HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ......

52

Transcript of HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ......

Page 1: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan
Page 2: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

ii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 3: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

iii

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank

Indonesia memberikan Bantuan Teknis (Bantek) dalam berupa pelatihan, penelitian dan

penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah

Buku Pola Pembiayaan/Lending Model. Tujuan penyusunan Buku Pola Pembiayaan ini

adalah untuk memberikan gambaran lebih rinci kepada semua pihak yang berkepentingan

dalam upaya pengembangan UMKM.

Buku Pola Pembiayaan ini juga sebagai rujukan perbankan untuk meningkatkan

pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM

yang bermaksud mengembangkan usahanya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Lhokseumawe menyusun Buku Pola Pembiayaan Usaha Gula Merah.

Buku ini memuat analisis kelayakan usaha yang dijalankan saat ini berupa aspek

teknis produksi, pasar dan pemasaran, keuangan, sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam

upaya memberikan informasi lebih luas terkait hasil penelitian dimaksud maka Buku Pola

Pembiayaan ini akan dimasukkan dalam sistem informasi info UMKM yang dapat di akses

melalui website: http//www.bi.go.id/web/id/umkmbi/.

Semoga buku ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan rekomendasi

berharga bagi pengembangan usaha gula merah atau pelaku usaha UMKM pada umumnya.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam kajian penyusunan buku ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Lhokseumawe, Desember 2015

KANTOR PERWAKILAN

BANK INDONESIA LHOKSEUMAWE

Kepala Perwakilan

Yufrizal Deputi Direktur

Page 4: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

NO KOMPONEN URAIAN

1 Jenis usaha Industri Gula Merah

2 Skala usaha

Produksi usaha untuk Industri Gula Merah sebesar Rp12.500,00 kg/bulan

menggunakan 1 (satu) unit mesin produksi, jumlah pekerja tetap 7 orang dan

25 hari kerja dalam sebulan.

3 Lokasi usaha Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah - Provinsi Aceh

4 Dana usaha Dana investasi sebesar Rp223.000.000,00 dan modal kerja sebesar

Rp15.255.000,00 perbulan

5 Sumber Dana

Dari dana investasi Rp196.200.000,00. Untuk kredit perbankan 70% atau

sebesar Rp137.340.000,00 dan untuk modal sendiri 30% atau sebesar Rp

58.860.000,00.

6 Jenis kredit Kredit Modal Kerja

7 Jangka waktu Kredit 5 tahun

8 Produksi :

a. Jumlah produksi

b. Bahan baku

c. Harga bahan baku

d. Pendapatan

Produksi gula merah kualitas no.1 sebanyak 8.750 kg (70%), sedangkan

produksi gula merah kualitas no.2 sebanyak 3.750 kg (30%)

1.500 batang tebu (8.067 kg)

Tebu, dengan harga Rp1.500,00/batang

Pendapatan per bulan sebesar Rp61.250.000,00

Pendapatan per tahun sebesar Rp735.000.000,00

9 Kelayakan usaha :

a. Umur usaha

b. Poduk utama

c. Kriteria kelayakan

NPV (DF 13)

IRR

Net B/C

PBP

Keputusan

5 tahun

Gula Merah

33,994,582

34.81%

1.3878

2.04 (dua tahun empat bulan)

Layak

10 BEP

Dalam Rupiah

Dalam Unit

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

608,539,816,00 594.092.346,00 582.874.781,00 460.684.781,00

124.192 121.243 118.954 94.017

Page 5: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

v

11 Analisis sensitivitas

Skenario 1 :

Penjualan menurun

NPV

IRR

Net B/C

PBP

Keputusan

Skenario 2 :

Biaya operasional

meningkat

NPV

IRR

Net B/C

PBP

Keputusan

Skenario 3 :

Penjualan menurun

& Biaya operasional

meningkat

NPV

IRR

Net B/C

PBP

Keputusan

5%

62.816.885

40.59%

1,5017

1.91 (satu tahun sembilan bulan)

Layak

5%

62.816.885

40,59%

1,5017

1,9 (satu tahun sembilan bulan)

Layak

5%

5%

(6.154.925)

26,39 %

1,2371

2,37 (dua tahun tiga bulan)

Tidak Layak

Page 6: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Pokok Permasalahan....................................................................................... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................... 2

1.4 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 3

BAB 2 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1 Profil Usaha Industri Gula Merah ................................................................. 5

2.2 Pola Pembiayaan ........................................................................................... 5

BAB 3 ASPEK TEKNIS PRODUKSI

3.1 Lokasi Usaha ................................................................................................. 7

3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................................................... 8

3.2.1 Fasilitas Produksi ............................................................................... 8

3.2.2 Peralatan ............................................................................................. 9

3.3 Penyedia Bahan Baku .................................................................................... 9

3.4 Kegiatan Produksi ......................................................................................... 10

3.5 Proses Produksi ............................................................................................. 12

3.6 Tenaga Kerja ................................................................................................. 17

3.7 Teknologi....................................................................................................... 17

BAB 4 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

4.1 Aspek Pasar ................................................................................................... 20

4.1.1 Permintaan dan Penawaran ................................................................ 20

Page 7: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

vii

4.1.2 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar .............................................. 21

4.2 Aspek Pemasaran .......................................................................................... 21

4.2.1 Harga dan Jalur Pemasaran ................................................................ 21

4.2.2 Strategi Pemasaran ............................................................................. 22\

BAB 5 ASPEK KEUANGAN

5.1 Pemilihan Bentuk Usaha ............................................................................... 24

5.2 Asumsi dan Parameter Perhitungan .............................................................. 24

5.3 Komponen Biaya Investasi dan Operasi ....................................................... 26

5.3.1 Biaya Investasi ................................................................................... 26

5.3.2 Biaya Operasional .............................................................................. 27

5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal kerja.................................................. 28

5.5 Produksi dan Pendapatan............................................................................... 28

5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................................... 29

5.7 Proyeksi Arus kas dan Kelayakan Usaha ..................................................... 30

5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ........................................................ 32

BAB 6 ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

6.1 Aspek Sosial dan Ekonomi .......................................................................... 36

6.2 Aspek Lingkungan ....................................................................................... 37

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 39

7.2 SARAN ........................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 41

Page 8: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter ....................................................................................... 25

Tabel 5.2 Komponen Biaya Investasi ................................................................................ 26

Tabel 5.3 Komponen Biaya Operasional ........................................................................... 27

Tabel 5.4 Komponen Biaya Operasional selama 3 bulan ................................................... 28

Tabel 5.5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan .................................................................... 29

Tabel 5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ......................................................... 30

Tabel 5.7 Kelayakan Usaha Gula Merah ............................................................................ 32

Tabel 5.8 Analisis Sensitivitas Pendapatan Menurun 5% .................................................. 33

Tabel 5.9 Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Meningkat 5% .................................... 33

Tabel 5.10 Analisis Sensitivitas Pendapatan Menurun 5% dan Biaya Operasional

Meningkat 5 % ................................................................................................... 34

Tabel 6.1 Komposisi Kimia Gula Kelapa, Gula Aren dan Gula Tebu .............................. 36

Page 9: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Layout Lokasi Produksi Gula Merah .............................................................. 8

Gambar 3.2 Proses Penebangan Batang Tebu .................................................................... 12

Gambar 3.3 Proses Pengangkutan dan Pengumpulan Bahan Baku ..................................... 12

Gambar 3.4 Proses Penggilingan Batang Tebu .................................................................. 13

Gambar 3.5 Air Tebu yang sudah melalui Proses Penggilingan ........................................ 13

Gambar 3.6 Proses Memasak di Dapur .............................................................................. 14

Gambar 3.7 Air Tebu Mendidih ......................................................................................... 15

Gambar 3.8 Proses Pengadukan Gelali ............................................................................... 16

Gambar 3.9 Gula Tebu yang sudah padat dan jadi Gula Merah ......................................... 16

Gambar 3.10 Penggilingan Tradisional .............................................................................. 18

Gambar 3.11 Mesin Holler ................................................................................................. 18

Gambar 4.1 Transaksi Produk Gula Merah ........................................................................

