HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web...
Transcript of HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web...
HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARHAND 0UT. 04
TEORI BELAJAR
1. Tiga unsur utama dalam PBM : 1) Siswa sebagai peserta didik, 2) Proses belajar
yaitu apa yang dihayati peserta didik, apa yang dilakukan mereka dalam
mempelajari bahan pelajaran, 3) Situasi belajar yaitu lingkungan dimana terjadi
proses belajar mengajar tersebut, termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi.
Situasi Belajar
Siswa Belajar Proses Belajar
Lingkungan Belajar
Gambar proses pembelajaran
2. Mengajar pada hakekatnya upaya untuk membelajarkan peserta didik sehingga
muncul kegiatan belajar dalam suatu situasi lingkungan, belajar tertentu.
Mengajar merupakan aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat
tinggi dan mencakup pengambilan keputusan (Davies, 1971).
3. Tugas parsial guru tugas selain tugas utamanya adalah merencanakan dan
melaksanakan serta mengembangkan proses belajar mengajar (PBM), yakni
sebagai “director of learning and manager of teaching” pengelola PBM.
4. Tugas pengelolaan (managerial) PBM antara lain : 1) Merencanakan PBM
sangat penting sebab menentukan keberhasilan PBM dan arah pengembangan
PBM yang direncanakan lebih baik daripada yang tidak direncanakan. 2)
Mengatur alokasi waktu dan waktu pelaksanaan PBM untuk beberapa pertemuan
atau satu semester, dan 3). Mengusahakan terciptanya situasi belajar,
memfungsionalkan sumber daya pendidikan dan lingkungan yang dapat
membangun dan memperkuat situasi belajar. Tanpa terbentuknya situasi belajar,
tidak akan terjadi proses belajar. 4). Melakukan evaluasi (penilaian) apakah
perencanaan kita pergunakan, untuk terbentuknya situasi belajar sesuai dengan
target dan bagaimana arah perbaikannya.
5. Perencanaan PBM pada dasarnya memberikan pedoman bagi guru untuk
melaksanakan PBM, akan tetapi ketepatan perencanaan PBM tesebut akan
tampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu
lentur (fleksibel) disesuaikan secara kontekstual. Di sinilah berlaku teori bahwa
mengajar itu berdimensi seni, “The Art of Teaching”. Dengan demikian situasi
yang ada dapat dijadikan input bagi perbaikan PBM yang telah direncanakan.
6. Penyimpangan dari suatu rencana PBM bisa saja terjadi bukan saja karena dari
situasi / lingkungan berubah, dapat juga perencanaan kurang akurat, dalam arti
pengambilan keputusan perencanaan kurang tepat. Disamping itu perencanaan
dengan kenyataan lapangan tidak selamanya sepadan (Macth). Dalam kondisi
seperti ini guru memunculkan kemampuan sebagai “Director of Learning”.
7. Gilbert Highest (Biehler & Snowman 1986) berpendapat bahwa mengajar
menackup emosi yang tidak dapat diterapkan secara sistematis tetapi
menyangkut nilai-nilai manusia di luar pengetahuan (Toeti Sukamto, 1994).
8. Mengajar sebagai seni akan muncul manakala guru sudah memiliki kemampuan
profesional didasarkan atas kecintaan pada profesi tersebut. Konsepsi ini berkait
erat dengan tugas mendidik yang sangat berbeda dengan “mengajar” oleh
karena itu dalam pengertian PBM adalah dalam konotasi proses pendidikan.
9. Mengajar tidak akan terjadi apabila tidak terjadi proses belajar. PBM adalah
proses pendidikan, memanusiakan manusia, membelajarkan peserta didik,
memfungsionalkan potensi berfikir dari nilai mengoptimalkan perkembangan
pontesi manusiawi (Suwarma 1991).
10.Terdapat beberapa definisi “belajar” dikemukakan para pakar pendidikan, sangat
dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran filosofis, pengalaman serta
lingkungan. Kajian ilmiah pendidikan melahirkan berbagai teori belajar; oleh
karena itu berbagai teori tersebut dapat dipilih disesuaikan diadaptasi
disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang berakar budaya bangsa.
