dilihat pada Tabel 10.
-
13
Tabel 10 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari pertama
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
TOTAL 1141 52.9 26.4 159
Kebutuhan 1885 70.7 41.9 306.3
Persentase (%) 60.5 70.9 84.1 48.4
Hasil persentase asupan pasien pada hari kedua pasien setelah
penggantian diet ke diet hati III dapat dilihat pada Tabel 11 dengan
rincian asupan makan terdapat pada Lampiran 4.
.
Tabel 11 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari kedua
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
TOTAL 2169 90 40 363
Kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase(%) 99 109 109 94
Hasil persentase asupan pasien pada hari ketiga dapat dilihat pada
Tabel 12 dengan rincian asupan makan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 12 Monitoring asupan makan pasien sirosis hati hari ketiga
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
TOTAL 2169 90 40 363
Kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase 99 109 109 94
Pebandingan asupan terhadap kebutuhan selama tiga hari intervensi
pada pasien dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Persentase asupan makanan pasien terhadap kebutuhan pasien
sirosis hati selama intervensi
0
20
40
60
80
100
120
E P L KH
Pe
rse
nta
se (
%)
Kandungan Gizi (gram)
Persentase Asupan terhadap Kebutuhan Pasien
intervensi hari ke 1
Intervensi hari ke 2
intervensi hari ke 3
-
14
II.5 Kesimpulan dan Saran
II.5.1 Kesimpulan
Pasien bernama Tn.R yang berusia 58 tahun dengan diagnosa medis
Sirosis hepatis child A HBV dengan varises esophagus dan gastropati
hipertensi portal. Hasil intervensi yang dilakukan selama tiga hari tersebut
(dengan diet lambung II pada hari pertama dan diet hati III pada hari kedua
dan ketiga) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan asupan makan pasien,
dimana hingga hari ketiga intervensi, pasien telah mampu menghabiskan
semua makanan yang diberikan. Sedangkan berat badan pasien hingga hari
ketiga menunjukkan tidak adanya perubahan, Nafsu makan pasien telah
mengalami perbaikan, rasa kembung juga telah hilang. Pengetahuan gizi
pasien dan keluarga pasien juga telah mengalami peningkatan. Hal ini
ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku pasien yang tidak lagi
megonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Selain itu, pasien dan keluarga
pasien telah dapat menjawab dengan cukup baik dan benar pertanyaan-
pertanyaan seputar gizi yang berhubungan dengan penyakit pasien melalui
diskusi tanya jawab. Sehingga semua target yang ingin dicapai pada kegiatan
asuhan gizi ini dalam hal peningkatan asupan, perbaikan kondisi fisik/klinis
dan peningkatan pengetahuan gizi pasien telah tercapai.
-
15
Mycobacterium tuberculosis
alveolus
Basil berdistribusi (bakterimia)
Merangsang interleukin - 1
Berdistribusi ke hipotalamus
termoregulator,suhu tubunh meningkat
Hipertermi
x1
Fagositosit makrofag
Basil tuberkel mati Basil tuberkel bereplikasi dg
makrofag
Menyebar ke saluran limfa regional
kompleks primer
Menyebar lewat peredaran darah
Merangsang respon imun seluler sel T (hanya mengisolasi basil TB)
x2
III. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN
MARASMUS, ADULT TYPE II TUBERKULOSIS,
PNEUMONIA DD/ PNEUMONIA TIPE TUBERKULOSIS DI
RUANG RAWAT INAP KENANGA LANTAI 2 RSUP DR
HASAN SADIKIN BANDUNG
III.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia
maupun di dunia. Berdasarkan laporan WHO (2009) Indonesia menempati
peringkat 5 dunia dan peringkat ini turun dibanding tahun 2007 yang menempati
peringkat 3 (Anonim 2010).
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular dan bersifat
sistemik yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mayoritas
(>95%) menyerang paru. Pengobatan tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase
awal selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 6-12 bulan (Ranuh et al. 2001).
Faktor lain selain obat untuk mengobati penyakit ini adalah asupan energi
dan protein dalam jumlah cukup yang berperan untuk mendukung proses
penyembuhan dan peningkatan status gizi terhadap infeksi tuberkulosis (Sidabutar
et al.2004). Pengobatan dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh dengan
mengurangi jumlah bakteri di dalam tubuh. Semakin baik mekanisme pertahanan
tubuh, maka kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan juga akan meningkat untuk
mengganti penghancuran jaringan tubuh bagi pembentukan protein atau enzim.
Jika peningakatan kebutuhan dapat dipenuhi dari asupan makanan, maka akan
dapat meningkatkan status gizi (Sidabutar et al. 2004). Namun, apabila asupan
makanan yang diberikan tidak bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
akibat infeksi, maka berat badan akan dan satus gizi akan mengalami penurunan,
dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi / kurang
gizi. Patofisiologi terjadinya Tuberkulosis dapa dilihat pada gambar berikut,
-
16
Gambar 2 Patofisiologi penyakit tuberkulosis
III.2 Identitas Pasien
Nama : An. S
Usia : 12 tahun
Etnik/agama : Sunda/Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Peran dalam keluarga : Anak
Diagnosa Medis :Marasmus, Adult type II tuberkulosis,
Pneumonia dd/ pneumonia type
tuberkulosis
Ruang : Kenanga II/ Kelas 3/ kamar isolasi 8-1
Nomor Rekam Medis : 0001398509
Tanggal Masuk RS : 29 September 2014
Tanggal pengambilan kasus : 13 Oktober 2014
x1
Peningkatan metabolisme
Pemecahan cadangan makanan
Kebutuhan gizi sel meningkat
Zat gizi kurang dari kebutuhan tubuh
x2
pengkejuan
pencairan di alveolus
Bahan cain dilepaskan ke bronkus
Mengahambat pernapasan
O2 dalam tubuh menurun
Kelelahan Meningkatkan
frekuensi pernapasan
Sesak,pola nafas tidak efektif
Akumulasi secret di jalan napas
Batuk berdahak
Refluk fagal
Reaksi mual muntah
Zat gizi kurang dari kebutuhan tubuh
-
17
III.3 Gambaran Penyakit Pasien
III.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengeluh sering mengalami demam dan batuk sejak 6 bulan
lalu. Pasien hanya melakukan rawat jalan secara berulang sebelum
akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Riwayat Penyakit sekarang
An S masuk rumah sakit pada tanggal 29 September 2014 dengan
keluhan batuk dan sesak nafas serta demam tinggi. Kondisi badan
pasien juga sudah sangat kurus dan lemas
III.3.2 Diagnosa Medis
An S di diagnosa menderita penyakit Marasmus, Adult type II
tuberkulosis, Pneumonia dd/ pneumonia tipe tuberkulosis
III.4 Proses Asuhan Gizi Terstandar
III.4.1 Skrining Gizi
Skrining gizi awal yang dilaukan pada pasien anak ini menggunakan
instrument Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS). Hasil PYMS
menunjukkan bahwa nilai BMI/U pada pasien kurang dari -2 Standar Deviasi
(
-
18
III.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi
Berdasarkan pemeriksaan keadaan fisik dan klinis pasien pada
tanggal 8 Oktober 2014, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel
14 dan Tabel 15.
Tabel 14 Hasil pemeriksaan fisik pasien tuberkulosis
No Pemeriksaan Hasil
1 Keadaan Umum Compos Mentis, GCS 15
2 Fisik/Tubuh - Tubuh lemah - Tampak kurus - Terdapat atropi otot - Kehilangan lemak subkutan
Tabel 15 Hasil pemeriksaan klinis pasien tuberkulosis
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Keterangan
Nadi 104 kali/menit 80-100 kali/menit Normal
Respiratory rate 28 kali/menit 20-26 kali/menit Normal
Suhu 36,8C 36-37
C Normal
III.4.2.4 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan
Riwayar Asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Pasien mengeluh sakit sudah sejak 6 bulan yang lalu, namun nafsu
makan dan pola makan pasien tidak terganggu/ tidak mengalami
perubahan. Pasien telah mengonsumsi makanan yang bervariasi, hanya
saja masih belum mencukupi kebutuhan tubuh. Pada saat SMRS (sebelum
masuk rumah sakit), dalam sehari pasien biasa mengonsumsi nasi
sebanyak 3 piring , lauk nabati berupa tempe 2 potong sedang, lauk
hewani berupa ayam goreng sebanyak 1 potong dan telur ayam sebanyak
2 butir. Selain itu pasien gemar mengonsumsi susu. Dalam sehari pasien
juga biasa mengonsumsi susu. Pasien juga mengonsumsi sayur di tiap kali
makan utama dengan porsi sebesar 2-3 sendok sayur. Selain itu, pasien
juga gemar mengonsumsi bakso. Dalam seminggu, pasien biasa
mengonsumsi bakso sebanyak 3 4 kali dengan porsi 1 mangkuk bakso. Jenis makanan yang tidak begitu disukai pasien adalah tahu, sehingga
pasien jarang mengonsumsi tahu.
Berdasarkan hasil Food Frequency Quesionare , diketahui riwayat
asupan makan pasien dalam kurun waktu 6 bulan terakhir sebelum masuk
rumah sakit, yakni energi sebesar 1579 kkal (74% dari kebutuhan), Lemak
sebesar 50.7 gram (71.3%), protein sebesar 64.1 gram (81%) dan
karbohidrat sebesar 193.5 gram (65, 9 %). Tabel rincian konsumsi pangan
pasien dapat dilihat pada Lampiran 6.
Riwayat Asupan setelah Masuk Rumah Sakit (MRS)
Riwayat asupan makan pasien setelah masuk rumah sakit diketahui
dengan cara melakukan recall 1x 24 jam. Hasil recall asupan makan
pasien adalah sebagai berikut: pasien diberikan diet gizi seimbang dengan
konsistensi biasa rute oral. Kandungan Energi total yang dikonsumsi
pasien adalah sebesar 1591 kkal (74.5% dari kebutuhan), protein sebesar
55 gram (68.6% dari kebutuhan) lemak 45 gram (63.2 % dari kebutuhan)
-
19
dan karbohidrat sebesar 248 gram ( 71.4% dari kebutuhan). Pasien tidak
menghabiskan makanan dikarenakan pasien tidak begitu menyukai lauk
nabati tahu, sehingga menu tahu yang disediakan jarang dimakan oleh
pasien. Tabel rincian hasil recall 1x 24 jam pasien dapat dilihat pada
Lampiran 7. Pada kasus ini, keluarga pasien (Ibu) belum pernah mendapat
pendidikan gizi seimbang sehingga kurang memotivasi anaknya untuk
makan.
III.4.2.5 Riwayat Personal
Pasien adalah pelajar SD. Pekerjaan ayah pasien adalah Buruh
serabutan dan Ibu pasien adalah Ibu rumah tangga. Pasien dirawat
menggunakan BPJS.
III.4.3 Diagnosis Gizi
NI 5-2. Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya asupan makanan dalam
jangka waktu yang lama serta peningkatan asupan kebutuhan
ditandai dengan nilai BMI/U sebesar 12.6 (
-
20
III.4.4.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi
1. Keb Energi = ( (22.2 x BB (kg)) + 746) x FS = ((22.2 x 26.5) +746) x 1.6
= 2135 kkal
2. Keb Protein =15% x 2135 kkal / 4 = 80.1 gram
3. Keb Lemak = 30% x 2135 kkal / 9
= 71.2 gram
4. Keb Karbohidrat = 55% x 2135 kkal/4
= 293.5 gram
II.4.4.4 Implementasi
Implementasi intervensi dilakukan selama tiga hari dimulai pada
tanggal 15 Oktober 2014 mulai makan pagi sampai tanggal 18 Oktober
2014. Pada implementasi kasus ini, diberikan makanan diet tinggi energi
dan protein dengan konsisitensi biasa. Implementasi ini melibatkan
kolaborasi antara dokter, perawat, petugas pelaksana gizi ruangan,
petugas Pengolahan dan Penyaluran Makanan (PPM) bagian dapur diit
dan dapur susu, serta pasien dan keluarganya.
Tabel 16 Rancangan menu diit awal pasien tuberkulosis
Acara
Makan Bahan Makanan
Penukar
(p) Gram
E
(kkal)
P
(g)
L
(g)
KH
(g)
Pagi
Nasi 1.0 100 175 4.0 0.0 40.0
L. Hewani rendah
lemak 1.0 40 50 4.0 2.0 0.0
L.Nabati 0.5 25 37.5 2.5 1.5 3.5
Sayur 0.5 50 12.5 0.5 0.0 2.5
Susu Sapi 1.0 180 125 7.0 6.0 10.0
Minyak 1.0 5 50 0.0 5.0 0.0
10.00 Snack 1.0 100 1.0 1.0 25.0
Siang
Nasi 1.5 150 262.5 6.0 0.0 60.0
L. Hewani lemak
sedang 1.0 35 75 7.0 5.0 0.0
L. Nabati 0.5 25 37.5 2.5 1.5 3.5
Sayur 0.75 75 18.75 0.75 0.0 3.75
Minyak 2.0 10 100 0.0 10.0 0.0
Telur Rebus 1.0 50 75 7.0 5.0 0.0
16.00 Snack 1.0 100 1.0 1.0 25.0
Sore
Nasi 1.5 150 262.5 6.0 0.0 60.0
L. Hewani lemak
sedang 1.0 50 75 7.0 5.0 0.0
Telur Rebus 1.0 50 75 7.0 5.0 0.0
Sayur 0.75 75 18.75 0.75 0.0 3.75
minyak 2.0 10 100 0.0 10.0 0.0
Enteral 1.0 45 200 6.0 7.0 28.0
21.00 Enteral 1.0 45 200 6.0 7.0 28.0
TOTAL 2150 76 72 293
KEBUTUHAN 2135 80.1 71.2 293.6
PERSENTASE 100.7 95 101 99.7
-
21
Tabel 17 Distribusi makanan sehari pasien tuberkulosis
Bahan Makanan Penukar (P) Pagi 10.00 Siang 16.00 malam 21.00
Nasi 4 1 1.5 1.5
Protein rendah lemak 1 1
Protein lemak sedang 4 2 2
Protein nabati 1 0.5 0.5
Sayuran 2 0.5 0.75 0.75
Buah 2 1 1
Susu sapi 1 1
Snack 2 1 1
Lemak Jenuh 5 1 2 2
Enteral Suplemen 2 1 1
III.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi
Hari/tanggal : 15-18 Oktober 2014
Waktu : Pukul 13.00-13.30 WIB
Tempat : ruang Kenanga 2, Kamar isolasi 2 Bed 1
Metode : Bed Side Teaching
Media : Leaflet dan daftar Penukar Bahan Makanan
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Tabel 18 Materi edukasi pasien pasien tuberkulosis
Materi Edukasi Tujuan Pelaksanaan
Informasi tentang
penyakit yang dialami
pasien
Pasien dan keluarga
mengetahui penyakit
yang dialami pasien
sehingga diharapkan
lebih mengerti dan
menjaga kesehatan
Pada saat implementasi
makanan beragam dan
beimbang sesuai dengan
kebutuhan zat gizi
terutama untuk
membantu proses
penyembuhan
Pasien dan keluarga
mengerti bahan
makanan yang baik dan
tidak baik untuk
kondisi pasien dan
dapat menerapkannya
Pada saat implementasi
-
22
III.4.5 Monitoring dan Evaluasi
III.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Tabel 19 Rencana monitoring pasien 22uberculosis
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makanan
oral
100% Setiap hari
Berat badan 26.5 kg Setelah 2 hari intervensi
Nilai Laboratorium Normal Setiap pemeriksaan lab
Tanda fisik
(lemak subkutan)
Lemak subkutan berangsur
pulih
Saat akhir kasus
III.4.5.2 Monitoring Antropometri
Monitoring berat badan dilakukan pada saat hari ketiga intervensi.
Monitoring ini dilakukan dengan mengukur berat badan menggunakan
timbangan. An. S mengalami peningkatan berat badan sebesar 500 gram
(0.5 kg). Berat badan pasien menjadi 27 kg.
III.4.5.3 Monitoring Biokimia
Selama intervensi berlangsung tidak ada pemeriksaan biokimia,
sehingga tidak bisa dibandingkan antara nilai biokimia sebelum dan
sesudah intervensi.
III.4.5.4 Monitoring Klinis
Selama intervensi berlangsung tidak ada pemeriksaan klinis yang
dilakukan, sehingga tidak bisa dibandingkan antara nilai klinis sebelum
dan sesudan intervensi.
III.4.5.5 Monitoring Fisik
Pasien tampak sangat kurus , telah kehilangan lemak subkutan dan
mengalami atropi otot . Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, belum
tampak adanya perubahan fisik pada pasien. Hal ini dikarenakan
pemulihan kondisi tubuh memang tidak bisa berlangsung dalam waktu
singkat.
Kondisi fisik lainnya pada pasien menunjukkan tidak adanya
perubahan. Tidak terdapat mual, muntah atau kehilangan nafsu makan
pada pasien.
III.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien
Selain intervensi makanan, pasien diberikan intervensi berupa
pendidikan gizi tentang pentingnya mengonsumsi makan sesuai dengan
kebutuhan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pendidikan ini
diberikan kepada pasien dan orang tua pasien. Sebelum diberikan
pendidikan/edukasi gizi, Ibu pasien tidak mengupayakan agar anaknya
mau menghabiskan makanan yang diberikan. Sehingga pasien tidak
-
23
menghabiskan semua makanan yang diberikan dengan alasan malas
makan. Setelah diberikan pendidikan gizi, orang tua (ibu) pasien sangat
antusias untuk memotivasi anaknya agar mau makan dan mau
menghabiskan semua makanan yang diberikan.
III.4.5.7 Monitoring Asupan
Intervensi dilakukan selama tiga hari kepada pasien. Sebelum
intervensi, pasien tidak menghabiskan semua makanan yang diberikan.
Hal ini dikarenakan terdapat jenis makanan tertentu (seperti lauk nabati:
terutama tahu) yang tidak dihabiskan oleh pasien. Selain itu pasien juga
masih malas menghabiskan makan sehingga tidak semua makanan
dihabiskan oleh pasien. Setelah dilakukan intervensi dan diberikan
pendidikan gizi, pasien bersedia dan mampu menghabiskan semua
makanan yang diberikan meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk bisa menghabiskan semua makanan tersebut. Hingga hari ketiga
intervensi, hasil yang diberikan menunjukkan bahwa semua makanan
yang disediakan dapat dihabiskan oleh pasien. Pasien juga mampu
menghabiskan semua suplemen enteral (berupa susu gizi seimbang) yang
diberikan. Tidak terdapat makanan dari luar yang dikonsumsi oleh pasien.
sehingga asupan makan pasien menjadi sangat bagus selama intervensi
dilakukan. Rincian asupan makan pasien selama tiga hari intervensi dapat
dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9.
III.5 Kesimpulan dan Saran
III.5.1 Kesimpulan
Pasien bernama An.S yang berusia 12 tahun dengan diagnosa medis
Marasmus, Adult type II tuberculosis , Pneumonia dd/ pneumonia type
tuberculosis diberikan diet makanan tinggi energi dan protein dengan ekstra
telur rebus (2 penukar) dan ekstra enteral 2x 200 cc dalam sehari. Total
kandungan energi sebesar 2150 kkal, protein sebesar 76 gram, lemak sebesar
72 gram, dan karbohidrat sebesar 293 gram. Selain itu pasien juga diberikan
edukasi tentang gizi seimbang. Hasil pengamatan yang dilakukan selama 3
hari intervensi menunjukkan bahwa pasien mampu menghabiskan semua
makanan yang disediakan tanpa ada keluhan pencernaan. Tercatat juga berat
badan pasien mengalami peningaktan sebesar 500 gram. Selain itu,
pengetahuan gizi pasien dan keluarga pasien tentang gizi seimbang juga
mengalami peningkatan.
III.5.2 Saran
Keluarga pasien memegang peranan dan pengaruh besar dalam
memotivasi pasien untuk dapat makan dengan baik. Pemahaman tentang
makanan sangat diperlukan pada keluarga pasien, agar bisa menjaga asupan
makan pasien dan tidak membawa sembarang makanan dari luar rumah sakit
untuk dikonsumsi oleh pasien. Oleh sebab itu, selain kepada pasien, sangat
penting untuk memberikan pendidikan gizi yang kontinu kepada keluarga
pasien.
-
24
-
25
IV. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA POST ROTATIONAL
FLAP A/R OPEN DEFECT OCCIPITO CERVICAL ec POST EKSEKUSI
MASSA ec SOFT TISSUE TUMOR A/R OCCIPITAL SINUS ec
MALIGNANT FIBROUS HYSTIOCYTOMA POD + I DI RUANG RAWAT
INAP KEMUNING LANTAI 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
IV.1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasme. Soft Tissue Tumor (STT)
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal progresif, dimana sel- selnya tidak
tumbuh seperti kanker. Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab/ etiologi
dari penyakit ini, diantaranya kondisi genetic, pengaruh radiasi, lingkungan yang
karsinogenik, adanya infeksi virus Epstein-Barr, dan trauma (Kanal 2007).
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak ini tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan
lunak tumor biasanya tidak menimnulkan gejala karena jaringan lunak yang
relative elastis, tumor dapat tumbuh lebih besar, mendorong sampingjaringan
normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. Terkadang gejala
pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak dan dapat menimbulkan
gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf
dan otot (Kanal 2007)..
Patofisiologi tumor ini secara umum adalah adanya proliferasi masenkimal
yang terjadi di jaringan nonepitelial ektraskeletal tubuh. Dapat timbul ditempat
mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstremitas bawah, terutama di
daerah paha, 20% di ekstremitas atas , 10% di kepala dan leher dan 30% di badan.
Pengobatan yang dapat dilakukan pada penyakit ini dapat berupa pembedahan
(surgery therapy), radiasi atau kemoterapi (Kanal 2007)..
Malnutrisi dapat terjadi pada pasien penderita tumor dan mengalami
pembedahan, meskipun lokasi tumor tidak terdapat pada daerah saluran
pencernaan. Tumor akan mengakibatkan stress metabolik pada tubuh sehingga
kebutuhan energi dan zat gizi tubuh akan mengalami peningkatan , sehingga
untuk mengimbanginya dibutuhkan asupan yang adekuat. Oleh sebab itu asuhan
gizi perlu dilakukan untuk memperbaiki status gizi pasien apabila malnutrisi serta
menjaga status gizi pasien agar berada pada batas normal
IV.2 Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 38 tahun
Etnik/agama : Sunda/Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLP
-
26
Peran dalam keluarga : Kepala keluarga
Tanggal masuk rumah sakit : 19 September 2014
Tanggal diambil kasus : 20 Oktober 2014
Diagnosa Medis MRS : Soft Tissue Tumor
IV.3 Gambaran Penyakit Pasien
IV.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Sekitar 1 tahun lalu sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pada leher
belakang sebelah kiri pasien muncul benjolan. Benjolan tersebut semakin
lama semakin membesar hingga sebesar telur ayam. Kemudian pasien
melakukan pengobatan ke Rumah Sakit daerah yang berada dekat dengan
rumah pasien, kemudian dilakukan operasi untuk mengangkat benjolan
tersebut. Setelah itu, benjolan kembali muncul dan dengan ukuran sebesar
buah pepaya. Kemudian lebih kurang sekitar 1 bulan SMRS terjadi
perdarahan dari belakang benjolan dan semakin hari perdarahan semakin
parah sehingga pasien dilarikan kerumah sakit daerah, oleh rumah sakit
daerah pasien di rujuk ke RSHS pada tanggal 19 September 2014 dengan
diagnosa soft tissue tumor (tumor jaringan lunak).
Riwayat Penyakit Sekarang
Sembilan belas hari setelah pasien berada di rumah sakit, yakni
pada tanggal 8 oktober 2014 dilakukan operasi pengangkatan tumor dan
bedah plastik pada pasien, sehingga diagnosa medis pasien saat ini adalah
Post Rotational Flap a/r open Defect Occipito Cervical ec Post Eksekusi
Massa ec Soft Tissue Tumor a/r Occipital Sinus ec Malignant Fibrous
Histiocytoma POD +I
IV.4 Proses Asuhan Gizi Terstandar
IV.4.1 Skrining Gizi
Skrining gizi awal menggunakan instrumen SGA (Subjective
Global Assesment). Hasil penilaian SGA untuk pasien Tn M adalah C yaitu
berisiko malnutrisi buruk, sehingga perlu dilakukan assesmen gizi lanjut
untuk mengatasi permasalahan gizi. Penilaian SGA ini didapatkan dari data
tentang perubahan berat badan, asupan makanan, gastrointestinal, kapasitas
fungsional, penyakit dan hubungannya dengan kebutuhan gizi serta penilaian
fisik.
Nilai pengukuran LLA pada Tn M yakni sebesar 22 cm, dengan persentase
LLA sebesar 71.6% (kurang dari 85%) yang menunjukkan bahwa pasien
megalami gizi buruk. Selain itu terjadi penurunan asupan makan menjadi
makanan padat suboptimal Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan
kapasitas fungsionalnya ambulatory dengan kesulitan. Hubungan penyakit
pasien dengan kebutuhan gizi adalah tinggi. Pasien juga mengalami hilang
lemak subkutan dan terdapat atropi otot lengan, sehingga pasien memerlukan
asesmen labih lanjut oleh dietisien dan / atau dokter divisi gizi dan penyakit
metabolik.
-
27
IV.4.2 Pengkajian Gizi
IV.4.2.1 Data Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan terhadap pasien sebelum
dilakukan anamesa gizi adalah sebagai berikut
LLA (Lingkar Lengan Atas) = 22 cm
TiLUT (Tinggi Lutut) = 46.5 cm
Estimasi Berat badan (BB) berdasarkan LLA = 2.592(LLA) 12.902 = 2.592(22) 12.902 = 44 kg
Estimasi Tinggi badan (TB) berdasarkan TiLUT = 2.02(TILUT) (0.04 U) + 64.19 = 2.02(46.5) 0.04 (38) + 64.19 =156.5 cm
Penentuan status gizi pasien berdasarkan estimasi LLA = LLA(dalam cm) /standar x 100
=220/307 *100= 71.6 % => Malnutrisi berat (dibawah 85%)
Perhitungan status gizi menggunakan Tabel standar NCP (Nutrition
Care Proccess)
IV.4.2.2 Data Biokimia Terkait Gizi
Berikut adalah Tabel 20 yang berisi tdata hasil pemeriksaan biokimia
(lab) yang terkait dengan gizi.
Tabel 20 Hasil pemeriksaan lab (biokimia) terkait gizi pasien Soft tissue
tumor
No Pemeriksaan Nilai Kadar Normal Hasil
1 Hemoglobin 10.4 g/dL 13.5 ~17.5 g/Dl Rendah
2 Hematokrit 32 % 40 ~ 52 % Rendah
3 Eritrosit 4.12 mm3
4.5~6.5 mm3 Rendah
4 Trombosit 1.058.000 mm3 150000 ~450000 mm
3 Tinggi
5 Ureum 11 mg/dL 15~50 mg/dL Rendah
6 Kreatinin 0.51 mg/dL 0.7~1.2 mg/dL Rendah
7 Natrium 133 mEq/L 135~ 145 mEq/L Rendah
IV.4.2.3 Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis Terkait Gizi
Berdasarkan pemeriksaan keadaan fisik dan klinis pasien,
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.
Tabel 21 Hasil pemeriksaan fisik pasien Soft tissue tumor
Pemeriksaan Hasil
Keadaan
Umum
- Compos Mentis, GCS 15
Fisik/Tubuh - Bed rest dengan posisi tubuh tengkurap karna operasi bedah yang dilakukan di punggung pasien
- Tampak kurus - Pasien telah kehilangan lemak subkutan - Terdapat atropi otot lengan - Terdapat gangguan menelan
-
28
IV.4.2.4 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan
Riwayat Asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Awal masuk rumah sakit, status gizi pasien sudah berada di bawah batas
normal (gizi kurang). Persentase asupan pasien berdasarkan hasil recall asupan
melalui metode Food Frequency Quesionare (FFQ) selama 6 bulan terakhir
menunjukkan bahwa asupan pasien SMRS terdapat pada Tabel 22.
Tabel 22 Hasil recall asupan 6 bulan SMRS pasien Soft tissue tumor
Kandungan Zat
Gizi
Total
Asupan
Standar
Kebutuhan
Persentase
(%)
Energi (kkal) 1462.5 1849 78.2 Protein (gram) 42.2 83.2 60.9 Lemak (gram) 51.4 51.4 88.8 Karbohidrat (gram) 207.3 268.1 74.7
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total asupan energi sebesar
1462.5 kkal (78.2 % dari kebutuhan), protein sebesar 42,2 gram (60.9 % dari
kebutuhan), lemak sebesar 51.4 gram (88.8 % dari kebutuhan) dan karbohidrat
sebesar 207.3 gram (74.7 % dari kebutuhan). Rincian hasil FFQ pasien bulan
sebelum SMRS dapat dilihat pada Lmpiran 10.
Riwayat Asupan Pasien Saat di Rumah Sakit
Selama dirumah sakit nafsu makan pasien cukup baik. Pada awal masuk
rumah sakit pasien diberikan diet makanan seimbang dengan konsistensi biasa.
Pasien mampu menghabiskan makanan yang disediakan (asupan 100%). Sebelum
dioperasi pasien dipuasakan, kemudian pasca operasi pasien diberikan diet gizi
seimbang dengan konsistensi lunak/bubur. Setelah 10 hari pasca operasi diet yang
diberikan kepada pasien masih dalam bentuk lunak/bubur. Hal ini dikarenakan
operasi membuat daerah sekitar leher pasien terasa nyeri sehingga pasien lebih
suka makan makanan dalam konsistensi lunak/bubur. Pasca operasi, nafsu makan
pasien mengalami penurunan. Berdasarkan hasil recall yang dilakukan didapati
asupan pasien yakni terdapat pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil recall asupan makan 1x24 jam pasien Soft tissue tumor
Kandungan Zat
Gizi
Total Asupan Standar
Kebutuhan
Persentase (%)
Energi (kkal) 1393.8 1849 75.4 Protein (gram) 48.5 83.2 58.3 Lemak (gram) 43.9 51.4 85.3 Karbohidrat (gram) 195.9 268.1 73.1
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan sebesar 1393.8 kkal
energi (75.4% dari kebutuhan), protein sebesar 48.5 gram (58.3% dari kebutuhan)
lemak 43.9 gram (85.3 % dari kebutuhan) dan karbohidrat sebesar 195.9 gram
(73.1% dari kebutuhan). Tabel rincian hasil recall pada pasien dapat dilihat pada
Lampiran 11.
-
29
IV.4.2.5 Riwayat Personal
Pasien adalah seorang buruh swasta dan dirawat dirumah sakit dengan cara
pembayaran melalui kontraktor.
IV.4.3 Diagnosis Gizi
NI 5-2. Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya asupan makanan dalam
jangka waktu yang lama serta adanya peningkatan kebutuhan zat gizi
dikarenakan penyakitnya (Tumor jaringan lunak) yang ditandai
dengan persentase LLA sebesar 71.6%, adanya atropi otot lengan
dan kehilangan lemak subkutan.
NI.2-1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan adanya gangguan menelan
dengan hasil recall asupan sebesar 1393.8 kkal energi (75.4% dari
kebutuhan), protein sebesar 43.9 gram (58.2% dari kebutuhan) lemak
44.5 gram (85.3 % dari kebutuhan) dan karbohidrat sebesar 195.9
gram (73.1% dari kebutuhan)
IV.4.4 Intervensi Gizi
IV.4.4.1 Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makan pasien sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien,
2. Mencegah penurunan berat badan pasien.
IV.4.4.2 Syarat Diet
1. Diberikan energi sesuai dengan kebutuhan, 2. Diberikan protein sebesar 20 % dari kebutuhan energi total, 3. Diberikan lemak sebesar 25% dari kebutuhan energi total, 4. Diberikan karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi total, 5. Diet yang diberikan adalah diet tinggi protein , 6. Bentuk makanan lunak/bubur, 7. Makanan diberikan dengan rute oral, dan 8. Frekuensi pemberian diet : tiga kali makan utama, dua kali snack,
ekstra buah pada selingan dan 2x ekstra enteral tinggi protein.
IV.4.4.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi
Keb Energi = BMR (berdasarkan rumus Mifflin) x FA x FS
= (10 (W) + 6.25(H) 5(A) +5) xFAxFS = 1232.8 x 1 x 1.5
=1849,2 ~1849 kkal
Keb Protein =20% x 1849 kkal / 4
= 83.2 gram
Keb Lemak = 25% x 1849 kkal / 9
= 51.4 gram
Keb Karbohidrat = 55% x 1849 kkal/4
= 268.1 gram
IV.4.4.4 Implementasi
Implementasi intervensi dilakukan selama tiga hari. Pada
implementasi kasus ini, diberikan makanan diet gizi seimbang tinggi
kalori dan protein dengan konsisitensi lunak. Implementasi ini
-
30
melibatkan kolaborasi antara dokter, perawat, petugas pelaksana gizi
ruangan, petugas Pengolahan dan Penyaluran Makanan (PPM) bagian
dapur diit dan dapur susu, serta pasien dan keluarganya . Tabel 24 adalah
rancangan menu diit awal yang diberikan kepada pasien, dan Tabel 25
merupakan distribusi makanan dalam sehari.
Tabel 24 Rancangan menu diit awal pasien Soft tissue tumor
Kelompok BM P Energi
(kkal)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
KH
(gram)
Bubur 1.5 262.5 6 0 60
Protein rendah lemak 1 50 7 2 0
Protein lemak sedang 2 150 14 10 0
Protein nabati 1.5 112.5 7.5 4.5 10.5
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 3 150 0 0 36
Snack 1(Biskuit) 1 100 1 1 25
Snack 2 (Bubur Kacang Ijo)
1.3
93.8
6.5
3.8
8.8 Kacang Ijo
Gula 2 76.9 0 0 18.5
Susu 0.8 93.8 5.6 4.5 7.5
Minyak 3 150 0 15 0
Susu cair cup 1 198 7.38 7.05 26.1
Enteral tinggi protein 2 500 26 6 84
Total 1987.5 82.98 53.85 286.4
Standar kebutuhan 1849 83.205 51.4 268.105
Persentase (%) 107.49 99.73 104.77 106.82
Tabel 25 Distribusi makanan sehari pasien Soft tissue tumor
Bahan Makanan Penukar Pagi 10,00 Siang 16,00 Sore 21,00
Bubur 1.5 0.5 0.5 0.5
Protein
rendah lemak 1
1
Protein lemak
sedang 2
1 1
Protein nabati 1.5 0.5 0.5 0.5
Sayuran 2 0.5 0.75 0.75
Buah 3 1 1 1
Snack 2 1 1
Minyak 3 1 1 1
Susu cair cup 1 1
Enteral tinggi
protein 2
1
1
-
31
IV.4.4.5 Penyuluhan dan Konsultasi Gizi
Rencana edukasi dan konsultasi juga diberikan kepada pasien
dengan tujuan dan pelaksanaan seperti Tabel 26.
Tabel 26 Rencana edukasi pasien Soft tissue tumor
Tujuan Pelaksanaan
Memberikan pemahaman kepada
pasien dan keluarga pasien tentang
gizi seimbang
Edukasi tentang makanan beragam dan
beimbang sesuai dengan kebutuhan zat
gizi pasca operasi
IV.4.5 Monitoring dan Evaluasi
IV.4.5.1 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Rencana Monitoring pada pasien terdapat pada Tabel 27.
Tabel 27 Rencana monitoring pasien Soft tissue tumor
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makanan oral 100% Setiap hari
Berat badan Tidak terjadi
penurunan berat
badan
Pada hari intervensi ketiga
dengan menggunakan
estimasi LLA
Atropi otot lengan Tidak terjadi atropi
otot lengan lebih
parah dan kondisi
berangsur membaik
Pada hari terakhir intervensi
Lemak subkutan Lemak subkutan
berangsur pulih
(kondisi membaik)
Pada hari terakhir intervensi
Gangguan menelan Gangguan menelan
berkurang (kondisi
membaik)
Setiap hari
IV.4.5.2 Monitoring Antropometri
Monitoring berat badan dilakukan pada saat hari ketiga intervensi.
Monitoring ini dilakukan dengan mengukur estimasi berat badan dari
konversi LLA. Hasil yang didapati menunjukkan tidak terdapatnya
perubahan.
IV.4.5.3 Monitoring Biokimia
Selama intervensi berlangsung, tidak ada dilakukan pemeriksaan
biokimia, sehingga kegiatan monitoring biokimia tidak dapat dilakukan.
IV.4.5.4 Monitoring Klinis
Selama intervensi berlangsung tidak ada pemeriksaan klinis yang
dilakukan, sehingga tidak bisa dibandingkan antara nilai klinis sebelum
dan sesudan intervensi.
-
32
IV.4.5.5 Monitoring Fisik
Pemantauan kondisi fisik yang dilakukan terhadap pasien berupa
berat badan, lemak subkutan dan otot lengan serta kemampuan menelan
pasien . Perhitungan berat badan dihitung dengan menggunakan estimasi
LLA dan hasil yang diberikan menunjukkan tidak adanya perubahan.
Besar nilai LLA yang diukur satu hari sebelum intervensi adalah 22 cm.
setelah 3 hari intervensi, nilai LLA pasien masih tetap sebesar 22 cm.
Begitu pula dengan kondisi lemak subkutan dan otot lengan pasien yang
juga menunjukkan tidak terdapatnya perubahan. Meskipun demikian
terjadi peningkatan kemampuan pasien dalam menelan makanan. Rasa
nyeri yang dirasakan pasien saat menelan makanan sudah mulai berkurang
dan berangsur membaik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
asupan makan pasien. Selain itu pasien sendiri juga mengaku bahwa rasa
nyeri yang ditimbulkan sudah berkurang pada saat menelan makanan.
IV.4.5.6 Monitoring Pengetahuan Gizi dan Perilaku Pasien
Intervensi yang diberikan kepada pasien tidak hanya berupa
intervensi makanan saja. Pasien juga diberikan intervensi berupa
pendidikan gizi tentang pentingnya mengonsumsi makan sesuai dengan
kebutuhan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pendidikan ini
diberikan kepada pasien dan orang tua pasien. Sebelum diberikan
pendidikan/edukasi gizi, pasien tidak mengupayakan agar menghabiskan
makanan yang diberikan, sehingga pasien tidak menghabiskan semua
makanan yang diberikan dengan alasan kelelahan saat mengunyah
makanan. Kelelahan ini dikarenakan posisi tubuh pasien yang harus selalu
tengkurap. Setelah diberikan pendidikan gizi, pasienpun berusaha untuk
menghabiskan makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan intik asupan makanan.
IV.4.5.7 Monitoring Asupan
Intervensi dilakukan selama tiga hari kepada pasien. Selama
intervensi salah satu hal yang dipantau adalah asupan makan. Target yang
ingin dicapai adalah pasien mampu mengonsumsi habis makanan yang
diberikan (asupan 100 %). Hasil intervensi yang diberikan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan asupan makanan dan daya terima makanan
yang diberikan rumah sakit pada pasien. Pada intervensi hari pertama,
pasien menyisakan sayur sebesar 16 gram dan lauk nabati sebesar 17 gram
untuk menu makan siang. Sedangkan pada menu makan malam pasien
menyisakan makanan berupa bubur sebesar 74 gram, sayuran sebesar 28
gram dan tahu (lauk nabati) sebesar 50 gram. Untuk makan pagi, selingan
pagi, sore, ekstra enteral dan buah dapat dihabiskan oleh pasien.
Intervensi hari pertama ini menunjukkan adanya peningkatan
asupan makan yang signifikan jika dibandingkan dengan asupan makanan
sehari sebelum dilakukan intervensi. Hal ini disebabkan karena pada
intervensi terdapat suplementasi enteral (susu) yang menyumbang zat gizi
yang cukup besar dan pasien mampu menghabiskan suplemen enteral
tersebut. Hasil intervensi dengan membandingkan asupan dengan
-
33
kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 28 dan rincian asupan makan pada
intervensi hari pertama terdapat pada Lampiran 12.
Tabel 28 Monitoring asupan makan pada intervensi hari pertama pasien
terhadap kebutuhan pasien Soft tissue tumor
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
Total Asupan 1893.9 75.5 51.8 268.5
Kebutuhan 1849 83.2 51.4 268.1
Persentase (%) 102.4 90.7 100.9 100.1
Hasil intervensi hari kedua menujukkan bahwa terjadi peningkatan
asupan makan pasien. Pasien menghabiskan semua makanan kecuali sayur
bayam pada menu makan siang. Menurut pasien, sayur bayam yang
diberikan memiliki tekstur yang kasar, sehingga pasien sedikit kesulitan
untuk menelan sayur tersebut. Dari 75 gram sayur bayam yang disajikan
kepada pasien hanya sebesar 49 gram yang dikonsumsi oleh pasien (sisa
makanan 26 gram). Selain mengonsumsi menu makanan yang disediakan
oleh rumah sakit, pasien juga mengonsumsi susu sapi sebanyak 1 gelas
yang didapatkan dari luar rumah sakit. Hal ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan asupan makanan total (rumah sakit + makanan dari luar)
hingga mengakibatkan terjadinya kelebihan asupan protein. Hasil
intervensi dengan membandingkan asupan dengan kebutuhan dapat dilihat
pada Tabel 29 dengan rincian asupan terdapat pada Lampiran 13.
Tabel 29 Monitoring asupan makan pasien Soft tissue tumor hari kedua
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
Total Asupan 2106 89.7 59.9 295.1
Kebutuhan 1849 83.2 51.4 268.1
Persentase (%) 113.9 107.8 116.4 110.1
Hasil intervensi hari ketiga didapati bahwa tidak terdapat sisa pada
makanan pasien. Pasien mampu menghabiskan semua menu makanan
yang disediakan dan tidak terdapat makanan yang dibeli pasien dari luar
rumah sakit. Hasil intervensi dengan membandingkan asupan dengan
kebutuhan terdapat pada Tabel 30 dengan rincian asupan terdapat pada
Lampiran 14.
Tabel 30 Monitoring asupan makan pasien Soft tissue tumor hari ketiga
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
Total Asupan 1987.5 82.9 53.9 286.4
Kebutuhan 1849 83.2 51.4 268.1
Persentase (%) 107.5 99.7 104.7 106.8
Gambar 3 berikut ini menunjukkan persentase asupan makanan
pasien terhadap kebutuhan pasien selama tiga hari intervensi.
-
34
Gambar 3 Persentase asupan makanan pasien Soft tissue tumor terhadap
kebutuhan pasien selama intervensi
IV.5 Kesimpulan dan Saran
IV.5.1 Kesimpulan
Pasien bernama Tn M berusia 38 tahun dengan diagnosa medis Post
Rotational flap a/r open defect occipito cervical ec post eksisi massa ec soft
tissue tumor a/r occipital sinus ec malignant fibrous histiocytoma POD +I
diberikan diet makanan tinggi protein dengan konsisitensi lunak/bubur
dengan ekstra buah dan enteral tinggi protein 2x60 gram dalam sehari. Total
kandungan energi sebesar 1987.5 kkal, protein sebesar 83.4 gram, lemak 51,4
gram dan karbohidrat sebesar 268.1 gram. Pasien juga terus diberikan edukasi
tentang gizi seimbang dan sesuai kebutuhan pasca operasi. Berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi yang dilakukan selama tiga hari intervensi, terjadi
peningkatan asupan. Hingga hari ketiga pasien telah mampu mengonsumsi
100% makanan yang diberikan. Sehingga target asupan 100 % pada
intervensi telah tercapai. Selain itu kemampuan pasien dalam menelan juga
semakin membaik. Namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada kondisi
fisik pasien, dimana tidak terjadi perubahan berat badan , kondisi lemak
subkutan dan kondisi otot lengan. Pasien masih tampak kurus seperti hari
pertama intervensi
IV.5.2 Saran
Keluarga pasien memegang peranan dan pengaruh besar dalam
memotivasi pasien untuk dapat makan dengan baik. Pemahaman tentang
makanan sangat diperlukan pada keluarga pasien, agar bisa menjaga asupan
makan pasien dan tidak membawa sembarang makanan dari luar rumah sakit
untuk dikonsumsi oleh pasien. Oleh sebab itu, selain kepada pasien, sangat
penting untuk memberikan pendidikan gizi kepada keluarga pasien. Selain itu
perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut terhadap kondisi pasien agar dapat
dilihat perkembangan pasien, terutama pada masalah malnutrisi psaien.
0
20
40
60
80
100
120
140
E (kkal) P (gram) L (gram) KH (gram)
pe
rse
nta
se
asupan terhadap kebutuhan
Persentase Intervensi
intervensi hari ke-1
intervensi hari ke-2
intervensi hari ke-3
-
35
DAFTAR PUSTAKA
[ADA] American Dietetic Association. 2008. Nutrition Diagnosis & intervention :
Standardized Language for the Nutrition Care Process.2008. Amerika
(US) : ADA.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010 Situasi epidemiologi TB Indonesia
2010.Jakarta (ID): Depkes.
Hadi S. 2002. Gastroenterologi. Bandung (ID): Alumni Bandung.
Kamal AF.2007.Giant cell tumor jaringan lunak. Maj Kedokt Indon.57(11).
Kyungjoo Kim et al. 2010. Assessment of Foodservice Quality and Identification
of Improvement Strategies Using Hospital Foodservice Quality Model.
Nutr Res Pract. 2010 April; 4(2): 163172 Persagi & AsDI 2011. Pengembangan Konsep Nutrition care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
Ranuh, Harianto S, Sri R, Cissy K. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta
(ID) : Satgas IDAI.
Saskara & Suryadarma. 2012. Laporan kasus: sirosis hati. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Sidabutar B, Soedibyo S, Tumbelaka A. 2004. Nutritional status of under five
pulmonary tuberculosis patiens before and after six month therapy.
Pediatrica Indonesia. 44(2) : 2124
Silbernagl & Lang, F. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta (ID):
EGC
Utami NG. 2010. Analisis Beban Kerja dan Kinerja Dietisian dalam
Melaksanakan Nutrition Care Process di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung.[Tesis]. Jurusan Gizi Kesehatan, Program
Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
World Health Organization (WHO). 2004. Cancer Control Knowledge Into
Action . Geneva. http://www.who.int [11 Mei 2014]
-
36
-
37
LAMPIRAN
-
38
-
39
LAMPIRAN TABEL
Lampiran 1 Hasil recall asupan 1x 24 jam pasien sirosis hati SMRS
Kelompok
BM P
Energi
(kkal)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
KH
(gram)
Nasi Tim 2.75 481 11 0 110
protein rendah
lemak 1 110 15.4 4.4 0
Protein lemak
sedang 2.2 75 7 5 0
Protein tinggi
lemak 0.5 75 3.5 2.5 0
protein nabati 2 113 7.5 4.5 10.5
Sayuran 1.5 38 1.5 0 4.5
Buah 2 100 0 0 24
susu rendah
lemak 0 0 0 0 0
Susu tinggi
lemak 1 125 7 6 10
Lemak Jenuh 150 0 15 0
Total 1284 55.4 37.5 162.5
Kebutuhan 1885 70.6 41.88 306.3
Persentase (%) 68.10 78.47 89.54 53.05
Lampiran 2 Rancangan menu sehari pasien pada diet hati III pasien sirosis hati
Waktu
makan
Bahan makanan Penukar Energi
(Kkal)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
KH
(gram)
Pagi Bubur 0.25 44 1 0 10
Lauk Hewani 1 50 7 2 0
Sayuran B 0.5 13 0.5 0 1.5
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Enteral 1 1 250 10 2.5 48
10.00 Snack 1 100 1 1 25
Telur 1 75 7 5 0
Siang Nasi 1 175 4 0 40
Lauk Hewani (sdg) 1 75 7 5 0
Lauk Nabati 0.5 38 2.5 1.5 3.5
Sayuran 0.75 19 0.75 0 2.25
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Buah 1 50 0 0 12
Enteral 1 1 250 10 2.5 48
16.00 Snack 1 100 1 1 25
Sore Nasi 1 175 4 0 40
L. Hewani (sedangi) 1 75 7 5 0
Nabati 0.5 38 2.5 1.5 3.5
-
40
Waktu
makan
Bahan makanan Penukar Energi
(Kkal)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
KH
(gram)
Sayuran 0.75 19 0.75 0 2.25
Buah 1 50 0 0 12
Minyak 0.5 25 0 2.5 0
Enteral 1 1 250 10 2.5 48
21.00 Enteral 2 1 250 14 3 42
Total 2169 90 40 363
Standar kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase (%) 99 109 109 94
Lampiran 3 Monitoring asupan pada intervensi hari pertama pasien sirosis hati
Kelompok BM Penukar E(kkal) P(g) L (g) KH (g)
Sumber karbo 2.75 481 11 0 110
Protein rendah lemak 2.2 110 15.4 4.4 0
Protein lemak sedang 1 75 7 5 0
Protein tinggi lemak 0.5 75 3.5 2.5 0
Protein nabati 1.5 113 7.5 4.5 10.5
Sayuran 1.5 38 1.5 0 4.5
Buah 2 100 0 0 24
Susu tinggi lemak 1 150 7 10 10
Total
1141 52.9 26.4 159
Standar kebutuhan 1885 70.7 31.4 329.8
Persentase (%) 60.6 74.6 84.1 48.4
Lampiran 4 Monitoring asupan pada intervensi hari kedua pasien sirosis hati
Kelompok BM Penukar E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
Bubur/Tim 2.25 393.75 9 0 90
Lauk Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0
Lauk Hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
Lauk Nabati 1 75 5 3 7
Sayuran 1.75 44 1.75 0 5.25
Buah 2 100 0 0 24
Snack 2 200 1 1 50
Minyak 1.5 75 0 7.5 0
Enteral 1 3 750 30 7.5 144
Eenteral 2 1 250 14 3 42
Total 2169 90 40 363
Standar kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase (%) 99 109 109 94
-
41
Lampiran 5 Monitoring asupan pada intervensi hari ketiga pasien sirosis hati
Kelompok BM Penukar E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
Bubur/Tim 2.25 393.75 9 0 90
Lauk Hewani rendah lemak 1 50 7 2 0
Lauk Hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
Lauk Nabati 1 75 5 3 7
Sayuran 1.75 44 1.75 0 5.25
Buah 2 100 0 0 24
Snack 2 200 1 1 50
Minyak 1.5 75 0 7.5 0
Enteral 1 3 750 30 7.5 144
Enteral 2 1 250 14 3 42
Total 2169 90 40 363
Standar kebutuhan 2199 82.5 36.6 386.8
Persentase (%) 99 109 109 94
Lampiran 6 Asupan pasien SMRS (6 bulan yang lalu) pasien tuberkulosis pada
anak
Kelompok
Bahan Makanan
Penukar E
(kkal)
P
(gram)
L
(gram)
KH
(gram)
Nasi 3.0 525 12.0 0.0 120.0
Jagung 0.4 75 1.7 0.0 17.1
Kentang 0.1 25 0.6 0.0 5.7
Bihun 0.6 100 2.3 0.0 22.9
roti putih 0.7 117 2.7 0.0 26.7
hati ayam 0.4 32 3.0 2.1 0.0
Usus 0.4 32 3.0 2.1 0.0
ayam kulit 1.0 150 7.0 13.0 0.0
Bakso 0.3 23 2.1 1.5 0.0
Telur ayam 2.0 150 14.0 10.0 0.0
Ikan 0.3 14 1.1 0.6 0.0
Ikan sardine 0.9 43 3.4 1.7 0.0
Tempe 0.9 64 4.3 2.6 6.0
Tahu 0.6 43 2.9 1.7 4.0
K.Merah 0.1 11 0.7 0.4 1.0
K. tanah 0.1 11 0.7 0.4 1.0
K. Hijau 0.3 21 1.4 0.9 2.0
Jamur 0.4 0 0.0 0.0 0.0
Kembang kol 0.4 9 0.4 0.0 1.8
Bayam 0.4 9 0.4 0.0 1.8
k. polong 0.4 9 0.4 0.0 1.8
Kangkung 0.4 9 0.4 0.0 1.8
Tauge 0.4 9 0.4 0.0 1.8
Brokoli 0.4 9 0.4 0.0 1.8
-
42
Kelompok
Bahan Makanan
Penukar E
(kkal)
P
(gram)
L
(gram)
KH
(gram)
Kornet 0.2 30 1.4 2.6 0.0
Minya