Hak Dan Kewajiban Warga Negara

11
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN UUD 45 Menurut Prof. Dr. Notonagoro: Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Transcript of Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Page 1: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN UUD 45

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :

1.  Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).

Page 2: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

2.  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

-   Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

-   Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

-   Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

-   Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang”

-   Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

-   Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

-   Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

-   Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia  :

-   Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :

segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

-   Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

Page 3: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

-   Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

-   Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

-   Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1.  Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2.  Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3.  Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4.  Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

Pengalaman berbagai konflik agrarian seringkali berakhir dengan berbagai kisah terabaikannya hak-hak warga Negara. Konflik agrarian yang terus terjadi diberbagai tempat mengakibatkan posisi kaum tani Indonesia makin terjepit. Dari tahun ketahun, ketimpangan struktur agraria akibat monopoli atas sumber-sumber agraria menyebabkan kemerosotan dan keterbelakangan kehidupan kaum tani di semua aspek, mulai sosial ekonomi, politik maupun budaya. Kaum tani di Moro-moro, Register 45, Sungai Buaya, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung adalah salah satu bagian kaum tani yang merasakan beratnya menghadapi tekanan negara dan berbagai perilaku diskriminasi lainnya. Selama 14 tahun terakhir (sejak 1997) mereka diabaikan hak-hak politik dan ekosob-nya sebagai warga negara  akibat konflik agraria yang menyelimutinya. Tinggal di kawasan hutan Register 45 menyebabkan predikat “masyarakat illegal” harus mereka terima. Konsekuensi hak-

Page 4: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

hak konstitusional mereka sebagai warga negara secara sengaja dihilangkan. Tidak memiliki KTP, dokumen kependudukan, kehilangan hak-hak politik, akses pendidikan dan kesehatan dasar yang memadai seperti layaknya warga negara lainnya, adalah konsekuensi yang harus dihadapi ketika pilihan untuk berdiam dikawasan registrasi dilakoni. Aroma konstitusi yang didalamnya terdapat berbagai pasal yang melindungi hak-hak asasi warga negara tidak pernah sampai apalagi dirasakan oleh 3359 jiwa (hasil SP 2010) kaum tani di Moro-moro, Register 45 Sungai Buaya. Kebalikannya, tindakan-tindakan “anti konstitusi” justru menjadi hal yang biasa diterima. Berbagai pakar hukum telah menyatakan bahwa salah satu elemen dasar dari negara hukum adalah perlindungan terhadap hak-hak dasar/hak asasi manusia.Dalam konstitusi kita hak-hak asasi manusia juga telah diadopsi menjadi hak-hak konstitusional sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan bicara hak asasi manusia. Meluasnya jaminan hak-hak asasi manusia melalui pasal-pasal di dalam UUD 1945 tentunya merupakan sebuah kemajuan dalam membangun fondasi hukum bernegara.

Konstitusi kita secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum yang salah satu elemen dasarnya adalah pemenuhan akan hak-hak dasar manusia/hak-hak asasi manusia. UU No. 39 Tahun 1999 HAM tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Hak untuk memiliki selanjutnya juga diatur dalam Pasal 43 ayat 1 UU HAM yang mengatakan “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang berlangsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu juga menyatakan bahwa negara yang sudah berusia 17 tahun atau sudah/pernah kawin punya hak memilih. Pasal-pasal ini sepengetahuan penulis belum mengalami perubahan.

 

Kehilangan Hak

Kasus hilangnya hak politik warga negara dalam berbagai proses Pemilu yang ada di Indonesia sejak tahun 2006 (pilkada, pilgub, pileg dan pilpres) seperti yang dialami oleh masyarakat moro-moro tentunya mencederai rasa keadilan, kepastian hukum, serta prinsip-prinsip negara hukum seperti yang tertulis dalam konstitusi kita. Ironinya hal ini bukan hanya sekali terjadi, tapi berkali-kali masyarakat Moro-moro kehilangan haknya sebagai warga negara. Pemerintah dan KPU tentunya bukan tidak mengetahui persoalan ini karena kasus penghilangan hak politik ribuan warga negara seperti yang dialami masyarakat telah terjadi berulang kali. Saling lempar tanggungjawab antar Pemkab dan KPU terjadi sejak tahun 2006. Sejak tahun 2006 KPU selalu beralasan mereka hanya menerima daftar pemilih dari Pemkab setempat, syarat untuk dapat memilih adalah terdaftar dalam data kependudukan. Sementara Pemkab beralasan meski mengakui warga moro-moro sebagai warga negara, tapi mereka belum diakui sebagai warga kabupaten Mesuji karena bertempat tinggal di wilayah hutan yang dilarang. Jika terus begitu maka hal ini tidak akan pernah memberikan kepastian hukum terhadap bisa atau tidaknya warga Moro-moro menggunakan hak konstitusionalnya. Sampai dengan hari ini KPU dan Pemkab sendiri tidak pernah berani mengumumkan secara terbuka pelarangan/penghilangan hak konstitusional warga Moro-moro dan dasar hukum apa yang digunakan untuk melegalisasi sikap tersebut.

Page 5: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Berbagai inisiatif warga untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih tidak pernah mendapatkan kepastian hukum. Hal ini berbeda dengan kelaziman yang berlaku diberbagai tempat dalam soal pendataan pemilih di Indonesia. Padahal mereka pemerintah dan KPU pasti mengetahui bahwa hak politik adalah salah satu hak yang diakui dan dilindungi oleh Konvensi Internasional Hak-hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia lewat UU No. 12 tahun 2005. Dengan demikian sejatinya hak asasi manusia termasuk didalamnya adalah hak politik sejatinya ada karena semata-mata diberikan oleh Negara, karena sifatnya terletak (entitlement) bukan hanya semata-mata berdasarkan pemberian hukum positif (given). Tindakan penghilangan hak politik warga negara dengan alasan karena bertempat tinggal di wilayah hutan ini mengesankan tindakan diskriminatif jika terlalu dini untuk mengkategorikannya sebagai tindakan anti konstitusi. Pemerintah boleh saja berpandangan bahwa keberadaan orang-orang diberbagai register melanggar undang-undang, tapi apakah karena “dianggap” melanggar hukum hak-haknya sebagai warga negara harus dihilangkan ? Sebagai analogi seseorang yang secara jelas dinyatakan bersalah dan mendapatkan putusan pengadilan pun tetap bisa menggunakan hak politiknya. Lewat analogi ini terlihat bahwa di satu sisi pemerintah tetap berusaha melindungi dan memberikan hak politik warga negara yang berstatus terpidana tapi disisi lain menghilangkan hak politik warga Negara yang “baru dianggap” melanggar undang-undang. Disinilah yang dimaksud dengan tindakan diskriminatif terjadi. Analogi lainnya adalah pemerintah menjamin hak politik para buruh migrant yang kita yang berada diluar wilayah Indonesia, tapi menghilangkan hak politik warga negara yang berada didalam wilayah NKRI. Negara melalui penyelenggaraan pemilu sejatinya harus mampu menjamin terpenuhinya hak memilih warga karena meminjam pendapat MK-hak untuk memilih (the right to vote) adalah hak asasi manusia yang tidak boleh dikurangi karena soal-soal teknis administrasi. Dalam kasus Moro-moro ada cara pandang yang salah, dimana selain perilaku diskriminatif, sikap “mencurigai” usaha-usaha-usaha warga negara untuk memperjuangkan hak politiknya sebagai warga negara.

 

Prinsip Negara Hukum

Dalam kasus Moro-moro negara seakan-akan tidak lagi mampu melindungi hak warga negara, pemerintah dan KPU justru terkesan ragu-ragu kalau tidak bisa dibilang takut untuk menegakkan konstitusi. Pertanyaan akademisnya kemudian adalah apakah konstitusi kita sudah berubah ? Apakah Kebijakan Pemkab dan Peraturan KPU bisa mengalahkan amanat konstitusi ? Apakah perlakuan pemerintah dan KPU terhadap warga moro-moro bisa dikategorikan sebagai tindakan inskontitusional ? UUD 1945 secara tegas melarang berbagai tindakan diskriminasi sebagaimana tercermin pada Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 ayat (1), Pasal 28 I ayat (2). Berbagai peraturan dibawahnya seperti Pasal 1 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM juga tidak membenarkan diskriminasi berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, etnik, kelompok golongan status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahwa keyakinan politik. Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menegaskan, bahwasannya setiap orang berhak atas pangakuan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ditegaskan pula dalam pasal 28 I ayat (2)

Page 6: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

yang menyatakan bahwasannya setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif.

Jika melihat Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 jelas menunjukkan tanggungjawab negara dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM  Sedangkan Pasal 28 I ayat (5) menegaskan penegakkan dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) yang sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan HAM dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam prakteknya mungkin ada benarnya pendapat Prof. Jimly Asshidiqie yang mengatakan bahwa dalam praktiknya penegakkan HAM sangat dipengaruhi oleh corak praktek politik yang berlaku pada suatu negara. Begitu pula sebaliknya, jika politiknya otoritarian, maka alih-alih mengenai HAM, yang justru biasanya terjadi adalah merebaknya praktik kejahatan HAM. Namun, dalam keadaan demokratis pun, jika para penegak hukum tidak memiliki kemauan kuat untuk menerapkan law enforcement dan justice enforcement, kejahatan HAM dapat saja tetap terjadi. Penulis ingin menguntit pernyataan Gus Dur bahwa ideologi yang luhur dan mulia, ternyata tidak diwujudkan dalam perilaku pemerintahan yang sesuai dengan tujuan dan semangat UUD, yaitu berlangsungnya pemerintahan yang memiliki kewenangan terbatas dalam mengatur kehidupan masyarakat. Negara lain tampak sebagai kekuasaan pihak yang memerintahkan, bukannya sebagai pelaksana sistem pemerintahan yang bercirikan kedaulatan hukum. Perjuangan orang  Moro-moro untuk mendapatkan hak politiknya sesungguhnya dapat merupakan perjuangan menegakkan konstitusi. Perjuangan menegakkan amanat “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Juga perjuangan menegakkan Pasal 5 ayat (1) UU HAM mengatakan : “Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum”. Memang belum tentu juga dengan mengikuti Pemilu akan dapat mengubah nasib orang Moro-moro menjadi lebih baik, tapi juga tidak bijak juga menghilangkan mimpi mereka untuk melihat masa depan yang lebih baik. Dalam situasi demikian, nilai-nilai konstitusional perlu terus menerus didorong untuk secara berani dan tegas menjamin serta melindungi hak-hak konstitusional warga negaranya. Akhirnya Thomas Jefferson pernah berkata “if we cannot secure all our rights, let us secure what we can”.

\

Kriteria Warga Negara Yang Bertanggung Jawab Diposkan oleh Tri Widodo di 18.29

PENGERTIAN WARGA NEGARA

Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagaiorang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta darisuatu persekutuan yang didirikan

Page 7: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.

KRITERIA MENJADI WARGA NEGARADalam penjelasan umum UU No.62/1958 bahwa ada 7 cara memperoleh kewarga negaraan Indonesia yaitu;1. Kelahiran, disini garis kewarganegaraan orang tua sangat menentukan bagi kewarganegaraan anak dan keturunannya.

2. Pengangkatan, merupakan hal yang sudah biasa di Indonesia. Sah atau tidaknya pengangkatan anak itu di tentukan menurut hukum yang mengangkat anak. Pengangkatan anak yang dimaksud disini adalah pengangkatan anak (orang) asing yang diangkat untuk memperoleh kewarganegaraan orang tua angkatnya (WNI) maka anak asing yang diangkat itu harus dibawah umur 5 tahun dan disahkan oleh pengadilan negeri di tempat tinggal pemohon bagi pemohon yang bertempat tinggal diwilayah negara RI.

3. Dikabulkan permohonan, dalam hal ini misalnya, seorang anak yang lahir diluar perkawinan dari seorang ibu berkewarganegaraan RI atau anak yang lahir dari perkawinan sah tetapi orang tuanya telah bercerai dan anak tersebut tinggal bersama ibunya yang berkewarganegaraan RI. maka anak tsb setelah berumur 18 tahun dapat mengajukan permohonan kepada menteri melalui pengadilan negari di tempat dimana ia bertempat tinggal untuk memperoleh kewarganegaraan RI

4. Pewarganegaraan ( naturalisasi ), yaitu suatu cara orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan suatu negara.

5. Akibat perkawinan, Warga negara asing yang kawin secara sah dengan WNI dapat memperoleh kewarganegaraan RI dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara dihadapan pejabat. Pernyataan tersebut dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal diwilayah negara RI paling singkat 5 tahun berturut-turut

6. Turut ayah/ibu, pada umumnya setiap anak (belum berumur 18 tahun atau belum kawin) yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya (sebelum memperoleh kewarganegaraan RI) turut memperoleh kewarganegaraan RI setelah ia bertempat tinggal dan berada di Indonesia. Kewarganegaraan yang diperoleh seorang ibu berlaku juga terhadap anak-anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum kawin.

7. Pernyataan,

Tanggungjawab Warga Negara

Dipundak warga negara terpikul beban tanggungjawab yang mesti ditunaikan oleh setiap warga negara secara bertanggungjawab. Hal ini merupakan konsekuensi logis sebagai warga negara. Dengan kata lain, dalam setiap warga negara melekat tanggungjawab yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap diri warga negara dengan sebaik baiknya.

Warga negara yang mampu menunaikan tanggungjawabnya dalam kehidupan masyarakat dan negaranya, dengan sendirinya sangat menentukan keberlangsungan kehidupan negara tersebut. Pembangunan politik sebagai aspek dalam pembangunan negara, sangat ditentukan oleh tanggungjawab yang ditunaikan warga negara. Dengan merujuk pada pengertian pembangunan

Page 8: Hak Dan Kewajiban Warga Negara

politik sebagaimana telah diuraikan di atas, dapatlah kita pahami bahwa dalam pembangunan politik terkandung aspek-aspek yang penting untuk diperhatikan agar kepentingan berjalannya pembangunan politik itu. Apa sajakah aspek-aspek itu, dan bagaimana hubungan antaraspek itu, sudah barangtentu mesti kita telaah secara cermat untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang dimensi-dimensi dalam pembangunan politik.