11.Teori belajar sangat penting dikuasai oleh guru untuk dijadikan landasan teortik
dalam memecahkan berbagai masalah dalam pengelolaan PBM. Inti dari pada
PBM adalah “belajar” maka teori belajar yang mendasari teori mengajar bahkan
teori belajarlah yang melahirkan perilaku mengajar.
12.Menurut Morgan, dkk (1986), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Definisi tersebut
mengisyaratkan bahwa belajar terjadi apabila :
1). Terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
2). Terjadi proses belajar yang membentuk pengalaman belajar. Perubah-
an perilaku relatif permanen dan tetap ada dalam waktu yang cukup
lama.
13.Belajar yang menyebabkan adanya perubahan perilaku yang membekas dalam
bentuk pengalaman belajar dan hasil belajar proses belajar itu dilakukan secara
sengaja didasarkan motivasi untuk memperoleh sesuatu (Suwarma AM, 1995).
14.Siswa peserta didik adalah pelaku belajar memiliki potensi berfikir, bersikap dan
bertindak (kognitif, afektif, dan psikomotor) secara optimal, dengan demikian
guru, materi pelajaran, alat atau media dll. adalah pembentuk situasi (iklim)
suasana belajar.
15.Motivasi internal yang tumbuh dari diri sendiri peserta didik untuk memahami
sesuatu (berfikir) untuk merasakan sesuatu (afeksi/perasaan) untuk dapat
melakukan sesuatu (psikomotor) adalah kekuatan yang mendorong untuk
melakukan perbuatan belajar.
16.Aliran Behavioristik lebih menekankan bahwa belajar merupakan perubahan
prilaku yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, dimana proses
perubahan tsb. harus dikontrol.
17.Beberapa prinsip belajar, sebagai berikut :
1). Subjek didik adalah pelaku aktif dalam belajar
2). Subjek didik dapat belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung
selama proses belajar
3). Subjek didik belajar sesuai dengan kemampuannya.
4). Belajar akan lebih berarti manakala penguasaan sempurna untuk setiap
langkah.
5). Motivasi belajar akan meningkat apabila diberi tanggung jawab serta
kepercayaan penuh dalam belajar.
(Diadaptasi dari Davies, 1971).
18.Faktor internal yang mempengaruhi belajar antara lain: umur, intelegensia, bakat,
kepribadian, kedewasaan, motivasi, faktor eksternal antara lain : guru, bahan,
pelajaran, alat, situasi / lingkungan, penguatan dll.
19.Teori belajar muncul atas dasar pemikiran filsafat dan empirik mengenai belajar.
Teori belajar lebih bersifat deskriptif mengenai PBM tujuannya a.l.:
1) Membantu memahami proses belajar
2) Mengidentifikasi fakta pendukung, penghambat dan kendala dalam belajar.
3) Memperkirakan/prediksi hasil yang dapat diperoleh
4) Merupakan dasar perumusan hipotesis PBM yang dapat diuji melalui
penelitian.
5) Meningkatkan dan mengembangkan penalaran dan kemampuan profesio-nal
tentang proses belajar mengajar.
20.Teori belajar dapat menerangkan tentang apa yang terjadi dalam proses belajar.
Menerangkan proses belajar tersebut dilatar belakangi oleh sudut pandang
filsafat tentang hakekat belajar itu sendiri. Dengan demikian secara ilmu dapat
dibedakan untuk setiap aliran :
a). Behaviorisme
b). Kognitivisme
c). Berdasarkan pada psikologi sosial
d). Teori belajar game
e). Teori belajar nilai
21.Behaviorisme memandang manusia dapat dipengaruhi oleh kegiatan atau
kejadian yang ada di lingkungannya yang membentuk pengalaman tertentu bagi
dirinya. Inti konsepsinya mengatakan merupakan perubahan perilaku yang terjadi
berdasarkan paradigma “stimulus respons” S-R/ perubahan perilaku sebagai
hasil interaksi antara SR.
22.S-R memiliki dari beberapa unsur antara lain :
1) Dorongan (drive) dengan merasakan adanya kebutuhan yang melakukan
dorongan untuk melakukan/memenuhi kebutuhan tersebut.
2) Rangsangan (stimulus) yaitu tindakan yang menyebabkan munculnya
respon).