Gambar 4.2 Distribusi Produk Gula Merah ........................................................................

Page 10: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

x

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 11: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan upaya

dalam perbaikan perekonomian nasional, karena sebagian besar usaha di Indonesia

adalah Usaha yang berskala Mikro Kecil dan Menengah yang banyak menyerap

tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestik/lokal.

Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas sekitar 445.404.13 km2 merupakan daerah

yang bertumpu pada hasil Perkebunan. Perkembangan UMKM di Kabupaten ini

sangat rendah khususnya pengusaha gula merah sehingga mengakibatkan

pertumbuhan sektor ekonomi berjalan lambat. Untuk mendorong sektor UMKM dalam

rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi daerah, Bank Indonesia melalui

program pemberian Bantuan Teknis (Bantek) mengambil peran untuk terlibat dalam

upaya pemberdayaan sektor riil dan UMKM. Langkah penelitian dengan Pola

Pembiayaan (lending model) yang dilakukan adalah upaya Bank Indonesia melalui

program bantek terhadap perbankan, para pelaku usaha, pemerintah dan stakeholders

lainnya. Penelitian lending model usaha gula merah diharapkan dapat melengkapi

informasi tentang pola pembiayaan tentang komoditas yang potensial dan sekaligus

rekapitulasi pembiayaan terhadap sub-sektor tersebut. Bank Indonesia melalui Unit

Pemberdayaan Sektor riil dan UMKM.

Ketol merupakan sebuah Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh,

Indonesia. Ibu kota Kecamatan Ketol adalah Blang Mancung. Kecamatan Ketol

merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah.

Mayoritas penduduk di Kecamatan Ketol memiliki mata pencaharian sebagai petani

tebu. Dari 14 kecamatan yang ada, Kecamatan Ketol merupakan penghasil gula tebu

terbesar di Kabupaten Aceh Tengah. Usaha budi daya tebu dan pengolahannya di

kawasan tersebut dimulai sejak tahun 1960.

Page 12: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

2

Tebu bagi masyarakat di Kecamatan Ketol, selain dijual per-batang juga diolah

menjadi gula merah. Kabupaten Aceh Tengah memiliki 125 pabrik pengolahan tebu

menjadi gula merah yang tersebar di 11 kampung di Kecamatan Ketol dan Kecamatan

Kute Panang. Total lahan perkebunan tebu pada 2 kecamatan tersebut seluas 2.000

hektar yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat.

Kualitas tebu asal daerah itu juga sudah direkomendasikan oleh Dewan Gula

Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 (sebelas) desa yang seluruhnya

mempunyai lahan tebu di Kecamatan Ketol termasuk dalam kategori sangat baik.

Masyarakat yang mengusahakan tanaman tebu sebesar 90%. Selain itu, tanaman tebu

juga terdapat di Kecamatan Kute Panang, tepatnya di Desa Pondok Balek. Pada tahun

2015, terdapat 116 kilang pengolah gula merah di Kecamatan Ketol. Gula merah

dipasarkan ke Medan sebesar 55%, Palembang dan Padang sebesar 10%, dan

selebihnya untuk kebutuhan masyarakat di Aceh.

1.2 Pokok Permasalahan

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan industri gula merah

(brown sugar) antara lain:

1. Masih sedikitnya realisasi kredit dan pembiayaan pada industri gula merah;

2. Permasalahan kebutuhan investasi dan modal kerja yang dialami oleh industri gula

merah.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penyusunan pola pembiayaan (lending model) pada usaha gula merah ini,

antara lain:

1. Memberikan gambaran umum yang dapat digunakan berbagai pihak terkait,

terutama lembaga keuangan (bank dan non-bank) sebagai rujukan dalam upaya

meningkatkan peran dan fungsi intermediasi perbankan dan secara khusus untuk

pemberian kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada

pengembangan usaha gula merah.

2. Menyediakan informasi berbagai aspek yang terkait dengan pengembangan usaha

gula merah terutama aspek teknis dan produksi, aspek pasar dan pemasaran serta

aspek keuangan.

Page 13: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

3

3. Sebagai bahan referensi bagi para investor untuk menginvestasikan modal dalam

membangun usaha gula merah.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dengan memperhatikan tujuan dari kajian, maka ruang lingkup penelitian ini,

meliputi:

1. Usaha gula merah dimulai dari kegiatan penyediaan tempat dan bangunan,

peralatan pendukung, bahan baku, dan produksi sampai dengan pemasaran.

2. Beberapa aspek yang diteliti dalam pola pembiayaan (lending model) usaha gula

merah adalah:

a. Aspek Teknis dan Produksi, meliputi gambaran persyaratan lokasi, konstruksi

bangunan usaha, ketersediaan SDM, pembiayaan bahan baku, kegiatan

produksi, serta kendala-kendala yang dihadapi.

b. Aspek Pasar dan Pemasaran, meliputi antara lain kondisi permintaan pasar,

penawaran, persaingan, harga, dan proyeksi permintaan pasar.

c. Aspek Keuangan, meliputi perhitungan kebutuhan dana investasi dan modal

kerja serta menghitung kelayakan untuk pembiayaan usaha secara finansial.

d. Aspek Ekonomi, sosial dan dampak lingkungan, meliputi pengaruh usaha

yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja, pengaruh

terhadap sektor lain dan dampak terhadap lingkungan.

Page 14: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

4

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 15: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

5

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1 Profil Usaha Industri Gula Merah

Usaha gula merah umumnya dilaksanakan oleh petani yang memiliki kebun tebu

walaupun ada juga yang hanya menanam tebu dan menjualnya kepada pengumpul yang

memproduksi gula merah.

2.2 Pola Pembiayaan

pengusaha gula merah umumnya menggunakan modal usaha sendiri dalam

mendirikan dan menjalankan usahanya, walaupun ada sebagian yang menggunakan

bantuan pendanaan perbankan baik konvensional maupun syariah. Jenis pembiayaan

yang disediakan oleh bank kepada pengusaha UMKM sangat bervariasi seperti Kredit

Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI)

Pembiayaan tersebut memberikan tingkat suku bunga yang bervariasi untuk

konvensional atau dengan sistem bagi hasil untuk syariah dengan plafon sesuai

kebutuhan para pengusaha. Jangka waktu pembiayaan biasanya 1 (satu) tahun sampai

dengan 3 (tiga) tahun. Persyaratan pengajuan kredit tidak jauh berbeda dengan

pembiayaan syariah yang memerlukan agunan (collateral) berupa sertifikat tanah, segel

maupun BPKB kendaraan tergantung dari besarnya pembiayaan yang diinginkan.

