HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web...

24
HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJAR HAND 0UT. 04 TEORI BELAJAR 1. Tiga unsur utama dalam PBM : 1) Siswa sebagai peserta didik, 2) Proses belajar yaitu apa yang dihayati peserta didik, apa yang dilakukan mereka dalam mempelajari bahan pelajaran, 3) Situasi belajar yaitu lingkungan dimana terjadi proses belajar mengajar tersebut, termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi. Situasi Belajar Siswa Belajar Proses Belajar Lingkungan Belajar Gambar proses pembelajaran 2. Mengajar pada hakekatnya upaya untuk membelajarkan peserta didik sehingga muncul kegiatan belajar dalam suatu situasi lingkungan, belajar tertentu. Mengajar merupakan aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan (Davies, 1971). 3. Tugas parsial guru tugas selain tugas utamanya adalah merencanakan dan melaksanakan serta mengembangkan proses belajar mengajar (PBM), yakni sebagai “director of learning and manager of teaching” pengelola PBM.

Transcript of HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web...

Page 1: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARHAND 0UT. 04

TEORI BELAJAR

1. Tiga unsur utama dalam PBM : 1) Siswa sebagai peserta didik, 2) Proses belajar

yaitu apa yang dihayati peserta didik, apa yang dilakukan mereka dalam

mempelajari bahan pelajaran, 3) Situasi belajar yaitu lingkungan dimana terjadi

proses belajar mengajar tersebut, termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi.

Situasi Belajar

Siswa Belajar Proses Belajar

Lingkungan Belajar

Gambar proses pembelajaran

2. Mengajar pada hakekatnya upaya untuk membelajarkan peserta didik sehingga

muncul kegiatan belajar dalam suatu situasi lingkungan, belajar tertentu.

Mengajar merupakan aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat

tinggi dan mencakup pengambilan keputusan (Davies, 1971).

3. Tugas parsial guru tugas selain tugas utamanya adalah merencanakan dan

melaksanakan serta mengembangkan proses belajar mengajar (PBM), yakni

sebagai “director of learning and manager of teaching” pengelola PBM.

4. Tugas pengelolaan (managerial) PBM antara lain : 1) Merencanakan PBM

sangat penting sebab menentukan keberhasilan PBM dan arah pengembangan

PBM yang direncanakan lebih baik daripada yang tidak direncanakan. 2)

Mengatur alokasi waktu dan waktu pelaksanaan PBM untuk beberapa pertemuan

atau satu semester, dan 3). Mengusahakan terciptanya situasi belajar,

memfungsionalkan sumber daya pendidikan dan lingkungan yang dapat

membangun dan memperkuat situasi belajar. Tanpa terbentuknya situasi belajar,

tidak akan terjadi proses belajar. 4). Melakukan evaluasi (penilaian) apakah

perencanaan kita pergunakan, untuk terbentuknya situasi belajar sesuai dengan

target dan bagaimana arah perbaikannya.

5. Perencanaan PBM pada dasarnya memberikan pedoman bagi guru untuk

melaksanakan PBM, akan tetapi ketepatan perencanaan PBM tesebut akan

Page 2: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

tampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

lentur (fleksibel) disesuaikan secara kontekstual. Di sinilah berlaku teori bahwa

mengajar itu berdimensi seni, “The Art of Teaching”. Dengan demikian situasi

yang ada dapat dijadikan input bagi perbaikan PBM yang telah direncanakan.

6. Penyimpangan dari suatu rencana PBM bisa saja terjadi bukan saja karena dari

situasi / lingkungan berubah, dapat juga perencanaan kurang akurat, dalam arti

pengambilan keputusan perencanaan kurang tepat. Disamping itu perencanaan

dengan kenyataan lapangan tidak selamanya sepadan (Macth). Dalam kondisi

seperti ini guru memunculkan kemampuan sebagai “Director of Learning”.

7. Gilbert Highest (Biehler & Snowman 1986) berpendapat bahwa mengajar

menackup emosi yang tidak dapat diterapkan secara sistematis tetapi

menyangkut nilai-nilai manusia di luar pengetahuan (Toeti Sukamto, 1994).

8. Mengajar sebagai seni akan muncul manakala guru sudah memiliki kemampuan

profesional didasarkan atas kecintaan pada profesi tersebut. Konsepsi ini berkait

erat dengan tugas mendidik yang sangat berbeda dengan “mengajar” oleh

karena itu dalam pengertian PBM adalah dalam konotasi proses pendidikan.

