Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam...

86
Skripsi H âl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia (Analisis Terhadap Buku Terjemahan Bulûgh al- Marâm oleh Drs. Muhamad Machfudin Aladip pada Bab T ahârah) ” (Logo) Diajukan oleh: Nama : Luki Nurdiansyah Nim : 104024000838 Fak/jur : Adab / Tarjamah Program Studi Tarjamah FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

Transcript of Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam...

Page 1: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Skripsi

“Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa

Indonesia (Analisis Terhadap Buku Terjemahan Bulûgh al-

Marâm oleh Drs. Muhamad Machfudin Aladip pada Bab

Tahârah) ”

(Logo)

Diajukan oleh:

Nama : Luki Nurdiansyah

Nim : 104024000838

Fak/jur : Adab / Tarjamah

Program Studi Tarjamah

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2008

Page 2: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Pembimbing

Hâl dalam bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa

Indonesia (Analisis Terhadap Buku Terjemahan Bulûgh al-

Marâm oleh Drs. Muhamad Machfudin Aladip pada Bab Tahârah)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

LUKI NURDIANSYAH

NIM: 104024000838

Pembimbing,

AKHMAD SAEHUDIN, M.Ag.

NIP: 150303001

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

Page 3: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

lampiran 4: Lembar Pengesahan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya

dalam Bahasa Indonesia (Analisis Terhadap Buku

Terjemahan Bulûgh al-Marâm oleh Drs. Muhamad Machfudin

Aladip pada Bab Thahârah)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni

2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 3 Juni

2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap anggota, Sekretaris Merangkap

Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.A Akhmad Syaekhuddin,

M. Ag

NIP: 150262446 NIP: 150303001

Anggota,

Ismakun Ilyas, Lc. M.A Akhmad Syaekhuddin,

M. Ag

NIP: 150274620 NIP: 150303001

Page 4: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Lampiran 1: Lembar Pernyataan (Keaslian Karya)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 3 Juni 2008 Luki Nurdiansyah NIM: 104024000838

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Pembimbing

Page 5: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Hal dalam bahasa Arab dan Padanan Maknanya dalam

Bahasa Indonesia (Analisis Terhadap Buku Terjemahan

Bulûgh al-Maram pada Bab Thahârah) ”)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

LUKI NURDIANSYAH

NIM: 104024000838

Pembimbing,

Drs. Saehudin, M.Ag.

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

Page 6: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Lampiran 4: Lembar Pengesahan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Hal dalam bahasa Arab dan Padanan

Maknanya dalam Bahasa Indonesia (Analisis Terhadap

Buku Terjemahan Bulûgh al-Maram pada Bab Thahârah) ”

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada (tgl) (bln) 2008. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.)

pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta,……2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap anggota, Sekretaris Merangkap

Anggota,

____________________ _________________________

NIP: NIP:

Anggota,

Page 7: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Lampiran 1: Lembar Pernyataan (Keaslian Karya)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

4. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 6 Februari 2008

Luki Nurdiansyah

NIM: 104024000838

Page 8: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi huruf Latin.

Transliterasi ini berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skrifsi, Tesis, dan

Desertasi” yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007

1. Konsonan

NO ARAB LATIN KETERANGAN

ا 1Tidak dilambangkan

b be ب 2

t te ت 3

s es ث 4

j je ج 5

h ha ح 6

kh ka dan ha خ 7

d de د 8

dz de dan zet ذ 9

r er ر 10

Page 9: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

z zet ز 11

s es س 12

sy es dan ye ش 13

s es dengan garis di bawah ص 14

d de dengan garis di bawah ض 15

t te dengan garis di bawah ط 16

z zet dengan garis di bawah ظ 17

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع 18

gh ge dan ha غ 19

f ef ف 20

q ki ق 21

k ka ك 22

l el ل 23

m em م 24

Page 10: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

n en ن 25

w we و 26

h ha ه 27

apostrof ' ء 28

y ye ي 29

1. Vokal Pendek

— (fathah) ditranskrifsikan dengan 'a'. Contoh: آتب (kataba)

—(kasroh) ditranskrifsikan dengan 'i'. Contoh: علم (،alima)

(hasuna) حسن :ditranskrifsikan denga 'u'. Contoh (dhomah)—ۥ

3. Vokal Rangkap

(ammâ) ٲ ما : ditandai dengan 'â'. Contoh (alif) الف

افو :ditandai dengan 'û'. Contoh (wawu) واو (fû)

(lî) لي :ditandai dengan ' Î '. Contoh ('ya) ياء

4. Vokal Diftong ( مد لين(

(qaulun) قول :Contoh .(au) او

(mutalâzimain) متال زمين :Contoh .(ai) اي

5. Konsonan Rangkap

Awalnya ia merupakan dua huruf yang sejenis yang berdampingan lalu

digabungkan. Konsonan rangkap ditulis hanya dengan satu huruf yang

dibubuhi tanda syaddah ( ).

Contoh: مد asalnya مد د dilafalkan madda

Page 11: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima syaddah itu teletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah.

Contoh: الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah

6. Kata Sandang

kata sandang yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf '

ditranskrifsikan menjadi /l/, baik diikuti oleh huruf Syamsiah maupun ' ال

huruf Qamariyah.

Contoh: الرجال ditranskrifsikan menjadi al-Rijâl bukan ar-Rijâl

7. Ta Marbutah

Ta marbutah bila berada di akhir kalimat atau terdapat pada kata yang

berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihakasarakan menjadi /h/.

Contoh: ة dilafalkan menjadi 'tariqah'. Tetapi jika diikuti kata lain dan طريق

bukan berada pada akhir kalimat, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi /t/.

Contoh: وحدة الوجود dilafalkan menjadi ‘wahdat al-wujûd’.

Page 12: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

ABSTRAK

Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah 'aposisi', yakni keterangan

tambahan/pengganti. Keterangan tambahan atau pengganti dalam bahasa

Indonesia, yaitu keterangan waktu, keterangan cara, keterangan alat, dan

keterangan tempat. Begitupun dalam bahasa Arab terdapat kalimat yang

berfungsi sebagai aposisi (keterangan tambahan), yakni maf'ul fîh, maf'ul

Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan hâl.3yang terkait

dengan penulisan skripsi adalah hâl.

Hâl merupakan kalimat isim (nominal) yang dibaca nasab (fathah)

berfungsi untuk menjelaskan keadaan dari Shahibu al-hâl ketika terjadinya

suatu pekerjaan. Karena hanya bersifat keterangan tambahan (aposisi), hâl

bisa dihilangkan dari redaksi kalimat tanpa mempengaruhi makna kalimat

sebelum hâl. Berkaitan dengan ini para ulama nahwu membagi hâl ke dalam

dua bagian: (1) hâl al-mu'assasah, yakni kalimat hâl yang bersifat 'umdah,

ia tidak bisa dihilangkan dari suatu kalimat karena akan mempengaruhi

makna, (2) hâl al-muakkadah, yakni hâl yang bersifat benar-benar sebagai

keterangan tambahan, sehingga ada dan tidak adanya hâl itu dalam kalimat,

ia tetap tidak akan mempengaruhi makna.

Ada lima macam bentuk hâl: (1) hâl mufrad (tingkat kata), (2) hâl

jumlah fi'liyah (klausa verbal), (3) hâl jumlah ismiyah (klausa nominal), (4)

hâl jar majrur (prase prefosisi), (5) hâl zaraf (prase prefosisi)

1. Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa—Klausa—Kalimat (Malang: Misykat,2004), h.45

Page 13: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang selalu melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada semua

mahluk ciptaannya tanpa henti dan tanpa pilih kasih. Salawat dan salam

penulis sampaikan kepada nabi akhir jaman, yakni Nabi Muhamad Saw.

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang diberi

judul “Hâl dalam bahasa Arab dan Padanannya dalam Bahasa

Indonesia (Analisis terhadap Buku Terjemahan Bulûgh al-Marâm oleh

Drs. Muhamad Machfudin Aladip pada Bab Tahârah)

Tujuan penulisan skrifsi ini adalah untuk persyaratan memperoleh gelar

sarjana (S1). Selesainya penulisan skrifsi ini berkat bantuan semua pihak.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulus

kepada:

1. Kedua orang tua Penulis yang telah rela banting tulang untuk membiayai

sekolah Penulis hingga perguruan tinggi

2. Bapak Dr. Abdul Chaer selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

yang selalu berusaha untuk memajukan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MAg. Selaku dosen dan ketua jurusan

Tarjamah yang bekerja keras agar jurusan Tarjamah menjadi jurusan yang

dapat diperhitungkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. Saehuddin, Mag. Selaku sekretaris jurusan Tarjamah dan

sebagai pembimbing Penulis dalam penulisan skrifsi ini, yang telah rela dan

ikhlas direpotkan oleh penulis di sela-sela kesibukannya

Page 14: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

5. Bapak Drs. Sukron Kamil selaku dosen pembimbing akademik dan dosen

seminar skrifsi, yang telah memberikan masukan-masukan kepadanya

penulis mengenai penulisan skrifsi

6. Seluruh dosen jurusan Tarjamah yang tidak dapat Penulis sebutkan satu

persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah mendidik tanpa

mengeluh dan memberikan ilmunya dengan ikhlas kepada Penulis dari

semester satu hingga semester akhir

6. Kepada teman-teman jurusan Tarjamah angkatan 2004, Tatam, Erwan,

Ikhwan, Heri, Hafiz, Zaki, Omen, Nunung, Muna, Munay, Ana, Fina, Isil,

dan Puput yang telah memberikan masukan, kritikan, saran dan support

yang dapat meningkatkan semangat Penulis dalam menyelesaikan skrifsi ini.

Khususnya kepada saudara Erwan dan Tatam yang telah meminjamkan

komputer dan buku-bukunya.

Penulis menyadari dalam penulisan skrifsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Namun Penulis berusaha sebaik mungkin untuk memperkecil

kekurangan itu. Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah

merevisi, memperbaiki, dan melengkapi segala kekurangan-kekurangan

yang terdapat dalam skrifsi ini. Semoga skrifsi ini dapat dijadikan sesuatu

yang bernilai dan bermanfaat bagi Penulis khususnya dan dapat bermanfaat

bagi orang banyak pada umumnya.

Page 15: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN. ........................................................... 1

G. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

H. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 2

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 3

J. Tinjauan Pustaka ......................................................... 3

K. Metodologi Penelitian ................................................. 4

L. Sistematika Penulisan ................................................. 4

BAB II KERANGKA TEORI ....................................................... 6

A. Teori Terjemah ............................................................ 6

E. Pengertian Terjemah ............................................. 6

F. Jenis-Jenis Penerjemahan ...................................... 8

G. Metode Penerjemahan ........................................... 16

H. Prinsip-Prinsip Penerjemahan ............................... 21

B. Teori Hâl dalam Bahasa Arab...................................... 23

1. Pengertian Hâl dalam Bahasa Arab ...................... 23

2. Pengklasifikasian Hâl dalam Bahasa Arab ........... 25

3. Syarat dan Ciri-Ciri Hâl dalam Bahasa Arab ........ 31

4. Padanan Makna Hâl dalam Bahasa Arab

Page 16: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

dengan Bahasa Indonesia ....................................... 34

BAB III BULÛGH AL-MARÂM, RIWAYAT HIDUP PENULIS,

dan PENERJEMAH ………………………………….

39

C. Mengenal Kitab Bulûgh Al-Marâm ............................. 39

D. Riwayat Hidup Penulis ................................................ 39

E. Riwayat Hidup Penerjemah ………………………….

42

Bab IV ANALISIS TERJEMAHAN Hâl DALAM BAHASA ARAB

PADA BUKU TERJEMAHAN BULÛGH AL-MARÂM (BAB

TAHÂRAH) ......................................................................... 45

D. Hâl Mufrad (Hâl dalam Tingkat Kata) ....................... 45

E. Hâl Jumlah Ismiyah

(Hâl dalam Tingkat Struktur/Kalimat)......................... 49

F. Hâl Jumlah Fi’liyah

(Hâl dalam Tingkat Struktur/Kalimat) .......................... 56

Bab V PENUTUP.......................................................................... 64

C. Kesimpulan .................................................................. 64

D. Saran ............................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadîst merupakan sumber pedoman hidup umat Islam setelah Al-

Qu’ran. Penulisan hadîst dilakukan oleh para sahabat lebih dahulu

ketimbang Al-Qu’ran. Berbeda dengan Al-Qur’an, para sahabat lebih

banyak menghafalnya karena ditakutkan tercampur dengan redaksi hadîst,

kurangnya sarana untuk menulis, dan orang Arab memiliki daya hafal yang

kuat.

Salah satu fungsi hadîst ialah untuk menjelaskan makna-makna yang

samar dalam Al-Qu’ran sehingga dalam menerjemahkan hadîst perlu kehati-

hatian agar makna yang diinginkan teks sumber terwakili oleh makna yang

ada dalam teks sasaran, itulah inti dari apa yang dinamakan terjemah.

