hahahahha.docx

19
TRAUMA AURICULA 1. Definisi Othematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan kartilago. Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak (Boies, 2008). 2. Insidensi Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia sekitar 22 laki-laki (100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang (90%) sedang penderita diatas 50 hanya tahun 1 orang (5%) (Sosialisman, dkk. 2007). Othematom berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.Sedang Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka.Lima orang (25%) menderita perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya 16%. Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%) (Sosialisman, dkk. 2007). 3. Patofisiologi Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang mengikut sertakan

Transcript of hahahahha.docx

TRAUMA AURICULA

1. DefinisiOthematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan kartilago. Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak (Boies, 2008).2. Insidensi Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia sekitar 22 laki-laki (100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang (90%) sedang penderita diatas 50 hanya tahun 1 orang (5%) (Sosialisman, dkk. 2007).Othematom berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.Sedang Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka.Lima orang (25%) menderita perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya 16%. Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%) (Sosialisman, dkk. 2007).3. PatofisiologiSecara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Buckingham R.A, 2004).Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah pengaruh stimulus stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut.Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti.Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut.Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi yang irreversible pada jaringan (Buckingham R.A, 2004).

Akumulasi darah antara perikondrium dan tulang rawan4. Gejala KlinisPada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara prikondrium dan tulang rawan.Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen serta dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan karakteristik telinga kembang kol adalah konsekuensi dari fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan neokartilage (Buckingham R.A, 2004).Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak, garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah bagian atas saja (Primrose W.J, 1992).Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman (Primrose W.J, 1992).Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari tyrauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan kehilangan pendengaran (Primrose W.J, 1992).

Hematoma Auricular5. Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan dengan Garpu TalaPada tes dengan garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural. Tes Batas Atas & Batas Bawah : Hasilnya menunjukan batas atas menurun. Tes Rinne: Menunjukkan hasil positif. Tes Weber: Lateralisasi ke arah telinga dengan pendengaran lebib baik. Tes Schwabach : Hasil menuajukkan schwabach memendek (Sosialisman, dkk. 2007).B. Pemeriksaan AudiometriPada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat audiogram hantaran udara dan hantaran tulang. Kegunaan audiogram hantaran udara adalah untuk mengukur kepekaan seluruh mekanisme pendengaran, telinga luar dan tengah serta mekanisme sensorineural koklea dan nervus auditori. Audiogram hantaran udara diperoleh dengan memperdengarkan pulsa nada murni melalui earphone ke telinga. Kegunaan audiometri hantaran tulang adalah untuk mengukur kepekaan mekanisme sensorineural saja. Audiogram hantaran tulang diperoleh dengan memberikan bunyi penguji langsung ke tengkorak pasien menggunakan vibrator hantaran tulang. Dua pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara tuli sensorineural atau tuli konduktif (Sosialisman, dkk. 2007).6. Diagnosis AnamnesaDari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma.Misalnya karena hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya.Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu (Mansjoer Arif, 2001). Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan.Pada kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis (Mansjoer Arif, 2001).7. Diagnosa Banding PerikondritisRadang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi (Timothy, 2002). PseudokistaTerdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga (Timothy, 2002).8. PenatalaksanaanTujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial dan untuk mencegah reakumulasi.Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma, namu kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan khusunya pada konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus diatas dental roll atau materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma. Para pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada saat berlatih (Mansjoer Arif, 2001).Indikasi : Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari pinna. Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis) (Mansjoer Arif, 2001).Kontra indikasi Hematoma yang lebih dari 7 hari Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan atau keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di subperichondrial) (Mansjoer Arif, 2001).Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain (Timothy, 2002): Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan antibiotic yang adekuat. Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi. Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan penekanan.Instrumren dan bahan yang disediakan : Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya Curved hemostat (mosquito) Penrose drain Salep betadine Betadin scrub Kain kassa steril 2-0 nylon atau prolene Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin) Peralatan irigasi (spuilt, normal salin) Bahan untuk penekanan Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan elastic bandage Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold), balut tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau benang prolen dan penekanan dengan gips.Anestesi Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan drainase. Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun telinga. Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.Teknik yang digunakanAspirasi Jarum Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma. Aspirasi sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi. Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.

Aspirasi OthematomaInsisi dan drainase Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan heliks. Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma. Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma dan tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehati-hatian karena dapat merusak perikondrium. Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah. Dilakukan irigasi dengan normal salin. Pemasangan drain dilakukan pada kasus kasus dengan hematoma yang sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien harus diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika tidak terdapat perdarahan yang signifikan.

Insisi dan drainase hematoma auricularKompresi dan balut tekan Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi hematoma. Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana, diantaranya :

Letakkan kapas kering pada kanal eksternal

Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin atau vasselin)

Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.

Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga Tutup telinga dengan kassa berlapis

Kompresi kasa pada telinga anterior Balut dengan perban elastic

Kompresi kasa dengan perban elastic. Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian anterior dan posterior telinga (Timothy, 2002).

Balut tekan khusus dengan dental rolls

9. KomplikasiBila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media kronik, pseudokista.Pengobatan dengan antibiotika sering gagal.Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut.Selain itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi (Timothy, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku Kedokteran, Hal: 75- 842. Sosialisman and Helmi Soepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar in Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, FKUI 2001, hal : 9-11,453. Buckingham R.A, Hematoma Of Auricular in Ear, Nose and Throat Disease A Pocket Reference, Ed 2nd , New York:1994, P:764. Primrose W.J, Auricular Hematoma in A New Short Textbook of Otolaringology, Ed 3rd, British, ELBS, 1992, P: 24-255. Dhingra , Auricular Hematom in Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 4th, Elsevier, 1998. P:48-496. Maran A.G.D, Disease Of External Ear inin Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 10th, PG Asian Economy, Singapore:1994.P:263-2647. T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-2358. Glasscock and Shambaugh, , Auricular Hematoma in surgery of The Ear, Fourth Edition, W.B Saunders Company,1990.P: 195-1969. Snell S.R in Tambayong J Anatomi Klinik, Bagian 3, Ed 3, EGC, Jakarta.2006, Hal 128-139.10. Mansjoer Arif, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok in Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Jilid 1, Media Aesculapius,FKUI,2001. Hal 94