Hal 17 Ekonomi 10983 - ftp.unpad.ac.id filedi bemper bagi langkah yang diambil pemerintah. Menurut...

1
E KO NOMI | KAMIS, 31 MARET 2011 | HALAMAN 17 8 Gol Menakjubkan di Amsterdam Arena Meski sempat menghadapi kesulitan yang berbeda, Belanda dan Spanyol berhasil menjaga kesempurnaan. Olahraga, Hlm 32 EKONOMIKA Penjatahan Premium tidak Efektif Revisi PMK 241 Lamban, Industri Terbebani Perbankan Umumkan Suku Bunga Dasar Kredit Hari Ini REUTERS/JERRY LAMPEN AMAHL SHARIF AZWAR L ANGKAH pengawas- an dan pengendalian penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tanpa mekanisme yang jelas tidak akan efektif menjaga konsumsi BBM ber- subsidi sesuai dengan kuota. Pengendalian yang terstruktur mesti dilakukan pemerintah jika ingin menghemat premium, bukan dengan cara ‘diam-diam’ dan tak punya dasar hukum. Hal itu disampaikan secara terpisah oleh Komisi VII DPR RI Satya W Yudha dan Direktur Ek- sekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto, kemarin. Mereka menanggapi adanya instruksi dari Kementerian ESDM kepada Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas dan Pertami- na agar mendorong konsumen membeli pertamax apabila kuo- ta BBM bersubsidi di SPBU ha- bis. Pemerintah menyebut lang- kahnya itu bukan pembatasan, melainkan pengawasan. Satya mengatakan instruksi itu berpeluang menimbulkan resistensi masyarakat dan pa- da akhirnya bisa berujung pada kelangkaan. “Saya tidak melihat itu efektif. Sosialisasi- nya mana? Masyarakat belum terinformasi dengan baik. Dan ini pasti akan memunculkan gejolak sosial,” ujarnya. Ia bahkan menilai langkah pemerintah mengirimkan surat instruksi itu sebagai tindakan sepihak. Kebijakan itu sama sekali tidak mengikat karena tidak punya dasar hukum yang jelas. DPR tidak akan mengakui kebijakan yang tidak dikoordi- nasikan dengan mereka. “UU APBN 2011 memang mengatur agar kuota BBM ber- subsidi tetap 38,5 juta kiloliter dengan pengendalian konsum- si, tetapi kan cara pengendalian konsumsi mau bagaimana be- lum disepakati,” tegas Satya. Dasar hukum surat instruksi juga dipertanyakan Pri Agung. “Ini lucu. Aturan dan dasar hu- kumnya apa kok mengarahkan konsumen agar menggunakan pertamax. Itu bukan pengawas- an namanya, melainkan pem- batasan dan pada tingkat ter- tentu, pemaksaan,” ujarnya. Terlepas dari itu, Pri Agung melihat kebijakan tanpa meka- nisme jelas ini tidak menjamin kuota BBM bersubsidi tidak akan terlampaui. Bemper Sementara itu, Kepala BPH Migas Tubagus Haryono me- ngatakan dengan belum ada- nya mekanisme pengendalian konsumsi BBM bersubsidi yang jelas, satu-satunya upaya yang bisa dilakukan menjaga kuota BBM subsidi hanya melalui pengawasan. Dalam hal peng- awasan ini, BPH Migas akan berada di garis depan menja- di bemper bagi langkah yang diambil pemerintah. Menurut Tubagus, BPH Mi- gas sebetulnya berharap segera muncul kebijakan baru peng- aturan BBM bersubsidi untuk merevisi Perpres No 55/2005 dan Perpres No 9/2006. Namun, faktanya tarik ulur pembahasan pembatasan BBM bersubsidi be- lum beres hingga kini. “Revisi itu sebetulnya an- dalan kami, tetapi kan belum- belum juga. Jadinya kembali kami yang turun” tuturnya. Meski demikian, sambung dia, instruksi terbaru dari pe- merintah untuk memperketat kuota premium di tiap SPBU tidak akan memunculkan ke- langkaan. Pasalnya, SPBU ma- sih diperbolehkan meminta tambahan kuota premium apabila persediaan mereka memang habis. (E-2) [email protected] Langkah pemerintah mengarahkan konsumen membeli pertamax tanpa aturan dan dasar hukum yang jelas adalah sebuah lelucon. Permentan Antiradiasi Diterbitkan MENTERI Pertanian Suswono