Pihak perbankan terus memperkenalkan dan menggalakkan kepada pengusaha

UMKM termasuk gula merah untuk menggunakan pembiayaan dari perbankan atau

lembaga keuangan non bank. Salah satu tujuan penyusunan buku ini adalah untuk

memberikan gambaran tentang pendanaan kredit dan angsuran. Selain itu, diharapkan

kepada perbankan dan lembaga keuangan non bank dapat lebih yakin untuk

memberikan kredit/pembiayaan kepada para pengusaha gula merah (brown sugar).

Page 16: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

6

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 17: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

7

BAB III

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Aspek teknis produksi merupakan aspek yang terkait dengan pembangunan tempat

usaha, proses produksi, dan penggunaan teknologi. Aspek ini perlu dipertimbangkan dan

diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam pengukuran aspek ini akan

mengakibatkan kegagalan perusahaan.

3.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha produksi gula merah sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku

yaitu kebun tebu. Hal ini disebabkan kapasitas gula yang terkandung didalam batang

tebu akan menyusut apabila terlalu lama diendapkan sebelum diproses.

Daerah yang memiliki banyak pohon tebu umumnya menjadi lokasi sentra

produksi gula merah, salah satu lokasi sentra produksi yang relatif berkembang

terdapat di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Memerlukan suatu lokasi khusus untuk melakukan proses produksinya. Produksi

gula merah memerlukan lahan yang besar minimal sekitar 20 x 20 meter sebagai

lahan tempat penempatan bahan baku (tebu), lokasi tempat meletakkan bahan bakar

(ampas tebu, kayu dan ban bekas) dari hujan, lokasi penggilingan (mesin holler),

untuk memeras tebu serta lokasi dapur untuk memasak gula merah dan meletakkan

hasil produksi. Para pengusaha umumnya memanfaatkan perkarangan rumahnya

sebagai tempat usaha. Selain itu, ada juga yang menggunakan tempat khusus sebagai

lokasi pabrik/pengolahan gula merah.

Page 18: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

8

Gambar 3.1 Layout Lokasi Produksi Gula Merah

3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan

3.2.1. Fasilitas Produksi

a. Tempat Penampungan Bahan Baku

Tempat penampungan bahan baku biasanya menggunakan halaman yang luas

sehingga mudah untuk mobilisasi mobil colt / mobil pick up.

b. Bangunan Untuk Mesin Holler

Bangunan untuk mesin holler (penggilingan) tebu dan untuk menampung air

tebu yang akan dimasak.

c. Gudang Tempat Bahan Bakar

Gudang tempat bahan bakar ini digunakan untuk menyimpan ampas tebu,

kayu dan ban bekas agar terlindung dari hujan sehingga bahan bakar tetap

kering pada saat digunakan.

Page 19: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

9

d. Dapur Masak Gula Merah

Dapur masak gula merah merupakan daerah produksi dari air tebu yang telah

digiling lalu dimasak dan kemudian ada juga tempat penampungan gula

merah (alumunium) yang akan dikeringkan.

e. Tempat Penyimpanan Gula Merah

Gula merah yang telah diproduksi dimasukkan dalam goni dengan kapasitas

50-70 kg/goni dan dikumpulkan pada satu tempat untuk siap didistribusikan

ke pembeli/penampung besar.

3.2.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usaha gula merah relatif sederhana, selain

dari mesin holler atau kaleng tempat penampungan air tebu yang telah di

giling, kuali, pengaduk, tungku memasak, ampas tebu, kayu, ban bekas,

nampan aluminium untuk menampung pengeringan gula merah yang sudah

dimasak, alat pengayak dan goni tempat memasukkan produk jadi.

3.3 Penyedia Bahan Baku

Tanaman tebu atau sacharum officinarum merupakan bahan utama penghasil

gula merah. Tebu (sacharum officinarum) termasuk dalam keluarga Iraminae atau

rumput-rumputan dan berkembangbiak di daerah beriklim udara sedang sampai

panas. Tanaman tebu sangat cocok pada ketinggian tanah 1.300 meter di atas

permukaan laut.

Tebu dapat tumbuh di lebih dari 200 negara. India adalah negara produsen gula

terbesar kedua sedangkan negara penghasil produsen gula terbesar adalah Brasil.

Selain menjadi gula, negara Karibia mengolah tebu menjadi falernum dan

dipergunakan sebagai bahan campuran Coctail.

Pengusahaan tanaman tebu pada lahan sawah perlu memperhatikan kelayakan

usaha, dalam arti dapat memberikan produktivitas lahan yang cukup tinggi, tidak

terlalu jauh dari pabrik gula dengan prasarana seperti jalan dan jembatan yang cukup

dan juga tidak membahayakan kelestarian lingkungan.

Kelayakan usaha ini sangat penting karena tidak saja menyangkut operasi

perusahaan tetapi juga pendapatan para petani tebu. Budidaya tebu tentu

Page 20: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

10

memerlukan bibit sebagai modal dasar, sehingga dalam upaya peningkatan produksi

dan produktivitas gula, penggunaan bibit unggul tebu mutlak dilakukan. Bibit tebu

adalah bagian dari tanaman tebu yang merupakan bahan tanaman yang dapat

dikembangkan untuk penanaman baru. Bibit unggul tebu berkualitas memiliki ciri-

ciri: potensi produksi tinggi, bebas hama penyakit, mempunyai tingkat kemurnian

lebih dari 95%, dan umur sekitar 6 s.d. 7 bulan.

Panen

Panen dilakukan pada saat rendemen (persentase gula tebu) maksimal

dicapai. Ciri dan umur panen tergantung dari jenis tebu, sebagai berikut:

a. Varietas Genjah, masak optimal < 12 bulan;

b. Varietas Sedang, masak optimal pada 12-14 bulan;

c. Varietas Dalam, masak optimal pada > 14 bulan.

Paska Panen

Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada saat pemanenan tebu, antara lain:

a. Pengumpulan hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat

untuk dibawa ke pengolahan;

b. Penyortiran dan penggolongan syarat batang tebu siap giling supaya rendemen

baik;

c. Tidak mengandung pucuk tebu;

d. Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering);

e. Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

3.4 Kegiatan Produksi

Proses produksi gula merah merupakan cara untuk mendapatkan gula merah

sesuai dengan standar yang berlaku. Proses dilakukan dengan pengolahan air tebu

melalui proses pengolahan fisik untuk menghasilkan gula merah dengan kualitas

terbaik. Untuk mengetahui kualitas dan nilai gula maka dilakukan proses rendemen.

Rendemen

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang

dinyatakan dalam persen. Bila dikatakan rendeman tebu 10% artinya bahwa dari 100

kg tebu yang digiling, diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Page 21: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

11

Ada 3 macam Rendemen yaitu :

a. Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah

suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum, dengan kata lain

rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa

tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan saat tebang yang

tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

Rumus :

Nilai Nira x Faktor Rendemen = Rendemen

b. Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi,

rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis

dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan

dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik

gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 =

12 periode, hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa

diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang

akan menjadi gula. 1 (satu) kuintal tebu mempunyai rendemen 10% maka hanya 10

kg yang didapat dari 1 (satu) kuintal tebu tersebut.

Bahan baku utama dari gula merah ini adalah tanaman tebu yang berasal dari

kebun pemilik produsen gula merah dan masyarakat yang menanam pohon tebu.

Page 22: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

12

3.5 Proses produksi

Tahapan proses produksi gula merah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah pertama : Penebangan Batang Tebu

Gambar 3.2 Proses Penebangan Tebu

Gambar 3.3. Proses Pengangkutan Dan Pengumpulan Tebu

Sebelum dilakukan proses pembuatan gula merah dari tebu, terlebih dahulu

dilakukan penebangan tebu di sawah atau kebun. Tebu tersebut harus yang sudah

tua atau cukup umur untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula merah.

Satu persatu batang tebu di tebang dan di gendelan atau sering disebut kolongan.

Selanjutnya, gendelan atau kolongan tebu satu persatu disusun, diangkat, ditimbang

Page 23: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

13

serta dimasukan ke dalam truk untuk di bawa ke tempat proses produksi gula merah

di gudang atau brack. Langkah pertama selesai, dilanjutkan dengan langkah ke-2.

2. Langkah Penggilingan Batang Tebu

Gambar 3.4. Penggilingan Tebu

Gambar 3.5. Air Tebu Dalam Proses Penggilingan

Tebu yang terkumpul segara digiling dengan mesin khusus, supaya ampas

dan sari tebu terpisah. Tebu tersebut tidak boleh dimasukkan terlalu banyak karena

akan mengakibatkan mesin menjadi panas dan mati seketika. Kemudian, proses

dilanjutkan dengan pengeringan ampas tebu. Pengeringan ampas dilakukan dengan

proses jemur di bawah sinar matahari.

Page 24: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

14

Setelah terpisah dengan ampas, sari tebu dialirkan menggunakan selang ke

tempat penggodokan atau belanga (wajan basar yang terbuat dari besi). Satu persatu

belanga itu diisi sari tebu sampai penuh. Selesai tahap ke-2 dan di lanjutkan

langkah ke-3.

3. Langkah Penggodokan Sari Batang Tebu

Gambar 3.6. Proses Masak Di Dapur

Belanga yang telah dipenuhi sari tebu kemudian dilakukan pengadukan di

dalam belanga tersebut. Bahan bakar proses penggodokan ini adalah ampas tebu

yang sudah kering di penjemuran. Ampas tebu kering dimasukan ke dalam

pembakaran sedikit demi sedikit sesuai kapasitas mulut pawonan di dapur pawonan

besar. Sebelum sari tebu mendidih, selama pengadukan belanga sebaiknya

dibersihkan dari kotoran dan kerak yang menempel menggunakan serokan.

Page 25: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

15

Gambar 3.7. Sari Tebu Mendidih

Setelah dibersihkan, turunkan jobong (kuali) dari nomor satu sampai nomor

enam agar tidak tumpah ketika mendidih. Pada saat sari tebu mendidih lama-

kelamaan sari tebu yang berada di kawah belanga nomor 1 s.d. 3 akan menyusut.

Pada saat sudah menyusut, sari tebu yang ada di belakang bisa dipindahkan ke

kawah nomor 1 s.d. 3 secara perlahan. Proses ini terus dilakukan, hingga sari tebu

menyusut dan tersisa 3 kawah saja. Pada proses ini, tidak diperbolehkan

menambahkan ampas/bahan bakar ke dalam pawonan (dapur) terlalu banyak agar

sari tebu tidak gosong. Untuk mengetahui sudah masak atau belum, dilakukan

pengecekan terhadap sari tebu yang telah dimasak. Pengecekan bisa dilakukan

dengan belahan bambu.

Bambu yang sudah dibelah dengan ukuran 150 cm lebar 2 cm dimasukan atau

dicelupkan ke dalam sari tebu yang ada di atas kawah dan diangkat bambu tersebut,

jika tetesannya masih encer itu tandanya belum masak. Namun, jika tetesannya

sudah kental atau membentuk seperti benang/kristal atau biasa disebut dengan

gelali, berarti sari tebu sudah masak. Gelali-gelali yang berada di atas kawah

diangkat sedikit demi sedikit dengan menggunakan ember yang terbuat dari besi,

masing-masing ember diisi 2 atau 3 belanga tergantung besar kecilnya tempat

penampungan dan dituang ke dalam beberapa tumbu (penampungan).

Page 26: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

16

Tumbu yang di pakai untuk penuangan gelali tidak boleh hanya 1 atau 2

tetapi terdiri dari 1 sampai 40 tumbu tergantung kebutuhan agar gelali yang dituang

ke dalam tumbu cepat dingin. Pada bagian dasar tumbu dapat dilapisi dengan kertas

semen agar pada saat dituangkan gelali tidak bocor. Apabila seluruh gelali telah

tertuang ke dalam tumbu, dilanjutkan langkah ke-4.

4. Langkah Pengudekan Gelali

Gambar 3.8. Proses Pengadukan Gelali

Gambar 3.9. Gula tebu yang sudah padat dan jadi gula merah

Page 27: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

17

Semua gelali yang sudah tertuang di dalam tumbu dianginkan hingga

beberapa menit sampai agak dingin untuk kemudian diaduk-aduk dengan

menggunakan sendok besar (sekop) yang terbuat dari besi sampai dengan selesai.

Jika sudah dingin dan mengeras dapat disebut sebagai gula merah. Gula merah

yang dihasilkan bisa berbeda-beda warnanya tergantung proses penggodokan

sewaktu tinggal 3 kawah dan pengudekan yang dilakukan.

3.6 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada usaha gula merah umumnya berasal dari anggota keluarga

dan masyarakat sekitar lokasi usaha, tenaga kerja yang digunakan adalah pemuda

setempat yang mempunyai kemampuan bekerja, sehat jasmani dan rohani.

Usaha industri gula merah dapat menampung tenaga kerja antara 4 s/d 8 orang

setiap usaha dan melakukan kegiatan sesuai posisi yang dibagi menjadi dua bagian

mesin (penggilingan) dan bagian dapur (memasak dan memasukkan ke dalam goni).

Tenaga Kerja biasanya dipekerjakan sesuai dengan besaran/kebutuhan kegiatan yang

dilakukan. Besaran upah yang diberikanpun berbeda. Pada bagian penggilingan

diberikan upah Rp800/kaleng atau 5 kg dan bagian dapur dengan upah Rp400/kg gula

merah.

3.7 Teknologi

Teknologi usaha gula merah dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Teknologi tradisional

Teknologi tradisional digunakan oleh pengrajin dan sudah banyak yang

meninggalkan proses tradisonal tersebut, yaitu dengan menggunakan peralatan

yang sangat sederhana, penggunaan alat sederhana sangat berpengaruh pada hasil

produksi, serta proses tradisional ini sudah mulai ditinggalkan.

Page 28: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

18

Gambar.3.10 Penggiling Tradisional (sumber: Antara)

b. Teknologi skala industri kecil

Teknologi ini umumnya digunakan oleh petani penampung yang memiliki

dana untuk membeli mesin holler dan peralatan pendukung lainnya untuk skala

produksi lebih besar.

Gambar 3.11. Mesin Holler (Penggiling)

Page 29: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

19

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 30: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

20

BAB IV

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji dan menilai sejauh mana

pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha. Aspek

pasar dan pemasaran yang berkaitan dengan permintaan, penawaran, persaingan dan

peluang pasar, harga, jalur pemasaran serta strategi pemasaran.

4.1 Aspek Pasar

4.1.1 Permintaan dan Penawaran

Pada umumnya, Gula merah yang dihasilkan oleh pengusaha/petani di

Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah menjual produknya melalui

pengumpul besar kepada pihak ketiga. Pada beberapa pengusaha gula merah

dijual langsung kepada konsumen. Pemasaran dan penjualan gula merah

dilakukan di Provinsi Aceh dan juga Provinsi Sumatera Utara. Bahkan ada

yang mulai merambah ke pasar internasional (Arab Saudi) dengan membuat

packaging yang sederhana untuk kebutuhan rumah tangga, produsen kecap,

warung kopi dan lain sebagainya.

Gula merah banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang

memproduksi makanan seperti PT. ABC, PT. Indofood, PT. Cap Orang Tua,

industri pembuatan dodol, perusahaan kecap, dan permen.

Page 31: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

21

Gambar 4.1. Transaksi Produk Gula Merah

4.1.2 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan industri gula merah di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh

Tengah ini relatif sedang, karena merupakan usaha yang berkembang secara

turun temurun bagi penduduk di Kecamatan Ketol.

Strategi bisnis yang diterapkan adalah merawat tanaman tebu dan

menjaga masa panen agar diperoleh produksi gula merah dengan kualitas

terbaik. Pemasaran masih dilakukan menggunakan promosi word of mouth

(dari mulut ke mulut).

Peluang pasar dalam industri ini adalah meningkatnya konsumsi gula

merah sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Gula merah

dikonsumsi oleh masyarakat sebagai salah satu bahan dapur/masak, tentunya

baik juga untuk kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh semua elemen

masyarakat. Dengan demikian, ada prospek untuk memproduksi gula merah

yang sehat dan menjanjikan.

4.2 Aspek Pemasaran

4.2.1 Harga dan Jalur Pemasaran

Terdapat 2 (dua) jenis kualitas gula yang mempengaruhi harga jual gula

merah tersebut. Tergantung dari sumber bahan baku tebu, yang dipengaruhi

Page 32: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

22

oleh usia, dan kondisi cuaca. Harganya berkisar Rp4.000,- s.d. Rp6.000,-

perkilogram.

Usaha ini menggunakan jalur pemasaran langsung yaitu pemasaran yang

dilakukan ke penampung besar dan pemasaran langsung ke pengguna akhir

(produsen kecap).

Gambar. 4.2 Distribusi Produk Gula Merah

4.2.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yang dilakuan oleh usaha gula merah dengan cara

promosi word of mouth. Artinya strategi menyampaikan informasi dari mulut

ke mulut.

Petani/Pengraji

nin

Pedagang

Pengumpul Besar

Konsumen

Pedagang

Pengumpul

Menengah

Industri

Pedagang

Pengumpul Besar

Industri

Industri

Industri

Page 33: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

23

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 34: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

24

BAB V

ASPEK KEUANGAN

Aspek keuangan merupakan salah satu aspek kelayakan usaha yang diukur dengan

data nominal/keuangan. Aspek ini menyangkut perkiraan investasi, biaya operasional,

kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria

investasi, perhitungan Break Even Point dan Pay Back Periode, proyeksi rugi/laba, serta

proyeksi aliran kas.

5.1 Pemilihan Bentuk Usaha

Bentuk usaha yang dijalankan industri gula merah adalah usaha mandiri. Semua

kegiatan produksi, mulai dari penanaman bahan baku (tebu), penggilingan sampai dengan

pengantaran kepada konsumen dilakukan sendiri dengan dibantu oleh tenaga kerja tanpa

harus bermitra dengan usaha lain. Bentuk usaha ini sudah berlangsung sekitar ± 15 tahun

dan hingga sekarang masih melakukan pola yang sama.

5.2 Asumsi dan Parameter Perhitungan

Beberapa asumsi dan parameter yang penting dalam mengevaluasi profitabilitas

rencana investasi usaha gula merah dapat dijelaskan pada Lampiran 1, dengan umur usaha

selama 5 tahun dan sisanya umur barang investasi dihitung sebagai pendapatan pada akhir

periode (tahun kelima).

Tabel 5.1

Page 35: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

25

Asumsi-asumsi dasar dan Parameter

No Asumsi Satuan Jumlah Keterangan

1. Periode Proyek Tahun 5 Umur Ekonomis Usaha

2. Jumlah Hari Kerja Perbulan Hari 25 Bulan

Jumlah Bulan Kerja Pertahun Bulan 12 Tahun

3. Skala Usaha

A. Bahan Baku Kg 8.067 Perbulan

Tebu

B. Output Produksi Kg 8.750 Perbulan

Gula Merah Kualitas 1* Kg 3.750 Perbulan

Gula Merah Kualitas 2*

4. Tenaga Kerja

A. Laki-Laki Orang 6 Pekerja

B. Perempuan Orang 1 Manajer

C. Tenaga Kerja Harian Orang 2

5. Gaji Pekerja

A. Laki-Laki Rp/Bulan 3.000.000

B. Perempuan Rp/Orang/Bulan 2.000.000

C. Tenaga Kerja Harian Rp/Orang/Bulan 1.500.000

6. Kebutuhan Lainnya

A. Bahan Bakar

Ampas Tebu*** Kg/Bulan 500

Ban Mobil Bekas**** Buah 20

Kayu Pinus**** M3 720

B. Bahan Pengemas

Goni Ukuran 50 Kg Pcs 250 Perbulan

7. Harga Bahan Baku

A. Bahan Baku

Tebu Rp/Batang 1.500

B. Bahan Bakar

Ampas Tebu*** Rp/Kg 100

Ban Mobil Bekas**** Rp/Buah 5.000

Kayu Pinus**** Rp/M3 4.000

C. Bahan Pengemas

Kotak Rp/Bulan 500

8. Harga Produk

A. Gula Merah Kualitas 1* Rp/Unit 5.500

B. Gula Merah Kualitas 2* Rp/Unit 3.500

9. Discount Factor (DF) Persen 13

10. Proporsi Modal

A. Kredit Persen 70

B. Modal Sendiri Persen 30

11. Jangka Waktu Kredit Tahun 3

5.3 Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Page 36: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

26

5.3.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan untuk mendirikan usaha seperti

pembangunan dan pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Biaya ini

bersifat tetap dan komponen terbesar dari investasi usaha gula merah adalah pembelian

tanah dan bangunan, mesin-mesin penggiling (holler) serta kendaraan operasional. Tanah

dan bangunan yang dimaksud di sini diperlukan sebagai tempat produksi dan penjualan

produk.

Komponen investasi lainnya adalah dapur tungku tempat memasak air tebu. Selain

itu, terdapat biaya investasi lain yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan komponen

tersebut diatas. Komponen tersebut adalah perizinan, instalasi listrik, peralatan pendukung

lainnya seperti nampan alumunium, pengaduk, sekop dan lainnya. Komponen biaya

investasi gula merah secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2 dan tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Komponen Biaya Investasi

No Komponen Biaya Persen Harga

1 Perizinan

1.000.000

2 Tanah Dan Bangunan Usaha 125.000.000

3 Mesin Press Tebu (Holler) 52.000.000

4 Tempat Memasak (Dapur) 2.500.000

5 Belanga 11.200.000

6 Tempat Penampungan Gula Merah (Bak) 2.500.000

7 Peralatan Pendukung 2.000.000

Total Biaya 196.200.000

8 Sumber Dana Investasi 100

Kredit 70 137.340.000

Modal Sendiri 30 58.860.000

Sumber : Survei lapangan, 2015

Dari tabel 5.2, jumlah biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp196.200.000,-.

Sumber dana investasi dapat berasal dari kredit perbankan dan modal sendiri. Komposisi

sumber dana adalah 70% dari perbankan dan 30% dari modal sendiri. Dari tabel 5.2 di atas

dapat diketahui bahwa total kebutuhan dana investasi untuk usaha gula merah adalah

sebesar Rp196.200.000,-.

