Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi...
Transcript of Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi...
Hak Cipta @2018 pada Pusat Inovasi Tata Pemerintahan – Deputi Inovasi Administrasi Negara – Lembaga Administrasi Negara (Pusat INTAN – DIAN – LAN)
Diterbitkan dan dipublikasikan oleh:Pusat INTAN – DIAN – LANJl. Veteran No. 10, Jakarta Pusat 10110Telp/Fax: 021 386 8201-05 ext 149-151www.inovasi.lan.go.id
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Diperbolehkan memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun, baik secara elektronik, maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya.
Catatan: BUKAN UNTUK KEPENTINGAN DIPERJUALBELIKAN
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
BAPPEDA KABUPATEN LEBAK i
imenyusun
KATA PENGANTAR
Tuhan memberikan akal budi kepada manusia agar dapat menjadikan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik lagi. Lahirnya inovasi adalah buah pikir dari akal budi yang kita miliki dielaborasi dengan pengalaman dalam dunia kerja. Inovasi ini �dak harus lahir dari kepala daerah maupun para pejabat struktural. Se�ap orang yang bekerja dalam satu organisasi dan memiliki pengalaman yang baik, tentu bisa melahirkan inovasi. Bahkan seorang staf yang sudah lebih lama menetap di organisasi tersebut bisa lebih paham kondisi internal dibandingkan kepala OPD yang mengalami rotasi dalam waktu tertentu. Meskipun inovasi tersebut bukan berasal dari kepala OPD, sudah seharusnya pemimpin mendorong para pegawainya untuk berinovasi. Pemimpin harus memeberikan ruang berinovasi dan memas�kan bahwa inovasi yang baik akan diterapkan di organisasi bahkan diberikan reward tertentu atas inovasi yang sudah dihasilkan. Dengan demikian, budaya berinovasi akan terbentuk. Inovasi menjadi satu bagian holis�k dari sistem kerja di birokrasi, bukan lagi parsial.
Kehadiran buku direktori inovasi Kabupaten Lebak ini menjadi buk� bahwa semangat berinovasi dimiliki oleh para ASN di Kabupaten Lebak. Inovator dari inovasi ini juga cukup beragam, �dak hanya pejabat struktural saja. Tetapi kami sangat mengapresiasi para kepala OPD yang selalu mendukung berjalannya inovasi ini. Adapun inovasi yang tertuang dalam dorektori inovasi Kabupaten Lebak tahun 2018 ini adalah inovasi tata kelola pemerintahan.
Inovasi tata kelola pemerintahan ini menjadi salah satu inovasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Inovasi ini tentu menjadi tool bagi Kabupaten Lebak untuk menuju kemajuan dan keluar meninggalkan kata “ter�nggal” yang selama ini masih melekat pada Kabupaten Lebak. Dengan inovasi juga, Kabupaten Lebak mampu menjadi daerah yang berdaya saing, memiliki Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, dan Rata-rata lama Sekolah yang �nggi pula.
Buku direktori inovasi ini menjadi penyemangat bagi ASN dan OPD lainnya pula untuk terus berinovasi dan belajar dari inovasi-inovasi yang dituangkan dalam buku direktori ini. Selain manfaat secara internal di Kabupaten Lebak, Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Banten bahkan Kabupaten lainnya di Indonesia juga bisa belajar dari Kabupaten Lebak. Buku ini menjadi dokumentasi penting bagi kehidupan inovasi di Kabupaten Lebak.
Kiranya Tuhan senantiasa memberikan kita hikmat untuk terus melakukan kebaikan dimanapun kita berada. Salah kebaikan yang perlu terus kita laksanakan dalam konteks birokrasi adalah berinovasi. Tentu ini untuk kemajuan organisasi, pemerintah daerah, bahkan Indonesia.
Kepala Pusat Inovasi Tata
Pemerintahan Lembaga Administrasi Negara
Drs. Riyadi, M.Si
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
iiiii
imenyusun
KATA PENGANTAR
Tuhan memberikan akal budi kepada manusia agar dapat menjadikan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik lagi. Lahirnya inovasi adalah buah pikir dari akal budi yang kita miliki dielaborasi dengan pengalaman dalam dunia kerja. Inovasi ini �dak harus lahir dari kepala daerah maupun para pejabat struktural. Se�ap orang yang bekerja dalam satu organisasi dan memiliki pengalaman yang baik, tentu bisa melahirkan inovasi. Bahkan seorang staf yang sudah lebih lama menetap di organisasi tersebut bisa lebih paham kondisi internal dibandingkan kepala OPD yang mengalami rotasi dalam waktu tertentu. Meskipun inovasi tersebut bukan berasal dari kepala OPD, sudah seharusnya pemimpin mendorong para pegawainya untuk berinovasi. Pemimpin harus memeberikan ruang berinovasi dan memas�kan bahwa inovasi yang baik akan diterapkan di organisasi bahkan diberikan reward tertentu atas inovasi yang sudah dihasilkan. Dengan demikian, budaya berinovasi akan terbentuk. Inovasi menjadi satu bagian holis�k dari sistem kerja di birokrasi, bukan lagi parsial.
Kehadiran buku direktori inovasi Kabupaten Lebak ini menjadi buk� bahwa semangat berinovasi dimiliki oleh para ASN di Kabupaten Lebak. Inovator dari inovasi ini juga cukup beragam, �dak hanya pejabat struktural saja. Tetapi kami sangat mengapresiasi para kepala OPD yang selalu mendukung berjalannya inovasi ini. Adapun inovasi yang tertuang dalam dorektori inovasi Kabupaten Lebak tahun 2018 ini adalah inovasi tata kelola pemerintahan.
Inovasi tata kelola pemerintahan ini menjadi salah satu inovasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Inovasi ini tentu menjadi tool bagi Kabupaten Lebak untuk menuju kemajuan dan keluar meninggalkan kata “ter�nggal” yang selama ini masih melekat pada Kabupaten Lebak. Dengan inovasi juga, Kabupaten Lebak mampu menjadi daerah yang berdaya saing, memiliki Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, dan Rata-rata lama Sekolah yang �nggi pula.
Buku direktori inovasi ini menjadi penyemangat bagi ASN dan OPD lainnya pula untuk terus berinovasi dan belajar dari inovasi-inovasi yang dituangkan dalam buku direktori ini. Selain manfaat secara internal di Kabupaten Lebak, Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Banten bahkan Kabupaten lainnya di Indonesia juga bisa belajar dari Kabupaten Lebak. Buku ini menjadi dokumentasi penting bagi kehidupan inovasi di Kabupaten Lebak.
Kiranya Tuhan senantiasa memberikan kita hikmat untuk terus melakukan kebaikan dimanapun kita berada. Salah kebaikan yang perlu terus kita laksanakan dalam konteks birokrasi adalah berinovasi. Tentu ini untuk kemajuan organisasi, pemerintah daerah, bahkan Indonesia.
Kepala Pusat Inovasi Tata
Pemerintahan Lembaga Administrasi Negara
Drs. Riyadi, M.Si
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
iiiii
SAMBUTAN BUPATI LEBAK
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Hidayah dan KaruniaNya kita dapat melakukan pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.
Pelaksanaan Inovasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tata kelola Pemerintahan yang lebih baik. Hal tersebut sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak yang telah melakukan upaya nyata dalam berinovasi sehingga mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri yaitu INNOVATIVE GOVERMENT AWARD (IGA) sebagai 10 Pemerintah Daerah Kabupaten terbaik dalam penyelenggaraan Inovasi pada Tahun 2017 dan Anugerah Pandu Negeri yang diberikan oleh Indonesia saing dan kemampuan kita sehingga mampu mendapatkan pengakuan secara nasional sebagai hasil kerja bersama yang dilandasi oleh Hati.
Sebagai Kepala Daerah saya tegaskan kembali Komitmen kami dalam mendukung upaya meningkatkan budaya berinovasi di Kabupaten Lebak walaupun di tengah-tengah keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Anggaran agar tetap bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Kami menyambut baik penyusunan buku direktori Inovasi yang berisi informasi mengenai Inovasi yang telah dilaksanakan sesuai potensi dan kondisi wilayah Kabupaten Lebak. Semoga upaya dan niat kita untuk menumbuh kembangkan budaya berinovasi menuju Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing mendapatkan hasil yang lebih baik lagi baik di kalangan Aparatur Sipil negara maupun masyarakat secara luas.
Hanya dengan kerjasama dan sinergi dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha Kabupaten Lebak mampu berdaya saing dan mensejajarkan diri dengan daerah lainnya. Berinovasi dengan Hati menuju pelayanan publik yang berkualitas di Kabupaten Lebak. Lebak milik kita bersama, mari kita membangun Lebak menuju Lebak Sehat, Lebak Cerdas dan Lebak Sejahtera.
Wasalamualaikum.Wr.Wb
Rangkasbitung, Desember 2018 Bupati Lebak
Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
viv
SAMBUTAN BUPATI LEBAK
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Hidayah dan KaruniaNya kita dapat melakukan pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.
Pelaksanaan Inovasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tata kelola Pemerintahan yang lebih baik. Hal tersebut sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak yang telah melakukan upaya nyata dalam berinovasi sehingga mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri yaitu INNOVATIVE GOVERMENT AWARD (IGA) sebagai 10 Pemerintah Daerah Kabupaten terbaik dalam penyelenggaraan Inovasi pada Tahun 2017 dan Anugerah Pandu Negeri yang diberikan oleh Indonesia saing dan kemampuan kita sehingga mampu mendapatkan pengakuan secara nasional sebagai hasil kerja bersama yang dilandasi oleh Hati.
Sebagai Kepala Daerah saya tegaskan kembali Komitmen kami dalam mendukung upaya meningkatkan budaya berinovasi di Kabupaten Lebak walaupun di tengah-tengah keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Anggaran agar tetap bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Kami menyambut baik penyusunan buku direktori Inovasi yang berisi informasi mengenai Inovasi yang telah dilaksanakan sesuai potensi dan kondisi wilayah Kabupaten Lebak. Semoga upaya dan niat kita untuk menumbuh kembangkan budaya berinovasi menuju Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing mendapatkan hasil yang lebih baik lagi baik di kalangan Aparatur Sipil negara maupun masyarakat secara luas.
Hanya dengan kerjasama dan sinergi dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha Kabupaten Lebak mampu berdaya saing dan mensejajarkan diri dengan daerah lainnya. Berinovasi dengan Hati menuju pelayanan publik yang berkualitas di Kabupaten Lebak. Lebak milik kita bersama, mari kita membangun Lebak menuju Lebak Sehat, Lebak Cerdas dan Lebak Sejahtera.
Wasalamualaikum.Wr.Wb
Rangkasbitung, Desember 2018 Bupati Lebak
Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
viv
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Assalamualiakum. Wr.Wb
Puji syukur kita penjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan KaruniaNYA, buku Direktori Inovasi Daerah Tahun 2018 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pelaksanaan identifikasi dan Pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilakukan Pemerintah Daerah merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan pelaksanaaan Inovasi Daerah yang telah tercipta, sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai inovasi-inovasi yang telah kita lakukan dalam bidang pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Penyusunan buku Direktori Inovasi Daerah ini merupakan buku kedua yang disusun bersama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Direktori Inovasi Daerah kali ini menyajikan informasi mengenai Inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelayanan publik. Semoga buku ini dapat menginspirasi dan menjadi motivasi kuat dalam berinovasi untuk mewujudkan Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing. Pada kesempatan ini, tak lupa ucapan terima kasih kam sampaikan kepada Ibu Bupati dan Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Deputi Inovasi Lembaga Administrasi Negara, RSUD Adjidarmo, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Inspektorat dan para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini.
Akhir kata, kiranya buku ini masih jauh dari keempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan sangat kami harapakan guna perbaikan dalam penyusunan Direktori Inovasi Daerah selanjutnya.
Wasalamualaikum. Wr. Wb.
Rangkasbitung, Desember 2018
KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LEBAK
Ir. Hj. VIRGOJANTI, M.Si
Nip. 19680902 199603 2 002
DAFTAR ISI
Kata�Pengantar
Daftar�Isi
Prolog
Aplikasi�Pelayanan�Pembuatan�Kartu�AK-1
KADE(Klinik�Konsultasi�Dana�Desa)
ATIKAN(Asal�Ketik�Arsip�Nampak)
Si�E-La�Komplain�Dengan�Hati(Sistem�Elektronik�Layanan�Komplain�Dengan�Harapan�Terlayani�Pasti)
Program�Kader�“�JAMILAH”
Epilog
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
viivi
HAL�:
iii
vii
1
9
20
32
43
50
60
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Assalamualiakum. Wr.Wb
Puji syukur kita penjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan KaruniaNYA, buku Direktori Inovasi Daerah Tahun 2018 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pelaksanaan identifikasi dan Pendokumentasian beberapa Inovasi yang telah dilakukan Pemerintah Daerah merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan pelaksanaaan Inovasi Daerah yang telah tercipta, sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai inovasi-inovasi yang telah kita lakukan dalam bidang pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Penyusunan buku Direktori Inovasi Daerah ini merupakan buku kedua yang disusun bersama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Direktori Inovasi Daerah kali ini menyajikan informasi mengenai Inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelayanan publik. Semoga buku ini dapat menginspirasi dan menjadi motivasi kuat dalam berinovasi untuk mewujudkan Kabupaten Lebak yang maju dan berdaya saing. Pada kesempatan ini, tak lupa ucapan terima kasih kam sampaikan kepada Ibu Bupati dan Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Deputi Inovasi Lembaga Administrasi Negara, RSUD Adjidarmo, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Inspektorat dan para pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini.
Akhir kata, kiranya buku ini masih jauh dari keempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan sangat kami harapakan guna perbaikan dalam penyusunan Direktori Inovasi Daerah selanjutnya.
Wasalamualaikum. Wr. Wb.
Rangkasbitung, Desember 2018
KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LEBAK
Ir. Hj. VIRGOJANTI, M.Si
Nip. 19680902 199603 2 002
DAFTAR ISI
Kata�Pengantar
Daftar�Isi
Prolog
Aplikasi�Pelayanan�Pembuatan�Kartu�AK-1
KADE(Klinik�Konsultasi�Dana�Desa)
ATIKAN(Asal�Ketik�Arsip�Nampak)
Si�E-La�Komplain�Dengan�Hati(Sistem�Elektronik�Layanan�Komplain�Dengan�Harapan�Terlayani�Pasti)
Program�Kader�“�JAMILAH”
Epilog
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
viivi
HAL�:
iii
vii
1
9
20
32
43
50
60
agi banyak orang, hal yang pertama kali
Bterlintas ketika mendengar kata Lebak
adalah Multatuli. Multatuli adalah
nama pena Douwes Dekker yang menulis novel
Max Havelaar. Kabupaten Lebak memiliki
sejarah yang panjang sejak masa kerajaan, masa
kolonial hingga Indonesia merdeka. Pada masa
kolonial Kabupaten Lebak masuk dalam
karasidenan Banten dan pembentukannya pada
tahun 1828 . Setelah Indonesia merdeka
Kabupa ten Lebak kemudian d iben tuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun
1950. Dalam sejarah internasional, Kabupaten
Lebak dikenal sejak Multatuli menulis buku
Max Havelaar bahkan pergerakan di nusantara
bergeliat sejak terbitnya novel ini. Multatuli
menggambarkan penderitaan rakyat Lebak
karena penjajahan Belanda ditambah lagi Bupati
yang tidak mencintai rakyatnya. Pada tahun
1993, WS Rendra membuat kumpulan puisi yang
diberikan judul Orang-Orang Rangkasbitung.
Rangkasbitung saat ini adalah ibukota
Kabupaten Lebak. Berselang 48 tahun Indonesia
merdeka, image orang-orang Rangkasbitung
yang digambarkan oleh Rendra masih sebagai
orang-orang yang menjalani hidup susah seperti
yang digambarkan oleh Multatuli lebih dari 100
tahun yang lalu.
Hingga tahun 2012 Kabupaten Lebak
masih menjadi daerah yang tertinggal. Ini
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 131
Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019, Kabupaten Lebak
masuk dalam 122 daerah tertinggal.
Kabupaten Lebak Harus Bebas Dari Image “Tertinggal”
PROLOG
Sebelumnya berdasarkan Kepmen PDT
001/ Kep/ M-PDT/ II/ 2005, Kabupaten Lebak
masuk dalam 199 Daerah Tertinggal di
Indonesia. Disisi lain, Kabupaten Lebak
memiliki potensi yang sangat besar. Potensi kopi
robusta, kokoa, sumber daya perikanan dan
kelautan. Bahkan kehadiran Belanda di Lebak
seperti yang diceritakan oleh Multatuli karena
Lebak memiliki potensi kopi dan rempah-
rempah lainnya yang luar biasa.
Kondisi sumber daya manusia di
Kabupaten Lebak dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup,
dan Rata-rata Lama Sekolah.
Angka Harapan Hidup d i
Kabupaten Lebak sejak tahun
2014 sampa i 2017 se l a lu
m e n i n g k a t . Te t a p i A n g k a
Harapan Hidup Kabupaten
Lebak masih berada di bawah
Angka Harapan Hidup Indonesia
dan Provinsi Banten. Angka
Harapan Hidup Kabupaten
Lebak pada tahun 2017 adalah
66,59 tahun, Indonesia sudah
mencapai 71,06 tahun dan
Provinsi Banten berada pada
69,49 tahun. Untuk rata-rata
lama bersekolah Kabupaten
Lebak pada tahun 2017 adalah
6,20 tahun. Angka ini juga masih
berada di bawah rata-rata lama
sekolah Provinsi Banten yaitu
8,79 tahun dan Indonesia 8,42
tahun (sumber: Badan Pusat
Statistik)
Selain Angka Harapan
Hidup dan Rata-rata Lama
Sekolah, Indeks Pembangunan
Manusia juga menjadi indikator
utama dalam melihat kondisi sumber daya
manusia di satu Kabupaten/ Negara tertentu.
IPM di Kabupaten Lebak sejak tahun 2014
sampai tahun 2017 juga selalu mengalami
peningkatan. Tetapi sama seperti Angka
Harapan Hidup dan Rata-rata lama Sekolah,
IPM Kabupaten Lebak juga berada di bawah
IPM Indonesia dan Provinsi Banten. Pada tahun
2017 IPM Kabupaten Lebak adalah 62,95
sementara IPM Indonesia sudah mencapai
70,81, dan IPM Provinsi Banten adalah 71,42.
Untuk detail IPM Kabupaten Lebak dapat dilihat
di infografis di samping.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
21
agi banyak orang, hal yang pertama kali
Bterlintas ketika mendengar kata Lebak
adalah Multatuli. Multatuli adalah
nama pena Douwes Dekker yang menulis novel
Max Havelaar. Kabupaten Lebak memiliki
sejarah yang panjang sejak masa kerajaan, masa
kolonial hingga Indonesia merdeka. Pada masa
kolonial Kabupaten Lebak masuk dalam
karasidenan Banten dan pembentukannya pada
tahun 1828 . Setelah Indonesia merdeka
Kabupa ten Lebak kemudian d iben tuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun
1950. Dalam sejarah internasional, Kabupaten
Lebak dikenal sejak Multatuli menulis buku
Max Havelaar bahkan pergerakan di nusantara
bergeliat sejak terbitnya novel ini. Multatuli
menggambarkan penderitaan rakyat Lebak
karena penjajahan Belanda ditambah lagi Bupati
yang tidak mencintai rakyatnya. Pada tahun
1993, WS Rendra membuat kumpulan puisi yang
diberikan judul Orang-Orang Rangkasbitung.
Rangkasbitung saat ini adalah ibukota
Kabupaten Lebak. Berselang 48 tahun Indonesia
merdeka, image orang-orang Rangkasbitung
yang digambarkan oleh Rendra masih sebagai
orang-orang yang menjalani hidup susah seperti
yang digambarkan oleh Multatuli lebih dari 100
tahun yang lalu.
Hingga tahun 2012 Kabupaten Lebak
masih menjadi daerah yang tertinggal. Ini
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 131
Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019, Kabupaten Lebak
masuk dalam 122 daerah tertinggal.
Kabupaten Lebak Harus Bebas Dari Image “Tertinggal”
PROLOG
Sebelumnya berdasarkan Kepmen PDT
001/ Kep/ M-PDT/ II/ 2005, Kabupaten Lebak
masuk dalam 199 Daerah Tertinggal di
Indonesia. Disisi lain, Kabupaten Lebak
memiliki potensi yang sangat besar. Potensi kopi
robusta, kokoa, sumber daya perikanan dan
kelautan. Bahkan kehadiran Belanda di Lebak
seperti yang diceritakan oleh Multatuli karena
Lebak memiliki potensi kopi dan rempah-
rempah lainnya yang luar biasa.
Kondisi sumber daya manusia di
Kabupaten Lebak dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup,
dan Rata-rata Lama Sekolah.
Angka Harapan Hidup d i
Kabupaten Lebak sejak tahun
2014 sampa i 2017 se l a lu
m e n i n g k a t . Te t a p i A n g k a
Harapan Hidup Kabupaten
Lebak masih berada di bawah
Angka Harapan Hidup Indonesia
dan Provinsi Banten. Angka
Harapan Hidup Kabupaten
Lebak pada tahun 2017 adalah
66,59 tahun, Indonesia sudah
mencapai 71,06 tahun dan
Provinsi Banten berada pada
69,49 tahun. Untuk rata-rata
lama bersekolah Kabupaten
Lebak pada tahun 2017 adalah
6,20 tahun. Angka ini juga masih
berada di bawah rata-rata lama
sekolah Provinsi Banten yaitu
8,79 tahun dan Indonesia 8,42
tahun (sumber: Badan Pusat
Statistik)
Selain Angka Harapan
Hidup dan Rata-rata Lama
Sekolah, Indeks Pembangunan
Manusia juga menjadi indikator
utama dalam melihat kondisi sumber daya
manusia di satu Kabupaten/ Negara tertentu.
IPM di Kabupaten Lebak sejak tahun 2014
sampai tahun 2017 juga selalu mengalami
peningkatan. Tetapi sama seperti Angka
Harapan Hidup dan Rata-rata lama Sekolah,
IPM Kabupaten Lebak juga berada di bawah
IPM Indonesia dan Provinsi Banten. Pada tahun
2017 IPM Kabupaten Lebak adalah 62,95
sementara IPM Indonesia sudah mencapai
70,81, dan IPM Provinsi Banten adalah 71,42.
Untuk detail IPM Kabupaten Lebak dapat dilihat
di infografis di samping.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
21
D a l a m m e n y e l e n g g a r a k a n
pemerintahan daerah dan memberikan
pelayanan publik kepada masyarkat,
Kabupaten Lebak terdiri dari 63 OPD yang
didalamnya termasuk 28 kecamatan, 22
Dinas, sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
dan 11 Lembaga Teknis Daerah. Di
Kabupaten Lebak terdapat 961 pejabat eselon
II sampai eselon IV. Pejabat eselon II ada 34
orang, eselon III ada 219 orang, dan eselon IV
ada 708 orang.
� Buku Max Havelaar ditulis 160 tahun
yang lalu, Indonesia sudah merdeka selama
73 tahun, tetapi Lebak masih menyandang
daerah tertinggal. Para aparatur di pemerintah
daerah memiliki tanggung jawab yang besar
untuk membebaskan Kabupaten Lebak dari
kata “tertinggal”. Kabupaten Lebak harus
mampu berubah menjadi Kabupaten yang
maju dan berdaya saing. Dan inovasi adalah
solusi menuju kemajuan.
Inovasi Sebagai Tool Akselerasi Menuju KemajuanBerbagai patologi birokrasi masih ada
yang melekat di wajah birokrasi saat ini.
Birokrasi memiliki tugas yang berat untuk
m e n g u b a h m i n d s e t m a s y a r a k a t y a n g
mengidentikkan birokrasi sebagai entitas yang
prosedural, cenderung korup, bertele-tele,
senang pada status quo dan anti pada perubahan.
Perlahan demi perlahan praktek-praktek
patologi birokrasi sudah mulai diminimalisir
melalui reformasi birokrasi. Apalagi dengan
munculnya Peraturan Pemerintah tentang
Inovasi Daerah hendak menyampaikan bahwa
birokrasi bukan entitas yang anti perubahan
tetapi suka berinovasi.
Dalam konteks Kabupaten Lebak,
dimana kondisi Kabupaten Lebak yang masih
masuk sebagai salah satu daerah tertinggal,
pemerintah daerah Kabupaten Lebak memiliki
tanggung jawab yang besar untuk membawa
keluar Kabupaten Lebak dari cengkraman
ketertinggalan. Dalam upaya untuk Inovasi
adalah satu-satunya cara untuk menang – Steve
Jobs. Dengan inovasi pemerintah daerah dapat
melakukan akselerasi untuk mengejar
ketertinggalan dari Kabupaten lainnya di
Indonesia. Menyikapi berbagai permasalah
yang sudah disampaikan di atas,
OPD dan para ASN tidak boleh lagi melakukan
tugas-tugas birokrasi sebagai business as usual.
Harus ada terobosan-terobosan kreatif untuk
menjadikan Lebak lebih baik lagi dan
mewujudkan masyarakat Lebak yang sejahtera.
Dengan inovasi, Kabupaten Lebak dapat keluar
dari daftar daerah tertinggal.
Secara konseptual, Inovasi diartikan
sebagai kegiatan untuk memproduksi maupun
mengadopsi, melakukan asimilasi, dan
eksploitasi dalam berbagai bidang guna
menghasilkan modifikasi produk atau jenis
produk baru, pengembangan proses produksi,
pembenahan sistem manajemen, layanan, dan
pasar (Crossan dan Apaydin, 2010). Artinya
inovasi tidak harus original, cukup berbeda
dengan invention. Kemungkinan untuk
dilakukan replikasi antara satu daerah dengan
dae rah l a innya sanga t besa r, t ingga l
menyesuaikan dengan konteks daerahnya.
Lembaga Administrasi Negara juga turut
berkontribusi pada inovasi secara konseptual..
Ada 5 kriteria inovasi menurut Lembaga
Administrasi Negara yaitu Adanya novelty atau
kebaruan, memberikan manfaat, memberi solusi
atas masalah yang dihadapi, berkesinambungan,
dan kompatibel dengan sistem.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh
sektor publik membutuhkan respon yang
melampaui proses-proses incremental atau
tambal sulam tetapi cara baru untuk melihat
permaslahan dan merancang solusi secara
komprehensif. Inovasi yang diselenggarakan
oleh pemerintah juga seharusnya komprehensif
dan tidak parsial. Inovasi sektor publik tidak
terjadi dengan sendirinya, pemerintah memiliki
peran yang besar untuk mempromosikan
perilaku inovatif dan membentuk lingkungan
yang kondusif untuk berinovasi. Artinya inovasi
membutuhkan ekosistem inovasi yang kondusif
dan berkelanjutan apalagi tuntutan global yang
semakin cepat berubah. Tentunya birokrasi tidak
bisa melakukan business as usual.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
43
D a l a m m e n y e l e n g g a r a k a n
pemerintahan daerah dan memberikan
pelayanan publik kepada masyarkat,
Kabupaten Lebak terdiri dari 63 OPD yang
didalamnya termasuk 28 kecamatan, 22
Dinas, sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
dan 11 Lembaga Teknis Daerah. Di
Kabupaten Lebak terdapat 961 pejabat eselon
II sampai eselon IV. Pejabat eselon II ada 34
orang, eselon III ada 219 orang, dan eselon IV
ada 708 orang.
� Buku Max Havelaar ditulis 160 tahun
yang lalu, Indonesia sudah merdeka selama
73 tahun, tetapi Lebak masih menyandang
daerah tertinggal. Para aparatur di pemerintah
daerah memiliki tanggung jawab yang besar
untuk membebaskan Kabupaten Lebak dari
kata “tertinggal”. Kabupaten Lebak harus
mampu berubah menjadi Kabupaten yang
maju dan berdaya saing. Dan inovasi adalah
solusi menuju kemajuan.
Inovasi Sebagai Tool Akselerasi Menuju KemajuanBerbagai patologi birokrasi masih ada
yang melekat di wajah birokrasi saat ini.
Birokrasi memiliki tugas yang berat untuk
m e n g u b a h m i n d s e t m a s y a r a k a t y a n g
mengidentikkan birokrasi sebagai entitas yang
prosedural, cenderung korup, bertele-tele,
senang pada status quo dan anti pada perubahan.
Perlahan demi perlahan praktek-praktek
patologi birokrasi sudah mulai diminimalisir
melalui reformasi birokrasi. Apalagi dengan
munculnya Peraturan Pemerintah tentang
Inovasi Daerah hendak menyampaikan bahwa
birokrasi bukan entitas yang anti perubahan
tetapi suka berinovasi.
Dalam konteks Kabupaten Lebak,
dimana kondisi Kabupaten Lebak yang masih
masuk sebagai salah satu daerah tertinggal,
pemerintah daerah Kabupaten Lebak memiliki
tanggung jawab yang besar untuk membawa
keluar Kabupaten Lebak dari cengkraman
ketertinggalan. Dalam upaya untuk Inovasi
adalah satu-satunya cara untuk menang – Steve
Jobs. Dengan inovasi pemerintah daerah dapat
melakukan akselerasi untuk mengejar
ketertinggalan dari Kabupaten lainnya di
Indonesia. Menyikapi berbagai permasalah
yang sudah disampaikan di atas,
OPD dan para ASN tidak boleh lagi melakukan
tugas-tugas birokrasi sebagai business as usual.
Harus ada terobosan-terobosan kreatif untuk
menjadikan Lebak lebih baik lagi dan
mewujudkan masyarakat Lebak yang sejahtera.
Dengan inovasi, Kabupaten Lebak dapat keluar
dari daftar daerah tertinggal.
Secara konseptual, Inovasi diartikan
sebagai kegiatan untuk memproduksi maupun
mengadopsi, melakukan asimilasi, dan
eksploitasi dalam berbagai bidang guna
menghasilkan modifikasi produk atau jenis
produk baru, pengembangan proses produksi,
pembenahan sistem manajemen, layanan, dan
pasar (Crossan dan Apaydin, 2010). Artinya
inovasi tidak harus original, cukup berbeda
dengan invention. Kemungkinan untuk
dilakukan replikasi antara satu daerah dengan
dae rah l a innya sanga t besa r, t ingga l
menyesuaikan dengan konteks daerahnya.
Lembaga Administrasi Negara juga turut
berkontribusi pada inovasi secara konseptual..