telah menandatangani per- aturan Menteri Pertanian (Per- mentan) tentang antiradiasi dalam produk impor. Hal itu ditujukan untuk mencegah masuknya bahan pangan im- por dari Jepang yang saat ini terekspos bahaya radiasi nuklir. “Permentan sudah saya tanda tangani,” kata Mentan Suswono di sela-sela seminar kedaulatan pangan di Jakarta, kemarin. Rencananya, permentan ini akan mulai diaplikasikan pada April 2011. Dalam pelaksanaan- nya, Badan Karantina Pertanian akan memeriksa semua impor bahan pangan segar. Untuk mengecek kadar nuklirnya, Kementan bekerja sama dengan Batan, dan pengecekan bahan pangan olahan akan dilaku- kan Badan POM. “Prinsipnya, untuk makanan tertentu dari Jepang kami kerja sama dengan Batan untuk ikut mengontrol,” imbuhnya. (HA/E-2) BII Buka Wealth Management di Solo PT Bank Internasional Indone- sia Tbk (BII) membuka layanan wealth management BII Plati- num Access di Solo, Jawa Te- ngah. Pertumbuhan potensi nasabah afuent di Solo yang menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun menjadi pertimbangan BII membuka layanan premium ini di kota tersebut. “Kami juga perlu lebih mendekatkan diri dengan na- sabah affluent kami. Karena itu kami hadir di sini untuk meningkatkan layanan kepada para nasabah serta menjang- kau calon nasabah di Solo dan sekitarnya,” ujar Direktur Kon- sumer BII Stephen Liestyo, saat peresmian di Solo, kemarin. Menurut Stephen, Solo me- rupakan sentra perdagangan dan industri seperti tekstil, plastik, makanan, dan furnitur, yang memerlukan dukungan perbankan. BII Platinum Access Solo merupakan cabang ke-21, menyusul layanan serupa di Ja- karta, Bogor, Medan, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, dan Palembang. (RO/E-2) Bumiputera Bantu Digitalisasi PDS HB Jassin ASURANSI Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 me- nyerahkan bantuan kepada pengelola Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin berupa 2 set komputer LCD, 2 scan- ner multifungsi, dan 2 meja komputer. Bantuan itu dituju- kan untuk proses digitalisasi karya-karya sastra yang ter- simpan di sana. “Bumiputera merupakan per- usahaan nasional yang berdiri sebelum Indonesia merdeka. Karena itu, kami merasa turut bertanggung jawab meles- tarikan budaya Indonesia, salah satunya dengan memberikan bantuan ini,” kata perwakilan Corporate Communication Department Bumiputera, Sel- vie Amalia, seusai penyerahan bantuan di Jakarta, kemarin. Bantuan akan dimanfaatkan untuk mendigitalisasi puluhan ribu karya sastra yang tersim- pan di PDS HB Jassin, yang an- tara lain terdiri dari buku ksi, nonksi, buku referensi, naskah drama, dan biograpengarang. (RO/E-2) PERTANIAN STROBERI: Buah stroberi dipanen pekerja di Rumah Stroberi Parompong, Lembang, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pertanian stroberi yang dikemas dalam bentuk wisata agro mempunyai prospek yang menjanjikan di masa mendatang. KEBIJAKAN yang tidak selaras dan kurangnya koordinasi an- tarinstansi pemerintah menjadi penyebab munculnya aturan kontraproduktif bagi industri. Di sisi lain, hingga kini berba- gai persoalan di luar tumpang- tindih kebijakan terus membe- bani sektor bisnis dan industri nasional. “Kami masih menunggu revisi tahap kedua Peraturan Menteri Keuangan (PMK 241/2010). Padahal selama menunggu ini berbagai sektor usaha yang mengimpor bahan baku dan barang modal terkena bea masuk (BM) yang me- nambah beban produksi itu,” ujar Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani keti- ka dihubungi, kemarin. Lebih jauh, Franky menu- ding terbitnya aturan tersebut sejak awal merupakan cermin kurangnya kepedulian peme- rintah terhadap kondisi eko- nomi, terutama sektor riil di dalam negeri. “Program pemerintah itu seperti diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sesuai kepen- tingan instansi masing-masing yang anehnya sering saling bertentangan,” tukasnya. Menurutnya, masalah daya saing yang merupakan masa- lah besar belum terselesaikan. Namun, pemerintah malah mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif terhadap upa- ya peningkatan daya saing industri nasional itu sendiri. Daya saing industri, kata Franky, masih saja terkendala tingginya bunga bank, ketidak- berpihakan kebijakan energi untuk industri, dan harga lis- trik yang terus naik dengan pa- sokan yang terbatas. Sementara itu, infrastruktur pendukung juga sangat lemah disertai ba- nyaknya pungli yang menye- babkan ekonomi biaya tinggi. “Lihat saja masalah penye- berangan Merak-Bakauheni yang tidak pernah selesai. Ma- salah cuaca terus dipersalahkan tanpa ada upaya memperbaiki tata kelola pelabuhan dan per- baikan sarana penyeberangan,” tuturnya. Dalam menanggapi itu, Ke- menterian Keuangan (Kemen- keu) menyatakan revisi Per- aturan Menteri Keuangan (PMK) 241/2010 akan segera diterbitkan. “Revisi PMK ter- sebut sedang diselesaikan dan akan segera diterbitkan,” kata Sekjen Kemenkeu Mulia P Na- sution, kemarin. Hal senada juga diungkapkan Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang Brodjonegoro bahwa revisi PMK akan dilakukan secepat- nya. Ia mengungkapkan akan ada perubahan pos tarif dari yang tadinya tercatat 182 pos tarif, tanpa memerinci pos-pos tarif yang berubah. (Jaz/*/E-1) SESUAI dengan kebijakan Bank Indonesia (BI), sedikit- nya 44 bank umum mulai mengumumkan suku bunga dasar kredit (SBDK) kepada publik mulai hari ini. Masyarakat dapat melihat publikasi SBDK itu di papan pengumuman pada setiap kan- tor bank, juga halaman utama situs resmi bank. Menurut Kepala Biro Humas BI Difi Johansyah, dengan kewajiban publikasi SBDK, bank diharapkan menjadi le- bih disiplin dan transparan, khususnya dalam penetapan suku bunga. Di sisi lain, kewajiban itu me- mungkinkan nasabah memilih bank dengan suku bunga yang sesuai keinginan sehingga bisa mendorong persaingan sehat antarbank. “Bank yang SBDK-nya kecil akan menyesuaikan ke atas atau sebaliknya bank yang SB- DK-nya di atas bisa ke bawah. Itu mekanisme pasar,” kata dia di Jakarta, kemarin. Adapun komponen SBDK terdiri dari harga pokok dana kredit, biaya overhead (operasio- nal), dan margin keuntungan. Namun, SBDK belum me- masukkan faktor premi risiko sehingga nasabah jangan heran jika bunga kredit yang mereka terima berbeda dengan SBDK yang diumumkan bank. “Premi risiko yang dike- nakan bank kepada setiap nasa- bah berbeda-beda, tergantung prol nasabah,” tegas Di. Transparansi itu juga me- mungkinkan BI untuk menilai dan membandingkan rincian komponen SBDK antarbank. “Misalnya bank ini overhead- nya lebih tinggi daripada bank lain, berarti tidak esien. Kita bisa bandingkan dan suruh me- reka bereskan,” ujarnya. Adapun bank yang wajib mengumumkan SBDK adalah bank beraset minimal Rp10 triliun sejak 28 Februari 2011. Sejumlah bank papan atas mengaku siap mengumum- kan SBDK mulai hari ini. Dirut Bank Mandiri Zulkifli Zaini menilai bunga hanya satu dari sekian pertimbangan nasabah dalam memilih bank. Dirut BTN Iqbal Latanro mengingatkan sosialisasi ke- bijakan SBDK harus diperluas agar masyarakat tidak salah paham. (*/Ant/E-3) Program pemerintah itu seperti diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sesuai kepentingan instansi masing-masing..” Franky Sibarani Wakil Sekjen Apindo MI/TRI HANDIYATNO

Transcript of Hal 17 Ekonomi 10983 - ftp.unpad.ac.id filedi bemper bagi langkah yang diambil pemerintah. Menurut...

Page 1: Hal 17 Ekonomi 10983 - ftp.unpad.ac.id filedi bemper bagi langkah yang diambil pemerintah. Menurut Tubagus, BPH Mi-gas sebetulnya berharap segera muncul kebijakan baru peng-aturan

EKONOMI| KAMIS, 31 MARET 2011 | HALAMAN 17

8 Gol Menakjubkandi Amsterdam ArenaMeski sempat menghadapi kesulitan yang berbeda, Belanda dan Spanyol berhasil menjaga kesempurnaan.Olahraga, Hlm 32

EKONOMIKA

PenjatahanPremium

tidak Efektif

Revisi PMK 241 Lamban, Industri Terbebani

Perbankan Umumkan Suku Bunga Dasar Kredit Hari Ini

REUTERS/JERRY LAMPEN

AMAHL SHARIF AZWAR

LANGKAH pengawas-an dan pengendalian penggunaan bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi tanpa mekanisme yang jelas tidak akan efektif menjaga konsumsi BBM ber-subsidi sesuai dengan kuota. Pengendalian yang terstruktur mesti dilakukan pemerintah jika ingin menghemat premium, bukan dengan cara ‘diam-diam’ dan tak punya dasar hukum.

Hal itu disampaikan secara terpisah oleh Komisi VII DPR RI Satya W Yudha dan Direktur Ek-sekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto, kemarin.

Mereka menanggapi adanya instruksi dari Kementerian ESDM kepada Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas dan Pertami-na agar mendorong konsumen membeli pertamax apabila kuo-ta BBM bersubsidi di SPBU ha-bis. Pemerintah menyebut lang-kahnya itu bukan pembatasan, melainkan pengawasan.

Satya mengatakan instruksi itu berpeluang menimbulkan resistensi masyarakat dan pa-da akhirnya bisa berujung pa da kelangkaan. “Saya tidak melihat itu efektif. Sosialisasi-nya mana? Masyarakat belum terinformasi dengan baik. Dan ini pasti akan memunculkan gejolak sosial,” ujarnya.

Ia bahkan menilai langkah pemerintah mengirimkan surat instruksi itu sebagai tindakan sepihak. Kebijakan itu sama sekali tidak mengikat ka rena tidak punya dasar hukum yang jelas. DPR tidak akan mengakui kebijakan yang tidak dikoordi-nasikan dengan mereka.

“UU APBN 2011 memang mengatur agar kuota BBM ber-subsidi tetap 38,5 juta kiloliter dengan pengendalian konsum-si, tetapi kan cara pengendalian konsumsi mau bagaimana be-

lum disepakati,” tegas Satya.Dasar hukum surat instruksi

juga dipertanyakan Pri Agung. “Ini lucu. Aturan dan dasar hu-kumnya apa kok mengarahkan konsumen agar menggunakan pertamax. Itu bukan pengawas-an namanya, melainkan pem-batasan dan pada tingkat ter-tentu, pemaksaan,” ujarnya.

Terlepas dari itu, Pri Agung melihat kebijakan tanpa meka-nisme jelas ini tidak menjamin kuota BBM bersubsidi tidak akan terlampaui.

BemperSementara itu, Kepala BPH

Migas Tubagus Haryono me-ngatakan dengan belum ada-nya mekanisme pengendalian konsumsi BBM bersubsidi yang jelas, satu-satunya upaya yang bisa dilakukan menjaga kuota BBM subsidi hanya melalui pengawasan. Dalam hal peng-awasan ini, BPH Migas akan berada di garis depan menja-di bemper bagi langkah yang diambil pemerintah.

Menurut Tubagus, BPH Mi-gas sebetulnya berharap segera muncul kebijakan baru peng-aturan BBM bersubsidi untuk merevisi Perpres No 55/2005 dan Perpres No 9/2006. Namun, faktanya tarik ulur pembahasan pembatasan BBM bersubsidi be-lum beres hingga kini.

“Revisi itu sebetulnya an-dalan kami, tetapi kan belum-belum juga. Jadinya kembali kami yang turun” tuturnya.

Meski demikian, sambung dia, instruksi terbaru dari pe-merintah untuk memperketat kuota premium di tiap SPBU tidak akan memunculkan ke-langkaan. Pasalnya, SPBU ma-sih diperbolehkan meminta tambahan kuota premium apabila persediaan mereka memang habis. (E-2)

[email protected]

Langkah pemerintah mengarahkan konsumen membeli pertamax tanpa aturan dan dasar hukum yang jelas adalah sebuah lelucon.

Permentan AntiradiasiDiterbitkanMENTERI Pertanian Suswono telah menandatangani per-aturan Menteri Pertanian (Per-mentan) tentang antiradiasi dalam produk impor. Hal itu ditujukan untuk mencegah masuknya bahan pangan im-por dari Jepang yang saat ini terekspos bahaya radiasi nuklir. “Permentan sudah saya tanda tangani,” kata Mentan Suswono di sela-sela seminar kedaulatan pangan di Jakarta, kemarin.

Rencananya, permentan ini akan mulai diaplikasikan pada April 2011. Dalam pelaksanaan-nya, Badan Karantina Pertanian akan memeriksa semua impor bahan pangan segar. Untuk mengecek kadar nuklirnya, Kementan bekerja sama dengan Batan, dan pengecekan bahan pangan olahan akan dilaku-kan Badan POM. “Prinsipnya, untuk makanan tertentu dari Jepang kami kerja sama dengan Batan untuk ikut mengontrol,” imbuhnya. (HA/E-2)

BII Buka Wealth Management di Solo PT Bank Internasional Indone-sia Tbk (BII) membuka layanan wealth management BII Plati-num Access di Solo, Jawa Te-ngah. Pertumbuhan potensi nasabah affl uent di Solo yang menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun menjadi pertimbangan BII membuka layanan premium ini di kota tersebut.

“Kami juga perlu lebih mendekatkan diri dengan na-sabah affluent kami. Karena itu kami hadir di sini untuk meningkatkan layanan kepada para nasabah serta menjang-kau calon nasabah di Solo dan sekitarnya,” ujar Direktur Kon-sumer BII Stephen Liestyo, saat peresmian di Solo, kemarin.

Menurut Stephen, Solo me-rupakan sentra perdagangan dan industri seperti tekstil, plastik, makanan, dan furnitur, yang memerlukan dukungan perbankan. BII Platinum Access Solo merupakan cabang ke-21, menyusul layanan serupa di Ja-karta, Bogor, Medan, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, dan Palembang. (RO/E-2)

Bumiputera Bantu Digitalisasi PDS HB JassinASURANSI Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 me-nyerahkan bantuan kepada pengelola Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin berupa 2 set komputer LCD, 2 scan-ner multifungsi, dan 2 meja komputer. Bantuan itu dituju-kan untuk proses digitalisasi karya-karya sastra yang ter-simpan di sana.

“Bumiputera merupakan per-usahaan nasional yang berdiri sebelum Indonesia merdeka. Karena itu, kami merasa turut bertanggung jawab meles-tarikan budaya Indonesia, salah satunya dengan memberikan bantuan ini,” kata perwakilan Corporate Communication Department Bumiputera, Sel-vie Amalia, seusai penyerahan bantuan di Jakarta, kemarin.

Bantuan akan dimanfaatkan untuk mendigitalisasi puluhan ribu karya sastra yang tersim-pan di PDS HB Jassin, yang an-tara lain terdiri dari buku fi ksi, nonfi ksi, buku referensi, naskah drama, dan biografi pengarang. (RO/E-2)

PERTANIAN STROBERI: Buah stroberi dipanen pekerja di Rumah Stroberi Parompong, Lembang, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pertanian stroberi yang dikemas dalam bentuk wisata agro mempunyai prospek yang menjanjikan di masa mendatang.

KEBIJAKAN yang tidak selaras dan kurangnya koordinasi an-tarinstansi pemerintah menjadi penyebab munculnya aturan kontraproduktif bagi industri. Di sisi lain, hingga kini berba-gai persoalan di luar tumpang-tindih kebijakan terus membe-bani sektor bisnis dan industri nasional.

“Kami masih menunggu revisi tahap kedua Peraturan Menteri Keuangan (PMK 241/2010). Padahal selama menunggu ini berbagai sektor usaha yang mengimpor bahan baku dan barang modal terkena bea masuk (BM) yang me-nambah beban produksi itu,” ujar Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani keti-ka dihubungi, kemarin.

Lebih jauh, Franky menu-

ding terbitnya aturan tersebut sejak awal merupakan cer min kurangnya kepedulian pe me-rintah terhadap kondisi eko-nomi, terutama sektor riil di dalam negeri.

“Program pemerintah itu seperti diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sesuai kepen-tingan instansi masing-masing yang anehnya sering saling

bertentangan,” tukasnya.Menurutnya, masalah daya

saing yang merupakan masa-lah besar belum terselesaikan. Namun, pemerintah malah mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif terhadap upa-ya peningkatan daya saing industri nasional itu sendiri.

Daya saing industri, kata Franky, masih saja terkenda la tingginya bunga bank, ketidak-berpihakan kebijakan energi untuk industri, dan harga lis-trik yang terus na ik dengan pa-sokan yang ter batas. Sementara itu, infrastruktur pendukung juga sangat lemah disertai ba-nyaknya pungli yang menye-babkan ekonomi biaya tinggi.

“Lihat saja masalah penye-berangan Merak-Bakauheni yang tidak pernah selesai. Ma-salah cuaca terus dipersalahkan

tanpa ada upaya memperbaiki tata kelola pelabuhan dan per-baikan sarana penyeberangan,” tuturnya.

Dalam menanggapi itu, Ke-menterian Keuangan (Kemen-keu) menyatakan revisi Per-aturan Menteri Keuangan (PMK) 241/2010 akan segera diterbitkan. “Revisi PMK ter-sebut sedang diselesaikan dan akan segera diterbitkan,” kata Sekjen Kemenkeu Mulia P Na-sution, kemarin.

Hal senada juga diungkapkan Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang Brodjonegoro bahwa revisi PMK akan dilakukan secepat-nya. Ia mengungkapkan akan ada perubahan pos tarif dari yang tadinya tercatat 182 pos tarif, tanpa meme rinci pos-pos tarif yang berubah. (Jaz/*/E-1)

SESUAI dengan kebijakan Bank Indonesia (BI), sedikit-nya 44 bank umum mulai mengumumkan suku bunga dasar kredit (SBDK) kepada publik mulai hari ini.

Masyarakat dapat melihat pu bli kasi SBDK itu di papan pengumum an pada setiap kan-tor bank, juga halaman utama situs resmi bank.

Menurut Kepala Biro Humas BI Difi Johansyah, dengan kewajiban publikasi SBDK, bank diharapkan menjadi le-bih disiplin dan transparan, khususnya dalam penetapan suku bunga.

Di sisi lain, kewajiban itu me-mungkinkan nasabah memilih bank dengan suku bunga yang sesuai keinginan sehingga bisa mendorong persaingan sehat

antarbank.“Bank yang SBDK-nya kecil

akan menyesuaikan ke atas atau sebaliknya bank yang SB-DK-nya di atas bisa ke bawah. Itu mekanisme pasar,” kata dia di Jakarta, kemarin.

Adapun komponen SBDK terdiri dari harga pokok dana kredit, biaya overhead (operasio-nal), dan margin keuntungan. Namun, SBDK belum me-masukkan faktor premi risiko sehingga nasabah jangan heran jika bu nga kredit yang mereka terima berbeda dengan SBDK yang diumumkan bank.

“Premi risiko yang di ke-nakan bank kepada setiap nasa-bah berbeda-beda, tergantung profi l nasabah,” tegas Difi .

Transparansi itu juga me-mungkinkan BI untuk menilai

dan membandingkan rincian komponen SBDK antarbank. “Misalnya bank ini overhead-nya lebih tinggi daripada bank lain, berarti tidak efi sien. Kita bisa bandingkan dan suruh me-reka bereskan,” ujarnya.

Adapun bank yang wajib mengumumkan SBDK adalah bank beraset minimal Rp10 triliun sejak 28 Februari 2011.

Sejumlah bank papan atas mengaku siap mengumum-kan SBDK mulai hari ini. Dirut Bank Mandiri Zulkifli Zaini menilai bunga hanya satu dari sekian pertimbangan nasabah dalam memilih bank.

Dirut BTN Iqbal Latanro mengingatkan sosialisasi ke-bijakan SBDK harus diperluas agar masyarakat tidak salah paham. (*/Ant/E-3)

Program pemerintah itu

seperti diterjemahkan dalam bentuk kebijakan sesuai kepentingan instansi masing-masing..”

Franky SibaraniWakil Sekjen Apindo

MI/TRI HANDIYATNO