Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi...

70

Transcript of Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi...

Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi Inovasi Administrasi Negara – Lembaga Administrasi Negara (Pusat INTAN – DIAN – LAN)

Diterbitkan dan dipublikasikan oleh:Pusat INTAN – DIAN – LANJl. Veteran No. 10, Jakarta Pusat 10110Telp/Fax: 021 386 8201-05 ext 149-151www.inovasi.lan.go.id

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

Diperbolehkan memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun, baik secara elektronik, maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya.

Catatan: BUKAN UNTUK KEPENTINGAN DIPERJUALBELIKAN

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAK i

imenyusun

KATA PENGANTAR

Tuhan memberikan akal budi kepada manusia agar dapat menjadikan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik lagi. Lahirnya inovasi adalah buah pikir dari akal budi yang kita miliki dielaborasi dengan pengalaman dalam dunia kerja. Inovasi ini �dak harus lahir dari kepala daerah maupun para pejabat struktural. Se�ap orang yang bekerja dalam satu organisasi dan memiliki pengalaman yang baik, tentu bisa melahirkan inovasi. Bahkan seorang staf yang sudah lebih lama menetap di organisasi tersebut bisa lebih paham kondisi internal dibandingkan kepala OPD yang mengalami rotasi dalam waktu tertentu. Meskipun inovasi tersebut bukan berasal dari kepala OPD, sudah seharusnya pemimpin mendorong para pegawainya untuk berinovasi. Pemimpin harus memeberikan ruang berinovasi dan memas�kan bahwa inovasi yang baik akan diterapkan di organisasi bahkan diberikan reward tertentu atas inovasi yang sudah dihasilkan. Dengan demikian, budaya berinovasi akan terbentuk. Inovasi menjadi satu bagian holis�k dari sistem kerja di birokrasi, bukan lagi parsial.

Kehadiran buku direktori inovasi Kabupaten Lebak ini menjadi buk� bahwa semangat berinovasi dimiliki oleh para ASN di Kabupaten Lebak. Inovator dari inovasi ini juga cukup beragam, �dak hanya pejabat struktural saja. Tetapi kami sangat mengapresiasi para kepala OPD yang selalu mendukung berjalannya inovasi ini. Adapun inovasi yang tertuang dalam dorektori inovasi Kabupaten Lebak tahun 2018 ini adalah inovasi tata kelola pemerintahan.

Inovasi tata kelola pemerintahan ini menjadi salah satu inovasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Inovasi ini tentu menjadi tool bagi Kabupaten Lebak untuk menuju kemajuan dan keluar meninggalkan kata “ter�nggal” yang selama ini masih melekat pada Kabupaten Lebak. Dengan inovasi juga, Kabupaten Lebak mampu menjadi daerah yang berdaya saing, memiliki Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, dan Rata-rata lama Sekolah yang �nggi pula.

Buku direktori inovasi ini menjadi penyemangat bagi ASN dan OPD lainnya pula untuk terus berinovasi dan belajar dari inovasi-inovasi yang dituangkan dalam buku direktori ini. Selain manfaat secara internal di Kabupaten Lebak, Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Banten bahkan Kabupaten lainnya di Indonesia juga bisa belajar dari Kabupaten Lebak. Buku ini menjadi dokumentasi penting bagi kehidupan inovasi di Kabupaten Lebak.

Kiranya Tuhan senantiasa memberikan kita hikmat untuk terus melakukan kebaikan dimanapun kita berada. Salah kebaikan yang perlu terus kita laksanakan dalam konteks birokrasi adalah berinovasi. Tentu ini untuk kemajuan organisasi, pemerintah daerah, bahkan Indonesia.

Kepala Pusat Inovasi Tata

Pemerintahan Lembaga Administrasi Negara

Drs. Riyadi, M.Si

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

iiiii

imenyusun

KATA PENGANTAR

Tuhan memberikan akal budi kepada manusia agar dapat menjadikan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik lagi. Lahirnya inovasi adalah buah pikir dari akal budi yang kita miliki dielaborasi dengan pengalaman dalam dunia kerja. Inovasi ini �dak harus lahir dari kepala daerah maupun para pejabat struktural. Se�ap orang yang bekerja dalam satu organisasi dan memiliki pengalaman yang baik, tentu bisa melahirkan inovasi. Bahkan seorang staf yang sudah lebih lama menetap di organisasi tersebut bisa lebih paham kondisi internal dibandingkan kepala OPD yang mengalami rotasi dalam waktu tertentu. Meskipun inovasi tersebut bukan berasal dari kepala OPD, sudah seharusnya pemimpin mendorong para pegawainya untuk berinovasi. Pemimpin harus memeberikan ruang berinovasi dan memas�kan bahwa inovasi yang baik akan diterapkan di organisasi bahkan diberikan reward tertentu atas inovasi yang sudah dihasilkan. Dengan demikian, budaya berinovasi akan terbentuk. Inovasi menjadi satu bagian holis�k dari sistem kerja di birokrasi, bukan lagi parsial.

Kehadiran buku direktori inovasi Kabupaten Lebak ini menjadi buk� bahwa semangat berinovasi dimiliki oleh para ASN di Kabupaten Lebak. Inovator dari inovasi ini juga cukup beragam, �dak hanya pejabat struktural saja. Tetapi kami sangat mengapresiasi para kepala OPD yang selalu mendukung berjalannya inovasi ini. Adapun inovasi yang tertuang dalam dorektori inovasi Kabupaten Lebak tahun 2018 ini adalah inovasi tata kelola pemerintahan.

Inovasi tata kelola pemerintahan ini menjadi salah satu inovasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Inovasi ini tentu menjadi tool bagi Kabupaten Lebak untuk menuju kemajuan dan keluar meninggalkan kata “ter�nggal” yang selama ini masih melekat pada Kabupaten Lebak. Dengan inovasi juga, Kabupaten Lebak mampu menjadi daerah yang berdaya saing, memiliki Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, dan Rata-rata lama Sekolah yang �nggi pula.

Buku direktori inovasi ini menjadi penyemangat bagi ASN dan OPD lainnya pula untuk terus berinovasi dan belajar dari inovasi-inovasi yang dituangkan dalam buku direktori ini. Selain manfaat secara internal di Kabupaten Lebak, Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Banten bahkan Kabupaten lainnya di Indonesia juga bisa belajar dari Kabupaten Lebak. Buku ini menjadi dokumentasi penting bagi kehidupan inovasi di Kabupaten Lebak.

Kiranya Tuhan senantiasa memberikan kita hikmat untuk terus melakukan kebaikan dimanapun kita berada. Salah kebaikan yang perlu terus kita laksanakan dalam konteks birokrasi adalah berinovasi. Tentu ini untuk kemajuan organisasi, pemerintah daerah, bahkan Indonesia.

Kepala Pusat Inovasi Tata

Pemerintahan Lembaga Administrasi Negara

Drs. Riyadi, M.Si

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

iiiii

SAMBUTAN BUPATI LEBAK

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Hidayah dan KaruniaNya kita dapat melakukan pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.

Pelaksanaan Inovasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tata kelola Pemerintahan yang lebih baik. Hal tersebut sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.

Saya mengucapkan terima kasih kepada segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak yang telah melakukan upaya nyata dalam berinovasi sehingga mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri yaitu INNOVATIVE GOVERMENT AWARD (IGA) sebagai 10 Pemerintah Daerah Kabupaten terbaik dalam penyelenggaraan Inovasi pada Tahun 2017 dan Anugerah Pandu Negeri yang diberikan oleh Indonesia saing dan kemampuan kita sehingga mampu mendapatkan pengakuan secara nasional sebagai hasil kerja bersama yang dilandasi oleh Hati.

Sebagai Kepala Daerah saya tegaskan kembali Komitmen kami dalam mendukung upaya meningkatkan budaya berinovasi di Kabupaten Lebak walaupun di tengah-tengah keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Anggaran agar tetap bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Kami menyambut baik penyusunan buku direktori Inovasi yang berisi informasi mengenai Inovasi yang telah dilaksanakan sesuai potensi dan kondisi wilayah Kabupaten Lebak. Semoga upaya dan niat kita untuk menumbuh kembangkan budaya berinovasi menuju Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing mendapatkan hasil yang lebih baik lagi baik di kalangan Aparatur Sipil negara maupun masyarakat secara luas.

Hanya dengan kerjasama dan sinergi dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha Kabupaten Lebak mampu berdaya saing dan mensejajarkan diri dengan daerah lainnya. Berinovasi dengan Hati menuju pelayanan publik yang berkualitas di Kabupaten Lebak. Lebak milik kita bersama, mari kita membangun Lebak menuju Lebak Sehat, Lebak Cerdas dan Lebak Sejahtera.

Wasalamualaikum.Wr.Wb

Rangkasbitung, Desember 2018 Bupati Lebak

Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

viv

SAMBUTAN BUPATI LEBAK

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Hidayah dan KaruniaNya kita dapat melakukan pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.

Pelaksanaan Inovasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tata kelola Pemerintahan yang lebih baik. Hal tersebut sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.

Saya mengucapkan terima kasih kepada segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak yang telah melakukan upaya nyata dalam berinovasi sehingga mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri yaitu INNOVATIVE GOVERMENT AWARD (IGA) sebagai 10 Pemerintah Daerah Kabupaten terbaik dalam penyelenggaraan Inovasi pada Tahun 2017 dan Anugerah Pandu Negeri yang diberikan oleh Indonesia saing dan kemampuan kita sehingga mampu mendapatkan pengakuan secara nasional sebagai hasil kerja bersama yang dilandasi oleh Hati.

Sebagai Kepala Daerah saya tegaskan kembali Komitmen kami dalam mendukung upaya meningkatkan budaya berinovasi di Kabupaten Lebak walaupun di tengah-tengah keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Anggaran agar tetap bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Kami menyambut baik penyusunan buku direktori Inovasi yang berisi informasi mengenai Inovasi yang telah dilaksanakan sesuai potensi dan kondisi wilayah Kabupaten Lebak. Semoga upaya dan niat kita untuk menumbuh kembangkan budaya berinovasi menuju Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing mendapatkan hasil yang lebih baik lagi baik di kalangan Aparatur Sipil negara maupun masyarakat secara luas.

Hanya dengan kerjasama dan sinergi dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha Kabupaten Lebak mampu berdaya saing dan mensejajarkan diri dengan daerah lainnya. Berinovasi dengan Hati menuju pelayanan publik yang berkualitas di Kabupaten Lebak. Lebak milik kita bersama, mari kita membangun Lebak menuju Lebak Sehat, Lebak Cerdas dan Lebak Sejahtera.

Wasalamualaikum.Wr.Wb

Rangkasbitung, Desember 2018 Bupati Lebak

Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

viv

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Assalamualiakum. Wr.Wb

Puji syukur kita penjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan KaruniaNYA, buku Direktori Inovasi Daerah Tahun 2018 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pelaksanaan identifikasi dan Pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilakukan Pemerintah Daerah merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan pelaksanaaan Inovasi Daerah yang telah tercipta, sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai inovasi-inovasi yang telah kita lakukan dalam bidang pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Penyusunan buku Direktori Inovasi Daerah ini merupakan buku kedua yang disusun bersama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Direktori Inovasi Daerah kali ini menyajikan informasi mengenai Inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelayanan publik. Semoga buku ini dapat menginspirasi dan menjadi motivasi kuat dalam berinovasi untuk mewujudkan Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing. Pada kesempatan ini, tak lupa ucapan terima kasih kam sampaikan kepada Ibu Bupati dan Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Deputi Inovasi Lembaga Administrasi Negara, RSUD Adjidarmo, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Inspektorat dan para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini.

Akhir kata, kiranya buku ini masih jauh dari keempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan sangat kami harapakan guna perbaikan dalam penyusunan Direktori Inovasi Daerah selanjutnya.

Wasalamualaikum. Wr. Wb.

Rangkasbitung, Desember 2018

KEPALA BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN LEBAK

Ir. Hj. VIRGOJANTI, M.Si

Nip. 19680902 199603 2 002

DAFTAR ISI

Kata�Pengantar

Daftar�Isi

Prolog

Aplikasi�Pelayanan�Pembuatan�Kartu�AK-1

KADE(Klinik�Konsultasi�Dana�Desa)

ATIKAN(Asal�Ketik�Arsip�Nampak)

Si�E-La�Komplain�Dengan�Hati(Sistem�Elektronik�Layanan�Komplain�Dengan�Harapan�Terlayani�Pasti)

Program�Kader�“�JAMILAH”

Epilog

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

viivi

HAL�:

iii

vii

1

9

20

32

43

50

60

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Assalamualiakum. Wr.Wb

Puji syukur kita penjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan KaruniaNYA, buku Direktori Inovasi Daerah Tahun 2018 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pelaksanaan identifikasi dan Pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilakukan Pemerintah Daerah merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan pelaksanaaan Inovasi Daerah yang telah tercipta, sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai inovasi-inovasi yang telah kita lakukan dalam bidang pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Penyusunan buku Direktori Inovasi Daerah ini merupakan buku kedua yang disusun bersama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Direktori Inovasi Daerah kali ini menyajikan informasi mengenai Inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelayanan publik. Semoga buku ini dapat menginspirasi dan menjadi motivasi kuat dalam berinovasi untuk mewujudkan Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing. Pada kesempatan ini, tak lupa ucapan terima kasih kam sampaikan kepada Ibu Bupati dan Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Deputi Inovasi Lembaga Administrasi Negara, RSUD Adjidarmo, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Inspektorat dan para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini.

Akhir kata, kiranya buku ini masih jauh dari keempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan sangat kami harapakan guna perbaikan dalam penyusunan Direktori Inovasi Daerah selanjutnya.

Wasalamualaikum. Wr. Wb.

Rangkasbitung, Desember 2018

KEPALA BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN LEBAK

Ir. Hj. VIRGOJANTI, M.Si

Nip. 19680902 199603 2 002

DAFTAR ISI

Kata�Pengantar

Daftar�Isi

Prolog

Aplikasi�Pelayanan�Pembuatan�Kartu�AK-1

KADE(Klinik�Konsultasi�Dana�Desa)

ATIKAN(Asal�Ketik�Arsip�Nampak)

Si�E-La�Komplain�Dengan�Hati(Sistem�Elektronik�Layanan�Komplain�Dengan�Harapan�Terlayani�Pasti)

Program�Kader�“�JAMILAH”

Epilog

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

viivi

HAL�:

iii

vii

1

9

20

32

43

50

60

agi banyak orang, hal yang pertama kali

Bterlintas ketika mendengar kata Lebak

adalah Multatuli. Multatuli adalah

nama pena Douwes Dekker yang menulis novel

Max Havelaar. Kabupaten Lebak memiliki

sejarah yang panjang sejak masa kerajaan, masa

kolonial hingga Indonesia merdeka. Pada masa

kolonial Kabupaten Lebak masuk dalam

karasidenan Banten dan pembentukannya pada

tahun 1828 . Setelah Indonesia merdeka

Kabupa ten Lebak kemudian d iben tuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun

1950. Dalam sejarah internasional, Kabupaten

Lebak dikenal sejak Multatuli menulis buku

Max Havelaar bahkan pergerakan di nusantara

bergeliat sejak terbitnya novel ini. Multatuli

menggambarkan penderitaan rakyat Lebak

karena penjajahan Belanda ditambah lagi Bupati

yang tidak mencintai rakyatnya. Pada tahun

1993, WS Rendra membuat kumpulan puisi yang

diberikan judul Orang-Orang Rangkasbitung.

Rangkasbitung saat ini adalah ibukota

Kabupaten Lebak. Berselang 48 tahun Indonesia

merdeka, image orang-orang Rangkasbitung

yang digambarkan oleh Rendra masih sebagai

orang-orang yang menjalani hidup susah seperti

yang digambarkan oleh Multatuli lebih dari 100

tahun yang lalu.

Hingga tahun 2012 Kabupaten Lebak

masih menjadi daerah yang tertinggal. Ini

tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 131

Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah

Tertinggal Tahun 2015-2019, Kabupaten Lebak

masuk dalam 122 daerah tertinggal.

Kabupaten Lebak Harus Bebas Dari Image “Tertinggal”

PROLOG

Sebelumnya berdasarkan Kepmen PDT

001/ Kep/ M-PDT/ II/ 2005, Kabupaten Lebak

masuk dalam 199 Daerah Tertinggal di

Indonesia. Disisi lain, Kabupaten Lebak

memiliki potensi yang sangat besar. Potensi kopi

robusta, kokoa, sumber daya perikanan dan

kelautan. Bahkan kehadiran Belanda di Lebak

seperti yang diceritakan oleh Multatuli karena

Lebak memiliki potensi kopi dan rempah-

rempah lainnya yang luar biasa.

Kondisi sumber daya manusia di

Kabupaten Lebak dapat dilihat dari Indeks

Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup,

dan Rata-rata Lama Sekolah.

Angka Harapan Hidup d i

Kabupaten Lebak sejak tahun

2014 sampa i 2017 se l a lu

m e n i n g k a t . Te t a p i A n g k a

Harapan Hidup Kabupaten

Lebak masih berada di bawah

Angka Harapan Hidup Indonesia

dan Provinsi Banten. Angka

Harapan Hidup Kabupaten

Lebak pada tahun 2017 adalah

66,59 tahun, Indonesia sudah

mencapai 71,06 tahun dan

Provinsi Banten berada pada

69,49 tahun. Untuk rata-rata

lama bersekolah Kabupaten

Lebak pada tahun 2017 adalah

6,20 tahun. Angka ini juga masih

berada di bawah rata-rata lama

sekolah Provinsi Banten yaitu

8,79 tahun dan Indonesia 8,42

tahun (sumber: Badan Pusat

Statistik)

Selain Angka Harapan

Hidup dan Rata-rata Lama

Sekolah, Indeks Pembangunan

Manusia juga menjadi indikator

utama dalam melihat kondisi sumber daya

manusia di satu Kabupaten/ Negara tertentu.

IPM di Kabupaten Lebak sejak tahun 2014

sampai tahun 2017 juga selalu mengalami

peningkatan. Tetapi sama seperti Angka

Harapan Hidup dan Rata-rata lama Sekolah,

IPM Kabupaten Lebak juga berada di bawah

IPM Indonesia dan Provinsi Banten. Pada tahun

2017 IPM Kabupaten Lebak adalah 62,95

sementara IPM Indonesia sudah mencapai

70,81, dan IPM Provinsi Banten adalah 71,42.

Untuk detail IPM Kabupaten Lebak dapat dilihat

di infografis di samping.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

21

agi banyak orang, hal yang pertama kali

Bterlintas ketika mendengar kata Lebak

adalah Multatuli. Multatuli adalah

nama pena Douwes Dekker yang menulis novel

Max Havelaar. Kabupaten Lebak memiliki

sejarah yang panjang sejak masa kerajaan, masa

kolonial hingga Indonesia merdeka. Pada masa

kolonial Kabupaten Lebak masuk dalam

karasidenan Banten dan pembentukannya pada

tahun 1828 . Setelah Indonesia merdeka

Kabupa ten Lebak kemudian d iben tuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun

1950. Dalam sejarah internasional, Kabupaten

Lebak dikenal sejak Multatuli menulis buku

Max Havelaar bahkan pergerakan di nusantara

bergeliat sejak terbitnya novel ini. Multatuli

menggambarkan penderitaan rakyat Lebak

karena penjajahan Belanda ditambah lagi Bupati

yang tidak mencintai rakyatnya. Pada tahun

1993, WS Rendra membuat kumpulan puisi yang

diberikan judul Orang-Orang Rangkasbitung.

Rangkasbitung saat ini adalah ibukota

Kabupaten Lebak. Berselang 48 tahun Indonesia

merdeka, image orang-orang Rangkasbitung

yang digambarkan oleh Rendra masih sebagai

orang-orang yang menjalani hidup susah seperti

yang digambarkan oleh Multatuli lebih dari 100

tahun yang lalu.

Hingga tahun 2012 Kabupaten Lebak

masih menjadi daerah yang tertinggal. Ini

tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 131

Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah

Tertinggal Tahun 2015-2019, Kabupaten Lebak

masuk dalam 122 daerah tertinggal.

Kabupaten Lebak Harus Bebas Dari Image “Tertinggal”

PROLOG

Sebelumnya berdasarkan Kepmen PDT

001/ Kep/ M-PDT/ II/ 2005, Kabupaten Lebak

masuk dalam 199 Daerah Tertinggal di

Indonesia. Disisi lain, Kabupaten Lebak

memiliki potensi yang sangat besar. Potensi kopi

robusta, kokoa, sumber daya perikanan dan

kelautan. Bahkan kehadiran Belanda di Lebak

seperti yang diceritakan oleh Multatuli karena

Lebak memiliki potensi kopi dan rempah-

rempah lainnya yang luar biasa.

Kondisi sumber daya manusia di

Kabupaten Lebak dapat dilihat dari Indeks

Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup,

dan Rata-rata Lama Sekolah.

Angka Harapan Hidup d i

Kabupaten Lebak sejak tahun

2014 sampa i 2017 se l a lu

m e n i n g k a t . Te t a p i A n g k a

Harapan Hidup Kabupaten

Lebak masih berada di bawah

Angka Harapan Hidup Indonesia

dan Provinsi Banten. Angka

Harapan Hidup Kabupaten

Lebak pada tahun 2017 adalah

66,59 tahun, Indonesia sudah

mencapai 71,06 tahun dan

Provinsi Banten berada pada

69,49 tahun. Untuk rata-rata

lama bersekolah Kabupaten

Lebak pada tahun 2017 adalah

6,20 tahun. Angka ini juga masih

berada di bawah rata-rata lama

sekolah Provinsi Banten yaitu

8,79 tahun dan Indonesia 8,42

tahun (sumber: Badan Pusat

Statistik)

Selain Angka Harapan

Hidup dan Rata-rata Lama

Sekolah, Indeks Pembangunan

Manusia juga menjadi indikator

utama dalam melihat kondisi sumber daya

manusia di satu Kabupaten/ Negara tertentu.

IPM di Kabupaten Lebak sejak tahun 2014

sampai tahun 2017 juga selalu mengalami

peningkatan. Tetapi sama seperti Angka

Harapan Hidup dan Rata-rata lama Sekolah,

IPM Kabupaten Lebak juga berada di bawah

IPM Indonesia dan Provinsi Banten. Pada tahun

2017 IPM Kabupaten Lebak adalah 62,95

sementara IPM Indonesia sudah mencapai

70,81, dan IPM Provinsi Banten adalah 71,42.

Untuk detail IPM Kabupaten Lebak dapat dilihat

di infografis di samping.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

21

D a l a m m e n y e l e n g g a r a k a n

pemerintahan daerah dan memberikan

pelayanan publik kepada masyarkat,

Kabupaten Lebak terdiri dari 63 OPD yang

didalamnya termasuk 28 kecamatan, 22

Dinas, sekretariat daerah, sekretariat DPRD,

dan 11 Lembaga Teknis Daerah. Di

Kabupaten Lebak terdapat 961 pejabat eselon

II sampai eselon IV. Pejabat eselon II ada 34

orang, eselon III ada 219 orang, dan eselon IV

ada 708 orang.

� Buku Max Havelaar ditulis 160 tahun

yang lalu, Indonesia sudah merdeka selama

73 tahun, tetapi Lebak masih menyandang

daerah tertinggal. Para aparatur di pemerintah

daerah memiliki tanggung jawab yang besar

untuk membebaskan Kabupaten Lebak dari

kata “tertinggal”. Kabupaten Lebak harus

mampu berubah menjadi Kabupaten yang

maju dan berdaya saing. Dan inovasi adalah

solusi menuju kemajuan.

Inovasi Sebagai Tool Akselerasi Menuju KemajuanBerbagai patologi birokrasi masih ada

yang melekat di wajah birokrasi saat ini.

Birokrasi memiliki tugas yang berat untuk

m e n g u b a h m i n d s e t m a s y a r a k a t y a n g

mengidentikkan birokrasi sebagai entitas yang

prosedural, cenderung korup, bertele-tele,

senang pada status quo dan anti pada perubahan.

Perlahan demi perlahan praktek-praktek

patologi birokrasi sudah mulai diminimalisir

melalui reformasi birokrasi. Apalagi dengan

munculnya Peraturan Pemerintah tentang

Inovasi Daerah hendak menyampaikan bahwa

birokrasi bukan entitas yang anti perubahan

tetapi suka berinovasi.

Dalam konteks Kabupaten Lebak,

dimana kondisi Kabupaten Lebak yang masih

masuk sebagai salah satu daerah tertinggal,

pemerintah daerah Kabupaten Lebak memiliki

tanggung jawab yang besar untuk membawa

keluar Kabupaten Lebak dari cengkraman

ketertinggalan. Dalam upaya untuk Inovasi

adalah satu-satunya cara untuk menang – Steve

Jobs. Dengan inovasi pemerintah daerah dapat

melakukan akselerasi untuk mengejar

ketertinggalan dari Kabupaten lainnya di

Indonesia. Menyikapi berbagai permasalah

yang sudah disampaikan di atas,

OPD dan para ASN tidak boleh lagi melakukan

tugas-tugas birokrasi sebagai business as usual.

Harus ada terobosan-terobosan kreatif untuk

menjadikan Lebak lebih baik lagi dan

mewujudkan masyarakat Lebak yang sejahtera.

Dengan inovasi, Kabupaten Lebak dapat keluar

dari daftar daerah tertinggal.

Secara konseptual, Inovasi diartikan

sebagai kegiatan untuk memproduksi maupun

mengadopsi, melakukan asimilasi, dan

eksploitasi dalam berbagai bidang guna

menghasilkan modifikasi produk atau jenis

produk baru, pengembangan proses produksi,

pembenahan sistem manajemen, layanan, dan

pasar (Crossan dan Apaydin, 2010). Artinya

inovasi tidak harus original, cukup berbeda

dengan invention. Kemungkinan untuk

dilakukan replikasi antara satu daerah dengan

dae rah l a innya sanga t besa r, t ingga l

menyesuaikan dengan konteks daerahnya.

Lembaga Administrasi Negara juga turut

berkontribusi pada inovasi secara konseptual..

Ada 5 kriteria inovasi menurut Lembaga

Administrasi Negara yaitu Adanya novelty atau

kebaruan, memberikan manfaat, memberi solusi

atas masalah yang dihadapi, berkesinambungan,

dan kompatibel dengan sistem.

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh

sektor publik membutuhkan respon yang

melampaui proses-proses incremental atau

tambal sulam tetapi cara baru untuk melihat

permaslahan dan merancang solusi secara

komprehensif. Inovasi yang diselenggarakan

oleh pemerintah juga seharusnya komprehensif

dan tidak parsial. Inovasi sektor publik tidak

terjadi dengan sendirinya, pemerintah memiliki

peran yang besar untuk mempromosikan

perilaku inovatif dan membentuk lingkungan

yang kondusif untuk berinovasi. Artinya inovasi

membutuhkan ekosistem inovasi yang kondusif

dan berkelanjutan apalagi tuntutan global yang

semakin cepat berubah. Tentunya birokrasi tidak

bisa melakukan business as usual.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

43

D a l a m m e n y e l e n g g a r a k a n

pemerintahan daerah dan memberikan

pelayanan publik kepada masyarkat,

Kabupaten Lebak terdiri dari 63 OPD yang

didalamnya termasuk 28 kecamatan, 22

Dinas, sekretariat daerah, sekretariat DPRD,

dan 11 Lembaga Teknis Daerah. Di

Kabupaten Lebak terdapat 961 pejabat eselon

II sampai eselon IV. Pejabat eselon II ada 34

orang, eselon III ada 219 orang, dan eselon IV

ada 708 orang.

� Buku Max Havelaar ditulis 160 tahun

yang lalu, Indonesia sudah merdeka selama

73 tahun, tetapi Lebak masih menyandang

daerah tertinggal. Para aparatur di pemerintah

daerah memiliki tanggung jawab yang besar

untuk membebaskan Kabupaten Lebak dari

kata “tertinggal”. Kabupaten Lebak harus

mampu berubah menjadi Kabupaten yang

maju dan berdaya saing. Dan inovasi adalah

solusi menuju kemajuan.

Inovasi Sebagai Tool Akselerasi Menuju KemajuanBerbagai patologi birokrasi masih ada

yang melekat di wajah birokrasi saat ini.

Birokrasi memiliki tugas yang berat untuk

m e n g u b a h m i n d s e t m a s y a r a k a t y a n g

mengidentikkan birokrasi sebagai entitas yang

prosedural, cenderung korup, bertele-tele,

senang pada status quo dan anti pada perubahan.

Perlahan demi perlahan praktek-praktek

patologi birokrasi sudah mulai diminimalisir

melalui reformasi birokrasi. Apalagi dengan

munculnya Peraturan Pemerintah tentang

Inovasi Daerah hendak menyampaikan bahwa

birokrasi bukan entitas yang anti perubahan

tetapi suka berinovasi.

Dalam konteks Kabupaten Lebak,

dimana kondisi Kabupaten Lebak yang masih

masuk sebagai salah satu daerah tertinggal,

pemerintah daerah Kabupaten Lebak memiliki

tanggung jawab yang besar untuk membawa

keluar Kabupaten Lebak dari cengkraman

ketertinggalan. Dalam upaya untuk Inovasi

adalah satu-satunya cara untuk menang – Steve

Jobs. Dengan inovasi pemerintah daerah dapat

melakukan akselerasi untuk mengejar

ketertinggalan dari Kabupaten lainnya di

Indonesia. Menyikapi berbagai permasalah

yang sudah disampaikan di atas,

OPD dan para ASN tidak boleh lagi melakukan

tugas-tugas birokrasi sebagai business as usual.

Harus ada terobosan-terobosan kreatif untuk

menjadikan Lebak lebih baik lagi dan

mewujudkan masyarakat Lebak yang sejahtera.

Dengan inovasi, Kabupaten Lebak dapat keluar

dari daftar daerah tertinggal.

Secara konseptual, Inovasi diartikan

sebagai kegiatan untuk memproduksi maupun

mengadopsi, melakukan asimilasi, dan

eksploitasi dalam berbagai bidang guna

menghasilkan modifikasi produk atau jenis

produk baru, pengembangan proses produksi,

pembenahan sistem manajemen, layanan, dan

pasar (Crossan dan Apaydin, 2010). Artinya

inovasi tidak harus original, cukup berbeda

dengan invention. Kemungkinan untuk

dilakukan replikasi antara satu daerah dengan

dae rah l a innya sanga t besa r, t ingga l

menyesuaikan dengan konteks daerahnya.

Lembaga Administrasi Negara juga turut

berkontribusi pada inovasi secara konseptual..

Ada 5 kriteria inovasi menurut Lembaga

Administrasi Negara yaitu Adanya novelty atau

kebaruan, memberikan manfaat, memberi solusi

atas masalah yang dihadapi, berkesinambungan,

dan kompatibel dengan sistem.

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh

sektor publik membutuhkan respon yang

melampaui proses-proses incremental atau

tambal sulam tetapi cara baru untuk melihat

permaslahan dan merancang solusi secara

komprehensif. Inovasi yang diselenggarakan

oleh pemerintah juga seharusnya komprehensif

dan tidak parsial. Inovasi sektor publik tidak

terjadi dengan sendirinya, pemerintah memiliki

peran yang besar untuk mempromosikan

perilaku inovatif dan membentuk lingkungan

yang kondusif untuk berinovasi. Artinya inovasi

membutuhkan ekosistem inovasi yang kondusif

dan berkelanjutan apalagi tuntutan global yang

semakin cepat berubah. Tentunya birokrasi tidak

bisa melakukan business as usual.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

43

Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2017,

pada ayat 7 disebutkan bahwa ada lima asal

inisiatif inovasi di daerah, yaitu kepala daerah,

DPRD, Aparatur Sipil Negara, Perangkat daerah

dan anggota masyarakat. Pada pelaksanaan

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

(Diklat Pim) mulai tingkat IV sampai pada

tingkat I, para peserta Diklat diwajibkan

membuat satu proyek perubahan/ inovasi untuk

diterapkan pada organisasinya. Inovasi yang

dihasilkan oleh peserta Diklat Pim ini adalah

inisiatif inovasi yang diusulkan oleh Aparatur

Sipil Negara.

Ada sebanyak 961 pejabat struktural di

Kabupaten Lebak mulai eselon IV, eselon III,

dan eselon II. Dari 961 tersebut sudah ada 358

pejabat structural yang sudah mengikuti diklat.

Sementara itu ada juga 110 pejabat structural

yang sedang mengikuti diklat. Apabila pejabat

structural tersebut mengikuti Diklat Pim pola

baru yang menghasilkan proyek perubahan,

maka jumlah inovasi yang berasal dari Aparatur

Sipil Negara di Kabupaten Lebak setidaknya

sudah lebih dari 100 inovasi. Berikut adalah

detail pejabat structural yang sudah mengikuti

diklat kepemimpinan

NO ESELON SUDAH BELUM TMS JUMLAH

1 3II 14 17 34

2 32III 97 90 219

3 40IV 247 421 708

Tabel 1. Jumlah Pejabat Struktural Yang Mengikuti Diklat Kepeimpinan

Sumber: Badan Diklat Kab. Lebak

Pada dokumen permasalahan dan isu

strategis Kabupaten Lebak, disebutkan bahwa

masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh

OPD dalam memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat. Dari bidang pelayanan

dasar seperti kesehatan dan pendidikan, Pemda

masih mengalami permsalahan dalam jumlah

tenaga kesehatan dan tenaga pendidik beserta

fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

Pada urusan lainnya seperti administrasi

kependudukan dimana layanan administrasi

kependudukan yang masih terbatas. Dalam

bidang pariwisata masih rendahnya investasi

dan promosi pariwisata Kabupaten Lebak,

padahal potensi pariwisata di Kabupaten Lebak

sangat beragam dan potensial. Potensi

pariwisata di Lebak bukan hanya alam tetapi

juga pariwisata budaya di kampung suku Badui.

Urusan ketenagakerjaan Kabupaten Lebak juga

mengalami beberapa permasalahan seperti

rendahnya kualitas dan daya saing tenaga kerja,

rendahnya tingkat serapan tenaga kerja,

terbatasnya Jumlah lembaga/ Balai Latihan

Kerja.

Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Lebak

Ada beberapa jenis inovasi secara konseptual. Menurut Schumpeter inovasi dapat berbentuk produk, proses, maupun perubahan organisasi dan tidak harus muncul dari penemuan-p e n e m u a n b a r u m e l a i n k a n d a p a t menggabungkan ataupun memodifikasi teknologi yang sudah ada menjadi baru. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 ada 3 jenis inovasi daerah, yaitu inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah; b. inovasi Pelayanan Publik; dan/atau; c. Inovasi Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Adapun pengertian masing-masing inovasi adalah :

1. Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen

2. Inovasi Pelayanan Publik sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf b merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik.

3. Inovasi Daerah lainnya sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf c merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.

Menurut OECD inovasi tata kelola pemerintahan mengindikasikan ide baru, eksper imen , dan prak tek yang dapa t mendukung untuk koordinasi yang lebih baik dan hasil yang lebih umum bagaimana mengelola masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa inovasi tata kelola pemerintahan adalah inovasi yang bersifat internal seperti kooordinasi, penataaan organisasi dan tujuan inovasi ini adalah upaya memberikan pelayanan pada publik yang lebih baik.

Dalam buku ini akan dibahas inovasi tata kelola pemerintahan Kabupaten Lebak yang masih berjalan hingga saat ini dan memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Adapun inovasi- inovasi tersebut adalah:

· Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) di Dinas Tenaga Kerja,

· KADE yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa yang diinisiasi oleh Inspektorat Kabupaten Lebak,

· Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak) yang dilaksanakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, dan

· Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik Layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti) yang dilaksanakan oleh RS Umum Daerah Dr. Ajidarmo.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

65

Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2017,

pada ayat 7 disebutkan bahwa ada lima asal

inisiatif inovasi di daerah, yaitu kepala daerah,

DPRD, Aparatur Sipil Negara, Perangkat daerah

dan anggota masyarakat. Pada pelaksanaan

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

(Diklat Pim) mulai tingkat IV sampai pada

tingkat I, para peserta Diklat diwajibkan

membuat satu proyek perubahan/ inovasi untuk

diterapkan pada organisasinya. Inovasi yang

dihasilkan oleh peserta Diklat Pim ini adalah

inisiatif inovasi yang diusulkan oleh Aparatur

Sipil Negara.

Ada sebanyak 961 pejabat struktural di

Kabupaten Lebak mulai eselon IV, eselon III,

dan eselon II. Dari 961 tersebut sudah ada 358

pejabat structural yang sudah mengikuti diklat.

Sementara itu ada juga 110 pejabat structural

yang sedang mengikuti diklat. Apabila pejabat

structural tersebut mengikuti Diklat Pim pola

baru yang menghasilkan proyek perubahan,

maka jumlah inovasi yang berasal dari Aparatur

Sipil Negara di Kabupaten Lebak setidaknya

sudah lebih dari 100 inovasi. Berikut adalah

detail pejabat structural yang sudah mengikuti

diklat kepemimpinan

NO ESELON SUDAH BELUM TMS JUMLAH

1 3II 14 17 34

2 32III 97 90 219

3 40IV 247 421 708

Tabel 1. Jumlah Pejabat Struktural Yang Mengikuti Diklat Kepeimpinan

Sumber: Badan Diklat Kab. Lebak

Pada dokumen permasalahan dan isu

strategis Kabupaten Lebak, disebutkan bahwa

masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh

OPD dalam memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat. Dari bidang pelayanan

dasar seperti kesehatan dan pendidikan, Pemda

masih mengalami permsalahan dalam jumlah

tenaga kesehatan dan tenaga pendidik beserta

fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

Pada urusan lainnya seperti administrasi

kependudukan dimana layanan administrasi

kependudukan yang masih terbatas. Dalam

bidang pariwisata masih rendahnya investasi

dan promosi pariwisata Kabupaten Lebak,

padahal potensi pariwisata di Kabupaten Lebak

sangat beragam dan potensial. Potensi

pariwisata di Lebak bukan hanya alam tetapi

juga pariwisata budaya di kampung suku Badui.

Urusan ketenagakerjaan Kabupaten Lebak juga

mengalami beberapa permasalahan seperti

rendahnya kualitas dan daya saing tenaga kerja,

rendahnya tingkat serapan tenaga kerja,

terbatasnya Jumlah lembaga/ Balai Latihan

Kerja.

Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Lebak

Ada beberapa jenis inovasi secara konseptual. Menurut Schumpeter inovasi dapat berbentuk produk, proses, maupun perubahan organisasi dan tidak harus muncul dari penemuan-p e n e m u a n b a r u m e l a i n k a n d a p a t menggabungkan ataupun memodifikasi teknologi yang sudah ada menjadi baru. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 ada 3 jenis inovasi daerah, yaitu inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah; b. inovasi Pelayanan Publik; dan/atau; c. Inovasi Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Adapun pengertian masing-masing inovasi adalah :

1. Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen

2. Inovasi Pelayanan Publik sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf b merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik.

3. Inovasi Daerah lainnya sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf c merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.

Menurut OECD inovasi tata kelola pemerintahan mengindikasikan ide baru, eksper imen , dan prak tek yang dapa t mendukung untuk koordinasi yang lebih baik dan hasil yang lebih umum bagaimana mengelola masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa inovasi tata kelola pemerintahan adalah inovasi yang bersifat internal seperti kooordinasi, penataaan organisasi dan tujuan inovasi ini adalah upaya memberikan pelayanan pada publik yang lebih baik.

Dalam buku ini akan dibahas inovasi tata kelola pemerintahan Kabupaten Lebak yang masih berjalan hingga saat ini dan memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Adapun inovasi- inovasi tersebut adalah:

· Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) di Dinas Tenaga Kerja,

· KADE yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa yang diinisiasi oleh Inspektorat Kabupaten Lebak,

· Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak) yang dilaksanakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, dan

· Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik Layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti) yang dilaksanakan oleh RS Umum Daerah Dr. Ajidarmo.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

65

1. Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning)

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word) dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word (Ms. Word). Petugas hanya mengetik nama pendaftar kartu kuning pada aplikasi, petugas tidak perlu menulis semua data secara manual. Setelah itu, pencetakan kartu kuning pendaftar. Tidak perlu menunggu pejabat yang berwenang untuk menandatangani kartu kuning tersebut karena tanda tangan digital pejabat yang berwenang diperbolehkan untuk pembuatan kartu kuning.

Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama adalah mengurangi waktu layanan pembuatan kartu Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Dengan demikian, tidak hanya masyarakat sebagai pihak penerima layanan mendapatkan manfaat, namun juga pegawai

Disnaker dalam pengolahan data pencari kerja. 2. KADE (Klinik Konsultasi Dana Desa)

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada.

Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di 340 desa di Kabupaten Lebak. melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga

pengawas internal maupun eksternal.

3. Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik

Arsip Nampak)

Berkas yang masuk Ke Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tidak bisa tersimpan dan terdata dengan baik demikian juga yang berada di OPD lain arsip-arsip tersebut hanya disimpan dalam karung, untuk kemudian ditumpuk dipojok-pojok ruangan kerja atau dilorong samping toilet, diatas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan membuat ruangan kerja menjadi terkesan kumuh dan kotor tidak terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan. Produksi arsip yang

Maka dilakukan pengelolaan dan

penataan Arsip secara menyeluruh melalui

kegiatan akuisisi arsip dan Pengelolaan Depo

Arsip Diskerpus sebagai Pusat Layanan Data

dan informasi Kearsipan. Kegiatan akuisisi

adalah kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak

teratur menjadi arsip teratur sesuai dengan

petunjuk teknis pengelolaan Kearsipan pada

Perbup Lebak nomor 23 tahun 2016. Aplikasi

Kearsipan ATIKAN menggunakan software

Microsoft Access adalah salah satu program

pengolah basis data (sekumpulan informasi

yang saling berhubungan dan memiliki tujuan

tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai

kemudahan yang ada seperti pengaturan data,

pembuatan form, pembuatan laporan,

penyaringan data dan lain-lain.

4. Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem

Elektronik Layanan Komplain Dengan

Harapan Terlayani Pasti)

Rumah Sakit Umum Daerah memberikan

beragam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Dalam penyelenggaraan tersebut

ditemukan beberapa kendala yang dihadapi

Rumah Sakit, salah satunya adalah komplain

dari pasien. Komplain dari pasien ini tidak boleh

diabaikan, karena dengan komplain tersebut

berarti Rumah Sakit dapat mencari tahu

kelemahannya, sehingga dapat dibenahi untuk

meningkatkan kinerja pelayanannya. Namun

selain komplain dari pasien dan keluarga pasien

ada juga data komplain yang diperoleh Rumah

Sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM

) , media massa.

5. JAMILAH ( Jemput Antar Ibu Hamil

Bermasalah)

Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun f a k t o r - f a k t o r n o n k e s e h a t a n y a n g mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Program Inovasi “JAMILAH” Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari oleh dan untuk masyarakat dalam kontek pemberdayaan masyarakat untuk membantu dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah, memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa nifas, hasil yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” , yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg siaga, dan Bidan Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

87

1. Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning)

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word) dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word (Ms. Word). Petugas hanya mengetik nama pendaftar kartu kuning pada aplikasi, petugas tidak perlu menulis semua data secara manual. Setelah itu, pencetakan kartu kuning pendaftar. Tidak perlu menunggu pejabat yang berwenang untuk menandatangani kartu kuning tersebut karena tanda tangan digital pejabat yang berwenang diperbolehkan untuk pembuatan kartu kuning.

Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama adalah mengurangi waktu layanan pembuatan kartu Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Dengan demikian, tidak hanya masyarakat sebagai pihak penerima layanan mendapatkan manfaat, namun juga pegawai

Disnaker dalam pengolahan data pencari kerja. 2. KADE (Klinik Konsultasi Dana Desa)

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada.

Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di 340 desa di Kabupaten Lebak. melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga

pengawas internal maupun eksternal.

3. Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik

Arsip Nampak)

Berkas yang masuk Ke Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tidak bisa tersimpan dan terdata dengan baik demikian juga yang berada di OPD lain arsip-arsip tersebut hanya disimpan dalam karung, untuk kemudian ditumpuk dipojok-pojok ruangan kerja atau dilorong samping toilet, diatas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan membuat ruangan kerja menjadi terkesan kumuh dan kotor tidak terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan. Produksi arsip yang

Maka dilakukan pengelolaan dan

penataan Arsip secara menyeluruh melalui

kegiatan akuisisi arsip dan Pengelolaan Depo

Arsip Diskerpus sebagai Pusat Layanan Data

dan informasi Kearsipan. Kegiatan akuisisi

adalah kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak

teratur menjadi arsip teratur sesuai dengan

petunjuk teknis pengelolaan Kearsipan pada

Perbup Lebak nomor 23 tahun 2016. Aplikasi

Kearsipan ATIKAN menggunakan software

Microsoft Access adalah salah satu program

pengolah basis data (sekumpulan informasi

yang saling berhubungan dan memiliki tujuan

tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai

kemudahan yang ada seperti pengaturan data,

pembuatan form, pembuatan laporan,

penyaringan data dan lain-lain.

4. Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem

Elektronik Layanan Komplain Dengan

Harapan Terlayani Pasti)

Rumah Sakit Umum Daerah memberikan

beragam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Dalam penyelenggaraan tersebut

ditemukan beberapa kendala yang dihadapi

Rumah Sakit, salah satunya adalah komplain

dari pasien. Komplain dari pasien ini tidak boleh

diabaikan, karena dengan komplain tersebut

berarti Rumah Sakit dapat mencari tahu

kelemahannya, sehingga dapat dibenahi untuk

meningkatkan kinerja pelayanannya. Namun

selain komplain dari pasien dan keluarga pasien

ada juga data komplain yang diperoleh Rumah

Sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM

) , media massa.

5. JAMILAH ( Jemput Antar Ibu Hamil

Bermasalah)

Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun f a k t o r - f a k t o r n o n k e s e h a t a n y a n g mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Program Inovasi “JAMILAH” Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari oleh dan untuk masyarakat dalam kontek pemberdayaan masyarakat untuk membantu dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah, memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa nifas, hasil yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” , yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg siaga, dan Bidan Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

87

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK. 1

inas Tenaga Ker ja dan

DTransmigrasi (Disnakertrans)

m e r u p a k a n s a l a h s a t u

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lebak

yang memberikan layanan kepada masyarakat.

Salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi

Disnaker adalah layanan pembuatan kartu

pencari kerja atau Kartu Kuning. Pembuatan

Kartu Kuning/ Kartu Pencari Kerja sendiri

merupakan salah satu persyaratan bagi pencari

kerja dalam proses melamar pekerjaan. Kartu

Kuning tersebut tidak hanya sekedar dibutuhkan

dalam pendaftaran instansi pemerintah namun

juga perusahaan swasta.

Seiring dengan pertambahan penduduk

usia produktif Kabupaten Lebak, maka semakin

banyak pencari kerja. Berdasarkan data Laporan

Pencari Kerja Kabupaten Lebak tahun 2016,

banyaknya pencari kerja yang mendaftarkan diri

rata-rata 300 – 1.000 orang perbulan. Para

pencari kerja ini berasal dari berbagai wilayah di

seluruh Kabupaten Lebak dengan beragam latar

jenjang pendidikan dan program studi / jurusan

pendidikannya. Momentum tingginya angka

pencari kerja terjadi pada periode kelulusan

siswa SMU / SMK. Menurut data yang

dihimpun oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi di tahun 2016 saja pada periode

tersebut yaitu sekitar bulan Juni-Juli mencapai

angka 3.000 orang pencari kerja. Lonjakan

angka pencari kerja juga pada momentum bulan

Ramadhan, pasca hari raya Idul Fitri ,

momentum pemberkasan CPNS dan pasca tahun

baru. Bahkan pada momen pendaftaran CPNS di

tahun 2018, tercatat sebanyak 2.097 pencari

kerja pada bulan Agustus dan September.

A. MENGAPA APLIKASI PELAYANAN PEMBUATAN AKI-1?

Suasana Pencari Kerja pada musim PNS dan pasca Ramdhan di Kabupaten Lebak

Terjadinya lonjakan Pendaftar Pencari Kerja

pada momentum tersebut membuat personil

aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

harus bekerja ekstra daripada biasanya. Dengan

proses pendaftaran pencari kerja yang manual,

hampir seluruh staf Disnaker diikutsertakan

dalam pelayanan pembuatan Kartu Kuning.

Namun jumlah personil yang dimiliki tidak

seimbang dengan jumlah masyarakat yang

datang untuk mendaftar sebagai pencari kerja.

Akibatnya terdapat beberapa masyarakat yang

tidak terlayani secara maksimal. Bahkan pada

suatu waktu, terdapat masyarakat yang tidak

terlayani karena sudah terlalu banyak pendaftar

dan telah melewati batas jam kerja sehingga

tidak terlayani dan harus datang kembali di hari

berikutnya. Hal ini tentunya akan berujung pada

ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan

Kartu Kuning yang dilakukan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)

Kabupaten Lebak.

Pada sisi lain, prosedur pendaftaran pencari

k e r j a s e c a r a m a n u a l t e r s e b u t j u g a

mengakibatkan pembuatan laporan dari

database pencari kerja menjadi cukup lama.

Pembuatan laporan Informasi Pasar Kerja (IPK)

membutuhkan waktu 6 hari kerja apabila

menggunakan pendaftaran manual. Begitu pula

dengan penyusunan Laporan Pemetaan Calon

Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang

membutuhkan waktu 3 hari.

Kondisi inilah yang membuat Bapak Rocky

Gumilang - staf Bidang Penempatan Perluasan

Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi -

berfikir perlunya perubahan prosedur pada

pendaftaran Kartu Kuning. Ketika pertama kali

ditempatkan pada Disnakertrans Kabupaten

Lebak, beliau melihat fenomena pendaftaran

pencari kerja menjadi permasalahan yang perlu

dipecahkan. Bapak Rocky melihat prosedur

pendaftaran yang cukup panjang, mulai dari

pencatatan pada buku register, penulisan kartu

kuning, dan penginputan data ke komputer. Hal

ini menginspirasi beliau untuk kemudian

merancang aplikasi pendaftaran pencari kerja

berbasis Microsoft Excel dengan sistem offline.

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1

(Kartu Kuning) ini dibangun secara swadaya

oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak dan tanpa

melibatkan bantuan pihak ketiga. Mulai dari

gagasan ide, rancangan aplikasi, dan mekanisme

kerja juga eksekusi pembuatan aplikasi

dilakukan secara mandiri oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lebak.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

109

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK. 1

inas Tenaga Ker ja dan

DTransmigrasi (Disnakertrans)

m e r u p a k a n s a l a h s a t u

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lebak

yang memberikan layanan kepada masyarakat.

Salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi

Disnaker adalah layanan pembuatan kartu

pencari kerja atau Kartu Kuning. Pembuatan

Kartu Kuning/ Kartu Pencari Kerja sendiri

merupakan salah satu persyaratan bagi pencari

kerja dalam proses melamar pekerjaan. Kartu

Kuning tersebut tidak hanya sekedar dibutuhkan

dalam pendaftaran instansi pemerintah namun

juga perusahaan swasta.

Seiring dengan pertambahan penduduk

usia produktif Kabupaten Lebak, maka semakin

banyak pencari kerja. Berdasarkan data Laporan

Pencari Kerja Kabupaten Lebak tahun 2016,

banyaknya pencari kerja yang mendaftarkan diri

rata-rata 300 – 1.000 orang perbulan. Para

pencari kerja ini berasal dari berbagai wilayah di

seluruh Kabupaten Lebak dengan beragam latar

jenjang pendidikan dan program studi / jurusan

pendidikannya. Momentum tingginya angka

pencari kerja terjadi pada periode kelulusan

siswa SMU / SMK. Menurut data yang

dihimpun oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi di tahun 2016 saja pada periode

tersebut yaitu sekitar bulan Juni-Juli mencapai

angka 3.000 orang pencari kerja. Lonjakan

angka pencari kerja juga pada momentum bulan

Ramadhan, pasca hari raya Idul Fitri ,

momentum pemberkasan CPNS dan pasca tahun

baru. Bahkan pada momen pendaftaran CPNS di

tahun 2018, tercatat sebanyak 2.097 pencari

kerja pada bulan Agustus dan September.

A. MENGAPA APLIKASI PELAYANAN PEMBUATAN AKI-1?

Suasana Pencari Kerja pada musim PNS dan pasca Ramdhan di Kabupaten Lebak

Terjadinya lonjakan Pendaftar Pencari Kerja

pada momentum tersebut membuat personil

aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

harus bekerja ekstra daripada biasanya. Dengan

proses pendaftaran pencari kerja yang manual,

hampir seluruh staf Disnaker diikutsertakan

dalam pelayanan pembuatan Kartu Kuning.

Namun jumlah personil yang dimiliki tidak

seimbang dengan jumlah masyarakat yang

datang untuk mendaftar sebagai pencari kerja.

Akibatnya terdapat beberapa masyarakat yang

tidak terlayani secara maksimal. Bahkan pada

suatu waktu, terdapat masyarakat yang tidak

terlayani karena sudah terlalu banyak pendaftar

dan telah melewati batas jam kerja sehingga

tidak terlayani dan harus datang kembali di hari

berikutnya. Hal ini tentunya akan berujung pada

ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan

Kartu Kuning yang dilakukan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)

Kabupaten Lebak.

Pada sisi lain, prosedur pendaftaran pencari

k e r j a s e c a r a m a n u a l t e r s e b u t j u g a

mengakibatkan pembuatan laporan dari

database pencari kerja menjadi cukup lama.

Pembuatan laporan Informasi Pasar Kerja (IPK)

membutuhkan waktu 6 hari kerja apabila

menggunakan pendaftaran manual. Begitu pula

dengan penyusunan Laporan Pemetaan Calon

Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang

membutuhkan waktu 3 hari.

Kondisi inilah yang membuat Bapak Rocky

Gumilang - staf Bidang Penempatan Perluasan

Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi -

berfikir perlunya perubahan prosedur pada

pendaftaran Kartu Kuning. Ketika pertama kali

ditempatkan pada Disnakertrans Kabupaten

Lebak, beliau melihat fenomena pendaftaran

pencari kerja menjadi permasalahan yang perlu

dipecahkan. Bapak Rocky melihat prosedur

pendaftaran yang cukup panjang, mulai dari

pencatatan pada buku register, penulisan kartu

kuning, dan penginputan data ke komputer. Hal

ini menginspirasi beliau untuk kemudian

merancang aplikasi pendaftaran pencari kerja

berbasis Microsoft Excel dengan sistem offline.

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1

(Kartu Kuning) ini dibangun secara swadaya

oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak dan tanpa

melibatkan bantuan pihak ketiga. Mulai dari

gagasan ide, rancangan aplikasi, dan mekanisme

kerja juga eksekusi pembuatan aplikasi

dilakukan secara mandiri oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lebak.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

109

Struktur Sistem Aplikasi Pelayanan

Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) dirangkai

secara sistematis menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic yang diformulasi

dengan Microsoft Excel sebagai basis data, dan

juga dihubungkan dengan Microsoft Word

dalam pencetakan kartu kuning.

Penggunaan Aplikasi Pelayanan Pembuatan

Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang

ingin dicapai . Tujuan per tama adalah

mengurangi waktu layanan pembuatan kartu

Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi

pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja

dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi

Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga

Kerja Indonesia (CTKI). Sehingga melalui

penggunaan aplikasi tersebut, diharapkan dapat

berdampak kepada pengurangan waktu

pembuatan Laporan Informasi Pasar Kerja

(IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja

Indonesia (CTKI) oleh pegawai Disnaker.

Dengan demikian, tidak hanya masyarakat

sebagai pihak penerima layanan mendapatkan

manfaat, namun juga pegawai Disnaker dalam

pengolahan data pencari kerja.

B. BERKENALAN DENGAN APLIKASI

PELAYANAN KARTU AK-1

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1

(kartu kuning) merupakan sebuah sistem

pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan

oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan

staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans

Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali

ditempatkan pada Disnakrertrans, beliau merasa

kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan

pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu

Kuning nyang sebelumnya dilakukan secara

manual membuat waktu pelayanan cukup lama

dan kesulitan dalam pengolahan datanya.

Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK,

setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen

CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat

menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk

mengantri di depan loket Disnakertrans guna

mendapatkan Kartu Kuning.

Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat

menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word)

dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan

dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word

(Ms. Word). Secara tampilan sebenarnya

aplikasi ini cukup sederhana untuk digunakan

karena petugas Disnakertrans hanya cukup

mengisi kolom-kolom Data Pencari Kerja.

Aplikasi ini cukup inovatif dikarenakan

menggunakan Ms. Excel sebagai database

pencari kerja. Microsoft Excel merupakan

software yang cukup dikenal luas oleh pegawai,

sehingga keputusan pembuatan aplikasi

Pelayanan Kartu AK-1 berbasis Excel dirasa

cukup tepat. Hal ini dikarenakan pengolahan

database pencari kerja akan menjadi lebih

mudah dan praktis untuk dilakukan pegawai

Disnakertrans Lebak daripada harus menginput

data dari aplikasi yang bukan berbasis Ms.

Excel.

Selain penggunaaan Ms. Excel terdapat

beberapa aspek kreatif dari aplikasi ini. Aspek

kreatif kedua Nampak pada pengunaan kertas

dan format baru dalam pencetakan Kartu

Kuning. Format Kar tu Kuning yang

dikembangkan oleh Disnakertrans cukup

ringkas dan hanya membutuhkan 1 sisi kertas.

Hal ini berbeda dengan format Kartu Kuning

biasanya yang tercetak pada dua (2) sisi kartu.

Kemudian terdapat perbedaan bahan

kertas dari yang biasanya digunakan. Kartu

Kuning biasanya menggunakan kertas karton

tebal berwarna kuning, tetapi Disnakertrans

Kabupaten Lebak berkreasi dengan penggunaan

kertas HVS tipis sebagai bahan pembuatan

Kartu Kuning. Hal ini dilakukan guna

mempercepat pencetakan kartu kuning melalui

aplikasi yang dibangun tanpa membutuhkan

printer dengan spesifikasi tertentu. Format dan

bahan pembuatan kartu kuning tersebut telah

disetujui oleh Disnakertrans Provinsi Banten

dan mereka sangat mendukung inovasi tersebut.

Selain itu, terdapat diskresi yang

diberikan pada aplikasi tersebut berupa

tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.

Sehingga petugas Kartu Kuning tidak perlu

membuat pencari kerja menunggu lama

dikarenakan petugas mengumpulkan setumpuk

kartu kuning baru diserahkan kepada pejabat

yang bersangkutan untuk menandatanganinya.

Aplikasi tersebut juga semakin inovatif

dengan penambahan SMS Gateway sebagai fitur

tambahan. Melalui SMS Gateway tersebut,

Disnakertrans Kabupaten Lebak memberikan

informasi kepada pencari kerja yang telah

mendaftar, bahwa terdapat perusahaan yang

sedang membuka lowongan dan sesuai dengan

klasifikasi pendidikan pencari kerja tersebut.

Proses otomatisasi pembuatan kartu

kuning tersebut telah memotong waktu layanan

dari sebelumnya secara manual dengan

penulisan tangan membutuhkan waktu 6 menit,

kini dapat dilakukan hanya cukup 1 menit saja.

Sebelum inovasi ini di lakukan proses

pembuatan kartu kuning secara manual harus

menempuh proses yang panjang, yakni; (a)

pencatatan buku register secara manual selama

1,5 menit, (b) penulisan data pencari kerja pada

kartu kuning selama minimal 4,5 menit, dan (c)

menunggu proses tandatangan pengesahan

Kartu Kuning yang seringkali membutuhkan

waktu yang cukup lama.

Kini setelah inovasi aplikasi AK-1

dilaksanakan, petugas kartu kuning cukup

menginput data pencari kerja melalui fotokopi

KTP dan Ijazah yang diserahkan pencari kerja

saat mendaftar di loket. Kemudian petugas dapat

mencetak kartu kuning, lalu distempel basah dan

ditempelkan pasfoto pencari kerja. Proses

tersebut telah memotong birokrasi layanan yang

sebelumnya melalui 3 langkah registrasi secara

manual menjadi cukup 2 langkah saja, yakni

menginput data ke komputer dan pencetakan

kartu kuning secara otomatis.

C. MEKANISME KERJA INOVASI

A P L I K A S I P E L A Y A N A N

PEMBUATAN KARTU AK.1

Penggunaan apl ikas i Pe layanan

Pembuatan Kartu AK.1 te lah berhasi l

memperpendek waktu layanan Kartu Kuning

dari sebelumnya minimal 6 menit menjadi

cukup 1 menit per-pemohon. Penggunaan

aplikasi berbasis Ms. Excel tersebut juga

memudahkan petugas untuk pengolahan data

dan pembuatan beberapa laporan terkait

ketenagakerjaan. Sebelum kita menguraikan

prosedur layanan Kartu Kuning melalui aplikasi

tersebut, terlebih dahulu perlu dijelaskan

mengenai fitur dan bagian yang terdapat dalam

Ms. Excel aplikasi tersebut.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1211

Struktur Sistem Aplikasi Pelayanan

Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) dirangkai

secara sistematis menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic yang diformulasi

dengan Microsoft Excel sebagai basis data, dan

juga dihubungkan dengan Microsoft Word

dalam pencetakan kartu kuning.

Penggunaan Aplikasi Pelayanan Pembuatan

Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang

ingin dicapai . Tujuan per tama adalah

mengurangi waktu layanan pembuatan kartu

Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi

pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja

dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi

Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga

Kerja Indonesia (CTKI). Sehingga melalui

penggunaan aplikasi tersebut, diharapkan dapat

berdampak kepada pengurangan waktu

pembuatan Laporan Informasi Pasar Kerja

(IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja

Indonesia (CTKI) oleh pegawai Disnaker.

Dengan demikian, tidak hanya masyarakat

sebagai pihak penerima layanan mendapatkan

manfaat, namun juga pegawai Disnaker dalam

pengolahan data pencari kerja.

B. BERKENALAN DENGAN APLIKASI

PELAYANAN KARTU AK-1

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1

(kartu kuning) merupakan sebuah sistem

pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan

oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan

staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans

Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali

ditempatkan pada Disnakrertrans, beliau merasa

kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan

pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu

Kuning nyang sebelumnya dilakukan secara

manual membuat waktu pelayanan cukup lama

dan kesulitan dalam pengolahan datanya.

Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK,

setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen

CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat

menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk

mengantri di depan loket Disnakertrans guna

mendapatkan Kartu Kuning.

Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat

menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word)

dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan

dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word

(Ms. Word). Secara tampilan sebenarnya

aplikasi ini cukup sederhana untuk digunakan

karena petugas Disnakertrans hanya cukup

mengisi kolom-kolom Data Pencari Kerja.

Aplikasi ini cukup inovatif dikarenakan

menggunakan Ms. Excel sebagai database

pencari kerja. Microsoft Excel merupakan

software yang cukup dikenal luas oleh pegawai,

sehingga keputusan pembuatan aplikasi

Pelayanan Kartu AK-1 berbasis Excel dirasa

cukup tepat. Hal ini dikarenakan pengolahan

database pencari kerja akan menjadi lebih

mudah dan praktis untuk dilakukan pegawai

Disnakertrans Lebak daripada harus menginput

data dari aplikasi yang bukan berbasis Ms.

Excel.

Selain penggunaaan Ms. Excel terdapat

beberapa aspek kreatif dari aplikasi ini. Aspek

kreatif kedua Nampak pada pengunaan kertas

dan format baru dalam pencetakan Kartu

Kuning. Format Kar tu Kuning yang

dikembangkan oleh Disnakertrans cukup

ringkas dan hanya membutuhkan 1 sisi kertas.

Hal ini berbeda dengan format Kartu Kuning

biasanya yang tercetak pada dua (2) sisi kartu.

Kemudian terdapat perbedaan bahan

kertas dari yang biasanya digunakan. Kartu

Kuning biasanya menggunakan kertas karton

tebal berwarna kuning, tetapi Disnakertrans

Kabupaten Lebak berkreasi dengan penggunaan

kertas HVS tipis sebagai bahan pembuatan

Kartu Kuning. Hal ini dilakukan guna

mempercepat pencetakan kartu kuning melalui

aplikasi yang dibangun tanpa membutuhkan

printer dengan spesifikasi tertentu. Format dan

bahan pembuatan kartu kuning tersebut telah

disetujui oleh Disnakertrans Provinsi Banten

dan mereka sangat mendukung inovasi tersebut.

Selain itu, terdapat diskresi yang

diberikan pada aplikasi tersebut berupa

tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.

Sehingga petugas Kartu Kuning tidak perlu

membuat pencari kerja menunggu lama

dikarenakan petugas mengumpulkan setumpuk

kartu kuning baru diserahkan kepada pejabat

yang bersangkutan untuk menandatanganinya.

Aplikasi tersebut juga semakin inovatif

dengan penambahan SMS Gateway sebagai fitur

tambahan. Melalui SMS Gateway tersebut,

Disnakertrans Kabupaten Lebak memberikan

informasi kepada pencari kerja yang telah

mendaftar, bahwa terdapat perusahaan yang

sedang membuka lowongan dan sesuai dengan

klasifikasi pendidikan pencari kerja tersebut.

Proses otomatisasi pembuatan kartu

kuning tersebut telah memotong waktu layanan

dari sebelumnya secara manual dengan

penulisan tangan membutuhkan waktu 6 menit,

kini dapat dilakukan hanya cukup 1 menit saja.

Sebelum inovasi ini di lakukan proses

pembuatan kartu kuning secara manual harus

menempuh proses yang panjang, yakni; (a)

pencatatan buku register secara manual selama

1,5 menit, (b) penulisan data pencari kerja pada

kartu kuning selama minimal 4,5 menit, dan (c)

menunggu proses tandatangan pengesahan

Kartu Kuning yang seringkali membutuhkan

waktu yang cukup lama.

Kini setelah inovasi aplikasi AK-1

dilaksanakan, petugas kartu kuning cukup

menginput data pencari kerja melalui fotokopi

KTP dan Ijazah yang diserahkan pencari kerja

saat mendaftar di loket. Kemudian petugas dapat

mencetak kartu kuning, lalu distempel basah dan

ditempelkan pasfoto pencari kerja. Proses

tersebut telah memotong birokrasi layanan yang

sebelumnya melalui 3 langkah registrasi secara

manual menjadi cukup 2 langkah saja, yakni

menginput data ke komputer dan pencetakan

kartu kuning secara otomatis.

C. MEKANISME KERJA INOVASI

A P L I K A S I P E L A Y A N A N

PEMBUATAN KARTU AK.1

Penggunaan apl ikas i Pe layanan

Pembuatan Kartu AK.1 te lah berhasi l

memperpendek waktu layanan Kartu Kuning

dari sebelumnya minimal 6 menit menjadi

cukup 1 menit per-pemohon. Penggunaan

aplikasi berbasis Ms. Excel tersebut juga

memudahkan petugas untuk pengolahan data

dan pembuatan beberapa laporan terkait

ketenagakerjaan. Sebelum kita menguraikan

prosedur layanan Kartu Kuning melalui aplikasi

tersebut, terlebih dahulu perlu dijelaskan

mengenai fitur dan bagian yang terdapat dalam

Ms. Excel aplikasi tersebut.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1211

1) Fitur atau Bagian Aplikasi Pelayanan

Pembuatan Kartu AK-1

Pada aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 ini,

terdapat terdapat setidaknya 5 sheet atau 5

bagian yang menjadi fiturnya. Sheet pertama

adalah kotak Input Data Pencari Kerja.

Setelah mendapatkan berkas ijazah dan

persyaratan yang dibawa pemohon, petugas

Disnakertrans Kabupaten Lebak memasukkan

data pencari kerja pada kotak Input Data Pencari

Kerja. Data yang dimasukkan ke dalam kotak

tersebut selanjutnya akan secara otomatis masuk

ke dalam sheet berikutnya yakni sheet Data.

Pada sheet Data tersebut, dapat

diketahui informasi detail mengenai pencari

kerja yang telah mendaftar pada Disnakertrans

Kabupaten Lebak. Informasi yang dikumpulkan

dalam sheet Data ini meliputi; Nomor Induk

Kependudukan (NIK) Pencari Kerja, tanggal

dan tempat lahir, alamat, agama, status

pernikahan, dan tingkat pendidikan terakhir

beserta nomor ijazah pencari kerja Sheet inilah

yang menjadi database keseluruhan pendaftar

Kartu Kuning Kabupaten Lebak dalam satu

tahun. Setelah informasi masuk ke dalam sheet

Data, maka selanjutnya informasi tersebut akan

otomatis terolah pada sheet Laporan Tingkat

Us ia Pencar i Ker ja . Shee t t e r s ebu t

memperlihatkan komposisi usia dan jenis

kelamin pencari kerja yang mendaftar pada

Disnakertrans Kabupaten Lebak secara time

series dari Bulan Januari hingga Desember pada

tahun yang bersangkutan.

Kemudian, data yang terkumpul pada Sheet

Data dan Tingkat Usia Pencari Kerja akan

berlanjut pada Sheet Rekapitulasi Tingkat

Pendidikan Pencari Kerja. Sheet ini

memperlihatkan komposisi pencari kerja

berasarkan kelompok usia dan tingkat

pendidikan terakhir yang dicapainya. Selain

itu pada sheet tersebut juga dipilah jumlah

pencari kerja berdasarkan kecamatan alamat

asalnya.

Data pada ketiga sheet sebelumnya tersebut,

yang kemudian secara otomatis menjadi data

bagi pembuatan laporan Calon Tenaga Kerja

Indonesia (CTKI) dan Resume Ikhtisar

Statistik Antar Kerja atau yang lebih sering

disebut Informasi Pasar Kerja (IPK). Sheet

keempat dalam aplikasi ini merupakan sheet

laporan CTKI, sedangkan sheet kelima

adalah sheet laporan IPK. Sheet Laporan

CTKI memuat data lengkap mengenai

pencari kerja Kabupaten Lebak yang dinilai

cukup potensial menjadi TKI. Sedangkan

pada sheet laporan IPK memuat informasi

tentang seberapa banyak pencari kerja yang

telah mendapatkan pekerjaan dan masih

menganggur, seberapa banyak pekerja yang

telah ditempatkan atau belum. Laporan

Informasi Pasar Kerja merupakan laporan

b u l a n a n y a n g w a j i b d i b u a t o l e h

Disnakertrans Kabupaten Lebak guna

memetakan informasi ketenagakerjaan

secara umum.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1413

1) Fitur atau Bagian Aplikasi Pelayanan

Pembuatan Kartu AK-1

Pada aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 ini,

terdapat terdapat setidaknya 5 sheet atau 5

bagian yang menjadi fiturnya. Sheet pertama

adalah kotak Input Data Pencari Kerja.

Setelah mendapatkan berkas ijazah dan

persyaratan yang dibawa pemohon, petugas

Disnakertrans Kabupaten Lebak memasukkan

data pencari kerja pada kotak Input Data Pencari

Kerja. Data yang dimasukkan ke dalam kotak

tersebut selanjutnya akan secara otomatis masuk

ke dalam sheet berikutnya yakni sheet Data.

Pada sheet Data tersebut, dapat

diketahui informasi detail mengenai pencari

kerja yang telah mendaftar pada Disnakertrans

Kabupaten Lebak. Informasi yang dikumpulkan

dalam sheet Data ini meliputi; Nomor Induk

Kependudukan (NIK) Pencari Kerja, tanggal

dan tempat lahir, alamat, agama, status

pernikahan, dan tingkat pendidikan terakhir

beserta nomor ijazah pencari kerja Sheet inilah

yang menjadi database keseluruhan pendaftar

Kartu Kuning Kabupaten Lebak dalam satu

tahun. Setelah informasi masuk ke dalam sheet

Data, maka selanjutnya informasi tersebut akan

otomatis terolah pada sheet Laporan Tingkat

Us ia Pencar i Ker ja . Shee t t e r s ebu t

memperlihatkan komposisi usia dan jenis

kelamin pencari kerja yang mendaftar pada

Disnakertrans Kabupaten Lebak secara time

series dari Bulan Januari hingga Desember pada

tahun yang bersangkutan.

Kemudian, data yang terkumpul pada Sheet

Data dan Tingkat Usia Pencari Kerja akan

berlanjut pada Sheet Rekapitulasi Tingkat

Pendidikan Pencari Kerja. Sheet ini

memperlihatkan komposisi pencari kerja

berasarkan kelompok usia dan tingkat

pendidikan terakhir yang dicapainya. Selain

itu pada sheet tersebut juga dipilah jumlah

pencari kerja berdasarkan kecamatan alamat

asalnya.

Data pada ketiga sheet sebelumnya tersebut,

yang kemudian secara otomatis menjadi data

bagi pembuatan laporan Calon Tenaga Kerja

Indonesia (CTKI) dan Resume Ikhtisar

Statistik Antar Kerja atau yang lebih sering

disebut Informasi Pasar Kerja (IPK). Sheet

keempat dalam aplikasi ini merupakan sheet

laporan CTKI, sedangkan sheet kelima

adalah sheet laporan IPK. Sheet Laporan

CTKI memuat data lengkap mengenai

pencari kerja Kabupaten Lebak yang dinilai

cukup potensial menjadi TKI. Sedangkan

pada sheet laporan IPK memuat informasi

tentang seberapa banyak pencari kerja yang

telah mendapatkan pekerjaan dan masih

menganggur, seberapa banyak pekerja yang

telah ditempatkan atau belum. Laporan

Informasi Pasar Kerja merupakan laporan

b u l a n a n y a n g w a j i b d i b u a t o l e h

Disnakertrans Kabupaten Lebak guna

memetakan informasi ketenagakerjaan

secara umum.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1413

S a t u h a l l a i n n y a y a n g c u k u p

mempercepat layanan adalah otomatisasi

pencetakan kartu kuning. Segera setelah data

pencari kerja diinput oleh petugas melalui kotak

Input Data Pencari Kerja, maka petugas dapat

mencetak Kartu Kuning pencari kerja pada

aplikasi Ms. word yang terhubung dengan

database pada Ms. Excel. Terdapat beberapa

keunikan terkait pencetakan kartu kuning pada

Disnakertrans Kabupaten Lebak, apabila

dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang

bersifat manual. Pertama format Kartu Kuning

tidak seperti kartu kuning selama ini yang

berbentuk 2 sisi berisi tulisan dengan bahan

kertas khusus berwarna kuning. Pada kabupaten

Lebak mereka merubah formatnya menjadi

cukup 1 sisi dengan bahan kertas HVS berwarna

putih. Format ini telah disetujui oleh

Disnakertrans Provinsi Banten dan mereka

sangat mendukung inovasi tersebut. Kedua

mereka tidak menuliskan dengan bolpoint

secara manual pada kartu kuning, melainkan

secara otomatis dapat dicetak melalui data yang

telah diinput. Otomatisasi ini termasuk

tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.

Sehingga tidak perlu membuat pencari kerja

menunggu lama d ikarenakan pe tugas

mengumpulkan setumpuk kartu kuning baru

diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan

untuk melegalisasinya.

2) P r o s e d u r L a y a n a n A p l i k a s i

Pelayanan Pembuatan Kartu AK-1

Penggunaan Apl ikas i Pelayanan

Pembuatan Kartu AK-1 telah memotong

prosedur layanan manual yang sebelumnya

dilakukan oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak.

Terdapat beberapa langkah yang mesti dilalui

saat pelayanan masih diselenggarakan secara

manual yakni:

1. P e n c a t a t a n k e b u k u r e g i s t e r

membutuhkan waktu minimal 1,5 menit.

Proses pencatatan diawali dengan

penyerahan berkas seperti KTP dan

ijazah oleh para pencari kerja. Beberapa

item dicatat secara manual dalam buku

register antara lain; (a) nama, (b) alamat

lengkap sesuai KTP, (c) gender, (d)

jenjang pendidikan, (e) jenis kejuruan,

dan (f) tahun kelulusan.

2. Penulisan kembali data pencaker pada

k a r t u k u n i n g s e c a r a m a n u a l ,

pemasangan foto dan pengesahan

menghabiskan waktu selama 4,5 menit.

Pada saat penulisan kembali data diri

p e n c a k e r d i k a r t u p e n c a k e r

membutuhkan waktu yang lama juga

ketelitian, karena penulisan pada kartu

kuning harus jelas terbaca dan alamat

serta atribut data lainnya harus lengkap

berdasarkan dokumen yang menjadi

persyaratan. Terkadang antara data dari

dokumen ijazah dan KTP tidak sama,

disitulah perlu adanya jeda tambahan

waktu untuk mengkonfirmasi dan

verifikasi oleh pengguna layanan dan

akibatnya menambah waktu pelayanan.

Jika terjadi kesalahan penulisan di kartu

kuning, maka harus menulis kembali

data pencari kerja, pemborosan waktu

dan tenaga juga material kartu kuning itu

sendiri.

3. Proses penandatanganan pengesahan

Kartu Kuning yang telah ditulis petugas.

Proses penandatanganan seringkali

membutuhkan waktu lama dikarenakan

petugas sengaja menumpuk Kartu

K u n i n g s e b e l u m d i m i n t a k a n

t a n d a t a n g a n k e p a d a p e j a b a t

bersangkutan. Proses pengesahan ini

bisa memakan waktu lebih dari 10 menit.

4. Lalu, terdapat proses legalisir (stempel

basah) dan pemberian pasfoto yang

dilakukan setelah Kartu Kuning

mendapatkan tandatangan. Proses ini

bisa memakan waktu mulai dari 5 menit

atau bahkan lebih lama.

Tahapan pelayanan kartu kuning

menjadi lebih pendek melalui penggunaan

aplikasi, antara lain;

1. Proses pendaftaran tidak lagi dilakukan

secara manual ke dalam buku register,

namun cukup input ke dalam aplikasi.

Proses pengisian data pencari kerja

dilakukan oleh petugas pada sheet

pertama Ms. Excel yakni kotak Input

Data Pencari Kerja . Proses ini

membutuhkan waktu yang lebih cepat

daripada sebelumnya yakni cukup 20

detik.

2. Pada sebelumnya proses pencetakan

dilakukan secara manual dengan

menulis ulang data yang terdapat pada

buku register ke dalam Kartu Kuning.

Setelah menggunakan aplikasi, petugas

cukup mencetak dari data yang telah

diinput sebelumnya pada kota Input

Data Pencari Kerja. Proses pencetakan

ini hanya membutuhkan waktu sebanyak

1 - 3 d e t i k . P a d a t a h a p i n i ,

penandatanganan dilakukan secara

digital dan tidak perlu lagi menunggu

mendapat pengesahan dari pejabat yang

berwenang.

3. Setelah Kartu Kuning dicetak dan

ditandangani, petugas Disnakertrans

Kabupaten Lebak cukup menempelkan

pasfoto dan memberikan stempel pada

kartu kuning yang telah tercetak. Proses

penempelan pasfoto dan stempel ini

dilakukan dalam waktu kurang lebih 7

detik.

Proses pendaftaran dengan aplikasi

otomatis ini bisa dilakukan dengan lebih cepat

daripada secara manual. Terjadi pengurangan

waktu layanan yang cukup signifikan dari yang

sebelumnya 6 menit menjadi cukup 30 detik.

Setelah dilakukan inovasi, terdapat

beberapa perubahan dan manfaat yang dapat

dirasakan oleh petugas layanan Kartu Kuning

antara lain:

1. Tidak memerlukan pencatatan di buku

register, dengan menghilangkan satu

point pekerjaan berulang-ulang yang

tidak perlu. Hal ini dapat meningkatkan

efisiensi waktu dan kertas serta tenaga.

Petugas Disnakertrans Lebak membuka data pada Buku Register

Petugas menuliskan kembali data pencarikerja di Buku Register pada kartu kuning.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1615

S a t u h a l l a i n n y a y a n g c u k u p

mempercepat layanan adalah otomatisasi

pencetakan kartu kuning. Segera setelah data

pencari kerja diinput oleh petugas melalui kotak

Input Data Pencari Kerja, maka petugas dapat

mencetak Kartu Kuning pencari kerja pada

aplikasi Ms. word yang terhubung dengan

database pada Ms. Excel. Terdapat beberapa

keunikan terkait pencetakan kartu kuning pada

Disnakertrans Kabupaten Lebak, apabila

dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang

bersifat manual. Pertama format Kartu Kuning

tidak seperti kartu kuning selama ini yang

berbentuk 2 sisi berisi tulisan dengan bahan

kertas khusus berwarna kuning. Pada kabupaten

Lebak mereka merubah formatnya menjadi

cukup 1 sisi dengan bahan kertas HVS berwarna

putih. Format ini telah disetujui oleh

Disnakertrans Provinsi Banten dan mereka

sangat mendukung inovasi tersebut. Kedua

mereka tidak menuliskan dengan bolpoint

secara manual pada kartu kuning, melainkan

secara otomatis dapat dicetak melalui data yang

telah diinput. Otomatisasi ini termasuk

tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.

Sehingga tidak perlu membuat pencari kerja

menunggu lama d ikarenakan pe tugas

mengumpulkan setumpuk kartu kuning baru

diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan

untuk melegalisasinya.

2) P r o s e d u r L a y a n a n A p l i k a s i

Pelayanan Pembuatan Kartu AK-1

Penggunaan Apl ikas i Pelayanan

Pembuatan Kartu AK-1 telah memotong

prosedur layanan manual yang sebelumnya

dilakukan oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak.

Terdapat beberapa langkah yang mesti dilalui

saat pelayanan masih diselenggarakan secara

manual yakni:

1. P e n c a t a t a n k e b u k u r e g i s t e r

membutuhkan waktu minimal 1,5 menit.

Proses pencatatan diawali dengan

penyerahan berkas seperti KTP dan

ijazah oleh para pencari kerja. Beberapa

item dicatat secara manual dalam buku

register antara lain; (a) nama, (b) alamat

lengkap sesuai KTP, (c) gender, (d)

jenjang pendidikan, (e) jenis kejuruan,

dan (f) tahun kelulusan.

2. Penulisan kembali data pencaker pada

k a r t u k u n i n g s e c a r a m a n u a l ,

pemasangan foto dan pengesahan

menghabiskan waktu selama 4,5 menit.

Pada saat penulisan kembali data diri

p e n c a k e r d i k a r t u p e n c a k e r

membutuhkan waktu yang lama juga

ketelitian, karena penulisan pada kartu

kuning harus jelas terbaca dan alamat

serta atribut data lainnya harus lengkap

berdasarkan dokumen yang menjadi

persyaratan. Terkadang antara data dari

dokumen ijazah dan KTP tidak sama,

disitulah perlu adanya jeda tambahan

waktu untuk mengkonfirmasi dan

verifikasi oleh pengguna layanan dan

akibatnya menambah waktu pelayanan.

Jika terjadi kesalahan penulisan di kartu

kuning, maka harus menulis kembali

data pencari kerja, pemborosan waktu

dan tenaga juga material kartu kuning itu

sendiri.

3. Proses penandatanganan pengesahan

Kartu Kuning yang telah ditulis petugas.

Proses penandatanganan seringkali

membutuhkan waktu lama dikarenakan

petugas sengaja menumpuk Kartu

K u n i n g s e b e l u m d i m i n t a k a n

t a n d a t a n g a n k e p a d a p e j a b a t

bersangkutan. Proses pengesahan ini

bisa memakan waktu lebih dari 10 menit.

4. Lalu, terdapat proses legalisir (stempel

basah) dan pemberian pasfoto yang

dilakukan setelah Kartu Kuning

mendapatkan tandatangan. Proses ini

bisa memakan waktu mulai dari 5 menit

atau bahkan lebih lama.

Tahapan pelayanan kartu kuning

menjadi lebih pendek melalui penggunaan

aplikasi, antara lain;

1. Proses pendaftaran tidak lagi dilakukan

secara manual ke dalam buku register,

namun cukup input ke dalam aplikasi.

Proses pengisian data pencari kerja

dilakukan oleh petugas pada sheet

pertama Ms. Excel yakni kotak Input

Data Pencari Kerja . Proses ini

membutuhkan waktu yang lebih cepat

daripada sebelumnya yakni cukup 20

detik.

2. Pada sebelumnya proses pencetakan

dilakukan secara manual dengan

menulis ulang data yang terdapat pada

buku register ke dalam Kartu Kuning.

Setelah menggunakan aplikasi, petugas

cukup mencetak dari data yang telah

diinput sebelumnya pada kota Input

Data Pencari Kerja. Proses pencetakan

ini hanya membutuhkan waktu sebanyak

1 - 3 d e t i k . P a d a t a h a p i n i ,

penandatanganan dilakukan secara

digital dan tidak perlu lagi menunggu

mendapat pengesahan dari pejabat yang

berwenang.

3. Setelah Kartu Kuning dicetak dan

ditandangani, petugas Disnakertrans

Kabupaten Lebak cukup menempelkan

pasfoto dan memberikan stempel pada

kartu kuning yang telah tercetak. Proses

penempelan pasfoto dan stempel ini

dilakukan dalam waktu kurang lebih 7

detik.

Proses pendaftaran dengan aplikasi

otomatis ini bisa dilakukan dengan lebih cepat

daripada secara manual. Terjadi pengurangan

waktu layanan yang cukup signifikan dari yang

sebelumnya 6 menit menjadi cukup 30 detik.

Setelah dilakukan inovasi, terdapat

beberapa perubahan dan manfaat yang dapat

dirasakan oleh petugas layanan Kartu Kuning

antara lain:

1. Tidak memerlukan pencatatan di buku

register, dengan menghilangkan satu

point pekerjaan berulang-ulang yang

tidak perlu. Hal ini dapat meningkatkan

efisiensi waktu dan kertas serta tenaga.

Petugas Disnakertrans Lebak membuka data pada Buku Register

Petugas menuliskan kembali data pencarikerja di Buku Register pada kartu kuning.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1615

2. Waktu layanan berkurang dari 6 menit

men jad i cukup 30 de t ik . P roses

penginputan data pencari kerja secara

komputerisasi, print out kartu kuning

sampai pemasangan foto dan pengesahan

hanya menghabiskan waktu selama 30

detik. Penginputan data pencari kerja

hanya dilakukan satu kali dan data

tersebut bisa dikembangkan untuk

berbagai keperluan pelaporan.

3. Proses revisi data pencari kerja yang

cukup praktis. Jika ada revisi data, kini

petugas tidak harus menulis kembali di

kartu kuning, tetapi cukup diedit pada

lembar kerja/ worksheet.

4. Sistem pengolahan data secara otomatis.

Tidak ada penginputan raw data kembali

pasca terbuatnya kartu kuning, karena

penginputan data pencari kerja sudah

dilakukan diawal dan otomatis diolah

menjadi data laporan. Sehingga proses

input data tidak perlu dilakukan berulang.

Melalui penggunaan Aplikasi pelayanan

pembuatan AK-1, proses pendataan dan

pembuatan Laporan Informasi Pasar

Kerja (IPK) hanya membutuhkan waktu

30 menit daripada sebelumnya yang

membutuhkan waktu 7 hari kerja.

Lamanya proses pembuatan tersebut

d i k a r e n a k a n p e t u g a s h a r u s

menguraikanklasifikasi data per lokasi

kecamatan, jenis kelamin, status dan umur

pencaker, jenis pendidikan dan tahun

kelulusan. Sedangkan untuk pembuatan

Laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia

(CTKI), dapat direduksi menjadi 30 menit

daripada sebelumnya yang masih

dilaksanakan secara manual dengan

pengetikan biasa, dan menghabiskan

waktu sebanyak 3 hari kerja.

5. Jika sebelumnya terjadi kesalahan penulisan di kartu kuning, maka petugas harus menulis kembali data pencari kerja, pemborosan waktu dan tenaga juga material kartu kuning itu sendiri.

6. Pemenuhan kebutuhan logistik kartu pencaker harus di cetak melalui percetakan atau pihak ketiga. Kini dengan penggunaan kertas HV sebagai bahan pembuatan kartu kuning, maka Disnakertrans Lebak tidak memerlukan pengadaan pihak ketiga. Efisiensi biaya dapat dicapai melalui penggunaan aplikasi tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan aplikasi tidak hanya dirasakan pencari kerja sebagai penerima layanan pembuatan kartu kuning oleh Disnakertrans Lebak namun juga para petugas. Melalui aplikasi ini, terjadi efisensi biaya pembuatan kartu kuning dan waktu penyusunan laporan

D. SEJARAH PEMBUATAN APLIKASI AK-1 KABUPATEN LEBAK (Mekanisme Inovasinya)

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali ditempatkan pada Disnakrertrans pada bulan Februari 2016, beliau merasa kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu Kuning yang sebelumnya dilakukan secara manual membuat waktu pelayanan cukup lama dan kesulitan dalam pengolahan datanya. Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK, setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk mengantri di depan loket Disnakertrans guna mendapatkan Kartu

Kuning.

Beliau berfikir bahwa pencatatan kartu kuning bisa lebih dipermudah apabila menggunakan aplikasi sederhana yang dapat dipakai oleh orang awam seperti Microsoft Excel. Melalui penggunaan Microsoft Excel sekaligus untuk penciptaan dan pengolahan database tenaga kerja. Beliau kemudian mencari tutorial bagaimana membuat aplikasi berbasis Microsoft Excel yang terdapat di youtube. Beliau mulai belajar mengenai source code, kode-kodenya dan perintah-perintah dalam pembuatan apl ikasi . Bel iau kemudian menentukan menu-menu, form-form, dan laporan apa saja yang akan secara otomatis dihasilkan dari aplikasi tersebut. Beliau mengidentifikasi perlunya otomatisasi laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia dan Informasi Pasar Kerja yang dihasilkan melalui aplikasi layanan pembuatan AK-1. Beliau kemudian mulai merancang aplikasi tersebut di awal tahun 2016.

Beliau menyampaikan ide mengenai aplikasi yang tengah dibangun tersebut, kepada Bapak Yono, Kepala Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Bpk. H. Maman Suparman, S.ST., M.Si. selaku Kepala Disnakertrans Lebak pada tahun 2016. Keduanya menyambut dengan antusias ide Bapak Rocky dalam pembuatan aplikasi tersebut. Keduanya sangat mensupport pembuatan aplikasi tersebut selama mampu memudahkan pekerjaan pegawai.

Pada bulan Juli dan Agustus 2016, prototype aplikasi diujicoba ketika terdapat banyak pencari kerja. Saat momen yang sama juga terdapat permintaan dari perusahaan swasta yang membutuhkan data khusus terkait pencari kerja. Pada bulan-bulan terakhir 2016, Bapak Rocky terus merevisi prototype aplikasi dengan sesuai dengan permintaan pencari kerja dan perusahaan pemberi kerja. Hingga pada akhirnya di awal tahun 2017, aplikasi tersebut dapat berjalan sepenuhnya.

Petugas Disnakertrans Lebak menginput data pencari kerja pada kota Input Data Pencari Kerja

Setelah data diinput, petugas mencetak kartukuning pemohon dan menempelkan pasfoto serta menstempelnya.

Tampilan Kartu Kuning yang telah disahkan

Pelayanan Kartu Kuning menggunakan

Aplikasi

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1817

2. Waktu layanan berkurang dari 6 menit

men jad i cukup 30 de t ik . P roses

penginputan data pencari kerja secara

komputerisasi, print out kartu kuning

sampai pemasangan foto dan pengesahan

hanya menghabiskan waktu selama 30

detik. Penginputan data pencari kerja

hanya dilakukan satu kali dan data

tersebut bisa dikembangkan untuk

berbagai keperluan pelaporan.

3. Proses revisi data pencari kerja yang

cukup praktis. Jika ada revisi data, kini

petugas tidak harus menulis kembali di

kartu kuning, tetapi cukup diedit pada

lembar kerja/ worksheet.

4. Sistem pengolahan data secara otomatis.

Tidak ada penginputan raw data kembali

pasca terbuatnya kartu kuning, karena

penginputan data pencari kerja sudah

dilakukan diawal dan otomatis diolah

menjadi data laporan. Sehingga proses

input data tidak perlu dilakukan berulang.

Melalui penggunaan Aplikasi pelayanan

pembuatan AK-1, proses pendataan dan

pembuatan Laporan Informasi Pasar

Kerja (IPK) hanya membutuhkan waktu

30 menit daripada sebelumnya yang

membutuhkan waktu 7 hari kerja.

Lamanya proses pembuatan tersebut

d i k a r e n a k a n p e t u g a s h a r u s

menguraikanklasifikasi data per lokasi

kecamatan, jenis kelamin, status dan umur

pencaker, jenis pendidikan dan tahun

kelulusan. Sedangkan untuk pembuatan

Laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia

(CTKI), dapat direduksi menjadi 30 menit

daripada sebelumnya yang masih

dilaksanakan secara manual dengan

pengetikan biasa, dan menghabiskan

waktu sebanyak 3 hari kerja.

5. Jika sebelumnya terjadi kesalahan penulisan di kartu kuning, maka petugas harus menulis kembali data pencari kerja, pemborosan waktu dan tenaga juga material kartu kuning itu sendiri.

6. Pemenuhan kebutuhan logistik kartu pencaker harus di cetak melalui percetakan atau pihak ketiga. Kini dengan penggunaan kertas HV sebagai bahan pembuatan kartu kuning, maka Disnakertrans Lebak tidak memerlukan pengadaan pihak ketiga. Efisiensi biaya dapat dicapai melalui penggunaan aplikasi tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan aplikasi tidak hanya dirasakan pencari kerja sebagai penerima layanan pembuatan kartu kuning oleh Disnakertrans Lebak namun juga para petugas. Melalui aplikasi ini, terjadi efisensi biaya pembuatan kartu kuning dan waktu penyusunan laporan

D. SEJARAH PEMBUATAN APLIKASI AK-1 KABUPATEN LEBAK (Mekanisme Inovasinya)

Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali ditempatkan pada Disnakrertrans pada bulan Februari 2016, beliau merasa kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu Kuning yang sebelumnya dilakukan secara manual membuat waktu pelayanan cukup lama dan kesulitan dalam pengolahan datanya. Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK, setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk mengantri di depan loket Disnakertrans guna mendapatkan Kartu

Kuning.

Beliau berfikir bahwa pencatatan kartu kuning bisa lebih dipermudah apabila menggunakan aplikasi sederhana yang dapat dipakai oleh orang awam seperti Microsoft Excel. Melalui penggunaan Microsoft Excel sekaligus untuk penciptaan dan pengolahan database tenaga kerja. Beliau kemudian mencari tutorial bagaimana membuat aplikasi berbasis Microsoft Excel yang terdapat di youtube. Beliau mulai belajar mengenai source code, kode-kodenya dan perintah-perintah dalam pembuatan apl ikasi . Bel iau kemudian menentukan menu-menu, form-form, dan laporan apa saja yang akan secara otomatis dihasilkan dari aplikasi tersebut. Beliau mengidentifikasi perlunya otomatisasi laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia dan Informasi Pasar Kerja yang dihasilkan melalui aplikasi layanan pembuatan AK-1. Beliau kemudian mulai merancang aplikasi tersebut di awal tahun 2016.

Beliau menyampaikan ide mengenai aplikasi yang tengah dibangun tersebut, kepada Bapak Yono, Kepala Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Bpk. H. Maman Suparman, S.ST., M.Si. selaku Kepala Disnakertrans Lebak pada tahun 2016. Keduanya menyambut dengan antusias ide Bapak Rocky dalam pembuatan aplikasi tersebut. Keduanya sangat mensupport pembuatan aplikasi tersebut selama mampu memudahkan pekerjaan pegawai.

Pada bulan Juli dan Agustus 2016, prototype aplikasi diujicoba ketika terdapat banyak pencari kerja. Saat momen yang sama juga terdapat permintaan dari perusahaan swasta yang membutuhkan data khusus terkait pencari kerja. Pada bulan-bulan terakhir 2016, Bapak Rocky terus merevisi prototype aplikasi dengan sesuai dengan permintaan pencari kerja dan perusahaan pemberi kerja. Hingga pada akhirnya di awal tahun 2017, aplikasi tersebut dapat berjalan sepenuhnya.

Petugas Disnakertrans Lebak menginput data pencari kerja pada kota Input Data Pencari Kerja

Setelah data diinput, petugas mencetak kartukuning pemohon dan menempelkan pasfoto serta menstempelnya.

Tampilan Kartu Kuning yang telah disahkan

Pelayanan Kartu Kuning menggunakan

Aplikasi

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

1817

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Pembenahan layanan Kartu Kuning (AK-1) tersebut tidak berhenti pada pembuatan aplikasi. Pada tahun 2017, dibuat kembali fitur tambahan dari Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 yakni SMS Gateway. Melalui fitur ini, para pencari kerja mendapatkan informasi dari Disnakertrans Lebak, apabila terdapat perusahaan yang menawarkan lowongan kerja. Namun mengingat aplikasi pembuatan layanan AK-1 berbasis Excel, fitur SMS Gateway dilakukan secara manual sesuai database pencari kerja . Aplikasi dan SMS Gateway ini rencananya akan dikembangkan lebih lanjut oleh bapak Rocky Gemilang di tahun 2019 menjadi aplikasi online dan otomatis.

E. KESIMPULAN DAN LESSON LEARNED

Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 merupakan sebuah inovasi yang berupaya memperbaiki proses layanan pembuatan kartu kuning pada Disnakertrans Kabupaten Lebak. Inovasi tersebut telah memperpendek prosedur layanan dari 3 langkah pendaftaran menjadi cukup 2 langkah saja. Selain itu inovasi ini berdampak kepada pengurangan waktu layanan kartu kuning dari semula 6 menit menjadi cukup 30 detik. Selain itu inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyusunan laporan k e t e n a g a k e r j a a n seperti Laporan Calon T e n a g a K e r j a Indonesia (CTKI) dan Laporan Informasi Pasar Kerja (IPK). Proses penyusunan Laporan CTKI dan IPK dapat dikurangi dari semula 7 dan 3 hari menjadi cukup 30 menit. Di luar hal t e r s e b u t , D i s n a k e r t r a n s Kabupaten Lebak juga

menghemat biaya pengadaan kartu kuning dari sebelumnya menggunakan pihak ketiga menjadi cukup menggunakan kertas HVS.

Dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi ini memberikan beberapa dampak yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Aplikasi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa inovasi tidak selalu berbiaya mahal dan menggunakan bantuan pihak ketiga. Pembuatan aplikasi layanan pembuatan AK-1 oleh Bapak Rocky Gemilang ini cukup dengan penggunaan Microsoft Excel dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Penggunaan Microsoft Excel juga menunjukkan bahwa inovasi berbentuk teknologi informasi tidak selalu menggunakan aplikasi yang baru namun cukup dengan aplikasi yang lumrah diketahui oleh masyarakat. Upaya Bapak Rocky dalam mempelajari pembuatan aplikasi melalui tutorial yang tersebar di dunia maya menunjukkan bahwa selama terdapat kemauan keras, inovasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi biaya. Namun dengan syarat bahwa sang innovator diberikan keleluasaan waktu untuk berfikir kreatif dan merancang inovasi yang digagas dan mendapat dukungan penuh dari atasan seperti yang telah diutarakan Bapak Rocky.

A. Latar Belakang

Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun

2014 tentang Desa, telah menempatkan desa

sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah

diberikan kewenangan dan sumber dana yang

memadai agar dapat mengelola potensi yang

dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan

kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,

s e t i a p t a h u n P e m e r i n t a h P u s a t t e l a h

menganggarkan Dana Desa yang cukup besar

untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944

Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun

2015 lalu.

Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa

telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan

rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar

Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa

meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-

rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di

tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana

Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap

desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun

pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap

penggunaan Dana Desa in i , yang te lah

menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang

bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa

terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan

desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit

sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu;

14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485

unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase

dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit

embung dalam periode 2015-2016.

KADE (Klinik KonsultasiDana Desa)

1

Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv.1

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK 2019

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Pembenahan layanan Kartu Kuning (AK-1) tersebut tidak berhenti pada pembuatan aplikasi. Pada tahun 2017, dibuat kembali fitur tambahan dari Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 yakni SMS Gateway. Melalui fitur ini, para pencari kerja mendapatkan informasi dari Disnakertrans Lebak, apabila terdapat perusahaan yang menawarkan lowongan kerja. Namun mengingat aplikasi pembuatan layanan AK-1 berbasis Excel, fitur SMS Gateway dilakukan secara manual sesuai database pencari kerja . Aplikasi dan SMS Gateway ini rencananya akan dikembangkan lebih lanjut oleh bapak Rocky Gemilang di tahun 2019 menjadi aplikasi online dan otomatis.

E. KESIMPULAN DAN LESSON LEARNED

Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 merupakan sebuah inovasi yang berupaya memperbaiki proses layanan pembuatan kartu kuning pada Disnakertrans Kabupaten Lebak. Inovasi tersebut telah memperpendek prosedur layanan dari 3 langkah pendaftaran menjadi cukup 2 langkah saja. Selain itu inovasi ini berdampak kepada pengurangan waktu layanan kartu kuning dari semula 6 menit menjadi cukup 30 detik. Selain itu inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyusunan laporan k e t e n a g a k e r j a a n seperti Laporan Calon T e n a g a K e r j a Indonesia (CTKI) dan Laporan Informasi Pasar Kerja (IPK). Proses penyusunan Laporan CTKI dan IPK dapat dikurangi dari semula 7 dan 3 hari menjadi cukup 30 menit. Di luar hal t e r s e b u t , D i s n a k e r t r a n s Kabupaten Lebak juga

menghemat biaya pengadaan kartu kuning dari sebelumnya menggunakan pihak ketiga menjadi cukup menggunakan kertas HVS.

Dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi ini memberikan beberapa dampak yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Aplikasi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa inovasi tidak selalu berbiaya mahal dan menggunakan bantuan pihak ketiga. Pembuatan aplikasi layanan pembuatan AK-1 oleh Bapak Rocky Gemilang ini cukup dengan penggunaan Microsoft Excel dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Penggunaan Microsoft Excel juga menunjukkan bahwa inovasi berbentuk teknologi informasi tidak selalu menggunakan aplikasi yang baru namun cukup dengan aplikasi yang lumrah diketahui oleh masyarakat. Upaya Bapak Rocky dalam mempelajari pembuatan aplikasi melalui tutorial yang tersebar di dunia maya menunjukkan bahwa selama terdapat kemauan keras, inovasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi biaya. Namun dengan syarat bahwa sang innovator diberikan keleluasaan waktu untuk berfikir kreatif dan merancang inovasi yang digagas dan mendapat dukungan penuh dari atasan seperti yang telah diutarakan Bapak Rocky.

A. Latar Belakang

Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun

2014 tentang Desa, telah menempatkan desa

sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah

diberikan kewenangan dan sumber dana yang

memadai agar dapat mengelola potensi yang

dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan

kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,

s e t i a p t a h u n P e m e r i n t a h P u s a t t e l a h

menganggarkan Dana Desa yang cukup besar

untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944

Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun

2015 lalu.

Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa

telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan

rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar

Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa

meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-

rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di

tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana

Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap

desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun

pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap

penggunaan Dana Desa in i , yang te lah

menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang

bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa

terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan

desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit

sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu;

14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485

unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase

dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit

embung dalam periode 2015-2016.

KADE (Klinik KonsultasiDana Desa)

1

Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv.1

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK 2019

Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama

dua tahun terakhir juga telah menunjukkan

bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah

berhasi l meningkatkan kual i tas hidup

masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain

dengan menurunnya rasio ketimpangan

perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi

0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah

penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun

2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya

penurunan persentase penduduk miskin

perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi

13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan

dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun

mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang

lebih baik.

Memang, penggunaan Dana Desa pada

dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa

sesuai dengan kewenangan dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan

tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang

dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui

APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,

dalam rangka mengawal dan memastikan

capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah

telah menetapkan prioritas penggunaan dana

desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam

member ikan a rahan te rhadap sasaran

pembangunan, khususnya wilayah perdesaan

agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,

terutama untuk mendukung pengentasan desa

tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.

U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i

pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh

para pemangku kepentingan di level pemerintah

desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya

b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n

perundangan untuk mengatur berbagai hal agar

pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana

amanat Undang-Undang Desa. Regulasi

tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g

Bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa.

d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks

Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Berdasarkan peraturan perundangan

tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah

dalam menangani Dana Desa, harus dapat

menyikapi dengan bijak dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang

bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah

daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap

dalam mengelola keuangan dalam mengurus

dan mempertanggungjawabkan dana yang

cukup besar dan cenderung akan meningkat

pada setiap tahunnya.

Tabel. 1Jumlah Dana Desa

Namun demikian, pengucuran dana desa

merupakan salah satu bentuk langkah maju dari

pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan

ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi

pemerintah dan pemerintah daerah selaku

P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )

penyelenggaraan pemerintahan desa, yang

secara efektif untuk mempersiapkan aparatur

desa dalam pengelolaan dana desa yang

dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya

pengelolaan dana desa yang secara umum

belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,

tidak transparan, tidak akuntabel serta marak

terjadinya penyimpangan penggunaan dana

desa d imana-mana , t e lah menjad ikan

banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan

penegak hukum.

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2221

Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama

dua tahun terakhir juga telah menunjukkan

bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah

berhasi l meningkatkan kual i tas hidup

masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain

dengan menurunnya rasio ketimpangan

perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi

0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah

penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun

2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya

penurunan persentase penduduk miskin

perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi

13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan

dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun

mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang

lebih baik.

Memang, penggunaan Dana Desa pada

dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa

sesuai dengan kewenangan dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan

tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang

dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui

APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,

dalam rangka mengawal dan memastikan

capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah

telah menetapkan prioritas penggunaan dana

desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam

member ikan a rahan te rhadap sasaran

pembangunan, khususnya wilayah perdesaan

agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,

terutama untuk mendukung pengentasan desa

tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.

U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i

pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh

para pemangku kepentingan di level pemerintah

desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya

b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n

perundangan untuk mengatur berbagai hal agar

pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana

amanat Undang-Undang Desa. Regulasi

tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g

Bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa.

d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks

Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Berdasarkan peraturan perundangan

tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah

dalam menangani Dana Desa, harus dapat

menyikapi dengan bijak dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang

bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah

daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap

dalam mengelola keuangan dalam mengurus

dan mempertanggungjawabkan dana yang

cukup besar dan cenderung akan meningkat

pada setiap tahunnya.

Tabel. 1Jumlah Dana Desa

Namun demikian, pengucuran dana desa

merupakan salah satu bentuk langkah maju dari

pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan

ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi

pemerintah dan pemerintah daerah selaku

P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )

penyelenggaraan pemerintahan desa, yang

secara efektif untuk mempersiapkan aparatur

desa dalam pengelolaan dana desa yang

dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya

pengelolaan dana desa yang secara umum

belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,

tidak transparan, tidak akuntabel serta marak

terjadinya penyimpangan penggunaan dana

desa d imana-mana , t e lah menjad ikan

banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan

penegak hukum.

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2221

Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.

D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan

dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.

B Inisiasi Inovasi

Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh

Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan

sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan

Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan

pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil

pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh

BPK RI tersebu atas laporan keuangan

pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak

Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa

telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa

terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk

k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa

tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama

dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan

pertanggung jawabannya.

Selain itu pula, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

perwakilan Propinsi Banten juga telah

melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan

2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka

penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa

pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah

menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa

pemerintah desa harus melakukan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-

jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan

aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi

Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah

Provinsi Banten bahwa dalam surat yang

ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten

Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil

monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi

terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di

Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan

a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n

ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban

pengelolaan dana desa.

Buruknya pengelolaan Dana Desa di

Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah

berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan

oleh 3 faktor utama yaitu:

1) Rendahnya kompentensi SDM

Pemerintahan Desa

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada

umumnya SDM pemerintahan desa di

Kabupaten Lebak dengan latar belakang

pendidikan yang sangat beragam dan

relative rendah, telah menjadi factor utama

rendahnya kompetensi aparatur desa,

khususnya dalam pengelolaan dan

per tanggung- jawaban Dana Desa .

Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebak, te lah melakukan berbagai

b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n

pendampingan melalui dinas terkait,

namun pada kenyataannya masih belum

maksimal untuk dapat mendongkrak

kapasitas SDM aparatur desa.

2) Tata kelola dana desa

A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n

pengelolaan keuangan desa (khususnya

dana desa) masih dianggap rumit oleh

sebagian besar aparat desa, sekalipun telah

dilakukan penyederhanaan� regulasi

yang awalnya menggunakan Permendagri

No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti

dengan Permendagri No.113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam hal ini, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI

telah membuat dan mengembangkan

adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan

d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a

SISKEUDES diharapkan dapat membantu

pemerintah desa dalam pengelolaan dana

desa.

sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)

Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak

Secara umum, adanya ketidaktertiban

pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana

Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini

terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah

dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten

Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai

Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak

Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2423

Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.

D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan

dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.

B Inisiasi Inovasi

Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh

Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan

sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan

Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan

pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil

pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh

BPK RI tersebu atas laporan keuangan

pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak

Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa

telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa

terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk

k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa

tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama

dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan

pertanggung jawabannya.

Selain itu pula, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

perwakilan Propinsi Banten juga telah

melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan

2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka

penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa

pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah

menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa

pemerintah desa harus melakukan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-

jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan

aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi

Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah

Provinsi Banten bahwa dalam surat yang

ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten

Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil

monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi

terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di

Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan

a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n

ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban

pengelolaan dana desa.

Buruknya pengelolaan Dana Desa di

Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah

berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan

oleh 3 faktor utama yaitu:

1) Rendahnya kompentensi SDM

Pemerintahan Desa

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada

umumnya SDM pemerintahan desa di

Kabupaten Lebak dengan latar belakang

pendidikan yang sangat beragam dan

relative rendah, telah menjadi factor utama

rendahnya kompetensi aparatur desa,

khususnya dalam pengelolaan dan

per tanggung- jawaban Dana Desa .

Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebak, te lah melakukan berbagai

b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n

pendampingan melalui dinas terkait,

namun pada kenyataannya masih belum

maksimal untuk dapat mendongkrak

kapasitas SDM aparatur desa.

2) Tata kelola dana desa

A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n

pengelolaan keuangan desa (khususnya

dana desa) masih dianggap rumit oleh

sebagian besar aparat desa, sekalipun telah

dilakukan penyederhanaan� regulasi

yang awalnya menggunakan Permendagri

No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti

dengan Permendagri No.113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam hal ini, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI

telah membuat dan mengembangkan

adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan

d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a

SISKEUDES diharapkan dapat membantu

pemerintah desa dalam pengelolaan dana

desa.

sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)

Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak

Secara umum, adanya ketidaktertiban

pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana

Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini

terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah

dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten

Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai

Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak

Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2423

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat Desa

Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.

2. Pemerintahan Desa

a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.

b. Meningkatnya kompetensi aparatur

d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.

c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.

3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak

a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);

b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.

Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:

3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.

Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.

Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.

Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.

Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.

Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2625

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat Desa

Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.

2. Pemerintahan Desa

a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.

b. Meningkatnya kompetensi aparatur

d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.

c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.

3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak

a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);

b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.

Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:

3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.

Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.

Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.

Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.

Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.

Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2625

Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang

telah dibuat tersebut, maka dalam proses

implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya

pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan

sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,

yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja

(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja

secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam

proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi

ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan

dapa t member ikan masukan te rhadap

perkembangan dan penyempurnaan inovasi

“KADE” agar dalam penerapannya menjadi

lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya

Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten

Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang

Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah

Kabupaten Lebak.

Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,

juga memetakan stakeholders yang akan terlibat

dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki

keterkaitan secara

substansi. Adapun

stakeholders yang

dimaksud antara

lain:

1) B u p a t i

Lebak

2) Kepala BPK

RI

Perwakilan

Provinsi Banten

3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi

Banten

4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi

Banten

5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n

Masyarakat Desa Kabupaten Lebak

6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak

7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n

Pembngunanan Daerah Kabupaten

Lebak

8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban

Camat Kebupaten Lebak)

9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(Apdes Lebak)

10) Lurah

11) Pers

12) LSM

Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini

telah mulai direncanakan mekanisme dan

penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan

prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku

Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,

formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir

notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner

dalam rangka mempromosikan Inovasi

“KADE” ini.

2. Tahap Pengorganisasian

Tahap Pengorganisasian dimulai setelah

dilakukannya pemetaan stakeholders dan

adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis

terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja

t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah

membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui

Keputusan Bupati Lebak.

Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih

efekt i f dalam implementasinya, maka

dibuatkanlah SOP (Standard Operational

Procedur) mengenai langkah-langkah proses

pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah

dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.

Setelah adanya SOP ini, t im mencoba

mensimulasikan terlebih dahulu sebagai

evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi

kepada pengguna “KADE”.

3. Tahap Pelaksanaan

Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.

Setelah dilakukannya sosialisasi dan

peta dukungan Inovasi “KADE”, maka

selanjutnya adalah mengimplementasikan

“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah

dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa

“KADE”).

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2827

Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang

telah dibuat tersebut, maka dalam proses

implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya

pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan

sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,

yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja

(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja

secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam

proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi

ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan

dapa t member ikan masukan te rhadap

perkembangan dan penyempurnaan inovasi

“KADE” agar dalam penerapannya menjadi

lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya

Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten

Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang

Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah

Kabupaten Lebak.

Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,

juga memetakan stakeholders yang akan terlibat

dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki

keterkaitan secara

substansi. Adapun

stakeholders yang

dimaksud antara

lain:

1) B u p a t i

Lebak

2) Kepala BPK

RI

Perwakilan

Provinsi Banten

3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi

Banten

4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi

Banten

5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n

Masyarakat Desa Kabupaten Lebak

6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak

7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n

Pembngunanan Daerah Kabupaten

Lebak

8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban

Camat Kebupaten Lebak)

9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(Apdes Lebak)

10) Lurah

11) Pers

12) LSM

Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini

telah mulai direncanakan mekanisme dan

penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan

prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku

Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,

formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir

notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner

dalam rangka mempromosikan Inovasi

“KADE” ini.

2. Tahap Pengorganisasian

Tahap Pengorganisasian dimulai setelah

dilakukannya pemetaan stakeholders dan

adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis

terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja

t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah

membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui

Keputusan Bupati Lebak.

Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih

efekt i f dalam implementasinya, maka

dibuatkanlah SOP (Standard Operational

Procedur) mengenai langkah-langkah proses

pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah

dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.

Setelah adanya SOP ini, t im mencoba

mensimulasikan terlebih dahulu sebagai

evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi

kepada pengguna “KADE”.

3. Tahap Pelaksanaan

Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.

Setelah dilakukannya sosialisasi dan

peta dukungan Inovasi “KADE”, maka

selanjutnya adalah mengimplementasikan

“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah

dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa

“KADE”).

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2827

4. Tahap Pengawasan

Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:

1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”

Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.

2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)

Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).

C. Mekanisme Inovasi

Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan

dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.

Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.

Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.

Inspektorat Daerah menyediakan

layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi

Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari

s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i

permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa

tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.

Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek

audit berganti sebagai subyek yang diharapkan

aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi

permasalahan yang perlu dikonsultasikan

kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,

inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang

berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.

Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan

dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,

dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak

lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain

sebagainya.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai

dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana

Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya

pencegahan terjadinya penyimpangan dalam

pengelolaan keuangan desa, mendorong

Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu

proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya

penyimpangan, meminimalkan temuan

pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta

meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah

Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lebak.

Untuk tahap persiapan antara lain

melakukan pembentukan dan penetapan Tim

Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun

a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,

mempersiapkan form kelengkapan administrasi

kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.

Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) sebagai berikut:

1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien

menyampaikan permohonan konsultasi baik

secara tertulis (melalui surat, WA

maupun SMS) maupun secara lisan

melalui telepon.

2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat

p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n

menyampaikannya kepada Tim

Konsultasi dengan melampirkan

masalah yang akan dikonsultasi.

3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang

akan dikonsul tas ikan oleh kepala

desa/perangkat� desa dan menentukan

auditor yang akan melayani konsultasi

tersebut dan menyampaikan kembali

kepada petugas piket/resepsionis.

4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan

kepala desa/perangkat desa untuk memasuki

ruang konsultasi.

5. Auditor yang ditugaskan, memberikan

konsultasi berupa saran dan masukan atas

permasalahan yang disampaikan oleh

kepala desa/perangkat desa.

6. Auditor yang memberikan konsultasi,

membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi

dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.

7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat

kompilasi notulen serta menyusun laporan

hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan

menyampaikan laporan tersebut kepada

lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan

pemantauan yaitu menyusun data base hasil

kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala

kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan

melakukan pemantauan terhadap Pemerintah

Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3029

4. Tahap Pengawasan

Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:

1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”

Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.

2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)

Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).

C. Mekanisme Inovasi

Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan

dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.

Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.

Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.

Inspektorat Daerah menyediakan

layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi

Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari

s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i

permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa

tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.

Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek

audit berganti sebagai subyek yang diharapkan

aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi

permasalahan yang perlu dikonsultasikan

kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,

inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang

berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.

Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan

dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,

dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak

lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain

sebagainya.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai

dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana

Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya

pencegahan terjadinya penyimpangan dalam

pengelolaan keuangan desa, mendorong

Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu

proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya

penyimpangan, meminimalkan temuan

pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta

meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah

Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lebak.

Untuk tahap persiapan antara lain

melakukan pembentukan dan penetapan Tim

Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun

a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,

mempersiapkan form kelengkapan administrasi

kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.

Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) sebagai berikut:

1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien

menyampaikan permohonan konsultasi baik

secara tertulis (melalui surat, WA

maupun SMS) maupun secara lisan

melalui telepon.

2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat

p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n

menyampaikannya kepada Tim

Konsultasi dengan melampirkan

masalah yang akan dikonsultasi.

3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang

akan dikonsul tas ikan oleh kepala

desa/perangkat� desa dan menentukan

auditor yang akan melayani konsultasi

tersebut dan menyampaikan kembali

kepada petugas piket/resepsionis.

4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan

kepala desa/perangkat desa untuk memasuki

ruang konsultasi.

5. Auditor yang ditugaskan, memberikan

konsultasi berupa saran dan masukan atas

permasalahan yang disampaikan oleh

kepala desa/perangkat desa.

6. Auditor yang memberikan konsultasi,

membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi

dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.

7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat

kompilasi notulen serta menyusun laporan

hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan

menyampaikan laporan tersebut kepada

lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan

pemantauan yaitu menyusun data base hasil

kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala

kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan

melakukan pemantauan terhadap Pemerintah

Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3029

D. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi

Inovasi ini tetap dibutuhkan selama

Undang-Undang Desa masih berlaku dan desa

mendapatkan dana desa. Seperti yang telah

disampaikan di atas bahwa tugas inspektorat

bukan sebagai watchdog tetapi membina para

perangkat desa yang mengelola dana desa.

Klinik Desa ini dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan dana desa dan pencegahan

kesalahan administrasi. Untuk keberlanjutan

yang lebih baik maka perlu pengaturan jadwal

konsultasi yang lebih baik mengingat ada 340

desa di Kabupaten Lebak yang harus

difasilitasi.

Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi

Serang ataupun Provinsi lainnya yang ada di

Indonesia dapat melakukan replikasi inovasi

KADE ini. Permasalahan serupa dalam

pengelolaan dana desa juga dihadapi oleh

Kabupaten lainnya. Apalagi Inspektorat

Kabupaten Lebak sudah memiliki SOP

p e n y e l e n g g a r a a n , m e k a n i s m e , d a n

pengawasan pelaksanaan Klinik Konsultasi

Dana Desa ini. Apabila Kabupaten lain ingin

melaksanakan inovasi serupa di Kabupatennya

dapat melakukan studi banding ke Kabupaten

Lebak.

E. Lesson Learn Inovasi KADE

P e r u b a h a n p a r a d i g m a i n t e r n a l

Inspektorat adalah hal yang paling utama

menjadi pembelajaran yang didapatkan dari

penyelenggaraan KADE ini. Inspektorat

mengubah cara pandang pada perangkat desa

dan dirinya sendiri, yang semula hanya

mengaudit tetapi mau memberikan fasilitas

konsultasi kepada para kepala Desa dan

perangkat desa lainnya. Pihak yang menerima

manfaat dari KADE ini tidak hanya perangkat

desa saja yang dipermudah dalam pengelolaan

dana desa. Adapun pihak lainnya yang

mendapatkan manfaat adalah Inspektorat yang

menjadi lebih mudah dalam melakukan proses

audit karena pengelolaan dan pembuatan

laporan dana desa sudah dikonsultasikan

terlebih dahulu. Yang paling penting adalah

masyarakat mendapatkan haknya atas dana

desa s e sua i dengan pe run tukannya .

Kemungkinan terjadinya penyalahgunaan

dana desa dapat diminimalisir.

L e s s o n L e a r n l a i n n y a a d a l a h

menerapkan Whole of Governement dalam

pelaksanaan inovasinya. Inspektorat sudah

melakukan pemetaan stakeholders yang

terlibat, tidak hanya Inspektorat dengan

perangkat desa saja. Tetapi juga melibatkan

BPK Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPK

RI Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPKP

Perwakilan Provinsi Banten, Inspektur dan

Auditor Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten

Lebak, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak, Kepala

Badan Perencanaan Pembngunanan Daerah

Kabupaten Lebak, Camat se-Kabupaten Lebak

(Paguyuban Camat Kebupaten Lebak), sampai

pada Organisasi Non Pemerintahan. Untuk

melakukan perbaikan memang dinbutuhkan

kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

ATIKAN(Asal Ketik Arsip Nampak)

A. Latar Belakang:

Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2009 Tentang Kearsipan, menyebutkan bahwa

arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa

dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi yang dibuat dan diterima oleh

lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga

pendidikan, perusahaan, organisasi politik,

organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan,

sebagai bukti rekaman penyelenggaran dan

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, arsip

yang merupakan bagian dari identitas dan

jatidiri bangsa dan merupakan salah satu sarana

penyelamatan wilayah negara dan simpul

pemersatu bangsa harus diselamatkan.