Di antara kalimat dalam bahasa Arab yang menimbulkan masalah

dalam mencarikan padananya adalah hâl. Sebagaimana Abdullah Abbas

Nadwi menemukan padanan hâl dalam Al-Qur’an,4 berpadanan ‘dengan’,5

‘sedang’,6 ‘sambil’,7 dan ’dalam keadaan’.8

Penulis melakukan penelitian tentang hâl dan padanannya dalam

bahasa Indonesia dalam buku Bulûgh al-Marâm yang diterjemahkan oleh

Drs. Muhamad

4 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al- Qur’an (Bandung: Tim Mizan, 1979), h. 310. 5 Berdirilah untuk Allah dengan khusyu (Q.S. al-Baqarah [2]: 238). Lihat ibid, h. 310 6 Mereka meninggalkanmu sedang berdiri (Q.S. al- Jumu’ah [62]: 11). Lihat ibid, h. 310 7 Mereka orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk (Q.S. al-Imran [3]: 191). Lihat ibid, h. 312 8 Ia memasukinya (neraka) dalam keadaan tercela, terusir (Q.S. al-Israa [17]: 18). Lihat ibid, h. 311

Page 18: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Machfudin Aladip sebagai objek penelitian untuk dianalisis, apakah

terjemahan hâl tersebut sudah benar menurut kaidah-kaidah terjemahan atau

terdapat kekurangtepatan. Selain itu, Penulis melakukan penelitian terhadap

buku terjemah Bulûgh al-Marâm ini karena menurut Penulis, buku Bulûgh

al-Marâm merupakan salah satu buku yang banyak di baca oleh umat Islam

yang ada di Indonesia, terutama oleh umat Islam yang berkiblat kepada

Imam Syafi’i dan Penulis berkeinginan untuk mengkritisi terjemahan buku

Bulûgh al-Marâm yang diterjemahkan oleh Drs. Muhamad Machpudin

Aladip, sehingga Penulis memilih judul penelitian “Hâl dalam bahasa

Arab dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia (Analisis terhadap

Buku Terjemahan Bulûgh al-Marâm oleh Drs. Muhamad Machfudin

Aladip pada Bab Tahârah) ”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini hanya pada hâl yang ada dalam

terjemahaan Bulûgh al-Marâm yang diterjemahkan oleh Drs. Muhamad

Machfudin Aladip pada bab Tahârah. Penelitian dilakukan tidak hanya pada

kalimat hâl Mufrad tetapi juga terhadap kalimat hâl yang berupa jumlah

(jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah).

Adapun permasalahan yang akan Penulis bahas adalah sebagai berikut:

Page 19: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

1. Apakah padanan hâl dalam buku Bulûgh al-Marâm yang

diterjemahkan oleh Drs. Muhamad Machfudin Aladip ada

ketidaktepatan? Mengapa terjadi?

2. Jika terdapat kesalahan/kurang tepat, berapa banyak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini rasanya mustahil jika Penulis tidak

memiliki tujuan. Tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui buku terjemahan Bulûgh al-Marâm yang

diterjemahkan oleh Drs. Muhamad Machfudin Aladip khusus

mengenai hâl

2. Untuk mengetahui padanan hâl dalam bahasa Arab dengan bahasa

Indonesia secara umum

Di samping penulisan skripsi memiliki tujuan, penulisan skripsi ini

juga diharapkan dapat memberikan manfaat. Di antara manfaat yang

dihasilkan ialah skrifsi ini dapat dijadikan rujukan bagi para penerjemah

pemula untuk mengetahui padanan hâl dalam bahasa Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Sumber utama penulisan skripsi ini ialah buku Bulûgh al-Marâm dan

terjemahannya karya Drs. Muhamad Mahcfuddin Aladip. Penulis sampai

saat menulis proposal skripsi ini belum menemukan judul skripsi yang

bertema sama walaupun jika selanjutnya ditemukan judul skripsi yang

bertema sama. Penulis yakin penelitian yang Penulis lakukan memiliki

Page 20: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

objek yang berbeda dan penelitiannya pun lebih luas, tidak hanya pada hâl

mufrad tetapi juga terhadap hâl yang berupa jumlah (jumlah fi'liyah dan

jumlah ismiyah).

Penulis menemukan dua judul skripsi yang sumber utamanya ialah

buku Bulûgh al-Marâm, tetapi memiliki objek pembahasan yang berbeda.

Dua judul skripsi, Penulis tuliskan di bawah ini!

1. Analisis Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan

Buku Bulûgh al-Marâm, yang ditulis oleh A. Sunawar. R.

2. Analisis Diksi Buku Terjemahan Bulûgh al-Marâm al-Askalani,

yang ditulis oleh M. Hotib

E. Metodologi Penelitian

Data utama dari penelitian ini ialah buku terjemah Bulûgh al-Marâm

karya Drs. Muhamad Mahcfuddin Aladip. Penelitian skripsi ini berupa

penelitian terhadap literatur-literatur atau buku-buku rujukan mengenai hâl

dalam bahasa Arab (Library Research). Sedangkan metode yang digunakan

Penulis ialah metode deskriptif, yakni berusaha menggalih data dan

informasi yang berhubungan dengan objek penelitian dan semata-mata

melukiskan keadaan objek penelitian.

Sistematika penulisan skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi” yang disusun oleh Tim UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2007.

F. Sistematika penulisan

Page 21: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Sistematika penulisan skripsi dapat dilihat dibawah ini.

BAB I Pendahuluan.

Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Kerangka Teori.

Dalam bab ini dibahas teori terjemah, prinsip penerjemahan, metode

penerjemahan dan jenis-jenis penerjemahan, definisi hâl dalam bahasa

Arab, jenis-jenis hâl dalam bahasa Arab, ciri-ciri hâl dalam bahasa Arab,

syarat-syarat hâl dalam bahasa Arab, dan padanan hâl dalam bahasa Arab

dengan bahasa Indonesia .

BAB III Bibliografi Penulis dan Penerjemah.

Dalam bab ini dibahas riwayat hidup Penulis dan riwayat hidup

Penerjemah.

BAB IV Analisis

Bab ini berisi analisis terhadap hâl dalam bahasa Arab pada buku

terjemahan Bulûgh al-Marâm karya Drs. Muhamad Mahcfuddin Aladip.

BAB V Penutup

Bab ini berisi saran dan kesimpulan.

Page 22: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Terjemah

A. 1. Pengertian Terjemah

Menerjemahkan merupakan kegiatan memindahkan pesan yang ada pada

teks bahasa sumber (Bsu) ke dalam teks bahasa sasaran. Selain menguasai

bahasa sumber dan bahasa sasaran, Penerjemah juga dituntut untuk

memiliki wawasan yang luas mengenai teks yang akan diterjemahkan. Baik

itu budaya, adat istiadat, dan tradisi masyarakat pengguna bahasa sumber.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Hernowo, "Penerjemahan bukanlah

sebuah proses memindahkan atau mengganti teks (simbol) ke bentuk teks

(simbol) lain. Di dalam teks ada budaya.9 Wawasan yang luas terhadap tema

buku yang hendak diterjemahkan, akan memudahkan si Penerjemah

mencarikan padanan maknanya dalam bahasa sasaran (Bsa). Jika si

Penerjemah hendak menerjemahkan buku yang bertema ekonomi, sejarah,

kedokteran, biologi, filsafat, dan lain-lain. Si Penerjemah dituntut untuk

memiliki wawasan yang luas terhadap ilmu ekonomi, sejarah, kedokteran,

biologi, dan filsafat.

Nida, sebagaimana yang dikutip oleh Maurist Simatupang, "Menerjemahkan

berarti mengalihkan isi pesan yang terdapat dalam Bsu ke dalam Bsa

demikian rupa sehingga orang yang membaca atau mendengar pesan itu

dalam bahasa asli (Bsu) kesannya sama dengan kesan orang yang membaca

atau mendengar pesan itu dalam bahasa sasaran (Bsa). Terjemahan yang 9 Hernowo, Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku (Bandung: Kaifa, 2001), h.

Page 23: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

menghasilkan kesan demikian disebut juga padanan dinamis (dynamic

equivalent). Terjemahan demikian tidak mementingkan bentuk Bsu tetapi

lebih mementingkan makna yang ada dalam Bsu dan memegang teguh

kaidah-kaidah yang berlaku dalam Bsa. Pesan yang terdapat di dalam Bsu

harus diungkapkan sewajar mungkin di dalam Bsa.10

Catford mendefinisikannya sebagai, "The replacemen of textual

material in one language (SL) by equivalent textual material in another

language (TL)." Mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan

teks yang sepadan dalam bahasa sasaran.11

Sementara Newmark mengatakan, "Terjemahan adalah proses

memadankan konsep kata, frasa, dan teks yang terdapat pada teks bahasa

yang satu ke dalam bahasa yang lain.12

A.Widyamartaya menuliskan dalam bukunya, "Penerjemahan adalah

proses memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang

satu (Bsu) menjadi equivalent sedekat-dekatnya dan sewajarnya dalam

bahasa yang lain (Bsa).13

Lain halnya dengan Nida dan Newmark, Mc Guire menulis,

"Penerjemahan melibatkan usaha menjadikan Bsu ke Bsa sehingga (1)

makna keduanya menjadi hampir mirip dan (2) struktur Bsu dapat di

pertahankan setepat mungkin, tetapi jangan terlalu tepat sehingga struktur

Bsa-nya menjadi rusak.14 Teori ini menurut Penulis tidak tegas dan Mc

10 Maurist Simatupang, Enam Makalah Tentang Terjemah (Jakarta: UKI Press, 1993), h. 63 11 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 5 12 Mansoer Pateda, Linguistik Terapan (Flores – NTT, 1991), cet. h. 31 13 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 98 14 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 12

Page 24: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Guire terkesan bimbang dalam mendefinisikan terjemah. Kebimbangan atau

ketidaktegasan ini terlihat jelas pada poin dua, yakni struktur Bsu dapat

dipertahankan setepat mungkin, tetapi jangan terlalu tepat. Di satu sisi ia

ingin mempertahankan struktur Bsu, tetapi di sisi lain ia tidak ingin

melanggar kaidah-kaidah Bsa. Penulis lebih condong terhadap teori yang

dikemukakan oleh Nida – Karena ketegasan dan jelas batasan-batasannya –,

yakni penerjemahan merupakan proses memindahkan makna Bsu ke Bsa

bukan memindahkan strukturnya. Sering kali orang mengatakan bahwa

dalam penerjemahan banyak terjadi penghianatan. Menurut Penulis,

"Penghianatan terjadi jika makna yang diinginkan Bsu diselewengkan oleh

makna yang terdapat dalam Bsa." Karena yang terpenting dalam proses

penerjemahan adalah pemindahan makna bukan pemindahan struktur

Bsunya.

A. 2. Jenis-Jenis Penerjemahan

A. 2.1. Penerjemahan di Lihat dari Sudut Hierarki Bahasa

Dilihat dari sudut tingkat bahasa jenis penerjemahan ada enam:15

1. Penerjemahan Tingkat Fonem

2. Penerjemahan Tingkat Morfem

3. Penerjemahan Tingkat Kata

4. Penerjemahan Tingkat Rangkaian Kata

5. Penerjemahan Tingkat Kalimat

6. Penerjemahan Tingkat Teks

A. 2. 1. 1. Penerjemahan Tingkat Fonem

15 Salihen Meontaha, Bahasa dan Terjemah (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), h.33

Page 25: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Fonem merupakan satuan terkecil dalam bahasa. Ia hanyalah sebuah bunyi

yang dapat membedakan makna. Fonem ialah bunyi bahasa yang minimal

yang membedakan bentuk dan makna.16 Jadi, berbeda bunyi suatu kata akan

memunculkan makna yang berbeda pula.

Contoh:

memiliki makna mengalir deras (menyiram) ينضح

memiliki makna mengalir pelan (memerciki) ينضخ

Fonem /ح/ dan fonem /خ/ adalah dua fonem yang dapat membedakan

makna kata ينضخ dan kata ينضح

A. 2.1.2. Penerjemahan Tingkat Morfem

Morfem ialah bentuk yang sama yang terdapat berulang-ulang dalam satuan

bentuk yang lain.17 Morfem terbagi menjadi dua bagian:

1. Morfem yang dapat berdiri sendiri walaupun tidak ada morfem lain yang

mengiringinya. Biasa disebut dengan morfem bebas.

Contoh:

Kecil (bahasa Indonesia)

(bahasa Arab) آتب

Chair (bahasa Inggris)

16 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 26 17 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. Ke-2, h. 149

Page 26: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

2. Morfem yang tidak dapat berdiri sendiri. Ia butuh kepada morfem lain.

Biasa disebut dengan morfem terikat.

contoh:

Ber-, me-, -an, per-, dan lain-lain (bahasa Indonesia)

Im-, re-, il- (bahasa Inggris)

(bahasa Arab) مسلمات dan مسلمون pada lafazh -ات dan ون -

pada lafazh مسلمون dan مسلمات masing-masing memiliki satu morfem

bebas dan satu morfem terikat.

.'merupakan morfem bebas, yang berarti 'seorang pria muslim مسلم

merupakan morfem terikat, sebagai penanda jama' mudzakar salim ون

(menunjukan makna banyak dengan jenis kelamin laki-laki).

