HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK...

23
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION MAKALAH PENDIDIKAN KONSUMEN OLEH : Indira Maharani P (14050404061) PROGRAM STUDI S1. PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK

description

Makalah Pendidikan konsumen

Transcript of HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK...

Page 1: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMENDALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT

PENJUALAN PRODUK FASHION

MAKALAH

PENDIDIKAN KONSUMEN

OLEH :

Indira Maharani P (14050404061)

PROGRAM STUDI S1. PENDIDIKAN TATA BUSANAJURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN 2015

Page 2: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah PENDIDIKAN KONSUMEN yang berjudul ” HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMENDALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis do’akan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurahkan buat tambatan hati pautan cinta kasih yakninya Nabi Muhammad SAW.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada Dosen pengajar pendidikan konsumen secara khususnya.

Penulis menyadari dalam peyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam  tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

                                                            Surabaya,30 Oktober 15  

                                                                                                                                                                                                                                Penulis 

Page 3: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........……………………………………..…………….       2

DAFTAR ISI ........................……………………………………………….......       3

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ................………………………………………………….      4B. Rumusan masalah ...........………………………………………………….      6C. Tujuan .........................……………………………..…………………........      6D. Manfaat ......................................................................................................... 6

BAB  IIPEMBAHASAN  A. Pengertian Konsumen ....................................……………………………...     7B. Prinsip, asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen ............................. 7C. Hak dan kewajiban konsumen ..................................................................... 9D. Menjadi konsumen cerdas ............................................................................ 10E. Contoh Kasus Perlindungan Konsumen diDunia fashion/ Busana ........... 12

BAB  III PENUTUP                              Kesimpulan .............................……………………………………………....... 18

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerkembangan teknologi dan arus informasi membuat masyarakat indonesia lebih

terbuka pada pengetahuan global. Sehingga tak dapat dipungkiri di Indonesia saat ini para produsen menyediakan barang dan jasa mengikuti trend mode. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Menurut Ellen, jenis fahion yang paling cepat dalam perkembangan dunia adalah busana , karena busana lebih cepat pergantian modelnya dan busana merupakan item yang paling banyak dibeli oleh masyarakat di bandingkan dengan produk lainnya. Peringkat selanjutnya diikuti oleh tas, dan sepatu. Setiap orang sebagai konsumen tentunya memiliki pilihan busana lebih banyak di bandingkan tas dan sepatu.

Namun tak jarang hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.

Faktor yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha, yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan di atas, perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undangundang yang dapat melindungi kepentingan konsumen secara integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

Page 5: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian SengketaPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota.Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen, merumuskan:Konsumen adalah setiap orang pemakai barang  dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen, merumuskan:Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebenarnya juga memberikan "Kewajiban" kepada Konsumen dan "Hak" kepada pelaku usaha. Tetapi karena konsumen berperan sebagai orang yang hanya menggunakan atau menikmati barang dan/atau jasa sedangkan pelaku usaha berperan sebagai penyedia barang dan/jasa maka hak yang diberikan oleh Undang-Undang No. 8  Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen kepada konsumen lebih banyak daripada Hak yang diberikan kepada pelaku usaha begitupun sebaliknya kewajiban pelaku usaha lebih banyak dari pada kewajiban konsumen.

UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang hak dan kewajiban konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen terkait penjualan produk fashion, karena kurangnya kesadaran akan haknya seseorang sebagai konsumen sehingga tidak memungkinkan akan terjadinya penipuan, kerusakan terhadap barang tersebut dan lain sebagainya.

Page 6: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

B. Rumusan Masalah1. Apa saja prinsip, asas dan tujuan perlindungan konsumen?2. Apa saja hak dan kewajiban sebagai konsumen dalam UU perlindungan konsumen?3. Bagaimana menjadi konsumen cerdas agar memperoleh hak dan kewajiban?4. Bagaimana perlindungan konsumen atas hak dan kewajibannya dalam melalukan

pembelian produk fashion?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui prinsip, asas dan tujuan perlindungan konsumen2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai konsumen dalam UU perlindungan

konsumen3. Untuk memahami dan menjadi konsumen cerdas4. Untuk mengetahui kaitannya perlindungan konsumen atas hak dan kewajiban

dalam melakukan pembelian produk fashion.

D. Manfaat Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :Bagi Konsumen :1. Informasi dapat membantu untuk dapat menentukan pilihan barang jasa di pasar.2. Menjadi konsumen cerdas.Bagi Pebisnis : 1. Memahami hak dan kewajiban selaku produsen kepada konsumen2. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa,kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

Page 7: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian konsumenPengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Sedangkan dalam bagian penjelasan disebutkan “Di dalam kepustakaan ekonomi dikenal konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir”.

Dari ketentuan dalam undang-undang tersebut secara tersurat nampaknya hanya menitik beratkan pada pengertian konsumen sebagai konsumen akhir yang mana hal tersebut bukan merupakan objek pembahasan dalam tulisan ini. Namun secara tersirat juga mengandung pengertian konsumen dalam arti luas. Hal tersebut nampak pada penggunakan kata “pemakai”. Istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan konsumen untuk mendukung pengertian konsumen akhir, namun sekaligus juga menunjukkan bahwa barang dan/jasaa yang dipakai tidak serta merta hasil dari suatu transaksi jual beli. Artinya sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/jasa tersebut. Dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual (the privity of contract).

B. Prinsip, asas-asas dan tujuan perlindungan konsumena. Prinsip- Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen

1. Let The Buyer Beware- Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak

perlu proteksi.- Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.- Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak

terbuka.- Dalam UU Perlindungan Konsumen Caveat Emptor berubah menjadi caveat

venditor.2. The due Care Theory

- Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasyarakatkan produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.

Page 8: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

- Pasal 1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, atau menunjuk pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristirwa tersebut.

3. The Privity of Contract- Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk

melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.

- Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat merupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku usaha.

4. Kontrak bukan SyaratPrinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi

merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu huungan hukum.

b. Asas Perlindungan KonsumenBerdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan konsumen.1. Asas manfaat

Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilanAsas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbanganAsas ini dimaksudkan untuk  memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumenAsas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukumAsas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

c. Tujuan perlindungan konsumenDalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan

perlindungan konsumen adalah sebagai berikut:- Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.- Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

Page 9: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

- Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak- haknya sebagai konsumen.

- Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

- Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

- Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

C. Hak dan kewajiban konsumenSebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.

Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.a. Hak dan kewajiban konsumen diatur dalam pasal 4 dan 5 UU No. 8 / 1999, sebagai

berikut:1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau  jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

b. Kewajiban konsumen:Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban

Konsumen adalah :1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen.

Page 10: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

c. Hak dan kewajiban pelaku usaha / pengusahaHak dan kewajiban pelaku usaha / pengusaha diatur dalam pasal 6 dan 7 UU

No. 8 / 1999. Hak pelaku usaha adalah:1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

d. Kewajiban pelaku usaha adalah:1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

D. Menjadi konsumen cerdasBerdasarkan catatan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) hanya 38%

konsumen Indonesia yang menyadari bahwa mereka mempunyai hak dan 11% diantaranya mengetahui bahwa hak tersebut dilindungi Undang-undang. Artinya ada sekitar 62% masyarakat Indonesia yang belum tahu soal hak-hak konsumen.

Pelanggaran terhadap hak konsumen masih banyak terjadi misalnya produk yang kadaluarsa, berat tidak sesuai, barang cacat, barang mengandung bahan berbahaya, daging sapi glonggongan, daging sapi campur celeng, ayam tiren, dan ayam berformalin. Setidaknya, pada pengawasan pemerintah Tahap VI yang dilakukan selama bulan November – Desember 2012 lalu telah ditemukan 100 produk yang diduga tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Dari 100 produk tersebut sebanyak 8 produk di antaranya diduga melanggar persyaratan terkait Standar Nasional Indonesia

Page 11: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

(SNI), 29 produk diduga melanggar ketentuan Manual dan Kartu Garansi (MKG), 62 produk diduga melanggar ketentuan label dalam Bahasa Indonesia, serta 1 produk yang tidak memenuhi ketentuan produk yang diawasi distribusinya.