Ada 5 kriteria inovasi menurut Lembaga
Administrasi Negara yaitu Adanya novelty atau
kebaruan, memberikan manfaat, memberi solusi
atas masalah yang dihadapi, berkesinambungan,
dan kompatibel dengan sistem.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh
sektor publik membutuhkan respon yang
melampaui proses-proses incremental atau
tambal sulam tetapi cara baru untuk melihat
permaslahan dan merancang solusi secara
komprehensif. Inovasi yang diselenggarakan
oleh pemerintah juga seharusnya komprehensif
dan tidak parsial. Inovasi sektor publik tidak
terjadi dengan sendirinya, pemerintah memiliki
peran yang besar untuk mempromosikan
perilaku inovatif dan membentuk lingkungan
yang kondusif untuk berinovasi. Artinya inovasi
membutuhkan ekosistem inovasi yang kondusif
dan berkelanjutan apalagi tuntutan global yang
semakin cepat berubah. Tentunya birokrasi tidak
bisa melakukan business as usual.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
43
Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2017,
pada ayat 7 disebutkan bahwa ada lima asal
inisiatif inovasi di daerah, yaitu kepala daerah,
DPRD, Aparatur Sipil Negara, Perangkat daerah
dan anggota masyarakat. Pada pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
(Diklat Pim) mulai tingkat IV sampai pada
tingkat I, para peserta Diklat diwajibkan
membuat satu proyek perubahan/ inovasi untuk
diterapkan pada organisasinya. Inovasi yang
dihasilkan oleh peserta Diklat Pim ini adalah
inisiatif inovasi yang diusulkan oleh Aparatur
Sipil Negara.
Ada sebanyak 961 pejabat struktural di
Kabupaten Lebak mulai eselon IV, eselon III,
dan eselon II. Dari 961 tersebut sudah ada 358
pejabat structural yang sudah mengikuti diklat.
Sementara itu ada juga 110 pejabat structural
yang sedang mengikuti diklat. Apabila pejabat
structural tersebut mengikuti Diklat Pim pola
baru yang menghasilkan proyek perubahan,
maka jumlah inovasi yang berasal dari Aparatur
Sipil Negara di Kabupaten Lebak setidaknya
sudah lebih dari 100 inovasi. Berikut adalah
detail pejabat structural yang sudah mengikuti
diklat kepemimpinan
NO ESELON SUDAH BELUM TMS JUMLAH
1 3II 14 17 34
2 32III 97 90 219
3 40IV 247 421 708
Tabel 1. Jumlah Pejabat Struktural Yang Mengikuti Diklat Kepeimpinan
Sumber: Badan Diklat Kab. Lebak
Pada dokumen permasalahan dan isu
strategis Kabupaten Lebak, disebutkan bahwa
masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh
OPD dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Dari bidang pelayanan
dasar seperti kesehatan dan pendidikan, Pemda
masih mengalami permsalahan dalam jumlah
tenaga kesehatan dan tenaga pendidik beserta
fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
Pada urusan lainnya seperti administrasi
kependudukan dimana layanan administrasi
kependudukan yang masih terbatas. Dalam
bidang pariwisata masih rendahnya investasi
dan promosi pariwisata Kabupaten Lebak,
padahal potensi pariwisata di Kabupaten Lebak
sangat beragam dan potensial. Potensi
pariwisata di Lebak bukan hanya alam tetapi
juga pariwisata budaya di kampung suku Badui.
Urusan ketenagakerjaan Kabupaten Lebak juga
mengalami beberapa permasalahan seperti
rendahnya kualitas dan daya saing tenaga kerja,
rendahnya tingkat serapan tenaga kerja,
terbatasnya Jumlah lembaga/ Balai Latihan
Kerja.
Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Lebak
Ada beberapa jenis inovasi secara konseptual. Menurut Schumpeter inovasi dapat berbentuk produk, proses, maupun perubahan organisasi dan tidak harus muncul dari penemuan-p e n e m u a n b a r u m e l a i n k a n d a p a t menggabungkan ataupun memodifikasi teknologi yang sudah ada menjadi baru. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 ada 3 jenis inovasi daerah, yaitu inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah; b. inovasi Pelayanan Publik; dan/atau; c. Inovasi Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Adapun pengertian masing-masing inovasi adalah :
1. Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen
2. Inovasi Pelayanan Publik sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf b merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik.
3. Inovasi Daerah lainnya sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf c merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
Menurut OECD inovasi tata kelola pemerintahan mengindikasikan ide baru, eksper imen , dan prak tek yang dapa t mendukung untuk koordinasi yang lebih baik dan hasil yang lebih umum bagaimana mengelola masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa inovasi tata kelola pemerintahan adalah inovasi yang bersifat internal seperti kooordinasi, penataaan organisasi dan tujuan inovasi ini adalah upaya memberikan pelayanan pada publik yang lebih baik.
Dalam buku ini akan dibahas inovasi tata kelola pemerintahan Kabupaten Lebak yang masih berjalan hingga saat ini dan memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Adapun inovasi- inovasi tersebut adalah:
· Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) di Dinas Tenaga Kerja,
· KADE yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa yang diinisiasi oleh Inspektorat Kabupaten Lebak,
· Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak) yang dilaksanakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, dan
· Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik Layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti) yang dilaksanakan oleh RS Umum Daerah Dr. Ajidarmo.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
65
Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2017,
pada ayat 7 disebutkan bahwa ada lima asal
inisiatif inovasi di daerah, yaitu kepala daerah,
DPRD, Aparatur Sipil Negara, Perangkat daerah
dan anggota masyarakat. Pada pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
(Diklat Pim) mulai tingkat IV sampai pada
tingkat I, para peserta Diklat diwajibkan
membuat satu proyek perubahan/ inovasi untuk
diterapkan pada organisasinya. Inovasi yang
dihasilkan oleh peserta Diklat Pim ini adalah
inisiatif inovasi yang diusulkan oleh Aparatur
Sipil Negara.
Ada sebanyak 961 pejabat struktural di
Kabupaten Lebak mulai eselon IV, eselon III,
dan eselon II. Dari 961 tersebut sudah ada 358
pejabat structural yang sudah mengikuti diklat.
Sementara itu ada juga 110 pejabat structural
yang sedang mengikuti diklat. Apabila pejabat
structural tersebut mengikuti Diklat Pim pola
baru yang menghasilkan proyek perubahan,
maka jumlah inovasi yang berasal dari Aparatur
Sipil Negara di Kabupaten Lebak setidaknya
sudah lebih dari 100 inovasi. Berikut adalah
detail pejabat structural yang sudah mengikuti
diklat kepemimpinan
NO ESELON SUDAH BELUM TMS JUMLAH
1 3II 14 17 34
2 32III 97 90 219
3 40IV 247 421 708
Tabel 1. Jumlah Pejabat Struktural Yang Mengikuti Diklat Kepeimpinan
Sumber: Badan Diklat Kab. Lebak
Pada dokumen permasalahan dan isu
strategis Kabupaten Lebak, disebutkan bahwa
masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh
OPD dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Dari bidang pelayanan
dasar seperti kesehatan dan pendidikan, Pemda
masih mengalami permsalahan dalam jumlah
tenaga kesehatan dan tenaga pendidik beserta
fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
Pada urusan lainnya seperti administrasi
kependudukan dimana layanan administrasi
kependudukan yang masih terbatas. Dalam
bidang pariwisata masih rendahnya investasi
dan promosi pariwisata Kabupaten Lebak,
padahal potensi pariwisata di Kabupaten Lebak
sangat beragam dan potensial. Potensi
pariwisata di Lebak bukan hanya alam tetapi
juga pariwisata budaya di kampung suku Badui.
Urusan ketenagakerjaan Kabupaten Lebak juga
mengalami beberapa permasalahan seperti
rendahnya kualitas dan daya saing tenaga kerja,
rendahnya tingkat serapan tenaga kerja,
terbatasnya Jumlah lembaga/ Balai Latihan
Kerja.
Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kabupaten Lebak
Ada beberapa jenis inovasi secara konseptual. Menurut Schumpeter inovasi dapat berbentuk produk, proses, maupun perubahan organisasi dan tidak harus muncul dari penemuan-p e n e m u a n b a r u m e l a i n k a n d a p a t menggabungkan ataupun memodifikasi teknologi yang sudah ada menjadi baru. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 ada 3 jenis inovasi daerah, yaitu inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah; b. inovasi Pelayanan Publik; dan/atau; c. Inovasi Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Adapun pengertian masing-masing inovasi adalah :
1. Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen
2. Inovasi Pelayanan Publik sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf b merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik.
3. Inovasi Daerah lainnya sebagaimana d imaksud da lam Pasa l 4 huruf c merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
Menurut OECD inovasi tata kelola pemerintahan mengindikasikan ide baru, eksper imen , dan prak tek yang dapa t mendukung untuk koordinasi yang lebih baik dan hasil yang lebih umum bagaimana mengelola masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa inovasi tata kelola pemerintahan adalah inovasi yang bersifat internal seperti kooordinasi, penataaan organisasi dan tujuan inovasi ini adalah upaya memberikan pelayanan pada publik yang lebih baik.
Dalam buku ini akan dibahas inovasi tata kelola pemerintahan Kabupaten Lebak yang masih berjalan hingga saat ini dan memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Adapun inovasi- inovasi tersebut adalah:
· Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) di Dinas Tenaga Kerja,
· KADE yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa yang diinisiasi oleh Inspektorat Kabupaten Lebak,
· Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak) yang dilaksanakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, dan
· Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik Layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti) yang dilaksanakan oleh RS Umum Daerah Dr. Ajidarmo.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
65
1. Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning)
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word) dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word (Ms. Word). Petugas hanya mengetik nama pendaftar kartu kuning pada aplikasi, petugas tidak perlu menulis semua data secara manual. Setelah itu, pencetakan kartu kuning pendaftar. Tidak perlu menunggu pejabat yang berwenang untuk menandatangani kartu kuning tersebut karena tanda tangan digital pejabat yang berwenang diperbolehkan untuk pembuatan kartu kuning.
Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama adalah mengurangi waktu layanan pembuatan kartu Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Dengan demikian, tidak hanya masyarakat sebagai pihak penerima layanan mendapatkan manfaat, namun juga pegawai
Disnaker dalam pengolahan data pencari kerja. 2. KADE (Klinik Konsultasi Dana Desa)
Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada.
Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di 340 desa di Kabupaten Lebak. melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga
pengawas internal maupun eksternal.
3. Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik
Arsip Nampak)
Berkas yang masuk Ke Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tidak bisa tersimpan dan terdata dengan baik demikian juga yang berada di OPD lain arsip-arsip tersebut hanya disimpan dalam karung, untuk kemudian ditumpuk dipojok-pojok ruangan kerja atau dilorong samping toilet, diatas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan membuat ruangan kerja menjadi terkesan kumuh dan kotor tidak terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan. Produksi arsip yang
Maka dilakukan pengelolaan dan
penataan Arsip secara menyeluruh melalui
kegiatan akuisisi arsip dan Pengelolaan Depo
Arsip Diskerpus sebagai Pusat Layanan Data
dan informasi Kearsipan. Kegiatan akuisisi
adalah kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak
teratur menjadi arsip teratur sesuai dengan
petunjuk teknis pengelolaan Kearsipan pada
Perbup Lebak nomor 23 tahun 2016. Aplikasi
Kearsipan ATIKAN menggunakan software
Microsoft Access adalah salah satu program
pengolah basis data (sekumpulan informasi
yang saling berhubungan dan memiliki tujuan
tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai
kemudahan yang ada seperti pengaturan data,
pembuatan form, pembuatan laporan,
penyaringan data dan lain-lain.
4. Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem
Elektronik Layanan Komplain Dengan
Harapan Terlayani Pasti)
Rumah Sakit Umum Daerah memberikan
beragam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dalam penyelenggaraan tersebut
ditemukan beberapa kendala yang dihadapi
Rumah Sakit, salah satunya adalah komplain
dari pasien. Komplain dari pasien ini tidak boleh
diabaikan, karena dengan komplain tersebut
berarti Rumah Sakit dapat mencari tahu
kelemahannya, sehingga dapat dibenahi untuk
meningkatkan kinerja pelayanannya. Namun
selain komplain dari pasien dan keluarga pasien
ada juga data komplain yang diperoleh Rumah
Sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM
) , media massa.
5. JAMILAH ( Jemput Antar Ibu Hamil
Bermasalah)
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun f a k t o r - f a k t o r n o n k e s e h a t a n y a n g mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Program Inovasi “JAMILAH” Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari oleh dan untuk masyarakat dalam kontek pemberdayaan masyarakat untuk membantu dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah, memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa nifas, hasil yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” , yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg siaga, dan Bidan Desa.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
87
1. Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning)
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word) dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word (Ms. Word). Petugas hanya mengetik nama pendaftar kartu kuning pada aplikasi, petugas tidak perlu menulis semua data secara manual. Setelah itu, pencetakan kartu kuning pendaftar. Tidak perlu menunggu pejabat yang berwenang untuk menandatangani kartu kuning tersebut karena tanda tangan digital pejabat yang berwenang diperbolehkan untuk pembuatan kartu kuning.
Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama adalah mengurangi waktu layanan pembuatan kartu Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI). Dengan demikian, tidak hanya masyarakat sebagai pihak penerima layanan mendapatkan manfaat, namun juga pegawai
Disnaker dalam pengolahan data pencari kerja. 2. KADE (Klinik Konsultasi Dana Desa)
Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada.
Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di 340 desa di Kabupaten Lebak. melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga
pengawas internal maupun eksternal.
3. Aplikasi kearsipan ATIKAN (Asal Ketik
Arsip Nampak)
Berkas yang masuk Ke Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tidak bisa tersimpan dan terdata dengan baik demikian juga yang berada di OPD lain arsip-arsip tersebut hanya disimpan dalam karung, untuk kemudian ditumpuk dipojok-pojok ruangan kerja atau dilorong samping toilet, diatas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan membuat ruangan kerja menjadi terkesan kumuh dan kotor tidak terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan. Produksi arsip yang
Maka dilakukan pengelolaan dan
penataan Arsip secara menyeluruh melalui
kegiatan akuisisi arsip dan Pengelolaan Depo
Arsip Diskerpus sebagai Pusat Layanan Data
dan informasi Kearsipan. Kegiatan akuisisi
adalah kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak
teratur menjadi arsip teratur sesuai dengan
petunjuk teknis pengelolaan Kearsipan pada
Perbup Lebak nomor 23 tahun 2016. Aplikasi
Kearsipan ATIKAN menggunakan software
Microsoft Access adalah salah satu program
pengolah basis data (sekumpulan informasi
yang saling berhubungan dan memiliki tujuan
tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai
kemudahan yang ada seperti pengaturan data,
pembuatan form, pembuatan laporan,
penyaringan data dan lain-lain.
4. Si E-La Komplain Dengan Hati (Sistem
Elektronik Layanan Komplain Dengan
Harapan Terlayani Pasti)
Rumah Sakit Umum Daerah memberikan
beragam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dalam penyelenggaraan tersebut
ditemukan beberapa kendala yang dihadapi
Rumah Sakit, salah satunya adalah komplain
dari pasien. Komplain dari pasien ini tidak boleh
diabaikan, karena dengan komplain tersebut
berarti Rumah Sakit dapat mencari tahu
kelemahannya, sehingga dapat dibenahi untuk
meningkatkan kinerja pelayanannya. Namun
selain komplain dari pasien dan keluarga pasien
ada juga data komplain yang diperoleh Rumah
Sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM
) , media massa.
5. JAMILAH ( Jemput Antar Ibu Hamil
Bermasalah)
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun f a k t o r - f a k t o r n o n k e s e h a t a n y a n g mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Program Inovasi “JAMILAH” Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari oleh dan untuk masyarakat dalam kontek pemberdayaan masyarakat untuk membantu dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah, memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa nifas, hasil yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” , yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg siaga, dan Bidan Desa.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
87
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK. 1
inas Tenaga Ker ja dan
DTransmigrasi (Disnakertrans)
m e r u p a k a n s a l a h s a t u
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lebak
yang memberikan layanan kepada masyarakat.
Salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi
Disnaker adalah layanan pembuatan kartu
pencari kerja atau Kartu Kuning. Pembuatan
Kartu Kuning/ Kartu Pencari Kerja sendiri
merupakan salah satu persyaratan bagi pencari
kerja dalam proses melamar pekerjaan. Kartu
Kuning tersebut tidak hanya sekedar dibutuhkan
dalam pendaftaran instansi pemerintah namun
juga perusahaan swasta.
Seiring dengan pertambahan penduduk
usia produktif Kabupaten Lebak, maka semakin
banyak pencari kerja. Berdasarkan data Laporan
Pencari Kerja Kabupaten Lebak tahun 2016,
banyaknya pencari kerja yang mendaftarkan diri
rata-rata 300 – 1.000 orang perbulan. Para
pencari kerja ini berasal dari berbagai wilayah di
seluruh Kabupaten Lebak dengan beragam latar
jenjang pendidikan dan program studi / jurusan
pendidikannya. Momentum tingginya angka
pencari kerja terjadi pada periode kelulusan
siswa SMU / SMK. Menurut data yang
dihimpun oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi di tahun 2016 saja pada periode
tersebut yaitu sekitar bulan Juni-Juli mencapai
angka 3.000 orang pencari kerja. Lonjakan
angka pencari kerja juga pada momentum bulan
Ramadhan, pasca hari raya Idul Fitri ,
momentum pemberkasan CPNS dan pasca tahun
baru. Bahkan pada momen pendaftaran CPNS di
tahun 2018, tercatat sebanyak 2.097 pencari
kerja pada bulan Agustus dan September.
A. MENGAPA APLIKASI PELAYANAN PEMBUATAN AKI-1?
Suasana Pencari Kerja pada musim PNS dan pasca Ramdhan di Kabupaten Lebak
Terjadinya lonjakan Pendaftar Pencari Kerja
pada momentum tersebut membuat personil
aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
harus bekerja ekstra daripada biasanya. Dengan
proses pendaftaran pencari kerja yang manual,
hampir seluruh staf Disnaker diikutsertakan
dalam pelayanan pembuatan Kartu Kuning.
Namun jumlah personil yang dimiliki tidak
seimbang dengan jumlah masyarakat yang
datang untuk mendaftar sebagai pencari kerja.
Akibatnya terdapat beberapa masyarakat yang
tidak terlayani secara maksimal. Bahkan pada
suatu waktu, terdapat masyarakat yang tidak
terlayani karena sudah terlalu banyak pendaftar
dan telah melewati batas jam kerja sehingga
tidak terlayani dan harus datang kembali di hari
berikutnya. Hal ini tentunya akan berujung pada
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan
Kartu Kuning yang dilakukan oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)
Kabupaten Lebak.
Pada sisi lain, prosedur pendaftaran pencari
k e r j a s e c a r a m a n u a l t e r s e b u t j u g a
mengakibatkan pembuatan laporan dari
database pencari kerja menjadi cukup lama.
Pembuatan laporan Informasi Pasar Kerja (IPK)
membutuhkan waktu 6 hari kerja apabila
menggunakan pendaftaran manual. Begitu pula
dengan penyusunan Laporan Pemetaan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang
membutuhkan waktu 3 hari.
Kondisi inilah yang membuat Bapak Rocky
Gumilang - staf Bidang Penempatan Perluasan
Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi -
berfikir perlunya perubahan prosedur pada
pendaftaran Kartu Kuning. Ketika pertama kali
ditempatkan pada Disnakertrans Kabupaten
Lebak, beliau melihat fenomena pendaftaran
pencari kerja menjadi permasalahan yang perlu
dipecahkan. Bapak Rocky melihat prosedur
pendaftaran yang cukup panjang, mulai dari
pencatatan pada buku register, penulisan kartu
kuning, dan penginputan data ke komputer. Hal
ini menginspirasi beliau untuk kemudian
merancang aplikasi pendaftaran pencari kerja
berbasis Microsoft Excel dengan sistem offline.
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1
(Kartu Kuning) ini dibangun secara swadaya
oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak dan tanpa
melibatkan bantuan pihak ketiga. Mulai dari
gagasan ide, rancangan aplikasi, dan mekanisme
kerja juga eksekusi pembuatan aplikasi
dilakukan secara mandiri oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lebak.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
109
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK. 1
inas Tenaga Ker ja dan
DTransmigrasi (Disnakertrans)
m e r u p a k a n s a l a h s a t u
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lebak
yang memberikan layanan kepada masyarakat.
Salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi
Disnaker adalah layanan pembuatan kartu
pencari kerja atau Kartu Kuning. Pembuatan
Kartu Kuning/ Kartu Pencari Kerja sendiri
merupakan salah satu persyaratan bagi pencari
kerja dalam proses melamar pekerjaan. Kartu
Kuning tersebut tidak hanya sekedar dibutuhkan
dalam pendaftaran instansi pemerintah namun
juga perusahaan swasta.
Seiring dengan pertambahan penduduk
usia produktif Kabupaten Lebak, maka semakin
banyak pencari kerja. Berdasarkan data Laporan
Pencari Kerja Kabupaten Lebak tahun 2016,
banyaknya pencari kerja yang mendaftarkan diri
rata-rata 300 – 1.000 orang perbulan. Para
pencari kerja ini berasal dari berbagai wilayah di
seluruh Kabupaten Lebak dengan beragam latar
jenjang pendidikan dan program studi / jurusan
pendidikannya. Momentum tingginya angka
pencari kerja terjadi pada periode kelulusan
siswa SMU / SMK. Menurut data yang
dihimpun oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi di tahun 2016 saja pada periode
tersebut yaitu sekitar bulan Juni-Juli mencapai
angka 3.000 orang pencari kerja. Lonjakan
angka pencari kerja juga pada momentum bulan
Ramadhan, pasca hari raya Idul Fitri ,
momentum pemberkasan CPNS dan pasca tahun
baru. Bahkan pada momen pendaftaran CPNS di
tahun 2018, tercatat sebanyak 2.097 pencari
kerja pada bulan Agustus dan September.
A. MENGAPA APLIKASI PELAYANAN PEMBUATAN AKI-1?
Suasana Pencari Kerja pada musim PNS dan pasca Ramdhan di Kabupaten Lebak
Terjadinya lonjakan Pendaftar Pencari Kerja
pada momentum tersebut membuat personil
aparatur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
harus bekerja ekstra daripada biasanya. Dengan
proses pendaftaran pencari kerja yang manual,
hampir seluruh staf Disnaker diikutsertakan
dalam pelayanan pembuatan Kartu Kuning.
Namun jumlah personil yang dimiliki tidak
seimbang dengan jumlah masyarakat yang
datang untuk mendaftar sebagai pencari kerja.
Akibatnya terdapat beberapa masyarakat yang
tidak terlayani secara maksimal. Bahkan pada
suatu waktu, terdapat masyarakat yang tidak
terlayani karena sudah terlalu banyak pendaftar
dan telah melewati batas jam kerja sehingga
tidak terlayani dan harus datang kembali di hari
berikutnya. Hal ini tentunya akan berujung pada
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan
Kartu Kuning yang dilakukan oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)
Kabupaten Lebak.
Pada sisi lain, prosedur pendaftaran pencari
k e r j a s e c a r a m a n u a l t e r s e b u t j u g a
mengakibatkan pembuatan laporan dari
database pencari kerja menjadi cukup lama.
Pembuatan laporan Informasi Pasar Kerja (IPK)
membutuhkan waktu 6 hari kerja apabila
menggunakan pendaftaran manual. Begitu pula
dengan penyusunan Laporan Pemetaan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang
membutuhkan waktu 3 hari.
Kondisi inilah yang membuat Bapak Rocky
Gumilang - staf Bidang Penempatan Perluasan
Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi -
berfikir perlunya perubahan prosedur pada
pendaftaran Kartu Kuning. Ketika pertama kali
ditempatkan pada Disnakertrans Kabupaten
Lebak, beliau melihat fenomena pendaftaran
pencari kerja menjadi permasalahan yang perlu
dipecahkan. Bapak Rocky melihat prosedur
pendaftaran yang cukup panjang, mulai dari
pencatatan pada buku register, penulisan kartu
kuning, dan penginputan data ke komputer. Hal
ini menginspirasi beliau untuk kemudian
merancang aplikasi pendaftaran pencari kerja
berbasis Microsoft Excel dengan sistem offline.
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1
(Kartu Kuning) ini dibangun secara swadaya
oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak dan tanpa
melibatkan bantuan pihak ketiga. Mulai dari
gagasan ide, rancangan aplikasi, dan mekanisme
kerja juga eksekusi pembuatan aplikasi
dilakukan secara mandiri oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lebak.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
109
Struktur Sistem Aplikasi Pelayanan
Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) dirangkai
secara sistematis menggunakan bahasa
pemrograman Visual Basic yang diformulasi
dengan Microsoft Excel sebagai basis data, dan
juga dihubungkan dengan Microsoft Word
dalam pencetakan kartu kuning.
Penggunaan Aplikasi Pelayanan Pembuatan
Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang
ingin dicapai . Tujuan per tama adalah
mengurangi waktu layanan pembuatan kartu
Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi
pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja
dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi
Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga
Kerja Indonesia (CTKI). Sehingga melalui
penggunaan aplikasi tersebut, diharapkan dapat
berdampak kepada pengurangan waktu
pembuatan Laporan Informasi Pasar Kerja
(IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) oleh pegawai Disnaker.
Dengan demikian, tidak hanya masyarakat
sebagai pihak penerima layanan mendapatkan
manfaat, namun juga pegawai Disnaker dalam
pengolahan data pencari kerja.
B. BERKENALAN DENGAN APLIKASI
PELAYANAN KARTU AK-1
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1
(kartu kuning) merupakan sebuah sistem
pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan
oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan
staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans
Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali
ditempatkan pada Disnakrertrans, beliau merasa
kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan
pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu
Kuning nyang sebelumnya dilakukan secara
manual membuat waktu pelayanan cukup lama
dan kesulitan dalam pengolahan datanya.
Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK,
setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen
CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat
menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk
mengantri di depan loket Disnakertrans guna
mendapatkan Kartu Kuning.
Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat
menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word)
dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan
dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word
(Ms. Word). Secara tampilan sebenarnya
aplikasi ini cukup sederhana untuk digunakan
karena petugas Disnakertrans hanya cukup
mengisi kolom-kolom Data Pencari Kerja.
Aplikasi ini cukup inovatif dikarenakan
menggunakan Ms. Excel sebagai database
pencari kerja. Microsoft Excel merupakan
software yang cukup dikenal luas oleh pegawai,
sehingga keputusan pembuatan aplikasi
Pelayanan Kartu AK-1 berbasis Excel dirasa
cukup tepat. Hal ini dikarenakan pengolahan
database pencari kerja akan menjadi lebih
mudah dan praktis untuk dilakukan pegawai
Disnakertrans Lebak daripada harus menginput
data dari aplikasi yang bukan berbasis Ms.
Excel.
Selain penggunaaan Ms. Excel terdapat
beberapa aspek kreatif dari aplikasi ini. Aspek
kreatif kedua Nampak pada pengunaan kertas
dan format baru dalam pencetakan Kartu
Kuning. Format Kar tu Kuning yang
dikembangkan oleh Disnakertrans cukup
ringkas dan hanya membutuhkan 1 sisi kertas.
Hal ini berbeda dengan format Kartu Kuning
biasanya yang tercetak pada dua (2) sisi kartu.
Kemudian terdapat perbedaan bahan
kertas dari yang biasanya digunakan. Kartu
Kuning biasanya menggunakan kertas karton
tebal berwarna kuning, tetapi Disnakertrans
Kabupaten Lebak berkreasi dengan penggunaan
kertas HVS tipis sebagai bahan pembuatan
Kartu Kuning. Hal ini dilakukan guna
mempercepat pencetakan kartu kuning melalui
aplikasi yang dibangun tanpa membutuhkan
printer dengan spesifikasi tertentu. Format dan
bahan pembuatan kartu kuning tersebut telah
disetujui oleh Disnakertrans Provinsi Banten
dan mereka sangat mendukung inovasi tersebut.
Selain itu, terdapat diskresi yang
diberikan pada aplikasi tersebut berupa
tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.
Sehingga petugas Kartu Kuning tidak perlu
membuat pencari kerja menunggu lama
dikarenakan petugas mengumpulkan setumpuk
kartu kuning baru diserahkan kepada pejabat
yang bersangkutan untuk menandatanganinya.
Aplikasi tersebut juga semakin inovatif
dengan penambahan SMS Gateway sebagai fitur
tambahan. Melalui SMS Gateway tersebut,
Disnakertrans Kabupaten Lebak memberikan
informasi kepada pencari kerja yang telah
mendaftar, bahwa terdapat perusahaan yang
sedang membuka lowongan dan sesuai dengan
klasifikasi pendidikan pencari kerja tersebut.
Proses otomatisasi pembuatan kartu
kuning tersebut telah memotong waktu layanan
dari sebelumnya secara manual dengan
penulisan tangan membutuhkan waktu 6 menit,
kini dapat dilakukan hanya cukup 1 menit saja.
Sebelum inovasi ini di lakukan proses
pembuatan kartu kuning secara manual harus
menempuh proses yang panjang, yakni; (a)
pencatatan buku register secara manual selama
1,5 menit, (b) penulisan data pencari kerja pada
kartu kuning selama minimal 4,5 menit, dan (c)
menunggu proses tandatangan pengesahan
Kartu Kuning yang seringkali membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Kini setelah inovasi aplikasi AK-1
dilaksanakan, petugas kartu kuning cukup
menginput data pencari kerja melalui fotokopi
KTP dan Ijazah yang diserahkan pencari kerja
saat mendaftar di loket. Kemudian petugas dapat
mencetak kartu kuning, lalu distempel basah dan
ditempelkan pasfoto pencari kerja. Proses
tersebut telah memotong birokrasi layanan yang
sebelumnya melalui 3 langkah registrasi secara
manual menjadi cukup 2 langkah saja, yakni
menginput data ke komputer dan pencetakan
kartu kuning secara otomatis.
C. MEKANISME KERJA INOVASI
A P L I K A S I P E L A Y A N A N
PEMBUATAN KARTU AK.1
Penggunaan apl ikas i Pe layanan
Pembuatan Kartu AK.1 te lah berhasi l
memperpendek waktu layanan Kartu Kuning
dari sebelumnya minimal 6 menit menjadi
cukup 1 menit per-pemohon. Penggunaan
aplikasi berbasis Ms. Excel tersebut juga
memudahkan petugas untuk pengolahan data
dan pembuatan beberapa laporan terkait
ketenagakerjaan. Sebelum kita menguraikan
prosedur layanan Kartu Kuning melalui aplikasi
tersebut, terlebih dahulu perlu dijelaskan
mengenai fitur dan bagian yang terdapat dalam
Ms. Excel aplikasi tersebut.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1211
Struktur Sistem Aplikasi Pelayanan
Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) dirangkai
secara sistematis menggunakan bahasa
pemrograman Visual Basic yang diformulasi
dengan Microsoft Excel sebagai basis data, dan
juga dihubungkan dengan Microsoft Word
dalam pencetakan kartu kuning.