9. Mengajar tidak akan terjadi apabila tidak terjadi proses belajar. PBM adalah

proses pendidikan, memanusiakan manusia, membelajarkan peserta didik,

memfungsionalkan potensi berfikir dari nilai mengoptimalkan perkembangan

pontesi manusiawi (Suwarma 1991).

10.Terdapat beberapa definisi “belajar” dikemukakan para pakar pendidikan, sangat

dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran filosofis, pengalaman serta

lingkungan. Kajian ilmiah pendidikan melahirkan berbagai teori belajar; oleh

karena itu berbagai teori tersebut dapat dipilih disesuaikan diadaptasi

disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang berakar budaya bangsa.

11.Teori belajar sangat penting dikuasai oleh guru untuk dijadikan landasan teortik

dalam memecahkan berbagai masalah dalam pengelolaan PBM. Inti dari pada

PBM adalah “belajar” maka teori belajar yang mendasari teori mengajar bahkan

teori belajarlah yang melahirkan perilaku mengajar.

12.Menurut Morgan, dkk (1986), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Definisi tersebut

mengisyaratkan bahwa belajar terjadi apabila :

1). Terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

2). Terjadi proses belajar yang membentuk pengalaman belajar. Perubah-

Page 3: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

an perilaku relatif permanen dan tetap ada dalam waktu yang cukup

lama.

13.Belajar yang menyebabkan adanya perubahan perilaku yang membekas dalam

bentuk pengalaman belajar dan hasil belajar proses belajar itu dilakukan secara

sengaja didasarkan motivasi untuk memperoleh sesuatu (Suwarma AM, 1995).

14.Siswa peserta didik adalah pelaku belajar memiliki potensi berfikir, bersikap dan

bertindak (kognitif, afektif, dan psikomotor) secara optimal, dengan demikian

guru, materi pelajaran, alat atau media dll. adalah pembentuk situasi (iklim)

suasana belajar.

15.Motivasi internal yang tumbuh dari diri sendiri peserta didik untuk memahami

sesuatu (berfikir) untuk merasakan sesuatu (afeksi/perasaan) untuk dapat

melakukan sesuatu (psikomotor) adalah kekuatan yang mendorong untuk

melakukan perbuatan belajar.

16.Aliran Behavioristik lebih menekankan bahwa belajar merupakan perubahan

prilaku yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, dimana proses

perubahan tsb. harus dikontrol.

17.Beberapa prinsip belajar, sebagai berikut :

1). Subjek didik adalah pelaku aktif dalam belajar

2). Subjek didik dapat belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung

selama proses belajar

3). Subjek didik belajar sesuai dengan kemampuannya.

4). Belajar akan lebih berarti manakala penguasaan sempurna untuk setiap

langkah.

5). Motivasi belajar akan meningkat apabila diberi tanggung jawab serta

kepercayaan penuh dalam belajar.

(Diadaptasi dari Davies, 1971).

18.Faktor internal yang mempengaruhi belajar antara lain: umur, intelegensia, bakat,

kepribadian, kedewasaan, motivasi, faktor eksternal antara lain : guru, bahan,

pelajaran, alat, situasi / lingkungan, penguatan dll.

19.Teori belajar muncul atas dasar pemikiran filsafat dan empirik mengenai belajar.

Teori belajar lebih bersifat deskriptif mengenai PBM tujuannya a.l.:

1) Membantu memahami proses belajar

2) Mengidentifikasi fakta pendukung, penghambat dan kendala dalam belajar.

3) Memperkirakan/prediksi hasil yang dapat diperoleh

Page 4: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

4) Merupakan dasar perumusan hipotesis PBM yang dapat diuji melalui

penelitian.

5) Meningkatkan dan mengembangkan penalaran dan kemampuan profesio-nal

tentang proses belajar mengajar.

20.Teori belajar dapat menerangkan tentang apa yang terjadi dalam proses belajar.

Menerangkan proses belajar tersebut dilatar belakangi oleh sudut pandang

filsafat tentang hakekat belajar itu sendiri. Dengan demikian secara ilmu dapat

dibedakan untuk setiap aliran :

a). Behaviorisme

b). Kognitivisme

c). Berdasarkan pada psikologi sosial

d). Teori belajar game

e). Teori belajar nilai

21.Behaviorisme memandang manusia dapat dipengaruhi oleh kegiatan atau

kejadian yang ada di lingkungannya yang membentuk pengalaman tertentu bagi

dirinya. Inti konsepsinya mengatakan merupakan perubahan perilaku yang terjadi

berdasarkan paradigma “stimulus respons” S-R/ perubahan perilaku sebagai

hasil interaksi antara SR.