3) Respons yaitu reaksi terhadap stimulus yang diberikan agar merasakan
adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.
23.Behaviorisme menekankan kepada apa yang tampak tidak memperhatikan apa
yang terjadi pikiran atau dibalik perilaku karena tidak terlihat dan tidak dapat
diukur. Karena menekankan kepada apa yang tampak dan terukur, maka
menurut (Leasley dan Harris, 1985) dinyatakan ilmiah, hal ini berkenaan dengan
prinsip ilmiah. Menurut “positivistik”. Dengan demikian behavioristik
menempatkan belajar sebagai suatu proses yang bersifat mekanistis dan
otomatik. Hal ini berkenaan dengan konsep teknologi pendidikan.
hub. langsung24.Paradigma Stimulus Respon seperti S = -------------------------- R
koneksi
--- Respon akan tejadi jika adanya Stimulus, penguatan diperlukan agar terjadi
stimulus dan respons lagi, (orang yang pertama kali menerangkan teori
hubungan S --- R.
25.Clasical Conditioning suatu S – R yang didasarkan atas reaksi sistem tidak
terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol ahli sistem
urat syaraf atonomi serta gerak refliksi setelah menerima stimulus dari luar.
Stimulus terkontrol ---------------------- respon tidak terkontrol
26.Stimulus tidak terkontrol (US) secara langsung melakukan respon reflek (UR)
yang dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar. Jika stimulus tanpa kondisi
US diberikan suatu stimulus lain yang netral maka kedua stimulus tersebut akan
menghilangkan respon yang refleks (UR) dan akan timbul respon baru (CR).
Stimulus yang diberikan (CS) dengan adanya respons baru (CR) yang
diharapkan maka dapat dikatakan seseorang telah belajar. Perhatikan formula
berikut :
US ------------------- UR
CS US ------------------- UR + CR
CS + US ------------------- UR + CR
CS + US ------------------- + CR
CS ------------------- CR
Maka banyak CS busar US (CS + US) maka mantap CR yang terbentuk.
27.Operan Condition (Skiner) dinyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus
maka seseorang akan memberikan respons berdasarkan hubungan S – R dapat
benar atau salah satu dari yang diharapkan R yang benar perlu diberi penguatan
supaya ingin melakukannya kembali.
S ---------------- R Penguatan
28.Reinforcement (penguatan) terhadap respons dapat diberikan secara terus
menerus (continua reinforcement) dari selang seling (intermittent reinforcement).
Selang-seling dapat dilakukan atas pertimbangan ratio, apabila pemberian
penguatan didasarkan pada jumble respons yang diberikan, dan secara interval
parabola targeting pada waktu/penguatan dapat pula dibedakan penguatan tetap
(fixed) dan tidak tetap (variabel).
29.Berdasarkan percobaan oleh Skiner ada beberapa prinsip dalam memberikan
penguatan :
1) Setiap langkah dalam PBM perlu dibuat pendek-pendek.
2) Perlu penguatan/membahas pada permulaan belajar.
3) Diperlukan kecepatan pada saat muncul respon yang benar.
4) Perlu kesempatan untuk mengaduk generalisasi dan diskriminasi yang
diterima untuk memperkuat peluang keberhasilan.
30.Perbedaan klasikal dan Operant Condition.
Dalam Clasikal Conditioning response dikontrol oleh pihak luar. Pihak luar yang
memenuhi apa yang akan dijadikan stimulus tersebut. Menurut operant, justru
pihak luar (pengajar) yang harus menanti adanya respons dan pihak yang belajar
dituntut. Penguatan Clasikal mengatakan bahwa stimulus tidak terkontrol
(unconditioned stimulus)/US memiliki hubungan dengan penguatan. Menurut
Operant responlah yang merupakan sumber penguatan.
31.Prinsip Behaviorisme banyak digunakan dalam dunia pendidikan Hartley &
Devaies 1798. Prinsip-prinsipnya antara lain :
1) Partisipasi aktif dari peserta didik sebagai aktor dalam belajar.
2) Mata pelajaran.
3) Pemberian umpan balik secara langsung terhadap respon akan segera
diketahui betul tidaknya respon tersebut.
4) Pemberian penguatan secara segera terhadap respon yang benar akan lebih
baik dari pada memberikan penguatan negatif.