Penggunaan Aplikasi Pelayanan Pembuatan
Kartu AK.1 ini memiliki beberapa tujuan yang
ingin dicapai . Tujuan per tama adalah
mengurangi waktu layanan pembuatan kartu
Kuning. Selain itu dengan adanya aplikasi
pendaftaran tersebut, basis data pencari kerja
dapat terintegrasi dengan Pelaporan Informasi
Pasar Kerja (IPK) dan pemetaan Calon Tenaga
Kerja Indonesia (CTKI). Sehingga melalui
penggunaan aplikasi tersebut, diharapkan dapat
berdampak kepada pengurangan waktu
pembuatan Laporan Informasi Pasar Kerja
(IPK) dan pemetaan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) oleh pegawai Disnaker.
Dengan demikian, tidak hanya masyarakat
sebagai pihak penerima layanan mendapatkan
manfaat, namun juga pegawai Disnaker dalam
pengolahan data pencari kerja.
B. BERKENALAN DENGAN APLIKASI
PELAYANAN KARTU AK-1
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1
(kartu kuning) merupakan sebuah sistem
pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan
oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan
staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans
Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali
ditempatkan pada Disnakrertrans, beliau merasa
kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan
pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu
Kuning nyang sebelumnya dilakukan secara
manual membuat waktu pelayanan cukup lama
dan kesulitan dalam pengolahan datanya.
Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK,
setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen
CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat
menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk
mengantri di depan loket Disnakertrans guna
mendapatkan Kartu Kuning.
Aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 dibuat
menggunakan Microsoft Excel (Ms. Word)
dengan bahasa pemrograman Visual Basic dan
dihubungkan dengan aplikasi Microsoft Word
(Ms. Word). Secara tampilan sebenarnya
aplikasi ini cukup sederhana untuk digunakan
karena petugas Disnakertrans hanya cukup
mengisi kolom-kolom Data Pencari Kerja.
Aplikasi ini cukup inovatif dikarenakan
menggunakan Ms. Excel sebagai database
pencari kerja. Microsoft Excel merupakan
software yang cukup dikenal luas oleh pegawai,
sehingga keputusan pembuatan aplikasi
Pelayanan Kartu AK-1 berbasis Excel dirasa
cukup tepat. Hal ini dikarenakan pengolahan
database pencari kerja akan menjadi lebih
mudah dan praktis untuk dilakukan pegawai
Disnakertrans Lebak daripada harus menginput
data dari aplikasi yang bukan berbasis Ms.
Excel.
Selain penggunaaan Ms. Excel terdapat
beberapa aspek kreatif dari aplikasi ini. Aspek
kreatif kedua Nampak pada pengunaan kertas
dan format baru dalam pencetakan Kartu
Kuning. Format Kar tu Kuning yang
dikembangkan oleh Disnakertrans cukup
ringkas dan hanya membutuhkan 1 sisi kertas.
Hal ini berbeda dengan format Kartu Kuning
biasanya yang tercetak pada dua (2) sisi kartu.
Kemudian terdapat perbedaan bahan
kertas dari yang biasanya digunakan. Kartu
Kuning biasanya menggunakan kertas karton
tebal berwarna kuning, tetapi Disnakertrans
Kabupaten Lebak berkreasi dengan penggunaan
kertas HVS tipis sebagai bahan pembuatan
Kartu Kuning. Hal ini dilakukan guna
mempercepat pencetakan kartu kuning melalui
aplikasi yang dibangun tanpa membutuhkan
printer dengan spesifikasi tertentu. Format dan
bahan pembuatan kartu kuning tersebut telah
disetujui oleh Disnakertrans Provinsi Banten
dan mereka sangat mendukung inovasi tersebut.
Selain itu, terdapat diskresi yang
diberikan pada aplikasi tersebut berupa
tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.
Sehingga petugas Kartu Kuning tidak perlu
membuat pencari kerja menunggu lama
dikarenakan petugas mengumpulkan setumpuk
kartu kuning baru diserahkan kepada pejabat
yang bersangkutan untuk menandatanganinya.
Aplikasi tersebut juga semakin inovatif
dengan penambahan SMS Gateway sebagai fitur
tambahan. Melalui SMS Gateway tersebut,
Disnakertrans Kabupaten Lebak memberikan
informasi kepada pencari kerja yang telah
mendaftar, bahwa terdapat perusahaan yang
sedang membuka lowongan dan sesuai dengan
klasifikasi pendidikan pencari kerja tersebut.
Proses otomatisasi pembuatan kartu
kuning tersebut telah memotong waktu layanan
dari sebelumnya secara manual dengan
penulisan tangan membutuhkan waktu 6 menit,
kini dapat dilakukan hanya cukup 1 menit saja.
Sebelum inovasi ini di lakukan proses
pembuatan kartu kuning secara manual harus
menempuh proses yang panjang, yakni; (a)
pencatatan buku register secara manual selama
1,5 menit, (b) penulisan data pencari kerja pada
kartu kuning selama minimal 4,5 menit, dan (c)
menunggu proses tandatangan pengesahan
Kartu Kuning yang seringkali membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Kini setelah inovasi aplikasi AK-1
dilaksanakan, petugas kartu kuning cukup
menginput data pencari kerja melalui fotokopi
KTP dan Ijazah yang diserahkan pencari kerja
saat mendaftar di loket. Kemudian petugas dapat
mencetak kartu kuning, lalu distempel basah dan
ditempelkan pasfoto pencari kerja. Proses
tersebut telah memotong birokrasi layanan yang
sebelumnya melalui 3 langkah registrasi secara
manual menjadi cukup 2 langkah saja, yakni
menginput data ke komputer dan pencetakan
kartu kuning secara otomatis.
C. MEKANISME KERJA INOVASI
A P L I K A S I P E L A Y A N A N
PEMBUATAN KARTU AK.1
Penggunaan apl ikas i Pe layanan
Pembuatan Kartu AK.1 te lah berhasi l
memperpendek waktu layanan Kartu Kuning
dari sebelumnya minimal 6 menit menjadi
cukup 1 menit per-pemohon. Penggunaan
aplikasi berbasis Ms. Excel tersebut juga
memudahkan petugas untuk pengolahan data
dan pembuatan beberapa laporan terkait
ketenagakerjaan. Sebelum kita menguraikan
prosedur layanan Kartu Kuning melalui aplikasi
tersebut, terlebih dahulu perlu dijelaskan
mengenai fitur dan bagian yang terdapat dalam
Ms. Excel aplikasi tersebut.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1211
1) Fitur atau Bagian Aplikasi Pelayanan
Pembuatan Kartu AK-1
Pada aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 ini,
terdapat terdapat setidaknya 5 sheet atau 5
bagian yang menjadi fiturnya. Sheet pertama
adalah kotak Input Data Pencari Kerja.
Setelah mendapatkan berkas ijazah dan
persyaratan yang dibawa pemohon, petugas
Disnakertrans Kabupaten Lebak memasukkan
data pencari kerja pada kotak Input Data Pencari
Kerja. Data yang dimasukkan ke dalam kotak
tersebut selanjutnya akan secara otomatis masuk
ke dalam sheet berikutnya yakni sheet Data.
Pada sheet Data tersebut, dapat
diketahui informasi detail mengenai pencari
kerja yang telah mendaftar pada Disnakertrans
Kabupaten Lebak. Informasi yang dikumpulkan
dalam sheet Data ini meliputi; Nomor Induk
Kependudukan (NIK) Pencari Kerja, tanggal
dan tempat lahir, alamat, agama, status
pernikahan, dan tingkat pendidikan terakhir
beserta nomor ijazah pencari kerja Sheet inilah
yang menjadi database keseluruhan pendaftar
Kartu Kuning Kabupaten Lebak dalam satu
tahun. Setelah informasi masuk ke dalam sheet
Data, maka selanjutnya informasi tersebut akan
otomatis terolah pada sheet Laporan Tingkat
Us ia Pencar i Ker ja . Shee t t e r s ebu t
memperlihatkan komposisi usia dan jenis
kelamin pencari kerja yang mendaftar pada
Disnakertrans Kabupaten Lebak secara time
series dari Bulan Januari hingga Desember pada
tahun yang bersangkutan.
Kemudian, data yang terkumpul pada Sheet
Data dan Tingkat Usia Pencari Kerja akan
berlanjut pada Sheet Rekapitulasi Tingkat
Pendidikan Pencari Kerja. Sheet ini
memperlihatkan komposisi pencari kerja
berasarkan kelompok usia dan tingkat
pendidikan terakhir yang dicapainya. Selain
itu pada sheet tersebut juga dipilah jumlah
pencari kerja berdasarkan kecamatan alamat
asalnya.
Data pada ketiga sheet sebelumnya tersebut,
yang kemudian secara otomatis menjadi data
bagi pembuatan laporan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) dan Resume Ikhtisar
Statistik Antar Kerja atau yang lebih sering
disebut Informasi Pasar Kerja (IPK). Sheet
keempat dalam aplikasi ini merupakan sheet
laporan CTKI, sedangkan sheet kelima
adalah sheet laporan IPK. Sheet Laporan
CTKI memuat data lengkap mengenai
pencari kerja Kabupaten Lebak yang dinilai
cukup potensial menjadi TKI. Sedangkan
pada sheet laporan IPK memuat informasi
tentang seberapa banyak pencari kerja yang
telah mendapatkan pekerjaan dan masih
menganggur, seberapa banyak pekerja yang
telah ditempatkan atau belum. Laporan
Informasi Pasar Kerja merupakan laporan
b u l a n a n y a n g w a j i b d i b u a t o l e h
Disnakertrans Kabupaten Lebak guna
memetakan informasi ketenagakerjaan
secara umum.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1413
1) Fitur atau Bagian Aplikasi Pelayanan
Pembuatan Kartu AK-1
Pada aplikasi Pelayanan Kartu AK-1 ini,
terdapat terdapat setidaknya 5 sheet atau 5
bagian yang menjadi fiturnya. Sheet pertama
adalah kotak Input Data Pencari Kerja.
Setelah mendapatkan berkas ijazah dan
persyaratan yang dibawa pemohon, petugas
Disnakertrans Kabupaten Lebak memasukkan
data pencari kerja pada kotak Input Data Pencari
Kerja. Data yang dimasukkan ke dalam kotak
tersebut selanjutnya akan secara otomatis masuk
ke dalam sheet berikutnya yakni sheet Data.
Pada sheet Data tersebut, dapat
diketahui informasi detail mengenai pencari
kerja yang telah mendaftar pada Disnakertrans
Kabupaten Lebak. Informasi yang dikumpulkan
dalam sheet Data ini meliputi; Nomor Induk
Kependudukan (NIK) Pencari Kerja, tanggal
dan tempat lahir, alamat, agama, status
pernikahan, dan tingkat pendidikan terakhir
beserta nomor ijazah pencari kerja Sheet inilah
yang menjadi database keseluruhan pendaftar
Kartu Kuning Kabupaten Lebak dalam satu
tahun. Setelah informasi masuk ke dalam sheet
Data, maka selanjutnya informasi tersebut akan
otomatis terolah pada sheet Laporan Tingkat
Us ia Pencar i Ker ja . Shee t t e r s ebu t
memperlihatkan komposisi usia dan jenis
kelamin pencari kerja yang mendaftar pada
Disnakertrans Kabupaten Lebak secara time
series dari Bulan Januari hingga Desember pada
tahun yang bersangkutan.
Kemudian, data yang terkumpul pada Sheet
Data dan Tingkat Usia Pencari Kerja akan
berlanjut pada Sheet Rekapitulasi Tingkat
Pendidikan Pencari Kerja. Sheet ini
memperlihatkan komposisi pencari kerja
berasarkan kelompok usia dan tingkat
pendidikan terakhir yang dicapainya. Selain
itu pada sheet tersebut juga dipilah jumlah
pencari kerja berdasarkan kecamatan alamat
asalnya.
Data pada ketiga sheet sebelumnya tersebut,
yang kemudian secara otomatis menjadi data
bagi pembuatan laporan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) dan Resume Ikhtisar
Statistik Antar Kerja atau yang lebih sering
disebut Informasi Pasar Kerja (IPK). Sheet
keempat dalam aplikasi ini merupakan sheet
laporan CTKI, sedangkan sheet kelima
adalah sheet laporan IPK. Sheet Laporan
CTKI memuat data lengkap mengenai
pencari kerja Kabupaten Lebak yang dinilai
cukup potensial menjadi TKI. Sedangkan
pada sheet laporan IPK memuat informasi
tentang seberapa banyak pencari kerja yang
telah mendapatkan pekerjaan dan masih
menganggur, seberapa banyak pekerja yang
telah ditempatkan atau belum. Laporan
Informasi Pasar Kerja merupakan laporan
b u l a n a n y a n g w a j i b d i b u a t o l e h
Disnakertrans Kabupaten Lebak guna
memetakan informasi ketenagakerjaan
secara umum.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1413
S a t u h a l l a i n n y a y a n g c u k u p
mempercepat layanan adalah otomatisasi
pencetakan kartu kuning. Segera setelah data
pencari kerja diinput oleh petugas melalui kotak
Input Data Pencari Kerja, maka petugas dapat
mencetak Kartu Kuning pencari kerja pada
aplikasi Ms. word yang terhubung dengan
database pada Ms. Excel. Terdapat beberapa
keunikan terkait pencetakan kartu kuning pada
Disnakertrans Kabupaten Lebak, apabila
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang
bersifat manual. Pertama format Kartu Kuning
tidak seperti kartu kuning selama ini yang
berbentuk 2 sisi berisi tulisan dengan bahan
kertas khusus berwarna kuning. Pada kabupaten
Lebak mereka merubah formatnya menjadi
cukup 1 sisi dengan bahan kertas HVS berwarna
putih. Format ini telah disetujui oleh
Disnakertrans Provinsi Banten dan mereka
sangat mendukung inovasi tersebut. Kedua
mereka tidak menuliskan dengan bolpoint
secara manual pada kartu kuning, melainkan
secara otomatis dapat dicetak melalui data yang
telah diinput. Otomatisasi ini termasuk
tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.
Sehingga tidak perlu membuat pencari kerja
menunggu lama d ikarenakan pe tugas
mengumpulkan setumpuk kartu kuning baru
diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan
untuk melegalisasinya.
2) P r o s e d u r L a y a n a n A p l i k a s i
Pelayanan Pembuatan Kartu AK-1
Penggunaan Apl ikas i Pelayanan
Pembuatan Kartu AK-1 telah memotong
prosedur layanan manual yang sebelumnya
dilakukan oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak.
Terdapat beberapa langkah yang mesti dilalui
saat pelayanan masih diselenggarakan secara
manual yakni:
1. P e n c a t a t a n k e b u k u r e g i s t e r
membutuhkan waktu minimal 1,5 menit.
Proses pencatatan diawali dengan
penyerahan berkas seperti KTP dan
ijazah oleh para pencari kerja. Beberapa
item dicatat secara manual dalam buku
register antara lain; (a) nama, (b) alamat
lengkap sesuai KTP, (c) gender, (d)
jenjang pendidikan, (e) jenis kejuruan,
dan (f) tahun kelulusan.
2. Penulisan kembali data pencaker pada
k a r t u k u n i n g s e c a r a m a n u a l ,
pemasangan foto dan pengesahan
menghabiskan waktu selama 4,5 menit.
Pada saat penulisan kembali data diri
p e n c a k e r d i k a r t u p e n c a k e r
membutuhkan waktu yang lama juga
ketelitian, karena penulisan pada kartu
kuning harus jelas terbaca dan alamat
serta atribut data lainnya harus lengkap
berdasarkan dokumen yang menjadi
persyaratan. Terkadang antara data dari
dokumen ijazah dan KTP tidak sama,
disitulah perlu adanya jeda tambahan
waktu untuk mengkonfirmasi dan
verifikasi oleh pengguna layanan dan
akibatnya menambah waktu pelayanan.
Jika terjadi kesalahan penulisan di kartu
kuning, maka harus menulis kembali
data pencari kerja, pemborosan waktu
dan tenaga juga material kartu kuning itu
sendiri.
3. Proses penandatanganan pengesahan
Kartu Kuning yang telah ditulis petugas.
Proses penandatanganan seringkali
membutuhkan waktu lama dikarenakan
petugas sengaja menumpuk Kartu
K u n i n g s e b e l u m d i m i n t a k a n
t a n d a t a n g a n k e p a d a p e j a b a t
bersangkutan. Proses pengesahan ini
bisa memakan waktu lebih dari 10 menit.
4. Lalu, terdapat proses legalisir (stempel
basah) dan pemberian pasfoto yang
dilakukan setelah Kartu Kuning
mendapatkan tandatangan. Proses ini
bisa memakan waktu mulai dari 5 menit
atau bahkan lebih lama.
Tahapan pelayanan kartu kuning
menjadi lebih pendek melalui penggunaan
aplikasi, antara lain;
1. Proses pendaftaran tidak lagi dilakukan
secara manual ke dalam buku register,
namun cukup input ke dalam aplikasi.
Proses pengisian data pencari kerja
dilakukan oleh petugas pada sheet
pertama Ms. Excel yakni kotak Input
Data Pencari Kerja . Proses ini
membutuhkan waktu yang lebih cepat
daripada sebelumnya yakni cukup 20
detik.
2. Pada sebelumnya proses pencetakan
dilakukan secara manual dengan
menulis ulang data yang terdapat pada
buku register ke dalam Kartu Kuning.
Setelah menggunakan aplikasi, petugas
cukup mencetak dari data yang telah
diinput sebelumnya pada kota Input
Data Pencari Kerja. Proses pencetakan
ini hanya membutuhkan waktu sebanyak
1 - 3 d e t i k . P a d a t a h a p i n i ,
penandatanganan dilakukan secara
digital dan tidak perlu lagi menunggu
mendapat pengesahan dari pejabat yang
berwenang.
3. Setelah Kartu Kuning dicetak dan
ditandangani, petugas Disnakertrans
Kabupaten Lebak cukup menempelkan
pasfoto dan memberikan stempel pada
kartu kuning yang telah tercetak. Proses
penempelan pasfoto dan stempel ini
dilakukan dalam waktu kurang lebih 7
detik.
Proses pendaftaran dengan aplikasi
otomatis ini bisa dilakukan dengan lebih cepat
daripada secara manual. Terjadi pengurangan
waktu layanan yang cukup signifikan dari yang
sebelumnya 6 menit menjadi cukup 30 detik.
Setelah dilakukan inovasi, terdapat
beberapa perubahan dan manfaat yang dapat
dirasakan oleh petugas layanan Kartu Kuning
antara lain:
1. Tidak memerlukan pencatatan di buku
register, dengan menghilangkan satu
point pekerjaan berulang-ulang yang
tidak perlu. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi waktu dan kertas serta tenaga.
Petugas Disnakertrans Lebak membuka data pada Buku Register
Petugas menuliskan kembali data pencarikerja di Buku Register pada kartu kuning.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1615
S a t u h a l l a i n n y a y a n g c u k u p
mempercepat layanan adalah otomatisasi
pencetakan kartu kuning. Segera setelah data
pencari kerja diinput oleh petugas melalui kotak
Input Data Pencari Kerja, maka petugas dapat
mencetak Kartu Kuning pencari kerja pada
aplikasi Ms. word yang terhubung dengan
database pada Ms. Excel. Terdapat beberapa
keunikan terkait pencetakan kartu kuning pada
Disnakertrans Kabupaten Lebak, apabila
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang
bersifat manual. Pertama format Kartu Kuning
tidak seperti kartu kuning selama ini yang
berbentuk 2 sisi berisi tulisan dengan bahan
kertas khusus berwarna kuning. Pada kabupaten
Lebak mereka merubah formatnya menjadi
cukup 1 sisi dengan bahan kertas HVS berwarna
putih. Format ini telah disetujui oleh
Disnakertrans Provinsi Banten dan mereka
sangat mendukung inovasi tersebut. Kedua
mereka tidak menuliskan dengan bolpoint
secara manual pada kartu kuning, melainkan
secara otomatis dapat dicetak melalui data yang
telah diinput. Otomatisasi ini termasuk
tandatangan digital pengesahan Kartu Kuning.
Sehingga tidak perlu membuat pencari kerja
menunggu lama d ikarenakan pe tugas
mengumpulkan setumpuk kartu kuning baru
diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan
untuk melegalisasinya.
2) P r o s e d u r L a y a n a n A p l i k a s i
Pelayanan Pembuatan Kartu AK-1
Penggunaan Apl ikas i Pelayanan
Pembuatan Kartu AK-1 telah memotong
prosedur layanan manual yang sebelumnya
dilakukan oleh Disnakertrans Kabupaten Lebak.
Terdapat beberapa langkah yang mesti dilalui
saat pelayanan masih diselenggarakan secara
manual yakni:
1. P e n c a t a t a n k e b u k u r e g i s t e r
membutuhkan waktu minimal 1,5 menit.
Proses pencatatan diawali dengan
penyerahan berkas seperti KTP dan
ijazah oleh para pencari kerja. Beberapa
item dicatat secara manual dalam buku
register antara lain; (a) nama, (b) alamat
lengkap sesuai KTP, (c) gender, (d)
jenjang pendidikan, (e) jenis kejuruan,
dan (f) tahun kelulusan.
2. Penulisan kembali data pencaker pada
k a r t u k u n i n g s e c a r a m a n u a l ,
pemasangan foto dan pengesahan
menghabiskan waktu selama 4,5 menit.
Pada saat penulisan kembali data diri
p e n c a k e r d i k a r t u p e n c a k e r
membutuhkan waktu yang lama juga
ketelitian, karena penulisan pada kartu
kuning harus jelas terbaca dan alamat
serta atribut data lainnya harus lengkap
berdasarkan dokumen yang menjadi
persyaratan. Terkadang antara data dari
dokumen ijazah dan KTP tidak sama,
disitulah perlu adanya jeda tambahan
waktu untuk mengkonfirmasi dan
verifikasi oleh pengguna layanan dan
akibatnya menambah waktu pelayanan.
Jika terjadi kesalahan penulisan di kartu
kuning, maka harus menulis kembali
data pencari kerja, pemborosan waktu
dan tenaga juga material kartu kuning itu
sendiri.
3. Proses penandatanganan pengesahan
Kartu Kuning yang telah ditulis petugas.
Proses penandatanganan seringkali
membutuhkan waktu lama dikarenakan
petugas sengaja menumpuk Kartu
K u n i n g s e b e l u m d i m i n t a k a n
t a n d a t a n g a n k e p a d a p e j a b a t
bersangkutan. Proses pengesahan ini
bisa memakan waktu lebih dari 10 menit.
4. Lalu, terdapat proses legalisir (stempel
basah) dan pemberian pasfoto yang
dilakukan setelah Kartu Kuning
mendapatkan tandatangan. Proses ini
bisa memakan waktu mulai dari 5 menit
atau bahkan lebih lama.
Tahapan pelayanan kartu kuning
menjadi lebih pendek melalui penggunaan
aplikasi, antara lain;
1. Proses pendaftaran tidak lagi dilakukan
secara manual ke dalam buku register,
namun cukup input ke dalam aplikasi.
Proses pengisian data pencari kerja
dilakukan oleh petugas pada sheet
pertama Ms. Excel yakni kotak Input
Data Pencari Kerja . Proses ini
membutuhkan waktu yang lebih cepat
daripada sebelumnya yakni cukup 20
detik.
2. Pada sebelumnya proses pencetakan
dilakukan secara manual dengan
menulis ulang data yang terdapat pada
buku register ke dalam Kartu Kuning.
Setelah menggunakan aplikasi, petugas
cukup mencetak dari data yang telah
diinput sebelumnya pada kota Input
Data Pencari Kerja. Proses pencetakan
ini hanya membutuhkan waktu sebanyak
1 - 3 d e t i k . P a d a t a h a p i n i ,
penandatanganan dilakukan secara
digital dan tidak perlu lagi menunggu
mendapat pengesahan dari pejabat yang
berwenang.
3. Setelah Kartu Kuning dicetak dan
ditandangani, petugas Disnakertrans
Kabupaten Lebak cukup menempelkan
pasfoto dan memberikan stempel pada
kartu kuning yang telah tercetak. Proses
penempelan pasfoto dan stempel ini
dilakukan dalam waktu kurang lebih 7
detik.
Proses pendaftaran dengan aplikasi
otomatis ini bisa dilakukan dengan lebih cepat
daripada secara manual. Terjadi pengurangan
waktu layanan yang cukup signifikan dari yang
sebelumnya 6 menit menjadi cukup 30 detik.
Setelah dilakukan inovasi, terdapat
beberapa perubahan dan manfaat yang dapat
dirasakan oleh petugas layanan Kartu Kuning
antara lain:
1. Tidak memerlukan pencatatan di buku
register, dengan menghilangkan satu
point pekerjaan berulang-ulang yang
tidak perlu. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi waktu dan kertas serta tenaga.
Petugas Disnakertrans Lebak membuka data pada Buku Register
Petugas menuliskan kembali data pencarikerja di Buku Register pada kartu kuning.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1615
2. Waktu layanan berkurang dari 6 menit
men jad i cukup 30 de t ik . P roses
penginputan data pencari kerja secara
komputerisasi, print out kartu kuning
sampai pemasangan foto dan pengesahan
hanya menghabiskan waktu selama 30
detik. Penginputan data pencari kerja
hanya dilakukan satu kali dan data
tersebut bisa dikembangkan untuk
berbagai keperluan pelaporan.
3. Proses revisi data pencari kerja yang
cukup praktis. Jika ada revisi data, kini
petugas tidak harus menulis kembali di
kartu kuning, tetapi cukup diedit pada
lembar kerja/ worksheet.
4. Sistem pengolahan data secara otomatis.
Tidak ada penginputan raw data kembali
pasca terbuatnya kartu kuning, karena
penginputan data pencari kerja sudah
dilakukan diawal dan otomatis diolah
menjadi data laporan. Sehingga proses
input data tidak perlu dilakukan berulang.
Melalui penggunaan Aplikasi pelayanan
pembuatan AK-1, proses pendataan dan
pembuatan Laporan Informasi Pasar
Kerja (IPK) hanya membutuhkan waktu
30 menit daripada sebelumnya yang
membutuhkan waktu 7 hari kerja.
Lamanya proses pembuatan tersebut
d i k a r e n a k a n p e t u g a s h a r u s
menguraikanklasifikasi data per lokasi
kecamatan, jenis kelamin, status dan umur
pencaker, jenis pendidikan dan tahun
kelulusan. Sedangkan untuk pembuatan
Laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia
(CTKI), dapat direduksi menjadi 30 menit
daripada sebelumnya yang masih
dilaksanakan secara manual dengan
pengetikan biasa, dan menghabiskan
waktu sebanyak 3 hari kerja.
5. Jika sebelumnya terjadi kesalahan penulisan di kartu kuning, maka petugas harus menulis kembali data pencari kerja, pemborosan waktu dan tenaga juga material kartu kuning itu sendiri.
6. Pemenuhan kebutuhan logistik kartu pencaker harus di cetak melalui percetakan atau pihak ketiga. Kini dengan penggunaan kertas HV sebagai bahan pembuatan kartu kuning, maka Disnakertrans Lebak tidak memerlukan pengadaan pihak ketiga. Efisiensi biaya dapat dicapai melalui penggunaan aplikasi tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan aplikasi tidak hanya dirasakan pencari kerja sebagai penerima layanan pembuatan kartu kuning oleh Disnakertrans Lebak namun juga para petugas. Melalui aplikasi ini, terjadi efisensi biaya pembuatan kartu kuning dan waktu penyusunan laporan
D. SEJARAH PEMBUATAN APLIKASI AK-1 KABUPATEN LEBAK (Mekanisme Inovasinya)
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali ditempatkan pada Disnakrertrans pada bulan Februari 2016, beliau merasa kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu Kuning yang sebelumnya dilakukan secara manual membuat waktu pelayanan cukup lama dan kesulitan dalam pengolahan datanya. Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK, setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk mengantri di depan loket Disnakertrans guna mendapatkan Kartu
Kuning.
Beliau berfikir bahwa pencatatan kartu kuning bisa lebih dipermudah apabila menggunakan aplikasi sederhana yang dapat dipakai oleh orang awam seperti Microsoft Excel. Melalui penggunaan Microsoft Excel sekaligus untuk penciptaan dan pengolahan database tenaga kerja. Beliau kemudian mencari tutorial bagaimana membuat aplikasi berbasis Microsoft Excel yang terdapat di youtube. Beliau mulai belajar mengenai source code, kode-kodenya dan perintah-perintah dalam pembuatan apl ikasi . Bel iau kemudian menentukan menu-menu, form-form, dan laporan apa saja yang akan secara otomatis dihasilkan dari aplikasi tersebut. Beliau mengidentifikasi perlunya otomatisasi laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia dan Informasi Pasar Kerja yang dihasilkan melalui aplikasi layanan pembuatan AK-1. Beliau kemudian mulai merancang aplikasi tersebut di awal tahun 2016.
Beliau menyampaikan ide mengenai aplikasi yang tengah dibangun tersebut, kepada Bapak Yono, Kepala Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Bpk. H. Maman Suparman, S.ST., M.Si. selaku Kepala Disnakertrans Lebak pada tahun 2016. Keduanya menyambut dengan antusias ide Bapak Rocky dalam pembuatan aplikasi tersebut. Keduanya sangat mensupport pembuatan aplikasi tersebut selama mampu memudahkan pekerjaan pegawai.
Pada bulan Juli dan Agustus 2016, prototype aplikasi diujicoba ketika terdapat banyak pencari kerja. Saat momen yang sama juga terdapat permintaan dari perusahaan swasta yang membutuhkan data khusus terkait pencari kerja. Pada bulan-bulan terakhir 2016, Bapak Rocky terus merevisi prototype aplikasi dengan sesuai dengan permintaan pencari kerja dan perusahaan pemberi kerja. Hingga pada akhirnya di awal tahun 2017, aplikasi tersebut dapat berjalan sepenuhnya.
Petugas Disnakertrans Lebak menginput data pencari kerja pada kota Input Data Pencari Kerja
Setelah data diinput, petugas mencetak kartukuning pemohon dan menempelkan pasfoto serta menstempelnya.
Tampilan Kartu Kuning yang telah disahkan
Pelayanan Kartu Kuning menggunakan
Aplikasi
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1817
2. Waktu layanan berkurang dari 6 menit
men jad i cukup 30 de t ik . P roses
penginputan data pencari kerja secara
komputerisasi, print out kartu kuning
sampai pemasangan foto dan pengesahan
hanya menghabiskan waktu selama 30
detik. Penginputan data pencari kerja
hanya dilakukan satu kali dan data
tersebut bisa dikembangkan untuk
berbagai keperluan pelaporan.
3. Proses revisi data pencari kerja yang
cukup praktis. Jika ada revisi data, kini
petugas tidak harus menulis kembali di
kartu kuning, tetapi cukup diedit pada
lembar kerja/ worksheet.
4. Sistem pengolahan data secara otomatis.
Tidak ada penginputan raw data kembali
pasca terbuatnya kartu kuning, karena
penginputan data pencari kerja sudah
dilakukan diawal dan otomatis diolah
menjadi data laporan. Sehingga proses
input data tidak perlu dilakukan berulang.