5.3.2 Biaya Operasional

Page 37: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

27

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi

kegiatan utama usaha, seperti biaya tenaga kerja untuk 4 (empat) orang pekerja dan 1

(satu) orang pengelola/manajer. Biaya listrik, pemeliharaan mesin dan biaya transportasi

tergolong dalam biaya overhead pabrik. Komponen biaya ini semua termasuk dalam biaya

tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulannya dalam jumlah yang sama.

Selain biaya tetap, yang termasuk dalam biaya operasional lainnya adalah

biaya variabel. Biaya ini terdiri biaya bahan baku, bahan pembantu dan pengemas. Bahan

baku yang digunakan adalah tebu yang dihasilkan oleh kebun petani. Adapun komponen

biaya operasional untuk usaha gula merah secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4 dan

tabel 5.3:

Tabel 5.3

Komponen Biaya Operasional

No Komponen Biaya Persen Total Perbulan Total Pertahun

1 Biaya Tetap

20.750.000 249.000.000

2 Biaya Variabel 20.215.000 242.580.000

Total 40.965.000 491.580.000

3 Modal Kerja 3 Bulan Ke Depan

122.895.000

4 Sumber Modal Kerja 100

Kredit 70 86.026.500

Modal Sendiri 30 36.868.500

Sumber : Survei Lapangan, 2015

Dari tabel di atas dapat dilihat total biaya operasional sebesar Rp491.580.000,- terdiri dari

biaya tetap sebesar Rp249.000.000,- (biaya tenaga kerja, listrik, pemeliharaan mesin,

komunikasi, dan transportasi) dan biaya variabel sebesar Rp242.580.000,- (biaya bahan

baku, bahan mesin, bahan bakar, retribusi pajak, kemasan dan packaging). Sedangkan

kebutuhan modal kerja untuk usaha gula merah selama 1 (satu) bulan adalah sebesar

Rp40.965.000,-.

Dari tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa total kebutuhan dana operasional selama 3

bulan untuk usaha gula merah adalah sebesar Rp122.895.000,-. Selain pendanaan dari

pihak perbankan, pengusaha gula merah dapat mengandalkan dana sendiri baik untuk

investasi maupun modal kerja. Dana investasi tersebut sebesar Rp86.900.000,- dan dana

sendiri untuk operasional/modal kerja sebesar Rp36.868.000,- (diasumsikan 30% dari total

investasi dan modal kerja).

Page 38: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

28

5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana investasi dan modal kerja dalam usaha gula merah diasumsikan

adalah diperoleh dari pinjaman kredit dengan masing-masing proporsi yang berbeda.

Berikut adalah rekapitulasi kebutuhan dana investasi dan modal kerja selama 3 (tiga)

bulan.

Tabel 5.4

Komponen Biaya Operasional selama 3 bulan

No Komponen Biaya Persen Total Perbulan Total Pertahun

1 Biaya Tetap

20.750.000 249.000.000

2 Biaya Variabel 20.215.000 242.580.000

Total 40.965.000 491.580.000

3 Modal Kerja 3 Bulan Ke Depan

122.895.000

4 Sumber Modal Kerja 100

Kredit 70 86.026.500

Modal Sendiri 30 36.868.500

Sumber : Survei Lapangan, 2015

5.5 Produksi dan Pendapatan

Usaha gula merah memiliki 2 (dua) kategori produk, yaitu gula merah kualitas 1,

gula merah kualitas 2. Selain itu, usaha dimaksud dapat memproduksi 8.750 kg/bulan

kualitas 1 dan 3.750 kg/bulan kualitas 2. Konsumen dominan lebih tertarik pada jenis gula

merah kualitas 1, walaupun harganya sedikit lebih mahal. Sementara itu, gula merah

dengan kualitas 2, umumnya dibeli oleh pengusaha pembuat kecap. Proyeksi produksi dan

pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Proyeksi Produksi dan Pendapatan

No Input Satuan Jumlah

Perbulan Harga

Perunit Nilai

Perbulan Pendapatan

Total Produksi Pertahun

Persentase Pendapatan Perproduk

A B C D C*D

%

1 Gula Merah Kualitas 1 Kg 8.750 5.500 48.125.000 577.500.000 105.000 79

2 Gula Merah Kualitas 2 Kg 3.750 3.500 13.125.000 157.500.000 45.000 21

Total

12.500 9.000 61.250.000 735.000.000 150.000 100

No Input Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

Share BEP Pendapatan Perproduk

BEP Unit Produk

Share BEP Pendapatan Perproduk

BEP Unit Produk

Share BEP Pendapatan Perproduk

BEP Unit

Produk

Share BEP Pendapatan Perproduk

BEP Unit Produk

Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit

1 Gula Merah Kualitas 1 482.453.714 87.719 470.148.739 85.482 459.865.126 83.612 356.524.918 64.823

2 Gula Merah Kualitas 2 131.578.286 37.594 128.222.383 36.635 125.417.762 35.834 97.758.986 27.781

Total 614.032.000 125.313 598.371.122 122.117 585.282.888 119.446 454.283.904 92.604

Sumber : Data diolah, 2015

Page 39: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

29

Dari tabel 5.5, proyeksi rata-rata produksi perbulan sebesar 12.500 kg/bulan dalam

2 (dua) jenis produk. Sementara proyeksi rata-rata pendapatan perbulan sebesar

Rp61.250.000,- dalam 2 (dua) jenis produk. Pendapatan total selama 1 (satu) tahun adalah

sebesar Rp735.000.000,-. Kontribusi terbesar diperoleh dari produk gula merah yang dijual

ke pedagang pengumpul secara langsung.

5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Dari segi proyeksi laba rugi usaha, gula merah telah menunjukkan laba (setelah pajak)

pada tahun pertama sebesar Rp68.887.080,- dengan nilai profit on sales senilai 9,37% pada

tahun pertama. Laba tahun kedua dan seterusnya mulai mengalami peningkatan seiring

menurunnya total angsuran bank.

Sementara titik impas (Break Even Point) dalam penjualan adalah sebesar

Rp614.031.999,- dan jumlah unit sebanyak 125.313 kg/bulan. Hal ini juga terus mengalami

peningkatan seiring menurunnya total angsuran di tahun kedua dan seterusnya. Proyeksi

laba rugi dan BEP dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Page 40: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

30

Tabel 5.6

Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

No Uraian Tahun

1 2 3 4

1 Penerimaan

Total Penerimaan 735.000.000 735.000.000 735.000.000 735.000.000

2 Pengeluaran

a. Biaya Variabel 242.580.000 242.580.000 242.580.000 242.580.000

b. Biaya Tetap 249.000.000 249.000.000 249.000.000 249.000.000

c. Depresiasi 55.000.000 55.000.000 55.000.000 55.000.000

d. Total Angsuran 107.376.377 96.884.229 88.115.646 -

Total Pengeluaran 653.956.377 643.464.229 634.695.646 546.580.000

3 R/L Sebelum Pajak 81.043.623 91.535.771 100.304.354 188.420.000

4 Pajak (15%) 12.156.543 13.730.366 15.045.653 28.263.000

5 Laba Setelah Pajak 68.887.080 77.805.405 85.258.701 160.157.000

6 Profit On Sales (%) 9,37% 10,59% 11,60% 21,79%

7 Bep (Rp) 614.031.999 598.371.122 585.282.888 453.758.986

8 BEP (Unit) 125.313 122.117 119.445 92.604

Gula Merah Kualitas 1 87.719 85.482 83.612 64.823

Gula Merah Kualitas 2 37.594 36.635 35.834 27.781

Sumber : Data diolah, 2015

5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha

Dalam kajian ini, analisis kelayakan usaha yang digunakan adalah metode Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay Back

Periode (PBP), dan Break Even Point (BEP). Adapun penjelasan tentang metode

kelayakan usaha dapat dijelaskan sebagai berikut :

Net Present Value (NPV) adalah net benefit yang telah didiskonkan dengan menggunakan

Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor (Ibrahim, 1998:142).