32.Behaviorisme penerapannya tampak dalam model belajar tuntas (mastery
Learning). Paket belajar mandiri, disimpulkan bahwa setiap orang dapat belajar
dengan baik apabila diberi waktu yang cukup dengan PBM yang dirancang
dengan baik.
33.Kognitivisme melahirkan teori belajar kognitif atau konseptual yang menyatakan
bahwa perilaku tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.
Menurut Kognitivisme belajar adalah perubahan persep-si dan pemahaman yang
tidak selamanya dapat teramati sebagai perilaku. Galloway (1976) penganut
kognitivisme mengemukakan bahwa, belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan Informasi, emosi dan faktor lain.
Proses belajar mencakup pengaturan stimulus yang diterima disesuaikan dengan
struktur kognitiv yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
34.Kognitivisme paradigmanya menempatkan bahwa stimulus (S) menye-babkan
adanya perubahan internal dalam diri individu yang menyebabkan munculnya
respons yang dapat dilihat.
Stimulus -------------Perubahan internal ---------------Respons
Teori kognitivisme lebih mengutamakan kepada proses belajar dari pada hasil
belajar, belajar tidak hanya melibatkan stimulus dan respons akan tetapi belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Penganutnya antara lain :
Piaget, Ausable, Bruner.
35.Piaget penganut kognitivisme, mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, didasarkan pada mekanisme & biologis dengan
sistem syaraf bertambah umur seseorang akan bertam-bah pula kemampuannya
dan bertambah pula sel syarafnya.
36.Adaptasi biologis dengan lingkungan akan terjadi yang mengakibatkan akan
terjadi perubahan kualitatif dalam struktur kognitif. Proses asimilasi terjadi apabila
seseorang memproses informasi disesuaikan dengan struktur kognitifnya yang
telah dimilikinya.
37.Menurut Piaget belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Menurut teori ini umur turut
menentukan pencapaian tahap-tahap perkembangan. Dengan demikian tahapan
tersebut tidak dapat diloncati. Ada 4 tahapan perkembangan berdasarkan usia :
1. 0 – 2 th sensori motorik yang bersifat eksternal
2. 2 – 6 th preoperasional
3. 6/7 – 11/12 th operasional
4. 11/12 – 18 th formal bersifat internal.
38.Menurut Piaget memilih kegunaan dalam rangka merancang strategi belajar
antara lain dalam hal :
1) menentukan tujuan/sasaran belajar dapat disesuaikan dengan tahap-tahap
belajar untuk usia tertentu sehingga secara umum relatif terjamin
ketepatannya.
2) Penentuan materi dapat mengacu pada tahap berpikir, sehingga secara
umum diperoleh tujuan materi yang relatif tepat dengan tingkat dan
kemampuan berpikir.
3) Penetapan proses belajar mengajar serta penciptaan situasi belajar dapat
mengacu kepada tahap perkembangan tersebut.
39.Teori kognitif Bruner menekankan kepada adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dinyatakan bahwa perkembangan bahasa
besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Sebaliknya Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif mempengaruhi perkem-bangan
bahasa seseorang.
40.Bruner mengemukakan perkembangan kognitif terjadi melalui 3 tahap yang
ditentukan oleh cara memandang lingkungan. Teorinya dinamakan “free
Discovery” belajar memberikan kesempatan untuk menemukan konsep dan
informasi secara induktif. Lawan dari teori “free discovery” adalah “belajar
ekspositasi”.
41. Implikasi dari Teori Piaget tersebut antara lain :
1) Perkembangan berfikir berlangsung secara bertahap sesuai dengan usia.
2) Untuk dapat mencapai kemampuan berfikir tinggi diperlukan dukungan usia
yang memadai.
3) Materi pelajaran mesti disesuaikan dengan tahap perkembangan dan usia.
42.Kritik terhadap Teori Piaget antara lain :
1) Belajar optimal tidak selamanya ditentukan oleh fakor usia ada beberapa
anak yang dapat mempelajari materi menuntut berfikir tinggi melampaui batas
usianya.
2) Banyak yang memiliki usia cukup untuk berfikir formal secara internal
mendapat kesulitan sehingga memerlukan bantuan yang kongkrit.