Melalui penggunaan Aplikasi pelayanan
pembuatan AK-1, proses pendataan dan
pembuatan Laporan Informasi Pasar
Kerja (IPK) hanya membutuhkan waktu
30 menit daripada sebelumnya yang
membutuhkan waktu 7 hari kerja.
Lamanya proses pembuatan tersebut
d i k a r e n a k a n p e t u g a s h a r u s
menguraikanklasifikasi data per lokasi
kecamatan, jenis kelamin, status dan umur
pencaker, jenis pendidikan dan tahun
kelulusan. Sedangkan untuk pembuatan
Laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia
(CTKI), dapat direduksi menjadi 30 menit
daripada sebelumnya yang masih
dilaksanakan secara manual dengan
pengetikan biasa, dan menghabiskan
waktu sebanyak 3 hari kerja.
5. Jika sebelumnya terjadi kesalahan penulisan di kartu kuning, maka petugas harus menulis kembali data pencari kerja, pemborosan waktu dan tenaga juga material kartu kuning itu sendiri.
6. Pemenuhan kebutuhan logistik kartu pencaker harus di cetak melalui percetakan atau pihak ketiga. Kini dengan penggunaan kertas HV sebagai bahan pembuatan kartu kuning, maka Disnakertrans Lebak tidak memerlukan pengadaan pihak ketiga. Efisiensi biaya dapat dicapai melalui penggunaan aplikasi tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan aplikasi tidak hanya dirasakan pencari kerja sebagai penerima layanan pembuatan kartu kuning oleh Disnakertrans Lebak namun juga para petugas. Melalui aplikasi ini, terjadi efisensi biaya pembuatan kartu kuning dan waktu penyusunan laporan
D. SEJARAH PEMBUATAN APLIKASI AK-1 KABUPATEN LEBAK (Mekanisme Inovasinya)
Aplikasi Pelayanan Pembuatan Kartu AK.1 (kartu kuning) merupakan sebuah sistem pendaftaran pencari kerja yang dikembangkan oleh Bapak Rocky Gumilang yang merupakan staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Disnakertrans Kabupaten Lebak. Sejak pertama kali ditempatkan pada Disnakrertrans pada bulan Februari 2016, beliau merasa kerepotan dan kewalahan setiap kali pelayanan pembuatan Kartu Kuning. Pelayanan Kartu Kuning yang sebelumnya dilakukan secara manual membuat waktu pelayanan cukup lama dan kesulitan dalam pengolahan datanya. Apalagi jika pada momen lulusan SMA/SMK, setelah Hari Raya Idul Fitri, dan saat rekruitmen CPNS dibuka. Ribuan pencari kerja dapat menumpuk pada bulan-bulan tersebut untuk mengantri di depan loket Disnakertrans guna mendapatkan Kartu
Kuning.
Beliau berfikir bahwa pencatatan kartu kuning bisa lebih dipermudah apabila menggunakan aplikasi sederhana yang dapat dipakai oleh orang awam seperti Microsoft Excel. Melalui penggunaan Microsoft Excel sekaligus untuk penciptaan dan pengolahan database tenaga kerja. Beliau kemudian mencari tutorial bagaimana membuat aplikasi berbasis Microsoft Excel yang terdapat di youtube. Beliau mulai belajar mengenai source code, kode-kodenya dan perintah-perintah dalam pembuatan apl ikasi . Bel iau kemudian menentukan menu-menu, form-form, dan laporan apa saja yang akan secara otomatis dihasilkan dari aplikasi tersebut. Beliau mengidentifikasi perlunya otomatisasi laporan Calon Tenaga Kerja Indonesia dan Informasi Pasar Kerja yang dihasilkan melalui aplikasi layanan pembuatan AK-1. Beliau kemudian mulai merancang aplikasi tersebut di awal tahun 2016.
Beliau menyampaikan ide mengenai aplikasi yang tengah dibangun tersebut, kepada Bapak Yono, Kepala Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Bpk. H. Maman Suparman, S.ST., M.Si. selaku Kepala Disnakertrans Lebak pada tahun 2016. Keduanya menyambut dengan antusias ide Bapak Rocky dalam pembuatan aplikasi tersebut. Keduanya sangat mensupport pembuatan aplikasi tersebut selama mampu memudahkan pekerjaan pegawai.
Pada bulan Juli dan Agustus 2016, prototype aplikasi diujicoba ketika terdapat banyak pencari kerja. Saat momen yang sama juga terdapat permintaan dari perusahaan swasta yang membutuhkan data khusus terkait pencari kerja. Pada bulan-bulan terakhir 2016, Bapak Rocky terus merevisi prototype aplikasi dengan sesuai dengan permintaan pencari kerja dan perusahaan pemberi kerja. Hingga pada akhirnya di awal tahun 2017, aplikasi tersebut dapat berjalan sepenuhnya.
Petugas Disnakertrans Lebak menginput data pencari kerja pada kota Input Data Pencari Kerja
Setelah data diinput, petugas mencetak kartukuning pemohon dan menempelkan pasfoto serta menstempelnya.
Tampilan Kartu Kuning yang telah disahkan
Pelayanan Kartu Kuning menggunakan
Aplikasi
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
1817
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
Pembenahan layanan Kartu Kuning (AK-1) tersebut tidak berhenti pada pembuatan aplikasi. Pada tahun 2017, dibuat kembali fitur tambahan dari Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 yakni SMS Gateway. Melalui fitur ini, para pencari kerja mendapatkan informasi dari Disnakertrans Lebak, apabila terdapat perusahaan yang menawarkan lowongan kerja. Namun mengingat aplikasi pembuatan layanan AK-1 berbasis Excel, fitur SMS Gateway dilakukan secara manual sesuai database pencari kerja . Aplikasi dan SMS Gateway ini rencananya akan dikembangkan lebih lanjut oleh bapak Rocky Gemilang di tahun 2019 menjadi aplikasi online dan otomatis.
E. KESIMPULAN DAN LESSON LEARNED
Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 merupakan sebuah inovasi yang berupaya memperbaiki proses layanan pembuatan kartu kuning pada Disnakertrans Kabupaten Lebak. Inovasi tersebut telah memperpendek prosedur layanan dari 3 langkah pendaftaran menjadi cukup 2 langkah saja. Selain itu inovasi ini berdampak kepada pengurangan waktu layanan kartu kuning dari semula 6 menit menjadi cukup 30 detik. Selain itu inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyusunan laporan k e t e n a g a k e r j a a n seperti Laporan Calon T e n a g a K e r j a Indonesia (CTKI) dan Laporan Informasi Pasar Kerja (IPK). Proses penyusunan Laporan CTKI dan IPK dapat dikurangi dari semula 7 dan 3 hari menjadi cukup 30 menit. Di luar hal t e r s e b u t , D i s n a k e r t r a n s Kabupaten Lebak juga
menghemat biaya pengadaan kartu kuning dari sebelumnya menggunakan pihak ketiga menjadi cukup menggunakan kertas HVS.
Dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi ini memberikan beberapa dampak yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.
Aplikasi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa inovasi tidak selalu berbiaya mahal dan menggunakan bantuan pihak ketiga. Pembuatan aplikasi layanan pembuatan AK-1 oleh Bapak Rocky Gemilang ini cukup dengan penggunaan Microsoft Excel dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Penggunaan Microsoft Excel juga menunjukkan bahwa inovasi berbentuk teknologi informasi tidak selalu menggunakan aplikasi yang baru namun cukup dengan aplikasi yang lumrah diketahui oleh masyarakat. Upaya Bapak Rocky dalam mempelajari pembuatan aplikasi melalui tutorial yang tersebar di dunia maya menunjukkan bahwa selama terdapat kemauan keras, inovasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi biaya. Namun dengan syarat bahwa sang innovator diberikan keleluasaan waktu untuk berfikir kreatif dan merancang inovasi yang digagas dan mendapat dukungan penuh dari atasan seperti yang telah diutarakan Bapak Rocky.
A. Latar Belakang
Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun
2014 tentang Desa, telah menempatkan desa
sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah
diberikan kewenangan dan sumber dana yang
memadai agar dapat mengelola potensi yang
dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan
kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
s e t i a p t a h u n P e m e r i n t a h P u s a t t e l a h
menganggarkan Dana Desa yang cukup besar
untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944
Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun
2015 lalu.
Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa
telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan
rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar
Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa
meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-
rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di
tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana
Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap
desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun
pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap
penggunaan Dana Desa in i , yang te lah
menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang
bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa
terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan
desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit
sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu;
14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485
unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase
dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit
embung dalam periode 2015-2016.
KADE (Klinik KonsultasiDana Desa)
1
Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv.1
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK 2019
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
Pembenahan layanan Kartu Kuning (AK-1) tersebut tidak berhenti pada pembuatan aplikasi. Pada tahun 2017, dibuat kembali fitur tambahan dari Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 yakni SMS Gateway. Melalui fitur ini, para pencari kerja mendapatkan informasi dari Disnakertrans Lebak, apabila terdapat perusahaan yang menawarkan lowongan kerja. Namun mengingat aplikasi pembuatan layanan AK-1 berbasis Excel, fitur SMS Gateway dilakukan secara manual sesuai database pencari kerja . Aplikasi dan SMS Gateway ini rencananya akan dikembangkan lebih lanjut oleh bapak Rocky Gemilang di tahun 2019 menjadi aplikasi online dan otomatis.
E. KESIMPULAN DAN LESSON LEARNED
Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 merupakan sebuah inovasi yang berupaya memperbaiki proses layanan pembuatan kartu kuning pada Disnakertrans Kabupaten Lebak. Inovasi tersebut telah memperpendek prosedur layanan dari 3 langkah pendaftaran menjadi cukup 2 langkah saja. Selain itu inovasi ini berdampak kepada pengurangan waktu layanan kartu kuning dari semula 6 menit menjadi cukup 30 detik. Selain itu inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyusunan laporan k e t e n a g a k e r j a a n seperti Laporan Calon T e n a g a K e r j a Indonesia (CTKI) dan Laporan Informasi Pasar Kerja (IPK). Proses penyusunan Laporan CTKI dan IPK dapat dikurangi dari semula 7 dan 3 hari menjadi cukup 30 menit. Di luar hal t e r s e b u t , D i s n a k e r t r a n s Kabupaten Lebak juga
menghemat biaya pengadaan kartu kuning dari sebelumnya menggunakan pihak ketiga menjadi cukup menggunakan kertas HVS.
Dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi ini memberikan beberapa dampak yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.
Aplikasi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa inovasi tidak selalu berbiaya mahal dan menggunakan bantuan pihak ketiga. Pembuatan aplikasi layanan pembuatan AK-1 oleh Bapak Rocky Gemilang ini cukup dengan penggunaan Microsoft Excel dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Penggunaan Microsoft Excel juga menunjukkan bahwa inovasi berbentuk teknologi informasi tidak selalu menggunakan aplikasi yang baru namun cukup dengan aplikasi yang lumrah diketahui oleh masyarakat. Upaya Bapak Rocky dalam mempelajari pembuatan aplikasi melalui tutorial yang tersebar di dunia maya menunjukkan bahwa selama terdapat kemauan keras, inovasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi biaya. Namun dengan syarat bahwa sang innovator diberikan keleluasaan waktu untuk berfikir kreatif dan merancang inovasi yang digagas dan mendapat dukungan penuh dari atasan seperti yang telah diutarakan Bapak Rocky.
A. Latar Belakang
Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun
2014 tentang Desa, telah menempatkan desa
sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah
diberikan kewenangan dan sumber dana yang
memadai agar dapat mengelola potensi yang
dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan
kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
s e t i a p t a h u n P e m e r i n t a h P u s a t t e l a h
menganggarkan Dana Desa yang cukup besar
untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944
Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun
2015 lalu.
Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa
telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan
rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar
Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa
meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-
rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di
tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana
Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap
desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun
pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap
penggunaan Dana Desa in i , yang te lah
menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang
bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa
terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan
desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit
sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu;
14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485
unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase
dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit
embung dalam periode 2015-2016.
KADE (Klinik KonsultasiDana Desa)
1
Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv.1
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK 2019
Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama
dua tahun terakhir juga telah menunjukkan
bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah
berhasi l meningkatkan kual i tas hidup
masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain
dengan menurunnya rasio ketimpangan
perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi
0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah
penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun
2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya
penurunan persentase penduduk miskin
perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi
13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan
dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun
mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang
lebih baik.
Memang, penggunaan Dana Desa pada
dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa
sesuai dengan kewenangan dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan
tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang
dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui
APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,
dalam rangka mengawal dan memastikan
capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah
telah menetapkan prioritas penggunaan dana
desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam
member ikan a rahan te rhadap sasaran
pembangunan, khususnya wilayah perdesaan
agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,
terutama untuk mendukung pengentasan desa
tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.
U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i
pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek
penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh
para pemangku kepentingan di level pemerintah
desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya
b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n
perundangan untuk mengatur berbagai hal agar
pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana
amanat Undang-Undang Desa. Regulasi
tersebut antara lain:
a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g
Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks
Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
Berdasarkan peraturan perundangan
tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah
dalam menangani Dana Desa, harus dapat
menyikapi dengan bijak dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang
bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah
daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap
dalam mengelola keuangan dalam mengurus
dan mempertanggungjawabkan dana yang
cukup besar dan cenderung akan meningkat
pada setiap tahunnya.
Tabel. 1Jumlah Dana Desa
Namun demikian, pengucuran dana desa
merupakan salah satu bentuk langkah maju dari
pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan
ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi
pemerintah dan pemerintah daerah selaku
P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )
penyelenggaraan pemerintahan desa, yang
secara efektif untuk mempersiapkan aparatur
desa dalam pengelolaan dana desa yang
dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya
pengelolaan dana desa yang secara umum
belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,
tidak transparan, tidak akuntabel serta marak
terjadinya penyimpangan penggunaan dana
desa d imana-mana , t e lah menjad ikan
banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan
penegak hukum.
Sumber: www.kemenkeu.go.id
Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2221
Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama
dua tahun terakhir juga telah menunjukkan
bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah
berhasi l meningkatkan kual i tas hidup
masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain
dengan menurunnya rasio ketimpangan
perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi
0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah
penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun
2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya
penurunan persentase penduduk miskin
perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi
13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan
dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun
mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang
lebih baik.
Memang, penggunaan Dana Desa pada
dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa
sesuai dengan kewenangan dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan
tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang
dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui
APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,
dalam rangka mengawal dan memastikan
capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah
telah menetapkan prioritas penggunaan dana
desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam
member ikan a rahan te rhadap sasaran
pembangunan, khususnya wilayah perdesaan
agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,
terutama untuk mendukung pengentasan desa
tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.
U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i
pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek
penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh
para pemangku kepentingan di level pemerintah
desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya
b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n
perundangan untuk mengatur berbagai hal agar
pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana
amanat Undang-Undang Desa. Regulasi
tersebut antara lain:
a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g
Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks
Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
Berdasarkan peraturan perundangan
tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah
dalam menangani Dana Desa, harus dapat
menyikapi dengan bijak dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang
bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah
daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap
dalam mengelola keuangan dalam mengurus
dan mempertanggungjawabkan dana yang
cukup besar dan cenderung akan meningkat
pada setiap tahunnya.
Tabel. 1Jumlah Dana Desa
Namun demikian, pengucuran dana desa
merupakan salah satu bentuk langkah maju dari
pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan
ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi
pemerintah dan pemerintah daerah selaku
P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )
penyelenggaraan pemerintahan desa, yang
secara efektif untuk mempersiapkan aparatur
desa dalam pengelolaan dana desa yang
dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya
pengelolaan dana desa yang secara umum
belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,
tidak transparan, tidak akuntabel serta marak
terjadinya penyimpangan penggunaan dana
desa d imana-mana , t e lah menjad ikan
banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan
penegak hukum.
Sumber: www.kemenkeu.go.id
Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2221
Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.
D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan
dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.
B Inisiasi Inovasi
Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan
sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan
Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan
pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh
BPK RI tersebu atas laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak
Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa
telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa
terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk
k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a
pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa
tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama
dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan
pertanggung jawabannya.
Selain itu pula, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
perwakilan Propinsi Banten juga telah
melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan
2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka
penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa
pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah
menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa
pemerintah desa harus melakukan proses
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-
jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan
aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi
Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah
Provinsi Banten bahwa dalam surat yang
ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten
Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil
monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi
terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di
Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan
a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n
ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban
pengelolaan dana desa.
Buruknya pengelolaan Dana Desa di
Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah
berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan
oleh 3 faktor utama yaitu:
1) Rendahnya kompentensi SDM
Pemerintahan Desa
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada
umumnya SDM pemerintahan desa di
Kabupaten Lebak dengan latar belakang
pendidikan yang sangat beragam dan
relative rendah, telah menjadi factor utama
rendahnya kompetensi aparatur desa,
khususnya dalam pengelolaan dan
per tanggung- jawaban Dana Desa .
Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten
Lebak, te lah melakukan berbagai
b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n
pendampingan melalui dinas terkait,
namun pada kenyataannya masih belum
maksimal untuk dapat mendongkrak
kapasitas SDM aparatur desa.
2) Tata kelola dana desa
A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n
pengelolaan keuangan desa (khususnya
dana desa) masih dianggap rumit oleh
sebagian besar aparat desa, sekalipun telah
dilakukan penyederhanaan� regulasi
yang awalnya menggunakan Permendagri
No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti
dengan Permendagri No.113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam hal ini, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI
telah membuat dan mengembangkan
adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan
d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a
SISKEUDES diharapkan dapat membantu
pemerintah desa dalam pengelolaan dana
desa.
sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)
Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak
Secara umum, adanya ketidaktertiban
pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana
Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini
terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah
dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten
Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai
Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak
Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2423
Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.
D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan
dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.
B Inisiasi Inovasi
Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan
sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan
Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan
pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh
BPK RI tersebu atas laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak
Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa
telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa
terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk
k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a
pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa
tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama
dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan
pertanggung jawabannya.
Selain itu pula, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
perwakilan Propinsi Banten juga telah
melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan
2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka
penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa
pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah
menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa
pemerintah desa harus melakukan proses
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-
jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan
aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi
Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah
Provinsi Banten bahwa dalam surat yang
ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten
Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil
monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi
terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di
Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan
a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n
ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban
pengelolaan dana desa.
Buruknya pengelolaan Dana Desa di
Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah
berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan
oleh 3 faktor utama yaitu:
1) Rendahnya kompentensi SDM
Pemerintahan Desa
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada
umumnya SDM pemerintahan desa di
Kabupaten Lebak dengan latar belakang
pendidikan yang sangat beragam dan
relative rendah, telah menjadi factor utama
rendahnya kompetensi aparatur desa,
khususnya dalam pengelolaan dan
per tanggung- jawaban Dana Desa .
Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten
Lebak, te lah melakukan berbagai
b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n
pendampingan melalui dinas terkait,
namun pada kenyataannya masih belum
maksimal untuk dapat mendongkrak
kapasitas SDM aparatur desa.
2) Tata kelola dana desa
A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n
pengelolaan keuangan desa (khususnya
dana desa) masih dianggap rumit oleh
sebagian besar aparat desa, sekalipun telah
dilakukan penyederhanaan� regulasi
yang awalnya menggunakan Permendagri
No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti
dengan Permendagri No.113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam hal ini, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI
telah membuat dan mengembangkan
adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan
d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a
SISKEUDES diharapkan dapat membantu
pemerintah desa dalam pengelolaan dana
desa.
sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)
Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak
Secara umum, adanya ketidaktertiban
pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana
Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini
terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah
dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten
Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai
Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak
Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2423
Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat Desa
Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.
2. Pemerintahan Desa
a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.
b. Meningkatnya kompetensi aparatur
d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.
c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.
3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak
a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);
b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.
Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:
3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.
Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.
Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.
Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.
Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.
Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2625
Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat Desa
Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.
2. Pemerintahan Desa
a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.
b. Meningkatnya kompetensi aparatur
d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.
c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.
3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak
a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);
b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.
Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:
3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.
Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.
Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.
Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.
Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.
Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2625
Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang
telah dibuat tersebut, maka dalam proses
implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya
pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan
sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,
yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja
secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam
proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi
ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan
dapa t member ikan masukan te rhadap
perkembangan dan penyempurnaan inovasi
“KADE” agar dalam penerapannya menjadi
lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya
Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten
Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang
Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah
Kabupaten Lebak.
Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,
juga memetakan stakeholders yang akan terlibat
dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki
keterkaitan secara
substansi. Adapun
stakeholders yang
dimaksud antara
lain:
1) B u p a t i
Lebak
2) Kepala BPK
RI
Perwakilan
Provinsi Banten
3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi
Banten
4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi
Banten
5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n
Masyarakat Desa Kabupaten Lebak
6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Lebak
7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n
Pembngunanan Daerah Kabupaten
Lebak
8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban
Camat Kebupaten Lebak)
9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak
(Apdes Lebak)
10) Lurah
11) Pers
12) LSM
Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini
telah mulai direncanakan mekanisme dan
penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan
prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku
Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,
formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir
notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner
dalam rangka mempromosikan Inovasi
“KADE” ini.
2. Tahap Pengorganisasian
Tahap Pengorganisasian dimulai setelah
dilakukannya pemetaan stakeholders dan
adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis
terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja
t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah
membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui
Keputusan Bupati Lebak.
Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih
efekt i f dalam implementasinya, maka
dibuatkanlah SOP (Standard Operational
Procedur) mengenai langkah-langkah proses
pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah
dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.
Setelah adanya SOP ini, t im mencoba
mensimulasikan terlebih dahulu sebagai
evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi
kepada pengguna “KADE”.
3. Tahap Pelaksanaan
Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak
(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.
Setelah dilakukannya sosialisasi dan
peta dukungan Inovasi “KADE”, maka
selanjutnya adalah mengimplementasikan
“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah
dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa
“KADE”).
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2827
Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang
telah dibuat tersebut, maka dalam proses
implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya
pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan
sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,
yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja
secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam
proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi
ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan
dapa t member ikan masukan te rhadap
perkembangan dan penyempurnaan inovasi
“KADE” agar dalam penerapannya menjadi
lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya
Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten
Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang
Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah
Kabupaten Lebak.
Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,
juga memetakan stakeholders yang akan terlibat
dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki
keterkaitan secara
substansi. Adapun
stakeholders yang
dimaksud antara
lain:
1) B u p a t i
Lebak
2) Kepala BPK
RI
Perwakilan
Provinsi Banten
3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi
Banten
4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi
Banten
5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n
Masyarakat Desa Kabupaten Lebak
6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Lebak
7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n
Pembngunanan Daerah Kabupaten
Lebak
8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban
Camat Kebupaten Lebak)
9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak
(Apdes Lebak)
10) Lurah
11) Pers
12) LSM
Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini
telah mulai direncanakan mekanisme dan
penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan
prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku
Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,
formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir
notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner
dalam rangka mempromosikan Inovasi
“KADE” ini.
2. Tahap Pengorganisasian
Tahap Pengorganisasian dimulai setelah
dilakukannya pemetaan stakeholders dan
adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis
terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja
t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah
membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui
Keputusan Bupati Lebak.
Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih
efekt i f dalam implementasinya, maka
dibuatkanlah SOP (Standard Operational
Procedur) mengenai langkah-langkah proses
pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah
dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.
Setelah adanya SOP ini, t im mencoba
mensimulasikan terlebih dahulu sebagai
evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi
kepada pengguna “KADE”.
3. Tahap Pelaksanaan
Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak
(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.
Setelah dilakukannya sosialisasi dan
peta dukungan Inovasi “KADE”, maka
selanjutnya adalah mengimplementasikan
“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah
dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa
“KADE”).
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
2827
4. Tahap Pengawasan
Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:
1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”
Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.
2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)
Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).
C. Mekanisme Inovasi
Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan
dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.
Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.
Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.
Inspektorat Daerah menyediakan
layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi
Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari
s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i
permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa
tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.
Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek
audit berganti sebagai subyek yang diharapkan
aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi
permasalahan yang perlu dikonsultasikan
kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,
inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang
berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.
Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan
dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,
dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak
lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain
sebagainya.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai
dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana
Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya
pencegahan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan desa, mendorong
Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu
proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya
penyimpangan, meminimalkan temuan
pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta
meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah
Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lebak.
Untuk tahap persiapan antara lain
melakukan pembentukan dan penetapan Tim
Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun
a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,
mempersiapkan form kelengkapan administrasi
kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.
Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) sebagai berikut:
1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien
menyampaikan permohonan konsultasi baik
secara tertulis (melalui surat, WA
maupun SMS) maupun secara lisan
melalui telepon.
2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat
p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n
menyampaikannya kepada Tim
Konsultasi dengan melampirkan
masalah yang akan dikonsultasi.
3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang
akan dikonsul tas ikan oleh kepala
desa/perangkat� desa dan menentukan
auditor yang akan melayani konsultasi
tersebut dan menyampaikan kembali
kepada petugas piket/resepsionis.
4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan
kepala desa/perangkat desa untuk memasuki
ruang konsultasi.
5. Auditor yang ditugaskan, memberikan
konsultasi berupa saran dan masukan atas
permasalahan yang disampaikan oleh
kepala desa/perangkat desa.
6. Auditor yang memberikan konsultasi,
membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi
dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.
7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat
kompilasi notulen serta menyusun laporan
hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan
menyampaikan laporan tersebut kepada
lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan
pemantauan yaitu menyusun data base hasil
kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala
kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan
melakukan pemantauan terhadap Pemerintah
Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3029
4. Tahap Pengawasan
Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:
1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”
Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.
2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)
Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).
C. Mekanisme Inovasi
Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan
dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.
Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.
Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.
Inspektorat Daerah menyediakan
layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi
Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari
s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i
permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa
tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.
Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek
audit berganti sebagai subyek yang diharapkan
aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi
permasalahan yang perlu dikonsultasikan
kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,
inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang
berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.
Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan
dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,
dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak
lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain
sebagainya.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai
dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana
Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya
pencegahan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan desa, mendorong
Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu
proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya
penyimpangan, meminimalkan temuan
pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta
meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah
Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lebak.
Untuk tahap persiapan antara lain
melakukan pembentukan dan penetapan Tim
Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun
a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,
mempersiapkan form kelengkapan administrasi
kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.
Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi
Dana Desa (KADE) sebagai berikut:
1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien
menyampaikan permohonan konsultasi baik
secara tertulis (melalui surat, WA
maupun SMS) maupun secara lisan
melalui telepon.
2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat
p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n
menyampaikannya kepada Tim
Konsultasi dengan melampirkan
masalah yang akan dikonsultasi.
3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang
akan dikonsul tas ikan oleh kepala
desa/perangkat� desa dan menentukan
auditor yang akan melayani konsultasi
tersebut dan menyampaikan kembali
kepada petugas piket/resepsionis.
4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan
kepala desa/perangkat desa untuk memasuki
ruang konsultasi.
5. Auditor yang ditugaskan, memberikan
konsultasi berupa saran dan masukan atas
permasalahan yang disampaikan oleh
kepala desa/perangkat desa.
6. Auditor yang memberikan konsultasi,
membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi
dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.
7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat
kompilasi notulen serta menyusun laporan
hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan
menyampaikan laporan tersebut kepada
lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan
pemantauan yaitu menyusun data base hasil
kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala
kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan
melakukan pemantauan terhadap Pemerintah
Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3029
D. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi
Inovasi ini tetap dibutuhkan selama
Undang-Undang Desa masih berlaku dan desa
mendapatkan dana desa. Seperti yang telah
disampaikan di atas bahwa tugas inspektorat
bukan sebagai watchdog tetapi membina para
perangkat desa yang mengelola dana desa.
Klinik Desa ini dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan dana desa dan pencegahan
kesalahan administrasi. Untuk keberlanjutan
yang lebih baik maka perlu pengaturan jadwal
konsultasi yang lebih baik mengingat ada 340
desa di Kabupaten Lebak yang harus
difasilitasi.
Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi
Serang ataupun Provinsi lainnya yang ada di
Indonesia dapat melakukan replikasi inovasi
KADE ini. Permasalahan serupa dalam
pengelolaan dana desa juga dihadapi oleh
Kabupaten lainnya. Apalagi Inspektorat
Kabupaten Lebak sudah memiliki SOP
p e n y e l e n g g a r a a n , m e k a n i s m e , d a n
pengawasan pelaksanaan Klinik Konsultasi
Dana Desa ini. Apabila Kabupaten lain ingin
melaksanakan inovasi serupa di Kabupatennya
dapat melakukan studi banding ke Kabupaten
Lebak.
E. Lesson Learn Inovasi KADE
P e r u b a h a n p a r a d i g m a i n t e r n a l
Inspektorat adalah hal yang paling utama
menjadi pembelajaran yang didapatkan dari
penyelenggaraan KADE ini. Inspektorat
mengubah cara pandang pada perangkat desa
dan dirinya sendiri, yang semula hanya
mengaudit tetapi mau memberikan fasilitas
konsultasi kepada para kepala Desa dan
perangkat desa lainnya. Pihak yang menerima
manfaat dari KADE ini tidak hanya perangkat
desa saja yang dipermudah dalam pengelolaan
dana desa. Adapun pihak lainnya yang
mendapatkan manfaat adalah Inspektorat yang
menjadi lebih mudah dalam melakukan proses
audit karena pengelolaan dan pembuatan
laporan dana desa sudah dikonsultasikan
terlebih dahulu. Yang paling penting adalah
masyarakat mendapatkan haknya atas dana
desa s e sua i dengan pe run tukannya .
Kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
dana desa dapat diminimalisir.
L e s s o n L e a r n l a i n n y a a d a l a h
menerapkan Whole of Governement dalam
pelaksanaan inovasinya. Inspektorat sudah
melakukan pemetaan stakeholders yang
terlibat, tidak hanya Inspektorat dengan
perangkat desa saja. Tetapi juga melibatkan
BPK Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPK
RI Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPKP
Perwakilan Provinsi Banten, Inspektur dan
Auditor Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten
Lebak, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Lebak, Kepala
Badan Perencanaan Pembngunanan Daerah
Kabupaten Lebak, Camat se-Kabupaten Lebak
(Paguyuban Camat Kebupaten Lebak), sampai
pada Organisasi Non Pemerintahan. Untuk
melakukan perbaikan memang dinbutuhkan
kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
ATIKAN(Asal Ketik Arsip Nampak)
A. Latar Belakang:
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2009 Tentang Kearsipan, menyebutkan bahwa
arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa
dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan,
sebagai bukti rekaman penyelenggaran dan
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, arsip
yang merupakan bagian dari identitas dan
jatidiri bangsa dan merupakan salah satu sarana
penyelamatan wilayah negara dan simpul
pemersatu bangsa harus diselamatkan.
Namun demikian, pengelolaan arsip
cenderung diabaikan oleh sebagian besar orang
karena sering tidak dianggap penting, padahal
sebuah arsip merupakan bukti fisik atas suatu
pekerjaan yang telah dilakukan dan atau
informasi dan peristiwa yang merekam
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dimasa yang lampau, sekarang
dan yang akan datang di berbagai bidang,
politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Arsip dengan segala
bentuk medianya, keberadaannya tidak bisa
tergantikan dan merupakan memori kolektif
yang dapat meningkatkan kesadaran nasional,
mempertegas identitas dan jatidiri bangsa
Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan,
kehilangan sebuah arsip sama dengan
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3231
D. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi
Inovasi ini tetap dibutuhkan selama
Undang-Undang Desa masih berlaku dan desa
mendapatkan dana desa. Seperti yang telah
disampaikan di atas bahwa tugas inspektorat
bukan sebagai watchdog tetapi membina para
perangkat desa yang mengelola dana desa.
Klinik Desa ini dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan dana desa dan pencegahan
kesalahan administrasi. Untuk keberlanjutan
yang lebih baik maka perlu pengaturan jadwal
konsultasi yang lebih baik mengingat ada 340
desa di Kabupaten Lebak yang harus
difasilitasi.
Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi
Serang ataupun Provinsi lainnya yang ada di
Indonesia dapat melakukan replikasi inovasi
KADE ini. Permasalahan serupa dalam
pengelolaan dana desa juga dihadapi oleh
Kabupaten lainnya. Apalagi Inspektorat
Kabupaten Lebak sudah memiliki SOP
p e n y e l e n g g a r a a n , m e k a n i s m e , d a n
pengawasan pelaksanaan Klinik Konsultasi
Dana Desa ini. Apabila Kabupaten lain ingin
melaksanakan inovasi serupa di Kabupatennya
dapat melakukan studi banding ke Kabupaten
Lebak.
E. Lesson Learn Inovasi KADE
P e r u b a h a n p a r a d i g m a i n t e r n a l
Inspektorat adalah hal yang paling utama
menjadi pembelajaran yang didapatkan dari
penyelenggaraan KADE ini. Inspektorat
mengubah cara pandang pada perangkat desa
dan dirinya sendiri, yang semula hanya
mengaudit tetapi mau memberikan fasilitas
konsultasi kepada para kepala Desa dan
perangkat desa lainnya. Pihak yang menerima
manfaat dari KADE ini tidak hanya perangkat
desa saja yang dipermudah dalam pengelolaan
dana desa. Adapun pihak lainnya yang
mendapatkan manfaat adalah Inspektorat yang
menjadi lebih mudah dalam melakukan proses
audit karena pengelolaan dan pembuatan
laporan dana desa sudah dikonsultasikan
terlebih dahulu. Yang paling penting adalah
masyarakat mendapatkan haknya atas dana
desa s e sua i dengan pe run tukannya .
Kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
dana desa dapat diminimalisir.
L e s s o n L e a r n l a i n n y a a d a l a h
menerapkan Whole of Governement dalam
pelaksanaan inovasinya. Inspektorat sudah
melakukan pemetaan stakeholders yang
terlibat, tidak hanya Inspektorat dengan
perangkat desa saja. Tetapi juga melibatkan
BPK Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPK
RI Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPKP
Perwakilan Provinsi Banten, Inspektur dan
Auditor Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten
Lebak, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Lebak, Kepala
Badan Perencanaan Pembngunanan Daerah
Kabupaten Lebak, Camat se-Kabupaten Lebak
(Paguyuban Camat Kebupaten Lebak), sampai
pada Organisasi Non Pemerintahan. Untuk
melakukan perbaikan memang dinbutuhkan
kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
ATIKAN(Asal Ketik Arsip Nampak)
A. Latar Belakang:
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2009 Tentang Kearsipan, menyebutkan bahwa
arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa
dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan,
sebagai bukti rekaman penyelenggaran dan
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, arsip
yang merupakan bagian dari identitas dan
jatidiri bangsa dan merupakan salah satu sarana
penyelamatan wilayah negara dan simpul
pemersatu bangsa harus diselamatkan.
Namun demikian, pengelolaan arsip
cenderung diabaikan oleh sebagian besar orang
karena sering tidak dianggap penting, padahal
sebuah arsip merupakan bukti fisik atas suatu
pekerjaan yang telah dilakukan dan atau
informasi dan peristiwa yang merekam
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dimasa yang lampau, sekarang
dan yang akan datang di berbagai bidang,
politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Arsip dengan segala
bentuk medianya, keberadaannya tidak bisa
tergantikan dan merupakan memori kolektif
yang dapat meningkatkan kesadaran nasional,
mempertegas identitas dan jatidiri bangsa
Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan,
kehilangan sebuah arsip sama dengan
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3231
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, menjadi jaminan
pemberian pelayanan publik yang lebih
transparan, efektif dan efisien, partisipatoris,
responsif dan akuntabel menjadi tuntutan dan
kebutuhan dasar masyarakat untuk memperoleh
informasi. Adapun informasi yang harus
disediakan oleh badan publik antara lain dapat
berupa fisik arsipnya ataupun dapat berupa
informasi yang sudah diolah yang bersumber
dari arsip.
Undang-Undang di atas dimaksudkan
untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik, transparan, efektif dan efisien,
akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan,
mengingat stigma buruk masyarakat terhadap
kinerja birokrasi di Indonesia. Kita sering
menjumpai panjangnya antrian di loket-loket
pelayanan masyarakat di kantor-kantor
pemerintah, padahal baik masyarakat maupun
para pekerja menginginkan mendapatkan dan
memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.
Pemberian pelayanan kepada masyarakat yang
memakan durasi yang lama, bisa jadi salah
satunya disebabkan karena masalah penataan
dan penyimpanan data dan informasi kearsipan.
Beberapa masalah penataan dan
penyimpanan data dan informasi kearsipan yang
sering kita jumpai di instansi pemerintah/swasta
adalah: tidak dapat atau sulit menemukan
kembali arsip dengan cepat dan tepat saat
diperlukan; menunda atau tidak menyegerakan
untuk menyimpan arsip dan membiasakan
menumpuk arsip pada sembarangan tempat;
kurang menyadari arti pentingnya suatu arsip
bagi organisasi; peminjaman oleh pihak lain
tidak melalui prosedur yang benar atau terlalu
lama; penyusunan arsip secara serampangan;
dan SDM/petugas arsip kurang terampil.
Untuk melaksanakan sub urusan
konkuren wajib bidang kearsipan dan bidang
perpustakaan, sebagaimana diatur dalam
Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 2014, di
Kabupaten Lebak telah diterbitkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Lebak. Pergantian status dari Kantor
Perpustakaan dan Arsip (KPAD) yang dibentuk
melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017 berubah
menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak. Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja dinas ini ditetapkan melalui Peratuan
bupati Nomor 32 Tahun 2016. Selain perubahan
nama dan statusnya, alamat gedung berpindah
dari semula di Jl . Abdi Negara No. 3
Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No. 3
Rangkasbitung.
Pelayanan informasi dan pengelolaan
arsip di Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah
adanya perubahan struktur organisasi dan
perpindahan kantor baru, belum optimal dan
keberadaan data kearsipan yang masih
semrawut. Belum lagi permasalahan utama yang
ada di Kabupaten Lebak menurut dokumen
RPJMD Kabupaten Lebak tahun 2014-2019,
adalah: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana
pengelolaan kearsipan; (2) Terbatasnya SDM
fungsional yang menangani kearsipan; serta (3)
Rendahnya kesadaran aparatur tentang nilai
penting dan strategis bidang kearsipan.
Untuk mendukung upaya pemerintah
daerah tersebut, Dinas Arsip dan Perpustakaan
Kabupaten Lebak mengusung program
pengelolaan dan penataan di bidang kearsipan,
yaitu: ATIKAN, sebagai sebuah inovasi aplikasi
yang prinsip kerjanya dapat menampilkan data
dan informasi kearsipan dengan cepat dan
akurat.
B. Tujuan Inovasi ATIKAN
Aplikasi ATIKAN dibuat dengan tujuan untuk
mempermudah pengelolaan kearsipan yang
menampilkan data dan informasi kearsipan yang
baku, terpadu, efekt i f , efisien, cepat ,
tepat/akurat dan sesuai dengan perkembangan
dan dinamika teknologi.
C. Mengenal Dinas Kearsipan dan
P e r p u s t a k a a n ( D i s k e r p u s )
Kabupaten Lebak dan Program
Inovasi ATIKAN (Asal Ketik Arsip
Nampak)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas dan
sebagai implikasi ditetapkannya Undang-
Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Desa, organisasi perangkat
daerah yang menangani urusan kearsipan dan
perpustakaan di Kabupaten Lebak mengalami
perubahan baik status
maupun nomenklaturnya. Pergantian
status dari Kantor Perpustakaan dan Arsip
(KPAD) menjadi Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan (Diskerpus) Kabupaten Lebak
melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja dinas ini ditetapkan
melalui Peratuan bupati Nomor 32 Tahun 2016.
Selain perubahan nama dan statusnya, alamat
gedung berpindah dari semula di Jl. Abdi Negara
No. 3 Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No.
3 Rangkasbitung.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak mempunyai
kewenangan urusan bidang kearsipan yang
me l ipu t i penge lo l aan , pe r l i ndungan ,
penyelamatan dan perizinan di bidang
kearsipan; dan urusan bidang perpustakaan
meliputi pembinaan perpustakaan, pelestarian
koleksi nasional dan pelestarian naskah kuno.
Visi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak, adalah
“Mewujudkan Tertib Administrasi Kearsipan
sebagai Penunjang Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah dan Memberdayakan Perpustakaan
guna Mencerdaskan Masyarakat Kabupaten
Lebak”. Sedangkan Misi yang dilakukan Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan (Diskerpus)
Kabupaten Lebak, adalah:
· Menyelamatkan arsip sebagai
s u m b e r i n f o r m a s i d a n b a h a n
pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pemerintahan:
· Meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) bidang kearsipan dan
perpustakaan yang profesional dan
mandiri;
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3433
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, menjadi jaminan
pemberian pelayanan publik yang lebih
transparan, efektif dan efisien, partisipatoris,
responsif dan akuntabel menjadi tuntutan dan
kebutuhan dasar masyarakat untuk memperoleh
informasi. Adapun informasi yang harus
disediakan oleh badan publik antara lain dapat
berupa fisik arsipnya ataupun dapat berupa
informasi yang sudah diolah yang bersumber
dari arsip.
Undang-Undang di atas dimaksudkan
untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik, transparan, efektif dan efisien,
akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan,
mengingat stigma buruk masyarakat terhadap
kinerja birokrasi di Indonesia. Kita sering
menjumpai panjangnya antrian di loket-loket
pelayanan masyarakat di kantor-kantor
pemerintah, padahal baik masyarakat maupun
para pekerja menginginkan mendapatkan dan
memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.
Pemberian pelayanan kepada masyarakat yang
memakan durasi yang lama, bisa jadi salah
satunya disebabkan karena masalah penataan
dan penyimpanan data dan informasi kearsipan.
Beberapa masalah penataan dan
penyimpanan data dan informasi kearsipan yang
sering kita jumpai di instansi pemerintah/swasta
adalah: tidak dapat atau sulit menemukan
kembali arsip dengan cepat dan tepat saat
diperlukan; menunda atau tidak menyegerakan
untuk menyimpan arsip dan membiasakan
menumpuk arsip pada sembarangan tempat;
kurang menyadari arti pentingnya suatu arsip
bagi organisasi; peminjaman oleh pihak lain
tidak melalui prosedur yang benar atau terlalu
lama; penyusunan arsip secara serampangan;
dan SDM/petugas arsip kurang terampil.
Untuk melaksanakan sub urusan
konkuren wajib bidang kearsipan dan bidang
perpustakaan, sebagaimana diatur dalam
Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 2014, di
Kabupaten Lebak telah diterbitkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Lebak. Pergantian status dari Kantor
Perpustakaan dan Arsip (KPAD) yang dibentuk
melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017 berubah
menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak. Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja dinas ini ditetapkan melalui Peratuan
bupati Nomor 32 Tahun 2016. Selain perubahan
nama dan statusnya, alamat gedung berpindah
dari semula di Jl . Abdi Negara No. 3
Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No. 3
Rangkasbitung.
Pelayanan informasi dan pengelolaan
arsip di Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah
adanya perubahan struktur organisasi dan
perpindahan kantor baru, belum optimal dan
keberadaan data kearsipan yang masih
semrawut. Belum lagi permasalahan utama yang
ada di Kabupaten Lebak menurut dokumen
RPJMD Kabupaten Lebak tahun 2014-2019,
adalah: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana
pengelolaan kearsipan; (2) Terbatasnya SDM
fungsional yang menangani kearsipan; serta (3)
Rendahnya kesadaran aparatur tentang nilai
penting dan strategis bidang kearsipan.
Untuk mendukung upaya pemerintah
daerah tersebut, Dinas Arsip dan Perpustakaan
Kabupaten Lebak mengusung program
pengelolaan dan penataan di bidang kearsipan,
yaitu: ATIKAN, sebagai sebuah inovasi aplikasi
yang prinsip kerjanya dapat menampilkan data
dan informasi kearsipan dengan cepat dan
akurat.
B. Tujuan Inovasi ATIKAN
Aplikasi ATIKAN dibuat dengan tujuan untuk
mempermudah pengelolaan kearsipan yang
menampilkan data dan informasi kearsipan yang
baku, terpadu, efekt i f , efisien, cepat ,
tepat/akurat dan sesuai dengan perkembangan
dan dinamika teknologi.
C. Mengenal Dinas Kearsipan dan
P e r p u s t a k a a n ( D i s k e r p u s )
Kabupaten Lebak dan Program
Inovasi ATIKAN (Asal Ketik Arsip
Nampak)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas dan
sebagai implikasi ditetapkannya Undang-
Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Desa, organisasi perangkat
daerah yang menangani urusan kearsipan dan
perpustakaan di Kabupaten Lebak mengalami
perubahan baik status
maupun nomenklaturnya. Pergantian
status dari Kantor Perpustakaan dan Arsip
(KPAD) menjadi Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan (Diskerpus) Kabupaten Lebak
melalui Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2017,
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja dinas ini ditetapkan
melalui Peratuan bupati Nomor 32 Tahun 2016.
Selain perubahan nama dan statusnya, alamat
gedung berpindah dari semula di Jl. Abdi Negara
No. 3 Rangkasbitung ke Jl. R.M. Nataatmaja No.
3 Rangkasbitung.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak mempunyai
kewenangan urusan bidang kearsipan yang
me l ipu t i penge lo l aan , pe r l i ndungan ,
penyelamatan dan perizinan di bidang
kearsipan; dan urusan bidang perpustakaan
meliputi pembinaan perpustakaan, pelestarian
koleksi nasional dan pelestarian naskah kuno.
Visi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(Diskerpus) Kabupaten Lebak, adalah
“Mewujudkan Tertib Administrasi Kearsipan
sebagai Penunjang Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah dan Memberdayakan Perpustakaan
guna Mencerdaskan Masyarakat Kabupaten
Lebak”. Sedangkan Misi yang dilakukan Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan (Diskerpus)
Kabupaten Lebak, adalah:
· Menyelamatkan arsip sebagai
s u m b e r i n f o r m a s i d a n b a h a n
pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pemerintahan:
· Meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) bidang kearsipan dan
perpustakaan yang profesional dan
mandiri;
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3433
· M e n i n g k a t k a n m u t u
penyelenggaraan kears ipan dan
mengoptimalkan pemanfaatan arsip
kegiatan Pemerintahan dan kepentingan
Masyarakat;
· Menumbuh kembangkan budaya
tertib arsip di Lingkungan Aparatur
Pemerintah Kabupaten Lebak;
· Membina mengembangkan dan
mendayagunakan Perpustakaan;
· Meningkatkan kecerdasan
masyarakat dalam Informasi Ilmu
Pengetahuan dan mengembangkan
minat baca masyarakat;
· M e n y e l e n g g a r a k a n d a n
mengembangkan layanan Informasi
arsip dan Perpustakaan Umum.
Dalam rangka mewujudkan sistem
penyelenggaraan kearsipan yang komprehensif
dan terpadu, meliputi pengelolaan arsip dinamis
dan pengelolaan arsip statis yang berfungsi
menjamin ketersediaan arsip yang autentik,
u t u h , d a n t e r p e r c a y a s e r t a m a m p u
mengidentifikasikan keberadaan arsip yang
memiliki keterkaitan informasi sebagai satu
keutuhan informasi pada semua organisasi
kearsipan, perlu dibangun suatu sistem
kearsipan daerah. Sistem kearsipan daerah
sebagaimana Peraturan Bupati Lebak Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Tata Kearsipan di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, Pasal
2 huruf d, dilaksanakan dengan menggunakan
dan berbasis peralatan teknologi informasi dan
komunikasi sesuai konfigurasi pangkalan data
(data centre) SKPD yang membidangi arsip.
Program ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak)
merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh
Dinas Arsip dan Perpustakaan yang diinisiasi
oleh Kepala Seksi Perl indungan dan
Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang
Muslihat. Inovasi ATIKAN bertujuan untuk
memberikan kepastian bahwa dokumen/arsip
tersimpan dengan baik, teratur dan apabila
memerlukan pencarian ulang, arsip apa yang
dicari apabila ada dapat dipastikan dimana
tempat penyimpanannya dan dapat ditunjukkan
dengan cepat dan akurat.
Inovasi ATIKAN merupakan inovasi
kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi)
menggunakan software Microsoft Access
sebagai salah satu program pengolah basis data
( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g
berhubungan dan memiliki tujuan tertentu)
yang cukup canggih dengan berbagai
kemudahan yang ada seperti pengaturan data,
pembuatan form, pembuatan laporan,
penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang
hanya melihat data sederhana atau entri data
dapat mendukung lebih banyak pengguna.
Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft
Access sangat cocok untuk memenuhi
kebu tuhan pengguna akh i r da t abase ,
pengembangan aplikasi dan cepat.
Sebelum adanya program pengelolaan
arsip (ATIKAN), berkas yang masuk Ke Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak
tidak terkelola (tersimpan dan terdata) dengan
baik sesuai aturan kearsipan, demikian juga
yang berada di OPD lain. Arsip-arsip tersebut
hanya disimpan dalam karung, dimana terdapat
kurang lebih 350 karung yang berisikan sekitar
21.000 lebih berkas arsip dari 61 OPD, 4 asisten
Daerah, arsip Sekretaris Daerah dan arsip Bupati
dipindahkan dari gedung lama Kantor Arsip
Daerah Kabupaten Lebak. Karung-karung
tersebut kemudian ditumpuk di pojok-pojok
ruangan kerja atau di lorong samping toilet, di
atas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan
membuat ruangan kerja menjadi terkesan
kumuh dan kotor.
Permasalahan kearsipan yang tidak
terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan
lainnya yang menimbulkan masalah yang lebih
rumit adalah ketika harus menemukan berkas
arsip tertentu yang penting dan diperlukan
s e g e r a d a l a m w a k t u s i n g k a t , n a m u n
membutuhkan waktu yang sangat lama. Arsip
yang dicari walaupun sudah susah payah,
menguras tenaga dan melibatkan banyak staf,
namun arsip yang dimaksud tidak juga
ditemukan.
Strategi/ide penataan dan pengelolaan
masalah penumpukan arsip adalah dengan
menempatkan tumpukan arsip di ruang khusus
sebagai alat penyimpanan arsip, yang bertujuan,
hanya untuk merubah kesan kumuh menjadi
lebih bersih dan rapi. Tumpukan karung-karung
arsip kemudian dipindahkan dari ruangan kerja
masing-masing bagian atau lorong-lorong
kantor, ke gudang penyimpanan arsip (Depo
Arsip).
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3635
· M e n i n g k a t k a n m u t u
penyelenggaraan kears ipan dan
mengoptimalkan pemanfaatan arsip
kegiatan Pemerintahan dan kepentingan
Masyarakat;
· Menumbuh kembangkan budaya
tertib arsip di Lingkungan Aparatur
Pemerintah Kabupaten Lebak;
· Membina mengembangkan dan
mendayagunakan Perpustakaan;
· Meningkatkan kecerdasan
masyarakat dalam Informasi Ilmu
Pengetahuan dan mengembangkan
minat baca masyarakat;
· M e n y e l e n g g a r a k a n d a n
mengembangkan layanan Informasi
arsip dan Perpustakaan Umum.
Dalam rangka mewujudkan sistem
penyelenggaraan kearsipan yang komprehensif
dan terpadu, meliputi pengelolaan arsip dinamis
dan pengelolaan arsip statis yang berfungsi
menjamin ketersediaan arsip yang autentik,
u t u h , d a n t e r p e r c a y a s e r t a m a m p u
mengidentifikasikan keberadaan arsip yang
memiliki keterkaitan informasi sebagai satu
keutuhan informasi pada semua organisasi
kearsipan, perlu dibangun suatu sistem
kearsipan daerah. Sistem kearsipan daerah
sebagaimana Peraturan Bupati Lebak Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Tata Kearsipan di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, Pasal
2 huruf d, dilaksanakan dengan menggunakan
dan berbasis peralatan teknologi informasi dan
komunikasi sesuai konfigurasi pangkalan data
(data centre) SKPD yang membidangi arsip.
Program ATIKAN (Asal Ketik Arsip Nampak)
merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh
Dinas Arsip dan Perpustakaan yang diinisiasi
oleh Kepala Seksi Perl indungan dan
Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang
Muslihat. Inovasi ATIKAN bertujuan untuk
memberikan kepastian bahwa dokumen/arsip
tersimpan dengan baik, teratur dan apabila
memerlukan pencarian ulang, arsip apa yang
dicari apabila ada dapat dipastikan dimana
tempat penyimpanannya dan dapat ditunjukkan
dengan cepat dan akurat.
Inovasi ATIKAN merupakan inovasi
kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi)
menggunakan software Microsoft Access
sebagai salah satu program pengolah basis data
( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g
berhubungan dan memiliki tujuan tertentu)
yang cukup canggih dengan berbagai
kemudahan yang ada seperti pengaturan data,
pembuatan form, pembuatan laporan,
penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang
hanya melihat data sederhana atau entri data
dapat mendukung lebih banyak pengguna.
Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft
Access sangat cocok untuk memenuhi
kebu tuhan pengguna akh i r da t abase ,
pengembangan aplikasi dan cepat.
Sebelum adanya program pengelolaan
arsip (ATIKAN), berkas yang masuk Ke Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak
tidak terkelola (tersimpan dan terdata) dengan
baik sesuai aturan kearsipan, demikian juga
yang berada di OPD lain. Arsip-arsip tersebut
hanya disimpan dalam karung, dimana terdapat
kurang lebih 350 karung yang berisikan sekitar
21.000 lebih berkas arsip dari 61 OPD, 4 asisten
Daerah, arsip Sekretaris Daerah dan arsip Bupati
dipindahkan dari gedung lama Kantor Arsip
Daerah Kabupaten Lebak. Karung-karung
tersebut kemudian ditumpuk di pojok-pojok
ruangan kerja atau di lorong samping toilet, di
atas rak/lemari kerja, dibiarkan berdebu dan
membuat ruangan kerja menjadi terkesan
kumuh dan kotor.
Permasalahan kearsipan yang tidak
terkelola dengan baik sesuai aturan kearsipan
lainnya yang menimbulkan masalah yang lebih
rumit adalah ketika harus menemukan berkas
arsip tertentu yang penting dan diperlukan
s e g e r a d a l a m w a k t u s i n g k a t , n a m u n
membutuhkan waktu yang sangat lama. Arsip
yang dicari walaupun sudah susah payah,
menguras tenaga dan melibatkan banyak staf,
namun arsip yang dimaksud tidak juga
ditemukan.
Strategi/ide penataan dan pengelolaan
masalah penumpukan arsip adalah dengan
menempatkan tumpukan arsip di ruang khusus
sebagai alat penyimpanan arsip, yang bertujuan,
hanya untuk merubah kesan kumuh menjadi
lebih bersih dan rapi. Tumpukan karung-karung
arsip kemudian dipindahkan dari ruangan kerja
masing-masing bagian atau lorong-lorong
kantor, ke gudang penyimpanan arsip (Depo
Arsip).
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3635
Pemindahan berkas-berkas arsip ke
gudang penyimpanan, belum sepenuhnya dapat
mengatasi masalah, tetapi hanya memindahkan
masalah kesemrawutan dari ruang kerja ke
gudang arsip. Masalah yang lebih rumit adalah
ketika harus menemukan berkas arsip tertentu
dalam waktu singkat. Biasanya membutuhkan
waktu yang sangat lama itu pun melibatkan
banyak staf dan menguras tenaga. Tidak jarang,
arsip yang dicari dengan susah payah tapi tidak
juga ditemukan. Produksi arsip yang banyak,
tidak diimbangi dengan ketersediaan gudang
penyimpanan dan sumber daya manusia (SDM)
arsiparis yang mengelola arsip tersebut
Dari ide awal mengatasi tumpukan arsip
di ruang khusus sebagai alat penyimpanan arsip,
kemudian dikembangkan dengan muncul
gagasan berikutnya yaitu pengelolaan dan
penataan arsip secara menyeluruh melalui
pengelolaan depo arsip diskerpus sebagai pusat
layanan data dan informasi kearsipan dan
kegiatan akuisisi arsip. Kegiatan akuisisi adalah
kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak teratur
menjadi arsip teratur sesuai dengan petunjuk
teknis pengelolaan Kearsipan pada Perbup
Lebak nomor 23 tahun 2016.
Pemilahan dimulai dari pemilahan sub
masalah dan tahun arsip, penataan tempat serta
kerapian dan keamanan penyimpanan arsip.
Kegiatan akuisisi arsip yang dipusatkan di Depo
Unit Kearsipan I Diskerpus memiliki tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Untuk
jangka pendeknya, agar dapat mengatasi
permasalahan sulitnya menemukan arsip
menjadi arsip yang teratur dan mudah atau cepat
d i t emukan . Sedangkan un tuk j angka
panjangnya, agar pengelolaan arsip didukung
dengan pemanfaatan teknologi informasi
melalui suatu aplikasi penemuan arsip cepat dan
praktis,
Untuk mengatasi masalah seperti yang
diuraikan diatas Diperlukan adanya inovasi
yang dapat memberikan kepastian bahwa
dokumen/arsip tersimpan dengan baik, teratur
dan apabila memerlukan pencarian ulang, arsip
apa yang dicari apabila ada dapat dipastikan
dimana tempat penyimpanannya dan dapat
ditunjukkan dengan cepat dan akurat. Inovasi
kearsipan yang disebut aplikasi ATIKAN, dapat
d igunakan apab i l a ing in menemukan
(pencarian) ulang arsip yang tersimpan maka
asal ketik arsip akan Nampak Strategi/ide
penataan dan pengelolaan masalah penumpukan
arsip adalah dengan menempatkan tumpukan
arsip di ruang khusus sebagai alat penyimpanan
arsip (ATIKAN) Selain itu, diharapkan
pengelolaan arsip di diskerpus, dapat menjadi
contoh dan diterapkan kepada unit kerja instansi
lain yang memiliki jumlah arsip yang besar,
seperti Rumah Sakit Umum, Setda Disdikbud
dan SKPD lainnya.
Dengan adanya inovasi ATIKAN pada
Dinas Arsip dan Perpustakaan diharapkan
tercapainya misi Kabupaten Lebak (point 2),
yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang baik berorientasi pelayanan publik. Tujuan
dan sasaran dari misi tersebut adalah,
meningkatan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, efisien dan
t ransparan dan meningkatnya k iner ja
penyelenggaraan pemerintahan daerah
D. Mekanisme Inovasi ATIKAN
Merespon berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelayanan kearsipan di Kabupaten Lebak tersebut, menguggah kesadaran, semangat dan motivasi Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang Muslihat untuk melakukan sebuah terobosan. Dari kegundahan beliaulah maka memunculkan ide untuk melaksanaan perbaikan dengan membangun sebuah aplikasi kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang efektif, efisien, cepat, mudah dan yang terpenting tidak memerlukan/mengorbankan ruang keja untuk penyimpanan arsip. sisi reatif dari aplikasi kearsipan ATIKAN adalah menemukan cara baru bagaimana cara mendata, menata dan pencarian arsip yang lebih mudah, sisi kebaruan dari gagasan tersebut perubahan dari cara konfensional catatan tangan di buku menjadi pengelolaan menggunakan aplikasi komputer.
Ide/gagasan inovatif yang dimunculkan, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Bidang Kearsipan dan Kepala Dinas Kearsipan dan P e p u s t a k a a n u n t u k m e n d a p a t k a n
izin/rekomendasi pimpinan untuk dapat diimplementasikan. Ide Pembuatan aplikasi ini disambut dan disetujui oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tanpa ada hambatan karena prinsip kerja dan kemanfaatannya yang sanagat besar. Setelah izin dan rekomendasi dari pimpinan keluar dan disetujui untuk dapat diimplementasikan dalam kerja-kerja bidang kearsipan, maka ide/gagasan
selanjutnya dibahas lebih lanjut secara intens dalam Focus Group Discussion (FGD) yang secara khusus dibentuk untuk mewadahi dan menyempurnakan gagasan-gagasan inovatif individual menjadi lebih sistemik dan terlembaga. Hasil FGD terkait membangun sebuah aplikasi bidang kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang telah disepakati kemudian dikomunikasikan kepada seluruh pegawai internal
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan dan kepada para OPD/SKPD serta stakeholders lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan konstruktif terhadap proposal kegiatan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Selanjutnya membuat rancang bangun dan desain aplikasi ATIKAN dengan berbagai mitra kerja dan stakeholders untuk mencari dan menyepakati konsep maupun substansi dari aplikasi ATIKAN, sehingga manakala aplikasi ATIKAN ini telah dibangun dapat membantu tugas-tugas di bidang kearsipan secara signifikan, efektif, efisien dan mudah digunakan.
D a l a m s t r a t e g i i m p l e m e n t a s i ide/gagasan tesebut kemudian dibentuk Tim Akuisisi Arsip, yang beranggotakan para tenaga arsiparis ditambah dengan 4 (empat) orang rekrutment pegawai honorer arsip. Tim akuisisi arsip adalah Petugas pengelola arsip yang akan melakukan pemilahan arsip, pengklasifikasian kode arsip, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip. Tim ini bekerja selama 6 (enam) bulan, yaitu pada bulan Januari 2017 hingga Juli 2017 dengan pekerjaan meliputi pemilahan, pengklasifikasian, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip (DPA) dan penginputan ke data komputer. Arsip yang telah di pilah dan diberi kode klasifikasi dicatat nama pemilik dan masalah arsipnya kemudian dimasukkan ke dalam boks arsip yang ditempatkan pada rak arsip yang telah diberi nomor tertentu. Menyusun buku daftar pencarian arsip sesuai kelompok pemilik arsip.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3837
Pemindahan berkas-berkas arsip ke
gudang penyimpanan, belum sepenuhnya dapat
mengatasi masalah, tetapi hanya memindahkan
masalah kesemrawutan dari ruang kerja ke
gudang arsip. Masalah yang lebih rumit adalah
ketika harus menemukan berkas arsip tertentu
dalam waktu singkat. Biasanya membutuhkan
waktu yang sangat lama itu pun melibatkan
banyak staf dan menguras tenaga. Tidak jarang,
arsip yang dicari dengan susah payah tapi tidak
juga ditemukan. Produksi arsip yang banyak,
tidak diimbangi dengan ketersediaan gudang
penyimpanan dan sumber daya manusia (SDM)
arsiparis yang mengelola arsip tersebut
Dari ide awal mengatasi tumpukan arsip
di ruang khusus sebagai alat penyimpanan arsip,
kemudian dikembangkan dengan muncul
gagasan berikutnya yaitu pengelolaan dan
penataan arsip secara menyeluruh melalui
pengelolaan depo arsip diskerpus sebagai pusat
layanan data dan informasi kearsipan dan
kegiatan akuisisi arsip. Kegiatan akuisisi adalah
kegiatan pemilahan dari arsip yang tidak teratur
menjadi arsip teratur sesuai dengan petunjuk
teknis pengelolaan Kearsipan pada Perbup
Lebak nomor 23 tahun 2016.
Pemilahan dimulai dari pemilahan sub
masalah dan tahun arsip, penataan tempat serta
kerapian dan keamanan penyimpanan arsip.
Kegiatan akuisisi arsip yang dipusatkan di Depo
Unit Kearsipan I Diskerpus memiliki tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Untuk
jangka pendeknya, agar dapat mengatasi
permasalahan sulitnya menemukan arsip
menjadi arsip yang teratur dan mudah atau cepat
d i t emukan . Sedangkan un tuk j angka
panjangnya, agar pengelolaan arsip didukung
dengan pemanfaatan teknologi informasi
melalui suatu aplikasi penemuan arsip cepat dan
praktis,
Untuk mengatasi masalah seperti yang
diuraikan diatas Diperlukan adanya inovasi
yang dapat memberikan kepastian bahwa
dokumen/arsip tersimpan dengan baik, teratur
dan apabila memerlukan pencarian ulang, arsip
apa yang dicari apabila ada dapat dipastikan
dimana tempat penyimpanannya dan dapat
ditunjukkan dengan cepat dan akurat. Inovasi
kearsipan yang disebut aplikasi ATIKAN, dapat
d igunakan apab i l a ing in menemukan
(pencarian) ulang arsip yang tersimpan maka
asal ketik arsip akan Nampak Strategi/ide
penataan dan pengelolaan masalah penumpukan
arsip adalah dengan menempatkan tumpukan
arsip di ruang khusus sebagai alat penyimpanan
arsip (ATIKAN) Selain itu, diharapkan
pengelolaan arsip di diskerpus, dapat menjadi
contoh dan diterapkan kepada unit kerja instansi
lain yang memiliki jumlah arsip yang besar,
seperti Rumah Sakit Umum, Setda Disdikbud
dan SKPD lainnya.
Dengan adanya inovasi ATIKAN pada
Dinas Arsip dan Perpustakaan diharapkan
tercapainya misi Kabupaten Lebak (point 2),
yaitu meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang baik berorientasi pelayanan publik. Tujuan
dan sasaran dari misi tersebut adalah,
meningkatan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, efisien dan
t ransparan dan meningkatnya k iner ja
penyelenggaraan pemerintahan daerah
D. Mekanisme Inovasi ATIKAN
Merespon berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelayanan kearsipan di Kabupaten Lebak tersebut, menguggah kesadaran, semangat dan motivasi Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip, yaitu Bapak Unang Muslihat untuk melakukan sebuah terobosan. Dari kegundahan beliaulah maka memunculkan ide untuk melaksanaan perbaikan dengan membangun sebuah aplikasi kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang efektif, efisien, cepat, mudah dan yang terpenting tidak memerlukan/mengorbankan ruang keja untuk penyimpanan arsip. sisi reatif dari aplikasi kearsipan ATIKAN adalah menemukan cara baru bagaimana cara mendata, menata dan pencarian arsip yang lebih mudah, sisi kebaruan dari gagasan tersebut perubahan dari cara konfensional catatan tangan di buku menjadi pengelolaan menggunakan aplikasi komputer.
Ide/gagasan inovatif yang dimunculkan, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Bidang Kearsipan dan Kepala Dinas Kearsipan dan P e p u s t a k a a n u n t u k m e n d a p a t k a n
izin/rekomendasi pimpinan untuk dapat diimplementasikan. Ide Pembuatan aplikasi ini disambut dan disetujui oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak tanpa ada hambatan karena prinsip kerja dan kemanfaatannya yang sanagat besar. Setelah izin dan rekomendasi dari pimpinan keluar dan disetujui untuk dapat diimplementasikan dalam kerja-kerja bidang kearsipan, maka ide/gagasan
selanjutnya dibahas lebih lanjut secara intens dalam Focus Group Discussion (FGD) yang secara khusus dibentuk untuk mewadahi dan menyempurnakan gagasan-gagasan inovatif individual menjadi lebih sistemik dan terlembaga. Hasil FGD terkait membangun sebuah aplikasi bidang kearsipan yang berbasis teknologi/IT yang telah disepakati kemudian dikomunikasikan kepada seluruh pegawai internal
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan dan kepada para OPD/SKPD serta stakeholders lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan konstruktif terhadap proposal kegiatan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Selanjutnya membuat rancang bangun dan desain aplikasi ATIKAN dengan berbagai mitra kerja dan stakeholders untuk mencari dan menyepakati konsep maupun substansi dari aplikasi ATIKAN, sehingga manakala aplikasi ATIKAN ini telah dibangun dapat membantu tugas-tugas di bidang kearsipan secara signifikan, efektif, efisien dan mudah digunakan.
D a l a m s t r a t e g i i m p l e m e n t a s i ide/gagasan tesebut kemudian dibentuk Tim Akuisisi Arsip, yang beranggotakan para tenaga arsiparis ditambah dengan 4 (empat) orang rekrutment pegawai honorer arsip. Tim akuisisi arsip adalah Petugas pengelola arsip yang akan melakukan pemilahan arsip, pengklasifikasian kode arsip, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip. Tim ini bekerja selama 6 (enam) bulan, yaitu pada bulan Januari 2017 hingga Juli 2017 dengan pekerjaan meliputi pemilahan, pengklasifikasian, pencatatan ke dalam daftar pencarian arsip (DPA) dan penginputan ke data komputer. Arsip yang telah di pilah dan diberi kode klasifikasi dicatat nama pemilik dan masalah arsipnya kemudian dimasukkan ke dalam boks arsip yang ditempatkan pada rak arsip yang telah diberi nomor tertentu. Menyusun buku daftar pencarian arsip sesuai kelompok pemilik arsip.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
3837
Selanjutnya, sosialisasi terkait aplikasi
ATIKAN baik di lingkungan internal maupun
eksternal. Di lingkungan internal, sosialisasi
d i m a k s u d k a n u n t u k m e m b a n g u n
keterpaduan/sinergitas pelayanan di bidang
kearsipan. Sosialisasi di lingkungan eksternal,
dimaksudkan untuk memperoleh dukungan
penuh (SDM, anggaran, teknis lainnya)
sehingga kebijakan yang dikeluarkan terkait
bagaimana implementasi dari ide/gagasan
inovasi bidang kearsipan berjalan secara lebih
efektif, efisien dan terarah.
Sedangkan program monitoring dan
evaluasi (Monev) kearsipan merupakan bagian
dari rangkaian program kegiatan pembinaan,
pendampingan, serta evaluasi yang dilakukan
secara menyeluruh ke semua OPD/SKPD di
Kabupaten Lebak. Monitoring dan evaluasi
kearsipan ini dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan sistem penyelenggaraan kearsipan
yang sesuai dengan peraturan Bupati Lebak No
23 Tahun 2016 tentang tata Kearsipan di
Lingkungan Pemerintah Lebak.
E. Kondisi setelah adanya Inisiatif
Inovasi
Dengan adanya Inovasi ATIKAN,
permasalahan pengelolaan arsip daerah
Kabupaten Lebak menjadi lebih terarah,
berjalan secara efektif dan efisien dan
memberikan kontribusi besar dalam penataan
kearsipan di Kabupaten Lebak. Kondisi setelah
adanya Inovasi ATIKAN di Kabupaten Lebak
saat ini adalah:
· Sistem penempatan penyimpanan arsip
yang tepat (sesuai dengan Kode
klasifikasi dan jenisnya), sehingga data
kearsipan menjadi lebih tertib;
· Pencarian dokumen /Berkas arsip dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat;
· Peningkatan kualitas SDM pengelola
arsip melalui pelatihan-pelatihan
(kursus-kursus atau diklat-diklat)
maupun advokasi /pendampingan
(bimbingan teknis dan supervisi) dalam
kearsipan dan penggunaan teknologi
yang canggih.
· pengaturan prosedur peminjaman
disamping pengawasan/kontrol dan
pengendalian jelas dan tegas;
· Secara rutin diadakan perawatan dan
pencengahan kerusakan terhadap arsip-
arsip yang ada;
· Kontrol penyusutan dan pemusnahan
terhadap arsip-arsip yang sudah tidak
terpakai menjadi lebih pasti.
F. Kunci Keberhasilan Operasional
Aplikasi Atikan
Keberhas i lan rep l ikas i ap l ikas i
kearsipan ATIKAN sangat ditentukan oleh
SDM pengelola nya, dengan demikian
disarankan petugas pengelola kearsipan baik
sebagai tenaga akuisisi maupun operator
komputer pengelola kearsipan adalah seorang
petugas kearsipan harus memenuhi beberapa
persyaratan agar dapat mengurus arsip secara
profesional (sebagai arsiparis). Jadi, jangan
sampai petugas di bagian arsip justru orang -
orang atau petugas yang tidak dipakai atau
disenangi di bagian lain. Ada anggapan bahwa
yang bertugas di bagian arsip adalah orang-
orang yang “disingkirkan”. Apabila hal ini
terjadi, setidak-tidaknya petugas tersebut
mempunyai kekurangan, baik kemampuan,
kejujuran, maupun dedikasi terhadap organisasi
yang bersangkutan. Untuk mengurus arsip
dengan baik, diperlukan petugas yang
memenuhi persyaratan ketrampilan, ketelitian,
kerapian, dan kecerdasan
1) Ketrampilan
Keterampilan merupakan
persyaratan yang harus dimiliki oleh
petugas kerasipan ini dimaksudkan agar
ia cekatan dalam menempatkan dan
menemukan kembaki arsip. Demikian
pula terampil dalam memilah golongan
arsip. Dengan kecekatan yang dimiliki,
diharapkan petugas dapat menyajikan
data dengan tepat
2) Ketelitian
Petugas kearsipan harus harus memiliki
tingkat kecermatan yang memadai
Dengan keteli t ian yang dimiliki
pengelola kearsipan diharapkan
penyajian informasi dari sumber data
(kumpulan arsip) tidak mengalami
kesalahan. Karena kesalahan sekecil
apapun dalam penyajian informasi dapat
menyebabkan produk yang dihasilkan
menjadi kurang akurat . Dengan
demikian, ketelitian bagi petugas di
bagian arsip, tidak saja diperlukan tetapi
merupakan keharusan, agar Sistem
Informasi Manajemen berjalan lancar.
3) Kerapian
Kerapian adalah suatu sikap pandang
t e n t a n g k e t e r a t u r a n ,
keberesan,ketertiban,dan kerapian.
Seorang petugas kearsipan perlu
memiliki sifat kerapian, berarti segala
sesuatu disikapi dengan keteraturan,
keterteban dan keapikan. Dengan
demikian, penanganan arsip selalu
diusahakan teratur, beres, tertib, dan
apik. Implikasi kerapian seorang
petugas, maka arsip, map atau folder,
guide (lembar petunjuk) maupun laci-
laci penyimpanan akan ditata secara
teratur, tertib, dan apik dipandang.
Kerapian dalam menempatkan arsip
yang disimpan, tentu akan membantu
kemudahan dan kecepatan dalam
penyimpanan dan penemuan kembali
arsip yang diperlukan.
4) Kecerdasan
Cerdas berart i memil iki t ingkat
pemahaman yang memadai sesuai
dengan porsi dan tugas pekerjaannya.
Seorang yang cerdas dapat mengurusi
masalah-masalah yang dihadapi secara
tepat dan cepat. Seorang petugas yang
cerdas tentu memiliki daya pikir yang
tajam sehingga apa yang pernah diingat,
dan apa yang pernah dihadapi petugas
tersebut dapat membuat perhitungan
yang tepat untuk hal-halyang akan
terjadi.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4039
Selanjutnya, sosialisasi terkait aplikasi
ATIKAN baik di lingkungan internal maupun
eksternal. Di lingkungan internal, sosialisasi
d i m a k s u d k a n u n t u k m e m b a n g u n
keterpaduan/sinergitas pelayanan di bidang
kearsipan. Sosialisasi di lingkungan eksternal,
dimaksudkan untuk memperoleh dukungan
penuh (SDM, anggaran, teknis lainnya)
sehingga kebijakan yang dikeluarkan terkait
bagaimana implementasi dari ide/gagasan
inovasi bidang kearsipan berjalan secara lebih
efektif, efisien dan terarah.
Sedangkan program monitoring dan
evaluasi (Monev) kearsipan merupakan bagian
dari rangkaian program kegiatan pembinaan,
pendampingan, serta evaluasi yang dilakukan
secara menyeluruh ke semua OPD/SKPD di
Kabupaten Lebak. Monitoring dan evaluasi
kearsipan ini dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan sistem penyelenggaraan kearsipan
yang sesuai dengan peraturan Bupati Lebak No
23 Tahun 2016 tentang tata Kearsipan di
Lingkungan Pemerintah Lebak.
E. Kondisi setelah adanya Inisiatif
Inovasi
Dengan adanya Inovasi ATIKAN,
permasalahan pengelolaan arsip daerah
Kabupaten Lebak menjadi lebih terarah,
berjalan secara efektif dan efisien dan
memberikan kontribusi besar dalam penataan
kearsipan di Kabupaten Lebak. Kondisi setelah
adanya Inovasi ATIKAN di Kabupaten Lebak
saat ini adalah:
· Sistem penempatan penyimpanan arsip
yang tepat (sesuai dengan Kode
klasifikasi dan jenisnya), sehingga data
kearsipan menjadi lebih tertib;
· Pencarian dokumen /Berkas arsip dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat;
· Peningkatan kualitas SDM pengelola
arsip melalui pelatihan-pelatihan
(kursus-kursus atau diklat-diklat)
maupun advokasi /pendampingan
(bimbingan teknis dan supervisi) dalam
kearsipan dan penggunaan teknologi
yang canggih.
· pengaturan prosedur peminjaman
disamping pengawasan/kontrol dan
pengendalian jelas dan tegas;
· Secara rutin diadakan perawatan dan
pencengahan kerusakan terhadap arsip-
arsip yang ada;
· Kontrol penyusutan dan pemusnahan
terhadap arsip-arsip yang sudah tidak
terpakai menjadi lebih pasti.
F. Kunci Keberhasilan Operasional
Aplikasi Atikan
Keberhas i lan rep l ikas i ap l ikas i
kearsipan ATIKAN sangat ditentukan oleh
SDM pengelola nya, dengan demikian
disarankan petugas pengelola kearsipan baik
sebagai tenaga akuisisi maupun operator
komputer pengelola kearsipan adalah seorang
petugas kearsipan harus memenuhi beberapa
persyaratan agar dapat mengurus arsip secara
profesional (sebagai arsiparis). Jadi, jangan
sampai petugas di bagian arsip justru orang -
orang atau petugas yang tidak dipakai atau
disenangi di bagian lain. Ada anggapan bahwa
yang bertugas di bagian arsip adalah orang-
orang yang “disingkirkan”. Apabila hal ini
terjadi, setidak-tidaknya petugas tersebut
mempunyai kekurangan, baik kemampuan,
kejujuran, maupun dedikasi terhadap organisasi
yang bersangkutan. Untuk mengurus arsip
dengan baik, diperlukan petugas yang
memenuhi persyaratan ketrampilan, ketelitian,
kerapian, dan kecerdasan
1) Ketrampilan
Keterampilan merupakan
persyaratan yang harus dimiliki oleh
petugas kerasipan ini dimaksudkan agar
ia cekatan dalam menempatkan dan
menemukan kembaki arsip. Demikian
pula terampil dalam memilah golongan
arsip. Dengan kecekatan yang dimiliki,
diharapkan petugas dapat menyajikan
data dengan tepat
2) Ketelitian
Petugas kearsipan harus harus memiliki
tingkat kecermatan yang memadai
Dengan keteli t ian yang dimiliki
pengelola kearsipan diharapkan
penyajian informasi dari sumber data
(kumpulan arsip) tidak mengalami
kesalahan. Karena kesalahan sekecil
apapun dalam penyajian informasi dapat
menyebabkan produk yang dihasilkan
menjadi kurang akurat . Dengan
demikian, ketelitian bagi petugas di
bagian arsip, tidak saja diperlukan tetapi
merupakan keharusan, agar Sistem
Informasi Manajemen berjalan lancar.
3) Kerapian
Kerapian adalah suatu sikap pandang
t e n t a n g k e t e r a t u r a n ,
keberesan,ketertiban,dan kerapian.
Seorang petugas kearsipan perlu
memiliki sifat kerapian, berarti segala
sesuatu disikapi dengan keteraturan,
keterteban dan keapikan. Dengan
demikian, penanganan arsip selalu
diusahakan teratur, beres, tertib, dan
apik. Implikasi kerapian seorang
petugas, maka arsip, map atau folder,
guide (lembar petunjuk) maupun laci-
laci penyimpanan akan ditata secara
teratur, tertib, dan apik dipandang.
Kerapian dalam menempatkan arsip
yang disimpan, tentu akan membantu
kemudahan dan kecepatan dalam
penyimpanan dan penemuan kembali
arsip yang diperlukan.
4) Kecerdasan
Cerdas berart i memil iki t ingkat
pemahaman yang memadai sesuai
dengan porsi dan tugas pekerjaannya.
Seorang yang cerdas dapat mengurusi
masalah-masalah yang dihadapi secara
tepat dan cepat. Seorang petugas yang
cerdas tentu memiliki daya pikir yang
tajam sehingga apa yang pernah diingat,
dan apa yang pernah dihadapi petugas
tersebut dapat membuat perhitungan
yang tepat untuk hal-halyang akan
terjadi.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4039
G. Manfaat dan Dampak Inovasi
ATIKAN
Manfaat utama yang telah dihasilkan
dari inovasi ATIKAN Kabupaten Lebak telah
member ikan perubahan pos i t i f da lam
penyelenggaraan pelayanan bidang kearsipan
adalah:
· M e m u d a h k a n p e n c a t a t a n d a n
penyimpanan data kearsipan yang
dikerjakan oleh para petugas pendataan
dan penataan arsip ;
· Akses penyajian data lebih cepat;
· Dapat memberikan informasi data
kearsipan secara objektif;
· Pe layanan in fo rmas i kea r s ipan
berlangsung efektif dan efisien;
· Member ikan kepuas an l ayanan
informasi kepada pengunjung;
· Jumlah pengunjung dan layanan
konsultasi semakin meningkat;
· Membangun motivasi pengolah
kearsipan OPD lain untuk melakukan
penertiban kerasipan di tempatnya.
Manfaat dan dampak sebelum dan
sesudah adanya ATIKAN, dapat
digambarkan pada Tabel di bawah ini:
H. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi
Aplikasi Pengelola Arsip Elektronik
ATIKAN Berikut ini adalah spesifikasi basis
informasi data table bukan hanya dapat
digunakan sebagai media Pencarian data dengan
cepat tetapi selanjutnya dapat dijadikan sebagai
aplikasi pengelolaan dan penyimpanan arsip
elektronik yang dapat dihubungkan dengan
jaringan informasi kearsipan secara online baik
nasional maupun internasional. Sejalan dengan
perkembangan teknologi IT yang terus
berkembang Aplikasi ini akan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhannya. Tentu inovasi ini
sangat mungkin untuk dilaksanakan di daerah
lainnya yang masih konvensional dalam
pencarian arsip.
I. PENUTUP
Inovasi ATIKAN merupakan inovasi kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi) menggunakan software Microsoft Access sebagai salah satu program pengolah basis data ( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g berhubungan dan memiliki tujuan tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai kemudahan yang ada seperti pengaturan data, pembuatan form, pembuatan laporan, penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang hanya melihat data sederhana atau entri data dapat mendukung lebih banyak pengguna. Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft Access sangat cocok untuk memenuhi kebu tuhan pengguna akh i r da t abase , pengembangan aplikasi dan cepat.
Pelaksanaan manajemen Kearsipan meliputi tahapan tahapan yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung serta saling menje laskan , seh ingga membutuhkan p e n a n g a n a n s e c a r a b a i k , t e r e n c a n a , konseps ional dan secara profes ional . Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan mencapai hasil yang baik bilamana
ditunjang dengan ketersediaan fasilitas dan teknologi informasi kearsipan yang handal salah satunya adalah dengan ditunjang oleh aplikasi kearsipan ATIKAN.
Aplikasi ini murni hasil pemikiran Tim Bidang Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, tidak meniru dari aplikasi yang pernah dilakukan oleh SKPD lain. Dan apabila ditemukan di tempat lain mungkin hanya mirip dan kebetulan saja, hal itu bisa terjadi karena kesamaan disiplin ilmu /teknologi IT yang digunakan konten data aplikasinya dipastikan tidak akan sama.
Aplikasi ATIKAN di Kabupaten Lebak saat ini di buat dengan sistem aplikasi yang sangat sederhana yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengelola arsip pada OPD/SKPD/unit kerja lainnya, mengingat kemampuan sumber daya (SDM, sarana prasarana, dan lain-lain) di masing-masing OPD/SKPD/unit kerja lainnya (seperti desa dan kelurahan) tidak merata. Ke depan, aplikasi ATIKAN akan senantiasa disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis (keterlibatan dan memberikan akses luas kepada masyarakat) dan perkembangan jaman, khususnya di bidang IT (misalnya berbasis android), sehingga aplikasi ATIKAN dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh seluruh stakeholders tanpa perlu bertatap/datang langsung ke Dinas Arsip dan Perpustakaan.
Peningkatan SDM, baik kuantitas maupun kualitas pengelola arsip harus dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan program prioritas perbaikan sistem administrasi kearsipan, penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah dan peningkatan kualitas pelayanan informasi, sebagaimana tujuan pembangunan Kabupaten Lebak di bidang kearsipan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lebak.
Sumber: Data Kearsipan Laporan Rutin Tahunan; Kasi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Diskerpus Kab Lebak
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4241
G. Manfaat dan Dampak Inovasi
ATIKAN
Manfaat utama yang telah dihasilkan
dari inovasi ATIKAN Kabupaten Lebak telah
member ikan perubahan pos i t i f da lam
penyelenggaraan pelayanan bidang kearsipan
adalah:
· M e m u d a h k a n p e n c a t a t a n d a n
penyimpanan data kearsipan yang
dikerjakan oleh para petugas pendataan
dan penataan arsip ;
· Akses penyajian data lebih cepat;
· Dapat memberikan informasi data
kearsipan secara objektif;
· Pe layanan in fo rmas i kea r s ipan
berlangsung efektif dan efisien;
· Member ikan kepuas an l ayanan
informasi kepada pengunjung;
· Jumlah pengunjung dan layanan
konsultasi semakin meningkat;
· Membangun motivasi pengolah
kearsipan OPD lain untuk melakukan
penertiban kerasipan di tempatnya.
Manfaat dan dampak sebelum dan
sesudah adanya ATIKAN, dapat
digambarkan pada Tabel di bawah ini:
H. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi
Aplikasi Pengelola Arsip Elektronik
ATIKAN Berikut ini adalah spesifikasi basis
informasi data table bukan hanya dapat
digunakan sebagai media Pencarian data dengan
cepat tetapi selanjutnya dapat dijadikan sebagai
aplikasi pengelolaan dan penyimpanan arsip
elektronik yang dapat dihubungkan dengan
jaringan informasi kearsipan secara online baik
nasional maupun internasional. Sejalan dengan
perkembangan teknologi IT yang terus
berkembang Aplikasi ini akan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhannya. Tentu inovasi ini
sangat mungkin untuk dilaksanakan di daerah
lainnya yang masih konvensional dalam
pencarian arsip.
I. PENUTUP
Inovasi ATIKAN merupakan inovasi kearsipan yang berbasis IT (apl ikasi) menggunakan software Microsoft Access sebagai salah satu program pengolah basis data ( s e k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g s a l i n g berhubungan dan memiliki tujuan tertentu) yang cukup canggih dengan berbagai kemudahan yang ada seperti pengaturan data, pembuatan form, pembuatan laporan, penyaringan data dan lain-lain. Aplikasi yang hanya melihat data sederhana atau entri data dapat mendukung lebih banyak pengguna. Dalam lingkungan perusahaan, Microsoft Access sangat cocok untuk memenuhi kebu tuhan pengguna akh i r da t abase , pengembangan aplikasi dan cepat.
Pelaksanaan manajemen Kearsipan meliputi tahapan tahapan yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung serta saling menje laskan , seh ingga membutuhkan p e n a n g a n a n s e c a r a b a i k , t e r e n c a n a , konseps ional dan secara profes ional . Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan mencapai hasil yang baik bilamana
ditunjang dengan ketersediaan fasilitas dan teknologi informasi kearsipan yang handal salah satunya adalah dengan ditunjang oleh aplikasi kearsipan ATIKAN.
Aplikasi ini murni hasil pemikiran Tim Bidang Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, tidak meniru dari aplikasi yang pernah dilakukan oleh SKPD lain. Dan apabila ditemukan di tempat lain mungkin hanya mirip dan kebetulan saja, hal itu bisa terjadi karena kesamaan disiplin ilmu /teknologi IT yang digunakan konten data aplikasinya dipastikan tidak akan sama.
Aplikasi ATIKAN di Kabupaten Lebak saat ini di buat dengan sistem aplikasi yang sangat sederhana yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengelola arsip pada OPD/SKPD/unit kerja lainnya, mengingat kemampuan sumber daya (SDM, sarana prasarana, dan lain-lain) di masing-masing OPD/SKPD/unit kerja lainnya (seperti desa dan kelurahan) tidak merata. Ke depan, aplikasi ATIKAN akan senantiasa disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis (keterlibatan dan memberikan akses luas kepada masyarakat) dan perkembangan jaman, khususnya di bidang IT (misalnya berbasis android), sehingga aplikasi ATIKAN dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh seluruh stakeholders tanpa perlu bertatap/datang langsung ke Dinas Arsip dan Perpustakaan.
Peningkatan SDM, baik kuantitas maupun kualitas pengelola arsip harus dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan program prioritas perbaikan sistem administrasi kearsipan, penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah dan peningkatan kualitas pelayanan informasi, sebagaimana tujuan pembangunan Kabupaten Lebak di bidang kearsipan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lebak.
Sumber: Data Kearsipan Laporan Rutin Tahunan; Kasi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Diskerpus Kab Lebak
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4241
Si E-la Komplain dengan Hati
Sistem Elektronik Layanan Komplain dengan
Harapan Terlayani Pasti
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi hampir mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia. Kelebihan teknologi
informasi dan komunikasi akan meningkatkan
kinerja suatu lembaga dan akan menghasilkan
informasi secara relevan tepat waktu dan akurat.
Begitu pula perkembangan teknologi dan
informasi ini menjadi era baru bagi rumah sakit,
yang diharapkan dapat memberikan pelayan
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Seiring dengan meningkatnya tingkat
pendidikan ekonomi, social dan perubahan gaya
hidup yang tidak terlepas dari pengaruh era
digital saat ini, sudah barang tentu akan merubah
pola pikir setiap orang dalam memenuhi
keinginan dan kebutuhannya dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk tentang tuntutan jasa
layanan kesehatan di rumah sakit. Tuntutan
masyarakat sudah lebih mengarah kepada mutu,
kenyamanan, layanan sepenuh hati dan
kepuasan konsumen.
RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak
merupakan salah satu Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Lebak yang memberikan
layanan secara langsung kepada masyarakat.
Sesuai Visi RSUD dr. Ajidarmo yaitu “Menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah yang Handal dan
Berdaya Saing di Provinsi Banten“ dan
berdasarkan Misi RSUD dr. Ajidarmo nomor 4
(empat) yaitu “Mewujudkan Akses Pelayanan
Yang Berkualitas Kepada Masyarakat“, oleh
karena itu RSUD dr. Ajidarmo dituntut dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan
optimal bagi pasiennya.
Dengan banyaknya pelayanan yang
dimiliki, salah satu kendala yang dihadapi oleh
RSUD dr. Ajidarmo yaitu komplain dari pasien.
Selain komplain dari pasien dan keluarga
pasien, ada juga data komplain yang diperoleh
rumah sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan media massa. Adanya komplain dari
pasien / keluarga pasien dan LSM serta media
massa sebagai bentuk protes, keluhan maupun
masukan saran terhadap pelayanan yang
diberikan rumah sakit tentu tidak boleh
diabaikan dan bahkan harus diapresiasi dan
direspon secara proporsional dan professional.
Karena dengan komplain tersebut berarti rumah
sakit dapat mencari tahu kelemahannya,
sehingga dapat membenahi untuk meningkatkan
kinerja pelayanannya.
MENGAPA Si E-La Komplain?
A. Apa Gagasan Inovasi?
Hal-hal tersebutlah yang membuat
Bapak Rudi Hermawan – Kepala Bidang Tata
Usaha RSUD dr. Ajidarmo - berfikir perlunya
dibuat tatalaksana layanan komplain yang
diharapkan dalam implementasinya membawa
dampak terhadap kepuasan pelanggan. Juga
untuk meningkatkan kualitas pelayanan menjadi
lebih baik, sekaligus wujud integritas dalam
r a n g k a m e n g a w a l p e n y e l e n g g a r a a n
pemerintahan dan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Lebak.
Tatalaksana komplain yang dimaksud
tersebut beliau wujudkan dalam bentuk sistem
elektronik layanan pengaduan. Selain itu juga
dibuat sebuah gerai layanan pengaduan untuk
mengakomodir para stakeholder yang ingin
menyampaikan komplain secara langsung.
Dengan adanya sistem elektronik
layanan pengaduan dan gerai layanan
pengaduan ini menjadi sumber dan aspirasi
untuk selalu melakukan evaluasi dan perbaikan
kiner ja berdasarkan atas keluhan dan
pengaduan, sehingga dapat membantu rumah
sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
baik secara medis, teknis, administratif kepada
masyarakat.
B. Originalitas
Si E-La Komplain Dengan Hati ini
merupakan gagasan Bapak Rudi Hermawan
sebagai Proyek Perubahan ketika beliau
mengikuti Diklatpim III. Aplikasi Si E-La
Komplain Dengan Hati yang dapat diunduh
melalui smartphone android dibuat secara
swadaya. Gagasan, ide, rancangan aplikasi, dan
mekanisme kerja dilakukan oleh Bapak Rudi
Hermawan, sedangkan untuk eksekusi
pembuatan aplikasinya dibantu oleh tim IT
RSUD dr. Ajiadarmo. Namun untuk beberapa
bagian yang tidak dapat dilakukan oleh tim IT
RSUD dr. Ajiadarmo, pengerjaannya diserahkan
kepada konsultan IT yang bekerjasama dengan
RSUD dr. Ajidarmo. Struktur Sistem Aplikasi Si
E-La Komplain Dengan Hati dibuat sangat user
friendly untuk memudahkan masyarakat dalam
penggunaannya.
C. Tujuan Dan Manfaat Inovasi
Pembuatan Si E-La Komplain Dengan
Hati dan didirikannya gerai layanan pengaduan
ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pertama adalah agar peningkatan
pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu dengan adanya sistem elektronik
layanan pengaduan ini dapat mempermudah
masyarakat untuk menyampaikan keluhan
pengaduan terkait pelayanan yang ada di RSUD
Ajidarmo, sehingga mempercepat proses
penanganan pengaduan pelayanan. Dan dengan
dibukanya gerai pengaduan, dapat membantu
menjadi sumber evaluasi kinerja sehingga
mampu mewujudkan RSUD Ajidarmo yang
lebih baik.
Manfaat dengan adanya Si E-La
Komplain Dengan Hati ini dapat dirasakan oleh
beberapa stakeholder terkait.
- Bagi Pemerintah Kabupaten Lebak
B e n t u k n y a t a d a r i u s a h a u n t u k
optimalisasi kinerja aparatur di RSUD dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak.
- Bagi RSUD dr. Adjidarmo
Membangun citra aparatur RSUD dr.
Adjidarmo yang beretika, bermoral
professional, tranparan dan bertanggung
jawab.
- Bagi Masyarakat Kabupaten Lebak
dan Sekitarnya
Mewujudkan kepuasan akan pelayanan
t e r h a d a p m a s y a r a k a t d a n
memudahkannya akses pelanggan
terhadap pelayanan rumah sakit.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4443
Si E-la Komplain dengan Hati
Sistem Elektronik Layanan Komplain dengan
Harapan Terlayani Pasti
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi hampir mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia. Kelebihan teknologi
informasi dan komunikasi akan meningkatkan
kinerja suatu lembaga dan akan menghasilkan
informasi secara relevan tepat waktu dan akurat.
Begitu pula perkembangan teknologi dan
informasi ini menjadi era baru bagi rumah sakit,
yang diharapkan dapat memberikan pelayan
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Seiring dengan meningkatnya tingkat
pendidikan ekonomi, social dan perubahan gaya
hidup yang tidak terlepas dari pengaruh era
digital saat ini, sudah barang tentu akan merubah
pola pikir setiap orang dalam memenuhi
keinginan dan kebutuhannya dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk tentang tuntutan jasa
layanan kesehatan di rumah sakit. Tuntutan
masyarakat sudah lebih mengarah kepada mutu,
kenyamanan, layanan sepenuh hati dan
kepuasan konsumen.
RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak
merupakan salah satu Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Lebak yang memberikan
layanan secara langsung kepada masyarakat.
Sesuai Visi RSUD dr. Ajidarmo yaitu “Menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah yang Handal dan
Berdaya Saing di Provinsi Banten“ dan
berdasarkan Misi RSUD dr. Ajidarmo nomor 4
(empat) yaitu “Mewujudkan Akses Pelayanan
Yang Berkualitas Kepada Masyarakat“, oleh
karena itu RSUD dr. Ajidarmo dituntut dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan
optimal bagi pasiennya.
Dengan banyaknya pelayanan yang
dimiliki, salah satu kendala yang dihadapi oleh
RSUD dr. Ajidarmo yaitu komplain dari pasien.
Selain komplain dari pasien dan keluarga
pasien, ada juga data komplain yang diperoleh
rumah sakit dari Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan media massa. Adanya komplain dari
pasien / keluarga pasien dan LSM serta media
massa sebagai bentuk protes, keluhan maupun
masukan saran terhadap pelayanan yang
diberikan rumah sakit tentu tidak boleh
diabaikan dan bahkan harus diapresiasi dan
direspon secara proporsional dan professional.
Karena dengan komplain tersebut berarti rumah
sakit dapat mencari tahu kelemahannya,
sehingga dapat membenahi untuk meningkatkan
kinerja pelayanannya.
MENGAPA Si E-La Komplain?
A. Apa Gagasan Inovasi?
Hal-hal tersebutlah yang membuat
Bapak Rudi Hermawan – Kepala Bidang Tata
Usaha RSUD dr. Ajidarmo - berfikir perlunya
dibuat tatalaksana layanan komplain yang
diharapkan dalam implementasinya membawa
dampak terhadap kepuasan pelanggan. Juga
untuk meningkatkan kualitas pelayanan menjadi
lebih baik, sekaligus wujud integritas dalam
r a n g k a m e n g a w a l p e n y e l e n g g a r a a n
pemerintahan dan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Lebak.
Tatalaksana komplain yang dimaksud
tersebut beliau wujudkan dalam bentuk sistem
elektronik layanan pengaduan. Selain itu juga
dibuat sebuah gerai layanan pengaduan untuk
mengakomodir para stakeholder yang ingin
menyampaikan komplain secara langsung.
Dengan adanya sistem elektronik
layanan pengaduan dan gerai layanan
pengaduan ini menjadi sumber dan aspirasi
untuk selalu melakukan evaluasi dan perbaikan
kiner ja berdasarkan atas keluhan dan
pengaduan, sehingga dapat membantu rumah
sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
baik secara medis, teknis, administratif kepada
masyarakat.
B. Originalitas
Si E-La Komplain Dengan Hati ini
merupakan gagasan Bapak Rudi Hermawan
sebagai Proyek Perubahan ketika beliau
mengikuti Diklatpim III. Aplikasi Si E-La
Komplain Dengan Hati yang dapat diunduh
melalui smartphone android dibuat secara
swadaya. Gagasan, ide, rancangan aplikasi, dan
mekanisme kerja dilakukan oleh Bapak Rudi
Hermawan, sedangkan untuk eksekusi
pembuatan aplikasinya dibantu oleh tim IT
RSUD dr. Ajiadarmo. Namun untuk beberapa
bagian yang tidak dapat dilakukan oleh tim IT
RSUD dr. Ajiadarmo, pengerjaannya diserahkan
kepada konsultan IT yang bekerjasama dengan
RSUD dr. Ajidarmo. Struktur Sistem Aplikasi Si
E-La Komplain Dengan Hati dibuat sangat user
friendly untuk memudahkan masyarakat dalam
penggunaannya.
C. Tujuan Dan Manfaat Inovasi
Pembuatan Si E-La Komplain Dengan
Hati dan didirikannya gerai layanan pengaduan
ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pertama adalah agar peningkatan
pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu dengan adanya sistem elektronik
layanan pengaduan ini dapat mempermudah
masyarakat untuk menyampaikan keluhan
pengaduan terkait pelayanan yang ada di RSUD
Ajidarmo, sehingga mempercepat proses
penanganan pengaduan pelayanan. Dan dengan
dibukanya gerai pengaduan, dapat membantu
menjadi sumber evaluasi kinerja sehingga
mampu mewujudkan RSUD Ajidarmo yang
lebih baik.
Manfaat dengan adanya Si E-La
Komplain Dengan Hati ini dapat dirasakan oleh
beberapa stakeholder terkait.
- Bagi Pemerintah Kabupaten Lebak
B e n t u k n y a t a d a r i u s a h a u n t u k
optimalisasi kinerja aparatur di RSUD dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak.
- Bagi RSUD dr. Adjidarmo
Membangun citra aparatur RSUD dr.
Adjidarmo yang beretika, bermoral
professional, tranparan dan bertanggung
jawab.
- Bagi Masyarakat Kabupaten Lebak
dan Sekitarnya
Mewujudkan kepuasan akan pelayanan
t e r h a d a p m a s y a r a k a t d a n
memudahkannya akses pelanggan
terhadap pelayanan rumah sakit.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4443
Menu Komplain Rawat Inap
Menu Komplain Rawat Inap ini dibuat
untuk melakukan komplain terhadap pelayanan
rawat inap RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten
Lebak. Jika semua data sudah terisi dengan
benar, maka laporan komplain terhadap
pelayanan rawat inap bisa langsung dikirimkan
pengguna.
Menu Komplain Rawat Jalan
Pengguna harus memasukkan nomor medrek yang dimilikinya serta nama lengkap dan juga tanggal lahir untuk melakukan pengecekan apakah data tersebut sudah sesuai dengan database sistem RSUD dr Adjidarmo atau belum. Setelah semua data terisi, pengguna harus menekan tombol “kir im” untuk mengirimkan komplain atau masukan yang
ditujukan terhadap pelayanan rawat jalan dan juga daftar klinik yang dituju.
Menu Balasan Komplain
Menu Balasan Komplain digunakan oleh
pengguna untuk melakukan pengecekan apakah
sudah ada balasan atau belum dari komplain
yang sudah dikirimkan.
Setelah pengguna memasukan nomor
medrek dan juga nama, pengguna harus
menekan tombol CEK KOMPLAIN untuk
menampilkan pesan balasan, maka tampilannya
akan seperti gambar dibawah ini.
BERKENALAN DENGAN APLIKASI SI ELA KOMPLAIN DENGAN HATI
Aplikasi Si E-La Komplain Dengan Hati merupakan sebuah sistem secara elektronik layanan pengaduan yang dikembangkan oleh Bapak Rudi Hermawan yang merupakan Kepala Bagian Tata Usaha RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak. Selama ini banyak complain dari pasien, keluarga pasien, maupun dari LSM dan media massa terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo belum terakomodir dengan baik. D e n g a n a d a n y a a p l i k a s i i n i , s a n g a t memudahkan masyarakat dalam menyampaikan keluhan maupun saran terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo.
MEKANISME KERJA INOVASI SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI
Penggunaan aplikasi ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saj, asalkan terkoneksi dengan internet. Namun pengguna harus terlebih dulu mendownload aplikasi Si E-La Komplain di Playstore dengan menggunakan smartphone android. Selanjutnya pengguna dapat menyampaikan komplain dengan memasukan nomor medrek (nomor rekam medik), nama pasien, tanggal lahir & tahun dan nomor telepon serta menuliskan isi komplain yang ingin disampaikan. Sedangkan untuk melihat balasan komplain cukup memasukan nomor medrek dan nama pasien, selanjutnya akan muncul jawaban dari pihak rumah sakit. Berikut fitur dan menu yang terdapat dalam aplikasi Si E-La tersebut:
Menu Utama
Merupakan awal pada saat aplikasi android Si E-La dibuka, di dalam menu ini terdapat nama aplikasi, logo Kabupaten Lebak & penjelasan singkat dari tujuan dibuatnya aplikasi ini.
Menu Aplikasi Adroid Si –Ela Komplain
Dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Menu Utama, Menu Komplain Rawat Jalan, Menu Komplain Rawat Inap dan juga Menu Balasan Komplain.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4645
Menu Komplain Rawat Inap
Menu Komplain Rawat Inap ini dibuat
untuk melakukan komplain terhadap pelayanan
rawat inap RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten
Lebak. Jika semua data sudah terisi dengan
benar, maka laporan komplain terhadap
pelayanan rawat inap bisa langsung dikirimkan
pengguna.
Menu Komplain Rawat Jalan
Pengguna harus memasukkan nomor medrek yang dimilikinya serta nama lengkap dan juga tanggal lahir untuk melakukan pengecekan apakah data tersebut sudah sesuai dengan database sistem RSUD dr Adjidarmo atau belum. Setelah semua data terisi, pengguna harus menekan tombol “kir im” untuk mengirimkan komplain atau masukan yang
ditujukan terhadap pelayanan rawat jalan dan juga daftar klinik yang dituju.
Menu Balasan Komplain
Menu Balasan Komplain digunakan oleh
pengguna untuk melakukan pengecekan apakah
sudah ada balasan atau belum dari komplain
yang sudah dikirimkan.
Setelah pengguna memasukan nomor
medrek dan juga nama, pengguna harus
menekan tombol CEK KOMPLAIN untuk
menampilkan pesan balasan, maka tampilannya
akan seperti gambar dibawah ini.
BERKENALAN DENGAN APLIKASI SI ELA KOMPLAIN DENGAN HATI
Aplikasi Si E-La Komplain Dengan Hati merupakan sebuah sistem secara elektronik layanan pengaduan yang dikembangkan oleh Bapak Rudi Hermawan yang merupakan Kepala Bagian Tata Usaha RSUD dr. Ajidarmo Kabupaten Lebak. Selama ini banyak complain dari pasien, keluarga pasien, maupun dari LSM dan media massa terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo belum terakomodir dengan baik. D e n g a n a d a n y a a p l i k a s i i n i , s a n g a t memudahkan masyarakat dalam menyampaikan keluhan maupun saran terkait pelayanan di RSUD dr. Ajidarmo.
MEKANISME KERJA INOVASI SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI
Penggunaan aplikasi ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saj, asalkan terkoneksi dengan internet. Namun pengguna harus terlebih dulu mendownload aplikasi Si E-La Komplain di Playstore dengan menggunakan smartphone android. Selanjutnya pengguna dapat menyampaikan komplain dengan memasukan nomor medrek (nomor rekam medik), nama pasien, tanggal lahir & tahun dan nomor telepon serta menuliskan isi komplain yang ingin disampaikan. Sedangkan untuk melihat balasan komplain cukup memasukan nomor medrek dan nama pasien, selanjutnya akan muncul jawaban dari pihak rumah sakit. Berikut fitur dan menu yang terdapat dalam aplikasi Si E-La tersebut:
Menu Utama
Merupakan awal pada saat aplikasi android Si E-La dibuka, di dalam menu ini terdapat nama aplikasi, logo Kabupaten Lebak & penjelasan singkat dari tujuan dibuatnya aplikasi ini.
Menu Aplikasi Adroid Si –Ela Komplain
Dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Menu Utama, Menu Komplain Rawat Jalan, Menu Komplain Rawat Inap dan juga Menu Balasan Komplain.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4645
c. Perencanaan (Planning)
8 Perencanaan s chedu le proyek perubahan
8 Perencanaan kebutuhan data
8 Perencanaan kebutuhan aplikasi
8 Perencanaan kebutuhan infrastruktur (pembangunan gerai)
8 Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia
8 Perencanaan kebutuhan biaya
d. Persiapan (Organizing)
8 Persiapan dengan Tim kerja Efektif
8 Persiapan dengan Tim IT
8 Diskusi dengan Tenaga Pembuatan Gerai
8 P e r s i a p a n a l a t k e r j a (hardware & software)
e. Pelaksanaan (Actuating)
Ÿ Penyusunan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ FGD Pembahasan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ P e n y u s u n a n r a n c a n g a n instrument Si E-La Komplain
Ÿ Rapat pembahasan rancangan instrumen Si E-La Komplain
Ÿ Pembuatan sistem Si E-La Komplain
Ÿ Pelatihan komunikasi efektif bagi karyawan yang akan d i t u g a s k a n d i g e r a i pengaduan/komplain
Ÿ Uji coba s is tem Si E-La Komplain
Ÿ Penetapan Rancangan SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ P e m b u a t a n g e r a i pengaduan/komplain
Ÿ Sosialisasi gerai pengaduan melalui membuatan media promosi
Ÿ Sosialisasi Si E-La Komplain kepada stakeholder internal dan ekterrnal
Ÿ Sosialisasi alur program Si E-La Komplain kepada Kepala Ruangan, Kepala Instalasi dan pengunjung
Ÿ Persiapan launching Si E-La Komplain
Ÿ Launching Si E-La Komplain Dengan Hati
Ÿ P e n y e m p u r n a a n d a n penggunaan aplikasi Si E-La Komplain
f. Pengawasan (Controlling)
8 Stabilitas aplikasi Si E-La Komplain
8 Stabilitas hardware
8 Proses pelayanan pengaduan di gerai pengaduan
8 Tanggapan/tindak lanjut pengaduan ba ik mela lu i aplikasi maupun di gerai pengaduan
2. Siapa saja pemangku kepentingan?
a) drg. Arif Rahmatullah (Direktur RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran dan
masukan atas penerapan Si E-La Komplain
Tampilan Dari Balasan KompSetelah
pengguna menerima balasan komplain yang diberikan oleh pihak RSUD dr. Adjidarmo, pengguna juga bisa memberikan penilaian terhadap tanggapan yang sudah diberikan dengan memilih button Puas atau Tidak Puas dan menekan tombol KIRIM FEEDBACK.lain
A. SEJARAH PEMBUATAN SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI
1. Tahapan persiapan dan perencanaan?
Upaya untuk memenuhi tuntutan
penerima layanan (masyarakat) sekarang ini lebih mengarah pada mutu, kenyamanan, layanan sepenuh hati dan kepuasan konsumen, untuk itu penyelenggara pelayanan publik perlu menerapkan strategi inovasi maupun terobosan-terobosan untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan penerima layanan serta m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i b a g i pengguna layanan. Dalam hal ini adalah inovasi berupa SI E – LA Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti).
a. Identifikasi masalah
8 Optimalisasi pelayanan pengaduan masyarakat;
8 Penyelenggaraan urusan rumah tangga, kendaraan, k e b e r s i h a n , k e t e r t i b a n , keindahan dan keamanan;
8 P e n y e l e n g g a r a a n pemeliharaan perlengkapan dan pengadaan peralatan medik serta non medik Rumah Sakit;
b. Rumusan masalah
8 Bagaimana tatalaksana pengaduan masyarakat;
8 B a g a i m a n a pendokumentasian setiap pelaporan pengaduan;
8 B a g a i m a n a meningkatkan kinerja dan disiplin waktu pegawai;
8 Bagaimana menciptakan kepuasan masyarakat;
8 Bagaimana koordinasi teknis pengaduan secara internal dan ekternal;
8 B a g a i m a n a pengembangan aplikasi;
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4847
c. Perencanaan (Planning)
8 Perencanaan s chedu le proyek perubahan
8 Perencanaan kebutuhan data
8 Perencanaan kebutuhan aplikasi
8 Perencanaan kebutuhan infrastruktur (pembangunan gerai)
8 Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia
8 Perencanaan kebutuhan biaya
d. Persiapan (Organizing)
8 Persiapan dengan Tim kerja Efektif
8 Persiapan dengan Tim IT
8 Diskusi dengan Tenaga Pembuatan Gerai
8 P e r s i a p a n a l a t k e r j a (hardware & software)
e. Pelaksanaan (Actuating)
Ÿ Penyusunan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ FGD Pembahasan draft SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ P e n y u s u n a n r a n c a n g a n instrument Si E-La Komplain
Ÿ Rapat pembahasan rancangan instrumen Si E-La Komplain
Ÿ Pembuatan sistem Si E-La Komplain
Ÿ Pelatihan komunikasi efektif bagi karyawan yang akan d i t u g a s k a n d i g e r a i pengaduan/komplain
Ÿ Uji coba s is tem Si E-La Komplain
Ÿ Penetapan Rancangan SK Direktur tentang Pembentukan Unit Pelayanan Komplain, Pedoman Pelayanan Komplain dan Tim Pelayanan Komplain
Ÿ P e m b u a t a n g e r a i pengaduan/komplain
Ÿ Sosialisasi gerai pengaduan melalui membuatan media promosi
Ÿ Sosialisasi Si E-La Komplain kepada stakeholder internal dan ekterrnal
Ÿ Sosialisasi alur program Si E-La Komplain kepada Kepala Ruangan, Kepala Instalasi dan pengunjung
Ÿ Persiapan launching Si E-La Komplain
Ÿ Launching Si E-La Komplain Dengan Hati
Ÿ P e n y e m p u r n a a n d a n penggunaan aplikasi Si E-La Komplain
f. Pengawasan (Controlling)
8 Stabilitas aplikasi Si E-La Komplain
8 Stabilitas hardware
8 Proses pelayanan pengaduan di gerai pengaduan
8 Tanggapan/tindak lanjut pengaduan ba ik mela lu i aplikasi maupun di gerai pengaduan
2. Siapa saja pemangku kepentingan?
a) drg. Arif Rahmatullah (Direktur RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran dan
masukan atas penerapan Si E-La Komplain
Tampilan Dari Balasan KompSetelah
pengguna menerima balasan komplain yang diberikan oleh pihak RSUD dr. Adjidarmo, pengguna juga bisa memberikan penilaian terhadap tanggapan yang sudah diberikan dengan memilih button Puas atau Tidak Puas dan menekan tombol KIRIM FEEDBACK.lain
A. SEJARAH PEMBUATAN SI E-LA KOMPLAIN DENGAN HATI
1. Tahapan persiapan dan perencanaan?
Upaya untuk memenuhi tuntutan
penerima layanan (masyarakat) sekarang ini lebih mengarah pada mutu, kenyamanan, layanan sepenuh hati dan kepuasan konsumen, untuk itu penyelenggara pelayanan publik perlu menerapkan strategi inovasi maupun terobosan-terobosan untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan penerima layanan serta m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i b a g i pengguna layanan. Dalam hal ini adalah inovasi berupa SI E – LA Komplain Dengan Hati (Sistem Elektronik layanan Komplain Dengan Harapan Terlayani Pasti).
a. Identifikasi masalah
8 Optimalisasi pelayanan pengaduan masyarakat;
8 Penyelenggaraan urusan rumah tangga, kendaraan, k e b e r s i h a n , k e t e r t i b a n , keindahan dan keamanan;
8 P e n y e l e n g g a r a a n pemeliharaan perlengkapan dan pengadaan peralatan medik serta non medik Rumah Sakit;
b. Rumusan masalah
8 Bagaimana tatalaksana pengaduan masyarakat;
8 B a g a i m a n a pendokumentasian setiap pelaporan pengaduan;
8 B a g a i m a n a meningkatkan kinerja dan disiplin waktu pegawai;
8 Bagaimana menciptakan kepuasan masyarakat;
8 Bagaimana koordinasi teknis pengaduan secara internal dan ekternal;
8 B a g a i m a n a pengembangan aplikasi;
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
4847
- Menyetujui usulan penganggaran aplikasi Si E-La Komplain untuk jangka menengah dan jangka panjang
- Memberikan persetujuan atas dokumen pelaksanaan proyek perubahan Si E-La Komplain
b) dr. Nanchy Cahya (Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran masukan dan
informasi data terkait dengan Si E - L a K o m p l a i n m a u p u n mengimplementasikan pada jangka menengah dan jangka panjang
- Mengapl ikas ikannya pada pelaksanaan tugas dan fungsi di b a w a h k o o r d i n a s i w a d i r pelayanan
c) Hj. Eti Suhaeti, S.SIT., S.K.M., M.Si. (Ka. Bag. Program RSUD dr. Adjidarmo)- Menyiapkan data-data dan
informasi yang dibutuhkan terkait Si E-La Komplain
- Mendukung penerapan Si E-La Komplain
- Mengusulkan dalam dokumen perencanaan untuk dialokasikan p e n g a n g g a r a n n y a a t a s pengimplementasian Si E-La Komplain pada jangka menengah dan jangka panjang
d) Ade Iman Setiawan, S.K.M. ( K e p a l a I P R S R S U D d r . Adjidarmo)- Memberikan dukungan berupa
ketersediaan sarana dan prasarana- Memberikan masukan dan
konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain
e) Hj. Engkoy, S.K.M. (Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan dukungan dengan
mensosia l isas ikan Si E-La
Komplain kepada pasien & keluarga pasien
- Memberikan masukan dan konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain
3. Bagaimana implementasi inovasi?Pelaksanaan Si E-La Komplain tidak lepas dari adanya hambatan / kendala. Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis dalam pengumpulan data untuk pembuatan sistem. Sehingga di awal-awal kesulitan untuk menentukan instrument apa saja yang harus ada di aplikasi Si E-La. Kendala lainnya yaitu tidak adanya dana untuk pembangunan gerai pengaduan. S e l a i n i t u k e t i k a t e r j a d i error/gangguan pada server tidak bisa langsung dilakukan penggantian atau service, melainkan harus menunggu anggaran pemeliharaan dari RSUD dr. Ajidarmo atau menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Namun pada akhirnya, semua permasalahan tersebut dapat teratasi satu per satu, sehingga inovasi ini tetap dapat berjalan.
4. Apakah dilakukan evaluasi pelaksanaan inovasi?Dalam perjalanannya, masih ada beberapa bagian dari aplikasi Si E-La yang perlu dikembangkan. Salah satunya adalah belum tersedianya fitur untuk mengirimkan gambar. Fitur tersebut diperlukan sebagai penguat / bukti jika masyarakat/pasien ingin melakukan komplain. Dengan adanya fitur upload gambar, maka juga akan lebih memudahkan petugas untuk melakukan verifikasi komplain. Fitur tersebut merupakan salah satu dari b e b e r a p a b a g i a n y a n g a k a n dikembangkan ke depannya, demi pemanfaatan Si E-La Komplain yang lebih baik lagi.
PROGRAM KADER “JAMILAH”I. LATAR BELAKANG
Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik
merupakan salah satu puskesmas yang berada di
wilayah pedesaan , dengan mayori tas
masyarakat ekonomi kurang mampu dan
memiliki tingkat pendidikan paling banyak
lulusan sekolah dasar. Hal ini berdampak
kepada status kesehatan masyarakat khususnya
ibu hamil dan balita yang perlu mendapatkan
perhatian.
Berdasarkan data kasus ibu hamil yang
terdeteksi resiko tinggi di wilayah Puskesmas
Rawat Inap Bojongmanik pada trimester 1 tahun
2017 sebanyak 81 kasus dan terjadi kematian
ibu sebanyak 1 kasus. Kegiatan yang sudah
dilakukan selama ini seperti optimalisasi
program P4K, kelas ibu, penyuluhan, kunjungan
rumah sepertinya Kurang berdampak terhadap
cakupan yang telah ditargetkan. Dengan dasar
itulah Puskesmas Rawat inap Bojongmanik
mencoba melakukan kegiatan dengan mengagas
program inovasi JAMILAH.
Melalui dasar itu kini Puskesmas Rawat
Inap Bojongmanik mencoba melakukan
kegiatan dengan menggagas Program Inovatif
guna membantu menyelesaikan masalah itu
melalui kegiatan : PROGRAM INOVASI
“JAMILAH “.
P r o g r a m I n o v a s i “ J A M I L A H ”
Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari
oleh dan untuk masyarakat dalam membantu
dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah sampai
memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa
nifas, di harapka dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” ,
yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg
siaga, dan Bidan Desa.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5049
- Menyetujui usulan penganggaran aplikasi Si E-La Komplain untuk jangka menengah dan jangka panjang
- Memberikan persetujuan atas dokumen pelaksanaan proyek perubahan Si E-La Komplain
b) dr. Nanchy Cahya (Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan saran masukan dan
informasi data terkait dengan Si E - L a K o m p l a i n m a u p u n mengimplementasikan pada jangka menengah dan jangka panjang
- Mengapl ikas ikannya pada pelaksanaan tugas dan fungsi di b a w a h k o o r d i n a s i w a d i r pelayanan
c) Hj. Eti Suhaeti, S.SIT., S.K.M., M.Si. (Ka. Bag. Program RSUD dr. Adjidarmo)- Menyiapkan data-data dan
informasi yang dibutuhkan terkait Si E-La Komplain
- Mendukung penerapan Si E-La Komplain
- Mengusulkan dalam dokumen perencanaan untuk dialokasikan p e n g a n g g a r a n n y a a t a s pengimplementasian Si E-La Komplain pada jangka menengah dan jangka panjang
d) Ade Iman Setiawan, S.K.M. ( K e p a l a I P R S R S U D d r . Adjidarmo)- Memberikan dukungan berupa
ketersediaan sarana dan prasarana- Memberikan masukan dan
konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain
e) Hj. Engkoy, S.K.M. (Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Adjidarmo)- Memberikan dukungan dengan
mensosia l isas ikan Si E-La
Komplain kepada pasien & keluarga pasien
- Memberikan masukan dan konsultasi terhadap pelaksanaan Si E-La Komplain
3. Bagaimana implementasi inovasi?Pelaksanaan Si E-La Komplain tidak lepas dari adanya hambatan / kendala. Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis dalam pengumpulan data untuk pembuatan sistem. Sehingga di awal-awal kesulitan untuk menentukan instrument apa saja yang harus ada di aplikasi Si E-La. Kendala lainnya yaitu tidak adanya dana untuk pembangunan gerai pengaduan. S e l a i n i t u k e t i k a t e r j a d i error/gangguan pada server tidak bisa langsung dilakukan penggantian atau service, melainkan harus menunggu anggaran pemeliharaan dari RSUD dr. Ajidarmo atau menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Namun pada akhirnya, semua permasalahan tersebut dapat teratasi satu per satu, sehingga inovasi ini tetap dapat berjalan.
4. Apakah dilakukan evaluasi pelaksanaan inovasi?Dalam perjalanannya, masih ada beberapa bagian dari aplikasi Si E-La yang perlu dikembangkan. Salah satunya adalah belum tersedianya fitur untuk mengirimkan gambar. Fitur tersebut diperlukan sebagai penguat / bukti jika masyarakat/pasien ingin melakukan komplain. Dengan adanya fitur upload gambar, maka juga akan lebih memudahkan petugas untuk melakukan verifikasi komplain. Fitur tersebut merupakan salah satu dari b e b e r a p a b a g i a n y a n g a k a n dikembangkan ke depannya, demi pemanfaatan Si E-La Komplain yang lebih baik lagi.
PROGRAM KADER “JAMILAH”I. LATAR BELAKANG
Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik
merupakan salah satu puskesmas yang berada di
wilayah pedesaan , dengan mayori tas
masyarakat ekonomi kurang mampu dan
memiliki tingkat pendidikan paling banyak
lulusan sekolah dasar. Hal ini berdampak
kepada status kesehatan masyarakat khususnya
ibu hamil dan balita yang perlu mendapatkan
perhatian.
Berdasarkan data kasus ibu hamil yang
terdeteksi resiko tinggi di wilayah Puskesmas
Rawat Inap Bojongmanik pada trimester 1 tahun
2017 sebanyak 81 kasus dan terjadi kematian
ibu sebanyak 1 kasus. Kegiatan yang sudah
dilakukan selama ini seperti optimalisasi
program P4K, kelas ibu, penyuluhan, kunjungan
rumah sepertinya Kurang berdampak terhadap
cakupan yang telah ditargetkan. Dengan dasar
itulah Puskesmas Rawat inap Bojongmanik
mencoba melakukan kegiatan dengan mengagas
program inovasi JAMILAH.