Namun demikian, pengelolaan arsip

cenderung diabaikan oleh sebagian besar orang

karena sering tidak dianggap penting, padahal

sebuah arsip merupakan bukti fisik atas suatu

pekerjaan yang telah dilakukan dan atau

informasi dan peristiwa yang merekam

dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara dimasa yang lampau, sekarang

dan yang akan datang di berbagai bidang,

politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Arsip dengan segala

bentuk medianya, keberadaannya tidak bisa

tergantikan dan merupakan memori kolektif

yang dapat meningkatkan kesadaran nasional,

mempertegas identitas dan jatidiri bangsa

Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan,

kehilangan sebuah arsip sama dengan

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3231

D. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi

Inovasi ini tetap dibutuhkan selama

Undang-Undang Desa masih berlaku dan desa

mendapatkan dana desa. Seperti yang telah

disampaikan di atas bahwa tugas inspektorat

bukan sebagai watchdog tetapi membina para

perangkat desa yang mengelola dana desa.

Klinik Desa ini dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan dana desa dan pencegahan

kesalahan administrasi. Untuk keberlanjutan

yang lebih baik maka perlu pengaturan jadwal

konsultasi yang lebih baik mengingat ada 340

desa di Kabupaten Lebak yang harus

difasilitasi.

Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi

Serang ataupun Provinsi lainnya yang ada di

Indonesia dapat melakukan replikasi inovasi

KADE ini. Permasalahan serupa dalam

pengelolaan dana desa juga dihadapi oleh

Kabupaten lainnya. Apalagi Inspektorat

Kabupaten Lebak sudah memiliki SOP

p e n y e l e n g g a r a a n , m e k a n i s m e , d a n

pengawasan pelaksanaan Klinik Konsultasi

Dana Desa ini. Apabila Kabupaten lain ingin

melaksanakan inovasi serupa di Kabupatennya

dapat melakukan studi banding ke Kabupaten

Lebak.

E. Lesson Learn Inovasi KADE

P e r u b a h a n p a r a d i g m a i n t e r n a l

Inspektorat adalah hal yang paling utama

menjadi pembelajaran yang didapatkan dari

penyelenggaraan KADE ini. Inspektorat

mengubah cara pandang pada perangkat desa

dan dirinya sendiri, yang semula hanya

mengaudit tetapi mau memberikan fasilitas

konsultasi kepada para kepala Desa dan

perangkat desa lainnya. Pihak yang menerima

manfaat dari KADE ini tidak hanya perangkat

desa saja yang dipermudah dalam pengelolaan

dana desa. Adapun pihak lainnya yang

mendapatkan manfaat adalah Inspektorat yang

menjadi lebih mudah dalam melakukan proses

audit karena pengelolaan dan pembuatan

laporan dana desa sudah dikonsultasikan

terlebih dahulu. Yang paling penting adalah

masyarakat mendapatkan haknya atas dana

desa s e sua i dengan pe run tukannya .

Kemungkinan terjadinya penyalahgunaan

dana desa dapat diminimalisir.

L e s s o n L e a r n l a i n n y a a d a l a h

menerapkan Whole of Governement dalam

pelaksanaan inovasinya. Inspektorat sudah

melakukan pemetaan stakeholders yang

terlibat, tidak hanya Inspektorat dengan

perangkat desa saja. Tetapi juga melibatkan

BPK Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPK

RI Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPKP

Perwakilan Provinsi Banten, Inspektur dan

Auditor Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten

Lebak, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak, Kepala

Badan Perencanaan Pembngunanan Daerah

Kabupaten Lebak, Camat se-Kabupaten Lebak

(Paguyuban Camat Kebupaten Lebak), sampai

pada Organisasi Non Pemerintahan. Untuk

melakukan perbaikan memang dinbutuhkan

kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

ATIKAN(Asal Ketik Arsip Nampak)

A. Latar Belakang:

Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2009 Tentang Kearsipan, menyebutkan bahwa

arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa

dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi yang dibuat dan diterima oleh

lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga

pendidikan, perusahaan, organisasi politik,

organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan,

sebagai bukti rekaman penyelenggaran dan

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, arsip

yang merupakan bagian dari identitas dan

jatidiri bangsa dan merupakan salah satu sarana

penyelamatan wilayah negara dan simpul

pemersatu bangsa harus diselamatkan.

Namun demikian, pengelolaan arsip

cenderung diabaikan oleh sebagian besar orang

karena sering tidak dianggap penting, padahal

sebuah arsip merupakan bukti fisik atas suatu

pekerjaan yang telah dilakukan dan atau

informasi dan peristiwa yang merekam

dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara dimasa yang lampau, sekarang

dan yang akan datang di berbagai bidang,

politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Arsip dengan segala

bentuk medianya, keberadaannya tidak bisa

tergantikan dan merupakan memori kolektif

yang dapat meningkatkan kesadaran nasional,

mempertegas identitas dan jatidiri bangsa

Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan,

kehilangan sebuah arsip sama dengan

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3231

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik dan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik, menjadi jaminan

pemberian pelayanan publik yang lebih

transparan, efektif dan efisien, partisipatoris,

responsif dan akuntabel menjadi tuntutan dan

kebutuhan dasar masyarakat untuk memperoleh

informasi. Adapun informasi yang harus

disediakan oleh badan publik antara lain dapat

berupa fisik arsipnya ataupun dapat berupa

informasi yang sudah diolah yang bersumber

dari arsip.

Undang-Undang di atas dimaksudkan

untuk mewujudkan penyelenggaraan negara

yang baik, transparan, efektif dan efisien,

akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan,

mengingat stigma buruk masyarakat terhadap

kinerja birokrasi di Indonesia. Kita sering

menjumpai panjangnya antrian di loket-loket

pelayanan masyarakat di kantor-kantor

pemerintah, padahal baik masyarakat maupun

para pekerja menginginkan mendapatkan dan

memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.

Pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

memakan durasi yang lama, bisa jadi salah

satunya disebabkan karena masalah penataan

dan penyimpanan data dan informasi kearsipan.

Beberapa masalah penataan dan

penyimpanan data dan informasi kearsipan yang

sering kita jumpai di instansi pemerintah/swasta

adalah: tidak dapat atau sulit menemukan

kembali arsip dengan cepat dan tepat saat

diperlukan; menunda atau tidak menyegerakan

untuk menyimpan arsip dan membiasakan

menumpuk arsip pada sembarangan tempat;

kurang menyadari arti pentingnya suatu arsip

bagi organisasi; peminjaman oleh pihak lain

tidak melalui prosedur yang benar atau terlalu

lama; penyusunan arsip secara serampangan;

dan SDM/petugas arsip kurang terampil.

Untuk melaksanakan sub urusan

konkuren wajib bidang kearsipan dan bidang

perpustakaan, sebagaimana diatur dalam

Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 2014, di

Kabupaten Lebak telah diterbitkan Peraturan

Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kabupaten Lebak. Pergantian status dari Kantor

Perpustakaan dan Arsip (KPAD) yang dibentuk

melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,

terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017 berubah

menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak. Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja dinas ini ditetapkan melalui Peratuan

bupati Nomor 32 Tahun 2016. Selain perubahan

nama dan statusnya, alamat gedung berpindah

dari semula di Jl . Abdi Negara No. 3

Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No. 3

Rangkasbitung.

Pelayanan informasi dan pengelolaan

arsip di Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah

adanya perubahan struktur organisasi dan

perpindahan kantor baru, belum optimal dan

keberadaan data kearsipan yang masih

semrawut. Belum lagi permasalahan utama yang

ada di Kabupaten Lebak menurut dokumen

RPJMD Kabupaten Lebak tahun 2014-2019,

adalah: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana

pengelolaan kearsipan; (2) Terbatasnya SDM

fungsional yang menangani kearsipan; serta (3)

Rendahnya kesadaran aparatur tentang nilai

penting dan strategis bidang kearsipan.

Untuk mendukung upaya pemerintah

daerah tersebut, Dinas Arsip dan Perpustakaan

Kabupaten Lebak mengusung program

pengelolaan dan penataan di bidang kearsipan,

yaitu: ATIKAN, sebagai sebuah inovasi aplikasi

yang prinsip kerjanya dapat menampilkan data

dan informasi kearsipan dengan cepat dan

akurat.

B. Tujuan Inovasi ATIKAN

Aplikasi ATIKAN dibuat dengan tujuan untuk

mempermudah pengelolaan kearsipan yang

menampilkan data dan informasi kearsipan yang

baku, terpadu, efekt i f , efisien, cepat ,

tepat/akurat dan sesuai dengan perkembangan

dan dinamika teknologi.

C. Mengenal Dinas Kearsipan dan

P e r p u s t a k a a n ( D i s k e r p u s )

Kabupaten Lebak dan Program

Inovasi ATIKAN (Asal Ketik Arsip

Nampak)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas dan

sebagai implikasi ditetapkannya Undang-

Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Desa, organisasi perangkat

daerah yang menangani urusan kearsipan dan

perpustakaan di Kabupaten Lebak mengalami

perubahan baik status

maupun nomenklaturnya. Pergantian

status dari Kantor Perpustakaan dan Arsip

(KPAD) menjadi Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan (Diskerpus) Kabupaten Lebak

melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,

terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi serta Tata Kerja dinas ini ditetapkan

melalui Peratuan bupati Nomor 32 Tahun 2016.

Selain perubahan nama dan statusnya, alamat

gedung berpindah dari semula di Jl. Abdi Negara

No. 3 Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No.

3 Rangkasbitung.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak mempunyai

kewenangan urusan bidang kearsipan yang

me l ipu t i penge lo l aan , pe r l i ndungan ,

penyelamatan dan perizinan di bidang

kearsipan; dan urusan bidang perpustakaan

meliputi pembinaan perpustakaan, pelestarian

koleksi nasional dan pelestarian naskah kuno.

Visi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak, adalah

“Mewujudkan Tertib Administrasi Kearsipan

sebagai Penunjang Akuntabilitas Kinerja

Pemerintah dan Memberdayakan Perpustakaan

guna Mencerdaskan Masyarakat Kabupaten

Lebak”. Sedangkan Misi yang dilakukan Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan (Diskerpus)

Kabupaten Lebak, adalah:

· Menyelamatkan arsip sebagai

s u m b e r i n f o r m a s i d a n b a h a n

pertanggungjawaban penyelenggaraan

Pemerintahan:

· Meningkatkan Sumber Daya

Manusia (SDM) bidang kearsipan dan

perpustakaan yang profesional dan

mandiri;

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3433

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik dan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik, menjadi jaminan

pemberian pelayanan publik yang lebih

transparan, efektif dan efisien, partisipatoris,

responsif dan akuntabel menjadi tuntutan dan

kebutuhan dasar masyarakat untuk memperoleh

informasi. Adapun informasi yang harus

disediakan oleh badan publik antara lain dapat

berupa fisik arsipnya ataupun dapat berupa

informasi yang sudah diolah yang bersumber

dari arsip.

Undang-Undang di atas dimaksudkan

untuk mewujudkan penyelenggaraan negara

yang baik, transparan, efektif dan efisien,

akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan,

mengingat stigma buruk masyarakat terhadap

kinerja birokrasi di Indonesia. Kita sering

menjumpai panjangnya antrian di loket-loket

pelayanan masyarakat di kantor-kantor

pemerintah, padahal baik masyarakat maupun

para pekerja menginginkan mendapatkan dan

memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.

Pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

memakan durasi yang lama, bisa jadi salah

satunya disebabkan karena masalah penataan

dan penyimpanan data dan informasi kearsipan.

Beberapa masalah penataan dan

penyimpanan data dan informasi kearsipan yang

sering kita jumpai di instansi pemerintah/swasta

adalah: tidak dapat atau sulit menemukan

kembali arsip dengan cepat dan tepat saat

diperlukan; menunda atau tidak menyegerakan

untuk menyimpan arsip dan membiasakan

menumpuk arsip pada sembarangan tempat;

kurang menyadari arti pentingnya suatu arsip

bagi organisasi; peminjaman oleh pihak lain

tidak melalui prosedur yang benar atau terlalu

lama; penyusunan arsip secara serampangan;

dan SDM/petugas arsip kurang terampil.

Untuk melaksanakan sub urusan

konkuren wajib bidang kearsipan dan bidang

perpustakaan, sebagaimana diatur dalam

Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 2014, di

Kabupaten Lebak telah diterbitkan Peraturan

Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kabupaten Lebak. Pergantian status dari Kantor

Perpustakaan dan Arsip (KPAD) yang dibentuk

melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,

terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017 berubah

menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak. Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja dinas ini ditetapkan melalui Peratuan

bupati Nomor 32 Tahun 2016. Selain perubahan

nama dan statusnya, alamat gedung berpindah

dari semula di Jl . Abdi Negara No. 3

Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No. 3

Rangkasbitung.

Pelayanan informasi dan pengelolaan

arsip di Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah

adanya perubahan struktur organisasi dan

perpindahan kantor baru, belum optimal dan

keberadaan data kearsipan yang masih

semrawut. Belum lagi permasalahan utama yang

ada di Kabupaten Lebak menurut dokumen

RPJMD Kabupaten Lebak tahun 2014-2019,

adalah: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana

pengelolaan kearsipan; (2) Terbatasnya SDM

fungsional yang menangani kearsipan; serta (3)

Rendahnya kesadaran aparatur tentang nilai

penting dan strategis bidang kearsipan.

Untuk mendukung upaya pemerintah

daerah tersebut, Dinas Arsip dan Perpustakaan

Kabupaten Lebak mengusung program

pengelolaan dan penataan di bidang kearsipan,

yaitu: ATIKAN, sebagai sebuah inovasi aplikasi

yang prinsip kerjanya dapat menampilkan data

dan informasi kearsipan dengan cepat dan

akurat.

B. Tujuan Inovasi ATIKAN

Aplikasi ATIKAN dibuat dengan tujuan untuk

mempermudah pengelolaan kearsipan yang

menampilkan data dan informasi kearsipan yang

baku, terpadu, efekt i f , efisien, cepat ,

tepat/akurat dan sesuai dengan perkembangan

dan dinamika teknologi.

C. Mengenal Dinas Kearsipan dan

P e r p u s t a k a a n ( D i s k e r p u s )

Kabupaten Lebak dan Program

Inovasi ATIKAN (Asal Ketik Arsip

Nampak)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas dan

sebagai implikasi ditetapkannya Undang-

Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Desa, organisasi perangkat

daerah yang menangani urusan kearsipan dan

perpustakaan di Kabupaten Lebak mengalami

perubahan baik status

maupun nomenklaturnya. Pergantian

status dari Kantor Perpustakaan dan Arsip

(KPAD) menjadi Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan (Diskerpus) Kabupaten Lebak

melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,

terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi serta Tata Kerja dinas ini ditetapkan

melalui Peratuan bupati Nomor 32 Tahun 2016.

Selain perubahan nama dan statusnya, alamat

gedung berpindah dari semula di Jl. Abdi Negara

No. 3 Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No.

3 Rangkasbitung.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak mempunyai

kewenangan urusan bidang kearsipan yang

me l ipu t i penge lo l aan , pe r l i ndungan ,

penyelamatan dan perizinan di bidang

kearsipan; dan urusan bidang perpustakaan

meliputi pembinaan perpustakaan, pelestarian

koleksi nasional dan pelestarian naskah kuno.

Visi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

(Diskerpus) Kabupaten Lebak, adalah

“Mewujudkan Tertib Administrasi Kearsipan

sebagai Penunjang Akuntabilitas Kinerja

Pemerintah dan Memberdayakan Perpustakaan

guna Mencerdaskan Masyarakat Kabupaten

Lebak”. Sedangkan Misi yang dilakukan Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan (Diskerpus)

Kabupaten Lebak, adalah:

· Menyelamatkan arsip sebagai

s u m b e r i n f o r m a s i d a n b a h a n

pertanggungjawaban penyelenggaraan

Pemerintahan:

· Meningkatkan Sumber Daya

Manusia (SDM) bidang kearsipan dan

perpustakaan yang profesional dan

mandiri;

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3433

· M e n i n g k a t k a n m u t u

penyelenggaraan kears ipan dan

mengoptimalkan pemanfaatan arsip

kegiatan Pemerintahan dan kepentingan

Masyarakat;

· Menumbuh kembangkan budaya

tertib arsip di Lingkungan Aparatur

Pemerintah Kabupaten Lebak;

· Membina mengembangkan dan

mendayagunakan Perpustakaan;

· Meningkatkan kecerdasan

masyarakat dalam Informasi Ilmu

Pengetahuan dan mengembangkan

minat baca masyarakat;

· M e n y e l e n g g a r a k a n d a n

mengembangkan layanan Informasi

arsip dan Perpustakaan Umum.

Dalam rangka mewujudkan sistem

penyelenggaraan kearsipan yang komprehensif

dan terpadu, meliputi pengelolaan arsip dinamis

dan pengelolaan arsip statis yang berfungsi

menjamin ketersediaan arsip yang autentik,

u t u h , d a n t e r p e r c a y a s e r t a m a m p u

mengidentifikasikan keberadaan arsip yang

memiliki keterkaitan informasi sebagai satu

keutuhan informasi pada semua organisasi

kearsipan, perlu dibangun suatu sistem

kearsipan daerah. Sistem kearsipan daerah

sebagaimana Peraturan Bupati Lebak Nomor

23 Tahun 2016 Tentang Tata Kearsipan di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, Pasal

2 huruf d, dilaksanakan dengan menggunakan

dan berbasis peralatan teknologi informasi dan

komunikasi sesuai konfigurasi pangkalan data

(data centre) SKPD yang membidangi arsip.

Program ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak)

merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh

Dinas Arsip dan Perpustakaan yang diinisiasi

oleh Kepala Seksi Perl indungan dan

Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang

Muslihat. Inovasi ATIKAN bertujuan untuk

memberikan kepastian bahwa dokumen/arsip

tersimpan dengan baik, teratur dan apabila

memerlukan pencarian ulang, arsip apa yang

dicari apabila ada dapat dipastikan dimana

tempat penyimpanannya dan dapat ditunjukkan

dengan cepat dan akurat.

Inovasi ATIKAN merupakan inovasi

kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi)

menggunakan software Microsoft Access

sebagai salah satu program pengolah basis data

( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g

berhubungan dan memiliki tujuan tertentu)

yang cukup canggih dengan berbagai

kemudahan yang ada seperti pengaturan data,

pembuatan form, pembuatan laporan,

penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang

hanya melihat data sederhana atau entri data

dapat mendukung lebih banyak pengguna.

Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft

Access sangat cocok untuk memenuhi

kebu tuhan pengguna akh i r da t abase ,

pengembangan aplikasi dan cepat.

Sebelum adanya program pengelolaan

arsip (ATIKAN), berkas yang masuk Ke Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak

tidak terkelola (tersimpan dan terdata) dengan

baik sesuai aturan kearsipan, demikian juga

yang berada di OPD lain. Arsip-arsip tersebut

hanya disimpan dalam karung, dimana terdapat

kurang lebih 350 karung yang berisikan sekitar

21.000 lebih berkas arsip dari 61 OPD, 4 asisten

Daerah, arsip Sekretaris Daerah dan arsip Bupati

dipindahkan dari gedung lama Kantor Arsip

Daerah Kabupaten Lebak. Karung-karung

tersebut kemudian ditumpuk di pojok-pojok

ruangan kerja atau di lorong samping toilet, di

atas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan

membuat ruangan kerja menjadi terkesan

kumuh dan kotor.

Permasalahan kearsipan yang tidak

terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan

lainnya yang menimbulkan masalah yang lebih

rumit adalah ketika harus menemukan berkas

arsip tertentu yang penting dan diperlukan

s e g e r a d a l a m w a k t u s i n g k a t , n a m u n

membutuhkan waktu yang sangat lama. Arsip

yang dicari walaupun sudah susah payah,

menguras tenaga dan melibatkan banyak staf,

namun arsip yang dimaksud tidak juga

ditemukan.

Strategi/ide penataan dan pengelolaan

masalah penumpukan arsip adalah dengan

menempatkan tumpukan arsip di ruang khusus

sebagai alat penyimpanan arsip, yang bertujuan,

hanya untuk merubah kesan kumuh menjadi

lebih bersih dan rapi. Tumpukan karung-karung

arsip kemudian dipindahkan dari ruangan kerja

masing-masing bagian atau lorong-lorong

kantor, ke gudang penyimpanan arsip (Depo

Arsip).

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3635

· M e n i n g k a t k a n m u t u

penyelenggaraan kears ipan dan

mengoptimalkan pemanfaatan arsip

kegiatan Pemerintahan dan kepentingan

Masyarakat;

· Menumbuh kembangkan budaya

tertib arsip di Lingkungan Aparatur

Pemerintah Kabupaten Lebak;

· Membina mengembangkan dan

mendayagunakan Perpustakaan;

· Meningkatkan kecerdasan

masyarakat dalam Informasi Ilmu

Pengetahuan dan mengembangkan

minat baca masyarakat;

· M e n y e l e n g g a r a k a n d a n

mengembangkan layanan Informasi

arsip dan Perpustakaan Umum.

Dalam rangka mewujudkan sistem

penyelenggaraan kearsipan yang komprehensif

dan terpadu, meliputi pengelolaan arsip dinamis

dan pengelolaan arsip statis yang berfungsi

menjamin ketersediaan arsip yang autentik,

u t u h , d a n t e r p e r c a y a s e r t a m a m p u

mengidentifikasikan keberadaan arsip yang

memiliki keterkaitan informasi sebagai satu

keutuhan informasi pada semua organisasi

kearsipan, perlu dibangun suatu sistem

kearsipan daerah. Sistem kearsipan daerah

sebagaimana Peraturan Bupati Lebak Nomor

23 Tahun 2016 Tentang Tata Kearsipan di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, Pasal

2 huruf d, dilaksanakan dengan menggunakan

dan berbasis peralatan teknologi informasi dan

komunikasi sesuai konfigurasi pangkalan data

(data centre) SKPD yang membidangi arsip.

Program ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak)

merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh

Dinas Arsip dan Perpustakaan yang diinisiasi

oleh Kepala Seksi Perl indungan dan

Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang

Muslihat. Inovasi ATIKAN bertujuan untuk

memberikan kepastian bahwa dokumen/arsip

tersimpan dengan baik, teratur dan apabila

memerlukan pencarian ulang, arsip apa yang

dicari apabila ada dapat dipastikan dimana

tempat penyimpanannya dan dapat ditunjukkan

dengan cepat dan akurat.

Inovasi ATIKAN merupakan inovasi

kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi)

menggunakan software Microsoft Access

sebagai salah satu program pengolah basis data

( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g

berhubungan dan memiliki tujuan tertentu)

yang cukup canggih dengan berbagai

kemudahan yang ada seperti pengaturan data,

pembuatan form, pembuatan laporan,

penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang

hanya melihat data sederhana atau entri data

dapat mendukung lebih banyak pengguna.

Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft

Access sangat cocok untuk memenuhi

kebu tuhan pengguna akh i r da t abase ,

pengembangan aplikasi dan cepat.

Sebelum adanya program pengelolaan

arsip (ATIKAN), berkas yang masuk Ke Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak

tidak terkelola (tersimpan dan terdata) dengan

baik sesuai aturan kearsipan, demikian juga

yang berada di OPD lain. Arsip-arsip tersebut

hanya disimpan dalam karung, dimana terdapat

kurang lebih 350 karung yang berisikan sekitar

21.000 lebih berkas arsip dari 61 OPD, 4 asisten

Daerah, arsip Sekretaris Daerah dan arsip Bupati

dipindahkan dari gedung lama Kantor Arsip

Daerah Kabupaten Lebak. Karung-karung

tersebut kemudian ditumpuk di pojok-pojok

ruangan kerja atau di lorong samping toilet, di

atas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan

membuat ruangan kerja menjadi terkesan

kumuh dan kotor.

Permasalahan kearsipan yang tidak

terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan

lainnya yang menimbulkan masalah yang lebih

rumit adalah ketika harus menemukan berkas

arsip tertentu yang penting dan diperlukan

s e g e r a d a l a m w a k t u s i n g k a t , n a m u n

membutuhkan waktu yang sangat lama. Arsip

yang dicari walaupun sudah susah payah,

menguras tenaga dan melibatkan banyak staf,

namun arsip yang dimaksud tidak juga

ditemukan.

Strategi/ide penataan dan pengelolaan

masalah penumpukan arsip adalah dengan

menempatkan tumpukan arsip di ruang khusus

sebagai alat penyimpanan arsip, yang bertujuan,

hanya untuk merubah kesan kumuh menjadi

lebih bersih dan rapi. Tumpukan karung-karung

arsip kemudian dipindahkan dari ruangan kerja

masing-masing bagian atau lorong-lorong

kantor, ke gudang penyimpanan arsip (Depo

Arsip).

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3635

Pemindahan berkas-berkas arsip ke

gudang penyimpanan, belum sepenuhnya dapat

mengatasi masalah, tetapi hanya memindahkan

masalah kesemrawutan dari ruang kerja ke

gudang arsip. Masalah yang lebih rumit adalah

ketika harus menemukan berkas arsip tertentu

dalam waktu singkat. Biasanya membutuhkan

waktu yang sangat lama itu pun melibatkan

banyak staf dan menguras tenaga. Tidak jarang,

arsip yang dicari dengan susah payah tapi tidak

juga ditemukan. Produksi arsip yang banyak,

tidak diimbangi dengan ketersediaan gudang

penyimpanan dan sumber daya manusia (SDM)

arsiparis yang mengelola arsip tersebut

Dari ide awal mengatasi tumpukan arsip

di ruang khusus sebagai alat penyimpanan arsip,

kemudian dikembangkan dengan muncul

gagasan berikutnya yaitu pengelolaan dan

penataan arsip secara menyeluruh melalui

pengelolaan depo arsip diskerpus sebagai pusat

layanan data dan informasi kearsipan dan

kegiatan akuisisi arsip. Kegiatan akuisisi adalah

kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak teratur

menjadi arsip teratur sesuai dengan petunjuk

teknis pengelolaan Kearsipan pada Perbup

Lebak nomor 23 tahun 2016.

Pemilahan dimulai dari pemilahan sub

masalah dan tahun arsip, penataan tempat serta

kerapian dan keamanan penyimpanan arsip.

Kegiatan akuisisi arsip yang dipusatkan di Depo

Unit Kearsipan I Diskerpus memiliki tujuan

jangka pendek dan jangka panjang. Untuk

jangka pendeknya, agar dapat mengatasi

permasalahan sulitnya menemukan arsip

menjadi arsip yang teratur dan mudah atau cepat

d i t emukan . Sedangkan un tuk j angka

panjangnya, agar pengelolaan arsip didukung

dengan pemanfaatan teknologi informasi

melalui suatu aplikasi penemuan arsip cepat dan

praktis,

Untuk mengatasi masalah seperti yang

diuraikan diatas Diperlukan adanya inovasi

yang dapat memberikan kepastian bahwa

dokumen/arsip tersimpan dengan baik, teratur

dan apabila memerlukan pencarian ulang, arsip

apa yang dicari apabila ada dapat dipastikan

dimana tempat penyimpanannya dan dapat

ditunjukkan dengan cepat dan akurat. Inovasi

kearsipan yang disebut aplikasi ATIKAN, dapat

d igunakan apab i l a ing in menemukan

(pencarian) ulang arsip yang tersimpan maka

asal ketik arsip akan Nampak Strategi/ide

penataan dan pengelolaan masalah penumpukan

arsip adalah dengan menempatkan tumpukan

arsip di ruang khusus sebagai alat penyimpanan

arsip (ATIKAN) Selain itu, diharapkan

pengelolaan arsip di diskerpus, dapat menjadi

contoh dan diterapkan kepada unit kerja instansi

lain yang memiliki jumlah arsip yang besar,

seperti Rumah Sakit Umum, Setda Disdikbud

dan SKPD lainnya.

Dengan adanya inovasi ATIKAN pada

Dinas Arsip dan Perpustakaan diharapkan

tercapainya misi Kabupaten Lebak (point 2),

yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan

yang baik berorientasi pelayanan publik. Tujuan

dan sasaran dari misi tersebut adalah,

meningkatan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif, efisien dan

t ransparan dan meningkatnya k iner ja

penyelenggaraan pemerintahan daerah

D. Mekanisme Inovasi ATIKAN

Merespon berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelayanan kearsipan di Kabupaten Lebak tersebut, menguggah kesadaran, semangat dan motivasi Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang Muslihat untuk melakukan sebuah terobosan. Dari kegundahan beliaulah maka memunculkan ide untuk melaksanaan perbaikan dengan membangun sebuah aplikasi kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang efektif, efisien, cepat, mudah dan yang terpenting tidak memerlukan/mengorbankan ruang keja untuk penyimpanan arsip. sisi reatif dari aplikasi kearsipan ATIKAN adalah menemukan cara baru bagaimana cara mendata, menata dan pencarian arsip yang lebih mudah, sisi kebaruan dari gagasan tersebut perubahan dari cara konfensional catatan tangan di buku menjadi pengelolaan menggunakan aplikasi komputer.

Ide/gagasan inovatif yang dimunculkan, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Bidang Kearsipan dan Kepala Dinas Kearsipan dan P e p u s t a k a a n u n t u k m e n d a p a t k a n

izin/rekomendasi pimpinan untuk dapat diimplementasikan. Ide Pembuatan aplikasi ini disambut dan disetujui oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tanpa ada hambatan karena prinsip kerja dan kemanfaatannya yang sanagat besar. Setelah izin dan rekomendasi dari pimpinan keluar dan disetujui untuk dapat diimplementasikan dalam kerja-kerja bidang kearsipan, maka ide/gagasan

selanjutnya dibahas lebih lanjut secara intens dalam Focus Group Discussion (FGD) yang secara khusus dibentuk untuk mewadahi dan menyempurnakan gagasan-gagasan inovatif individual menjadi lebih sistemik dan terlembaga. Hasil FGD terkait membangun sebuah aplikasi bidang kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang telah disepakati kemudian dikomunikasikan kepada seluruh pegawai internal

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan dan kepada para OPD/SKPD serta stakeholders lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan konstruktif terhadap proposal kegiatan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Selanjutnya membuat rancang bangun dan desain aplikasi ATIKAN dengan berbagai mitra kerja dan stakeholders untuk mencari dan menyepakati konsep maupun substansi dari aplikasi ATIKAN, sehingga manakala aplikasi ATIKAN ini telah dibangun dapat membantu tugas-tugas di bidang kearsipan secara signifikan, efektif, efisien dan mudah digunakan.

D a l a m s t r a t e g i i m p l e m e n t a s i ide/gagasan tesebut kemudian dibentuk Tim Akuisisi Arsip, yang beranggotakan para tenaga arsiparis ditambah dengan 4 (empat) orang rekrutment pegawai honorer arsip. Tim akuisisi arsip adalah Petugas pengelola arsip yang akan melakukan pemilahan arsip, pengklasifikasian kode arsip, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip. Tim ini bekerja selama 6 (enam) bulan, yaitu pada bulan Januari 2017 hingga Juli 2017 dengan pekerjaan meliputi pemilahan, pengklasifikasian, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip (DPA) dan penginputan ke data komputer. Arsip yang telah di pilah dan diberi kode klasifikasi dicatat nama pemilik dan masalah arsipnya kemudian dimasukkan ke dalam boks arsip yang ditempatkan pada rak arsip yang telah diberi nomor tertentu. Menyusun buku daftar pencarian arsip sesuai kelompok pemilik arsip.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3837

Pemindahan berkas-berkas arsip ke

gudang penyimpanan, belum sepenuhnya dapat

mengatasi masalah, tetapi hanya memindahkan

masalah kesemrawutan dari ruang kerja ke

gudang arsip. Masalah yang lebih rumit adalah

ketika harus menemukan berkas arsip tertentu

dalam waktu singkat. Biasanya membutuhkan

waktu yang sangat lama itu pun melibatkan

banyak staf dan menguras tenaga. Tidak jarang,

arsip yang dicari dengan susah payah tapi tidak

juga ditemukan. Produksi arsip yang banyak,

tidak diimbangi dengan ketersediaan gudang

penyimpanan dan sumber daya manusia (SDM)

arsiparis yang mengelola arsip tersebut

Dari ide awal mengatasi tumpukan arsip

di ruang khusus sebagai alat penyimpanan arsip,

kemudian dikembangkan dengan muncul

gagasan berikutnya yaitu pengelolaan dan

penataan arsip secara menyeluruh melalui

pengelolaan depo arsip diskerpus sebagai pusat

layanan data dan informasi kearsipan dan

kegiatan akuisisi arsip. Kegiatan akuisisi adalah

kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak teratur

menjadi arsip teratur sesuai dengan petunjuk

teknis pengelolaan Kearsipan pada Perbup

Lebak nomor 23 tahun 2016.

Pemilahan dimulai dari pemilahan sub

masalah dan tahun arsip, penataan tempat serta

kerapian dan keamanan penyimpanan arsip.

Kegiatan akuisisi arsip yang dipusatkan di Depo

Unit Kearsipan I Diskerpus memiliki tujuan

jangka pendek dan jangka panjang. Untuk

jangka pendeknya, agar dapat mengatasi

permasalahan sulitnya menemukan arsip

menjadi arsip yang teratur dan mudah atau cepat

d i t emukan . Sedangkan un tuk j angka

panjangnya, agar pengelolaan arsip didukung

dengan pemanfaatan teknologi informasi

melalui suatu aplikasi penemuan arsip cepat dan

praktis,

Untuk mengatasi masalah seperti yang

diuraikan diatas Diperlukan adanya inovasi

yang dapat memberikan kepastian bahwa

dokumen/arsip tersimpan dengan baik, teratur

dan apabila memerlukan pencarian ulang, arsip

apa yang dicari apabila ada dapat dipastikan

dimana tempat penyimpanannya dan dapat

ditunjukkan dengan cepat dan akurat. Inovasi

kearsipan yang disebut aplikasi ATIKAN, dapat

d igunakan apab i l a ing in menemukan

(pencarian) ulang arsip yang tersimpan maka

asal ketik arsip akan Nampak Strategi/ide

penataan dan pengelolaan masalah penumpukan

arsip adalah dengan menempatkan tumpukan

arsip di ruang khusus sebagai alat penyimpanan

arsip (ATIKAN) Selain itu, diharapkan

pengelolaan arsip di diskerpus, dapat menjadi

contoh dan diterapkan kepada unit kerja instansi

lain yang memiliki jumlah arsip yang besar,

seperti Rumah Sakit Umum, Setda Disdikbud

dan SKPD lainnya.

Dengan adanya inovasi ATIKAN pada

Dinas Arsip dan Perpustakaan diharapkan

tercapainya misi Kabupaten Lebak (point 2),

yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan

yang baik berorientasi pelayanan publik. Tujuan

dan sasaran dari misi tersebut adalah,

meningkatan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif, efisien dan

t ransparan dan meningkatnya k iner ja

penyelenggaraan pemerintahan daerah

D. Mekanisme Inovasi ATIKAN

Merespon berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelayanan kearsipan di Kabupaten Lebak tersebut, menguggah kesadaran, semangat dan motivasi Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang Muslihat untuk melakukan sebuah terobosan. Dari kegundahan beliaulah maka memunculkan ide untuk melaksanaan perbaikan dengan membangun sebuah aplikasi kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang efektif, efisien, cepat, mudah dan yang terpenting tidak memerlukan/mengorbankan ruang keja untuk penyimpanan arsip. sisi reatif dari aplikasi kearsipan ATIKAN adalah menemukan cara baru bagaimana cara mendata, menata dan pencarian arsip yang lebih mudah, sisi kebaruan dari gagasan tersebut perubahan dari cara konfensional catatan tangan di buku menjadi pengelolaan menggunakan aplikasi komputer.

Ide/gagasan inovatif yang dimunculkan, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Bidang Kearsipan dan Kepala Dinas Kearsipan dan P e p u s t a k a a n u n t u k m e n d a p a t k a n

izin/rekomendasi pimpinan untuk dapat diimplementasikan. Ide Pembuatan aplikasi ini disambut dan disetujui oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tanpa ada hambatan karena prinsip kerja dan kemanfaatannya yang sanagat besar. Setelah izin dan rekomendasi dari pimpinan keluar dan disetujui untuk dapat diimplementasikan dalam kerja-kerja bidang kearsipan, maka ide/gagasan

selanjutnya dibahas lebih lanjut secara intens dalam Focus Group Discussion (FGD) yang secara khusus dibentuk untuk mewadahi dan menyempurnakan gagasan-gagasan inovatif individual menjadi lebih sistemik dan terlembaga. Hasil FGD terkait membangun sebuah aplikasi bidang kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang telah disepakati kemudian dikomunikasikan kepada seluruh pegawai internal

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan dan kepada para OPD/SKPD serta stakeholders lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan konstruktif terhadap proposal kegiatan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Selanjutnya membuat rancang bangun dan desain aplikasi ATIKAN dengan berbagai mitra kerja dan stakeholders untuk mencari dan menyepakati konsep maupun substansi dari aplikasi ATIKAN, sehingga manakala aplikasi ATIKAN ini telah dibangun dapat membantu tugas-tugas di bidang kearsipan secara signifikan, efektif, efisien dan mudah digunakan.

D a l a m s t r a t e g i i m p l e m e n t a s i ide/gagasan tesebut kemudian dibentuk Tim Akuisisi Arsip, yang beranggotakan para tenaga arsiparis ditambah dengan 4 (empat) orang rekrutment pegawai honorer arsip. Tim akuisisi arsip adalah Petugas pengelola arsip yang akan melakukan pemilahan arsip, pengklasifikasian kode arsip, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip. Tim ini bekerja selama 6 (enam) bulan, yaitu pada bulan Januari 2017 hingga Juli 2017 dengan pekerjaan meliputi pemilahan, pengklasifikasian, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip (DPA) dan penginputan ke data komputer. Arsip yang telah di pilah dan diberi kode klasifikasi dicatat nama pemilik dan masalah arsipnya kemudian dimasukkan ke dalam boks arsip yang ditempatkan pada rak arsip yang telah diberi nomor tertentu. Menyusun buku daftar pencarian arsip sesuai kelompok pemilik arsip.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

3837

Selanjutnya, sosialisasi terkait aplikasi

ATIKAN baik di lingkungan internal maupun

eksternal. Di lingkungan internal, sosialisasi

d i m a k s u d k a n u n t u k m e m b a n g u n

keterpaduan/sinergitas pelayanan di bidang

kearsipan. Sosialisasi di lingkungan eksternal,

dimaksudkan untuk memperoleh dukungan

penuh (SDM, anggaran, teknis lainnya)

sehingga kebijakan yang dikeluarkan terkait

bagaimana implementasi dari ide/gagasan

inovasi bidang kearsipan berjalan secara lebih

efektif, efisien dan terarah.

Sedangkan program monitoring dan

evaluasi (Monev) kearsipan merupakan bagian

dari rangkaian program kegiatan pembinaan,

pendampingan, serta evaluasi yang dilakukan

secara menyeluruh ke semua OPD/SKPD di

Kabupaten Lebak. Monitoring dan evaluasi

kearsipan ini dilaksanakan dalam rangka

mewujudkan sistem penyelenggaraan kearsipan

yang sesuai dengan peraturan Bupati Lebak No

23 Tahun 2016 tentang tata Kearsipan di

Lingkungan Pemerintah Lebak.

E. Kondisi setelah adanya Inisiatif

Inovasi

Dengan adanya Inovasi ATIKAN,

permasalahan pengelolaan arsip daerah

Kabupaten Lebak menjadi lebih terarah,

berjalan secara efektif dan efisien dan

memberikan kontribusi besar dalam penataan

kearsipan di Kabupaten Lebak. Kondisi setelah

adanya Inovasi ATIKAN di Kabupaten Lebak

saat ini adalah:

· Sistem penempatan penyimpanan arsip

yang tepat (sesuai dengan Kode

klasifikasi dan jenisnya), sehingga data

kearsipan menjadi lebih tertib;

· Pencarian dokumen /Berkas arsip dapat

ditemukan dalam waktu yang singkat;

· Peningkatan kualitas SDM pengelola

arsip melalui pelatihan-pelatihan

(kursus-kursus atau diklat-diklat)

maupun advokasi /pendampingan

(bimbingan teknis dan supervisi) dalam

kearsipan dan penggunaan teknologi

yang canggih.

· pengaturan prosedur peminjaman

disamping pengawasan/kontrol dan

pengendalian jelas dan tegas;

· Secara rutin diadakan perawatan dan

pencengahan kerusakan terhadap arsip-

arsip yang ada;

· Kontrol penyusutan dan pemusnahan

terhadap arsip-arsip yang sudah tidak

terpakai menjadi lebih pasti.

F. Kunci Keberhasilan Operasional

Aplikasi Atikan

Keberhas i lan rep l ikas i ap l ikas i

kearsipan ATIKAN sangat ditentukan oleh

SDM pengelola nya, dengan demikian

disarankan petugas pengelola kearsipan baik

sebagai tenaga akuisisi maupun operator

komputer pengelola kearsipan adalah seorang

petugas kearsipan harus memenuhi beberapa

persyaratan agar dapat mengurus arsip secara

profesional (sebagai arsiparis). Jadi, jangan

sampai petugas di bagian arsip justru orang -

orang atau petugas yang tidak dipakai atau

disenangi di bagian lain. Ada anggapan bahwa

yang bertugas di bagian arsip adalah orang-

orang yang “disingkirkan”. Apabila hal ini

terjadi, setidak-tidaknya petugas tersebut

mempunyai kekurangan, baik kemampuan,

kejujuran, maupun dedikasi terhadap organisasi

yang bersangkutan. Untuk mengurus arsip

dengan baik, diperlukan petugas yang

memenuhi persyaratan ketrampilan, ketelitian,

kerapian, dan kecerdasan

1) Ketrampilan

Keterampilan merupakan

persyaratan yang harus dimiliki oleh

petugas kerasipan ini dimaksudkan agar

ia cekatan dalam menempatkan dan

menemukan kembaki arsip. Demikian

pula terampil dalam memilah golongan

arsip. Dengan kecekatan yang dimiliki,

diharapkan petugas dapat menyajikan

data dengan tepat

2) Ketelitian

Petugas kearsipan harus harus memiliki

tingkat kecermatan yang memadai

Dengan keteli t ian yang dimiliki

pengelola kearsipan diharapkan

penyajian informasi dari sumber data

(kumpulan arsip) tidak mengalami

kesalahan. Karena kesalahan sekecil

apapun dalam penyajian informasi dapat

menyebabkan produk yang dihasilkan

menjadi kurang akurat . Dengan

demikian, ketelitian bagi petugas di

bagian arsip, tidak saja diperlukan tetapi

merupakan keharusan, agar Sistem

Informasi Manajemen berjalan lancar.

3) Kerapian

Kerapian adalah suatu sikap pandang

t e n t a n g k e t e r a t u r a n ,

keberesan,ketertiban,dan kerapian.

Seorang petugas kearsipan perlu

memiliki sifat kerapian, berarti segala

sesuatu disikapi dengan keteraturan,

keterteban dan keapikan. Dengan

demikian, penanganan arsip selalu

diusahakan teratur, beres, tertib, dan

apik. Implikasi kerapian seorang

petugas, maka arsip, map atau folder,

guide (lembar petunjuk) maupun laci-

laci penyimpanan akan ditata secara

teratur, tertib, dan apik dipandang.

Kerapian dalam menempatkan arsip

yang disimpan, tentu akan membantu

kemudahan dan kecepatan dalam

penyimpanan dan penemuan kembali

arsip yang diperlukan.

4) Kecerdasan

Cerdas berart i memil iki t ingkat

pemahaman yang memadai sesuai

dengan porsi dan tugas pekerjaannya.

Seorang yang cerdas dapat mengurusi

masalah-masalah yang dihadapi secara

tepat dan cepat. Seorang petugas yang

cerdas tentu memiliki daya pikir yang

tajam sehingga apa yang pernah diingat,

dan apa yang pernah dihadapi petugas

tersebut dapat membuat perhitungan

yang tepat untuk hal-halyang akan

terjadi.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4039

Selanjutnya, sosialisasi terkait aplikasi

ATIKAN baik di lingkungan internal maupun

eksternal. Di lingkungan internal, sosialisasi

d i m a k s u d k a n u n t u k m e m b a n g u n

keterpaduan/sinergitas pelayanan di bidang

kearsipan. Sosialisasi di lingkungan eksternal,

dimaksudkan untuk memperoleh dukungan

penuh (SDM, anggaran, teknis lainnya)

sehingga kebijakan yang dikeluarkan terkait

bagaimana implementasi dari ide/gagasan

inovasi bidang kearsipan berjalan secara lebih

efektif, efisien dan terarah.

Sedangkan program monitoring dan

evaluasi (Monev) kearsipan merupakan bagian

dari rangkaian program kegiatan pembinaan,

pendampingan, serta evaluasi yang dilakukan

secara menyeluruh ke semua OPD/SKPD di

Kabupaten Lebak. Monitoring dan evaluasi

kearsipan ini dilaksanakan dalam rangka

mewujudkan sistem penyelenggaraan kearsipan

yang sesuai dengan peraturan Bupati Lebak No

23 Tahun 2016 tentang tata Kearsipan di

Lingkungan Pemerintah Lebak.

E. Kondisi setelah adanya Inisiatif

Inovasi

Dengan adanya Inovasi ATIKAN,

permasalahan pengelolaan arsip daerah

Kabupaten Lebak menjadi lebih terarah,

berjalan secara efektif dan efisien dan

memberikan kontribusi besar dalam penataan

kearsipan di Kabupaten Lebak. Kondisi setelah

adanya Inovasi ATIKAN di Kabupaten Lebak

saat ini adalah:

· Sistem penempatan penyimpanan arsip

yang tepat (sesuai dengan Kode

klasifikasi dan jenisnya), sehingga data

kearsipan menjadi lebih tertib;

· Pencarian dokumen /Berkas arsip dapat

ditemukan dalam waktu yang singkat;

· Peningkatan kualitas SDM pengelola

arsip melalui pelatihan-pelatihan

(kursus-kursus atau diklat-diklat)

maupun advokasi /pendampingan

(bimbingan teknis dan supervisi) dalam

kearsipan dan penggunaan teknologi

yang canggih.

· pengaturan prosedur peminjaman

disamping pengawasan/kontrol dan

pengendalian jelas dan tegas;

· Secara rutin diadakan perawatan dan

pencengahan kerusakan terhadap arsip-

arsip yang ada;

· Kontrol penyusutan dan pemusnahan

terhadap arsip-arsip yang sudah tidak

terpakai menjadi lebih pasti.

F. Kunci Keberhasilan Operasional

Aplikasi Atikan

Keberhas i lan rep l ikas i ap l ikas i

kearsipan ATIKAN sangat ditentukan oleh

SDM pengelola nya, dengan demikian

disarankan petugas pengelola kearsipan baik

sebagai tenaga akuisisi maupun operator

komputer pengelola kearsipan adalah seorang

petugas kearsipan harus memenuhi beberapa

persyaratan agar dapat mengurus arsip secara

profesional (sebagai arsiparis). Jadi, jangan

sampai petugas di bagian arsip justru orang -

orang atau petugas yang tidak dipakai atau

disenangi di bagian lain. Ada anggapan bahwa

yang bertugas di bagian arsip adalah orang-

orang yang “disingkirkan”. Apabila hal ini

terjadi, setidak-tidaknya petugas tersebut

mempunyai kekurangan, baik kemampuan,

kejujuran, maupun dedikasi terhadap organisasi

yang bersangkutan. Untuk mengurus arsip

dengan baik, diperlukan petugas yang

memenuhi persyaratan ketrampilan, ketelitian,

kerapian, dan kecerdasan

1) Ketrampilan

Keterampilan merupakan

persyaratan yang harus dimiliki oleh

petugas kerasipan ini dimaksudkan agar

ia cekatan dalam menempatkan dan

menemukan kembaki arsip. Demikian

pula terampil dalam memilah golongan

arsip. Dengan kecekatan yang dimiliki,

diharapkan petugas dapat menyajikan

data dengan tepat

2) Ketelitian

Petugas kearsipan harus harus memiliki

tingkat kecermatan yang memadai

Dengan keteli t ian yang dimiliki

pengelola kearsipan diharapkan

penyajian informasi dari sumber data

(kumpulan arsip) tidak mengalami

kesalahan. Karena kesalahan sekecil

apapun dalam penyajian informasi dapat

menyebabkan produk yang dihasilkan

menjadi kurang akurat . Dengan

demikian, ketelitian bagi petugas di

bagian arsip, tidak saja diperlukan tetapi

merupakan keharusan, agar Sistem

Informasi Manajemen berjalan lancar.

3) Kerapian

Kerapian adalah suatu sikap pandang

t e n t a n g k e t e r a t u r a n ,

keberesan,ketertiban,dan kerapian.

Seorang petugas kearsipan perlu

memiliki sifat kerapian, berarti segala

sesuatu disikapi dengan keteraturan,

keterteban dan keapikan. Dengan

demikian, penanganan arsip selalu

diusahakan teratur, beres, tertib, dan

apik. Implikasi kerapian seorang

petugas, maka arsip, map atau folder,

guide (lembar petunjuk) maupun laci-

laci penyimpanan akan ditata secara

teratur, tertib, dan apik dipandang.

Kerapian dalam menempatkan arsip

yang disimpan, tentu akan membantu

kemudahan dan kecepatan dalam

penyimpanan dan penemuan kembali

arsip yang diperlukan.

4) Kecerdasan

Cerdas berart i memil iki t ingkat

pemahaman yang memadai sesuai

dengan porsi dan tugas pekerjaannya.

Seorang yang cerdas dapat mengurusi

masalah-masalah yang dihadapi secara

tepat dan cepat. Seorang petugas yang

cerdas tentu memiliki daya pikir yang

tajam sehingga apa yang pernah diingat,

dan apa yang pernah dihadapi petugas

tersebut dapat membuat perhitungan

yang tepat untuk hal-halyang akan

terjadi.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4039

G. Manfaat dan Dampak Inovasi

ATIKAN

Manfaat utama yang telah dihasilkan

dari inovasi ATIKAN Kabupaten Lebak telah

member ikan perubahan pos i t i f da lam

penyelenggaraan pelayanan bidang kearsipan

adalah:

· M e m u d a h k a n p e n c a t a t a n d a n

penyimpanan data kearsipan yang

dikerjakan oleh para petugas pendataan

dan penataan arsip ;

· Akses penyajian data lebih cepat;

· Dapat memberikan informasi data

kearsipan secara objektif;

· Pe layanan in fo rmas i kea r s ipan

berlangsung efektif dan efisien;

· Member ikan kepuas an l ayanan

informasi kepada pengunjung;

· Jumlah pengunjung dan layanan

konsultasi semakin meningkat;

· Membangun motivasi pengolah

kearsipan OPD lain untuk melakukan

penertiban kerasipan di tempatnya.

Manfaat dan dampak sebelum dan

sesudah adanya ATIKAN, dapat

digambarkan pada Tabel di bawah ini:

H. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi

Aplikasi Pengelola Arsip Elektronik

ATIKAN Berikut ini adalah spesifikasi basis

informasi data table bukan hanya dapat

digunakan sebagai media Pencarian data dengan

cepat tetapi selanjutnya dapat dijadikan sebagai

aplikasi pengelolaan dan penyimpanan arsip

elektronik yang dapat dihubungkan dengan

jaringan informasi kearsipan secara online baik

nasional maupun internasional. Sejalan dengan

perkembangan teknologi IT yang terus

berkembang Aplikasi ini akan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhannya. Tentu inovasi ini

sangat mungkin untuk dilaksanakan di daerah

lainnya yang masih konvensional dalam

pencarian arsip.

I. PENUTUP

Inovasi ATIKAN merupakan inovasi kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi) menggunakan software Microsoft Access sebagai salah satu program pengolah basis data ( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g berhubungan dan memiliki tujuan tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai kemudahan yang ada seperti pengaturan data, pembuatan form, pembuatan laporan, penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang hanya melihat data sederhana atau entri data dapat mendukung lebih banyak pengguna. Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft Access sangat cocok untuk memenuhi kebu tuhan pengguna akh i r da t abase , pengembangan aplikasi dan cepat.

Pelaksanaan manajemen Kearsipan meliputi tahapan tahapan yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung serta saling menje laskan , seh ingga membutuhkan p e n a n g a n a n s e c a r a b a i k , t e r e n c a n a , konseps ional dan secara profes ional . Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan mencapai hasil yang baik bilamana

ditunjang dengan ketersediaan fasilitas dan teknologi informasi kearsipan yang handal salah satunya adalah dengan ditunjang oleh aplikasi kearsipan ATIKAN.

Aplikasi ini murni hasil pemikiran Tim Bidang Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, tidak meniru dari aplikasi yang pernah dilakukan oleh SKPD lain. Dan apabila ditemukan di tempat lain mungkin hanya mirip dan kebetulan saja, hal itu bisa terjadi karena kesamaan disiplin ilmu /teknologi IT yang digunakan konten data aplikasinya dipastikan tidak akan sama.

Aplikasi ATIKAN di Kabupaten Lebak saat ini di buat dengan sistem aplikasi yang sangat sederhana yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengelola arsip pada OPD/SKPD/unit kerja lainnya, mengingat kemampuan sumber daya (SDM, sarana prasarana, dan lain-lain) di masing-masing OPD/SKPD/unit kerja lainnya (seperti desa dan kelurahan) tidak merata. Ke depan, aplikasi ATIKAN akan senantiasa disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis (keterlibatan dan memberikan akses luas kepada masyarakat) dan perkembangan jaman, khususnya di bidang IT (misalnya berbasis android), sehingga aplikasi ATIKAN dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh seluruh stakeholders tanpa perlu bertatap/datang langsung ke Dinas Arsip dan Perpustakaan.

Peningkatan SDM, baik kuantitas maupun kualitas pengelola arsip harus dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan program prioritas perbaikan sistem administrasi kearsipan, penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah dan peningkatan kualitas pelayanan informasi, sebagaimana tujuan pembangunan Kabupaten Lebak di bidang kearsipan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lebak.

Sumber: Data Kearsipan Laporan Rutin Tahunan; Kasi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Diskerpus Kab Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4241

G. Manfaat dan Dampak Inovasi

ATIKAN

Manfaat utama yang telah dihasilkan

dari inovasi ATIKAN Kabupaten Lebak telah

member ikan perubahan pos i t i f da lam

penyelenggaraan pelayanan bidang kearsipan

adalah:

· M e m u d a h k a n p e n c a t a t a n d a n

penyimpanan data kearsipan yang

dikerjakan oleh para petugas pendataan

dan penataan arsip ;

· Akses penyajian data lebih cepat;

· Dapat memberikan informasi data

kearsipan secara objektif;

· Pe layanan in fo rmas i kea r s ipan

berlangsung efektif dan efisien;

· Member ikan kepuas an l ayanan

informasi kepada pengunjung;

· Jumlah pengunjung dan layanan

konsultasi semakin meningkat;

· Membangun motivasi pengolah

kearsipan OPD lain untuk melakukan

penertiban kerasipan di tempatnya.

Manfaat dan dampak sebelum dan

sesudah adanya ATIKAN, dapat

digambarkan pada Tabel di bawah ini:

H. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi

Aplikasi Pengelola Arsip Elektronik

ATIKAN Berikut ini adalah spesifikasi basis

informasi data table bukan hanya dapat

digunakan sebagai media Pencarian data dengan

cepat tetapi selanjutnya dapat dijadikan sebagai

aplikasi pengelolaan dan penyimpanan arsip

elektronik yang dapat dihubungkan dengan

jaringan informasi kearsipan secara online baik

nasional maupun internasional. Sejalan dengan

perkembangan teknologi IT yang terus

berkembang Aplikasi ini akan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhannya. Tentu inovasi ini

sangat mungkin untuk dilaksanakan di daerah

lainnya yang masih konvensional dalam

pencarian arsip.

I. PENUTUP

Inovasi ATIKAN merupakan inovasi kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi) menggunakan software Microsoft Access sebagai salah satu program pengolah basis data ( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g berhubungan dan memiliki tujuan tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai kemudahan yang ada seperti pengaturan data, pembuatan form, pembuatan laporan, penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang hanya melihat data sederhana atau entri data dapat mendukung lebih banyak pengguna. Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft Access sangat cocok untuk memenuhi kebu tuhan pengguna akh i r da t abase , pengembangan aplikasi dan cepat.

Pelaksanaan manajemen Kearsipan meliputi tahapan tahapan yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung serta saling menje laskan , seh ingga membutuhkan p e n a n g a n a n s e c a r a b a i k , t e r e n c a n a , konseps ional dan secara profes ional . Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan mencapai hasil yang baik bilamana

ditunjang dengan ketersediaan fasilitas dan teknologi informasi kearsipan yang handal salah satunya adalah dengan ditunjang oleh aplikasi kearsipan ATIKAN.

Aplikasi ini murni hasil pemikiran Tim Bidang Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, tidak meniru dari aplikasi yang pernah dilakukan oleh SKPD lain. Dan apabila ditemukan di tempat lain mungkin hanya mirip dan kebetulan saja, hal itu bisa terjadi karena kesamaan disiplin ilmu /teknologi IT yang digunakan konten data aplikasinya dipastikan tidak akan sama.

Aplikasi ATIKAN di Kabupaten Lebak saat ini di buat dengan sistem aplikasi yang sangat sederhana yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengelola arsip pada OPD/SKPD/unit kerja lainnya, mengingat kemampuan sumber daya (SDM, sarana prasarana, dan lain-lain) di masing-masing OPD/SKPD/unit kerja lainnya (seperti desa dan kelurahan) tidak merata. Ke depan, aplikasi ATIKAN akan senantiasa disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis (keterlibatan dan memberikan akses luas kepada masyarakat) dan perkembangan jaman, khususnya di bidang IT (misalnya berbasis android), sehingga aplikasi ATIKAN dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh seluruh stakeholders tanpa perlu bertatap/datang langsung ke Dinas Arsip dan Perpustakaan.

Peningkatan SDM, baik kuantitas maupun kualitas pengelola arsip harus dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan program prioritas perbaikan sistem administrasi kearsipan, penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah dan peningkatan kualitas pelayanan informasi, sebagaimana tujuan pembangunan Kabupaten Lebak di bidang kearsipan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lebak.

Sumber: Data Kearsipan Laporan Rutin Tahunan; Kasi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Diskerpus Kab Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4241

Si E-la Komplain dengan Hati

Sistem Elektronik Layanan Komplain dengan

Harapan Terlayani Pasti

Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi hampir mempengaruhi seluruh

aspek kehidupan manusia. Kelebihan teknologi

informasi dan komunikasi akan meningkatkan

kinerja suatu lembaga dan akan menghasilkan

informasi secara relevan tepat waktu dan akurat.

Begitu pula perkembangan teknologi dan

informasi ini menjadi era baru bagi rumah sakit,

yang diharapkan dapat memberikan pelayan

yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Seiring dengan meningkatnya tingkat

pendidikan ekonomi, social dan perubahan gaya

hidup yang tidak terlepas dari pengaruh era

digital saat ini, sudah barang tentu akan merubah

pola pikir setiap orang dalam memenuhi

keinginan dan kebutuhannya dalam berbagai

aspek kehidupan, termasuk tentang tuntutan jasa

layanan kesehatan di rumah sakit. Tuntutan

masyarakat sudah lebih mengarah kepada mutu,

kenyamanan, layanan sepenuh hati dan

kepuasan konsumen.

RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak

merupakan salah satu Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Lebak yang memberikan

layanan secara langsung kepada masyarakat.

Sesuai Visi RSUD dr. Ajidarmo yaitu “Menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah yang Handal dan

Berdaya Saing di Provinsi Banten“ dan

berdasarkan Misi RSUD dr. Ajidarmo nomor 4

(empat) yaitu “Mewujudkan Akses Pelayanan

Yang Berkualitas Kepada Masyarakat“, oleh

karena itu RSUD dr. Ajidarmo dituntut dapat

memberikan pelayanan yang terbaik dan

optimal bagi pasiennya.

Dengan banyaknya pelayanan yang

dimiliki, salah satu kendala yang dihadapi oleh

RSUD dr. Ajidarmo yaitu komplain dari pasien.

Selain komplain dari pasien dan keluarga

pasien, ada juga data komplain yang diperoleh

rumah sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dan media massa. Adanya komplain dari

pasien / keluarga pasien dan LSM serta media

massa sebagai bentuk protes, keluhan maupun

masukan saran terhadap pelayanan yang

diberikan rumah sakit tentu tidak boleh

diabaikan dan bahkan harus diapresiasi dan

direspon secara proporsional dan professional.

Karena dengan komplain tersebut berarti rumah

sakit dapat mencari tahu kelemahannya,

sehingga dapat membenahi untuk meningkatkan

kinerja pelayanannya.

MENGAPA Si E-La Komplain?

A. Apa Gagasan Inovasi?

Hal-hal tersebutlah yang membuat

Bapak Rudi Hermawan – Kepala Bidang Tata

Usaha RSUD dr. Ajidarmo - berfikir perlunya

dibuat tatalaksana layanan komplain yang

diharapkan dalam implementasinya membawa

dampak terhadap kepuasan pelanggan. Juga

untuk meningkatkan kualitas pelayanan menjadi

lebih baik, sekaligus wujud integritas dalam

r a n g k a m e n g a w a l p e n y e l e n g g a r a a n

pemerintahan dan pembangunan kesehatan di

Kabupaten Lebak.

Tatalaksana komplain yang dimaksud

tersebut beliau wujudkan dalam bentuk sistem

elektronik layanan pengaduan. Selain itu juga

dibuat sebuah gerai layanan pengaduan untuk

mengakomodir para stakeholder yang ingin

menyampaikan komplain secara langsung.

Dengan adanya sistem elektronik

layanan pengaduan dan gerai layanan

pengaduan ini menjadi sumber dan aspirasi

untuk selalu melakukan evaluasi dan perbaikan

kiner ja berdasarkan atas keluhan dan

pengaduan, sehingga dapat membantu rumah

sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

baik secara medis, teknis, administratif kepada

masyarakat.

B. Originalitas

Si E-La Komplain Dengan Hati ini

merupakan gagasan Bapak Rudi Hermawan

sebagai Proyek Perubahan ketika beliau

mengikuti Diklatpim III. Aplikasi Si E-La

Komplain Dengan Hati yang dapat diunduh

melalui smartphone android dibuat secara

swadaya. Gagasan, ide, rancangan aplikasi, dan

mekanisme kerja dilakukan oleh Bapak Rudi

Hermawan, sedangkan untuk eksekusi

pembuatan aplikasinya dibantu oleh tim IT

RSUD dr. Ajiadarmo. Namun untuk beberapa

bagian yang tidak dapat dilakukan oleh tim IT

RSUD dr. Ajiadarmo, pengerjaannya diserahkan

kepada konsultan IT yang bekerjasama dengan

RSUD dr. Ajidarmo. Struktur Sistem Aplikasi Si

E-La Komplain Dengan Hati dibuat sangat user

friendly untuk memudahkan masyarakat dalam

penggunaannya.

C. Tujuan Dan Manfaat Inovasi

Pembuatan Si E-La Komplain Dengan

Hati dan didirikannya gerai layanan pengaduan

ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan pertama adalah agar peningkatan

pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan

baik. Selain itu dengan adanya sistem elektronik

layanan pengaduan ini dapat mempermudah

masyarakat untuk menyampaikan keluhan

pengaduan terkait pelayanan yang ada di RSUD

Ajidarmo, sehingga mempercepat proses

penanganan pengaduan pelayanan. Dan dengan

dibukanya gerai pengaduan, dapat membantu

menjadi sumber evaluasi kinerja sehingga

mampu mewujudkan RSUD Ajidarmo yang

lebih baik.

Manfaat dengan adanya Si E-La

Komplain Dengan Hati ini dapat dirasakan oleh

beberapa stakeholder terkait.

- Bagi Pemerintah Kabupaten Lebak

B e n t u k n y a t a d a r i u s a h a u n t u k

optimalisasi kinerja aparatur di RSUD dr.

Adjidarmo Kabupaten Lebak.

- Bagi RSUD dr. Adjidarmo

Membangun citra aparatur RSUD dr.

Adjidarmo yang beretika, bermoral

professional, tranparan dan bertanggung

jawab.

- Bagi Masyarakat Kabupaten Lebak

dan Sekitarnya

Mewujudkan kepuasan akan pelayanan

t e r h a d a p m a s y a r a k a t d a n

memudahkannya akses pelanggan

terhadap pelayanan rumah sakit.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4443

Si E-la Komplain dengan Hati

Sistem Elektronik Layanan Komplain dengan

Harapan Terlayani Pasti

Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi hampir mempengaruhi seluruh

aspek kehidupan manusia. Kelebihan teknologi

informasi dan komunikasi akan meningkatkan

kinerja suatu lembaga dan akan menghasilkan

informasi secara relevan tepat waktu dan akurat.

Begitu pula perkembangan teknologi dan

informasi ini menjadi era baru bagi rumah sakit,

yang diharapkan dapat memberikan pelayan

yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Seiring dengan meningkatnya tingkat

pendidikan ekonomi, social dan perubahan gaya

hidup yang tidak terlepas dari pengaruh era

digital saat ini, sudah barang tentu akan merubah

pola pikir setiap orang dalam memenuhi

keinginan dan kebutuhannya dalam berbagai

aspek kehidupan, termasuk tentang tuntutan jasa

layanan kesehatan di rumah sakit. Tuntutan

masyarakat sudah lebih mengarah kepada mutu,

kenyamanan, layanan sepenuh hati dan

kepuasan konsumen.

RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak

merupakan salah satu Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Lebak yang memberikan

layanan secara langsung kepada masyarakat.

Sesuai Visi RSUD dr. Ajidarmo yaitu “Menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah yang Handal dan

Berdaya Saing di Provinsi Banten“ dan

berdasarkan Misi RSUD dr. Ajidarmo nomor 4

(empat) yaitu “Mewujudkan Akses Pelayanan

Yang Berkualitas Kepada Masyarakat“, oleh

karena itu RSUD dr. Ajidarmo dituntut dapat

memberikan pelayanan yang terbaik dan

optimal bagi pasiennya.

Dengan banyaknya pelayanan yang

dimiliki, salah satu kendala yang dihadapi oleh

RSUD dr. Ajidarmo yaitu komplain dari pasien.

Selain komplain dari pasien dan keluarga

pasien, ada juga data komplain yang diperoleh

rumah sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dan media massa. Adanya komplain dari

pasien / keluarga pasien dan LSM serta media

massa sebagai bentuk protes, keluhan maupun

masukan saran terhadap pelayanan yang

diberikan rumah sakit tentu tidak boleh

diabaikan dan bahkan harus diapresiasi dan

direspon secara proporsional dan professional.

Karena dengan komplain tersebut berarti rumah

sakit dapat mencari tahu kelemahannya,

sehingga dapat membenahi untuk meningkatkan

kinerja pelayanannya.

MENGAPA Si E-La Komplain?

A. Apa Gagasan Inovasi?

Hal-hal tersebutlah yang membuat

Bapak Rudi Hermawan – Kepala Bidang Tata

Usaha RSUD dr. Ajidarmo - berfikir perlunya

dibuat tatalaksana layanan komplain yang

diharapkan dalam implementasinya membawa

dampak terhadap kepuasan pelanggan. Juga

untuk meningkatkan kualitas pelayanan menjadi

lebih baik, sekaligus wujud integritas dalam

r a n g k a m e n g a w a l p e n y e l e n g g a r a a n

pemerintahan dan pembangunan kesehatan di

Kabupaten Lebak.

Tatalaksana komplain yang dimaksud

tersebut beliau wujudkan dalam bentuk sistem

elektronik layanan pengaduan. Selain itu juga

dibuat sebuah gerai layanan pengaduan untuk

mengakomodir para stakeholder yang ingin

menyampaikan komplain secara langsung.

Dengan adanya sistem elektronik

layanan pengaduan dan gerai layanan

pengaduan ini menjadi sumber dan aspirasi

untuk selalu melakukan evaluasi dan perbaikan

kiner ja berdasarkan atas keluhan dan

pengaduan, sehingga dapat membantu rumah

sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

baik secara medis, teknis, administratif kepada

masyarakat.

B. Originalitas

Si E-La Komplain Dengan Hati ini

merupakan gagasan Bapak Rudi Hermawan

sebagai Proyek Perubahan ketika beliau

mengikuti Diklatpim III. Aplikasi Si E-La

Komplain Dengan Hati yang dapat diunduh

melalui smartphone android dibuat secara

swadaya. Gagasan, ide, rancangan aplikasi, dan

mekanisme kerja dilakukan oleh Bapak Rudi

Hermawan, sedangkan untuk eksekusi

pembuatan aplikasinya dibantu oleh tim IT

RSUD dr. Ajiadarmo. Namun untuk beberapa

bagian yang tidak dapat dilakukan oleh tim IT

RSUD dr. Ajiadarmo, pengerjaannya diserahkan

kepada konsultan IT yang bekerjasama dengan

RSUD dr. Ajidarmo. Struktur Sistem Aplikasi Si

E-La Komplain Dengan Hati dibuat sangat user

friendly untuk memudahkan masyarakat dalam

penggunaannya.

C. Tujuan Dan Manfaat Inovasi

Pembuatan Si E-La Komplain Dengan

Hati dan didirikannya gerai layanan pengaduan

ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan pertama adalah agar peningkatan

pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan

baik. Selain itu dengan adanya sistem elektronik

layanan pengaduan ini dapat mempermudah

masyarakat untuk menyampaikan keluhan

pengaduan terkait pelayanan yang ada di RSUD

Ajidarmo, sehingga mempercepat proses

penanganan pengaduan pelayanan. Dan dengan

dibukanya gerai pengaduan, dapat membantu

menjadi sumber evaluasi kinerja sehingga

mampu mewujudkan RSUD Ajidarmo yang

lebih baik.

Manfaat dengan adanya Si E-La

Komplain Dengan Hati ini dapat dirasakan oleh

beberapa stakeholder terkait.

- Bagi Pemerintah Kabupaten Lebak

B e n t u k n y a t a d a r i u s a h a u n t u k

optimalisasi kinerja aparatur di RSUD dr.

Adjidarmo Kabupaten Lebak.

- Bagi RSUD dr. Adjidarmo

Membangun citra aparatur RSUD dr.

Adjidarmo yang beretika, bermoral

professional, tranparan dan bertanggung

jawab.

- Bagi Masyarakat Kabupaten Lebak

dan Sekitarnya

Mewujudkan kepuasan akan pelayanan

t e r h a d a p m a s y a r a k a t d a n

memudahkannya akses pelanggan

terhadap pelayanan rumah sakit.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4443

Menu Komplain Rawat Inap

Menu Komplain Rawat Inap ini dibuat

untuk melakukan komplain terhadap pelayanan

rawat inap RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten

Lebak. Jika semua data sudah terisi dengan

benar, maka laporan komplain terhadap

pelayanan rawat inap bisa langsung dikirimkan

pengguna.

Menu Komplain Rawat Jalan

Pengguna harus memasukkan nomor medrek yang dimilikinya serta nama lengkap dan juga tanggal lahir untuk melakukan pengecekan apakah data tersebut sudah sesuai dengan database sistem RSUD dr Adjidarmo atau belum. Setelah semua data terisi, pengguna harus menekan tombol “kir im” untuk mengirimkan komplain atau masukan yang

ditujukan terhadap pelayanan rawat jalan dan juga daftar klinik yang dituju.

Menu Balasan Komplain

Menu Balasan Komplain digunakan oleh

pengguna untuk melakukan pengecekan apakah

sudah ada balasan atau belum dari komplain

yang sudah dikirimkan.

Setelah pengguna memasukan nomor

medrek dan juga nama, pengguna harus

menekan tombol CEK KOMPLAIN untuk

menampilkan pesan balasan, maka tampilannya

akan seperti gambar dibawah ini.

BERKENALAN DENGAN APLIKASI SI ELA KOMPLAIN DENGAN HATI

Aplikasi Si E-La Komplain Dengan Hati merupakan sebuah sistem secara elektronik layanan pengaduan yang dikembangkan oleh Bapak Rudi Hermawan yang merupakan Kepala Bagian Tata Usaha RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak. Selama ini banyak complain dari pasien, keluarga pasien, maupun dari LSM dan media massa terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo belum terakomodir dengan baik. D e n g a n a d a n y a a p l i k a s i i n i , s a n g a t memudahkan masyarakat dalam menyampaikan keluhan maupun saran terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo.

MEKANISME KERJA INOVASI SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI

Penggunaan aplikasi ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saj, asalkan terkoneksi dengan internet. Namun pengguna harus terlebih dulu mendownload aplikasi Si E-La Komplain di Playstore dengan menggunakan smartphone android. Selanjutnya pengguna dapat menyampaikan komplain dengan memasukan nomor medrek (nomor rekam medik), nama pasien, tanggal lahir & tahun dan nomor telepon serta menuliskan isi komplain yang ingin disampaikan. Sedangkan untuk melihat balasan komplain cukup memasukan nomor medrek dan nama pasien, selanjutnya akan muncul jawaban dari pihak rumah sakit. Berikut fitur dan menu yang terdapat dalam aplikasi Si E-La tersebut:

Menu Utama

Merupakan awal pada saat aplikasi android Si E-La dibuka, di dalam menu ini terdapat nama aplikasi, logo Kabupaten Lebak & penjelasan singkat dari tujuan dibuatnya aplikasi ini.

Menu Aplikasi Adroid Si –Ela Komplain

Dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Menu Utama, Menu Komplain Rawat Jalan, Menu Komplain Rawat Inap dan juga Menu Balasan Komplain.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4645

Menu Komplain Rawat Inap

Menu Komplain Rawat Inap ini dibuat

untuk melakukan komplain terhadap pelayanan

rawat inap RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten

Lebak. Jika semua data sudah terisi dengan

benar, maka laporan komplain terhadap

pelayanan rawat inap bisa langsung dikirimkan

pengguna.

Menu Komplain Rawat Jalan

Pengguna harus memasukkan nomor medrek yang dimilikinya serta nama lengkap dan juga tanggal lahir untuk melakukan pengecekan apakah data tersebut sudah sesuai dengan database sistem RSUD dr Adjidarmo atau belum. Setelah semua data terisi, pengguna harus menekan tombol “kir im” untuk mengirimkan komplain atau masukan yang

ditujukan terhadap pelayanan rawat jalan dan juga daftar klinik yang dituju.

Menu Balasan Komplain

Menu Balasan Komplain digunakan oleh

pengguna untuk melakukan pengecekan apakah

sudah ada balasan atau belum dari komplain

yang sudah dikirimkan.

Setelah pengguna memasukan nomor

medrek dan juga nama, pengguna harus

menekan tombol CEK KOMPLAIN untuk

menampilkan pesan balasan, maka tampilannya

akan seperti gambar dibawah ini.

BERKENALAN DENGAN APLIKASI SI ELA KOMPLAIN DENGAN HATI

Aplikasi Si E-La Komplain Dengan Hati merupakan sebuah sistem secara elektronik layanan pengaduan yang dikembangkan oleh Bapak Rudi Hermawan yang merupakan Kepala Bagian Tata Usaha RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak. Selama ini banyak complain dari pasien, keluarga pasien, maupun dari LSM dan media massa terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo belum terakomodir dengan baik. D e n g a n a d a n y a a p l i k a s i i n i , s a n g a t memudahkan masyarakat dalam menyampaikan keluhan maupun saran terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo.

MEKANISME KERJA INOVASI SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI

Penggunaan aplikasi ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saj, asalkan terkoneksi dengan internet. Namun pengguna harus terlebih dulu mendownload aplikasi Si E-La Komplain di Playstore dengan menggunakan smartphone android. Selanjutnya pengguna dapat menyampaikan komplain dengan memasukan nomor medrek (nomor rekam medik), nama pasien, tanggal lahir & tahun dan nomor telepon serta menuliskan isi komplain yang ingin disampaikan. Sedangkan untuk melihat balasan komplain cukup memasukan nomor medrek dan nama pasien, selanjutnya akan muncul jawaban dari pihak rumah sakit. Berikut fitur dan menu yang terdapat dalam aplikasi Si E-La tersebut:

Menu Utama

Merupakan awal pada saat aplikasi android Si E-La dibuka, di dalam menu ini terdapat nama aplikasi, logo Kabupaten Lebak & penjelasan singkat dari tujuan dibuatnya aplikasi ini.

Menu Aplikasi Adroid Si –Ela Komplain

Dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Menu Utama, Menu Komplain Rawat Jalan, Menu Komplain Rawat Inap dan juga Menu Balasan Komplain.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4645

c. Perencanaan (Planning)

8 Perencanaan s chedu le proyek perubahan

8 Perencanaan kebutuhan data

8 Perencanaan kebutuhan aplikasi

8 Perencanaan kebutuhan infrastruktur (pembangunan gerai)

8 Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia

8 Perencanaan kebutuhan biaya

d. Persiapan (Organizing)

8 Persiapan dengan Tim kerja Efektif

8 Persiapan dengan Tim IT

8 Diskusi dengan Tenaga Pembuatan Gerai

8 P e r s i a p a n a l a t k e r j a (hardware & software)

e. Pelaksanaan (Actuating)

Ÿ Penyusunan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ FGD Pembahasan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ P e n y u s u n a n r a n c a n g a n instrument Si E-La Komplain

Ÿ Rapat pembahasan rancangan instrumen Si E-La Komplain

Ÿ Pembuatan sistem Si E-La Komplain

Ÿ Pelatihan komunikasi efektif bagi karyawan yang akan d i t u g a s k a n d i g e r a i pengaduan/komplain

Ÿ Uji coba s is tem Si E-La Komplain

Ÿ Penetapan Rancangan SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ P e m b u a t a n g e r a i pengaduan/komplain

Ÿ Sosialisasi gerai pengaduan melalui membuatan media promosi

Ÿ Sosialisasi Si E-La Komplain kepada stakeholder internal dan ekterrnal

Ÿ Sosialisasi alur program Si E-La Komplain kepada Kepala Ruangan, Kepala Instalasi dan pengunjung

Ÿ Persiapan launching Si E-La Komplain

Ÿ Launching Si E-La Komplain Dengan Hati

Ÿ P e n y e m p u r n a a n d a n penggunaan aplikasi Si E-La Komplain

f. Pengawasan (Controlling)

8 Stabilitas aplikasi Si E-La Komplain

8 Stabilitas hardware

8 Proses pelayanan pengaduan di gerai pengaduan

8 Tanggapan/tindak lanjut pengaduan ba ik mela lu i aplikasi maupun di gerai pengaduan

2. Siapa saja pemangku kepentingan?

a) drg. Arif Rahmatullah (Direktur RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran dan

masukan atas penerapan Si E-La Komplain

Tampilan Dari Balasan KompSetelah

pengguna menerima balasan komplain yang diberikan oleh pihak RSUD dr. Adjidarmo, pengguna juga bisa memberikan penilaian terhadap tanggapan yang sudah diberikan dengan memilih button Puas atau Tidak Puas dan menekan tombol KIRIM FEEDBACK.lain

A. SEJARAH PEMBUATAN SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI

1. Tahapan persiapan dan perencanaan?

Upaya untuk memenuhi tuntutan

penerima layanan (masyarakat) sekarang ini lebih mengarah pada mutu, kenyamanan, layanan sepenuh hati dan kepuasan konsumen, untuk itu penyelenggara pelayanan publik perlu menerapkan strategi inovasi maupun terobosan-terobosan untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan penerima layanan serta m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i b a g i pengguna layanan. Dalam hal ini adalah inovasi berupa SI E – LA Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti).

a. Identifikasi masalah

8 Optimalisasi pelayanan pengaduan masyarakat;

8 Penyelenggaraan urusan rumah tangga, kendaraan, k e b e r s i h a n , k e t e r t i b a n , keindahan dan keamanan;

8 P e n y e l e n g g a r a a n pemeliharaan perlengkapan dan pengadaan peralatan medik serta non medik Rumah Sakit;

b. Rumusan masalah

8 Bagaimana tatalaksana pengaduan masyarakat;

8 B a g a i m a n a pendokumentasian setiap pelaporan pengaduan;

8 B a g a i m a n a meningkatkan kinerja dan disiplin waktu pegawai;

8 Bagaimana menciptakan kepuasan masyarakat;

8 Bagaimana koordinasi teknis pengaduan secara internal dan ekternal;

8 B a g a i m a n a pengembangan aplikasi;

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4847

c. Perencanaan (Planning)

8 Perencanaan s chedu le proyek perubahan

8 Perencanaan kebutuhan data

8 Perencanaan kebutuhan aplikasi

8 Perencanaan kebutuhan infrastruktur (pembangunan gerai)

8 Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia

8 Perencanaan kebutuhan biaya

d. Persiapan (Organizing)

8 Persiapan dengan Tim kerja Efektif

8 Persiapan dengan Tim IT

8 Diskusi dengan Tenaga Pembuatan Gerai

8 P e r s i a p a n a l a t k e r j a (hardware & software)

e. Pelaksanaan (Actuating)

Ÿ Penyusunan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ FGD Pembahasan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ P e n y u s u n a n r a n c a n g a n instrument Si E-La Komplain

Ÿ Rapat pembahasan rancangan instrumen Si E-La Komplain

Ÿ Pembuatan sistem Si E-La Komplain

Ÿ Pelatihan komunikasi efektif bagi karyawan yang akan d i t u g a s k a n d i g e r a i pengaduan/komplain

Ÿ Uji coba s is tem Si E-La Komplain

Ÿ Penetapan Rancangan SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain

Ÿ P e m b u a t a n g e r a i pengaduan/komplain

Ÿ Sosialisasi gerai pengaduan melalui membuatan media promosi

Ÿ Sosialisasi Si E-La Komplain kepada stakeholder internal dan ekterrnal

Ÿ Sosialisasi alur program Si E-La Komplain kepada Kepala Ruangan, Kepala Instalasi dan pengunjung

Ÿ Persiapan launching Si E-La Komplain

Ÿ Launching Si E-La Komplain Dengan Hati

Ÿ P e n y e m p u r n a a n d a n penggunaan aplikasi Si E-La Komplain

f. Pengawasan (Controlling)

8 Stabilitas aplikasi Si E-La Komplain

8 Stabilitas hardware

8 Proses pelayanan pengaduan di gerai pengaduan

8 Tanggapan/tindak lanjut pengaduan ba ik mela lu i aplikasi maupun di gerai pengaduan

2. Siapa saja pemangku kepentingan?

a) drg. Arif Rahmatullah (Direktur RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran dan

masukan atas penerapan Si E-La Komplain

Tampilan Dari Balasan KompSetelah

pengguna menerima balasan komplain yang diberikan oleh pihak RSUD dr. Adjidarmo, pengguna juga bisa memberikan penilaian terhadap tanggapan yang sudah diberikan dengan memilih button Puas atau Tidak Puas dan menekan tombol KIRIM FEEDBACK.lain

A. SEJARAH PEMBUATAN SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI

1. Tahapan persiapan dan perencanaan?

Upaya untuk memenuhi tuntutan

penerima layanan (masyarakat) sekarang ini lebih mengarah pada mutu, kenyamanan, layanan sepenuh hati dan kepuasan konsumen, untuk itu penyelenggara pelayanan publik perlu menerapkan strategi inovasi maupun terobosan-terobosan untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan penerima layanan serta m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i b a g i pengguna layanan. Dalam hal ini adalah inovasi berupa SI E – LA Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti).

a. Identifikasi masalah

8 Optimalisasi pelayanan pengaduan masyarakat;

8 Penyelenggaraan urusan rumah tangga, kendaraan, k e b e r s i h a n , k e t e r t i b a n , keindahan dan keamanan;

8 P e n y e l e n g g a r a a n pemeliharaan perlengkapan dan pengadaan peralatan medik serta non medik Rumah Sakit;

b. Rumusan masalah

8 Bagaimana tatalaksana pengaduan masyarakat;

8 B a g a i m a n a pendokumentasian setiap pelaporan pengaduan;

8 B a g a i m a n a meningkatkan kinerja dan disiplin waktu pegawai;

8 Bagaimana menciptakan kepuasan masyarakat;

8 Bagaimana koordinasi teknis pengaduan secara internal dan ekternal;

8 B a g a i m a n a pengembangan aplikasi;

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

4847

- Menyetujui usulan penganggaran aplikasi Si E-La Komplain untuk jangka menengah dan jangka panjang

- Memberikan persetujuan atas dokumen pelaksanaan proyek perubahan Si E-La Komplain

b) dr. Nanchy Cahya (Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran masukan dan

informasi data terkait dengan Si E - L a K o m p l a i n m a u p u n mengimplementasikan pada jangka menengah dan jangka panjang

- Mengapl ikas ikannya pada pelaksanaan tugas dan fungsi di b a w a h k o o r d i n a s i w a d i r pelayanan

c) Hj. Eti Suhaeti, S.SIT., S.K.M., M.Si. (Ka. Bag. Program RSUD dr. Adjidarmo)- Menyiapkan data-data dan

informasi yang dibutuhkan terkait Si E-La Komplain

- Mendukung penerapan Si E-La Komplain

- Mengusulkan dalam dokumen perencanaan untuk dialokasikan p e n g a n g g a r a n n y a a t a s pengimplementasian Si E-La Komplain pada jangka menengah dan jangka panjang

d) Ade Iman Setiawan, S.K.M. ( K e p a l a I P R S R S U D d r . Adjidarmo)- Memberikan dukungan berupa

ketersediaan sarana dan prasarana- Memberikan masukan dan

konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain

e) Hj. Engkoy, S.K.M. (Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan dukungan dengan

mensosia l isas ikan Si E-La

Komplain kepada pasien & keluarga pasien

- Memberikan masukan dan konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain

3. Bagaimana implementasi inovasi?Pelaksanaan Si E-La Komplain tidak lepas dari adanya hambatan / kendala. Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis dalam pengumpulan data untuk pembuatan sistem. Sehingga di awal-awal kesulitan untuk menentukan instrument apa saja yang harus ada di aplikasi Si E-La. Kendala lainnya yaitu tidak adanya dana untuk pembangunan gerai pengaduan. S e l a i n i t u k e t i k a t e r j a d i error/gangguan pada server tidak bisa langsung dilakukan penggantian atau service, melainkan harus menunggu anggaran pemeliharaan dari RSUD dr. Ajidarmo atau menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Namun pada akhirnya, semua permasalahan tersebut dapat teratasi satu per satu, sehingga inovasi ini tetap dapat berjalan.

4. Apakah dilakukan evaluasi pelaksanaan inovasi?Dalam perjalanannya, masih ada beberapa bagian dari aplikasi Si E-La yang perlu dikembangkan. Salah satunya adalah belum tersedianya fitur untuk mengirimkan gambar. Fitur tersebut diperlukan sebagai penguat / bukti jika masyarakat/pasien ingin melakukan komplain. Dengan adanya fitur upload gambar, maka juga akan lebih memudahkan petugas untuk melakukan verifikasi komplain. Fitur tersebut merupakan salah satu dari b e b e r a p a b a g i a n y a n g a k a n dikembangkan ke depannya, demi pemanfaatan Si E-La Komplain yang lebih baik lagi.

PROGRAM KADER “JAMILAH”I. LATAR BELAKANG

Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik

merupakan salah satu puskesmas yang berada di

wilayah pedesaan , dengan mayori tas

masyarakat ekonomi kurang mampu dan

memiliki tingkat pendidikan paling banyak

lulusan sekolah dasar. Hal ini berdampak

kepada status kesehatan masyarakat khususnya

ibu hamil dan balita yang perlu mendapatkan

perhatian.

Berdasarkan data kasus ibu hamil yang

terdeteksi resiko tinggi di wilayah Puskesmas

Rawat Inap Bojongmanik pada trimester 1 tahun

2017 sebanyak 81 kasus dan terjadi kematian

ibu sebanyak 1 kasus. Kegiatan yang sudah

dilakukan selama ini seperti optimalisasi

program P4K, kelas ibu, penyuluhan, kunjungan

rumah sepertinya Kurang berdampak terhadap

cakupan yang telah ditargetkan. Dengan dasar

itulah Puskesmas Rawat inap Bojongmanik

mencoba melakukan kegiatan dengan mengagas

program inovasi JAMILAH.

Melalui dasar itu kini Puskesmas Rawat

Inap Bojongmanik mencoba melakukan

kegiatan dengan menggagas Program Inovatif

guna membantu menyelesaikan masalah itu

melalui kegiatan : PROGRAM INOVASI

“JAMILAH “.

P r o g r a m I n o v a s i “ J A M I L A H ”

Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari

oleh dan untuk masyarakat dalam membantu

dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah sampai

memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa

nifas, di harapka dapat menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” ,

yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg

siaga, dan Bidan Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5049

- Menyetujui usulan penganggaran aplikasi Si E-La Komplain untuk jangka menengah dan jangka panjang

- Memberikan persetujuan atas dokumen pelaksanaan proyek perubahan Si E-La Komplain

b) dr. Nanchy Cahya (Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran masukan dan

informasi data terkait dengan Si E - L a K o m p l a i n m a u p u n mengimplementasikan pada jangka menengah dan jangka panjang

- Mengapl ikas ikannya pada pelaksanaan tugas dan fungsi di b a w a h k o o r d i n a s i w a d i r pelayanan

c) Hj. Eti Suhaeti, S.SIT., S.K.M., M.Si. (Ka. Bag. Program RSUD dr. Adjidarmo)- Menyiapkan data-data dan

informasi yang dibutuhkan terkait Si E-La Komplain

- Mendukung penerapan Si E-La Komplain

- Mengusulkan dalam dokumen perencanaan untuk dialokasikan p e n g a n g g a r a n n y a a t a s pengimplementasian Si E-La Komplain pada jangka menengah dan jangka panjang

d) Ade Iman Setiawan, S.K.M. ( K e p a l a I P R S R S U D d r . Adjidarmo)- Memberikan dukungan berupa

ketersediaan sarana dan prasarana- Memberikan masukan dan

konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain

e) Hj. Engkoy, S.K.M. (Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan dukungan dengan

mensosia l isas ikan Si E-La

Komplain kepada pasien & keluarga pasien

- Memberikan masukan dan konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain

3. Bagaimana implementasi inovasi?Pelaksanaan Si E-La Komplain tidak lepas dari adanya hambatan / kendala. Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis dalam pengumpulan data untuk pembuatan sistem. Sehingga di awal-awal kesulitan untuk menentukan instrument apa saja yang harus ada di aplikasi Si E-La. Kendala lainnya yaitu tidak adanya dana untuk pembangunan gerai pengaduan. S e l a i n i t u k e t i k a t e r j a d i error/gangguan pada server tidak bisa langsung dilakukan penggantian atau service, melainkan harus menunggu anggaran pemeliharaan dari RSUD dr. Ajidarmo atau menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Namun pada akhirnya, semua permasalahan tersebut dapat teratasi satu per satu, sehingga inovasi ini tetap dapat berjalan.

4. Apakah dilakukan evaluasi pelaksanaan inovasi?Dalam perjalanannya, masih ada beberapa bagian dari aplikasi Si E-La yang perlu dikembangkan. Salah satunya adalah belum tersedianya fitur untuk mengirimkan gambar. Fitur tersebut diperlukan sebagai penguat / bukti jika masyarakat/pasien ingin melakukan komplain. Dengan adanya fitur upload gambar, maka juga akan lebih memudahkan petugas untuk melakukan verifikasi komplain. Fitur tersebut merupakan salah satu dari b e b e r a p a b a g i a n y a n g a k a n dikembangkan ke depannya, demi pemanfaatan Si E-La Komplain yang lebih baik lagi.

PROGRAM KADER “JAMILAH”I. LATAR BELAKANG

Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik

merupakan salah satu puskesmas yang berada di

wilayah pedesaan , dengan mayori tas

masyarakat ekonomi kurang mampu dan

memiliki tingkat pendidikan paling banyak

lulusan sekolah dasar. Hal ini berdampak

kepada status kesehatan masyarakat khususnya

ibu hamil dan balita yang perlu mendapatkan

perhatian.

Berdasarkan data kasus ibu hamil yang

terdeteksi resiko tinggi di wilayah Puskesmas

Rawat Inap Bojongmanik pada trimester 1 tahun

2017 sebanyak 81 kasus dan terjadi kematian

ibu sebanyak 1 kasus. Kegiatan yang sudah

dilakukan selama ini seperti optimalisasi

program P4K, kelas ibu, penyuluhan, kunjungan

rumah sepertinya Kurang berdampak terhadap

cakupan yang telah ditargetkan. Dengan dasar

itulah Puskesmas Rawat inap Bojongmanik

mencoba melakukan kegiatan dengan mengagas

program inovasi JAMILAH.

Melalui dasar itu kini Puskesmas Rawat

Inap Bojongmanik mencoba melakukan

kegiatan dengan menggagas Program Inovatif

guna membantu menyelesaikan masalah itu

melalui kegiatan : PROGRAM INOVASI

“JAMILAH “.

P r o g r a m I n o v a s i “ J A M I L A H ”

Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari

oleh dan untuk masyarakat dalam membantu

dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah sampai

memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa

nifas, di harapka dapat menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” ,

yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg

siaga, dan Bidan Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5049

Peran para kader yang selalu SIAGA

membantu dan mefasilitasi ibu – ibu hamil

bermasalah menjadi faktor keberhasilan

Program Inovasi “JAMILAH”, disamping itu

peran Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik

sebagai Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi Ibu

Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dengan factor

resiko.

Ibu Hamil yang menjadi sasaran meraka

adalah ibu hamil yang beresiko tinggi

,diantaranya :

· Ibu hamil yang berusia kurang

dari 20 tahun dan diatas 35 tahun

· Jarak kehamilan yang terlalu

dekat

· Grande multipara

· Riwayat operasi Caesar

· HDK

· Gemeli

· Sungsang

· Susp/ Baby Giant

· Dll

I. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA

A. PENGORGANISASIAN PROGRAM

PELINDUNGKEPALA PUSKESMAS

PENANGGUNG JAWABBIDAN KOORDINASI

KETUAYETI. Amd.Keb

PENANGGUNG JAWABJAMILAH DESA

9 BIDAN DESA

BOJONG MANIK

MEKAR MANIK

CIMAYANGPARAKAN

BEUSIKEBON

CAUHARJAWANA

KADURAHAYU

MEKARRAHAYU

PASIRBITUNG

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5251

Peran para kader yang selalu SIAGA

membantu dan mefasilitasi ibu – ibu hamil

bermasalah menjadi faktor keberhasilan

Program Inovasi “JAMILAH”, disamping itu

peran Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik

sebagai Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi Ibu

Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dengan factor

resiko.

Ibu Hamil yang menjadi sasaran meraka

adalah ibu hamil yang beresiko tinggi

,diantaranya :

· Ibu hamil yang berusia kurang

dari 20 tahun dan diatas 35 tahun

· Jarak kehamilan yang terlalu

dekat

· Grande multipara

· Riwayat operasi Caesar

· HDK

· Gemeli

· Sungsang

· Susp/ Baby Giant

· Dll

I. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA

A. PENGORGANISASIAN PROGRAM

PELINDUNGKEPALA PUSKESMAS

PENANGGUNG JAWABBIDAN KOORDINASI

KETUAYETI. Amd.Keb

PENANGGUNG JAWABJAMILAH DESA

9 BIDAN DESA

BOJONG MANIK

MEKAR MANIK

CIMAYANGPARAKAN

BEUSIKEBON

CAUHARJAWANA

KADURAHAYU

MEKARRAHAYU

PASIRBITUNG

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5251

B. TATA HUBUNGAN KERJA ADAN ALUR PELAPORAN

KETUA � : YETI, Amd.Keb

STRUKTUR ORGANISASI KADER JAMILAHKETUA � � : AGUS TRIATNA

SEKRETARIS�� : JENAB

BENDAHARA� : UMYATI�

ANGGOTA� � :

DESA BOJONGMANIK � � : IDA, ESIH, PIPIT, IYAM, AAN, ETI, IDRUS

DESA MEKARMANIK � � : ARIS, JUNED, YATI,UUM,ARTA, AAS, NYAI

DESA CIMAYANG � : ARTA, MINGGU, IDA, ATI, MUBIN, SANI, HAYAH,

SUMIYATI,ANA

DESA PARAKANBEUSI� � : ADE, SANAH, EHA, SUBANDI, WIWIN, ITING,

RUBANA, NINIS, EDI , ERUM, SARI

DESA KEBONCAU� : ANI, SUHANAH, SAROH, ACIH, ENAH, MENAH, SIDIK,

SAHRONI

DESA HARJAWANA � : OYAH, HERNI, RITA, JIAH, DEDEH

DESA KADURAHAYU � : UJANG, IWAN, ENAH, ESIH, ENJEN, HARUN

C. TUJUAN

TujuanUmum�:

1. Zero kematian ibu dan Anak

Tujuan Khusus� :

- Semua ibu hamil terdata, ter ANC (standar 10 T)

- Semua ibu hamil terdeteksi resiko kehamilnnya

- Ibu Hamil beresiko (bermasalah) tertangani

- Ibu Nifas terpanta ibu Nifas Resti tertangani

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Ÿ Mendata ibu hamil yang ada di desa

Ÿ Melaporkan data ibu hamil ke Bidan Desa

Ÿ Memantau ibu hamil yang beresiko

Ÿ Menjemput ibu hamil ke Rumahnya

Ÿ Memfasilitasi ibu hamil untuk periksa ke Petugas Kesehatan

Ÿ Mengantar ibu hamil ke Fasilitas Kesehatan bekerjasam dengan ojeg SIAGA

Ÿ Memantau kesehatan sampai Ibu Nifas

E. C A R A M E L A K S A N A K A N KEGIATAN

Bentuk pelaksanaan kegiatan Program Inovasi “JAMILAH” diawali dari hasil pendataan ibu hamil, dilakukan pemeriksaan Bidan , di laporkan kepada kader “JAMILAH” untuk dibantu, difasilitasi, di pantau, diamati, di jemput dan di antar ke fasilitas kesehatan jika ada ibu hamil yang beresiko untuk penanganan lebih lanjut. Kader “JAMILAH” di bekali ilmu tentang pentingnya penanganan ibu hamil yang bermasalah.

Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik menjadi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang memfasilitasi pelayanan Kesehatan anggota “JAMILAH” , dengan memberikan pelayanan yang terdiri dari :

Ÿ Antrian dibedakan dengan kunjungan pasien lain

Ÿ Memberikan pelayanan ANC terpadu oleh Bidan yang profesional, kompeten dan berpengalaman.

Ÿ Periksa Laboratorium

Ÿ Periksa oleh dokter (USG,Konseling)

Ÿ Konsul ke Poli Gigi

Ÿ Konsul ke klinik Gizi

Ÿ Rujuk ke Poli Kebidanan /IGM RSUD ADJI DARMO , RS. KARTINI dan RS. MISI jika ada masalah yang harus di tangani oleh dokter spesialis kebidanan.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5453

B. TATA HUBUNGAN KERJA ADAN ALUR PELAPORAN

KETUA � : YETI, Amd.Keb

STRUKTUR ORGANISASI KADER JAMILAHKETUA � � : AGUS TRIATNA

SEKRETARIS�� : JENAB

BENDAHARA� : UMYATI�

ANGGOTA� � :

DESA BOJONGMANIK � � : IDA, ESIH, PIPIT, IYAM, AAN, ETI, IDRUS

DESA MEKARMANIK � � : ARIS, JUNED, YATI,UUM,ARTA, AAS, NYAI

DESA CIMAYANG � : ARTA, MINGGU, IDA, ATI, MUBIN, SANI, HAYAH,

SUMIYATI,ANA

DESA PARAKANBEUSI� � : ADE, SANAH, EHA, SUBANDI, WIWIN, ITING,

RUBANA, NINIS, EDI , ERUM, SARI

DESA KEBONCAU� : ANI, SUHANAH, SAROH, ACIH, ENAH, MENAH, SIDIK,

SAHRONI

DESA HARJAWANA � : OYAH, HERNI, RITA, JIAH, DEDEH

DESA KADURAHAYU � : UJANG, IWAN, ENAH, ESIH, ENJEN, HARUN

C. TUJUAN

TujuanUmum�:

1. Zero kematian ibu dan Anak

Tujuan Khusus� :

- Semua ibu hamil terdata, ter ANC (standar 10 T)

- Semua ibu hamil terdeteksi resiko kehamilnnya

- Ibu Hamil beresiko (bermasalah) tertangani

- Ibu Nifas terpanta ibu Nifas Resti tertangani

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Ÿ Mendata ibu hamil yang ada di desa

Ÿ Melaporkan data ibu hamil ke Bidan Desa

Ÿ Memantau ibu hamil yang beresiko

Ÿ Menjemput ibu hamil ke Rumahnya

Ÿ Memfasilitasi ibu hamil untuk periksa ke Petugas Kesehatan

Ÿ Mengantar ibu hamil ke Fasilitas Kesehatan bekerjasam dengan ojeg SIAGA

Ÿ Memantau kesehatan sampai Ibu Nifas

E. C A R A M E L A K S A N A K A N KEGIATAN

Bentuk pelaksanaan kegiatan Program Inovasi “JAMILAH” diawali dari hasil pendataan ibu hamil, dilakukan pemeriksaan Bidan , di laporkan kepada kader “JAMILAH” untuk dibantu, difasilitasi, di pantau, diamati, di jemput dan di antar ke fasilitas kesehatan jika ada ibu hamil yang beresiko untuk penanganan lebih lanjut. Kader “JAMILAH” di bekali ilmu tentang pentingnya penanganan ibu hamil yang bermasalah.

Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik menjadi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang memfasilitasi pelayanan Kesehatan anggota “JAMILAH” , dengan memberikan pelayanan yang terdiri dari :

Ÿ Antrian dibedakan dengan kunjungan pasien lain

Ÿ Memberikan pelayanan ANC terpadu oleh Bidan yang profesional, kompeten dan berpengalaman.

Ÿ Periksa Laboratorium

Ÿ Periksa oleh dokter (USG,Konseling)

Ÿ Konsul ke Poli Gigi

Ÿ Konsul ke klinik Gizi

Ÿ Rujuk ke Poli Kebidanan /IGM RSUD ADJI DARMO , RS. KARTINI dan RS. MISI jika ada masalah yang harus di tangani oleh dokter spesialis kebidanan.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5453

F. SASARAN

1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

dengan resiko tinggi

G J A D W A L P E L A K S A N A A N

KEGIATAN

Pelaksanaan program inovasi

“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan

:

1. Persiapan

Ÿ Di lakukan pertemuan dengan

intern puskesmas yang di ikuti

oleh semua bidan, perawat, dan

pe tugas la in yang ada d i

lingkungan puskesmas rawat

i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a

pertemuan itu kepala puskesmas

r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k

memberikan kesempatan kepada

s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k

membuat ideu / inovasi kegitan

yang bias memberikan inovasi

untuk masyarakat, dari hasil

pertemuan itu munculah ideu

yang di sepakati oleh kepala

p u s k e s m a s r a w a t i n a p

bojongmanik yaitu “ Program

Inovasi Jamilah ”.

Ÿ Per temuan se lanju tnya d i

lakukan dengan kerjasama lintas

sector yang di hadiri oleh camat,

kepala desa dan unsur lain yang

ada di wilayah kecamatan

bojongmanik seperti : ketua Tim

penggerak PKK kecamatan,

ketua Tim Penggerak desa, toga,

tomasy dan kader.

Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan

d e n g a n m e m b e n t u k T I M

JAMILAH yang di ikuti oleh

k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i

masyarakat dan tukang ojeg

yang bersedia menjadi kader

JAMILAH . Dari pertemuan itu

di bahas tentang peran dan tugas

kader JAMILAH juga peran dan

tugas Ojeg JAMILAH juga di

bekali ilmu tentang pentingnya

pemeriksaan ibu hamil , tanda

bahaya pada kehamilan, masalah

– masalah resiko tinggi pada ibu

hamil sehingga secara dini

deteksi resiko bisa di deteksi

oleh masyarakat.

Ÿ Kegiatan program inovasi

JAMILAH ini di kukuhkan

dengan di SK kan oleh kepala

desa.

Ÿ

2. Pelaksanaan

- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r

JAMILAH melakukan pendataan

- Bidan desa melakukan pemeriksaan

ibu hamil (ANC)

- Bidan desa memberikan data ibu

hamil yang beresiko

- Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil

- Mengajak dan memotivasi ibu

h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n

pelayanan secara terintegrasi di

fasilitas kesehatan.

- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu

hamil ke fasilitas kesehata

- Kader JAMILAH mendampingi ibu

hamil ke fasilitas kesehatan, dan

membantu serangkaian proses dari

awal pendtafran , ke ruang KIA,

ruang dokter , laboratorium, dan

apotik.

F. SASARAN

1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

dengan resiko tinggi

G J A D W A L P E L A K S A N A A N

KEGIATAN

Pelaksanaan program inovasi

“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan

:

1. Persiapan

Ÿ Di lakukan pertemuan dengan

intern puskesmas yang di ikuti

oleh semua bidan, perawat, dan

pe tugas la in yang ada d i

lingkungan puskesmas rawat

i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a

pertemuan itu kepala puskesmas

r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k

memberikan kesempatan kepada

s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k

membuat ideu / inovasi kegitan

yang bias memberikan inovasi

untuk masyarakat, dari hasil

pertemuan itu munculah ideu

yang di sepakati oleh kepala

p u s k e s m a s r a w a t i n a p

bojongmanik yaitu “ Program

Inovasi Jamilah ”.

Ÿ Per temuan se lanju tnya d i

lakukan dengan kerjasama lintas

sector yang di hadiri oleh camat,

kepala desa dan unsur lain yang

ada di wilayah kecamatan

bojongmanik seperti : ketua Tim

penggerak PKK kecamatan,

ketua Tim Penggerak desa, toga,

tomasy dan kader.

Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan

d e n g a n m e m b e n t u k T I M

JAMILAH yang di ikuti oleh

k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i

masyarakat dan tukang ojeg

yang bersedia menjadi kader

JAMILAH . Dari pertemuan itu

di bahas tentang peran dan tugas

kader JAMILAH juga peran dan

tugas Ojeg JAMILAH juga di

bekali ilmu tentang pentingnya

pemeriksaan ibu hamil , tanda

bahaya pada kehamilan, masalah

– masalah resiko tinggi pada ibu

hamil sehingga secara dini

deteksi resiko bisa di deteksi

oleh masyarakat.

Ÿ Kegiatan program inovasi

JAMILAH ini di kukuhkan

dengan di SK kan oleh kepala

desa.

Ÿ

2. Pelaksanaan

- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r

JAMILAH melakukan pendataan

- Bidan desa melakukan pemeriksaan

ibu hamil (ANC)

- Bidan desa memberikan data ibu

hamil yang beresiko

- Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil

- Mengajak dan memotivasi ibu

h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n

pelayanan secara terintegrasi di

fasilitas kesehatan.

- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu

hamil ke fasilitas kesehata

- Kader JAMILAH mendampingi ibu

hamil ke fasilitas kesehatan, dan

membantu serangkaian proses dari

awal pendtafran , ke ruang KIA,

ruang dokter , laboratorium, dan

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5655

F. SASARAN

1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

dengan resiko tinggi

G J A D W A L P E L A K S A N A A N

KEGIATAN

Pelaksanaan program inovasi

“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan

:

1. Persiapan

Ÿ Di lakukan pertemuan dengan

intern puskesmas yang di ikuti

oleh semua bidan, perawat, dan

pe tugas la in yang ada d i

lingkungan puskesmas rawat

i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a

pertemuan itu kepala puskesmas

r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k

memberikan kesempatan kepada

s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k

membuat ideu / inovasi kegitan

yang bias memberikan inovasi

untuk masyarakat, dari hasil

pertemuan itu munculah ideu

yang di sepakati oleh kepala

p u s k e s m a s r a w a t i n a p

bojongmanik yaitu “ Program

Inovasi Jamilah ”.

Ÿ Per temuan se lanju tnya d i

lakukan dengan kerjasama lintas

sector yang di hadiri oleh camat,

kepala desa dan unsur lain yang

ada di wilayah kecamatan

bojongmanik seperti : ketua Tim

penggerak PKK kecamatan,

ketua Tim Penggerak desa, toga,

tomasy dan kader.

Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan

d e n g a n m e m b e n t u k T I M

JAMILAH yang di ikuti oleh

k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i

masyarakat dan tukang ojeg

yang bersedia menjadi kader

JAMILAH . Dari pertemuan itu

di bahas tentang peran dan tugas

kader JAMILAH juga peran dan

tugas Ojeg JAMILAH juga di

bekali ilmu tentang pentingnya

pemeriksaan ibu hamil , tanda

bahaya pada kehamilan, masalah

– masalah resiko tinggi pada ibu

hamil sehingga secara dini

deteksi resiko bisa di deteksi

oleh masyarakat.

Ÿ Kegiatan program inovasi

JAMILAH ini di kukuhkan

dengan di SK kan oleh kepala

desa.

Ÿ

2. Pelaksanaan

- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r

JAMILAH melakukan pendataan

- Bidan desa melakukan pemeriksaan

ibu hamil (ANC)

- Bidan desa memberikan data ibu

hamil yang beresiko

- Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil

- Mengajak dan memotivasi ibu

h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n

pelayanan secara terintegrasi di

fasilitas kesehatan.

- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu

hamil ke fasilitas kesehata

- Kader JAMILAH mendampingi ibu

hamil ke fasilitas kesehatan, dan

membantu serangkaian proses dari

awal pendtafran , ke ruang KIA,

ruang dokter , laboratorium, dan

apotik.

F. SASARAN

1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas

dengan resiko tinggi

G J A D W A L P E L A K S A N A A N

KEGIATAN

Pelaksanaan program inovasi

“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan

:

1. Persiapan

Ÿ Di lakukan pertemuan dengan

intern puskesmas yang di ikuti

oleh semua bidan, perawat, dan

pe tugas la in yang ada d i

lingkungan puskesmas rawat

i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a

pertemuan itu kepala puskesmas

r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k

memberikan kesempatan kepada

s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k

membuat ideu / inovasi kegitan

yang bias memberikan inovasi

untuk masyarakat, dari hasil

pertemuan itu munculah ideu

yang di sepakati oleh kepala

p u s k e s m a s r a w a t i n a p

bojongmanik yaitu “ Program

Inovasi Jamilah ”.

Ÿ Per temuan se lanju tnya d i

lakukan dengan kerjasama lintas

sector yang di hadiri oleh camat,

kepala desa dan unsur lain yang

ada di wilayah kecamatan

bojongmanik seperti : ketua Tim

penggerak PKK kecamatan,

ketua Tim Penggerak desa, toga,

tomasy dan kader.

Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan

d e n g a n m e m b e n t u k T I M

JAMILAH yang di ikuti oleh

k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i

masyarakat dan tukang ojeg

yang bersedia menjadi kader

JAMILAH . Dari pertemuan itu

di bahas tentang peran dan tugas

kader JAMILAH juga peran dan

tugas Ojeg JAMILAH juga di

bekali ilmu tentang pentingnya

pemeriksaan ibu hamil , tanda

bahaya pada kehamilan, masalah

– masalah resiko tinggi pada ibu

hamil sehingga secara dini

deteksi resiko bisa di deteksi

oleh masyarakat.

Ÿ Kegiatan program inovasi

JAMILAH ini di kukuhkan

dengan di SK kan oleh kepala

desa.

Ÿ

2. Pelaksanaan

- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r

JAMILAH melakukan pendataan

- Bidan desa melakukan pemeriksaan

ibu hamil (ANC)

- Bidan desa memberikan data ibu

hamil yang beresiko

- Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil

- Mengajak dan memotivasi ibu

h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n

pelayanan secara terintegrasi di

fasilitas kesehatan.

- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu

hamil ke fasilitas kesehata

- Kader JAMILAH mendampingi ibu

hamil ke fasilitas kesehatan, dan

membantu serangkaian proses dari

awal pendtafran , ke ruang KIA,

ruang dokter , laboratorium, dan

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5655

Ÿ Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil , ibu bersalin

sampai masa nifas.

3. Evaluasi

� Kegiatan inovasi JAMILAH di

evaluasi setiap 3 bulan sekali, kepala puskesmas

, bidan desa, kader dan ojeg berkumpul

membahas kegiatan dan maslah-maslah yang

dihadapi serta mencari solusi bersama untuk

pemecahan masalah tersebut.

H. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan pelaksanaan program inovasi

JAMILAH di lakukan setiap selesai membantu

ibu hamil dari Puskesmas / Rumah sakit dan di

laporkan setiap akhir bulan ke Bidan Desa.

INDIKATOR 2017 SEMESTER 1 2018

STATUS

K1 82,39 % 40,8% Meningkat

K4 68, 22 % 38% Meningkat

Linakes 75,60 % 43.8 %Meningkat

Linakes Faskes 61, 80 % 34.8% Meningkat

KN1 102,4 % 58.5% Meningkat

KNL 101,8 % 51%Meningkat

PK 99,8 % 86,79% Meningkat

PKN 87 9 % 66,20% Meningkat

Kunjungan Bayi 98,7 % 45,97%Meningkat

Pelayanan Balita 55,4 % 37,9%

Meningkat

Kematian Ibu 2 1 Tetap

Kematian Bayi 9 2

KEBERHASILAN KADER JAMILAH

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5827

Ÿ Kader JAMILAH memantau

kondisi ibu hamil , ibu bersalin

sampai masa nifas.

3. Evaluasi

� Kegiatan inovasi JAMILAH di

evaluasi setiap 3 bulan sekali, kepala puskesmas

, bidan desa, kader dan ojeg berkumpul

membahas kegiatan dan maslah-maslah yang

dihadapi serta mencari solusi bersama untuk

pemecahan masalah tersebut.

H. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan pelaksanaan program inovasi

JAMILAH di lakukan setiap selesai membantu

ibu hamil dari Puskesmas / Rumah sakit dan di

laporkan setiap akhir bulan ke Bidan Desa.

INDIKATOR 2017 SEMESTER 1 2018

STATUS

K1 82,39 % 40,8% Meningkat

K4 68, 22 % 38% Meningkat

Linakes 75,60 % 43.8 %Meningkat

Linakes Faskes 61, 80 % 34.8% Meningkat

KN1 102,4 % 58.5% Meningkat

KNL 101,8 % 51%Meningkat

PK 99,8 % 86,79% Meningkat

PKN 87 9 % 66,20% Meningkat

Kunjungan Bayi 98,7 % 45,97%Meningkat

Pelayanan Balita 55,4 % 37,9%

Meningkat

Kematian Ibu 2 1 Tetap

Kematian Bayi 9 2

KEBERHASILAN KADER JAMILAH

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

5827

Kehadiran inovasi di birokrasi tidak melulu lahir dari pimpinan. Setiap orang dalam satu organsiasi yang memahami kondisi organisasi tersebut bisa mencetuskan ide inovasi. Hal ini terjadi di Kabupaten Lebak. Ide inovasi yang bertahan hingga saat ini bahkan sudah memberikan manfaat berasal dari para pejabat struktural eseleon III bahkan dari staf. Keberhasilan implementasi ide inovasi ini tentu karena ada dukungan dari pimpinan organisasi. Pimpinan memberikan ruang kepada seluruh elemen dalam organisasi untuk berkreasi dalam r a n g k a m e m p e r b a i k i m a s a l a h d a n mengembangkan organisasi. Inovasi aplikasi pelayanan AK-1 di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi diinisiasi oleh seorang staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bernama Bapak Rocky Gumilang. Inovasi Klinik Konsultasi Dana Desa merupakan hasil Proyek Perubahan dari Bapak Drs. Halson Nainggolan, M.Si yang merupakan Inspektur di Inspketorat Kabupaten Lebak. Inovasi Atikan merupakan hasil inovasi dari Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dinas Arsip dan Perpustakaan, yaitu Bapak Unang Muslihat. Dan inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati merupakan inovasi yang berasal dari Bapak Rudi Hermawan yang merupakan pejabat eselon III di RSUD Ajidarmo.

Inovasi yang lahir dari pihak yang m e m a h a m i o rg a n i s a s i , p a s t i m a m p u menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi. masalah yang dihadapi oleh Disnakertrans adalah tingginya angka penduduk yang membuntuhkan kartu kuning sehingga membuat antrian yang panjang. Dengan adanya inovasi aplikasi pelayanan AK-1 ini dapat memotong waktu pengurusan Kartu Kuning, sebelumnya untuk 1 orang bisa mencapai lebih dari 6 menit menjadi hanya 30 detik. Apabila dalam satu hari ada yang mendaftar sebanyak 100 orang maka terjadi efisiensi waktu selaa 500 menit dalam satu hari. Masyarakat pun tidak banyak menghabiskan waktu untuk menunggu

penyelesaian kartu kuning. Manfaat yang didapatkan dari inovasi Kade adalah para perangkat desa yang mengelola dana desa mendapatkan manfaat secara langsung dari penjelasan para auditor. Inovasi ini juga m e n d a p a t k a n d u k u n g a n d a r i b a n y a k stakeholders mengingat peruntukan dana desa sangat urgent untuk memajukan desa dan masyarakat desa.

Pada awalnya arsip-arsip yang ada di Dinas Arsip dan Perpustakaan masih belum teratur. Apabila ada masyarakat yang hendak m e n c a r i a r s i p , s a n g a t s u l i t u n t u k menemukannya. Padahal arsip adalah bukti sejarah yang sangat penting untuk dipelihara. Oleh karena itu inovasi ATIKAN ini hadir. Setelah adanya inovasi ATIKAN, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari arsip. Hal ini dikarenakan penyimpanan arsip yang sudah teratur dan dibuat databasenya dengan Microsoft Access. Sedangkan lahirnya inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati karena banyaknya keluhan dari pengguna layanan RSUD yang belum ditangani dengan baik. Sebelum adanya inovasi ini media untuk menyampaikan complain juga belum difasilitasi dengan baik. Setelah adanya inovasi ini pihak Rumah Sakit dapat segera merespon keluhan masyarakat. Pihak rumah sakit juga bisa segera memperbaiki jika ada kesalahan dari pihak Rumah Sakit. Cepat atau lambat kesembuhan pasien juga dipengaruhi oleh pelayanan Rumah Sakit.

4 inovasi di 4 sektor tersebut menjadi bukt i bahwa Kabupaten Lebak ser ius membenahi tata pemerintahan dan pelayanan public untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semoga OPD-OPD lainnya menjadi lebih semangat untuk berinovasi dan mau menjadikan inovasi sebagai lifestyle dalam birokrasi. Ekosistem inovasi harus dibangun di organsasi. Inovasi yang sudah dihasilkan harus menjadi milik bersama, bukan milik individual lagi. Inovasi ini menjadi produk bersama dan kebanggan Kabupaten Lebak.

EPILOG

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

6029

Kehadiran inovasi di birokrasi tidak melulu lahir dari pimpinan. Setiap orang dalam satu organsiasi yang memahami kondisi organisasi tersebut bisa mencetuskan ide inovasi. Hal ini terjadi di Kabupaten Lebak. Ide inovasi yang bertahan hingga saat ini bahkan sudah memberikan manfaat berasal dari para pejabat struktural eseleon III bahkan dari staf. Keberhasilan implementasi ide inovasi ini tentu karena ada dukungan dari pimpinan organisasi. Pimpinan memberikan ruang kepada seluruh elemen dalam organisasi untuk berkreasi dalam r a n g k a m e m p e r b a i k i m a s a l a h d a n mengembangkan organisasi. Inovasi aplikasi pelayanan AK-1 di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi diinisiasi oleh seorang staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bernama Bapak Rocky Gumilang. Inovasi Klinik Konsultasi Dana Desa merupakan hasil Proyek Perubahan dari Bapak Drs. Halson Nainggolan, M.Si yang merupakan Inspektur di Inspketorat Kabupaten Lebak. Inovasi Atikan merupakan hasil inovasi dari Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dinas Arsip dan Perpustakaan, yaitu Bapak Unang Muslihat. Dan inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati merupakan inovasi yang berasal dari Bapak Rudi Hermawan yang merupakan pejabat eselon III di RSUD Ajidarmo.

Inovasi yang lahir dari pihak yang m e m a h a m i o rg a n i s a s i , p a s t i m a m p u menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi. masalah yang dihadapi oleh Disnakertrans adalah tingginya angka penduduk yang membuntuhkan kartu kuning sehingga membuat antrian yang panjang. Dengan adanya inovasi aplikasi pelayanan AK-1 ini dapat memotong waktu pengurusan Kartu Kuning, sebelumnya untuk 1 orang bisa mencapai lebih dari 6 menit menjadi hanya 30 detik. Apabila dalam satu hari ada yang mendaftar sebanyak 100 orang maka terjadi efisiensi waktu selaa 500 menit dalam satu hari. Masyarakat pun tidak banyak menghabiskan waktu untuk menunggu

penyelesaian kartu kuning. Manfaat yang didapatkan dari inovasi Kade adalah para perangkat desa yang mengelola dana desa mendapatkan manfaat secara langsung dari penjelasan para auditor. Inovasi ini juga m e n d a p a t k a n d u k u n g a n d a r i b a n y a k stakeholders mengingat peruntukan dana desa sangat urgent untuk memajukan desa dan masyarakat desa.

Pada awalnya arsip-arsip yang ada di Dinas Arsip dan Perpustakaan masih belum teratur. Apabila ada masyarakat yang hendak m e n c a r i a r s i p , s a n g a t s u l i t u n t u k menemukannya. Padahal arsip adalah bukti sejarah yang sangat penting untuk dipelihara. Oleh karena itu inovasi ATIKAN ini hadir. Setelah adanya inovasi ATIKAN, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari arsip. Hal ini dikarenakan penyimpanan arsip yang sudah teratur dan dibuat databasenya dengan Microsoft Access. Sedangkan lahirnya inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati karena banyaknya keluhan dari pengguna layanan RSUD yang belum ditangani dengan baik. Sebelum adanya inovasi ini media untuk menyampaikan complain juga belum difasilitasi dengan baik. Setelah adanya inovasi ini pihak Rumah Sakit dapat segera merespon keluhan masyarakat. Pihak rumah sakit juga bisa segera memperbaiki jika ada kesalahan dari pihak Rumah Sakit. Cepat atau lambat kesembuhan pasien juga dipengaruhi oleh pelayanan Rumah Sakit.

4 inovasi di 4 sektor tersebut menjadi bukt i bahwa Kabupaten Lebak ser ius membenahi tata pemerintahan dan pelayanan public untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semoga OPD-OPD lainnya menjadi lebih semangat untuk berinovasi dan mau menjadikan inovasi sebagai lifestyle dalam birokrasi. Ekosistem inovasi harus dibangun di organsasi. Inovasi yang sudah dihasilkan harus menjadi milik bersama, bukan milik individual lagi. Inovasi ini menjadi produk bersama dan kebanggan Kabupaten Lebak.

EPILOG

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

6029