22.S-R memiliki dari beberapa unsur antara lain :

1) Dorongan (drive) dengan merasakan adanya kebutuhan yang melakukan

dorongan untuk melakukan/memenuhi kebutuhan tersebut.

2) Rangsangan (stimulus) yaitu tindakan yang menyebabkan munculnya

respon).

3) Respons yaitu reaksi terhadap stimulus yang diberikan agar merasakan

adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.

23.Behaviorisme menekankan kepada apa yang tampak tidak memperhatikan apa

yang terjadi pikiran atau dibalik perilaku karena tidak terlihat dan tidak dapat

diukur. Karena menekankan kepada apa yang tampak dan terukur, maka

menurut (Leasley dan Harris, 1985) dinyatakan ilmiah, hal ini berkenaan dengan

prinsip ilmiah. Menurut “positivistik”. Dengan demikian behavioristik

menempatkan belajar sebagai suatu proses yang bersifat mekanistis dan

otomatik. Hal ini berkenaan dengan konsep teknologi pendidikan.

hub. langsung24.Paradigma Stimulus Respon seperti S = -------------------------- R

Page 5: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

koneksi

--- Respon akan tejadi jika adanya Stimulus, penguatan diperlukan agar terjadi

stimulus dan respons lagi, (orang yang pertama kali menerangkan teori

hubungan S --- R.

25.Clasical Conditioning suatu S – R yang didasarkan atas reaksi sistem tidak

terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol ahli sistem

urat syaraf atonomi serta gerak refliksi setelah menerima stimulus dari luar.

Stimulus terkontrol ---------------------- respon tidak terkontrol

26.Stimulus tidak terkontrol (US) secara langsung melakukan respon reflek (UR)

yang dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar. Jika stimulus tanpa kondisi

US diberikan suatu stimulus lain yang netral maka kedua stimulus tersebut akan

menghilangkan respon yang refleks (UR) dan akan timbul respon baru (CR).

Stimulus yang diberikan (CS) dengan adanya respons baru (CR) yang

diharapkan maka dapat dikatakan seseorang telah belajar. Perhatikan formula

berikut :

US ------------------- UR

CS US ------------------- UR + CR

CS + US ------------------- UR + CR

CS + US ------------------- + CR

CS ------------------- CR

Maka banyak CS busar US (CS + US) maka mantap CR yang terbentuk.

27.Operan Condition (Skiner) dinyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus

maka seseorang akan memberikan respons berdasarkan hubungan S – R dapat

benar atau salah satu dari yang diharapkan R yang benar perlu diberi penguatan

supaya ingin melakukannya kembali.

S ---------------- R Penguatan

28.Reinforcement (penguatan) terhadap respons dapat diberikan secara terus

menerus (continua reinforcement) dari selang seling (intermittent reinforcement).

Selang-seling dapat dilakukan atas pertimbangan ratio, apabila pemberian

penguatan didasarkan pada jumble respons yang diberikan, dan secara interval

Page 6: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

parabola targeting pada waktu/penguatan dapat pula dibedakan penguatan tetap

(fixed) dan tidak tetap (variabel).

29.Berdasarkan percobaan oleh Skiner ada beberapa prinsip dalam memberikan

penguatan :

1) Setiap langkah dalam PBM perlu dibuat pendek-pendek.

2) Perlu penguatan/membahas pada permulaan belajar.

3) Diperlukan kecepatan pada saat muncul respon yang benar.

4) Perlu kesempatan untuk mengaduk generalisasi dan diskriminasi yang

diterima untuk memperkuat peluang keberhasilan.

30.Perbedaan klasikal dan Operant Condition.

Dalam Clasikal Conditioning response dikontrol oleh pihak luar. Pihak luar yang

memenuhi apa yang akan dijadikan stimulus tersebut. Menurut operant, justru

pihak luar (pengajar) yang harus menanti adanya respons dan pihak yang belajar

dituntut. Penguatan Clasikal mengatakan bahwa stimulus tidak terkontrol

(unconditioned stimulus)/US memiliki hubungan dengan penguatan. Menurut

Operant responlah yang merupakan sumber penguatan.

31.Prinsip Behaviorisme banyak digunakan dalam dunia pendidikan Hartley &

Devaies 1798. Prinsip-prinsipnya antara lain :

1) Partisipasi aktif dari peserta didik sebagai aktor dalam belajar.

2) Mata pelajaran.

3) Pemberian umpan balik secara langsung terhadap respon akan segera

diketahui betul tidaknya respon tersebut.

4) Pemberian penguatan secara segera terhadap respon yang benar akan lebih

baik dari pada memberikan penguatan negatif.

32.Behaviorisme penerapannya tampak dalam model belajar tuntas (mastery

Learning). Paket belajar mandiri, disimpulkan bahwa setiap orang dapat belajar

dengan baik apabila diberi waktu yang cukup dengan PBM yang dirancang

dengan baik.

33.Kognitivisme melahirkan teori belajar kognitif atau konseptual yang menyatakan

bahwa perilaku tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta

pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.

Menurut Kognitivisme belajar adalah perubahan persep-si dan pemahaman yang

tidak selamanya dapat teramati sebagai perilaku. Galloway (1976) penganut

kognitivisme mengemukakan bahwa, belajar merupakan suatu proses internal

Page 7: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan Informasi, emosi dan faktor lain.

Proses belajar mencakup pengaturan stimulus yang diterima disesuaikan dengan

struktur kognitiv yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan

pengalaman-pengalaman sebelumnya.

34.Kognitivisme paradigmanya menempatkan bahwa stimulus (S) menye-babkan

adanya perubahan internal dalam diri individu yang menyebabkan munculnya

respons yang dapat dilihat.

Stimulus -------------Perubahan internal ---------------Respons

Teori kognitivisme lebih mengutamakan kepada proses belajar dari pada hasil

belajar, belajar tidak hanya melibatkan stimulus dan respons akan tetapi belajar

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Penganutnya antara lain :

Piaget, Ausable, Bruner.

35.Piaget penganut kognitivisme, mengemukakan bahwa perkembangan kognitif

merupakan suatu proses genetik, didasarkan pada mekanisme & biologis dengan

sistem syaraf bertambah umur seseorang akan bertam-bah pula kemampuannya

dan bertambah pula sel syarafnya.

36.Adaptasi biologis dengan lingkungan akan terjadi yang mengakibatkan akan

terjadi perubahan kualitatif dalam struktur kognitif. Proses asimilasi terjadi apabila

seseorang memproses informasi disesuaikan dengan struktur kognitifnya yang

telah dimilikinya.

37.Menurut Piaget belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap

perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Menurut teori ini umur turut

menentukan pencapaian tahap-tahap perkembangan. Dengan demikian tahapan

tersebut tidak dapat diloncati. Ada 4 tahapan perkembangan berdasarkan usia :

1. 0 – 2 th sensori motorik yang bersifat eksternal

2. 2 – 6 th preoperasional

3. 6/7 – 11/12 th operasional

4. 11/12 – 18 th formal bersifat internal.

38.Menurut Piaget memilih kegunaan dalam rangka merancang strategi belajar

antara lain dalam hal :

1) menentukan tujuan/sasaran belajar dapat disesuaikan dengan tahap-tahap

belajar untuk usia tertentu sehingga secara umum relatif terjamin

ketepatannya.

Page 8: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

2) Penentuan materi dapat mengacu pada tahap berpikir, sehingga secara

umum diperoleh tujuan materi yang relatif tepat dengan tingkat dan

kemampuan berpikir.

3) Penetapan proses belajar mengajar serta penciptaan situasi belajar dapat

mengacu kepada tahap perkembangan tersebut.

39.Teori kognitif Bruner menekankan kepada adanya pengaruh kebudayaan

terhadap tingkah laku seseorang. Dinyatakan bahwa perkembangan bahasa

besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Sebaliknya Piaget

menyatakan bahwa perkembangan kognitif mempengaruhi perkem-bangan

bahasa seseorang.

40.Bruner mengemukakan perkembangan kognitif terjadi melalui 3 tahap yang

ditentukan oleh cara memandang lingkungan. Teorinya dinamakan “free

Discovery” belajar memberikan kesempatan untuk menemukan konsep dan

informasi secara induktif. Lawan dari teori “free discovery” adalah “belajar

ekspositasi”.

41. Implikasi dari Teori Piaget tersebut antara lain :

1) Perkembangan berfikir berlangsung secara bertahap sesuai dengan usia.

2) Untuk dapat mencapai kemampuan berfikir tinggi diperlukan dukungan usia

yang memadai.

3) Materi pelajaran mesti disesuaikan dengan tahap perkembangan dan usia.

42.Kritik terhadap Teori Piaget antara lain :

1) Belajar optimal tidak selamanya ditentukan oleh fakor usia ada beberapa

anak yang dapat mempelajari materi menuntut berfikir tinggi melampaui batas

usianya.

2) Banyak yang memiliki usia cukup untuk berfikir formal secara internal

mendapat kesulitan sehingga memerlukan bantuan yang kongkrit.

3) Adakalanya keterampilan lebih baik dipelajari berdasarkan urutan bukan

berdasarkan umur.

43.Tahap enaktif individu melakukan kegiatan untuk memahami lingkungan tahap

ikonik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, ketiga tahap

simbolik memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh

bahasa dan logika. Untuk memperkuat tahap simbolik ini proses belajar sering

menggunakan media pelajaran. Pada orang dewasa tidak lagi menggunakan

tahap enaktif dan ikonik.

Page 9: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

44.Bruner berpendapat bahwa tidak perlu anak ditunggu hingga mencapai tahap

perkembangan tertentu, bahan yang diatur lebih baik maka individu dapat belajar

walaupun umurnya belum memenuhi tahap perkembangannya. Bruner

berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan

dengan menyajikan bahan-bahan sesuai dengan tingkat perkembangannya.

45.Ada beberapa prinsip yang diajukan Bruner antara lain :

1) Ketergantungan individu terhadap stimulus akan makin berkurang manakala

makin tinggi tingkat perkembangan intelektualnya.

2) Perkembangan kemampuan internal dalam proses informasi akan mempe-

ngaruhi pertumbuhan seseorang.

3) Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengu-

tarakan pendapat dan gagasan melalui simbol.

4) Perlu adanya interaksi yang sistematik antara pendidik dengan subjek didik

5) Perkembangan kognitif dapat meningkatkan kemampuan berpikir beberapa

alternatif secara serentak, memberikan perhatian terhadap beberapa stimulus

dan situasi sekaligus.

46.Bruner beranggapan bahwa berpikir inhertif tidak pernah dikembangkan di

sekolah, sebaiknya sekolah mengembangkan berpikir analitis, cara yang baik

dalam belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses

intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.

47.Teori Belajar bermakna didasarkan atas banyak hasil belajar yang menekankan

kepada belajar Asosiatif atau menghadapi dimana materi pelajaran dihapalkan

bukan dipikirkan untuk memperoleh makna. Untuk mengatasinya perlu adanya

bahan yang disusun secara bermakna menarik untuk dipikirkan, dan

dikembangkan situasi belajar yang bermakna pula diperkuat dengan motivasi

yang tinggi.

1) Belajar hakekatnya merupakan proses alami

2) Setiap orang memiliki keinginan untuk belajar didasarkan atas rasa ingin tahu

3) Setiap orang mempunyai motivasi belajar, karena memiliki kebutuhan dan

keinginan untuk memenuhinya.

4) Belajar akan efektif apabila bahan pelajaran diberikan sesuai dengan

kebutuhan.

5) Peserta didik sebagai subjek belajar perlu diberi tanggung jawab atas

belajarnya sendiri.

Page 10: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

6) Peserta didik diberi kesempatan memilih bahan pelajaran sendiri.

7) Belajar terjadi sebagai proses interaksi yang dapat berpola satu arah

terbentuk dengan adanya stimulus yang melahirkan respon, dan dua arah

apabila perilaku yang terjadi merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.

8) Proses belajar akan lebih baik apabila melibatkan emosi dan perasaan

termasuk nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan belajar.

48.Teori belajar Gagne merupakan gabungan antara behaviorisme dengan

kognitivisme, ada beberapa macam hasil belajar :

1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural mencakup diskriminasi

konsep, prinsip dan pemecahan masalah diperoleh melalui materi yang

disajikan di sekolah.

2. Strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan

mengatur proses internal dalam memperhatikan, belajar, mengingat dengan

berpikir.

3. Informasi verbal yaitu kemampuan mendiskripsikan dengan kata-kata melalui

pengaturan informasi yang relevan.

4. Hubungan sangat penting untuk diperkuat, menurut Bruner bahan harus

dihubungkan dengan bahan lain dan memainkan dalam hubungan tersebut.

Ausable materi dihubungkan dengan materi yang telah ada dimiliki.

5. Proses belajar harus berlangsung seperti apa adanya tidak boleh

dimanipulasi dalam bentuk eksperimen di laboratorium.

6. Merupakan teori kognitif mempelajari proses di dalam berfikir tidak terbatas

pada dimensi eksternal.

7. Ditekankan akan pentingnya bahasa sebagai alat berfikir.

8. Perubahan penyajian kearah yang lebih bermakna.

49.Perbedaan teori belajar Behaviorisme denga Kognitivisme

Behaviorisme Kognitivisme

1. Belajar merupakan mekanisme yang perifesik diluar otak.

2. Hasil belajar merupakan kebia-saan dengan urutan respons yang lancar.

3. Belajar merupakan trial and eror, ada unsur yang sama pada masalah yang sekarang

1. Belajar terjadi secara internal da-lam otak.

2. Hasil belajar berupa struktur kog-nitif dengan menekankan pengeta-huan faktual.

3. Menekankan adanya pemahaman tentang yang dihadapi sekarang dengan yang lalu.

Page 11: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

dengan yang lalu

50.Teori belajar berdasarkan psikologi sosial muncul sebagai kritik terhadap teori

belajar behaviorisme dan kognitivisme. Prinsip teori belajar ini antara lain

sebagai berikut :

1) Belajar hakekatnya merupakan proses alami

2) Setiap orang memiliki keinginan untuk belajar didasarkan atas rasa ingin tahu

3) Setiap orang mempunyai motivasi belajar, karena memiliki kebutuhan dan

keinginan untuk memenuhinya.

4) Belajar akan efektif apabila bahan pelajaran diberikan sesuai dengan

kebutuhan.

5) Peserta didik sebagai subjek belajar perlu diberi tanggung jawab atas

belajarnya sendiri.

6) Peserta didik diberi kesempatan memilih bahan pelajaran sendiri.

7) Belajar terjadi sebagai proses interaksi yang dapat berpola satu arah

terbentuk dengan adanya stimulus yang melahirkan respon, dan dua arah

apabila perilaku yang terjadi merupakan hasil interkasi dengan lingkungan.

8) Proses belajar akan lebih baik apabila melibatkan emosi dan perasaan

termasuk nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan belajar.

Ausubel mengemukakan teori bermakna

Materi

Situasi Bermakna

Motivasi

51.Teori Ausubel adalah “advance organizers” untuk meningkatkan kemampuan

dalam mempelajari informasi. Yang dimaksud dengan “organizers” adalah

kerangka abstraksi ringkasan konsep-konsep dasar yang harus dipelajari

berhubungan dengan apa yang ada dalam struktur kognitif.

Konsep materi baru

Organizers Materi yang dipelajari

Konsep/materi dalam struktur kognitif

Diadaftasi dari SBM 1995.

Page 12: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

52. Implikasi Teori David Ausubel, belajar akan berhasil apabila bahan dan situasi

belajar diorganisir secara bermakna diperkuat dengan motivasi yang tinggi.

Langkah-langkah dalam SBM sebagai berikut :

1. Menganalisis kesiapan peserta didik

2. Menyeleksi dan menyajikan dalam bentuk konsep inti (key concept) kongkrit

dapat memasukan hal yang kontropersial.

3. Mengidentifikasi konsep yang harus dikuasai dari materi baru.

4. Memberikan gambaran yang menyeluruh dari semua bahan yang dipelajari.

5. Menggunakan prinsip advance organizers dalam pengorganisasian bahan.

6. Berupaya agar peserta didik memahami prinsip-prinsip dan berbagai

hubungannya.

53.Jika dibandingkan teori belajar Bruner dan Ausubel, tampak Bruner menekankan

adanya penemuan/discovery, sedangkan Ausubel menekan-kan pada resepsi

dengan proses internalisasi melalui mempelajari bahan yang dikembangkan

dengan prinsip Advance organizers.

54.Reilley & Lewis (1983) menunjukan kesamaannya antara lain seperti diadaptasi

sbb :

1. Menekankan pada makna pemahaman Bruner dengan cara induktif

sedangkan menurut Ausubel dapat di asimilasi secara deduktif.

2. Dengan dikuasai materi substantif, maka materi baru akan ditransfer secara

lebih luas.

3. Menekankan kepada prisip belajar konsep.

4. Menekankan kepada “struktur” Bruner “Struktur ilmu”, Ausubel, organisasi

materi dalam struktur kognitif.

55.Langkah belajar menurut teori belajar bermakna adalah :

1. Mengukur kemampuan anak

2. Menseleksi dan menyusun materi dalam bentuk konsep.

3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai.

4. Memberikan pemahaman/wawasan yang menyeluruh tentang apa yang harus

dipelajari.

5. Menggunakan prinsip Advan organizers

6. Mengusahakan pemahaman konsep dan prinsip yang ada hubung-annya.

Page 13: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

56.Menurut Gagne belajar bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara alami

akan tetapi terjadi jika terdapat unsur internal yang menyangkut kesiapan peserta

didik, sedangkan fakta eksternal merupakan situasi belajar dan guru/pendidik

dengan tujuan mempelancar proses belajar.

57.Gagne

1. Keterampilan inteketual

2. Strategi kognitif

Hasil belajar 3. Informasi verbal

4. Keterampilan motorik

5. Sikap.

58.Teori Instruksional lebih menekankan prinsip-prinsip yang dapat dipakai untuk

memecahkan masalah praktis di dalam pengajaran dan bagaimana situasi

praktis yang terdapat dalam kehidupan nyata sehari-hari.

59.Prinsip teori instruksional lingkungan belajar mengemukakan bahwa 1) belajar

merupakan keterampilan proses yang bersifat individual yang merubah stimulus

kedalam sejumlah informasi dan hasil belajar dalam bentuk keterampilan, 2)

kemampuan hasil belajar dikategorikan yang praktis, dan teoritik, 3) peristiwa

pada saat berlangsung belajar mempengaruhi proses belajar terutama adanya

kejadian-kejadian khusus.

60.Perhatian utama dari teori instruksional kepada penciptaan situasi atau

lingkungan belajar. Perencanaan SBM adalah pengembangan penciptaan situasi

belajar tersebut sehingga terjadi peristiwa belajar, situasi belajar tersebut harus

berupaya memberikan kemudahan proses belajar peserta didik.

61.Teori belajar dan teori instruksional sama-sama dikembangkan berdasarkan

pada prinsip-prinsip psikologi, perbedaan pada penekanan teori belajar

menekankan kepada pemahaman karakteristik individual dan prilakunya

sedangkan intruksional secara khusus memberikan perkem-bangan dalam

pemilihan metode yang secara prekrefsi apa yang harus dilakukan oleh pendidik.

62.Teori instruksional terdiri dari :

1. Pendekatan modifikasi tingkah laku

2. Teori instruksional konstruk kognitif

3. Teori instruksional berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan teori instruksional

berdasarkan psikologi humanistik.

Page 14: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

63.Pendekatan modifikasi tingkah laku teori ini didasarkan pada teori Skiner yang

menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dimodifikasi/dilatih sebab

binatangpun sifatnya kompleks. Teori ini menengok perlunya menggunakan

prinsip-prinsip penguatan (reinforcement) dilakukan dalam menciptakan situasi

dan lingkungan belajar sehingga belajar dapat berjalan untuk itu tugas belajar

harus dirumuskan secara spesifik terukur, setiap masalah memiliki jawaban yang

benar sehingga penguatan dapat digunakan secara tepat dan benar.

64.Teori instruksional konstruk kognitif didasarkan atas pendapat Bruner bahwa

pengalaman belajar harus memuat proses penemuan (discovery) yang

menemukan/merencanakan informasi baru dan keterampilan baru dengan

memperhatikan `keterkaitan dengan informasi dan keterampilan yang telah

dimiliki.

65.Menurut Teori Instruksional Kognitif pemikiran akan terbentuk melalui belajar

apabila didasarkan atas motivasi pelaku belajar dengan pengaturan terhadap

struktur bahan yang akan dipelajari, diperkuat dengan pengalaman-pengalaman

belajar yang diurutkan secara baik.

66.Tugas penciptaan situasi belajar meliputi :

1. Upaya menumbuhkan motivasi

2. Pengaturan dan pengorganisasian materi pelajaran supaya mudah dipelajari

3. Menetapkan dan mengurutkan langkah-langkah pengalaman belajar.

67.Dalam teori Instruksional berdasarkan prinsip-prinsip belajar seperti dikemukakan

oleh Bugelski yang diadaptasi sbb :

1. Perhatian dan responsif terhadap materi pelajaran sangat penting dalam

belajar.

2. Belajar memerlukan waktu tertentu, untuk kurun waktu tertentu peserta didik

hanya dapat mempelajari sejumlah materi tertentu.

3. Terdapat semacam “alat pengontrol” dalam diri individu yang belajar untuk

mengontrol motivasi dan menentukan sampai sejauhmana dan dalam bentuk

apa seseorang akan berperilaku dalam konteks situasi belajar.

4. Proses belajar merupakan fakta penting yang berfungsi untuk memulai/

mengontrol hasil belajar.

68.Teori instruksional berdasarkan analisis tugas. Belajar akan terjadi dengan baik

manakala dirancang SBMnya berdasarkan analisis tugas. Dengan demikian lebih

dinamis sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan nyata sehingga dapat

Page 15: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

diselaraskan kesenjangan antara teori dan tuntutan aktual. Hasil analisis tugas ini

dapat diurutkan menjadi tugas-tugas belajar, hasilnya dapat diperoleh tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Inilah yang membentuk proses

dan pengalaman belajar yang berorientasi untuk mencapai tujuan termal yang

telah ditetapkan berdasar hasil analisi tugas (Task analisis).

69.Teori Instruksional berdasarkan psikologi humanistik antara lain beranggapan

bahwa pengalaman emosional dan karakteristik seseorang perlu diperhatikan

dalam proses instruksional. Aktualisasi dari pemahman diri, serta realisasi dari

orang yang belajar. Proses belajar dapat berlangsung dengan baik apabila

memiliki pemahaman yang baik tentang dirinya dengan demikian dapat

melakukan pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana akan berkembang.

70.Rogers, Proses belajar perlu adanya tujuan yang dinyatakan secara eksplisit dan

dapat diukur oleh orang lain. Inisiatif yang datang dari diri yang belajar penting

untuk memperkuat pengalaman belajar (experimental learning)

71.Teori belajar instruksional tepat untuk dijadikan dasar pertimbangan teoritis

dalam merencanakan strategi belajar mengajar pendidikan nilai, sebab erat

kaitannya dengan pengembangan dan klarifikasi moral.

TEORI HUMANISTIK Proses belajar menurut teori humanistik harus bertumpu dan bermuara pada diri

manusia sendiri, pemikiran teori humanistik lebih mendekati pemikiran filsafat

pendidikan sehingga terasa teorinya lebih bersifat abstrak.

Teori humanistik lebih mementingkan isi daripada proses belajar namun

kenyataan ini teorinya lebih banyak berbicara pendidikan dan proses pendidikan

yang paling ideal.

Pendekatan ilmu dalam penyusunan SBM lebih bersifat eklektif untuk

menggunakan berbagai teori asal tepat untuk “memanusiakan manusia dalam

mendapatkan aktualisasi diri”.

Proses belajar akan berhasil jika peserta didik telah memahami lingkungan dari

dirinya sendiri, pengalaman belajar dapat mencapai aktualisasi diri.

Teori humanistik aplikasinya tampak dalam model “Meaningful Learning”

(Ausubel) “Taxonomi Bloom” (David Krathwohl dan Benyamin Bloom), Belajar

Empat Tahap (Kolb) dll.

4 Tahap menurut Kolb :

Page 16: HAND OUT STRATEGI BELAJAR MENGAJARfile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewtampak secara kontekstual dalam “situasi nyata”, untuk pelaksanaannya perlu

1) Pengalaman kongkrit

2) Pengalaman aktif dan reflektif (mengamati secara aktif, reflektif memahami

pengalaman).

3) Konseptual

4) Eksperimentasi (mengaplikasi).

Ada 4 macam peserta didik menurtu Kolb :

1) Aktivis (melibatkan pada pengalaman baru)

2) Reflektor (banyak pertimbangan sebelum bertindak)

3) Teoris/bukan pragmatis lebih rasional.

4) Pragmatis/lebih tertarik kepada hal yang praktis.

Tiga belajar menurut Hubermas :

1) Belajar teknis (interaksi manusia dengan lingkungan)

2) Belajar Praktis (manusia dengan lingkungan dan manusia dengan manusia)

3) Belajar Emasipatory/menekankan pada pemahaman transpormasi/perubahan

budaya.

Humanistik mementingkan pengalaman belajar keterlibatan siswa yang penuh

dalam belajar mendorong peserta didik untuk berpikir induktif dari contoh ke

konsep, dari kongkrit ke abstrak, dari khusus ke umum.

Teori humanistik aplikasinya terlihat dalam langkah-langkah teknis perumusan

SBM sbb :

1) menentukan tujuan

2) menentukan materi pelajaran

3) mengidentifikasi “entry behavior”

4) mengidentifikasi topik-topik untuk belajar aktif

5) mendesain lingkungan belajar

6) mengaktifkan peserta didik.