3) Adakalanya keterampilan lebih baik dipelajari berdasarkan urutan bukan
berdasarkan umur.
43.Tahap enaktif individu melakukan kegiatan untuk memahami lingkungan tahap
ikonik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, ketiga tahap
simbolik memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh
bahasa dan logika. Untuk memperkuat tahap simbolik ini proses belajar sering
menggunakan media pelajaran. Pada orang dewasa tidak lagi menggunakan
tahap enaktif dan ikonik.
44.Bruner berpendapat bahwa tidak perlu anak ditunggu hingga mencapai tahap
perkembangan tertentu, bahan yang diatur lebih baik maka individu dapat belajar
walaupun umurnya belum memenuhi tahap perkembangannya. Bruner
berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan menyajikan bahan-bahan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
45.Ada beberapa prinsip yang diajukan Bruner antara lain :
1) Ketergantungan individu terhadap stimulus akan makin berkurang manakala
makin tinggi tingkat perkembangan intelektualnya.
2) Perkembangan kemampuan internal dalam proses informasi akan mempe-
ngaruhi pertumbuhan seseorang.
3) Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengu-
tarakan pendapat dan gagasan melalui simbol.
4) Perlu adanya interaksi yang sistematik antara pendidik dengan subjek didik
5) Perkembangan kognitif dapat meningkatkan kemampuan berpikir beberapa
alternatif secara serentak, memberikan perhatian terhadap beberapa stimulus
dan situasi sekaligus.
46.Bruner beranggapan bahwa berpikir inhertif tidak pernah dikembangkan di
sekolah, sebaiknya sekolah mengembangkan berpikir analitis, cara yang baik
dalam belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
47.Teori Belajar bermakna didasarkan atas banyak hasil belajar yang menekankan
kepada belajar Asosiatif atau menghadapi dimana materi pelajaran dihapalkan
bukan dipikirkan untuk memperoleh makna. Untuk mengatasinya perlu adanya
bahan yang disusun secara bermakna menarik untuk dipikirkan, dan
dikembangkan situasi belajar yang bermakna pula diperkuat dengan motivasi
yang tinggi.
1) Belajar hakekatnya merupakan proses alami
2) Setiap orang memiliki keinginan untuk belajar didasarkan atas rasa ingin tahu
3) Setiap orang mempunyai motivasi belajar, karena memiliki kebutuhan dan
keinginan untuk memenuhinya.
4) Belajar akan efektif apabila bahan pelajaran diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Peserta didik sebagai subjek belajar perlu diberi tanggung jawab atas
belajarnya sendiri.
6) Peserta didik diberi kesempatan memilih bahan pelajaran sendiri.
7) Belajar terjadi sebagai proses interaksi yang dapat berpola satu arah
terbentuk dengan adanya stimulus yang melahirkan respon, dan dua arah
apabila perilaku yang terjadi merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.
8) Proses belajar akan lebih baik apabila melibatkan emosi dan perasaan
termasuk nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan belajar.
48.Teori belajar Gagne merupakan gabungan antara behaviorisme dengan
kognitivisme, ada beberapa macam hasil belajar :
1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural mencakup diskriminasi
konsep, prinsip dan pemecahan masalah diperoleh melalui materi yang
disajikan di sekolah.
2. Strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan
mengatur proses internal dalam memperhatikan, belajar, mengingat dengan
berpikir.
3. Informasi verbal yaitu kemampuan mendiskripsikan dengan kata-kata melalui
pengaturan informasi yang relevan.
4. Hubungan sangat penting untuk diperkuat, menurut Bruner bahan harus
dihubungkan dengan bahan lain dan memainkan dalam hubungan tersebut.
Ausable materi dihubungkan dengan materi yang telah ada dimiliki.
5. Proses belajar harus berlangsung seperti apa adanya tidak boleh
dimanipulasi dalam bentuk eksperimen di laboratorium.
6. Merupakan teori kognitif mempelajari proses di dalam berfikir tidak terbatas
pada dimensi eksternal.
7. Ditekankan akan pentingnya bahasa sebagai alat berfikir.
8. Perubahan penyajian kearah yang lebih bermakna.
49.Perbedaan teori belajar Behaviorisme denga Kognitivisme
Behaviorisme Kognitivisme
1. Belajar merupakan mekanisme yang perifesik diluar otak.
2. Hasil belajar merupakan kebia-saan dengan urutan respons yang lancar.
3. Belajar merupakan trial and eror, ada unsur yang sama pada masalah yang sekarang
1. Belajar terjadi secara internal da-lam otak.
2. Hasil belajar berupa struktur kog-nitif dengan menekankan pengeta-huan faktual.
3. Menekankan adanya pemahaman tentang yang dihadapi sekarang dengan yang lalu.
dengan yang lalu
50.Teori belajar berdasarkan psikologi sosial muncul sebagai kritik terhadap teori
belajar behaviorisme dan kognitivisme. Prinsip teori belajar ini antara lain
sebagai berikut :
1) Belajar hakekatnya merupakan proses alami
2) Setiap orang memiliki keinginan untuk belajar didasarkan atas rasa ingin tahu
3) Setiap orang mempunyai motivasi belajar, karena memiliki kebutuhan dan
keinginan untuk memenuhinya.
4) Belajar akan efektif apabila bahan pelajaran diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Peserta didik sebagai subjek belajar perlu diberi tanggung jawab atas
belajarnya sendiri.
6) Peserta didik diberi kesempatan memilih bahan pelajaran sendiri.
7) Belajar terjadi sebagai proses interaksi yang dapat berpola satu arah
terbentuk dengan adanya stimulus yang melahirkan respon, dan dua arah
apabila perilaku yang terjadi merupakan hasil interkasi dengan lingkungan.
8) Proses belajar akan lebih baik apabila melibatkan emosi dan perasaan
termasuk nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan belajar.
Ausubel mengemukakan teori bermakna
Materi
Situasi Bermakna
Motivasi
51.Teori Ausubel adalah “advance organizers” untuk meningkatkan kemampuan
dalam mempelajari informasi. Yang dimaksud dengan “organizers” adalah
kerangka abstraksi ringkasan konsep-konsep dasar yang harus dipelajari
berhubungan dengan apa yang ada dalam struktur kognitif.
Konsep materi baru
Organizers Materi yang dipelajari
Konsep/materi dalam struktur kognitif
Diadaftasi dari SBM 1995.
52. Implikasi Teori David Ausubel, belajar akan berhasil apabila bahan dan situasi
belajar diorganisir secara bermakna diperkuat dengan motivasi yang tinggi.
Langkah-langkah dalam SBM sebagai berikut :
1. Menganalisis kesiapan peserta didik
2. Menyeleksi dan menyajikan dalam bentuk konsep inti (key concept) kongkrit
dapat memasukan hal yang kontropersial.
3. Mengidentifikasi konsep yang harus dikuasai dari materi baru.
4. Memberikan gambaran yang menyeluruh dari semua bahan yang dipelajari.
5. Menggunakan prinsip advance organizers dalam pengorganisasian bahan.
6. Berupaya agar peserta didik memahami prinsip-prinsip dan berbagai
hubungannya.
53.Jika dibandingkan teori belajar Bruner dan Ausubel, tampak Bruner menekankan
adanya penemuan/discovery, sedangkan Ausubel menekan-kan pada resepsi
dengan proses internalisasi melalui mempelajari bahan yang dikembangkan
dengan prinsip Advance organizers.
54.Reilley & Lewis (1983) menunjukan kesamaannya antara lain seperti diadaptasi
sbb :
1. Menekankan pada makna pemahaman Bruner dengan cara induktif
sedangkan menurut Ausubel dapat di asimilasi secara deduktif.
2. Dengan dikuasai materi substantif, maka materi baru akan ditransfer secara
lebih luas.
3. Menekankan kepada prisip belajar konsep.
4. Menekankan kepada “struktur” Bruner “Struktur ilmu”, Ausubel, organisasi
materi dalam struktur kognitif.
55.Langkah belajar menurut teori belajar bermakna adalah :
1. Mengukur kemampuan anak
2. Menseleksi dan menyusun materi dalam bentuk konsep.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai.
4. Memberikan pemahaman/wawasan yang menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari.
5. Menggunakan prinsip Advan organizers
6. Mengusahakan pemahaman konsep dan prinsip yang ada hubung-annya.
56.Menurut Gagne belajar bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara alami
akan tetapi terjadi jika terdapat unsur internal yang menyangkut kesiapan peserta
didik, sedangkan fakta eksternal merupakan situasi belajar dan guru/pendidik
dengan tujuan mempelancar proses belajar.
57.Gagne
1. Keterampilan inteketual
2. Strategi kognitif
Hasil belajar 3. Informasi verbal
4. Keterampilan motorik
5. Sikap.
58.Teori Instruksional lebih menekankan prinsip-prinsip yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah praktis di dalam pengajaran dan bagaimana situasi
praktis yang terdapat dalam kehidupan nyata sehari-hari.
59.Prinsip teori instruksional lingkungan belajar mengemukakan bahwa 1) belajar
merupakan keterampilan proses yang bersifat individual yang merubah stimulus
kedalam sejumlah informasi dan hasil belajar dalam bentuk keterampilan, 2)
kemampuan hasil belajar dikategorikan yang praktis, dan teoritik, 3) peristiwa
pada saat berlangsung belajar mempengaruhi proses belajar terutama adanya
kejadian-kejadian khusus.
60.Perhatian utama dari teori instruksional kepada penciptaan situasi atau
lingkungan belajar. Perencanaan SBM adalah pengembangan penciptaan situasi
belajar tersebut sehingga terjadi peristiwa belajar, situasi belajar tersebut harus
berupaya memberikan kemudahan proses belajar peserta didik.
61.Teori belajar dan teori instruksional sama-sama dikembangkan berdasarkan
pada prinsip-prinsip psikologi, perbedaan pada penekanan teori belajar
menekankan kepada pemahaman karakteristik individual dan prilakunya
sedangkan intruksional secara khusus memberikan perkem-bangan dalam
pemilihan metode yang secara prekrefsi apa yang harus dilakukan oleh pendidik.
62.Teori instruksional terdiri dari :
1. Pendekatan modifikasi tingkah laku
2. Teori instruksional konstruk kognitif
3. Teori instruksional berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan teori instruksional
berdasarkan psikologi humanistik.
63.Pendekatan modifikasi tingkah laku teori ini didasarkan pada teori Skiner yang
menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dimodifikasi/dilatih sebab
binatangpun sifatnya kompleks. Teori ini menengok perlunya menggunakan
prinsip-prinsip penguatan (reinforcement) dilakukan dalam menciptakan situasi
dan lingkungan belajar sehingga belajar dapat berjalan untuk itu tugas belajar
harus dirumuskan secara spesifik terukur, setiap masalah memiliki jawaban yang
benar sehingga penguatan dapat digunakan secara tepat dan benar.
64.Teori instruksional konstruk kognitif didasarkan atas pendapat Bruner bahwa
pengalaman belajar harus memuat proses penemuan (discovery) yang
menemukan/merencanakan informasi baru dan keterampilan baru dengan
memperhatikan `keterkaitan dengan informasi dan keterampilan yang telah
dimiliki.
65.Menurut Teori Instruksional Kognitif pemikiran akan terbentuk melalui belajar
apabila didasarkan atas motivasi pelaku belajar dengan pengaturan terhadap
struktur bahan yang akan dipelajari, diperkuat dengan pengalaman-pengalaman
belajar yang diurutkan secara baik.
66.Tugas penciptaan situasi belajar meliputi :
1. Upaya menumbuhkan motivasi
2. Pengaturan dan pengorganisasian materi pelajaran supaya mudah dipelajari
3. Menetapkan dan mengurutkan langkah-langkah pengalaman belajar.
67.Dalam teori Instruksional berdasarkan prinsip-prinsip belajar seperti dikemukakan
oleh Bugelski yang diadaptasi sbb :
1. Perhatian dan responsif terhadap materi pelajaran sangat penting dalam
belajar.
2. Belajar memerlukan waktu tertentu, untuk kurun waktu tertentu peserta didik
hanya dapat mempelajari sejumlah materi tertentu.
3. Terdapat semacam “alat pengontrol” dalam diri individu yang belajar untuk
mengontrol motivasi dan menentukan sampai sejauhmana dan dalam bentuk
apa seseorang akan berperilaku dalam konteks situasi belajar.
4. Proses belajar merupakan fakta penting yang berfungsi untuk memulai/
mengontrol hasil belajar.
68.Teori instruksional berdasarkan analisis tugas. Belajar akan terjadi dengan baik
manakala dirancang SBMnya berdasarkan analisis tugas. Dengan demikian lebih
dinamis sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan nyata sehingga dapat
diselaraskan kesenjangan antara teori dan tuntutan aktual. Hasil analisis tugas ini
dapat diurutkan menjadi tugas-tugas belajar, hasilnya dapat diperoleh tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Inilah yang membentuk proses
dan pengalaman belajar yang berorientasi untuk mencapai tujuan termal yang
telah ditetapkan berdasar hasil analisi tugas (Task analisis).
69.Teori Instruksional berdasarkan psikologi humanistik antara lain beranggapan
bahwa pengalaman emosional dan karakteristik seseorang perlu diperhatikan
dalam proses instruksional. Aktualisasi dari pemahman diri, serta realisasi dari
orang yang belajar. Proses belajar dapat berlangsung dengan baik apabila
memiliki pemahaman yang baik tentang dirinya dengan demikian dapat
melakukan pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana akan berkembang.
70.Rogers, Proses belajar perlu adanya tujuan yang dinyatakan secara eksplisit dan
dapat diukur oleh orang lain. Inisiatif yang datang dari diri yang belajar penting
untuk memperkuat pengalaman belajar (experimental learning)
71.Teori belajar instruksional tepat untuk dijadikan dasar pertimbangan teoritis
dalam merencanakan strategi belajar mengajar pendidikan nilai, sebab erat
kaitannya dengan pengembangan dan klarifikasi moral.
TEORI HUMANISTIK Proses belajar menurut teori humanistik harus bertumpu dan bermuara pada diri
manusia sendiri, pemikiran teori humanistik lebih mendekati pemikiran filsafat
pendidikan sehingga terasa teorinya lebih bersifat abstrak.
Teori humanistik lebih mementingkan isi daripada proses belajar namun
kenyataan ini teorinya lebih banyak berbicara pendidikan dan proses pendidikan
yang paling ideal.
Pendekatan ilmu dalam penyusunan SBM lebih bersifat eklektif untuk
menggunakan berbagai teori asal tepat untuk “memanusiakan manusia dalam
mendapatkan aktualisasi diri”.
Proses belajar akan berhasil jika peserta didik telah memahami lingkungan dari
dirinya sendiri, pengalaman belajar dapat mencapai aktualisasi diri.
Teori humanistik aplikasinya tampak dalam model “Meaningful Learning”
(Ausubel) “Taxonomi Bloom” (David Krathwohl dan Benyamin Bloom), Belajar
Empat Tahap (Kolb) dll.
4 Tahap menurut Kolb :
1) Pengalaman kongkrit
2) Pengalaman aktif dan reflektif (mengamati secara aktif, reflektif memahami
pengalaman).
3) Konseptual
4) Eksperimentasi (mengaplikasi).
Ada 4 macam peserta didik menurtu Kolb :
1) Aktivis (melibatkan pada pengalaman baru)
2) Reflektor (banyak pertimbangan sebelum bertindak)
3) Teoris/bukan pragmatis lebih rasional.
4) Pragmatis/lebih tertarik kepada hal yang praktis.
Tiga belajar menurut Hubermas :
1) Belajar teknis (interaksi manusia dengan lingkungan)
2) Belajar Praktis (manusia dengan lingkungan dan manusia dengan manusia)
3) Belajar Emasipatory/menekankan pada pemahaman transpormasi/perubahan
budaya.
Humanistik mementingkan pengalaman belajar keterlibatan siswa yang penuh
dalam belajar mendorong peserta didik untuk berpikir induktif dari contoh ke
konsep, dari kongkrit ke abstrak, dari khusus ke umum.
Teori humanistik aplikasinya terlihat dalam langkah-langkah teknis perumusan
SBM sbb :
1) menentukan tujuan
2) menentukan materi pelajaran
3) mengidentifikasi “entry behavior”
4) mengidentifikasi topik-topik untuk belajar aktif
5) mendesain lingkungan belajar
6) mengaktifkan peserta didik.