Sehingga lafazh مسلمون diterjemahkan menjadi 'para pria muslim'.

.'merupakan morfem bebas, yang berarti 'seorang wanita muslim مسلمة

تا merupakan morfem terikat, sebagai penanda jama' mu'anast salim

(menunjukan makna banyak dengan jenis kelamin perempuan).

Jadi, apabila morfem bebas dan morem terikat itu digabungkan menjadi

.'maka maknanya pun akan berubah menjadi 'para wanita muslim مسلمات

A.2. 1. 3. Penerjemahan Tingkat Kata

Page 27: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Menurut Kridalaksana, “Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan

sebagai bentuk yang bebas.18 Jenis terjemahan di tingkat kata lebih sering

digunakan ketimbang jenis penerjemahan di tingkat morfem. Namun,

penggunaan terjemahan di tingkat kata terbatas. Biasanya hanya sebagian

saja kata dalam satu kalimat yang bisa diterjemahkan di tingkat kata,

sedangkan sebagian yang lain dilakukan di tingkat yang lebih tinggi, karena

tidak bisa diterjemahkan di tingkat kata. Terjemahan jenis ini hanya bisa

dilakukan pada kalimat sederhana.19

Contoh: اهللا وأشهد ان محمد رسول اهللاأشهد ان ال اله اال

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa

Muhamad Rasul Allah”

A.2. 1. 4. Penerjemahan Tingkat Rangkaian Kata (Phrase Level)

Jenis penerjemahan di tingkat rangkaian kata biasanya merupakan rangkaian

kata idiom atau kontruksi yang mapan, yang terkait dengan fraseologisme.20

Sementara menurut Cook, “Frasa adalah satuan linguistik yang

secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak

memiliki ciri-ciri klausa.” Kridalaksana mendefinisikannya, “Sebagai

gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predakatif.”21 Sedangkan

idiom sendiri berarti kontruksi yang maknanya tidak dapat dilacak dari

unsur-unsur pembentuknya.

18 Abdul Chaer, Linguistik Umum, cet. Ke-2, h. 19 Salihen Meontaha, Bahasa dan Terjemah, h.37 20 Salihen Meontaha, Bahasa dan Terjemah, h.38 21 Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat (Malang: Misykat, 2004), h.32

Page 28: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Contoh:

د الطولى kalau diterjemahkan di tingkat kata, lafaz itu memiliki arti الي

'tangan panjang' yang dalam bahasa Indonesia berkonotasi buruk, yakni

suka mencuri. Sedangkan yang di maksud lafaz itu adalah besar

kontribusinya, yang berkonotasi baik.

Dalam bahasa Inggris she sat on the chair with her leg crossed jika

di terjemahkan di tingkat kata menjadi 'Ia duduk di kursi dengan kaki

bersilang'. Sedangkan jika diterjemahkan di tingkat frase menjadi 'Ia duduk

di kursi dengan kaki di atas'.22

A.2. 1. 5. Penerjemahan Tingkat Kalimat (Sentence Level)

Jika penerjemahan di tingkat rangkaian kata tidak dapat dicarikan padanan

yang tepat, maka penerjemahan dilakukan di tingkat kalimat. Dalam

penerjemahan jenis ini, kalimat dijadikan sebagai satuan terjemahan.

Contoh: ى الطالب ينتظر دوره على آان دخول عل ار لل ن

متحانلجنة األ

“Siswa menunggu giliran dengan cemas untuk memasuki ruang ujian”

ة makna asalnya ‘panitia’, sedang dalam kalimat tersebut diartikan لجن

‘ruangan’

A.2. 1. 6. Penerjemahan Tingkat Teks (Text Level)

22 Salihen Meontaha, Bahasa dan Terjemah, h.38

Page 29: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Penerjemahan ini dilakukan dengan melihat teks keseluruhan dengan

menjadikannya sebagai satuan terjemahan. Biasanya jenis penerjemahan ini

digunakan untuk menerjemahkan prosa atau puisi.23 Contoh24:

األمل طول قدغره إشتغل بدنياه يامن

األجل منه دنا حتى غفلة في يزل لم وأ

العمل صندوق والقبر بغتة يأتي الموت

باألجل اال الموت أهوالها على أصبر

Orang yang terpesona oleh kemegahan dunia

Ia terlena oleh rayuan dunia

Ia lalai, ajalpun menjemputnya

Kematian datang tanpa di duga

Alam kubur merupakan ladang amal

Apakah ia sanggup menghadapi kematian?

Kematian datang jika telah tiba waktunya

A. 2. 2. Jenis Penerjemahan di Lihat dari Bentuk Teksnya

23 Salihen Meontaha, Bahasa dan Terjemah, h.38 24 Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Asqalani, Nasâih al-‘Ibbâd (Semarang: ‘Al-‘Alawiyah, tth), h.7

Page 30: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Di lihat dari bentuk teksnya terjemahan di bedakan menjadi dua bagian:25

a. Terjemahan Lisan (Translation)

b. Terjemahan Tulisan (Interpretation)

Terjemahan tulisan ialah terjemahan yang dilakukan secara tertulis,

dapat dilakukan di mana saja, dapat dengan bantuan kamus atau bantuan

orang lain, dan ada jeda waktu. Sedangkan terjemahan lisan ialah

terjemahan yang dilakukan melalui media lisan, tanpa menggunakan kamus

atau referensi lain, secara spontan, dan tempatnya pun ditentukan, seperti di

seminar, kunjungan kenegaraan atau konferensi. Dalam terjemahan lisan,

ada yang di sebut dengan terjemah lisan simultan dan terjemah lisan

konsekutif.

Terjemah lisan simultan dilakukan oleh penerjemah secara

bersamaan (spontan) dengan teks Bsu, tanpa ada jeda waktu. Penerjemah

tidak menunggu sampai pembicara selesai menyampaikan ujarannya.

Sementara dalam terjemahan lisan konsekutif (bergantian) penerjemah

memiliki jeda waktu sampai ujaran asli selesai diutarakan, barulah

penerjemah menerjemahkannya.

A. 2. 3. Jenis Penerjemahan Versi Jacobson

Ramon Jacobson membedakan terjemahan menjadi tiga jenis, yaitu

terjemahan intrabahasa (intralingual translation), terjemahan antarbahasa

(interlingual translation), dan terjemahan intersemiotik.26

25 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 25 26 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 33

Page 31: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Terjemahan intrabahasa adalah pengubahan suatu teks menjadi teks

lain berdasarkan interpretasi penerjemah, dan kedua teks ini ditulis dalam

bahasa yang sama. Misal, kita menuliskan kembali puisi Chairil Anwar

‘AKU’ ke dalam bentuk prosa dalam bahasa Indonesia, maka kita telah

melakukan penerjemahan intrabahasa.27 Sama halnya dengan sebuah karya

tafsir Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan bahasa Arab. Itu bisa disebut

terjemahan intrabahasa, karena menginterpretasikan pesan yang ada dalam

Bsu dengan mengunakan bahasa yang sama, yakni bahasa Arab ke bahasa

Arab.

Terjemahan intrabahasa adalah terjemahan yang sesungguhnya,

yakni mengalihkan pesan yang terdapat pada Bsu ke dalam Bsa. Sehingga

makna yang diinginkan teks Bsu terwakili oleh makna yang ada dalam Bsa.

Yang ketiga adalah jenis terjemahan intersemiotik, yakni terjemahan

yang mencakup penfasiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda

yang lain.

Contohnya, novel 'Ayat-Ayat Cinta’ karya Habiburrahman al-Sirajiy yang

dijadikan film layar lebar yang telah diputar di bioskop dengan judul yang

sama.

A. 2. 4. Jenis Penerjemahan Menurut Ciri-ciri Teks Bsa

Ada tiga jenis terjemahan yang termasuk ke dalam kategori ini, yakni

terjemahan sempurna, terjemahan memadai, dan terjemahan komposit.

Terjemahan sempurna (perfect translation). Yang terpenting dalam

penerjemahan teks ini adalah pesan dari Bsu ke Bsa dan pembaca yang 27 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 33

Page 32: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

membaca teks Bsu kesannya sama dengan pembaca teks Bsa. Jenis

terjemahan ini biasanya dilakukan untuk menjelaskan tulisan-tulisan

informatif (imbauan atau larangan).

Contoh:

No smoking (bahasa Inggris)

Di larang merokok (bahasa Indonesia)

(bahasa Arab) ممنوع التدخين

Terjemahan memadai (adequat translation). Terjemahan ini

diperuntukan bagi pembaca umum yang tidak perduli terhadap naskah

aslinya. Yang terpenting ia memperoleh informasi, terjemahannya enak

dibaca, dan ceritanya menarik. Terjemahan jenis ini lebih mementingkan

enak atau tidaknya hasil terjemahan itu dibaca.

Terjemahan komposit (composit translation). Terjemahan ini

dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga aspek teks Bsu bisa dialihkan

ke dalam teks Bsa. Aspek-aspek ini meliputi makna, pesan, dan gaya.

Biasanya penerjemahan jenis ini dilakukan untuk menerjemahkan karya

sastra.

A. 3. Metode Penerjemahan

Metode dalam KBBI memiliki arti cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang di kehendaki; cara

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi metode penerjemahan ialah suatu

Page 33: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

metode yang dapat mempermudah seorang penerjemah dalam

menerjemahkan.28

Newmark membedakan metode penerjemahan berdasarkan

orientasinya terhadap teks Bsu dan terhadap teks Bsa. Yang berorientasi

kepada teks Bsu ada empat, yakni penerjemahan kata-demi-kata (word for

word translation), penerjemahan harfiyah (literal translation), penerjemahan

setia (faithful translation), dan penerjemahan semantik (semantic

translation). Sedangkan penerjemahan yang berorientasinya kepada teks

Bsa, juga ada empat, yaitu penerjemahan adaptasi (adaptation translation),

penerjemahan bebas (Free Translation), penerjemahan idiomatis (idiomatic

translation), dan penerjemahan komunikasi (communicative translation).29

A. 3. 1. Penerjemahan yang Berorientasi kepada Teks Bsu

Penerjemahan word-for-word (kata-demi-kata). Dalam metode ini kata

perkata dalam Bsu diterjemahkan satu persatu ke dalam Bsa dengan makna

yang paling mendekati teks Bsu dengan tetap mempertahankan struktur atau

susunan kata-kata pada Bsu.

بالنيات األعمال نماإ محمد قال

Berkata Muhamad, "Sesungguhnya perkara perbuatan (amal) itu dengan

niat."

Metode ini bukanlah metode penerjemahan yang baik, karena terkesan kaku

dan tidak mengindahkan struktur bahasa pada Bsa. Untuk tahap awal —

28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740 29 Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2006), h. 55

Page 34: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

terutama untuk Penerjemah pemula— metode ini sangat mungkin

dilakukan.

Penerjemahan harfiyah (literal translatioan). Menurut Larson

terjemahan harfiyah adalah terjemahan yang berusaha meniru bentuk Bsu.

Kontruksi gramatikal Bsu dicarikan padanannya yang terdekat ke dalam

Bsa, tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah dari

konteks.30 Jadi, dalam penerjemahan ini kata-kata diterjemahkan apa adanya

tanpa mengindahkan konteks (unsur di luar bahasa). Metode ini hampir

sama dengan metode terjemah word for word, struktur pada Bsu masih

dipertahankan, tetapi ada upaya penerjemah untuk mengikuti struktur

Bsanya.

Contoh:

البسط آل تبسطها وال عنقك إلى مغلولة يداك تجعل وال

Diterjemahkan harfiyah menjadi “dan janganlah kamu jadikan tanganmu

terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu mengulurkannya.”31

Penerjemahan setia (faithful translation). Penerjemahan ini masih

mempertahankan bentuk dan susunan pada bahasa sumbernya.

Penerjemahan jenis ini berusaha mencarikan padanan makna yang sedekat

mungkin dengan bahasa sumbernya. Penerjemahan jenis ini sangat setia

terhadap teks sunbernya; baik dalam susunan gramatikalnya, bentuk, dan

padanannya. Sehingga kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa sasaran tidak

dipedulikan.

30 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 51 31 Muhamad syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Adab dan Humaniora, jurusan Tarjamah, 2007), h.15

Page 35: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Penerjemahan Semantis (semantic translation). Penerjemahan

semantis adalah penerjemahan yang sangat berpihak kepada makna.

Penerjemah, ketika menerjemahkan suatu teks ia berusaha mentransfer

makna dan gaya yang ada dalam teks sumber ke dalam teks sasaran. Dia

juga berusaha untuk mempertahankan idiolek dan ekspresi penulis. Ia hanya

berusaha menerjemahkan apa yang ada, tidak menambah, mengurangi, atau

mempercantik.32

A. 3. 2. Penerjemahan yang Berorientasi kepada Teks Bsa

Penerjemahan bebas (free translation). Dalam metode ini yang terpenting

adalah pengalihan pesan. Sementara bentuk teks aslinya tidak dihiraukan.

Pengungkapannya dalam teks sasaran dilakukan sesuai kebutuhan calon

pembaca.33 Metode penerjemahan ini biasanya berbentuk paraphrase yang

dapat lebih panjang atau lebih pendek. Karena terdapat perubahan yang

cukup drastis, maka ilmuan linguistik banyak yang pro dan kontra tentang

di sebutnya itu sebuah karya terjemahan. Biasanya metode ini digunakan di

kalangan media massa.

Penerjemahn saduran (adaptation translation). Penerjemahan ini

lebih menekankan pada isi pesan yang terdapat dalam bahasa sumber,

sedangkan bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan pembaca teks bahasa

sasaran. Unsur kebudayaan yang ada dalam versi Bsu disesuaikan dengan

unsur kebudayaan yang terdapat dalam bahasa sasaran.34

32 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 50 33 Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,2006) h.57 34Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan h.56

Page 36: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Dalam metode ini

penerjemah berupaya menemukan padanan istilah, ungkapan, dan idom dari

apa yang tersedia dalam bahasa sasaran. Metode ini menyampaikan pesan

yang terdapat dalam bahasa sumber dengan menggunakan kesan keakraban

dan idiomatik yang tidak ada pada versi aslinya (Bsu).35

Idiomatik merupakan kontruksi yang maknanya tidak dapat dilacak

dari unsur-unsur pembentuknya. Definisi idiom berdasarkan kamus Collins

English Dictionary ialah sekelompok kata yang maknanya tidak dapat dicari

dari makna kata-kata unsurnya. Hasil terjemahan metode ini terbilang

luwes, tidak kaku, dan enak dibaca. Karena metode penerjemahan ini hanya

berusaha untuk menyampaikan makna yang terdapat dalam Bsu, bahkan

mempercantiknya.

Penerjemahan komunikasi (communicative translation).

Penerjemahan ini sangat memanjakan pembacanya. Terjemahan ini

berusaha menciptakan efek yang dialami oleh pembaca bahasa sasaran sama

dengan efek yang dialami oleh pembaca bahasa sumber.36 Namanya juga

penerjemahan komunikasi, berbeda yang diajak bicara berbeda pula

bahasanya. Jika berbicara dengan orang awam, maka harus menggunakan

bahasa yang dapat dimengerti oleh orang awam. Jika berbicara dengan

orang yang memiliki intelektual, maka tentu tidak sama bahasanya dengan

berbicara kepada orang awam.

Contoh:

35 Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h.58 36 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan), h. 49

Page 37: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

مضغة من ثم علقة من ثم نطفة من ثم تراب من خلقناآم فان

ة 'dapat diterjemahkan 'setetes mani' (bagi orang awam) dan 'sperma نطف

(untuk intelektual)

dapat diterjemahkan 'segumpal darah' (untuk awam) dan 'zigot' (untuk علقة

intelektual)

'dapat diterjemahkan 'segumpal daging' (untuk awam) dan 'embrio مضغة

(untuk intelektual)

jadi, penerjemahan metode ini melihat siapa sasaran pembacanya? Apakah

orang awam atau intelektual?

A. 4. Prinsip-Prinsip Penerjemahan

Prinsip penerjemahan adalah seperangkat acuan dasar yang hendaknya di

pertimbangkan oleh penerjemah. Pemilihan prinsip ini di dasari oleh tujuan

penerjemahan. Prinsip-prinsip penerjemahan ini ada yang menitikberatkan

kepada penulis bahasa sumber dan ada yang menitikberatkan kepada

pembaca teks sasaran.37

Prinsip penerjemahan yang setia kepada penulis teks sumber:

a. Terjemahan harus memakai kata-kata teks bahasa sumber. Prinsip

penerjemahan berupaya untuk mempertahankan bentuk dan gaya

yang ada dalam bahasa sumber. Teks bahasa sasaran memakai

37Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, h. 57

Page 38: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

terjemahan harfiyah dari kata-kata yang dipakai dalam bahasa

sumber

b. Kalau dibaca, terjemahan harus seperti karya terjemahan

c. Terjemahan harus mencerminkan waktu ditulisnya teks asli. Dalam

prinsip penerjemahan ini tidak ada istilah memodernkan teks kuno

atau mengkunokan teks modern. Terjemahkan apa adanya sesuai

waktu pada saat pengarang menulisnya

d. Terjemahan harus mencerminkan gaya bahasa teks bahasa sumber

e. Penerjemah tidak boleh menambah atau mengurangi, ataupun

mempercantik hal-hal yang ada di teks bahasa sumber. Terjemahkan

saja apa adanya

f. Genre sastra tertentu harus di pertahankan di dalam terjemahan.

Misalkan dalam menerjemahkan puisi, maka gaya puisinya

dipertahankan, menerjemahkan prosa menjadi sebuah prosa

Prinsip penerjemahan yang setia kepada pembaca teks sasaran:

a. Terjemahan harus memberikan ide teks bahasa sumber dan tidak

perlu kata-katanya yang terpenting dalam prinsip ini ialah makna

yang diinginkan teks bahasa sumber teralihkan ke dalam teks bahasa

sasaran. Tidak peduli tehadap struktur teks bahasa sumbernya.

Sehingga hasil terjemahannya pun lebih luas, fleksibel, dan mudah

dimengerti oleh pembaca

b. Terjemahan harus memiliki gaya sendiri

c. Terjemahan harus menggambarkan waktu saat teks bahasa sumber

diterjemahkan. Seperti halnya penerjemah melakukan penerjemahan

Page 39: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

terhadap teks kuno, yang biasanya tidak menggunakan tanda baca,

paragraph, dan lain-lain. Seperti halnya teks-teks modern. Maka

penerjemah harus memodernkannya, karena penerjemah

menerjemahkan teks klasik itu di masa modern (telah menggunakan

tanda baca).

d. Penerjemah boleh menambah, mengurangi, bahkan mempercantik

teks bahasa sasaran. Sekali lagi, yang terpenting dalam proses

penerjemahan ini ialah makna tersampaikan, hasil terjemahan

terbilang luwes, dan enak dibaca.

Secara umum prinsip penerjemahan ada empat, yakni:38

a. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal

b. Menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami pembaca

c. Menghormati kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa sasaran

d. Menerjemahkan makna bahasa bukan menerjemahkan bentuk

bahasa

B. Teori Hâl dalam Bahasa Arab

B. 1. Pengertian Hâl

Hâl merupakan salah satu bentuk kalimat isim dalam bahasa Arab yang oleh

para ahli nahwu diartikan sebagai kalimat yang menjelaskan keadaaan yang

masih samar dan statusnya dalam kalimat sebagai keterangan tambahan

(aposisi)

Mustofa Amin, mendefinisikannya sebagai kalimat isim yang

dinasabkan, berfungsi untuk menjelaskan keadaan fa'il atau mafu'l bih

38 Wiki Pedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas

Page 40: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

ketika terjadinya suatu pekerjaan. Fa'il dan mafu'l bih ini disebut Shâhib al-

hâl.39

Hâl menurut Muhamad al-Intinakiy ialah isim yang berupa sifat

yang dinasabkan; berfungsi untuk menjelaskan keadaan yang samar dari

Shâhib al-hâl ketika terjadinya suatu pekerjaan. Kedua teori ini cenderung

sama. Dalam teori ini masih terdapat kelemahan, yakni tidak ada kata yang

menunjukan kepada isim nakiroh. Karena disyaratkan bahwa hâl harus

berupa isim nakiroh. Jika bukan berupa isim nakiroh maka harus dita'wil ke

dalam isim nakiroh.

Sementara Fuad Ni'mah mendefinisikannya sebagai, “Kalimat isim

nakiroh yang dinasabkan; berfungsi untuk menjelaskan kesamaran keadaan

fa'il dan mafu'l bih ketika terjadinya suatu pekerjaan, menimbulkan

pertanyaan 'bagaimana ( آيف)'? Sedangkan fa'il dan mafu'l bih itu disebut

Shâhib al-hâl. Shâhib al-hâl harus berupa isim ma'rifah.

Dalam buku al-Nawhu al-Asasiy, disebutkan bahwa hâl adalah sifat

berbentuk isim nakiroh yang dinasabkan. Berfungsi untuk menjelaskan

kesamaran Shâhib al-hâl pada waktu terjadinya pekerjaan.40

Dari keempat teori di atas, Penulis lebih condong terhadap teori yang

dikemukakan oleh Fuad Ni'mah. Definisi tersebut sebenarnya telah

menjelaskan hâl lebih rinci di bandingkan antara ketiga defenisi lainnya.

Sebagaimana yang Penulis ketahui, bahwa definisi adalah kata, frasa, atau

39 Mustofa Amin, al-Nahwu al-Wâdih: Fî Qawâ’idu al-Lughah al-'Arabiyah (libanon: Dar al-Ma'arif, tth), h. 97 40 Hamasah Abdullatief, Nahwu al-Asasiy (Madinah: Dar al-Fikr, 1997).h. 337

Page 41: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

kalimat yang mengungkapakan makna, keterangan, atau ciri-ciri utama dari

orang, benda, proses, atau aktifitas; batasan (arti).41

Mustofa al-Ghalayain dalam bukunya yang berjudul Jami' al-Durus

al-'Arabiyah menuliskan, bahwa hâl adalah sifat tambahan yang disebutkan

untuk menjelaskan kesamaran dan sifat tersebut pantas dilekatkan pada isim

tersebut.

Sedangkan Drs. Abdullah Abbas Nadawi mendefinisikan, "Hâl

adalah istilah tata bahasa Arab yang berarti keadaan pada waktu kata kerja

utama terjadi." Dalam definisi disebutkan 'kata kerja utama', Penulis

berkesimpulan pasti ada kata kerja kedua. Pendapat Penulis, hâl

kedudukannya sebagai kata kerja kedua setelah fi'il yang berfungsi sebagai

kata kerja utama.

Contoh:

قائما محمد خطب

”Muhammad berkhatbah dengan berdiri”

Kalau dilihat secara sepintas teks bahasa sasaran terdapat dua kata kerja,

yakni 'berkhatbah' dan 'berdiri'. Walaupun sebenarnya kalau dilihat teks

bahasa sumbernya, قائما adalah kalimat isim.

B. 2. Pengklasifikasian Hâl dalam Bahasa Arab

Muhamad Amin mengelompokan hâl menjadi lima jenis, yakni hâl mufrad

(tingkat kata), hâl jumlah ismiyah (Klausa Nominal), hâl jumlah fi'liyah

41 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, edisi ke-3, h.1119

Page 42: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

(Klausa Verbal), hâl zaraf (preposisi + N1), dan hâl jar majrur (preposisi +

N1).

1. Hal Mufrad (Tingkat Kata). Mufrad sendiri memiliki arti tunggal (tidak

lebih dari satu). Jadi, hâl mufrad ialah yang teridiri dari isim mufrad (terdiri

dari satu kata). Contoh: أ الت

آل الطعام حارا

”Janganlah kamu makan makanan dalam keadaan panas”

2. Hâl Jumlah Ismiyah (Klausa Nominal). Jumlah ismiyah berarti jumlah

yang terdiri mubtada dan khabar. Hal ini terdiri dari N1(mubtada) + N2

(khabar), biasa diiringi oleh wawu hâliyah. Contoh: التأ آل الفاآهة

وهي فجة

“Janganlah kamu makan buah dalam keadaan masih mentah”

3. Hâl Jumlah Fi’liyah (Klausa Verbal). Hâl ini terdiri dari fi’il dan fa’il,

baik itu fi’il mudore’ (imperfektum) maupun fi’il mâdi (perfektum). Jika

terdiri dari fi’il mâdi di syaratkan fi’il mâdi itu dibarengi oleh huruf wawu

hâliyah dan huruf qad. Contoh:

غاب أخوك وقد حضر جميع األصدقاء

”Saudaramu tidak hadir sedangkan semua teman-teman hadir”

رأيت زيدا يضرب الكلب

”Aku melihat zaid sedang memukul anjing”

Page 43: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

4. Hâl Zaraf (prase prefosisi + N1). Hâl ini terdiri dari zaraf makân

(keterangan tempat). Untuk hâl yang terdiri dari zaraf zamân (keterangan

waktu) Penulis belum menemukan kejelasan, ada atau tidak adakah hâl dari

prefosisi tersebut.

شهدت أخي بين المصلين

“Aku menyaksikan saudaraku berada di antara orang-orang soleh (baik)”

5. Hâl Jar Majrur (prase prefosisi + N1). Kontruksinya terdiri jar majrur.

Contoh:

قال رب نجني من القوم الظالمينفخرج على قومه في زينته

Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut yang menunggu-nunggu,

dengan khawatir, dia berdoa, “Ya, Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-

orang yang lalim,” (Q. S. al-Qasas [28]: 21)

Mustofa al-Ghalayaini mengklasifikasikan hâl menjadi 9 macam,

yaitu hâl mu’assasah, hâl mu’aqadah, hâl maqsudah li dzâtihâ, hâl

haqiqiyah, hâl sababiyah, hâl jumlah, dan hâl syibh al-jumlah.42

1. Hâl Mu’assah ialah hâl yang harus di sebutkan dalam kalimat untuk

memberikan kejelasan maknanya. Hâl ini bersifat ‘umdah bukan fadlah.

Sehingga jika ia dihilangkan dalam suatu kalimat, maka kalimat itu

maknanya akan berantakan.

Contoh:

42 Mustofa al-Ghalayain, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyah, 1992), h. 94

Page 44: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

فا وخلق األنسان ضعيعنكميريد اهللا أن يخفف

“Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan dijadikan manusia

bersifat (dalam keadaan) lemah,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 28)

2. Hâl Mu’aqadah. Hâl ini sifatnya fadlah, hanya sekedar tambahan. Ada

atau tidak adanya hâl itu dalam kalimat tidak akan mengubah makna.

Contoh:

ال تعث فى األرض مفسدا

‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi dengan

kerusakan’. Jika dihilangkan lafaz maka tidak akan مفسدا

mempengaruhi makna. Karena kata تعث sendiri memiliki makna

‘kerusakan’.

3. Hâl Maqsûdah Li Zâ Tihâ. Hâl jenis ini, merupakan jenis hâl yang

sering kita temukan, karena pada dasarnya hâl jenis inilah yang banyak

muncul dalam redaksi kalimat. Karena memang kalimat itu (yang

menjadi hâl) dari awalnya berkedudukan sebagai hâl.

Contoh:

ادسا فرت منفر

”Aku berjalan sendirian”

kata ادمنفر kedudukannya sebagai hâl yang menjelaskan keadaan

kalimat sebelumnya yang kedudukannya sebagai shâhib al- hâl.

Page 45: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

4. Hâl Mu’tiah. Hâl ini kebalikan dari hâl maqsûdah li zâ tihâ. Pada

awalnya kalimat yang menjadi hâl ialah kalimat yang menjadi sifatnya

bukan kalimat yang disifatinya (yang kedudukan selanjutnya sebagai

hâl).

Contoh:

لقيت خالدا رجال محسنا

”Aku menilai Khalid sebagai laki-laki yang baik”

Pada awalnya yang menjadi hâl ialah lafaz محسنا bukan رجال

5. Hâl Haqiqiyah. Hâl Ini merupakan hâl yang sebenar-benarnya, yakni

menjelaskan keadaan yang samar pada waktu terjadinya suatu peristiwa

dan benar-benar berfungsi sebagai hâl bagi kalimat sebelumnya yang

berkedudukan sebagai shâhib al- hâl. Contoh:

جئت فرحا

“Aku datang dengan gembira”

6. Hâl Sababiyah. Hâl ini kebalikan dari hâl haqiqiyah, hâl ini tidak

menjelaskan keadaan shâhib al- hâlnya, melainkan menjelaskan damîr

yang kembalinya damîr tersebut kepada sâhib al-hâl.

Contoh:

آلمت هندا حاضرا أبوها

“Aku berbicara kepada Hindun yang bapaknya hadir”

Page 46: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

7. Hâl Jumlah (Tingkat Struktur/Kalimat). Hâl ini biasanya berpatokan

kepada kaidah nahwu yang berbunyi, معارف الجمل بعد ال

43 أحوال وبعد النكرات صفات

“Jumlah setelah isim ma’rifat kedudukanya menjadi hâl; jumlah

setelah isim nakiroh kedudukannya menjadi sifat”

Hâl jumlah ada dua macam, jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah.

1. Hâl Jumlah Ismiyah (Tingkat Klausa Nominal). Jumlah ismiyah

berarti kalimat yang terdiri mubtada dan khabar. Hal ini terdiri dari

N1(mubtada) + N2 (Khabar), biasa diiringi oleh wawu hâliyah.

contoh:

التأ آل الفاآهة وهي فجة

“Janganlah kamu makan buah dalam keadaan mentah”

2. Hâl Jumlah Fi’liyah (Klausa Verbal). Hâl ini terdiri dari fi’il dan

fa’il, baik itu fi’il mudore’ (imperfektum) maupun fi’il mâdi

(perfektum). Jika terdiri dari fi’il mâdi disyaratkan fi’il mâdi itu

dibarengi oleh huruf wawu hâliyah dan huruf qad.

Contoh:

غاب أخوك وقد حضر جميع األصدقاء 43Antoine Dahdah, Mu’jam Qawâid al-Lughah al-‘Arabiyah: Fî al -Adawât wa al -Lauhât ( Beirut: Maktabah Libanon, 1981), h.

Page 47: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

”Saudaramu tidak hadir sedangkan semua teman-teman hadir”

لبرأيت زيدا يضرب الك

“Aku melihat Zaid sedang memukul anjing”

8. Hâl Syibh al-Jumlah (Prase Prefosisi). Dalam bahasa Arab syibh al-

jumlah ada dua, yakni jar majrur dan zaraf mazrûf.

1. Hâl zaraf (Prase Prefosisi + N1). Hâl ini terdiri dari zaraf makân

(keterangan tempat). Untuk Hâl yang terdiri dari zaraf zamân

(keterangan waktu) Penulis belum menemukan kejelasan, ada atau

tidak adakah hâl dari prase tersebut.

Contoh:

شهدت أ خي بين المصلين

”Aku menyaksikan saudaraku berada di antara orang-orang soleh

(baik)”

2. Hâl Jar Majrur (Prase Prefosisi + N1). Kontruksinya terdiri jar

majrur.

Contoh:

فخرج على قومه فى زينته

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahan,” (Q. S.

al- Qasas [28]: 79)

9. Hâl Mufrad (Tingkat Kata). Mufrad sendiri memiliki arti tunggal (tidak

lebih dari satu). Jadi, hâl mufrad ialah hâl yang terdiri dari isim

mufrad (terdiri dari satu kata).

Page 48: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Contoh:

التأ آل الطعام حارا

“Janganlah kamu makan makanan dalam keadaan panas”

B. 3. Syarat dan Ciri-ciri Hâl dalam Bahasa Arab

B. 3.1. Syarat-Syarat Hâl dalam Bahasa Arab

Dalam buku Jami’ al-Durus disebutkan ada empat syarat yang harus

dimiliki oleh hâl:44

1. Ia harus berupa isim sifat yang dapat berpindah-pindah (tidak tetap).

Keadaan atau sifat yang melekat pada shâhib al-hâlnya bisa berubah.

Terkadang pula terbentuk dari isim sifat yang tetap, yakni sifat atau

keadaan yang melekat pada shâhib al-hâl tidak akan pernah berubah.

Contoh:

وخلق األنسان ضعيفا يريد اهللا أن يخفف عنكم

“Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan manusia

dijadikan bersifat (dalam keadaan) lemah,” (Q. S. al-Nisâ

[4]: 28)

Keadaan lemah yang disandang oleh manusia sampai kapanpun tidak akan

pernah berubah.

2. Ia harus berupa isim nakiroh. Jika terdiri dari isim ma’rifat maka

harus dita’wil menjadi isim nakiroh. Walaupun terdiri dari isim

ma’rifat itu hanya lafaznya saja sedangkan maknanya tidak.

44 Mustofa al-Ghalayain, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah, h.

Page 49: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Contoh:

منفردة ذهبت فا طمة الى السوق وحدها اي

3. Sifat atau keadaan itu memang pantas terdapat pada shâhib al- hâl

(logis).

Contoh:

يفر أسد باآيا

“Singa berlari sambil menangis”

Kalimat ini tidak logis, karena sifat atau keadaan (hâl) yang melekat pada

shâhib al- hâl tidak logis, apakah singa pernah menangis?

4. Hâl harus dari isim musytaq (dapat ditasrif). Musytaq sendiri

memiliki arti kata jadian. Ia terbentuk dari kata lain. Jika ada hâl

terdiri dari isim jamid maka harus dita’wil ke dalam isim musytaq.

5. Jika hâl terdiri dari jumlah ismiyah atau jumlah fi’liyah yang

didahului oleh prefosisi qad dan tidak ada damir yang kembali

kepada shâhib al- hâl maka wajib menggunakan wawu. Wawu ini

biasa di sebut dengan wawu hâliyah.

Contoh:

نني وقد تعلمون ا قال موسى لقومه يا قومي لم تؤ ذذإو

ليكمإني رسول اهللا إ

“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada Kaumnya, ‘Hai kaumku,

mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa

Page 50: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu.’,” (Q. S. al-Saf

[61]: 5)

رأيت غاب أخوك وقد حضر جميع األصدقاء

”Semua teman-teman hadir sedangkan saudaramu tidak hadir”

B. 3. 2. Ciri-Ciri Hâl dalam Bahasa Arab

Hâl dalam Bahasa Arab memiliki beberapa ciri, di antaranya:

a. Harus berupa isim sifat (isim fa’il dan isim maf’ul) atau syibh al-

jumlah

b. Menimbulkan pertanyaan “Bagaimana?” (آيف)

c. Dibaca nashab (fathah)

d. Menerangkan keadaan ketika terjadinya suatu pekerjaan.

e. Terbentuk dari isim nakiroh dan isim musytaq

B. 4. Padanan Hâl dalam Bahasa Arab

B. 4. 1. Berpadanan dengan Keterangan Cara

Page 51: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu

peristiwa yang sedang berlangsung.45 Definisi ini hampir mirip dengan

definisi hâl yang di kemukakan oleh Dr. Abdullah Abbas Nadwi, yakni hâl

adalah sebuah istilah tata bahasa arab yang berarti keadaan pada waktu kata

kerja utama terjadi.

Hasan Alwi, dkk mencatat, bahwa ada riga prefosisi yang menyatakan

keterangan cara, yakni prefosisi dengan, secara, dan tanpa. Selain dengan

prefosisi, keterangan cara juga dapat dibentuk dengan menambahkan

imbuhan se- dan akhiran –nya pada kata ulang. Contoh:

ا فجزاؤه جهنم متعمدومن يقتل مؤمنا

“Siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya

Neraka Jahanam,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 93)

نما يأآلون في بطونهم إن الذ ين يأآلون أموال اليتيمي ظلما إ

نارا

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim

sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 10)

جاء زيد لم يضحك

“Zaid datang tanpa tertawa”

يفر خالد مسرعا

”Khalid berlari secepat-cepatnya” 45 Hasan Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: balai pustaka, 2003), edisi ke-3, h. 370

Page 52: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

B. 4. 1. Berpadanan dengan padahal

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, وما لنا ال نؤ من باهللا وما جاءنا من

الحق ونطمع أن يد خلنا ربنا مع القوم الصالحين

“Dan mengapa kami beriman kepada Allah dan kepada kebenaran Al-

Quran yang datang kepada kami padahal kami bermaksud benar supaya

kami dimasukan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang saleh”,

(Q. S. al-Maidah [5]: 84)

B. 4. 2. Berpadanan dengan imbuhan ber- + kata ulang

Di antara makna imbuhan ber- ialah menerangkan dalam keadaan. Selain itu

ber-, memiliki fungsi untuk menguatkan dan memformalkan status verba

tersebut.46 Contoh:

سالم زمرايدخل القريش في األ

“Orang-orang Quraisy masuk Islam berbondong-bondong”

يأيها الذين أمنوا خذوا خذ رآم فانفروا ثباتا أو نفروا جميعا

“Hai orang-orang yang beriman bersiap siagalah kamu, majulah kemedan

pertempuran berkelompok atau majulah ke medan pertempuran bersama-

sama,” (an-Nisa [4]: 71).

B. 4. 3. Berpadanan dengan kata penghubung sambil

Kata penghubung sambil dengan fungsi menggabungkan menyatakan

‘keadaan’ digunakan di depan unsur kalimat yang berfungsi keterangan.

Kata penghubung sambil bisa diganti dengan kata seraya.47 46 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), edisi ke-3, h. 137

Page 53: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Contoh: Dibacanya surat itu sambil tersenyum

ويتفكرون في خلق ا وقعود قيا مالذين يذ آرون اهللا ا

السموات و األرض

"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi," (Q.S. al-Imran [3]: 191)

B. 4. 1. Berpadanan dengan Keterangan keadaan

Keterangan keadaan menerangkan keadaan apa yang tersebut pada predikat,

salah satu kata penghubung keterangan keadaan ialah prase dengan. Contoh:

ا يترقب قال رب نجني من القوم الظالمينخائففخرج منها

Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut yang menunggu-nunggu,

dengan khawatir ia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-

orang yang lalim, ” (Q. S. al-Qasas [28]: 21)

Keterangan alat sama dengan keterangan keadaan tetapi frase yang terdapat

di belakang kata dengan tidak sama.

Bandingkan:

a. Dia melempar kekasihnya dengan bunga

b. Dia melempar kekasihnya dengan senyuman manis

kalimat (a), dibelakang kata dengan terdapat kata bunga. Bunga dipakai

sebagai alat untuk melempar, karena frase dengan bunga dinamai

47 Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h. 160

Page 54: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

keterangan alat. Pada kalimat (b), di belakang kata dengan terdapat frase

tersenyum manis, frase ini menerangkan keadaan waktu pekerjaan

melempar dilakukan. Karena itu frase tersebut dinamai keterangan keadaan.

B. 4. 1. Berpadanan dengan Dalam keadaan

Contoh:

وخلق األنسان ضعيفا يريد اهللا أن يخفف عنكم

“Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan manusia

dijadikan bersifat (dalam keadaan) lemah.” (Q. S. al-Nisâ

[4]: 28)

B. 5. 1. Berpadanan sedang

Contoh:

بة آ يسجد ما في السموات وما في األر ض من دوهللا

والمال ئكة وهم ال يستكبرون

Page 55: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di langit dan

semua mahluk melata (juga) para malaikat sedang mereka tidak

menyombongkan diri,” (Q.S. al- Nahl [ ]: 49)

B. 4. 1. Berpadanan dengan ter- + kata dasar yang menyatakan keadaan

Imbuhan ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif yang menyatakan

keadaan.48

Contoh: Tubuhnya kaku tergeletak

مئنا نام محمد مط

”Muhammad tidur dengan nyenyak” atau ”Muhammad tidur terlelap”

48 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 252

Page 56: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

BAB III

MENGENAL KITAB BULÛGH AL-MARÂM

A. Sinopsis

Kitab Bulûgh al-Marâm merupakan hasil buah karya al-Hafizh ibnu Hajar

al-'Asqalani (w. 852 H) yang sangat popular di dunia Islam. Kitab ini berisi

hadîst-hadîst tentang munakahat, muamalah, ibadah, dan jihad. Kitab ini

terbagi menjadi 16 bab dan berisi 1358 buah hadist.49 Kitab ini sangat

penting bagi umat Islam yang ingin mendalami asas syari'at Islam.

Buku ini berisi kumpulan hadîst tentang hukum (fikih) yang

disandarkan pada enam kitab hadîst (kutub al-sittah), yaitu Shahih al-

Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Nasai, al-Tirmizdi, dan Ibnu Majah; mulai

dari soal bersuci (thaharah), soal perkawinan, transaksi bisnis, dan jihad. Ia

juga banyak mengutip hadîst dari Ahmad bin Hambal, al-Thabrani, al-

Hakim, al-Daruquthni, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Khuzaimah,

dan lain-lain.

B. Riwayat Hidup Penulis

Ibnu Hajar al-‘Asqalani Beliau adalah al-Imam al-‘Allamah al-Hafizh

Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad

bin Ali bin Mahmud bin Hajar, al-Kinani, al-‘Asqalani, al-Syafi’i, al-Mishri.

Kemudian dikenal dengan nama Ibnu Hajar, dan gelarnya “al-Hafizh”.

Adapun penyebutan ‘Asqalani' adalah nisbat kepada ‘Asqalan’, sebuah kota

yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah (Jalur Gaza-red).

49 http://mohdfikri.com/blog/kitab-arab/ulum al-hadist/kitab bulugh al-maram.html

Page 57: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Beliau lahir di Mesir pada bulan Sya’ban 773 H, namun tanggal

kelahirannya diperselisihkan. Beliau tumbuh di sana dan termasuk anak

yatim piatu, karena ibunya wafat ketika beliau masih bayi. Ibunya Tujjar,

adalah seorang wanita kaya yang aktif dalam kegiatan perniagaan. Ayahnya,

Nurudin Ali wafat pada tahun 777 H, ketika Beliau masih kanak-kanak,

kira-kira berumur empat tahun. Ketika wafat, Ayahnya berwasiat kepada

Zakiyuddin Abu Bakar al-Kharrubi untuk mengasuh Ibnu Hajar yang masih

bocah itu.

Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan al-Qur’an)

setelah genap berusia lima tahun. Hafal Al-Qur’an ketika genap berusia

sembilan tahun. Di samping itu, pada masa kecilnya, Beliau menghafal

kitab-kitab ilmu yang ringkas, sepeti al-‘Umdah, al-Hawi ash-Shagir,

Mukhtashar Ibnu Hajib dan Milhatul I’rab. Semangat dalam menggali ilmu,

Beliau tunjukkan dengan tidak mencukupkan mencari ilmu di Mesir saja,

tetapi beliau melakukan rihlah (perjalanan) ke banyak negeri, seperti

Mekah, Madinah, Hedjaz, Palestina, Damaskus, dan Suriah. Semua ini,

dilakukan oleh al-Hafizh untuk menimba ilmu, dan mengambil ilmu

langsung dari ulama-ulama besar.

Beliau belajar ilmu bahasa dan sharaf kepada Jamaluddin al-Bulqini,

Ibnu al-Mu'an, al-Fairuz dan Muhibbuddin bin Hisyam (w.799); belajar

ilmu qira'ah kepada al-Tanukhi; belajar sejarah kepada Syamsuddin

Muhammad bin Ali bin Qattam; belajar hadîst kepada Zainuddin al-Iraqi (w.

800 H).50

50 Azyumardi azra, dkk., Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 154

Page 58: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Perjalanan Karir:

1. Dosen di Syaikhuniyah (Maret 1406)

2. Dosen di Madrasah Jamalia (November 1408)

3. Dosen di madrasah Mankutimuriyah (Oktober 1409)

4. Kepala Bidang Pengawasan Pendidikan Administrasi (6 Juli 1410)

di perguruan Baybarsiyah kurang lebih selama 31 tahun.

5. Sebagai hakim di Mesir (827 Muharam-827 Zulkaidah)

6. Khatib di al-Azhar dan di masjid Amr bin Ash

7. mendirikan kantor mufti di Dar al-'Adl (811 H)

8. Administrator perpustakaan al-Mahmudiyah ( 826 H)

Karya-Karya al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani

Beliau mulai menulis pada usia 23 tahun, dan terus berlanjut sampai

mendekati ajalnya. Menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya

beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini

menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Di antara karya beliau

yang terkenal ialah:

• Fath al-Bâri Syarh Shahih Bukhari,

• Bulûgh al-Marâm min Adillat al-Ahkâm,

• Al-Ishabah fi Tamyizi al-Shahabah,

• Tahdzîb al-Tahdzîb,

• Al-Durâr al-Kamînah,

• Taghliq al-Ta’liq,

• Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.

Page 59: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Ibnu Hajar wafat pada tanggal 28 Dzulhijjah 852 H di Mesir, setelah

kehidupannya dipenuhi dengan ilmu nafi’ (yang bermanfaat) dan amal

shalih. Beliau dikuburkan di Qarafah ash-Shugra.

C. Riwayat Hidup Penerjemah

Muhamad Machfudin Aladip bin Haji Fadhil bin Haji Soepandi bin

Muhamad Dai’in dilahirkan pada tahun 16 juni 1942 di Pasir Kupang

Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat. Pada usia 2

tahun ia ditinggal wafat oleh ibunya.

Pendidikan:

1. Pada tahun 1949 masuk Sekolah Rakyat Negeri merangkap

Madrasah Ibtidaiyah

2. Tahun 1956-1958 masuk perguruan Al-qu'ran di Pandeglang, Banten

3. Tahun 1958-1960 masuk perguruan Nahwi Wa Sharfi di pondok

pesantren Dangdeur, Cianjur

4. Tahun 1960 masuk perguruan salafiyah Syafi’iyah Tebuireng

Jombang. Dan masuk Madrasah al-Wustha setingkat Madrasah

Tsanawiyah 6 tahun, tamat tahun 1963.

5. Tahun 1963 masuk sekolah persiapan IAIN al-Jami’iyah al-

Islamiyah al-Hukumiyah Kediri

6. Tahun 1965-1968 masuk Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kali Jaga

Yogyakarta. Kemudian melanjutkan Doktoral 1 jurusan

Perbandingan Agama.

Page 60: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Karir:

1. Tahun 1968-1971 menjadi guru tidak tetap sekolah persiapan IAIN

Sunan Ampel Tulungagung dan sebagai asisten dosen Fakultas

Tarbiyah IAIN Tulungagung mengampu mata kuliah pengantar Ilmu

Kalam

2. Tahun 1971 diangkat sebagai guru tetap sekolah persiapan IAIN

Sunan Ampel Tulungagung dan sebagai dosen tidak tetap Fakultas

Tarbiyah IAIN Tulungagung dalam mata kuliah Pengantar Ilmu

Kalam dan Pengantar Pendidikan Islam

3. Tahun 1974 pindah mengajar ke sekolah persiapan IAIN Kediri

sebagai guru tetap dengan mata pelajaran Ilmu Tauhid dan

Alquran/Tafsir

4. Tahun 1978 sebagai guru tetap Madrasah Aliyah Negeri Kotamadya

Kediri dan memegang mata pelajaran Al-qur'an Hâdist dan Ilmu

Tafsir

5. Tahun 1980 lulus penataran P4 Taype A angkatan ke-VII dan

kemudian bersama temannya mendirikan sekolah SMA Prasetia

Wiyata

6. Tahun 1981 mendirikan sekolah Madrsah Aliyah Nur al-Ula,

Jamsaren, Kediri

7. Tahun 1982 mendirikan sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama

dan sekolah Menengah Umum Tingkat Atas bersama pengasuh

pondok pesantren Kedunglo Kediri

Page 61: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

8. Tahun 1983 mendirikan Universitas Islam Kediri (UNISKA)

bersama teman-temannya

9. Tahun 1984 menjadi stap seksi IV pada bidang Pembinaan

Perguruan Agama Islam kantor wilayah Departeman Agama

propinsi Jawa Timur

Karya-Karyanya:

1. Tuntunan Praktis Salat, penerbit Ramadhani, Solo

2. Adzan, penerbit Ramadhani, Solo

3. Do’a-do’a dalam hâdist Rasulullah, penerbit Karya Utama

Surabaya

4. Terjemah Juz Amma, penerbit Karya Utama Surabaya

5. Mari Salat (Hayya ‘Ala al-Salat), penerbit Karya Utama Surabaya

6. Dalil-dalil Naqli Pendidikan Agama Islam untuk SMA, kurikulum

1984, penerbit CV, Exspress Surabaya

7. Pendidikan Agama Islam untuk SMS—kurikulim 1984—penerbit

CV. Exspress Surabaya

8. Cerdas Cermat Agama Islam, penerbit Karya Utama Surabaya

9. Aqidah Akhlaq untuk Ibtidaiyah, penerbit CV. Anda Sidoarjo

10. Ibadah Syari’ah untuk Ibtidaiyah, penerbit CV. Anda Sidoarjo

Page 62: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h
Page 63: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

BAB IV

ANALISIS Hâl dalam BUKU BULÛGH AL-MARÂM

1. Hâl Mufrad (Tingkat Kata)

Penulis menemukan hâl mufrad (tingkat kata) dalam buku Bulûgh al-

Marâm pada bab Tahârah sebanyak 5 buah.

51هبو ثنم رفظا بساب يهكح أتنآدقل

“Benar-benar aku telah mengosok-gosokan mani yang sudah dalam keadaan kering itu dengan kukuku dan kain Beliau.”

Hâl pada kalimat di atas ialah kata سا sighat isim fa'il dari kata , ياب

بس سا .'yang memiliki arti 'kering ي merupakan kalimat hâl dalam bentuk ياب

mufrad (tingkat kata). Penerjemah menerjemahkan hâl itu dengan 'dalam

keadaan kering'. Terjemahan ini sudah benar dan sudah menggunakan

padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl

dalam bahasa Indonesia ialah dengan menggunakan prefosisi ’dalam

keadaan’.52

53ءوضلو ارث أن منيلجحا مر غةاميلق امو ينوتأي يتم أنإ

“Umatku akan datang kelak pada Hari Kiamat dengan penuh kecemerlangan pada wajahnya lagi berseri-seri sinarnya (terlihat) dari bekas wudhunya.”

51 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip (Semarang: Karya Toha Putra, tth), h. 13 52 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an (Bandung: Tim Mizan, 1979), h. 310 53 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 21

Page 64: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Hâl pada kalimat di atas ialah ين محجل . Hâl di sini berfungsi untuk

menjelaskan keadaaan dari maf'ulbihnya, yakni lafaz ر اغ . Kata ين محجل

sighatnya ialah isim fa'il dan bentuknya ialah jama mudzâkar al-sâlim

dengan ciri nasabnya berupa ي dan ن . Penerjemah menerjemahkan ين محجل

'dengan penuh kecemerlangan'. Terjemahan ini menggunakan padanan hâl

yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam

bahasa Indonesia ialah berpadanan dengan keterangan cara. Keterangan cara

sendiri bisa menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan ‘tanpa’.54

55طجعا نام مضء على منلوضونما اإ

“Bahwasanya wudhu itu hanya diharuskan kepada orang yang tidur dengan berbaring.”

Hâl pada kalimat di atas ialah طجعامض . Hâl di sini berfungsi untuk

menjelaskan keadaaan fa'il yang berupa isim damĭr, yakni هو. Kembalinya

damĭr tersebut kepada ن طجعامض Kata .م sighatnya ialah isim fa'il dan kata

dasarnya ialah yang berarti 'tidur miring'. Penerjemah menerjemahkan عضج

kata ض طجعام 'dengan berbaring'. Terjemahan ini sudah menggunakan

padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan

hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan dengan keterangan cara.

Keterangan cara sendiri bisa menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan

‘tanpa’.56

54 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), edisi ke-3, h. 370 55 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 40 56 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370

Page 65: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

س معهما ماء الة وليخرج رجال ن فى سفر فحضرت الص

فتيمما

57دا طيبا فصلياصعي

“Telah keluar dua orang laki-laki dari perjalanan jauh, padahal salat telah hampir dimulai sedang keduanya tidak mempunyai air. Lalu mereka tayamum dengan debu yang suci lagi bersih dan salatlah mereka.”

Hâl pada kalimat di atas ialah عي داص , sighatnya sifat musyabahah bi

ism al-fa'il. Penerjemah menerjemahkan kata عي داص 'dengan debu'.

Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa

Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah

berpadanan dengan keterangan cara. Keterangan cara sendiri bisa

menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan ‘tanpa’.58

ت مع النبي ص قال آن ه عنبة رضي اهللا شعنلمغيرة ب اعن

تهما خلهمافاني أده فقال دعزع خفيألن تويفأه م فتوضأ

59همان فمسح عليطاهرتي

Dari Mughirah putra Syu’bah, ra. Ia berkata, "Aku bersama Rasulullah Saw. (dalam suatu perjalanan), lalu Beliau (bermaksud) wudhu, maka akupun (berjongkok) memajukan tanganku untuk mencopot kedua sepatu beliau, lalu beliau bersabda, "Biarkanlah karena aku telah

57 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 61 58 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370 59 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladp, h. 28

Page 66: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

memasukan kedua sepatu itu dalam keadaan suci, lalu beliau membasuh dua sepatunya itu.”

Hâl pada kalimat di atas ialah اهرتي نط . Hâl di sini berfungsi untuk

menjelaskan keadaaan dari maf'ulbihnya, yakni damĭr ا yang kembalinya هم

kepada هخفي . Kata اهرتي نط sighatnya ialah isim fa'il dan bentuknya ialah

tasniyah dengan ciri nasabnya menggunakan ي dan ن. Penerjemah

menerjemahkan kata اهرتي نط 'dalam keadaan suci'. Terjemahan ini sudah

menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah

satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan prefosis

‘dengan’.60

2. Hâl Jumlah Ismiyah (Klausa Nominal)

60 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

Page 67: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Hâl pada jumlah ismiyah maupun jumlah fi’liyah diharuskan menggunakan

rabit, baik itu rabitnya dengan huruf wawu hâliyah, damîr, ataupun

menggunakan kedua-duanya. Penulis menemukan hâl jumlah ismiyah

(klausa nominal) dalam buku Bulûgh al-Marâm pada bab Tahârah sebanyak

9 buah.

ى وهو على راحلته ولعابهانل اهللا ص م بمخطبنا رسو

61فىل على آتيسي

“Rasulullah Saw. khutbah di depan kami sewaktu di Mina, sedang Beliau (tetap) berada dalam tunggangannya. Dan air liur tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku.”

Yang kedudukannya menjadi hâl dalam kalimat di atas ialah وهو على

ه dan (هو ) Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada .راحلت

khabar ( ى ه عل راحلت ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ة dan واو الحالي

damîr و ه . Damîr tersebut kembalinya kepada و ل اهللارس . Penerjemah

menerjemahkan kata ى و عل هوه راحلت ‘sedang beliau berada dalam

tunggangannya’. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang

tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah

satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.62

61 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 13 62 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

Page 68: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

ل يسي نى وهو على راحلته ولعابهال اهللا ص م بمخطبنا رسو

63فىعلى آت

“Rasulullah Saw. khutbah di depan kami sewaktu di Mina, sedang Beliau (tetap) berada dalam tunggangannya. Dan air liur tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku.”

Yang kedudukannya menjadi hâl dalam kalimat di atas ialah ا ولعابه

ليسي . Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( ا dan (لعابه

khabar ( سي لي ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ة dan isim واو الحالي

damîr. Penerjemah menerjemahkan kata سي ا ي لولعابه 'dan air liur

tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku’. Terjemahan ini kurang

tepat, karena tidak menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa

Indonesia. Alangkah baiknya jka diterjemahkan ‘sedang air liur

tunggangannya meleleh mengaliri pundakku’. Prefosisi ’sedang’ merupakan

salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa indonesia.64

65لنه وهو يبو ذآره بيمياليمسن أحدآم

“Jangan hendaknya seseorang di antara kamu memegangi kemaluannya dengan tangan kanan, sedangkan ia dalam keadaan buang air besar.”

63 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 13 64 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310 65 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 45

Page 69: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Hâl pada kalimat di atas ialah و و يب لوه . Hâl ini ialah hâl jumlah

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( هو) dan khabar ( و ليب ). Hâl ini memiliki

dua rabit, yakni huruf ة واو الحالي dan damĭr هو . Damĭr tersebut kembalinya

kepada و ل اهللارس . Penerjemah menerjemahkan kata و و يب لوه 'sedangkan ia

dalam keadaan buang air besar'. Terjemahan ini sudah menggunakan

padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’

merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.66

Terjemahan ini kurang efektif karena menggunakan kata yang sebenarnya

tidak perlu, seperti hendaknya dan sedangkan. Penulis memiliki alternatif

terjemahan lain 'janganlah seseorang di antara kamu memegangi

kemaluannya dengan tangan kanan ketika sedang buang air besar'. Sehingga

tidak terjadi pemborosan kata.

و ان رس ن آ ب م و جن ام وه ر أنل اهللا ص م ين سي غي يم

67ماء

“Rasulullah Saw. biasa tidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air lagi.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ب و جن Hâl ini ialah hâl jumlah .وه

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (هو) dan khabar ( ب Hâl ini memiliki .(جن

dua rabit, yakni huruf ة dan damĭr واو الحالي هو . Damĭr tersebut kembalinya

kepada و ل اهللارس . Penerjemah menerjemahkan kata ب و جن dalam keadaan' وه

66 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310 67 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 54

Page 70: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

junub'. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam

bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa

Indonesia ialah ‘dalam keadaan’.68

ي صالة ول ضرت ال فر فح اء س معهم خرج رجال ن فى س ا م

69طيبا فصليا فتيمما صعيدا

“Telah keluar dua orang laki-laki dari perjalanan jauh, padahal salat telah hampir dimulai sedang keduanya tidak mempunyai air. Lalu mereka tayamum dengan debu yang suci lagi bersih dan salatlah mereka.”

Hâl pada kalimat di atas ialah س معهما ماءولي . Hâl ini ialah hâl jumlah

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( اء ا ) dan khabar (م يس Sedangkan .(معهم ل

merupakan isim yang beramal seperti amal ان yakni merafa'kan isim dan ,آ

menasabkan khabar. Lafaz ا berkedudukan sebagai khabar laisa معهم

mukadam dan lafaz اء م ialah isim laisa mu'akhar. Hâl ini mempunyai dua

rabit, yakni huruf ة dan damîr واو الحالي ا Penerjemah menerjemahkan هم

kalimat اء ولي س معهما م 'sedang keduanya tidak memiliki air'. Terjemahan ini

sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia,

karena prfosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam

bahasa Indonesia.70

68Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310 69 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 61 70Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

Page 71: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

ن شة وع ي اهللا عن عائ ت رض ا قال ان ه و آ ل اهللا ص م رس

71حائضفيباشرني وأنا مرني فأتزريأ

Dari Aisya ra. Ia berkata, "Rasulullah Saw. pernah menyuruhku memakai sarung saja, lalu beliau menempelkan badannya ke badanku, padahal aku sedang haid.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ا ائض وأن Hâl ini ialah hâl jumlah .ح

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (ا ائض) dan khabar (أن Hâl ini .(ح

mempunyai dua rabit, yakni huruf ة ا dan damîr واو الحالي Penerjemah . أن

menerjemahkan kalimat ا ائضح وأن 'padahal aku sedang haid'. Terjemahan

ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia,

karena prefosisi ‘padahal’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat

dalam bahasa Indonesia, sebagaimana yang ada di dalam Al-qur’an surat al-

Maidah [5]: 84.72

ن اب ي اهللا عنان عبوع نس رض وه ع ى رس ل اهللا ص م ف

73وهي حائض رأتهمإالذي يأتي

“Dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah Saw. mengenai orang yang menyetubui isterinya yang sedang haid.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ائض ي ح Hâl ini ialah hâl jumlah .وه

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damîr هي ) dan khabar ( ائض Hâl ini .(ح

71 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 68 72 Departemen Agama, Terjemah Alquran (Jakarta: Depag, tth), h. 73 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 68

Page 72: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

memiliki dua rabit, yakni huruf ة dan damĭr واو الحالي هي . Terjemahan ini

sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia,

karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat

dalam bahasa Indonesia.74

ي ص ا جبال عب معاذ بن وعن س رضي اهللا عنه أنه سأل النب

75ه وهي حائضرأتمإ للرجل من يحل م ما

Dari Mu'adz putera Jabal ra., "Bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang apa saja yang di perbolehkan bagi suami terhadap isteri yang sedang dalam haid?"

Hâl pada kalimat di atas ialah ائض ي ح Hâl ini ialah hâl jumlah .وه

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damĭr هي ) dan khabar ( ائض Hâl ini .(ح

memiliki dua rabit, yakni huruf ة dan damĭr واو الحالي هي . Terjemahan ini

sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia,

karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat

dalam bahasa Indonesia. Pada terjemahan tersebut, ada satu kata yang

membuat hasil terjemahan menjadi tidak nyaman dibaca, yakni kata

‘dalam’. Hasil terjemahan lebih nyaman dibaca jika kata itu dihilangkan,

menjadi 'sedang haid'. Sehingga terjemahannya menjadi “bahwasanya ia

pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang apa saja yang di

perbolehkan bagi suami terhadap isteri yang sedang haid?”

74 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310 75 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 69

Page 73: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

قال النبى ص م ما قطع من البهيمة وهي حية فهو

76ميت

Bersabda Rasulullah Saw., "Sepotong barang yang di putus dari binatang, sedang binatang itu dalam keadaan hidup maka hukumnya bangkai."

Hâl pada kalimat di atas ialah ة ي حي وه . Hâl ini ialah hâl jumlah

ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damĭr هي ) dan khabar ( ة Hâl ini .(حي

memiliki dua rabit, yakni huruf ة dan damĭr واو الحالي هي . Terjemahan ini

sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia,

karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat

dalam bahasa Indonesia.77 Tetapi alangkah baiknya jika diterjemahkan,

Rasulullah Saw. bersabda, "Satu anggota tubuh yang di putus dari binatang,

sedang binatang itu masih hidup maka hukumnya bangkai."

3. Hâl Jumlah Fi’liyah (Klausa Verbal)

Penulis menemukan hâl jumlah ismiyah (klausa nominal) dalam buku

Bulûgh al-Marâm pada bab Tahârah sebanyak 9 buah. 76 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 7 77 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

Page 74: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

رج م خ سائه ث ض ن ل بع ي ص م قب ملإأن النب صالة ول ى ال

78يتوضأ

“Rasulullah Saw. pernah mencium salah seorang isterinya, lalu beliau pergi untuk salat dan wudhu lagi.”

Hâl pada kalimat di atas ialah أ م يتوض Hâl ini ialah hâl jumlah .ول

fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( أ هو dan fa'il (damĭr ( يتوض ). Hâl ini

memiliki satu rabit, yakni ة Dalam menerjemahan hâl pada kalimat . واو الحالي

di atas, penerjemah kurang tepat, yakni penerjemah menerjemahkannya 'dan

wudhu lagi' seharusnya 'tanpa wudhu lagi', karena pada kalimat fi'il tersebut

terdapat huruf لم. Sehingga terjemahannya menjadi “Rasulullah Saw. pernah

mencium salah seorang isterinya, lalu beliau pergi untuk salat tanpa wudhu

lagi.” Prefosisi ‘tanpa’ merupakan salah satu padanan hâl dalam bahasa

Indonesia, karena prefosisi ‘tanpa’ salah satu kata yang termasuk ke dalam

keterangan cara.79

78 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 79 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370

Page 75: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

ى ال وف ي ص م رج هرأى النب مل الظفمث قدم صبر ل ه ي

80لماءا

“Nabi Saw. melihat seorang laki-laki dan pada kakinya ada semacam kuku yang tidak terkena air (ketika wudhu).”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah اء صبه الم م ي ل . Hâl ini ialah

hâl jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( صب ه ي ) dan fa'il (damĭr

رالظف damĭr tersebut kembalinya kepada lafaz ,(هو . Hâl ini memiliki satu

rabit, yakni damĭr و ,Dalam menerjemahan hâl pada kalimat di atas . ه

penerjemah kurang tepat, yakni penerjemah menerjemahkannya ‘tidak

terkena air' seharusnya 'tanpa terkena air’, karena kalimat tersebut

kedudukannya menjadi hâl maka harus menggunakan padanan yang tepat

dalam bahasa Indonesia dan kata ‘tanpa’ merupakan salah satu padanan hâl

dalam bahasa Indonesia.81 Walaupun hasil terjemahan itu dapat dipahami,

tetapi Penulis memiliki alternatif lain, yakni “Nabi Saw. melihat seorang

laki-laki ketika wudhu, pada kakinya ada semacam kuku tanpa terkena air.”

80 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 68 81 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370

Page 76: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

لعشاءتظر اده ينعه علىل هللا ص محا ب رسوآان أص

82نن وال يتوضؤوو ثم يصلسهمفق رؤوتخ حتى

“Biasa para sahabat Rasulullah Saw. menunggu sampai dikerjakannya salat Isya pada masa Rasulullah Saw. Hingga terkulai kepala mereka, kemudian mereka salat (bersama Nabi) dan mereka tidak wudhu lagi.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah نوال يتوضؤو . Hâl ini ialah hâl

jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( ؤو نيتوض ) dan fa'il (damĭr

م حا بأص damĭr tersebut kembalinya kepada lafaz ,(ه . Hâl ini memiliki satu

rabit, yakni ة واو الحالي ؤو . نيتوض bentuknya ialah jama’ mudzakar al-salim

dengan ciri rafa’ menggunakan wawu dan nun. Dalam menerjemahan hâl

pada kalimat di atas, terdapat kekurangatepatan, yakni penerjemah

menerjemahkannya ‘dan mereka tidak wudhu lagi' seharusnya ' tanpa

wudhu lagi’ karena kalimat tersebut kedudukannya menjadi hâl maka harus

menggunakan padanan yang tepat dalam bahasa Indoneisa dan ‘tanpa’

merupakan salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia.83 Walaupun

hasil terjemahan itu dapat dipahami, tetapi kurang efektif. Yang membuat

hasil terjemahan tersebut kurang eketif karena kata ‘mereka’ digunakan

berulang kali. Menurut Penulis alangkah baiknya bila diterjemahkan “di

zaman Rasulullah Saw. biasa para sahabat menunggu sampai dikerjakannya

salat Isya. Hingga terkulai kepala mereka, kemudian mereka salat (bersama

Nabi Saw.) tanpa wudhu lagi.”

82 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 33 83 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370

Page 77: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

84 جنبا يكناءن ما لمرئنا القرل اهللا ص م يقآان رسو

“Rasulullah Saw. membacakan (ayat-ayat) Al-Qur'an di muka kami, selagi Beliau tidak dalam keadaan junub.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah ا ن جنب ‘يك م ا ل Hâl ini ialah . م

hâl jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( ن يك ) dan fa'il (damĭr

و اهللا damĭr tersebut kembalinya kepada lafaz ,(هو لرس . Hâl ini memiliki satu

rabit, yakni damir هو . Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl

yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena ‘dalam keadaan’ merupakan

salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.85 Dalam

terjemahan ini terdapat kekurangtepatan dalam menggunakan diksi yakni

kata ‘muka’ harusnya menggunakan kata ‘hadapan’ sehinggga

diterjemahkan “Rasulullah Saw. membacakan (ayat-ayat) Al-Qur'an di

hadapan kami, sedang Beliau tidak dalam keadaan junub.”

86 يتوضأتجم وصلى ولمأن النبى ص م أح

“Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah diambil darahnya, lalu Beliau salat dan Beliau pun tidak wudhu lagi.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah أ م يتوض Hâl ini ialah hâl .ول

jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( أ هو dan fa'il (damĭr (يتوض ),

84 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 53 85 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310 86 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 39

Page 78: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

damĭr tersebut kembalinya kepada lafaz ى ا لنب . Hâl ini memiliki satu rabit,

ة Terdapat kekurangtepatan dalam menerjemahkan hâl, karena .واو الحالي

penerjemah tidak menggunakan padanannya yang tepat dalam bahasa

Indonesia dan kurang efektif karena mengulang kata ‘beliau’. Alangkah

baiknya jika diterjemahkan “sesungguhnya Rasulullah Saw. telah diambil

darahnya, lalu Beliau pun salat tanpa wudhu lagi.” Prefosisi ‘tanpa’

merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.87

من حلى بالمسفل الخف أوي لكان أسن بالرأ آان الديلو

88رسول اهللا ص م يمسح على ظاهر خفيهت رأي اله وقدأع

“Seandainya agama Islam itu boleh dirasiokan, maka tentu yang sebelah bawahlah dari sepatu itu yang harus dibasuh dari pada yang sebelah atas, (tetapi) aku melihat Rasulullah Saw. membasuh kedua sepatu Beliau sebelah luarnya (atas luar).”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah ل اهللا ص مت رسورأي دقو . Hâl ini

ialah hâl jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il madi ( ىرأ ) dan fa'il (damĭr

ا ة Hâl ini memiliki satu rabit, yakni .(أن karena fi’il madi tersebut , واو الحالي

didahului oleh prefosisi د Penerjemah menerjemahkannya ‘(tetapi) aku .ق

melihat Rasulullah Saw. membasuh kedua sepatu Beliau sebelah luarnya

(atas luar)’ Seharusnya ‘sedang aku melihat Rasulullah Saw. membasuh

kedua sepatu Beliau sebelah luarnya (atas luar).’

87 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370 88 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 29

Page 79: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

س من كمل اهللا ص م مامن قال رسو أ في ء لوضو بغ ا أحد يتوض

ه إ الهد أنل أش ثم يقو ري ال اهللا وح إل ه ده ال ش أن هدأش و ك ل

د اب ال و له أب له إال فتحت محمدا عبده ورسو ة ي ة الثمني خل جن

89 أيها شاءمن

Bersabda Rasulullah Saw., "Tidak seorangpun di antara kamu yang berwudhu dan menyempurnakan (dengan baik) wudhunya, kemudian ia

membaca ورسوله أن محمدا عبده الشريك له و أشهد وحده ال اهللاإ أن الأله أشهد

, maka tidak ada balasan bagi orang itu, kecuali dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, terserah kepada ia dari arah mana ia akan

masuk.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah د خلي . Hâl ini ialah hâl jumlah

fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( د خلي ) dan fa'il (damĭr هو ). Hâl ini

memiliki satu rabit, yakni damĭr و Pada terjemahan ini terdapat . ه

kekurangtepatan dalam menerjemahkan hâl, karena penerjemah tidak

menggunakan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, yakni

menerjemahkan hâl tersebut dengan ‘terserah kepada ia dari arah mana ia

akan masuk’. Meski begitu, terjemahan ini sudah baik di terjemahkan

seperti ini. Penulis memiliki alternatif lain, yakni ‘sedang ia masuk dari arah

mana saja yang ia kehendaki’, karena prefosisi ’sedang’ merupakan padanan

hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.90

89 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 26 90 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370

Page 80: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

91بب الثوض يصيأن النبى ص م قال فى دم الحي

“Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda tentang darah haid (orang yang datang bulan) yang melekat pada kain, (yaitu) hendaknya (wanita) itu mengeriknya, lalu menggosoknya dengan air, kemudian menyiramnya (mencucinya) baru salatlah ia dengan kain itu.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah وب صيب الث Hâl ini ialah hâl . ي

jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il mudari’ ( صيب هو dan fa'il (damĭr (ي ).

Hâl ini memiliki satu rabit, yakni damĭr و ه . Penerjemah

menerjemahkannya ‘yang melekat pada kain’ seharusnya ‘sedang darah

haid itu melekat pada kain’.

د آتيه بثالثة أحأتى النبى ص م الغائظ فأمرني أن ت جار فوج

92 ثالثا أجدن ولمحجري

“Rasulullah Saw. bermaksud buang air besar, lalu Beliau menyuruhku mendatangkan tiga buah batu, tetapi aku hanya mendapatkan dua buah batu, dan tidak tiga.”

Hâl pada kalimat di atas ialah jumlah ا م أجد ثالث Hâl ini ialah hâl .ول

jumlah fi'liyah, yakni terdiri dari fi'il madi ( د ا dan fa'il (damĭr ( أج Hâl .( أن

ini memiliki satu rabit, yakni ة Terjemahan ini kurang tepat, karena . واو الحالي

tidak menggunakan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia. Alangkah

baiknya jika diterjemahkan “Rasulullah Saw. bermaksud buang air besar,

91 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 8 92 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 47

Page 81: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

lalu Beliau menyuruhku mendatangkan tiga buah batu, sedang aku tidak

menemukan tiga buah batu, melainkan hanya dua buah batu,” karena

prefosisi ’sedang’ merupakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa

Indonesia.93

93 Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

Page 82: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Penulis menelaah dan meneliti padanan makana hâl dalam bahasa

Indonesia pada Bulûgh al-Marâm, hanya terdapat sedikit kekeliruan yang

dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat hâl. Kekeliruan ini,

menurut Penulis bukan dikarenakan ketidaktahuan si Penerjemah, tetapi

lebih dikarenakan ketidaktelitian si Penerjemah atau kekeliruan itu bisa saja

terjadi ketika proses cetak atau ketika proses editing. Ini dapat dilihat dari

kesalahan yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan yang benar.

Dari 23 jumlah hâl secara keseluruhan yang ada dalam buku Bulûgh

al-Marâm pada Bab Tahârah, terdapat enam kasus hâl yang Penerjemah

kurang tepat dalam menerjemahkannya. Selebihnya sudah benar; tetapi ada

juga kekurangtepatan dalam menggunakan diksi yang menjadikan hasil

terjemahan kurang enak dibaca.

B. Saran

Para editor dan penerbit, hendaknya lebih teliti terhadap buku atau

karya terjemahan yang akan diterbitkan. Karena penulis melihat, pada

kasusu ini, terdapat kesalahan yang tidak perlu, seperti ان النبي ص م قبل بعض

hal. 16 [Bulûgh al-Marâm yang) نسائه ثم خرج الي الصالة ولم يتوضاء

diterjemahkan oleh Drs. Mohamad Machfuddin Aladip] ). kalimat يتوضأولم

di sini di terjemahkan oleh Penerjemah ‘dan Nabi wudhu lagi’, padahal arti

Page 83: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

sebenarnya adalah ‘tanpa wudhu lagi’; di dalam kalimat tersebut terdapat

huruf lâm yang bermakna ’tidak’, dan itupun ditemukan di dalam teks asli

buku Bulûgh al-Marâm. Penulis rasa, kecil kemungkinan seorang

penerjemah seperti Drs. Mohamad Machfuddin Aladip menerjemahkanya

‘dan Nabi wudhu lagi’. Ada kemungkinan, kekurangtepatan tersebut terjadi

ketika proses editing atau pracetak.

Page 84: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

DAFTAR PUSTAKA

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yoyakarta: Tiara Wacana, 2004

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, edisi ke-3, 2007

Hernowo. Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh Melejitkan Kemauan Plus

Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Kaifa, 2001

Maurist, Simatupang. Enam Makalah Tentang Terjemah. Jakarta: UKI

Press, 1993

Aladip, Muhamad Machfuddin, Drs. Terjemah Bulugh Al-Maram.

Semarang: Karya Toha Putra, tth

Hidayatullah, Muhamad Syarif. Diktat Teori dan Permasalahan

Penerjemahan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan

Humaniora Jurusan Tarjamah, 2007

Hamasah, Abdullatief, dkk. Belajar Mudah Bahasa Alquran (diterjemahkan

dari bahasa Inggris oleh tim redaksi penerbit Mizan). Bandung: Mizan, 2001

Hakim, Taufik, H. Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati.

Jepara: al-Falah Offset, 2003

Muhamad bin Abdullah, Jamaluddin. Alfiyah ibnu Malik

Asrori, Imam. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa—Klausa—Kalimat. Malang:

Misykat, 2004

Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdlor, Ahmad. Kamus Kontemporer Arab-

Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Kerapyak, 1998

Page 85: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Khalil, al-Khattan, Manar. Studi Ilmu-lmu Alquran (diterjemahkan dari

bahasa Arab oleh Drs. Mudzakir, AS). Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1996

Chaer, Abdul, Drs. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet. Ke-2

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2003

Amin, Mustofa. Nahwu al-Wâdih: Fî Qawâ'id al-Lughah al-'Arabiyah.

Libanon: Dar al-Ma'arif, juz 3, tth

Al-intinakiy, Muhamad. Minhâj Fî al-Qawâ'id wa al-I'rab. Beirut: Dar al-

Syurk, tth

Ali, sayid, Amin, Dr. Fî al-'Ilmi al-Nahwu. Kairo: Dar al-Ma'arif, cet. Ke-4,

1997

Ni'mah, Fuad. Mulakhas: Qawâ'idu al-Lughah al-'Arabiyah. Damaskus:

Dar al-Hikmah, cet. Ke-9, tth

Dahdah, Antoine. Mu'jam Qawâ'idu al-Lughah al-'Arabiyah: Fii Jadâwal

wa Lauhât. Beirut: Maktabah Libanon, 1981

Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000

Hoedoro Hoed, Beny. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya, 2006

Suryaminata, Zuchridin dan Heriyanto, Sugeng. Translation: Bahasan Teori

dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 2003

Moentaha, Salihen, MA, Ph. D. Bahasa dan Terjemahan. Jakarta: Kesaint

Blanc, 2006

Page 86: Hâl dalam Bahasa Arab dan Padanannya dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18287...Bih, maf'ul mutlaq, maf'ul li ajlih, maf'ul ma'ah, dan âl.3yang terkait h

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta, 2000

Bagus Putrayasa, Ida, Prof. Dr. M. Pd. Tata Kalimat Bahasa Indonesia.

Bandung: Radika Aditama, 2006

Guntur, Tarigan, Henny, Prof. Dr. Pengajaran Morfologi. Bandung:

Angkasa, 1988