Sementara hasil pengawasan yang dilakukan oleh Kemendag secara keseluruhan selama kurun waktu tahun 2012 telah ditemukan 621 produk yang diduga tidak memenuhi ketentuan. Jumlah temuan ini meningkat sebesar 28 produk dibandingkan tahun 2011. Dari temuan tersebut 61% merupakan produk impor dan 39% merupakan produksi dalam negeri. sebanyak 39% merupakan produk elektronika dan alat listrik, 20% produk alat rumah tangga, 13% produk suku cadang kendaraan, serta sisanya adalah produk bahan bangunan, produk makanan minuman dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Oleh karena itu semua masyarakat selaku konsumen harus bisa menjadi konsumen yang cerdas, teliti, dan cermat dalam memilih barang-barang yang akan dikonsumsi. Selain itu, setiap orang juga harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai konsumen yang baik. Kita juga harus tahu bahwa konsumen mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi oleh Undang-undang dan mengetahui akses ke lembaga perlindungan konsumen untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan pengetahuan ini maka tingkat kesadaran masyarakat dalam melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya bisa menjadi lebih tinggi.Kiat menjadi konsumen cerdas :1. Tegakkan hak dan kewajiban selaku konsumen

Konsumen diajarkan untuk kritis dan berani memperjuangkan haknya apabila barang/jasa yang dibelinya tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, tetapi konsumen juga harus mengerti kewajibannya sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

2. Teliti Sebelum MembeliKonsumen diajarkan selalu mempunyai kebiasaan untuk teliti atas barang dan atau jasa yang ditawarkan/tersedia di pasar. Minimal secara kasat mata dapat digunakan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dari barang dan/ atau jasa tersebut, dan bila kurang jelas/paham, dapat menyampaikan untuk bertanya atau untuk memperoleh informasi atas barang dan/atau jasa tersebut. Berdasarkan hal ini, dapat diperoleh gambaran umum atas barang dan/atau jasa yang ditawarkan di pasar.

3. Perhatikan label, Manual dan Kartu Garansi (MKG), dan masa kadaluarsa.a. Label

Barang yang dijual sebaiknya terbungkus rapi dan disertai label. Dalam label dicantumkan antara lain: kondisi/keadaan, kegunaan, komposisi, manfaat, aturan pakai, masa berlaku, dan identitas pelaku usaha.

Page 12: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

http://ditjenspk.kemendag.go.id/

Untuk produk yang berkaitan dengan Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L) harus memuat informasi: simbol bahaya, pernyataan kehati-hatian dan atau peringatan yang jelas.

b. Wajib label berbahasa IndonesiaPemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.

22/M-DAG/PER/5/2010 tanggal 21 Mei 2010, memberlakuan wajib label berbahasa Indonesia bagi produk yang beredar di Indonesia sebagai langkah meningkatkan perlindungan konsumen. Permendag ini merupakan perbaikan atas Permendag No. 62/M-DAG/PER/12/2009.

Produk yang akan diedarkan atau diperdagangkan di pasar Indonesia harus sudah mencantumkan berbagai informasi/keterangan produk dalam label berbahasa Indonesia.

E. Contoh Kasus Perlindungan Konsumen diDunia fashion/ Busana :Pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 mengenai hak konsumen :1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

atau jasa. Contoh : Disuatu pusat perbelanjaan kali kita melihat bahkan berada didalamnya, apabila

pusat perbelanjaan tersebut sedang mengadakan diskon besar-besaran terhadap produk busana (tas,sepatu,dll) perbandingan jumlah pembeli atau konsumen lebih banyak daripada barang dan jasa yang di tawarkan. Maka, hak atas kenyamanan dalam memilih barang, keamanan dan keselamatan sering kali tidak kita dapatkan karena kurangnya kesadaran akan adanya undang-undang perlindungan konsumen yang dapat menjamin dan menjadikan kita sebagai konsumen yang cerdas.

2. Hak untuk memilih barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Contoh : Di dalam sebuah departemenstore atau sebuah toko busana muslim, toko

aksesoris sering sekali kita menemukan tulisan “ Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukarkan”. Kelalaian pelaku usaha yang tidak memeriksa kembali barang dari distributor yang akan mereka jual maka seringkali konsumen juga tidak jarang tidak pernah memeriksa ulang kondisi barang tersebut karena faktor percaya terhadap toko tersebut dan lain sebagainya. Tulisan tersebut dapat tidak berlaku apabila kita sebagai konsumen dapat bertindak tegas dan cerdas dalam melakukan pembelian dengan cara menuntut hak untuk memilih barang atau jasa yang tertulis dalam UU perlindungan konsumen dan bisa dengan cara controlling sebelum membelinya.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. Contoh : Suatu toko menyebarkan brosur yang menyatakan bahwa produk yang dijual

didiskon 30% ternyata harga barang tersebut telah dinaikkan sebelumnya sebesar 30% berarti dalam hal ini tidak pernah ada diskon sebesar 30%.

4. Hak untuk didengar pendapat atau keluhan atas barang atau jasa. Contoh :

Page 13: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

Dilihat dari tingginya keluhan konsumen terhadap pelayanan petugas di toko aksesoris “ Petra” yang lamban dan seringkali tidak bersahabat, pada saat pelanggan untuk dilayani, menanyakan atau meminta informasi.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa konsumen secara patut. Contoh: “BRIMFUL DESIGN”, DARI PAKISTAN, Tujuh tahun yang silam, “Brinmful

Design”, salah satu studio perancang tekstil di Lahore, Pakistan, berhasil menproduksi dan memasarkan dengan sukses produk berkwalitas tinggi; kain berbahan katun dengan cetakan bermotif .dan mengunakan label “Yahsir Waheed Designer Lawn”. Namun pada tahun 2003 produk yang paling diandalkan oleh perusahaan ini telah dilakukan pembajakan dengan meniru dalam jumlah yang sangat besar. Produk tiruan dari Yahsir Waheeds dengan cetakan bermotif yang bermutu rendah untuk dipasarkan untuk koleksi “Musim Semi dan Musim Panas”, membanjiri pasar dengan memakai bermacam-macam label dan dijual dengan harga sepertiga dari harga produk aslinya. Para penjual mengunakan Katalog/Brosur yang asli dari Yahsir Waheed Designer Lawn’s untuk menmasarkan barang yang palsu, yang menyebabkan pelangan setia “Brimful’s” menjadi bigung. Pengalaman buruk dari pelanggan menyebabkan turunnya pangsa pasar produk perusahaan. Brimful’s berkonsultasi dengan pakar setempat pada kesempatan seminar pelatihan HaKI yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pakistan (Pakistan’s Small and Medium Enterprise Development Authority –SMEDA), yang mana mereka menganjurkan untuk mendapatkan perlindungan melalui Pakistan Ordonansi 2000, tentang Design Industri (Pakistan’s Industrial Design Ordonance 2000). Selanjutnya “Brimful’s” secara resmi mendaftar dan terhitung dari tahun 2004, secara resmi mendaftarkan semua rancang/design dari Yahsir Waheed Design Lawn Collection dengan tujuan untuk mencegar pelanggaran dan mempersiapkan kemungkinan untuk mengambil tindakan secara hukum yang resmi. Sewaktu, persaingan masih berlansung. Para pelanggar tidak melakukan penjiplakan secara total seperti rancangan aslinya, namum masih membuat produk tiruan yanmg hampir mendekati yang asli yang cukup membigungkan pembeli. Semenjak para penasehat pakar HaKI semakin banyak tersebar keberadaannya di Pakistan, tetap saja menjadi proses yang mahal; Pemilik Brimful mencatat bahwa proses untuk mendapatkan penetapan oleh pengadilan memerlukan waktu ytang lama. Mereka ingin melihat tindakan yang tegas dan tepatdari pejabat yang berwenang untuk menindak pelangaran HaKI pada sektor usaha tekstil dan produk tekstil serta mewujudkan peraturan perlindungan yang pasti terhadap rancangan/design dan mencegah pemalsuan berskala besar dikemudian hari. (WIPO Magazine May/June 2005) www.yahsirwaheed.com/enter.html

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. Contoh: Pengadaan lembaga-lembaga pendidikan informal yang memberikan tarif tinggi

akan tetapi penyediaan waktu yang diberikan tidak sepadan dengan biaya yang sudah dikeluarkan sehingga konsumen menjadi rugi.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Contoh :

Page 14: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

Ketika seorang pedagang asongan atau seles sedang mempromosikan produk barunya, mereka senang menunjukan barang-barang yang bagus akan tetapi ketika dibeli oleh konsumen produk tersebut tidak sesuai dengan yang dipromosikannya bisa jadi barangnya lebih sedikit atau rusak.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuat dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya. Contoh : Konsumen melakukan pembelian terhadap produk sepatu di pasar tradisional.

Dengan penawaran harga yang cukup miring atau murah pelaku usaha mengecoh pembeli atau konsumen dengan cara memberikan contoh sepatu yang masih bagus untuk dicoba dan ketika konsumen suka dengan barang tersebut pelaku usaha menggantinya dengan yang sudah rusa atau jebol atau tidak layak pakai. Maka disini hak konsumen untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dapat di gunakan untuk menuntut pelaku usaha tersebut.

Page 15: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

A. Pengertian Konsumen Konsumen berasal dari bahasa Belanda “Konsument” artinya memakai. Menurut para sarjana konsumen diartikan pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka dari para produsen.

B. Pengertian Perlindungan KonsumenPerlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentng perlindungan konsumen mendefinisikan konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat. Baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mkhluk hidup lain dan todak untuk diperdagangkan. Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pemakai produk itu dapat perorangan atau badan usaha atau badan hukum.

C. Hak dan kewajiban konsumen dalam Undang-undang Perlindungan KonsumenF. Pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 mengenai hak konsumen :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat atau keluhan atas barang atau jasa.5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa konsumen secara patut.6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujr serta tidak

diskriminatif.8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang

atau jasa yang diterima tidak sesuat dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya.

G. Pasal 5 UU No. 8 tahun 1999 mengenai kewajiban konsumen :1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan.2. Beritikad baik dalam melakukan trnsaksi pembelian barang atau jasa.

Page 16: HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT PENJUALAN PRODUK FASHION

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yng disepakati.4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut.

DAFTAR PUSTAKA

http://ranggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsip-dalam-hukum.html

` https://id-id.facebook.com/notes/mutiara-hikmah-dari-al-quran-dan-assunnah/kisah-sahabat-sahabat-rosululloh-saw-asma-binti-abu-bakar/292081947489405

http://kusmianto.mhs.narotama.ac.id/2013/12/23/etika-perlindungan-konsumen/

http://handayani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/29660/PERLINDUNGAN+KONSUMEN.(MAHASISWA).doc

http://fadhilhadzamimuhammad.blogspot.com/2013/06/perlindungan-konsumen.html

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnalhukumunsrat/article/download/1261/1029

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35123/3/Chapter%20ll.pdf

http://siswaspk.kemendag.go.id/artikel/61

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/hak-konsumen-yang-dilanggar/

http://gagasanhukum.wordpress.com/2010/07/29/ketentuan-sanksi-pidana-pada-pasal-16-uupk/

http://sheonety.wordpress.com/2011/11/16/4/