handuot interpertasi seismik
-
Upload
rhezky-dwi-ramadhan -
Category
Documents
-
view
562 -
download
89
description
Transcript of handuot interpertasi seismik
1
INTERPRETASI
SEISMIK REFLEKSI
INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Skema sederhana mengenai konsep dasar metoda seismik refleksi (a) Skema wavelet sumber, (b) Refleksi dan refraksi pada batas AI, (c) Geometri refleksi pada reflektor horizontal
Terjadinya Gelombang Refleksi
3INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
BENTUK & PARAMETER WAVELET
• Amplitudo• λ /Frequensi/periode• Peak• Trough• Zero cross• Perbandingan amplitudo
+/-• Bentuk simetri/kelerengan
dari peak/trough• Bentuk dan panjang
lengkung/busur daripeak/trough
4INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Pola Refleksi Gelombang Pada Batas Litologi
• Suatu urutan koefisienrefleksi yang sama bisamenghasilkan responseismik yang berbedajika model wavelet yang digunakan berbeda.
• Dengan frekuensi yang lebih tinggi akandihasilkan resolusirespon seismik yang lebih baik
5INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Interferensi destruktif dan konstruktif pada gelombang seismik dengan fasa Minimum dan normal polarity (badley, 1984)
Efek Interferensi Gelombang
6INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
• amplitudo (trough) membentuk amplitudo yang lebih kuat padaakhir penipisan, karena RC semakin tinggi
• Pada ketebalan > ¼ λ, Wavelet mulai terpisah menjadi 2, dengan amplitudo yang lebih lemah, karena RC rendah
Efek Interferensi Dan Pengaruh Resolusi Pada Penampang Seismik
7INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh Noise Pada Penampang Seismik
8INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh Noise Pada Penampang Seismik
9INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh Noise Pada Penampang Seismik
10INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
DISTORSI KECEPATAN (Penipisan Semu)
• Penipisan semu dalamdomain time akibatpengaruh velocity batuan
11INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh Interpretasi Struktur
12INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Berbagai Pola Refleksi Pada Penampang seismik
13INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
14PENGOLAHAN DATA SEISMIK
By : Ardian Novianto
DAFTAR PUSTAKA
1. INTRODUCTION TO SEISMIC INTERPRETATION, 1979, McQuillin, Graham and Trotmen Limited
2. PRACTICAL SEISMIC INTERPRETATION, 1947, Badley, Prentice Hall, New Jersey
15
INTERPRETASI
SEISMIK REFLEKSI
INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
16INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Ruang lingkup pekerjaan interpretasi seismik sangat bervariasi, dari interpretasi untuk studi regional sampai untuk studi resevoar detail sehingga sangat sulit untuk merumuskan tujuan dan prosedur yang baku.
Tujuan interpretasi sendiri secara umum adalah untuk menyediakan jawaban yang paling dapat dipertanggung‐jawabkan berdasarkan hasil analisa seluruh data yang ada. Oleh karenanya, interpreter harus mampu untuk menganalisa seluruh informasi yang tersedia misalnya arsitektur cekungan, evolusi cekungan, proses sedimentasi, dan tentunya prinsip‐prinsip pemrosesan data seismik lainnya.
Tujuan dan Ruang Lingkup
17INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 1. Skema sederhana mengenai konsep dasar metoda seismik refleksi (a) Skema wavelet sumber, (b) Refleksi dan refraksi pada batas AI, (c) Geometri refleksi pada reflektor horizontal
Terjadinya Gelombang Refleksi
18INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Impedansi Akustik dan Reflektivitas
Impedansi akustik (AI) adalah sifat batuan yang dipengaruhi oleh jenis litologi, porositas, kandungan fluida, kedalaman tekanan, dan temperatur.
Impedansi Akustik (AI) diperoleh dengan mengalikan densitas (ρ) dan kecepatan (V), sebagai berikut :
AI = ρ . VHarga kontras AI dapat diperkirakan dari amplitudo refleksinya, semakin besar amplitudonya maka akan semaki besar refleksi dan kontras AI‐nya (perhatikan persamaan AI)
19INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
AI menggambarkan sifat dari lapisan itu sendiri sehingga AI dapat digunakan sebagai indikator litologi, porositas, keberadaan hidrokarbon, dan pemetaan litologi.
Anstey (1977) menganalogikan IA dengan acoustic hardness. Batuan yang keras (ʺhard rockʹ) dan sukar dimampatkan, seperti batugamping atau granit mempunyai IA yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak seperti lempung yang lebih mudah dimampatkan mempunyai IA rendah.
20INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 2. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan gelombang seismik
Faktor‐Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai AI
21INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Efek Porositas
Gambar 2. menunjukkan pengaruh berbagai faktor pada kecepatan. Dari berbagai faktor tersebut, efek porositassangatlah penting.
Pada batuan klastik, porositas tergantung pada tekanan diferensial yaitu perbedaan antara tekanan overburden dan tekanan interstitial.
Porositas menurun dengan peningkatan tekanan diferensial dalam proses yang irreversible, oleh karena itu porositas batuan klastik umumnya tergantung pada tekanan diferensial maksimum yang pernah terjadi.
22INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Apabila spektrum kecepatan digambarkan terhadap jenis batuan yang berbeda (Gambar 3) maka terlihat banyaknya overlap. Oleh karena itu, kecuali hanya pada kasus umum seperti misalnya mengasosiasikan kecepatan rendah dengan batuan klastik dan kecepatan tinggi dengan karbonat atau evaporit, maka data kecepatan sendiri tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan jenis batuan.
Spektrum yang lebar dari kecepatan tersebut berkaitan erat dengan kisaran porositas (Gambar 4.). Nilai porositas tinggi umumnya berkaitan dengan kecepatan rendah dan sebaliknya. Porositas batuan klastik umumnya berkurang terhadap kedalaman akibat kompaksi, berkurangnya pemilahan dan meningkatnya sementasi.
23INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 3. Hubungan kecepatan‐poisson’s ratio pada beberapa jenis batuan
24INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 4. Efek dari beberapa faktor pada porositas (Sheriff, 1980)
25INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh : batugamping yang ditutupi oleh batulempung.Pada kedalaman rendah, frekuensi akan sangat tinggi sehingga menghasilkan refleksi yang juga beramplitudo tinggi. Dengan bertambahnya kedalaman, lempung akan mengalami kompaksi dan batugamping berkurang porositasnya. Ini akan mengakibatkan berkurangnya kontras IA dengan bertambahnya kedalaman. Bumi juga cenderung melakukan atenuasi terhadap bagian frekuensi tinggi dari sinyal seismik dengan meningkatnya waktu penjalaran. Hal ini kemudian akan mengakibatkan peningkatan panjang gelombang terhadap kedalaman, perubahan bentuk gelombang dan berkurangnya frekuensi serta resolusi (Gambar 6).
Respon seismik akan bervariasi terhadap kedalaman, meskipun untuk pasangan batuan yang sama (Gambar 5).
Efek Kedalaman
26INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 5. Efek kedalaman terhadap AI yang berakibat pula terhadap respon seismik secara keseluruhan
27INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 6. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi, dan kecepatan seismik
28INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Konsep Koefisien Refleksi (RC)
2 ErRCEi
=RC = Koefisien refleksi
Er = Energi pantul
Ei = Energi datang
Sumber Receiver
ρ1 . V1 = AI1
ρ2 . V2= AI2
ρ3 . V3= AI3
2 11
2 1
AI AIRCAI AI
−=
+
2 ?RC =
E incident E reflected
29INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
POLARITAS DAN FASA
Berdasarkan aturan SEG, istilah polaritas dihubungkan dengan refleksi positiv dan negativ yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 8. Konversi polaritas menurut SEG
Polaritas
30INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
FasaPada umumya pulsa seismik yang ditampilkan dalam rekaman seismik
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis fasa yaitu 1. Fasa minimum
Energi yang berhubungan dengan batas IA terkonsentrasi pada onset (bagian muka) pulsa tersebut
2. Fasa nol batas IA akan terdapat pada peak/trough (bagian tengah).
Gambar 9. Model fasa minimum dan fasa nol
31INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
1. Amplitudo maksimum sinyal fasa nol umumnya akan selalu berimpit dengan spike refleksi, sedangkan pada kasus fasa minimum amplitudo maksimum tersebut terjadi setelah spike refleksi terkait.
2. Bentuk wavelet fasa nol simetris sehingga memudahkan piking horison terkait.
3. Untuk spektrum amplitudo yang sama, sinyal fasa nol akan selalu lebih pendek dan beramplitudo lebih besar daripada fasa minimum, sehingga rasio sinyal‐noise‐nya juga akan lebih besar
Kelebihan fasa nol dari fasa minimum :
32INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Tentukan Fasa dan polaritasnya !
33INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Quis
34INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Lempung
Pasir terisi gas
Gamping
Gamping sangat poros
Pasir kompak
Pasir poros
Pasir sangat poros
Lempung kompak
Metamorf
Pertanyaan :
1. Tentukan perkiraan nilai RC‐nya
2. Gambar respon seismik untuk :
a. Normal polariti dan zero phase
b. Reverse polariti dan minimum phase
35
INTERFERENSI
DAN
RESOLUSI
INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
36INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Efek Interferensi
Refleksi gelombang seismik akan timbul setiap terjadi perubahan harga IA. Meskipun begitu apakah perubahan tersebut cukup signifikan untuk dapat menghasilkan refleksi akan tergantung pada sensitivitas alat perekam dan pemrosesan datanya.
Salah satu masalah utama dalam metoda seismik refleksi adalah timbulnya interferensi respon seismik dari batas IA yang sangat rapat. Interferensi bisa bersifat negatif (destruktif) atau posif (konstruktif) (Gb.10) dan peran panjang gelombang serta jenis fasa pulsa seismik sangat penting dalam hal ini.
37INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 10. Interferensi destruktif dan konstruktif pada gelombang seismik dengan fasa minimum dan normal polarity (badley, 1984)
38INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 11 dan 12 menunjukkan perbedaan jenis interferensi tersebut
dan pengaruhnya pada penampang seismik :
a. wavelet dengan fasa nol akan terpusat pada batas IA, sehingga
interferensi terjadi dengan wavelet yang terletak didekat batas
tersebut,
b. wavelet dengan fasa minimum akan terjadi interferensi dengan
wavelet yang terletak di bawah batas IA.
39INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 11. Interferensi pada gelombang seismik dengan fasa minimum dan normal polarity untuk beberapa kasus lapisan batuan (badley, 1984)
40INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 12. Interferensi pada gelombang seismik dengan fasa nol dan normal polarity untuk beberapa kasus lapisan batuan seperti pada gambar 11 (badley, 1984)
41INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 13. Interferensi pada gelombang seismik dengan fasa minimum dan normal polarity untuk beberapa kasus lapisan batuan (badley, 1984)
42INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 14. Interferensi pada gelombang seismik dengan fasa nol dan normal polarity untuk beberapa kasus lapisan batuan seperti pada gambar 13 (badley, 1984)
43INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
A. Resolusi Vertikal
Resolusi didefinisikan sebagai jarak minimum antara dua obyek yang dapat dipisahkan oleh gelombang seismik (berhubungan dengan fenomena interferensi).
Sebagai contoh pada Gambar 15 ditunjukkan model batugamping berkecepatan tinggi yang membaji kedalam batulempung yang berkecepatan lebih rendah. Displai model seismik menggunakan polaritas normal dan fasa minum. Pada batas atas gamping refleksi akan berupa Trough sedang pada bagian bawah akan berupa peak.
RESOLUSI
44INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 15. Efek Interferensi pada pada batugamping dengan AI tinggi yang terletak diantara lempung dengan AI rendah (badley, 1984)
45INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
• amplitudo (trough) membentuk amplitudo yang lebih kuat padaakhir penipisan, karena RC semakin tinggi
• Pada ketebalan > ¼ λ, Wavelet mulai terpisah menjadi 2, dengan amplitudo yang lebih lemah, karena RC rendah
Efek Interferensi Dan Pengaruh Resolusi Pada Penampang Seismik
46INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Dua buah wavelet yang mempunyai polaritas berlawanan tersebut akan terpisah selama tebal waktu dari batugamping tersebut sama atau lebih besar dari setengah panjang gelombang seismik. Bila tebal waktu batugamping tersebut kurang dari setengah panjang gelombang, kedua buah polaritas yang berlawanan tersebut akan mulai overlap dan terjadi interferensi.
Saat TWT (two way travel time) dari batugamping mencapai seperempat panjang gelombang, maka akan terjadi interferensi konstruktif maksimum, dan ketebalan ini dikenal dengan tuning thickness.
47INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Dengan bertambahnya kedalaman, maka kecepatan akan bertambah tinggi dan frekuensi bertambah kecil, sehingga tuning thickness dan detectable limit juga akan bertambah besar.
Hubungan antara frekuensi (f), kecepatan (v) dan panjang gelombang (λ) dirumuskan sebagai : λ = v/f
Sebagai contoh, bila frekuensi gelombang seismik 50 Hz atau periodanya 20 ms, maka pada kedalaman dimana kecepatan batugamping adalah 5000 m/s, maka tebal batugamping paling tidakadalah 50 m agar refleksi bidang batas atas dan bawah dapat dibedakan.
48INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 16. Ketergantungan efek Interferensi pada gelombang (brown, 1991)
49INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
B. Resolusi Horisontal
Meskipun sering dilakukan penyederhanaan dengan
mengasumsikan bahwa gelombang seismik refleksi berasal dari
satu titik tapi sebenarnya refleksi tersebut berasal dari daerah
dimana terjadi interaksi antara muka gelombang dan bidang
reflektor. Daerah yang menghasilkan refleksi tersebut dikenal
sebagai zona Fresnel yaitu bagian dari reflektor dimana energi
dipantulkan ke receiver setelah setengah atau seperempat panjang
gelombang setelah terjadinya refleksi pertama (Gb.17).
50INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 17. High dan low Frekuensi Zona Fresnel
51INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 18. Skema efek zona Fresnel a. Model b. Rekaman seismik (Neidell danPoggiagliolmi, 1977)
52INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 2.18 menunjukkan model lapisan melensa dan efek Fresnel yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada setiap ujung lapisan terjadi difraksi yang amplitudonya berkurang secara cepat dengan semakin jauhnya terhadap ujung lapisan.
2. Polaritas difraksi pada kedua ujung lapisan adalah saling berlawanan dan Gap antara lapisan sebagian besar tertutup oleh difraksi.
3. Lapisan dengan dimensi lateral 1/2 zona Fresnel menimbulkan respon seismik yang tidak dapat dibedakan dengan sumber titik. Bahkan dengan dimensi sama dengan satu zona Fresnel‐pun respon seismiknya sangat sulit dibedakan dengan yang berasal dari difraksi sederhana.
53INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Magnitudo zona Fresnel dapat diperkirakan dari rumusan sebagai berikut :
Dimana : ‐ rf = radius zona Fresnel dalam meter ‐ V = kecepatan rata‐rata ‐ t = TWT dalam second ‐ f = frekuensi dominan dalam hertz.
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa resolusi horisontal akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman, bertambahnya kecepatan dan berkurangnya frekuensi. Contoh lain dari efek zona Fresnel juga diperlihatkan pada Gambar 19 dan 20.
2V trf
f=
54INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 19. Contoh efek zona Fresnel a. Model b. Rekaman seismik
55INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 20. Contoh efek zona Fresnel terhadap nilai amplitudo didekat sesar a. Bidangsesar tegak lurus terhadap lintasan seismik b. Bidang sear miring terhadaplintasan seismik
56
NOISE PADA PENAMPANG
SEISMIK
INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
57INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Noise Pada Interpretasi Seismik Refleksi
Dalam melakukan interpretasi data seismik refleksi mutlak diingat
bahwa data ini mengandung noise yaitu seluruh fenomena refleksi
yang tidak berkaitan dengan refleksi primer dan aspek geologi
sehingga perlu dikenali dan dinetralisir efeknya.
Meskipun data seismiknya telah diproses secara intensif, efek dari
noise sering masih ʺtertinggalʺ dalam rekaman seismik dan dapat
menjadi ʺjebakanʺ (pitfall) dalam interpretasi. Sumber umum dari
noise ini antara lain multipel, difraksi, distorsi kecepatan dll.
58INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
A.Multipel
Multipel terjadi akibat muka gelombang terpantulkan lebih dari
satu kali, contoh sederhananya ditunjukkan pada Gambar 1 sedang
macam‐macamnya ditunjukkan pada Gambar 2.
Parameter pengambilan data dapat didesain sedemikian rupa
untuk menghilangkan multipel tapi umumnya efek ini dihilangkan
pada saat pemrosesan data yaitu dengan menggunakan teknik
stacking (Gambar 3). Meskipun begitu, efek multipel ini masih
sering dijumpai meskipun data seismiknya telah diproses secara
intensif (Gambar 4).
59INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 1. Ilustrasi multiple sederhana dimana gelombang terpantulkan kepermukaan kemudian kembali ke reflektor dan geophon sehinggamenghasilkan refleksi multiple (Badley, 1985)
60INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 2. Jenis‐jenis Multiple (Badley, 1985)
61INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 3. Penghilangan multiple dengan teknik CDP Stacking (Badley, 1985)
62INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
63INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 5. Multiple, pull up, dan pull down anomali akibat……………
64INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 6. Contoh multiple dari WBM (Water Bottom Multiple) dan IBM (InterbedMultiple) dan Sideswide
65INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 7. Diagram yang menunjukkan bagaimana multiple pada reflektor miring akanmenunjukkan kemiringan yang semakin besar (Badly, 1985)
66INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
B. Difraksi
Difraksi merupakan sumber umum dari noise dan dapat timbul akibat perubahan tajam dari bidang reflektor (Gb 8), misalnya akibat sesar, intrusi, permukaan tidak teratur daerah karst, dll.Bidang kontak yang tajam, misalnya akibat bidang sesar, akan membiaskan energi keseluruh arah dan terekam dalam bentuk tras hiperbolik dengan sumber difraksi sebagai pusat puncaknya (apex).Bidang sesar tersebut dapat diperkirakan dengan cara menggabungkan apex tersebut. Efek difraksi ini bisanya dihilangkan dengan teknik migrasi, meskipun begitu sering masih muncul dalam rekaman seismik sehingga mengganggu interpretasi.
67INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 8. Ilustrasi terjadinya difraksi akibat bidang sesar (Badly, 1985)
68INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 9. Tentukan Noise yang terdapat pada data seismik tersebut
69INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
C. Efek Distorsi Kecepatan
Perubahan sifat batuan, misalnya perubahan ketebalan formasi, perubahan fasies dapat menyebabkan perubahan kecepatan. Perubahan ini dapat menyebabkan distorsi pada stacked time section bila dibandingkan dengan ketebalan dan kedalaman sebenarnya.Penipisan Semu Downdip terjadi bila suatu lapisan yang sebenarnya mempunyai ketebalan konstan, tapi akibat proses diagenesa maka bagian yang terletak lebih kearah cekungan akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi sehingga pada rekaman seismik tampak seolah‐olah seperti lebih tipis (Gb.9).
70INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 9. Ilustrasi efek distorsi kecepatan pada lapisan batupasir yang mempunyai kedalaman berbeda (Badly, 1985)
71INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Penipisan semu juga dapat terjadi sepanjang bidang sesar. Penipisan semu ini terjadi karena peningkatan kecepatan interval antara X dan Y pada bagian hanging wall. Refleksi pada blok yang tersesarkan (Gb.10) pada blokyang atas (upthrown block) juga sering menunjukkan fenomena pelengkungan semu (apparent rollover) akibat pengaruh kecepatan lebih rendah dari bagian downthrown.
72INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 10. Refleksi downbending pada fault yang disebabkan oleh kecepatan rendah pada bagian hanging wall (Badly, 1985)
73INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Anomali kecepatan juga sering dijumpai di bawah sesar dengan
kemiringan kecil seperti pada sesar anjak atau sesar normal listrik
(Gb.11) dan terutama disebabkan oleh perubahan kecepatan kearah
lateral akibat pensesaran tersebut.
Anomali kecepatan pull‐up akan terjadi akibat struktur garam,
karbonat atau channel yang mempunyai kecepatan jauh lebih tinggi
dari sekitarnya. Sebaliknya anomali pulldown juga terjadi akibat
diapir serpih atau karbonat yang mempunyai kecepatan lebih rendah
dari sekitarnya.
74INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 11. a) Model geologi yang menunjukkan sesar normal listrik b) Ekspresi pull up dan pull down akibat sesar.
75INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
ARTI GEOLOGI REKAMAN SEISMIK
76INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
77INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Secara sepintas, hubungan antara kondisi geologi dan rekaman seismik terlihat seperti sederhana dan tidak komplek. Namun perlu diingat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara fakta yang terekam oleh seismik dengan fakta geologi sebenarnya.
Seismik hanya mampu mendeteksi batas litologi bila terdapat perubahan impedansi akustik (AI) yang besarnya lebih dari detectable limit dari gelombang seismik yang dipakai.
Jadi gelombang seismik hanya mampu mendeteksi sebagian dari batas-batas tersebut.
78INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Contoh bila batas lapisan rapat, interferensi akan mempengaruhi respon seismik sehingga menggangu interpretasi.
Selain itu pada umumnya penampang seismik terekam dalam skala waktu (time domain) sehingga menimbulkan kelemahan lainnya karena distorsi kecepatan vertikal maupun lateral akan menghasilkan rekaman seismik yang berbeda dengan kondisi geologi yang sebenarnya.
Dalam hal ini, tugas interpreter-lah untuk mengisi gap antara rekaman seismik dan kondisi geologi sebenarnya.
79INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
80INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Parameter Refleksi Individual
Refleksi individual dapat memberikan gambaran arti geologi bawah permukaan. Parameter refleksi individual tersebut adalah :
• Amplitudo
• Polaritas
• Kontinyuitas
• Spacing atau frekuensi refleksi
81INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Pola Refleksi Individual
82INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Amplitudo adalah ketinggian puncak (peak) atau palung (trough) refleksi, yang besarnya tergantung pada koefisien refleksi (RC). Ukuran kwalitatif seperti tinggi, sedang dan rendah sering dipakai untuk mendeskripsi besarnya amplitudo tersebut (Gb. 3)Perubahan vertikal amplitudo dapat digunakan untuk membantu identifikasi ketidakselarasan, sedangkan perubahan lateral untuk identifikasi perubahan fasies seismik. Jebakan (pitfall) dapat berasal dari pola interferensi, multiple, dan noise lainnya yang merubah besar amplitudo
83INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Kontinyuitas refleksi mencerminkan kondisi perubahan lateral impedansi akustik dan juga litologi. Refleksi yang diskontinyu mencerminkan perubahan lingkungan secara lateral (contohperubahan fasies), misal pada sistem fluvial. Refleksi yang kontinyu mencerminkan kondisi pengendapan lateral yang ekstensif, misalnya pada lingkungan laut dalam. Pitfall bisa timbul dari efek multipel, bow-tie, difraksi, sideswipe, dan juga teknik pemrosesan yang terlalu menonjolkan kontinyuitas sehingga rekaman seolah-olah mempunyai kwalitas “baik“.
Kontinyuitas refleksi mencerminkan konsistensi kemenerusan lateral refleksi. Refleksi yang kontinyu ditunjukkan dengan polayang menerus sepanjang jarak tertentu (km). Derajat kontinyuitasdideskripsikan sebagai sangat kontinyu sampai diskontinyu (Gb. 3)
84INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Frekuensi refleksi adalah jumlah refleksi per unit
waktu dan dipengaruhi oleh kombinasi efek interferensi serta
dimensi sinyal seismik.
Perubahan vertikal frekuensi refleksi dapat digunakan
untuk mendeteksi batas antar sekuen pengendapan sedangkan
perubahan lateral digunakan untuk menduga perubahan fasies.
Perlu diingat bahwa perubahan lateral frekuensi sangat rentan
terhadap efek noise dan struktur. Misalnya multipel dapat
menimbulkan kesan bertambahnya frekuensi refleksi, sebaliknya
berkurangnya secara berangsur frekuensi terhadap kedalaman
menimbulkan kesan bertambah renggangnya reflektor.
85INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Interpretasi Jenis Litologi
Hampir semua refleksi berasal dari batas impedansi akustik akibat perubahan litologi, kecuali refleksi akibat kontak fluida. Sehingga perubahan litologi merupakan kunci untuk memahami hubungan antara rekaman seismik dan kondisi geologi terkait.
Bidang perlapisan mengontrol bentuk eksternal lapisan dimana pada skala besar merefleksikan jenis litologi pembentuk lapisan, proses pengendapan dan lingkungan pengendapannya.
86INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Jenis batuan sedimen dalam rekaman seismik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Sedimen yang terendapapkan secara mekanis (tertransport dan terendapkan oleh fluida)
2. Sedimen yang terbentuk secara kimiawi (misal garam dan evaporite) atau proses biologis (reef)
Walaupun masih berambiguitas, tapi ada kemungkinanuntuk menduga jenis litologi dari rekaman seismik.
87INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Interpretasi berbagai jenis litologi dari rekaman seismik :
1. Klastik Halus (Lempung dan lanau)
Lempung dan lanau terendapkan oleh mekanisme suspensi, apapun lingkungan pengendapannya.
Pada penampang seismik dicirikan dengan :
a. Sedimen seperti ini cenderung untuk berlapis tipis dengan spasi reflektor yang rapat dibandingkan dengan reflektor lainnya pada rekaman seismik. Bila daerah pengendapannya ekstensif, refleksinya biasanya berkontinyuitas sedang sampai baik.
88INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
b. Amplitudo cenderung sedan sampai buruk, tapi juga sangat tergantung pada jarak perlapisan (efek interferensi) dan litologi.
c. Pola refleksi divergen juga merupakan indikasi dari endapan butir halus, karena mengindikasikan pengendapan pada kondisi dimana terjadi penurunan cekungan dan kecepatan pengendapan denganmagnitudo sama.
d. Tidak jarang, kontras impendansi akustik sangat rendah sehingga menunjukkan gejala ‘reflection free’(Gb.4). Pola reflection coutik dapat terjadi akibat slumping atau aktivitas air laut (Gb.4).
89INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Batuan Klastik Kasar
Batuan klastik kasar relatif lebih mudah untuk diidentifikasi pada interpretasi seismik. Kesulitannya adalah batuan ini terendapkan hampir disemua jenis lingkungan pengendapan sehingga mempunyai variasi yang sangat besar pada ketebalan, bentuk dan penyebaran lateral. Identifikasi menggunakan kecepatan interval sulit untuk dilakukan karena nilainya sering overlap dengan litologi lainnya. Sehingga posisi lingkungan pengendapan merupakan petunjuk terbaik, dimana sangat tergantung pada kemampuan identifikasi terhadap konfigurasi struktur internal dan asosiasi fasies.
90INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 4. Contoh rekaman seismik klastik kasar dan halus
91INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 5. Contoh rekaman seismik klastik kasar dan halus
92INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
3. Batuan Karbonat
Pada batuan karbonat, refleksi pada batas atasnya umumnya menghasilkan koefisien refleksi positif yang besar karena karbonat biasanya mempunyai kecepatan dan densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan sedimen lainnya. Hanya pada kasus dimana batuan karbonat tersebut sangat berpori atau sangat terkekarkan maka batas atasnya menghasilkan koefisien refleksi negatif.
93INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
a. Endapan berbentuk sheetumumnya penyebaran lateralnya luas dan terdiri atas partikel karbonat berbutir halus yang terendapkan secara suspensi Endapan ini menunjukkan karakter yang sama dengan endapan butir halus lainnya, tapi biasanya dapat dibedakan dari ciri amplitudo tingginya, kontinyuitas baik, dan bila cukup tebal akan mempunyai kecepatan interval yang tinggi (jarang dibawah 3500 m/s). Debu volkanik atau lapisan tufa mempunyai ciri yang sama dengan endapan ini dan dapat menimbulkan “pitfall” interpretasi.
Dari segi seismik, batuan karbonat terbagi menjadi duakelompok besar :
94INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
b. Buildups, reefs, mounds, dll
Endapan ini tersusun oleh kegiatan organisme
sehingga penyebarannya tergantung kondisi
lingkungan dimana organisme tersebut dapat tumbuh.
Dicirikan oleh bentuknya yang khas dan kecepatan
intervalnya yang tinggi. Gambar 6 menunjukkan
kriteria konfigurasi refleksi untuk mengenali endapan
ini.
95INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Bubb dan Hatlelid (1977) membagi build up karbonat menjadi empat jenis (Gb.7) :
1. Barrier
Barrier buildups cenderung linier dibatasi oleh air relatif dalam pada dua sisinya selama pengendapannya.
2. Pinnacle
Pinnacle cenderung ekuidimensional dan dikelilingi air yang dalam selama pengendapanya.
3. Shelf margin
Shelf margin berbentuk linier dimana air dalam pada satu sisi dan dangkal pada sisi lainnya.
96INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
4. Patch
Patch cenderung terbentuk pada air dangkal, apakah dekat pada shelf margin atau pada paparan laut dangkal.
97INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 6. Contoh konfigurasi refleksi khas endapan karbonat (Badley, 1985)
98INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Model endapan karbonat dan lingkungan pengendapan karbonat
Gambar 7. Jenis build up yang dapat dikenali dari data seismik (Badley, 1985)
99INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 8 menunjukkan contoh buildup paparan karbonat di Louisiana. Sisi belakang shelf margin ke arah utara terdiri atas perselingan lapisan batugamping dan serpih, dengan respon seismik pararel frekuensi tinggi dan amplitudo rendah. Shelf margin buildup terdiri atas endapan energi tinggi, porositas tinggi dan menimbulkan refleksi interval yang buruk.
Kearah cekungan di selatan terdiri atas endapan kalkareous butir halus dengan downlap dan variasi amplitudo lateral.
100INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 8a. Ekspresi seismik dari model paparan karbonat dari gambar 8b (Badley1985)
101INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 8b. Model geologi paparan karbonat dari gambar 8a (Badley 1985)
102INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 9. Profil seismik karbonat build up di cekungan Sumatra selatan
103INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 10. Profil seismik shelf-margine di cekungan Jawa barat utara.
104INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
4. Diapir Garam
Garam mempunyai densitas sekitar 2.2 gr/cc, sangat rendah dibandingkan jenis sedimen lainnya. Bila diendapkan dengan ketebalan yang cukup, maka cenderung tidak stabil bila tertutupi oleh batuan lainnya yang mempunyai densitas lebih tinggi. Akibatnya akan terjadi aliran garam yang terdiri atas tiga tahapan umum : pillowing, diapirism, postdiapirism. Gambar 11menunjukkan skema perkembangan tiga tahapan tersebut dan dapat digunakan sebagai dasar interpretasikonfigurasi reflektor.
105INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 11. Tahapan pertumbuhan diapir garam
PILLOWING
DIAPIR
POSTDIAPIR
106INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Tahap pillowingpenipisan sedimen sindeposisional di atas sayap dan punggung pillow, terbentuk sebagai respon dari pertumbuhan pillow, merupakan alat diagnostik utama untuk identifikasi tahapan ini. Tahapan diapirmengalirnya garam yang sedang tumbuh tersebut akan mengakibatkan runtuhnya sekuen di bagian sayap yang menipis kearah original pillow. Tahapan postdiapir penurunan sinklin terus berlangsung membentuk lingkaran sinklin (sering kenampakannya kurang jelas), mengelilingi diapir tersebut.
107INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Konfigurasi refleksi akibat diapir serpih sangat mirip dengan yang
dihasilkan oleh diapir garam. Bila terjadi refleksi di bawah diapir,
kedua litologi tersebut dapat dibedakan dari efek kecepatannya.
Garam umumnya mengakibatkan pull-up sedangkan serpih
mengakibatkan pull down dari reflektor yang lebih dalam (Gb.12-13).
Bila tidak terjadi refleksi dibawah diapir, maka akan sulit
membedakan kedua buah litologi tersebut.
Sering diapir garam berasosiasi dengan fenomena collapse akibat
pelarutan garam postdiapiric (Gb.14). Akibat densitasnya yang
sangat rendah, garam juga mempunyai impedansi akustik yang
rendah, meskipun kecepatannya tinggi.
108INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 12. Rekaman seismik yang menunjukka model diapir garam
109INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 13. Rekaman seismik yang menunjukkan aliran serpih dan efek push-down veocity anomaly yang mempengaruhi refleksi A dan B (Badly, 1985)
110INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 14. Rekaman seismik yang menunjukkan fenomena runtuhan pada diapirgaram. (Badly, 1985)
111INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 15. Rekaman seismik yang menunjukkan fenomena intrusi batuan beku(Badly, 1985)
112INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
5. Batuan Dasar
Terdapat dua definisi batuan dasar : batuan beku atau batuan metamorf dan batuan dasar nonekonomik yaitu batuan sedimen berporositas kecil yang tidak mempunyai potensi reservoir. Tidak ada satu karakter seismik unik yang membedakan dua jenis basemen tersebut. Gambar 16a menunjukkan contoh batuan dasar kristalin yangberada dibawah refleksi kuat dari batas atas batuan dasar tersebut (koefisien retleksi positif), rekaman seismik menunjukkan pola reflection free.
113INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 16b menunjukkan batuan dasar kristalin yang tersingkap di lantai samudra. Umumnya batuan dasar kristalin mengakibatkan terbentuknya pola reflection free. Oleh karena itu karakternya kadang mirip dengan diapir garam, serpih, intrusi batuan beku, dll. Batas atas batuan dasar kristalin umumnya akan mempunyai koefisien refleksi positif bila tertutupi oleh batuan sedimen tapi efek pelapukan dapat juga mengakibatkan pengurangan nilai koefisien refleksi tersebut. Perlapisan internal dapat mengakibat terbentuknya refleksi internal, sehingga "mengaburkan" makna reflection free untuk identifikasi batuan dasar (Gb.16 c).
114INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 16. Rekaman seismik yang menunjukkan batuan dasar (Badly, 1985)
115INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
116INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI
117INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Penafsiran Struktur geologi dari rekaman seismik mempunyai nilai penting karena peranan struktur tersebut dalam pembentukan perangkap hidrokarbon. Namun perlu diingat bahwa terdapat kelemahan padametoda seismik dalam interpretasi Struktur bawah permukaan tersebut.
Bila rekaman tak termigrasi dipakai dalam analisa struktur, maka akan terjadi distorsi akibat asumsi yang digunakan dalam metoda CMP, kemiringan terlalu rendah, refleksi terletak pada posisi yang tidak benar,antiklin terlalu lebar dan sinklin terlau sempit, dll.
118INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Migrasi umumnya akan mampu mengeliminasi efek-efek diatas. Meskipun begitu didaerah dengan struktur komplek, proses migrasi mungkin tidak dapat secara sempurna menghilangkan efek tersebut karena sulitnya pemilihan kecepatan dan pembelokan tajam dari gelombang seismik. Dalam menafsirkan rekaman yang termigrasi, perlu juga diingat bahwa sering terjadi distorsi kecepatan, seperti ditunjukan pada Gambar 1 untuk kasus sesar normal planar. Pada daerah perlipatan, distorsi kecepatan ini juga dapat mengakibatkan pemanjangan semu lapisan atas dibandingkan pada lapisan bawahnya pada sayap lipatan dan penebalan semu didaerah punggungan (Gb.2)
119INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Selain distorsi kecepatan yang mempengaruhi struktur
skala besar, efek resolusi juga sangat berpengaruh
dalam analisa struktur skala lebih kecil, terutama struktur
sesar. Gambar 3 menunjukan reflektor yang terpengaruhi
oleh sesar dengan peningkatan besar throw. Throw dari
sesar tersebut diindikasikan oleh panjang gelombang
seismik dominan. Besar throw yang lebih kecil dari 1/4
panjang gelombang akan sulit terdeteksi pada rekaman
seismik.
120INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 1. Efek peningkatan kecepatan terhadap kedalaman menyebabkanmelengkungnya bidang sesar yang seharusya planar (Badly,1985)
121INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 2. Efek peningkatan kecepatan terhadap kedalaman pada struktur lipatana. ekspresi geologi b. ekspresi seismik (Badly,1985)
122INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 3. Urutan sesar dengan peningkatan besarnya throw yang ditunjukan dalambesaran panjang gelombang (Badly,1985)
123INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
1. Struktur Lipatan
Secara garis besar struktur lipatan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok :a. Lipatan yang beasosiasi dengan kompresi skala
regional akibat proses deformasi kerak secararegional (Gb.4)
b. Lipatan berskala lebih kecil yang berasosiasi dengan kompresi skala lokal, misalnya lipatan akibat pensesaran geser, dll
c. Pelipatan atau pelengkungan akibat intrusi (contohGb.2.80).
124INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 4. Contoh rekaman seismik yang menunjukkan struktur lipatan skala besar(Badly,1985)
125INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 5. Contoh rekaman seismik yang menunjukkan struktur lipatan akibat intrusi(Badly,1985)
126INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Struktur Sesar
Kenampakan langsung dari bidang sesar umumnya sangat jarang dapat dilihat pada penampang seismik. Lokasi dan geometri sesar tersebut lebih banyak diidentifikasi dari kenampakan refleksi, difraksi, perubahan kemiringan, dll. Terminologi umum jenis sesar diperlihatkan pada Gambar 6. Berdasarkan geometrinya dan kinematikanya, sesar dapat dibagi menjadi tiga kategori : 1. Sesar normal2. Sesar naik atau anjak3. Sesar geser atau wrench
127INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 6. Terminologi dasar dari sesar (Badly,1985)
128INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
A. Sesar NormalSesar ini ditunjukkan dengan bagian hanging wall bergerak relatif turun dibandingkan bagian foot wall.Sesar normal planar (Gb.7) merupakan jenis sesar yang paling sering dijumpai, dapat dikenali dari parameter berikut :1. Bidang sesar hampir lurus
kemiringan bidang sesar relatif konstan terhadap kedalaman.
2. Seretan normal pada hanging wall mengindikasikan pergerakan turun blok hanging wall relatif terhadap blok foot wall. Perludiperhatikan bahwa seretan normal ini tidak selalu berasosiasi dengan sesar normal planar.
129INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
3. Tidak ada perubahan kemiringan reflektor dari blok hanging wall ke foot wall.
4. Terbentuknya sesar antitetik
Sesar tumbuh atau syn-faull sedimentation sering berasosiasi dengan sesar normal-planar ini. Bila pensesaran normal planar ini melibatkan atau mempengaruhi lapisan miring, maka sedimen pengisi terkait akan terbentuk membaji (wedge, Gb.7).
130INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 7 Model sesar planar (kiri) dan sesar normal listrik (kanan) (Badly,1985)
131INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Sesar normal listrik (Gb.7) mempunyai bidang sesar melengkung yang memungkinkan block hanging-wall berotasi. Sesar listrik ini dapat dikenali dari :1. Perbedaan kemiringan (tilting) dari blok hanging-
wall dan foot-wall.2. Terbentuknya lipatan seretan terbalik (reserve drag
fold).3. Terbentuknya sesar antitetik dibagian atas lipatan
seretan terbalik tersebut.4. Umumnya merupakan sesar tumbuh.
132INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Sesar normal listrik ini dapat mengikutsertakan batuan dasar ataupun tidak.Sesar normal listrik yang mengikutsertakan batuan dasar sering berasosiasi dengan mekanisme utama rifting kerak bagian atas dan sering dijumpai pada cekungan rifting dan passive margin. Kombinasi komplek antara sesar tumbuh, sesar antitetik, sesar naik, dapat terjadi dalam satu sistem sesar normal listrik yang mempunyai kemiringan berbeda-beda (Gb.8).Sesar normal listrik yang tidak melibatkan batuan dasar umumnya mempunyai kelengkungan bidang sesar lebih besar sehingga lipatan seretan terbalik sering berkembang dan membentuk antiklin rollover (Gb.9).
133INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 8 (294) Sketsa yang menunjukkan rotasi progresif sepanjang sesar normallistrik dan struktur sesar sekunder yang dihasilkan oleh kombinasi sesar sin
sedimentasi dan antitetik (Badly,1985)
134INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 9. Contoh sesar normal listrik yang tidak melibatkan batuan dasar(Badly,1985)
135INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Reaktivasi SesarBanyak sesar menunjukan gejala pergeseran berulang yang sering dipisahkan oleh interval waktu dan dapat melibatkan perubahan jenis sesarnya. Gambar 10menunjukkan bagaimana sesar normal teraktivasi menjadi sesar naik. Bila reaktivasi sesar terjadi selama sedimentasi, maka sesar akan berpropagasi ke atas melalui sedimen yang menutupinya. Bila reaktivasi terjadi secara episodik dan batuan sedimen yangcukup tebal menutupi sesar "tua" tersebut sebelum tereaktivkan, maka dapat menghasilkan perubahan geometri sesar. Gambar 11 menunjukan hipotesis perilaku sesar normal planar vertikal pada batuan dasar yang tereaktifkan.
136INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 10 (296) Contoh rekaman seismik yang menunjukkan dua sesar normal A dan B yang teraktifkan kembali menjadi sesar naik (Badly,1985)
137INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 11 (297) Efek reaktifasi sesar normal (Badly,1985)
138INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 12 (298) Contoh reaktivasi sesar yang menunjukkan beberapa episode pergeseran (Badly,1985)
139INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
B. Sesar Naik dan Anjak
Sesar naik mempunyai pergeseran dominan searah kemiringan dimana blok hanging-wall relatif bergeser ke arah atas dibandingkan dengan blok foot-wall. Sesar naik sudut rendah sering disebut sebagai sesar anjak untuk membedakan dengan sesar naik sudut tinggi.
Sesar anjak dapat melibatkan batuan dasar atau tidak. Sesar anjak yang melibatkan batuan dasar dapat menyebabkan tersesarkannya batuan dasar diatas sedimen yang lebih muda (Gb.13 -14).
140INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 13 (299) Interpretasi rekaman seismik yang menunjukkan fenomena komplek sesar anjak (Badly,1985)
141INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 14 (2.100) Ekspresi seismik dari sesar anjak di daerah Wyoming (Badly,1985)
142INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Kalau sesar anjak selalu mencerminkan kompresi, tidak demikian halnya dengan sesar naik sudut tinggi. Mayoritas sesar naik memang merupakan respon terhadap kompresi, tapi dapat juga berkembang akibat reaktivasi sesar vertikal yang lebih dalam (Gb.12), asosiasi pergerakan sesar normal listrik dan akibat rotasi sesar normal (Gb.8).
143INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
C. Sesar Geser atau Wrench
Sesar geser mempunyai pergeseran dominan searah jurus sesar. Sesar ini umumnya mempunyai kemiringan vertikal. Sesar geser skala besar sering disebut sebagai wrench atau sesar transkuren. Struktur yang berasosiasi dengan sesar geser ini jauh lebih bervariasi daripada yang berasosiasi dengan jenis sesar lainnya. Sering terjadi lipatan, sesar normal, naik dan anjak yang berasosiasi dengan sesar geser ini (Gb.2.101).
144INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 15 (2.101) Pola struktur yang berasosiasi dengan sesar geser (Badly,1985)
145INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Kepastian mengenai keberadaan sesar geser ini sulit diidentifikasi dari rekaman seismik saja, tapi lebih dicerminkan oleh keberadaan struktur asosiasinya seperti graben, sesar anjak, lipatan yang sumbu-sumbunya miring terhadap arah pergeseran sesar geser seperti ditunjukan pada Gambar 2.101-102. Struktur bunga sering diasosiasikan dengan sesar geser ini (Gb.2.102-104) tapi tidak selalu merupakan keharusan karena struktur ini juga berkembang pada sesar normal listrik
146INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
3. Analisa Struktur
Salah satu aspek yang penting dalam interpretasi struktur adalah pemahaman penyebab struktur tersebut. Pada dasarnya, struktur dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum :a. Struktur primer
Disebabkan oleh proses tektonik/pergerakan lempeng, seperti sesar pinggir cekungan, sesar geser San Andreas, dll. Secara definisi semua struktur primer ini melibatkan batuan dasar.
147INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Struktur sekunderSecara langsung berhubungan dan merupakan konsekuensi langsung dari struktur primer. Contohnya adalah lipatan yang terbentuk akibat pensesaran lapisan yang lebih dalam dan lain-lain.
3. Struktur pasifBerkembang sebagai konsekuensi atau efek sisa dari efek struktur primer dan sekunder. Misalnya pensesaran lokal pada punggung antiklin dari lapisan kompeten, diapir garam yang dirangsang oleh penurunan cekungan, dll.
148INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Pemekaran cekungan (basin rifting) umumnya terdiri atasdua tahapan pengembangan :1. Fasa pemekaran (Syn-rift)
Merupakan proses awal dimana terjadi penipisan kerak dan litosfer akibat proses ekstensi yang diikuti oleh penurunan dan sedimentasi. Dalam hal ini geometri cekungan sangat dikontrol oleh pola pensesaran hasil rejim tegasan ekstensi regional. Sesar normal listrik disertai tilting, akan menghasilkan blok sesar tilted. Variasi tajam tebal sedimen terjadi sepanjang tilted blocks terutama sepanjang sesar normal listrik dan menghasilkan pola sedimentasi yang komplek.
149INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Fasa post-rift Merupakan fasa perkembangan selanjutnya setelah
proses pemekaran (rifting) selesai. Proses ini akan
menghasilkan pola sedimentasi yang relatif simpel
dimana lapisan-lapisan menunjukan penebalan
kearah cekungan.
150INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Faktor-faktor berikut ini perlu diperhatikan dalam pemahaman proses-proses di atas berdasarkan analisa seismik refleksi :
1. Identifikasi Fasa Pemekaran :
Pemekaran terjadi pada suatu perioda dimana cekungan mengalami tarikan dimana sekuen synrift akan mengandung sedimen koeval (berumur sama). Umumnya sesar normal listrik merupakan mekanisme utama penyebab ekstensi selama fasa pemekaran.
151INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Sesar normal listrik itu sendiri dapat dikenali dari kriteria berikut ini :
a. Tilting (miringnya) reflektor pre-rift antara blok hanging dan footwall mengindikasikan terjadinyarotasi akibat pensesaran.
b. Seretan terbalik sering terjadi pada refleksi pre-rift dan syn-rift yang lebih tua pada sisi sesar yang turun dan merupakan gambaran pergerakan rotasi dari bidang sesar yang melengkung.
c. Bentuk membaji dari reflektor syn-rift mengindikasikan tilting aktif selama sedimentasi.
152INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Identifikasi Tahapan Post-rift
Batas sekuen bisanya berkembang pada tahapan ini, dengan batas erosi di atas dan baselap dibawah, memisahkan sekuen syn dan post-rift di semua tempat. Ini disebut sebagai ketidakselarasan postrift.
Hubungan reflektor pada ketidakselarasan post-rift inisering tidak terlihat jelas dan bersudut rendah.
153INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Blok sesar yang terjungkit (tilted fault blocks) merupakan hasil khas dari proses pemekaran dan dapat menyebabkan terbentuknya perangkap yang istimewa. Ekspresi seismik dari blok sesar terjungkit ini dan asosiasi gawir sesarnya ditunjukan pada Gambar 2.105dan ciri pentingnya adalah :1. Ketidakselarasan membatasi gawir sesar.2. Batas yang jelas antara lapisan yang terjungkit
didalam blok sesar dan sedimen diatasnya.
154INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 14 (2.105) contoh rekaman seismik di daerah Oseberg (Badly,1985)
155INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 15 (2.106) Interpretasi geologi rekaman seismik di daerah Oseberg (Badly,1985)
156INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 16 (2.107) Diagram yang menunjukkan perkembangan postrift dari struktur didaerah Oseberg (Badly,1985)
157INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Gambar 17 (2.108) (lanjutan) Diagram yang menunjukkan perkembangan postrift dari struktur di daerah Oseberg (Badly,1985)
158INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
159INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Pre-rift
Syn-rift
Post-rift
160INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Pengelompokan struktur kedalam skema diatas
memungkinkan pemahaman mengenai penyebab dan
efeknya sehingga dapat digunakan untuk keperluan
prediktif. Sebagai ilustrasi berikut ini didiskusikan kasus
daerah North sea (Badley, 1985). Pendekatan yang
dipakai disini merupakan pendekatan umum yang dapat
dipakai untuk interpretasi seismik pada passive margin,
thrust belts, dll.
161INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
INTERPRETASI TERPADU DAN
PEBUATAN PETA
162INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
Setelah memahami arti geologi rekaman seismikbeserta segala keterbatasannya maka perlu dilakukansuatu interpretasi terpadu untuk menggambarkankeadaan geologi sub-surface daerah tersebut.
Data-data yang diperlukan untuk analisa tersebut adalah
1. Peta dasar
2. Penampang seismik
3. Data sumur dan check shot
163INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
1. PETA DASAR Mempunyai Kegunaan :
1. Merupakan peta dasar untukpembuatan peta
2. Menunjukkan orientasi danspasi lintasan
3. Menunjukkan kerangka survey seismik
4. Menunjukkan titik perpotonganantara lintasan survey yang berbeda yang tidak selaluditunjukkan pada penampangseismik
164INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
STRUCTURAL FRAME WORK MAP
165INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. PENAMPANG SEISMIKSebelum melihat penampang seismiknya sebaiknyadipelajari dahulu label penampang seismiknya untukmengetahui proses aquisisi dan pemrosesan datanya
Kategori dalam label penampang seismik
• Keterangan detil lintasan
• Data perekaman dan data lapangan
• Diagram Spread
• Data pemrosesan
• Parameter display
166INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
BEFORE MISTIE AFTER MISTIE
167INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
BEFORE BALANCING
AFTER BALANCING
168INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
3. DATA SUMUR
Data sumur digunakan sbagai :
1. untuk melihat kondisi geologi detil secaravertikal
2. Mengikat data seismik dengan sumur yang ada (well-seismic tie)
3. Menganalisa kualitas interpretasi denganmembandingkan kedalaman horison target sebenarnya dengan kedalaman hasilprediksi pada penampang seismik.
169INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
INTERPRETASI DATA
Pada tahapan ini seluruh data base seismik sebaiknya
dianalisa secara terpadu. Apabila memungkinkan
daerah study dikelompokkan ke arah vertikal menjadi
interval-interval stratigrafi (misal : penentuan batas
sekuen dan fasies seismik) dan ke arah lateral menjadi
provinsi struktural (daerah cekungan, tinggian, dll)
170INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
1. Interpretasi Geologi
BRF-1/SB-5S.B - 5
BRF-3B-1/SB-4
S.B. - 4B-2
S.B - 3C-1/SB-3
C-2
D-1/SB-2S.B - 2
MD
2150
2200
2250
2300
2350
2400
2450
2500
(2550)
(2557)
2114
Completions 9.75 342.93GR -894.28 9837.13LLD0.20 2000.00LLS
60.00 0.00NPHI
BRF-1/Gas+Oil
Comment UPNBRG-32 [MD]
MD
2100
2150
2200
2250
2300
2350
(2400)
(2450)
(2500)
(2513)
2070
Completions 2.75 234.30GR-194.09 2144.92LLM-9.84 117.42LLD
-165.82 1830.35MSFL
1.70 2.70RHOB60.00 0.00NPHI
C-2/Oil+Gas
Comment UPNBRG-17 [MD]
MD
2050
2100
2150
2200
2250
2300
(2350)
(2400)
(2450)
(2466)
2024
Completions 8.84 216.61GR-21.30 244.94LLM-194.09 2144.92LLD
-143.12 1588.28MSFL
1.70 2.70RHOB60.00 0.00NPHI
B-1/Gas
C-1/Gas
C-2/Oil+Gas
D-2/Oil+Gas
Comment UPNBRG-19 [MD]
MD
2050
2100
2150
2200
2250
2300
2350
2400
2450
2481
2039
Completions 8.56 266.09GR0.20 2000.00LLS-19.98 220.00LLD
-1299.18 2299.93MSFL
1.70 2.70RHOB60.00 0.00NPHI
D-2/Gas+Oil
Comment UPNBRG-28 [MD]
MD
2100
2150
2200
2250
2300
2350
2400
(2450)
(2500)
(2537)
2094
Completions 6.32 149.03GR 60.00 0.00NPHI
BRF-2/Gas
BRF-3/air
C-2/Gas
C-2/Gas
D-1/Gas
D-2/-
Comment UPNBRG-25 [MD]
S.B - 5BRF-1/SB-5BRF-2
BRF-3S.B. - 4B-1/SB-4
B-2
C-1/SB-3S.B - 3
S.B - 2D-1/SB-2
D-2
E/SB-1S.B - 1
Korelasi StratigrafiBRG-32 BRG-17 BRG-19
BRG-25BRG-28
W E
171INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
ANALISA SESAR PADA SECTION SEISMIK
Fault Map
172INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
2. Interpretasi Geofisika
WELL-SEISMIC TIE
Untuk meletakkan horizon seismik (domain waktu) pada
posisi kedalaman yang sebenarnya dan agar data
seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainya
yang pada umumnya pada doamin depth maka perlu
dilakukan well-seismic tie. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan well-seismic tie tapi yang
sering dipakai adalah dengan memanfaatkan
seismogram sintetik dari hasil survey kecepatan.
173INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
WELL-SEISMIC TIE
174INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
PICKING HORIZON
-1800
-1750
-180
0
-1750
-1750
-1750
-175
0
-1750
-1850
-1850
-1850
-1850
-1800
-1800
-1800
-1850
-1750
-180
0
-1750
-1750
-1750
-1750
-1800
-180
0-1
800
-180
0
-1850BRU-02
BRU-01ST
BRU-01
BRG-32
BRG-31
BRG-30
BRG-29PILBRG-29_Hz_ST
BRG-28
BRG-27HZ
BRG-27ST_PIL
BRG-25
BRG-23
BRG-22
BRG-21HzBRG-21
BRG-20
BRG-19
BRG-18
BRG-17
BRG-16STBRG-16
BRG-13
BRG-12
BRG-11
BRG-09
BRG-08
BRG-06
BRG-05STB
BRG-05STA
BRG-05
BRG-03A
BRG-15
414000 414500 415000 415500 416000 416500 417000 417500 418000 418500 419000 419500 420000 420500 421000 421500
414000 414500 415000 415500 416000 416500 417000 417500 418000 418500 419000 419500 420000 420500 421000 421500
9592
800
9593
600
9594
400
9595
200
9596
000
9596
800
9597
600
9598
400
9599
200
9600
000
9600
800
9601
600
9602
400
9603
200
95928009593600
95944009595200
95960009596800
95976009598400
95992009600000
96008009601600
96024009603200
-1900-1890-1880-1870-1860-1850-1840-1830-1820-1810-1800-1790-1780-1770-1760-1750-1740-1730-1720
Time
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25km
PETA TIME STRUKTUR SB-5
175INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
By : Ardian Novianto
PROSPECT AREA
001002
003004
005006008
011
012
010
009