Halusinasi4

49
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI Ns. Dwi Putri P, S.Pd, M.Kep, Sp Jiwa

description

jiwa

Transcript of Halusinasi4

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI : HALUSINASI

Ns. Dwi Putri P, S.Pd, M.Kep, Sp Jiwa

A. Konsep Dasar Gang.Persepsi Sensori: Halusinasi

1. Persepsi : Ad. Proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari & dimengerti.

2. Sensori/ Penginderaan/ Sensation: Proses penerimaan rangsang oleh reseptor sensori tubuh.

3. Gang.Persepsi Sensori ad.ketidak mampuan manusia dlm membedakan ransang yg timbul dr sumber internal(pikiran,perasaan,sensasi somatik) dg impuls & stimulus eksternal. Dg maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dlm membandingkan & mengenal mana yg mrpk respon dari luar dirinya.

Manusia dg Ego sehat dpt:• Membedakan antara fantasi & kenyataan.• Menggunakan proses pikir yg logis, membedakan dg

pengalaman & dpt memvalidasi serta mengevaluasi scr akurat.Jika ego diliputi rasa kecemasan yg tinggi, maka kemampuan untuk menilai realitas akan terganggu.Gang. persepsi dpt terjadi pd proses sensori pendengaran, penglihatan,penciuman, perabaan atau penengecapan dpt bersifat ringan – berat sementara – lama (Harber, Judith, 1987:725)

4.Halusinasi• Mrpk salah satu gang.persepsi, dimana tjd

pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indera salah).

• Cook & Fontaine, 1987 : Persepsi sensorik ttg suatu objek, gambaran & pikiran yg sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar, yg dpt meliputi semua sistem penginderaan.

• Wilson, 1983: Gang.penyerapan/persepsi panca indra tanpa adanya rangsang dari luar yg dpt tjd pd sistem penginderaan dimana tejd pd saat kesadaran individu itu penuh & baik

Halusinasi• Salah satu disfungsi yg paling sering terjadi pd

Skizoprenia & mengganbarkan hilangnya kemampuan menilai realita.

• Skizoprenia diawali dg tjdnya anxietas yg berat & tdk dpt diatasi oleh klien.

• Klien tdk mampu mengatasi & mengontrol pikiran,perasaan, persepsi & perilakunya. Fungsi egonya terpecah & tak terintegrasi shg gagal mengenal diri sendiri dan berintegrasi dg lingkungannya

• Dg halusinasi klien mencoba memenuhi keinginan yg tdk terpenuhi didunia nyata (mis: Komunikasi & Ketergantungan).

5. Jenis Halusinasi (Wilson & Kneisl,1988)

1. Halusinasi dengar (akustik,auditorik) : Mendengar suara yg membicarakannya, mengejek, menertawakan atau mengancam dirinya sering tjd pd Skizoprenia.

2. Halusinasi penglihatan (Visual). Merasa melihat pemandangan, orang, hewan atau sesuatu yg tdk ada objeknya yg dpt memberikan rasa nyaman atau ketakutan.

3. Halusinasi penciuman (olfaktori) mengatakan mencium bau-bauan bunga,kemenyan,mayat dsb yg tdk ada sumbernya (jarang terjadi)

4. Halusinasi Pengecapan(Gustatori): merasa ada suatu rasa dimulutnya & sering dijumpai pd kasus “Seizure Disorder”

5. Halusinasi Raba (Taktil) merasa ada binatang yg merayap pd kulitnya atau ada orang yg memukul/ mencubitnya. Sering didpt pd klien dg akut alkohol withdrawal.Halusinasi dpt terjadi tunggal ataupun secara bersamaan(dengar &lihat)Halusinasi menyebabkan perubahan yg jelas pd kehidupan nyata shg klien sulit diajak komunikasi mengenal diri & lingk. Serba sulit mengukur afek (emosi) yg tdp pd klien tsb.

6. Psikopatologi Halusinasi

Haber & Judith, 1987 perkembangan halusinasi melalui 4 fase:

a. Fase I : individu mengalami anxietas,stress,perasaan terpisah & kesepian. Klien melamun & memfokuskan pd hal-2 yg menyenangkan utk menghilangkan kecemasan & stressnya. Cara ini menolong sementara & klien masih dpt mengontrol kesadaran, mengenal pikiran sbg bagian dari dirinya meskipun intensitas persepsi meningkat.

b. Fase II ansietas meningkat yg dipengaruhi oleh pengalaman yg bersumber pd pengalaman interna & eksterna. Klien berada pd tingkat mendengarkan halusinasinya. Pemikiran eksternal > menonjol. Gambaran halusinasi berupa suara & sensori yg berupa bisikan yg tdk jelas, akan tetapi klien takut apabila ada orang lain yg mendengar/ memperhatikannya. Perasaan klien tdk efektif utk mengontrol pikiran tsb. Klien bersuaha membuat jarak dg halusinasinya dg cara memproyeksikan pengalaman shg halusinasi seolah-olah datang dari orang lain atau tempat lain.

c. Fase III : Halusinasi lebih menonjol, menguasai & mengontrol pemikiran klien. Klien menjadi terbiasa atas halusinasinya & tdk berdaya atas halusinasi tersebut, yg menjadi kesenangan & keamanan yg bersifat sementara.

d. Fase IV : Klien merasa tdk berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi dari yg menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah & memarahi. Klien merasa tdk mampu membentuk hubungan yg berarti dg orang lain, karena terlalu sibuk dg halusinasinya. Klien berada dlm dunia yg menakutkan dlm waktu singkat, beberapa saat atau selamanya.

Gail Wiscarz,Stuart & Sandra J.Sunddena. Tahap I : Menenangkan – Ansietas Tingkat

SedangScr umum halusinasi bersifat menyenangkan.Karakteristik: Klien berada dlm kondisi ansietas, kesepian, rasa bersalah & takut mencoba memusatkan pd penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu tahu bahwa pikiran & sensori yg dialami tsb dpt dikendalikan jikaansietas dpt diatasi (Nonpsikotik)

b. Tahap II : Menyalahkan – Ansietas Tk. Berat

• Scr umum halusinasi menjijikan

• Karakteristik : Pengalaman sensori bersifat menjijikkan & menakutkan. Klien mulai merasa kehilangan kendali & mungkin berusaha menjauhkan diri dr sumber yg dipersepsikan, klien mungkin merasa malu & menarik diri (Non Psikotik)

c. Tahap III : Mengendalikan – Ansietas Tk.Berat

• Pengalaman sensori menjadi penguasa.

• Klien tak kuasa melawan halusinasinya & membiarkan halusinasi menguasahi dirinya.

• Isi Halusinasi : permohonan & klien merasa kesepian jika pengalaman sensori ini berakhir ( Psikotik )

d. Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas Tk.Panik

• Scr umum halusinasi lebih rumit & saling terkait dg Delusi.

• Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika klien tdk mengikuti perintah : halusinasi dpt berlangsung dlm beberapa jam atau hari & bila tdk mendapat intervensi teraupetik (Psikotik)

7. ETIOLOGI• Mary Durant Thomas, 1991 : Skizoprenia, depresi atau

keadaan psikosa lain, keadaan delirium, demensia & kondisi yg berhubungan dg alkohol & zat.

• Dpt juga pd Epilepsi, infeksi sistemik & gang. Metabolik.

• Dpt sbg efek samping pengobatan anti depresant, antikolinergik, anti inflamasi, antibiotik & halusinogenik lain.

• Dpt tjd pada orang normal pd individu yg mengalami isolasi, perubahan sensorik (buta, tuli & permasalahan pd pembicaraan)

8. Manifestasi Klinik

Tahap I

Menyeringai atau tertawa yg tdk sesuai

Menggerakkan bibirnya tanpa bersuara

Gerak mata yg cepat

Respon verbal yg lambat

Diam & dipenuhi oleh sesuatu yg mengasikkan

Tahap IIPeningkatan aktivitas SSO yg menunjukkan ansietas : TPR naik.Penyempitan kemampuan konsentrasiDipenuhi pengalaman sensori & mungkin kehilangan kemampuan membedakan halusinasi & kenyataan.

Tahap IIILebih mengikuti perintah halusinasi dibandingkan dg menolak halusinasinyaKesulitan dlm berhubungan dg orang lainRentang perhatian hanya beberapa menit atau detikGejala fisik ansietas berat : spt berkeringat, tremor, ketidak mampuan mengikuti petunjuk.

Tahap IV :Perilaku menyerang, teror seperti panik.Sangat berpotensi bunuh diri atau membunuh orang lainKegiatan fisik yg merefleksikan halusinasi spt amuk, agitasi, menarik diri atau kataton.Tdk mau berespon thd petunjuk yg kompleksTdk mampu berespon thd lebih dari satu orang

B. Asuhan Keperawatan

• Klien dg halusinasi sukar mengontrol diri & sukar berhubungan dg orang lain.

• Perawat harus punya kesadaran diri yg tinggi agar dpt mengenal, menerima & mengevaluasi perasaan sendiri shg dpt menggunakan diri scr teraupetik.

• Dibutuhkan sikap jujur, empati, terbuka, selalu memberi penghargaan namun tdk boleh tenggelam & menyangkal halusinasi klien.

1. Pengkajian

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Perkembangan : Jika tugas perkembangan mengalamai hambatan & hub. Interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress & kecemasan.

2) Faktor Sosio Kultural : Fakto ryg menyebabkan seseorang merasa disingkirkan shg merasa kesepian thd lingkungan dimana klien dibesarkan.

3) Faktor Biokimia : Stress yg berkepanjangan pd individu meningkatkan produk halusinogenik neurokimia (Buffofenon & Dimetytransferasi / DMP)

4) Faktor Psikologis : Hub. Yg tdk harmonis, peran ganda yg bertentangan & sering diterima individu.

5) Faktor Genetik : Gen apa yg menunjukkan skizofgrenia blm diketahui tetapi hasil studi menunjukkan faktor keluarga menunjukkan hub yg sangat berpengaruh.

b. Faktor Presipitasi

• Stimulus yg dipersepsikan klien sbg tantangan, ancaman/ tuntutan yg memerlukan energi ekstra untuk koping.

• Rangsangan lingkungan yg berlebihan : Partisipasi klien dlm kelompok, terlalu lama berkomunikasi, objek yg ada dilingkungan, suasana isolasi & kesepian sbg pencetus halusinasi. Dan tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

c. Prilaku

• Respon klien thd halusinasi dpt berupa : Curiga, ketakutan, rasa tdk aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tdk mampu mengambil keputusan dan tak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tak nyata.

Rawlins & Heacock, 1993.

1) Dimensi Fisik : Manusia dibangun atas 5 indera yg mennggapi rangsang eksternal dr lingk. Halusinasi dpt timbul karena : Kelelahan luar biasa, obat-2an, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol & insomnia yg lama.

2) Dimensi Emosional: Perasaan cemas yg berlebihan atas problem yg tdk dpt diatasi merupakan penyebab halusinasi. Klien tdk tdk sanggup menentang perintah halusinasi shg klien berbuat sesuatu thd ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual : Individu dg halusinasi akan memperlihatkan fungsi ego. Pd awalnya halusinasi mrpk usaha dari ego utk melawan impuls yg menekan, namun akhirnya menjadi suatu hal yg menimbulkan kewaspadaan & mengambil alih seluruh perhatian.

4) Dimensi Sosial : Cenderung menyendiri, asik dg halusinasinya seolah-2 tempat memenuhi keb.interaksi sos. & kontrol harga diri yg tdk diperoleh didunia nyata. Isi halusinasi dpt menjadi kontrol thd halusinasi tsb shg perintah halusinasi dpt berupa ancaman diri atau orla.

5) DimensiSpiritual : Manusia ciptaan Tuhan sbg makhluk sosial shg interaksi mrpk keb. Dasar. Pd klien halusinasi cenderung menyendiri, tdk sadar sbg makhluk sosial, tdk sadar keberadaannya & halusinasi sbg kontrol kehidupannya. Saat klien dikuasai halusinasi akan kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

d. Sumber Koping

• Suatu evaluasi pilihan koping & strategi klien. • Ind. Yg stress & ansietas akan menggerakkan

sumber koping dilingkungan.• Sbg modal pemecahan masalah, dukungan sosial

& keyakinan budaya yg membantu mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress & mengadopsi strategi koping yg berhasil.

e. Mekanisme Koping

• Upaya yg dilaksanakan pd pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaiaan masalah langsung & mekanisme pertahanan yg digunakan untuk melindungi diri.

2. Diagnosa KeperawatanResiko PK pd diri & orla

Gang.Persepsi Sensori : Halusinasi CP

Efek

Isolasi sosial : Menarik Diri Etiologi

Gang. Konsep Diri : HDR Kronik

Tdk mampu merawat diri

Defisit Perawatan diri

Diagnosa Keperawatan

1. Resti PK pd diri, lingk. & orla 2. Gang. Persepsi sensori : halusinasi …..3. Isolasi sosial : menarik diri 4. Defisit perawatan diri 5. dst

Generasi kita akan semakin

berat menghadapi tantangan hidup ini kawan !.

Hadapi stress dg dewasa

Atasi masalah

tanpa masalah

coy..!Saya pikir

memang demikian

.

Obrolan para bayi millenium

Ok, baby It’s right

Emangnya Pegadaian..!

Ah.. Tak ada rotan akarpun jadi.. Tak

ada susu tanganpun

jadi.nyammm….

Itu regresi

Merumuskan Diagnosa Keperawatan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi (dengar/lihat/kecap/hiduan/raba)

Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

Tujuan :

1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

SP I

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi

6. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

7. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)

• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

• Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

• Tujuan:– Keluarga dapat terlibat dalam perawatan

pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah

– Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

Tindakan:

1. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.

2. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.

3. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Evaluasi

• Menilai kemampuan pasien dan keluarga serta perawat

• Gunakan format yang tersedia lihat modul

Evaluasi pada pasien:

• Pasien mengenal halusinasi

• Pasien mampu menggunakan cara mengontrol halusinasi:– Menghardik– Bercakap-cakap– Membuat jadwal kegiatan– Melakukan kegiatan sesuai jadwal– Menggunakan obat secara teratur

Evaluasi kemampuan keluarga:

• Menyebutkan pngertian halusinasi• Menyebutkan jenis halusinasi• Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi• Memperagakan cara memutus halusinasi• Mengajak bercakap-cakap saat halusinasi• Memantau aktivitas sehari-hari sesuai jadwal• Memantau dan memenuhi obat untuk pasien• Menyebutkan sumber pelayanan kesehatan yang

tersedia• Memanfaatkan sumber yankes terdekat

Asuhan keperawatan kepada kelompok pasien halusinasi

• Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

• Lihat buku TAK untuk panduan

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

• Sesi I: Mengenal halusinasi

• Sesi II: Mengontrol dengan menghardik

• Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

• Sesi IV: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

• Sesi V: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Pertemuan Kelompok Keluarga

• Kelompok Besar:– Membahas tentang halusinasi, proses

terjadinya, dan cara penangannya– Diskusi tentang pengalaman menangani

halusinasi

• Kelompok kecil:– Sharing cara merawat pasien di rumah

Terimakasih