Melalui dasar itu kini Puskesmas Rawat
Inap Bojongmanik mencoba melakukan
kegiatan dengan menggagas Program Inovatif
guna membantu menyelesaikan masalah itu
melalui kegiatan : PROGRAM INOVASI
“JAMILAH “.
P r o g r a m I n o v a s i “ J A M I L A H ”
Merupakan suatu gerakan yang di lakukan dari
oleh dan untuk masyarakat dalam membantu
dan memfaslitasi ibu hamil bermasalah sampai
memantau kesehatan ibu dan bayi sampai masa
nifas, di harapka dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) hingga “ zero kematian ibu dan bayi” ,
yang melibatkan peran ibu hamil, kader, ojeg
siaga, dan Bidan Desa.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5049
Peran para kader yang selalu SIAGA
membantu dan mefasilitasi ibu – ibu hamil
bermasalah menjadi faktor keberhasilan
Program Inovasi “JAMILAH”, disamping itu
peran Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik
sebagai Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi Ibu
Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dengan factor
resiko.
Ibu Hamil yang menjadi sasaran meraka
adalah ibu hamil yang beresiko tinggi
,diantaranya :
· Ibu hamil yang berusia kurang
dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
· Jarak kehamilan yang terlalu
dekat
· Grande multipara
· Riwayat operasi Caesar
· HDK
· Gemeli
· Sungsang
· Susp/ Baby Giant
· Dll
I. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
A. PENGORGANISASIAN PROGRAM
PELINDUNGKEPALA PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWABBIDAN KOORDINASI
KETUAYETI. Amd.Keb
PENANGGUNG JAWABJAMILAH DESA
9 BIDAN DESA
BOJONG MANIK
MEKAR MANIK
CIMAYANGPARAKAN
BEUSIKEBON
CAUHARJAWANA
KADURAHAYU
MEKARRAHAYU
PASIRBITUNG
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5251
Peran para kader yang selalu SIAGA
membantu dan mefasilitasi ibu – ibu hamil
bermasalah menjadi faktor keberhasilan
Program Inovasi “JAMILAH”, disamping itu
peran Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik
sebagai Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi Ibu
Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dengan factor
resiko.
Ibu Hamil yang menjadi sasaran meraka
adalah ibu hamil yang beresiko tinggi
,diantaranya :
· Ibu hamil yang berusia kurang
dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
· Jarak kehamilan yang terlalu
dekat
· Grande multipara
· Riwayat operasi Caesar
· HDK
· Gemeli
· Sungsang
· Susp/ Baby Giant
· Dll
I. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
A. PENGORGANISASIAN PROGRAM
PELINDUNGKEPALA PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWABBIDAN KOORDINASI
KETUAYETI. Amd.Keb
PENANGGUNG JAWABJAMILAH DESA
9 BIDAN DESA
BOJONG MANIK
MEKAR MANIK
CIMAYANGPARAKAN
BEUSIKEBON
CAUHARJAWANA
KADURAHAYU
MEKARRAHAYU
PASIRBITUNG
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5251
B. TATA HUBUNGAN KERJA ADAN ALUR PELAPORAN
KETUA � : YETI, Amd.Keb
STRUKTUR ORGANISASI KADER JAMILAHKETUA � � : AGUS TRIATNA
SEKRETARIS�� : JENAB
BENDAHARA� : UMYATI�
ANGGOTA� � :
DESA BOJONGMANIK � � : IDA, ESIH, PIPIT, IYAM, AAN, ETI, IDRUS
DESA MEKARMANIK � � : ARIS, JUNED, YATI,UUM,ARTA, AAS, NYAI
DESA CIMAYANG � : ARTA, MINGGU, IDA, ATI, MUBIN, SANI, HAYAH,
SUMIYATI,ANA
DESA PARAKANBEUSI� � : ADE, SANAH, EHA, SUBANDI, WIWIN, ITING,
RUBANA, NINIS, EDI , ERUM, SARI
DESA KEBONCAU� : ANI, SUHANAH, SAROH, ACIH, ENAH, MENAH, SIDIK,
SAHRONI
DESA HARJAWANA � : OYAH, HERNI, RITA, JIAH, DEDEH
DESA KADURAHAYU � : UJANG, IWAN, ENAH, ESIH, ENJEN, HARUN
C. TUJUAN
TujuanUmum�:
1. Zero kematian ibu dan Anak
Tujuan Khusus� :
- Semua ibu hamil terdata, ter ANC (standar 10 T)
- Semua ibu hamil terdeteksi resiko kehamilnnya
- Ibu Hamil beresiko (bermasalah) tertangani
- Ibu Nifas terpanta ibu Nifas Resti tertangani
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Ÿ Mendata ibu hamil yang ada di desa
Ÿ Melaporkan data ibu hamil ke Bidan Desa
Ÿ Memantau ibu hamil yang beresiko
Ÿ Menjemput ibu hamil ke Rumahnya
Ÿ Memfasilitasi ibu hamil untuk periksa ke Petugas Kesehatan
Ÿ Mengantar ibu hamil ke Fasilitas Kesehatan bekerjasam dengan ojeg SIAGA
Ÿ Memantau kesehatan sampai Ibu Nifas
E. C A R A M E L A K S A N A K A N KEGIATAN
Bentuk pelaksanaan kegiatan Program Inovasi “JAMILAH” diawali dari hasil pendataan ibu hamil, dilakukan pemeriksaan Bidan , di laporkan kepada kader “JAMILAH” untuk dibantu, difasilitasi, di pantau, diamati, di jemput dan di antar ke fasilitas kesehatan jika ada ibu hamil yang beresiko untuk penanganan lebih lanjut. Kader “JAMILAH” di bekali ilmu tentang pentingnya penanganan ibu hamil yang bermasalah.
Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik menjadi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang memfasilitasi pelayanan Kesehatan anggota “JAMILAH” , dengan memberikan pelayanan yang terdiri dari :
Ÿ Antrian dibedakan dengan kunjungan pasien lain
Ÿ Memberikan pelayanan ANC terpadu oleh Bidan yang profesional, kompeten dan berpengalaman.
Ÿ Periksa Laboratorium
Ÿ Periksa oleh dokter (USG,Konseling)
Ÿ Konsul ke Poli Gigi
Ÿ Konsul ke klinik Gizi
Ÿ Rujuk ke Poli Kebidanan /IGM RSUD ADJI DARMO , RS. KARTINI dan RS. MISI jika ada masalah yang harus di tangani oleh dokter spesialis kebidanan.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5453
B. TATA HUBUNGAN KERJA ADAN ALUR PELAPORAN
KETUA � : YETI, Amd.Keb
STRUKTUR ORGANISASI KADER JAMILAHKETUA � � : AGUS TRIATNA
SEKRETARIS�� : JENAB
BENDAHARA� : UMYATI�
ANGGOTA� � :
DESA BOJONGMANIK � � : IDA, ESIH, PIPIT, IYAM, AAN, ETI, IDRUS
DESA MEKARMANIK � � : ARIS, JUNED, YATI,UUM,ARTA, AAS, NYAI
DESA CIMAYANG � : ARTA, MINGGU, IDA, ATI, MUBIN, SANI, HAYAH,
SUMIYATI,ANA
DESA PARAKANBEUSI� � : ADE, SANAH, EHA, SUBANDI, WIWIN, ITING,
RUBANA, NINIS, EDI , ERUM, SARI
DESA KEBONCAU� : ANI, SUHANAH, SAROH, ACIH, ENAH, MENAH, SIDIK,
SAHRONI
DESA HARJAWANA � : OYAH, HERNI, RITA, JIAH, DEDEH
DESA KADURAHAYU � : UJANG, IWAN, ENAH, ESIH, ENJEN, HARUN
C. TUJUAN
TujuanUmum�:
1. Zero kematian ibu dan Anak
Tujuan Khusus� :
- Semua ibu hamil terdata, ter ANC (standar 10 T)
- Semua ibu hamil terdeteksi resiko kehamilnnya
- Ibu Hamil beresiko (bermasalah) tertangani
- Ibu Nifas terpanta ibu Nifas Resti tertangani
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Ÿ Mendata ibu hamil yang ada di desa
Ÿ Melaporkan data ibu hamil ke Bidan Desa
Ÿ Memantau ibu hamil yang beresiko
Ÿ Menjemput ibu hamil ke Rumahnya
Ÿ Memfasilitasi ibu hamil untuk periksa ke Petugas Kesehatan
Ÿ Mengantar ibu hamil ke Fasilitas Kesehatan bekerjasam dengan ojeg SIAGA
Ÿ Memantau kesehatan sampai Ibu Nifas
E. C A R A M E L A K S A N A K A N KEGIATAN
Bentuk pelaksanaan kegiatan Program Inovasi “JAMILAH” diawali dari hasil pendataan ibu hamil, dilakukan pemeriksaan Bidan , di laporkan kepada kader “JAMILAH” untuk dibantu, difasilitasi, di pantau, diamati, di jemput dan di antar ke fasilitas kesehatan jika ada ibu hamil yang beresiko untuk penanganan lebih lanjut. Kader “JAMILAH” di bekali ilmu tentang pentingnya penanganan ibu hamil yang bermasalah.
Puskesmas Rawat Inap Bojongmanik menjadi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang memfasilitasi pelayanan Kesehatan anggota “JAMILAH” , dengan memberikan pelayanan yang terdiri dari :
Ÿ Antrian dibedakan dengan kunjungan pasien lain
Ÿ Memberikan pelayanan ANC terpadu oleh Bidan yang profesional, kompeten dan berpengalaman.
Ÿ Periksa Laboratorium
Ÿ Periksa oleh dokter (USG,Konseling)
Ÿ Konsul ke Poli Gigi
Ÿ Konsul ke klinik Gizi
Ÿ Rujuk ke Poli Kebidanan /IGM RSUD ADJI DARMO , RS. KARTINI dan RS. MISI jika ada masalah yang harus di tangani oleh dokter spesialis kebidanan.
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5453
F. SASARAN
1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
dengan resiko tinggi
G J A D W A L P E L A K S A N A A N
KEGIATAN
Pelaksanaan program inovasi
“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan
:
1. Persiapan
Ÿ Di lakukan pertemuan dengan
intern puskesmas yang di ikuti
oleh semua bidan, perawat, dan
pe tugas la in yang ada d i
lingkungan puskesmas rawat
i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a
pertemuan itu kepala puskesmas
r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k
memberikan kesempatan kepada
s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k
membuat ideu / inovasi kegitan
yang bias memberikan inovasi
untuk masyarakat, dari hasil
pertemuan itu munculah ideu
yang di sepakati oleh kepala
p u s k e s m a s r a w a t i n a p
bojongmanik yaitu “ Program
Inovasi Jamilah ”.
Ÿ Per temuan se lanju tnya d i
lakukan dengan kerjasama lintas
sector yang di hadiri oleh camat,
kepala desa dan unsur lain yang
ada di wilayah kecamatan
bojongmanik seperti : ketua Tim
penggerak PKK kecamatan,
ketua Tim Penggerak desa, toga,
tomasy dan kader.
Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan
d e n g a n m e m b e n t u k T I M
JAMILAH yang di ikuti oleh
k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i
masyarakat dan tukang ojeg
yang bersedia menjadi kader
JAMILAH . Dari pertemuan itu
di bahas tentang peran dan tugas
kader JAMILAH juga peran dan
tugas Ojeg JAMILAH juga di
bekali ilmu tentang pentingnya
pemeriksaan ibu hamil , tanda
bahaya pada kehamilan, masalah
– masalah resiko tinggi pada ibu
hamil sehingga secara dini
deteksi resiko bisa di deteksi
oleh masyarakat.
Ÿ Kegiatan program inovasi
JAMILAH ini di kukuhkan
dengan di SK kan oleh kepala
desa.
Ÿ
2. Pelaksanaan
- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r
JAMILAH melakukan pendataan
- Bidan desa melakukan pemeriksaan
ibu hamil (ANC)
- Bidan desa memberikan data ibu
hamil yang beresiko
- Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil
- Mengajak dan memotivasi ibu
h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n
pelayanan secara terintegrasi di
fasilitas kesehatan.
- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu
hamil ke fasilitas kesehata
- Kader JAMILAH mendampingi ibu
hamil ke fasilitas kesehatan, dan
membantu serangkaian proses dari
awal pendtafran , ke ruang KIA,
ruang dokter , laboratorium, dan
apotik.
F. SASARAN
1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
dengan resiko tinggi
G J A D W A L P E L A K S A N A A N
KEGIATAN
Pelaksanaan program inovasi
“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan
:
1. Persiapan
Ÿ Di lakukan pertemuan dengan
intern puskesmas yang di ikuti
oleh semua bidan, perawat, dan
pe tugas la in yang ada d i
lingkungan puskesmas rawat
i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a
pertemuan itu kepala puskesmas
r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k
memberikan kesempatan kepada
s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k
membuat ideu / inovasi kegitan
yang bias memberikan inovasi
untuk masyarakat, dari hasil
pertemuan itu munculah ideu
yang di sepakati oleh kepala
p u s k e s m a s r a w a t i n a p
bojongmanik yaitu “ Program
Inovasi Jamilah ”.
Ÿ Per temuan se lanju tnya d i
lakukan dengan kerjasama lintas
sector yang di hadiri oleh camat,
kepala desa dan unsur lain yang
ada di wilayah kecamatan
bojongmanik seperti : ketua Tim
penggerak PKK kecamatan,
ketua Tim Penggerak desa, toga,
tomasy dan kader.
Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan
d e n g a n m e m b e n t u k T I M
JAMILAH yang di ikuti oleh
k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i
masyarakat dan tukang ojeg
yang bersedia menjadi kader
JAMILAH . Dari pertemuan itu
di bahas tentang peran dan tugas
kader JAMILAH juga peran dan
tugas Ojeg JAMILAH juga di
bekali ilmu tentang pentingnya
pemeriksaan ibu hamil , tanda
bahaya pada kehamilan, masalah
– masalah resiko tinggi pada ibu
hamil sehingga secara dini
deteksi resiko bisa di deteksi
oleh masyarakat.
Ÿ Kegiatan program inovasi
JAMILAH ini di kukuhkan
dengan di SK kan oleh kepala
desa.
Ÿ
2. Pelaksanaan
- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r
JAMILAH melakukan pendataan
- Bidan desa melakukan pemeriksaan
ibu hamil (ANC)
- Bidan desa memberikan data ibu
hamil yang beresiko
- Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil
- Mengajak dan memotivasi ibu
h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n
pelayanan secara terintegrasi di
fasilitas kesehatan.
- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu
hamil ke fasilitas kesehata
- Kader JAMILAH mendampingi ibu
hamil ke fasilitas kesehatan, dan
membantu serangkaian proses dari
awal pendtafran , ke ruang KIA,
ruang dokter , laboratorium, dan
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5655
F. SASARAN
1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
dengan resiko tinggi
G J A D W A L P E L A K S A N A A N
KEGIATAN
Pelaksanaan program inovasi
“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan
:
1. Persiapan
Ÿ Di lakukan pertemuan dengan
intern puskesmas yang di ikuti
oleh semua bidan, perawat, dan
pe tugas la in yang ada d i
lingkungan puskesmas rawat
i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a
pertemuan itu kepala puskesmas
r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k
memberikan kesempatan kepada
s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k
membuat ideu / inovasi kegitan
yang bias memberikan inovasi
untuk masyarakat, dari hasil
pertemuan itu munculah ideu
yang di sepakati oleh kepala
p u s k e s m a s r a w a t i n a p
bojongmanik yaitu “ Program
Inovasi Jamilah ”.
Ÿ Per temuan se lanju tnya d i
lakukan dengan kerjasama lintas
sector yang di hadiri oleh camat,
kepala desa dan unsur lain yang
ada di wilayah kecamatan
bojongmanik seperti : ketua Tim
penggerak PKK kecamatan,
ketua Tim Penggerak desa, toga,
tomasy dan kader.
Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan
d e n g a n m e m b e n t u k T I M
JAMILAH yang di ikuti oleh
k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i
masyarakat dan tukang ojeg
yang bersedia menjadi kader
JAMILAH . Dari pertemuan itu
di bahas tentang peran dan tugas
kader JAMILAH juga peran dan
tugas Ojeg JAMILAH juga di
bekali ilmu tentang pentingnya
pemeriksaan ibu hamil , tanda
bahaya pada kehamilan, masalah
– masalah resiko tinggi pada ibu
hamil sehingga secara dini
deteksi resiko bisa di deteksi
oleh masyarakat.
Ÿ Kegiatan program inovasi
JAMILAH ini di kukuhkan
dengan di SK kan oleh kepala
desa.
Ÿ
2. Pelaksanaan
- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r
JAMILAH melakukan pendataan
- Bidan desa melakukan pemeriksaan
ibu hamil (ANC)
- Bidan desa memberikan data ibu
hamil yang beresiko
- Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil
- Mengajak dan memotivasi ibu
h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n
pelayanan secara terintegrasi di
fasilitas kesehatan.
- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu
hamil ke fasilitas kesehata
- Kader JAMILAH mendampingi ibu
hamil ke fasilitas kesehatan, dan
membantu serangkaian proses dari
awal pendtafran , ke ruang KIA,
ruang dokter , laboratorium, dan
apotik.
F. SASARAN
1. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
2. Ibu hamil , ibu bersalin dan ibu nifas
dengan resiko tinggi
G J A D W A L P E L A K S A N A A N
KEGIATAN
Pelaksanaan program inovasi
“JAMILAH” dilakukan melalui 3 tahapan
:
1. Persiapan
Ÿ Di lakukan pertemuan dengan
intern puskesmas yang di ikuti
oleh semua bidan, perawat, dan
pe tugas la in yang ada d i
lingkungan puskesmas rawat
i n a p b o j o n g m a n i k . P a d a
pertemuan itu kepala puskesmas
r a w a t i n a p b o j o n g m a n i k
memberikan kesempatan kepada
s e l u r u h k a r y a w a n u n t u k
membuat ideu / inovasi kegitan
yang bias memberikan inovasi
untuk masyarakat, dari hasil
pertemuan itu munculah ideu
yang di sepakati oleh kepala
p u s k e s m a s r a w a t i n a p
bojongmanik yaitu “ Program
Inovasi Jamilah ”.
Ÿ Per temuan se lanju tnya d i
lakukan dengan kerjasama lintas
sector yang di hadiri oleh camat,
kepala desa dan unsur lain yang
ada di wilayah kecamatan
bojongmanik seperti : ketua Tim
penggerak PKK kecamatan,
ketua Tim Penggerak desa, toga,
tomasy dan kader.
Ÿ - Kegia tan d i lan ju tkan
d e n g a n m e m b e n t u k T I M
JAMILAH yang di ikuti oleh
k a d e r , p e r w a k i l a n d a r i
masyarakat dan tukang ojeg
yang bersedia menjadi kader
JAMILAH . Dari pertemuan itu
di bahas tentang peran dan tugas
kader JAMILAH juga peran dan
tugas Ojeg JAMILAH juga di
bekali ilmu tentang pentingnya
pemeriksaan ibu hamil , tanda
bahaya pada kehamilan, masalah
– masalah resiko tinggi pada ibu
hamil sehingga secara dini
deteksi resiko bisa di deteksi
oleh masyarakat.
Ÿ Kegiatan program inovasi
JAMILAH ini di kukuhkan
dengan di SK kan oleh kepala
desa.
Ÿ
2. Pelaksanaan
- B i d a n d e s a b e s e r t a k a d e r
JAMILAH melakukan pendataan
- Bidan desa melakukan pemeriksaan
ibu hamil (ANC)
- Bidan desa memberikan data ibu
hamil yang beresiko
- Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil
- Mengajak dan memotivasi ibu
h a m i l u n t u k m e n d a p a t k a n
pelayanan secara terintegrasi di
fasilitas kesehatan.
- Ojeg JAMILAH memfasilitasi ibu
hamil ke fasilitas kesehata
- Kader JAMILAH mendampingi ibu
hamil ke fasilitas kesehatan, dan
membantu serangkaian proses dari
awal pendtafran , ke ruang KIA,
ruang dokter , laboratorium, dan
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5655
Ÿ Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil , ibu bersalin
sampai masa nifas.
3. Evaluasi
� Kegiatan inovasi JAMILAH di
evaluasi setiap 3 bulan sekali, kepala puskesmas
, bidan desa, kader dan ojeg berkumpul
membahas kegiatan dan maslah-maslah yang
dihadapi serta mencari solusi bersama untuk
pemecahan masalah tersebut.
H. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan pelaksanaan program inovasi
JAMILAH di lakukan setiap selesai membantu
ibu hamil dari Puskesmas / Rumah sakit dan di
laporkan setiap akhir bulan ke Bidan Desa.
INDIKATOR 2017 SEMESTER 1 2018
STATUS
K1 82,39 % 40,8% Meningkat
K4 68, 22 % 38% Meningkat
Linakes 75,60 % 43.8 %Meningkat
Linakes Faskes 61, 80 % 34.8% Meningkat
KN1 102,4 % 58.5% Meningkat
KNL 101,8 % 51%Meningkat
PK 99,8 % 86,79% Meningkat
PKN 87 9 % 66,20% Meningkat
Kunjungan Bayi 98,7 % 45,97%Meningkat
Pelayanan Balita 55,4 % 37,9%
Meningkat
Kematian Ibu 2 1 Tetap
Kematian Bayi 9 2
KEBERHASILAN KADER JAMILAH
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5827
Ÿ Kader JAMILAH memantau
kondisi ibu hamil , ibu bersalin
sampai masa nifas.
3. Evaluasi
� Kegiatan inovasi JAMILAH di
evaluasi setiap 3 bulan sekali, kepala puskesmas
, bidan desa, kader dan ojeg berkumpul
membahas kegiatan dan maslah-maslah yang
dihadapi serta mencari solusi bersama untuk
pemecahan masalah tersebut.
H. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan pelaksanaan program inovasi
JAMILAH di lakukan setiap selesai membantu
ibu hamil dari Puskesmas / Rumah sakit dan di
laporkan setiap akhir bulan ke Bidan Desa.
INDIKATOR 2017 SEMESTER 1 2018
STATUS
K1 82,39 % 40,8% Meningkat
K4 68, 22 % 38% Meningkat
Linakes 75,60 % 43.8 %Meningkat
Linakes Faskes 61, 80 % 34.8% Meningkat
KN1 102,4 % 58.5% Meningkat
KNL 101,8 % 51%Meningkat
PK 99,8 % 86,79% Meningkat
PKN 87 9 % 66,20% Meningkat
Kunjungan Bayi 98,7 % 45,97%Meningkat
Pelayanan Balita 55,4 % 37,9%
Meningkat
Kematian Ibu 2 1 Tetap
Kematian Bayi 9 2
KEBERHASILAN KADER JAMILAH
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
5827
Kehadiran inovasi di birokrasi tidak melulu lahir dari pimpinan. Setiap orang dalam satu organsiasi yang memahami kondisi organisasi tersebut bisa mencetuskan ide inovasi. Hal ini terjadi di Kabupaten Lebak. Ide inovasi yang bertahan hingga saat ini bahkan sudah memberikan manfaat berasal dari para pejabat struktural eseleon III bahkan dari staf. Keberhasilan implementasi ide inovasi ini tentu karena ada dukungan dari pimpinan organisasi. Pimpinan memberikan ruang kepada seluruh elemen dalam organisasi untuk berkreasi dalam r a n g k a m e m p e r b a i k i m a s a l a h d a n mengembangkan organisasi. Inovasi aplikasi pelayanan AK-1 di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi diinisiasi oleh seorang staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bernama Bapak Rocky Gumilang. Inovasi Klinik Konsultasi Dana Desa merupakan hasil Proyek Perubahan dari Bapak Drs. Halson Nainggolan, M.Si yang merupakan Inspektur di Inspketorat Kabupaten Lebak. Inovasi Atikan merupakan hasil inovasi dari Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dinas Arsip dan Perpustakaan, yaitu Bapak Unang Muslihat. Dan inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati merupakan inovasi yang berasal dari Bapak Rudi Hermawan yang merupakan pejabat eselon III di RSUD Ajidarmo.
Inovasi yang lahir dari pihak yang m e m a h a m i o rg a n i s a s i , p a s t i m a m p u menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi. masalah yang dihadapi oleh Disnakertrans adalah tingginya angka penduduk yang membuntuhkan kartu kuning sehingga membuat antrian yang panjang. Dengan adanya inovasi aplikasi pelayanan AK-1 ini dapat memotong waktu pengurusan Kartu Kuning, sebelumnya untuk 1 orang bisa mencapai lebih dari 6 menit menjadi hanya 30 detik. Apabila dalam satu hari ada yang mendaftar sebanyak 100 orang maka terjadi efisiensi waktu selaa 500 menit dalam satu hari. Masyarakat pun tidak banyak menghabiskan waktu untuk menunggu
penyelesaian kartu kuning. Manfaat yang didapatkan dari inovasi Kade adalah para perangkat desa yang mengelola dana desa mendapatkan manfaat secara langsung dari penjelasan para auditor. Inovasi ini juga m e n d a p a t k a n d u k u n g a n d a r i b a n y a k stakeholders mengingat peruntukan dana desa sangat urgent untuk memajukan desa dan masyarakat desa.
Pada awalnya arsip-arsip yang ada di Dinas Arsip dan Perpustakaan masih belum teratur. Apabila ada masyarakat yang hendak m e n c a r i a r s i p , s a n g a t s u l i t u n t u k menemukannya. Padahal arsip adalah bukti sejarah yang sangat penting untuk dipelihara. Oleh karena itu inovasi ATIKAN ini hadir. Setelah adanya inovasi ATIKAN, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari arsip. Hal ini dikarenakan penyimpanan arsip yang sudah teratur dan dibuat databasenya dengan Microsoft Access. Sedangkan lahirnya inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati karena banyaknya keluhan dari pengguna layanan RSUD yang belum ditangani dengan baik. Sebelum adanya inovasi ini media untuk menyampaikan complain juga belum difasilitasi dengan baik. Setelah adanya inovasi ini pihak Rumah Sakit dapat segera merespon keluhan masyarakat. Pihak rumah sakit juga bisa segera memperbaiki jika ada kesalahan dari pihak Rumah Sakit. Cepat atau lambat kesembuhan pasien juga dipengaruhi oleh pelayanan Rumah Sakit.
4 inovasi di 4 sektor tersebut menjadi bukt i bahwa Kabupaten Lebak ser ius membenahi tata pemerintahan dan pelayanan public untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semoga OPD-OPD lainnya menjadi lebih semangat untuk berinovasi dan mau menjadikan inovasi sebagai lifestyle dalam birokrasi. Ekosistem inovasi harus dibangun di organsasi. Inovasi yang sudah dihasilkan harus menjadi milik bersama, bukan milik individual lagi. Inovasi ini menjadi produk bersama dan kebanggan Kabupaten Lebak.
EPILOG
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
6029
Kehadiran inovasi di birokrasi tidak melulu lahir dari pimpinan. Setiap orang dalam satu organsiasi yang memahami kondisi organisasi tersebut bisa mencetuskan ide inovasi. Hal ini terjadi di Kabupaten Lebak. Ide inovasi yang bertahan hingga saat ini bahkan sudah memberikan manfaat berasal dari para pejabat struktural eseleon III bahkan dari staf. Keberhasilan implementasi ide inovasi ini tentu karena ada dukungan dari pimpinan organisasi. Pimpinan memberikan ruang kepada seluruh elemen dalam organisasi untuk berkreasi dalam r a n g k a m e m p e r b a i k i m a s a l a h d a n mengembangkan organisasi. Inovasi aplikasi pelayanan AK-1 di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi diinisiasi oleh seorang staf Bidang Penempatan Perluasan Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bernama Bapak Rocky Gumilang. Inovasi Klinik Konsultasi Dana Desa merupakan hasil Proyek Perubahan dari Bapak Drs. Halson Nainggolan, M.Si yang merupakan Inspektur di Inspketorat Kabupaten Lebak. Inovasi Atikan merupakan hasil inovasi dari Kepala Seksi Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dinas Arsip dan Perpustakaan, yaitu Bapak Unang Muslihat. Dan inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati merupakan inovasi yang berasal dari Bapak Rudi Hermawan yang merupakan pejabat eselon III di RSUD Ajidarmo.
Inovasi yang lahir dari pihak yang m e m a h a m i o rg a n i s a s i , p a s t i m a m p u menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi. masalah yang dihadapi oleh Disnakertrans adalah tingginya angka penduduk yang membuntuhkan kartu kuning sehingga membuat antrian yang panjang. Dengan adanya inovasi aplikasi pelayanan AK-1 ini dapat memotong waktu pengurusan Kartu Kuning, sebelumnya untuk 1 orang bisa mencapai lebih dari 6 menit menjadi hanya 30 detik. Apabila dalam satu hari ada yang mendaftar sebanyak 100 orang maka terjadi efisiensi waktu selaa 500 menit dalam satu hari. Masyarakat pun tidak banyak menghabiskan waktu untuk menunggu
penyelesaian kartu kuning. Manfaat yang didapatkan dari inovasi Kade adalah para perangkat desa yang mengelola dana desa mendapatkan manfaat secara langsung dari penjelasan para auditor. Inovasi ini juga m e n d a p a t k a n d u k u n g a n d a r i b a n y a k stakeholders mengingat peruntukan dana desa sangat urgent untuk memajukan desa dan masyarakat desa.
Pada awalnya arsip-arsip yang ada di Dinas Arsip dan Perpustakaan masih belum teratur. Apabila ada masyarakat yang hendak m e n c a r i a r s i p , s a n g a t s u l i t u n t u k menemukannya. Padahal arsip adalah bukti sejarah yang sangat penting untuk dipelihara. Oleh karena itu inovasi ATIKAN ini hadir. Setelah adanya inovasi ATIKAN, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencari arsip. Hal ini dikarenakan penyimpanan arsip yang sudah teratur dan dibuat databasenya dengan Microsoft Access. Sedangkan lahirnya inovasi Si Ela Komplain Dengan Hati karena banyaknya keluhan dari pengguna layanan RSUD yang belum ditangani dengan baik. Sebelum adanya inovasi ini media untuk menyampaikan complain juga belum difasilitasi dengan baik. Setelah adanya inovasi ini pihak Rumah Sakit dapat segera merespon keluhan masyarakat. Pihak rumah sakit juga bisa segera memperbaiki jika ada kesalahan dari pihak Rumah Sakit. Cepat atau lambat kesembuhan pasien juga dipengaruhi oleh pelayanan Rumah Sakit.
4 inovasi di 4 sektor tersebut menjadi bukt i bahwa Kabupaten Lebak ser ius membenahi tata pemerintahan dan pelayanan public untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semoga OPD-OPD lainnya menjadi lebih semangat untuk berinovasi dan mau menjadikan inovasi sebagai lifestyle dalam birokrasi. Ekosistem inovasi harus dibangun di organsasi. Inovasi yang sudah dihasilkan harus menjadi milik bersama, bukan milik individual lagi. Inovasi ini menjadi produk bersama dan kebanggan Kabupaten Lebak.
EPILOG
BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak
6029