Dengan kata lain, arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang

didiskonkan pada saat ini. Kriteria kelayakannya adalah : (1) Jika perhitungan NPV lebih

besar dari 0 berarti nilainya positif, maka usaha layak untuk dijalankan, (2) Jika

perhitungan NPV lebih kecil dari 0 berarti nilainya negatif, maka usaha tidak layak

Page 41: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

31

dijalankan, dan (3) Jika perhitungan NPV sama dengan 0 berarti nilai investasi yang akan

dilakukan tidak untung atau rugi.

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net

present value sama dengan nol. Dengan kata lain, tingkat pengembalian internal yaitu

kemampuan suatu usaha menghasilkan return (%). Kriterianya sebagai berikut : (1) Jika

hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) maka

usaha layak untuk dijalankan, (2) Jika hasil sama dengan SOCC berarti pulang pokok dan

(3) Jika hasil dibawah dari SOCC maka usaha tidak layak dijalankan.

Net Benefit-Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah

NPV negatif. Net B/C ini menggambarkan berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari

biaya yang dikeluarkan. Kriterianya adalah : (1) Jika Net B/C lebih besar dari 1, maka

usaha layak dijalankan, dan (2) Jika Net B/C lebih kecil dari 1, maka usaha tidak layak

dijalankan.

Pay Back Periode (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus

penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value.

Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi suatu usaha, semakin baik usaha

tersebut karena semakin lancar perputaran modalnya.

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan

total cost. BEP menentukan berapa besar biaya yang dikeluarkan dan unit produksi tertentu

dimana usaha yang dijalankan tidak mengalami kerugian dan keuntungan. Kriteria : (1)

Jika biaya yang dikeluarkan dibawah biaya BEP atau unit produksi diatas BEP, maka

usaha dapat keuntungan, sebaliknya (2) Jika biaya yang dikeluarkan diatas biaya BEP atau

unit produksi dibawah BEP, maka usaha mengalami kerugian.

Aliran kas (Cash flow) terbagi menjadi dua bagian, pertama adalah kas masuk dan yang

kedua adalah kas keluar. Kas masuk diperoleh dari pendapatan produk gula merah selama

1 (satu) tahun. Kapasitas terpakai usaha ini berpengaruh pada besarnya nilai produksi yang

juga akan mempengaruhi nilai pendapatan, sehingga kas masuk menjadi optimal.

Sementara untuk kas keluar, komponennya ditambah dengan biaya angsuran kredit, biaya

bunga dan pajak (15%).

Page 42: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

32

Hasil analisis menunjukkan bahwa NPV memiliki nilai sebesar Rp146.706.208,- dengan

tingkat suku bunga 13% per-tahun. Net B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,8. IRR dalam

perhitungan ini sebesar 53,75% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (13%).

Sedangkan untuk PBP yaitu sebesar 1,78, berarti dalam jangka waktu 1 tahun 7 bulan

usaha telah dapat mengembalikan biaya investasi. Untuk lebih jelas kriteria ini dapat

dilihat pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Kelayakan Usaha Gula Merah

No Kriteria Nilai

1 Net B/C ratio DF 13% 1,8258

2 NPV DF 13% 146.706.208

3 IRR 53,75%

4 PBP 1,78

Sumber : Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua kriteria memenuhi syarat kelayakan

untuk menjalankan usaha. Untuk lebih jelas proyeksi arus kas dan kriteria kelayakan dapat

dilihat pada lampiran 10.

5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

Analisis sensitivitas digunakan untuk menguji tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan

harga bahan baku maupun jual. Hal ini terjadi karena biaya dan pendapatan didasarkan

pada asumsi dan proyeksi sehingga menimbulkan kondisi ketidakpastian (uncertainty).

Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas yaitu:

1. Skenario Pertama : Penjualan Menurun

Jika penjualan mengalami penurunan sementara biaya operasional dalam kondisi tetap.

Penurunan pendapatan dapat terjadi karena harga jual produk yang menurun atau jumlah

permintaan yang berkurang. Hasil analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada tabel 5.8 dan

lampiran 11.

Page 43: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

33

Tabel 5.8

Analisis Sensitivitas Penjualan Menurun 5%

No Kriteria Tingkat 4% Tingkat 5%

1 Net B/C ratio DF 13% 1,39 1,39

2 NPV DF 13% 33.994.582 33.994.582

3 IRR 34,81% 34,81%

4 PBP 2,04 2,04

Sumber : Data diolah, 2015

Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada analisis sensitivitas pendapatan turun 5%, usaha

ini layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat pada nilai NPV sebesar minus

Rp33.994.582,- sementara IRR dikategorikan layak karena nilainya diatas discount factor

(13%), yaitu sebesar 34,81%, dan Net B/C ratio sebesar 1,39 lebih besar dari 1. Dilihat dari

PBP sebesar 2,04 berarti tingkat pengembalian biaya investasi tergolong lama yaitu 2

tahun. Secara umum analisis sensitivitas pendapatan menurun 5% ini disimpulkan layak

diteruskan.

2. Skenario Kedua : Biaya Operasional Meningkat

Seandainya biaya operasional mengalami kenaikan, sementara pendapatan dianggap tidak

berubah. Kenaikan biaya operasional dimungkinkan terjadi karena faktor produksi seperti

bahan baku, tenaga kerja atau biaya overhead mengalami kenaikan. Pada tabel 5.9

menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas operasional naik 10%. Usaha ini juga masih layak

dijalankan. Hal ini terbukti dari nilai NPV berada diatas 1, yaitu sebesar Rp62.186.885,-

IRR sebesar 40,59% berada diatas tingkat suku bunga 13%, Net B/C ratio sebesar 1,5 atau

lebih besar dari 1. Sementara PBP sebesar 1.09 artinya tingkat pengembalian biaya

investasi dalam masa 2 tahun.

Tabel 5.9

Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Meningkat 10%

No Kriteria Nilai

1 Net B/C ratio DF 13% 1,5017

2 NPV DF 13% 62.816.885

3 IRR 40,59%

4 PBP 1,91

Sumber : Data diolah, 2015

Page 44: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

34

3. Skenario Ketiga : Penjualan Menurun dan Biaya Operasional Meningkat

Skenario ini diasumsikan bahwa penjualan mengalami penurunan sementara pada waktu

yang sama biaya operasional mengalami peningkatan. Seandainya sensitivitas pendapatan

menurun 5% dan biaya operasional meningkat 5%. Kondisi ini dapat dilihat pada lampiran

13 dan tabel 5.10 berikut :

Tabel 5.10

Analisis Sensitivitas Penjualan Menurun 5% dan

Biaya Operasional Meningkat 5 %

No Kriteria Nilai

1 Net B/C ratio DF 13% 1,2371

2 NPV DF 13% -6.154.925

3 IRR 26,39%

4 PBP 2,37

Sumber : Data diolah, 2015

Dari tabel 5.10 menunjukkan bahwa pada sensitivitas biaya operasional meningkat 5% dan

pendapatan menurun 5%, usaha ini tidak layak dijalankan karena indikator NPV berada

dibawah 1 tidak memenuhi syarat. Sedangkan IRR, Net B/C ratio dan PBP semuanya

layak.

Page 45: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

35

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 46: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

36

BAB VI

ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

Suatu usaha yang direncanakan/dijalankan telah layak dilihat dari aspek teknis

produksi, pasar dan pemasaran, dan keuangan. Selanjutnya adalah mengadakan penilaian

dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan untuk melihat pengaruh usaha terhadap

perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

6.1 Aspek Sosial dan Ekonomi

Berdirinya usaha gula merah memberikan dampak positif terhadap masyarakat,

diantaranya

a) Seperti penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada pengurangan tingkat

pengangguran di daerah tersebut.

b) Keberadaan usaha gula merah dapat meningkatkan kesejahteraan dengan adanya

pendapatan yang memadai bagi tenaga kerja serta akan mengurangi penyakit sosial

lain, yang meresahkan masyarakat secara luas.

c) Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan potensi daerah penghasil gula merah.

d) Mendorong adanya penelitian dan pengembangan teknologi produksi gula merah

secara berkesinambungan.

Tabel 6.1

Komposisi Kimia Gula Kelapa, Gula Aren, dan Gula Tebu (per 100 gr)

No Sifat Kimia Satuan Gula Kelapa Gula Aren Gula Tebu

1 Kadar Air % 10,92 9,16 10,32

2 Sukrosa % 68,35 84,31 71,89

3 Gula Pereduksi % 6,58 0,53 3,7

4 Lemak % 10 0,11 0,15

5 Protein % 1,64 2,28 0,06

6 Total Mineral % 0 3,66 5,04

7 Kalsium % 0,76 1,35 1,64

8 Fosfor % 0,37 1,37 0,06

Page 47: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

37

6.2 Aspek Lingkungan

Produksi gula merah tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, bahkan

menciptakan manfaat bagi lingkungan karena :

a) Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh gula merah.

b) Semua limbah tebu (ampas tebu) yang dihasilkan akan dijadikan bahan bakar oleh

petani.

Page 48: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

38

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 49: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

39

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dari beberapa aspek dapat penulis simpulkan beberapa poin

penting dan saran yang berharga sebagai berikut:

7.1 Kesimpulan

1. Dari aspek teknis produksi, usaha gula merah memiliki proses produksi yang

mudah dijalankan.

2. Aspek pasar dan pemasaran, yang menjadi target pasar dalam industri ini adalah

pedagang pengumpul dan perusahaan produksi kecap. Persaingan produksi gula

merah saat ini hampir tidak ada karena masih tingginya permintaan dari produksi

yang dihasilkan masyarakat. Peluang pasar dalam industri ini adalah

meningkatnya pola hidup sehat masyarakat sejalan dengan meningkatnya sumber

daya manusia dan informasi kesehatan yang diterima. Masyarakat sudah berpikir

tentang keutamaan kesehatan dibandingkan dengan harga yang harus dibayar.

Kecendurangan ini terus akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat

pendidikan masyarakat.

3. Produksi gula merah umumnya dilakukan secara berkelompok oleh masyarakat

petani tebu di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh tengah yang juga merupakan

penghasilan utama masyarakat sekitar.

4. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Usaha gula merah memberikan dampak

positif terhadap masyarakat, seperti penyerapan tenaga kerja yang berdampak

pada pengurangan tingkat pengangguran di daerah tersebut. Disamping itu,

keberadaan usaha ini dapat meningkatkan kesejahteraan dengan adanya

pendapatan yang memadai bagi tenaga kerja serta dapat mengurangi penyakit

sosial yang meresahkan masyarakat secara luas. Usaha ini juga dapat mengurangi

dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, serta meningkatkan taraf hidup

menjadi lebih baik.

Page 50: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

40

7.2 Saran

1. Usaha gula merah memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah, agar usaha

ini dapat mempertahankan kontinuitasnya dalam persaingan yang tinggi. Oleh

karena itu, perlu kiranya menetapkan regulasi-regulasi yang menguntungkan

UMKM khususnya gula merah.

2. Perlu kiranya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan dengan cara

meningkatkan teknik pengawasan yang rutin dengan pihak Dinas Kesehatan

setempat.

3. Perlu adanya pengembangan produk yang dihasilkan baik dari sisi kemasan

maupun produk yang dihasilkan dalam bentuk jadi yang bisa dijual langsung ke

konsumen akhir, sehingga produk tersebut memiliki nilai jual yang lebih dan

dapat meningkatkan pendapatan yang lebih bagi pengusaha gula merah dan

masyarkat sekitar.

4. Seyogyanya usaha ini mendapat perhatian khusus dari pihak perbankan dalam

membiayai usaha ini dengan tingkat suku bunga yang rendah, karena

mempertimbangkan tingkat pengembalian modal usaha yang tidak terlalu lama.

5. Mengurus sertifikasi halal bagi produk gula merah untuk dijual lebih luas.

Page 51: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

41

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Lhokseumawe. 2014. Pola Pembiayaan Usaha Air Isi

Ulang. Unit Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM. Lhokseumawe.

Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Kalimantan Selatan. Pola Pembiayaan Budidaya

Ayam Ras Pedaging Broiler. Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM.

Banjarmasin.

Focus Group Discussion Bank Indonesia

Narasumber:

Sekretaris Disperindagkopsdm Kabupaten Aceh Tengah

Hj. Farida Hanum, S.E., M.M. (081360062072)

Kasie Pengawasan dan Pelaporan Disperindagkopsdm Kabupaten Aceh Tengah

Sri Rahmawati S.S.i (08126570501)

Team TPL (Tenaga Pendamping Lapangan)

Budi Setiawan (082123345372)

Desa Rejewali Kec.Ketol, Kabupaten Aceh Tengah

Parjo (085275557644)

Desa Blang Mancung Kec.Ketol, Kabupaten Aceh Tengah

Safrizal (082369764255)

Blang Mancung Kec.Ketol, Kabupaten Aceh Tengah

Sukri Hidayat (082274263410)

Desa Pondok Balek Kec.Ketol, Kabupaten Aceh Tengah

Adi/Retno (085207070252)

SUMBER INTERNET :

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56202

http://www.antarafoto.com/bisnis/v1281700501/air-tebu

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-28602-5209100085-Tables.pdf

http://www.academia.edu/8097754/STUDI_PENGEMBANGAN_USAHA_GULA_MER

AH_TEBU_DI_KABUPATEN_REMBANG_Studi_Kasus_di_Kecamatan_Pamotan

_Kabupaten_Rembang_Oleh_MILA_FADILAH_UTAMI_F_34103056_2008_DEP

ARTEMEN_TEKNOLOGI_INDUSTRI_PERTANIAN_FAKULTAS_TEKNOLOG

I_PERTANIAN

Page 52: HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN · 2018-04-06 · dalam perbaikan perekonomian nasional, ... Indonesia pada tahun 1999. Hasil tebu dari 11 ... sebagai rujukan dalam upaya meningkatkan

Pola Pembiayaan UMKM Industri – Gula Merah (Gula Tebu)

42

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN