halugchg
-
Upload
aprilliarhatdnasarie -
Category
Documents
-
view
220 -
download
5
description
Transcript of halugchg
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal”,
halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari dari kehidupan mental penderita
yang “terepsesi”. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organic
fungsional, psikotik maupun histerik ( Iyus yosep, hal 79 )
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal.
Hal ini dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari
rangsang yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang
amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, hal 267).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal / dunia luar
(Farida, Yudi, hal 105).
7
C. Fase-fase Halusinasi
Fase-fase halusinasi menurut Farida, Yudi, hal 106 meliputi :
a. Fase Pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya.
b. Fase Kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan.
Fase ini bersifat psikotik ringan.
Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.
8
Rentang perhatin menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase Ketiga
Adalah fase controlling. Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman
sensorik menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian
jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik.
Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih
diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit.
d. Fase Keempat
Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, menarik diri.
9
D. Rentang Respon Neurobiologis
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang respon yang berhubungan
dengan fungsi neurobiologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan
adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut :
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguanpikiran/Waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Sulit memproses emosi
dengan pengalaman atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tak lazim Ketidakteraturan perilaku
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
Sumber : Stuart edisi 5 : 241
10
A. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Erlinafsiah, hal 90 :
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat
dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah
: hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku
menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh yang tidak mendukung (broken home, overprotektif,
diktator, dan lainnya ) serta lingkungan klien sangat mempengaruhi
respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempebgaruhi
gangguan orientasi realitas adlah : Penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang kehidupan klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita : dimana
terjadi kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan terisolasi yang disertai stress.
11
d. Faktor Presipitasi
Menurut Erlinafsiah, hal 91 :
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adnaya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya.
Menurut Farida, Yudi, hal 105 :
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Mekanisme penghantaran listrik yang berlebihan.
c. Adanya gejala pemicu
B. Manifestasi Klinik
Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu :
12
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/ perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap
g. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.
Tabel 1 : Karakteristik Halusinasi (Iyus Yosep, hal 79)
Jenis Halusinasi Karakteristik
13
Pendengaran Suara dapat dirasakan berasal dari jauh
atau dekat, bahkan mungkin datang dari
tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa
menyenangkan, menyuruh berbuat baik,
tetapi dapat pula berupa ancaman,
mengejek, memaki atau bahkan yang
menakutkan dan kadang-kadang
mendesak/memerintah untuk berbuat
sesuatu seperti membunuh dan merusak.
Penglihatan Lebih sering terjadi pada keadaan
delirium ( penyakit organic ). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan
penurunan kesadaran, menimbulkan rasa
takut akibat gambaran-gambaran yang
mengerikan.
Penciuman Halusinasi ini biasanya berupa mencium
sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada
penderita. Bau dilambangkan sebagai
14
pengalaman yang dianggap penderita
sebagai suatu kombinasi moral.
Pengecapan Walaupun jarang terjadi, biasanya
bersamaan dengan halusinasi penciuman,
penderita merasa mengecap sesuatu.
Peraba Merasa diraba, disentuh, ditiup atau
seperti ada ulat, yang bergerak di bawah
kulit. Terutama pada keadaan skizofrenia
Kinestetik Penderita merasa badannya bergerak-
gerak sendiri dalam suatu ruangan atau
anggota badannya yang bergerak-gerak,
misalnya “phantom phenomenon” atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-
gerak (phantom limb). Sering pada
skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu
akibat pemakaian obat tertentu.
Viseral Timbulnya perasaan tertentu di dalam
tubuhnya.
C. Masalah Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
15
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Harga diri rendah
D. Pohon Masalah
Core problemGangguan sensori / persepsi :
Halusinasi pendengaran
Isolasi social : menarik diri
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Risiko perilaku mencederai diri
16
Gambar 2. Pohon masalah gangguan sensori / persepsi : Halusinasi pendengaran
(Keliat, 2006)
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatn dari pohon masalah (Keliat, 2006) adalah :
1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi sosial : Menarik diri
4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah