Hadits dha'if
-
Upload
wiwi-hartika -
Category
Documents
-
view
141 -
download
5
Transcript of Hadits dha'if
Wiwi Hartika 5211141121
Akuntansi - A 20 MACAM HADITS DHA’IF
20 MACAM HADITS DHA’IF
1. Hadits Munkar
Hadits munkar menurut bahasa ism maf’ul dari kata inkar lawan kata dari menyetujui.
Sedangkan menurut istilah beberapa ulama ahli hadis memberi pengertian terhadap hadis
munkar dengan beberapa definisi namun yang paling terkenal adalah dua definisi di bawah
ini:
1. Hadis yang di dalam sanadnya terdapat perowi yang telah banyak kelalaiannya dan
telah terlihat sifat fasiq dalam dirinya. Ini adalah definisi yang disebutkan Imam Ibn
Haja rnamun beliau menisbatkan definisi ini kepada ulama selain beliau. Jadi definisi
ini bukan dari beliau. Salah satu yang memakai definisi ini adalah Imam Baiquni.
2. Definisi yang kedua adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perowi yang lemah
yang bertentangan dengan riwayats eorang tsiqoh. Inilah riwayat yang disebutkan
Imam Ibn Hajar dan beliau mengambil definisi bersandar kepada definisi ini. Adapun
perbedaan antara munkar dan syadz adalah apabila munkar adalah riwayat seorang
yang lemah atau dhoif sedangkan syadz adalah riwayat seorang yang tsiqoh
namunbertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqoh.
Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut:
ل أعرابي ، وال أعجمي ، وال غالملم يحتلم ال يتقدم الصف األو
"Tidak akan maju kebarisan depan seorang arab atau yang bukan arab atau seorang anak
yang belum baligh.”
2. Hadits Matruk
Hadits matruk menurut bahasa adalah ism maf’ul dari kata taroka yang artinya
meninggalkan.Jadi arti dari kata matruk adalah yang ditinggalkan. Secara istilah ahli hadis
arti dari hadis matruk adalah hadis yang di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang
dituduh berbohong. Perbedaanya dengan hadis palsu adalah dalam hadis palsu seorang
perowi dikenal sebagai pembohong dalam hadis atau sebagai pemalsu hadis, sedangkan
dalam hadis matruk adalah perowi yang dikenal dengan kebohongannya dalam perkataan
sehari-hari, bukan dalam hadits.
Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut:
عن النبي صلى هللا عليه وسلم أنه قال: " أنا شجرة وفاطمة أصلها أو فرعها، وعلى لقاحها، والحسن والحسين
والفرع اللقاح والورق والثمر في الجنة ثمرتها، وشيعتنا ورقها، فالشجرة أصلها من جنة عدن، االصل
Dari Nabi SAW beliau bersabda: aku adalah pohon dan Fatimah adalah akarnya atau
cabangnya, dan Ali adalah sarinya, Hasan dan Husain adalah buahnya, dan syiahkita
adalah daunnya, pohon itu asalanya dari surga and, asalnya, cabangnya, sarinya, daunnya,
dan buahnya ada dalam surga.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ismail bin Ahmad dari Ismail bin Mus’adah dari Hamzah
bin Yusuf dari Abu Ahmad bin Adi dari Umar bnSannan dari Hasan bin Ali Al-Azdi dari
AbdurRozak dari ayahnya dari Mayna bin AbiMayna dari Adurrohman bin ‘Auf dari Nabi.
3. Hadits Mudraj
Menurut bahasa mudraj merupakan isim maf'ul dari kata adrajt, yang berarti aku
memasukkan sesuatu pada sesuatu yang lain. Adapun menurut istilah adalah Hadis yang
dirubah susunan sanadnya , atau matannya dimasuki sesuatu yang bukan menjadi bagiannya
tanpa pemisah. Hadis mudraj itu terdiri dari dua macam: mudraj isnad dan mudraj matan.
a. Mudraj isnad.
Defenisinya: Hadis yang dirubah susunan sanadnya.
Bentuknya: seorang rawi menyusun suatu sanad dan memasukkan sanad/perawi lain,
lalu si rawi mengucapkan kata-kata yang merupakan pernyataannya sendiri; tetapi sebagian
orang yang mendengarnya menduga bahwa pernyataannya itu merupakan matan Hadis.
Kemudian hal itu diriwayatkan dalam bentuk seperti itu dari dirinya.
Contohnya:
من كثر ت صالته بالليل حسن وجهه بالنهار
"Siapa saja memperbanyak shalatnya di malam hari, maka pada siang hari wajahnya
menjadi indah"
b. Mudraj matan.
Definisinya: Hadis yang matannya dimasuki sesuatu yang bukan menjadi bagiannya,
tanpa pemisah. Jenis ada tiga macam:
Idrajnya dilakukan pada bagian awal (matan) hadis. Kasus ini sangat sedikit akan
tetapi kasus ini lebih banyak terjadinya jika dibandingkan idraj di tengah matan
(Hadis).
Idrajnya dilakukan pada bagian tengah Hadis. Ini lebih sedikit dari idraj di awal hadis.
Idrajnya dilakukan pada bagian akhir hadis. Ini yang paling banyak.
Hukum Hadis Mudraj.
Menurut kesepakatan ulama dari kalangan ahli hadis,fuqaha, dan selain mereka, idraj
itu tidak boleh dilakukan. Pengecualiannya hanya untuk menafsirkan lafadz-lafadz hadis
yang asing, hal ini tidak dilarang, karena itu az-Zuhri dan imam-imam lain telah
melakukannya.
Kitab yang memuat hadis mudraj/membahas hadis mudraj :
Al-Fashlu li al-Washli al-Mudraj fi an-Naqli,karya al-Khatib al-Baghdadi.
Taqrib al-Manhaj bi tartib al-Mudraj,karya Ibnu Hajar.
4. Hadits Mu’allal
Mu’allal menurut bahasa artinya yang ditimpa penyakit.
Hadits Mu’allal menurut istilah adalah “hadits yang dhahirnya shahih, tetapi setelah diperiksa
terdapat ‘ilat yang dapat merusak keshahihan hadits tersebut”. ‘Illat adalah sebab
tersembunyi yang dapat merusak keshahihan sebuah hadits.
Salah satu hal yang dapat menolong untuk mengetahui ‘illat sebuah hadits adalah bila
si perawi meriwayatkan hadits itu sendiri, atau riwayat orang lain menyelisihi hadits yang ia
riwayatkan, atau indikasi lainnya yang hanya diketahui oleh seorang yang ahli dalam bidang
ilmu ini. Seperti terjadi keraguan atau kesamaran pada perawi . Ini dapat dilakukan baik
dengan menyingkap hadits yang sebenarnya mursal, atau memarfu’kan hadits yang mauquf,
atau memasukkan suatu hadits ke dalam hadits yang lain, atau pengkaburan yang serupa itu.
Maka hadits seperti ini dihukumi tidak shahih. Dan ‘illat kadang terdapat pada sanad, dan
kadang terdapat pada matan, dan kadang terdapat pada keduanya secara bersamaan.
5. Hadits Maqlub
Hadis maqlub menurut bahasa merupakan isim maf'ul dari kata al-qalbu, yang berarti
memalingkan sesuatu dari arahnya. Adapun menurut istilah adalah:
.هو ما وقعت المخالفة فيه بالتقديم وبالتأخير
Hadis yang terjadi mukhalafah (menyalahi Hadis lain), disebabkan mendahulukan dan
mengakhirkan. Tukar – menukar yang dikarenakan mendahulukan sesuatu pada satu tempat
dan mengakhirkannya pada tempat lain, adakalanya terjadi pada matan Hadis dan adakalanya
pada sanad Hadis. Contoh tukar-menukar yang terjadi pada matan, ialah hadis muslim dari
abu hurairah r.a :
ورجل تصدق بصدقة اخفاها حتى ال تعلم يمينه ما تنفق شماله
" ... dan seorang yang bersedekah dengan suatu sedekah yang disembunyikan, hingga tangan
kanannya tak mengetahui apa-apa yang telah dibelanjakan oleh tangan kirinya."
Dalam matan Hadis ini terjadi pemutar-balikan dengan hadis riwayat Imam al-Bukhari
atau riwayat Muslim sendiri, pada tempat lain,yang berbunyi:
حتى ال تعلم شماله ما تنفق يمينه
“Hingga tangan kirinya tak mengetahui apa-apa yang dibelanjakan tangan kanannya.”
6. Hadits Mudharib
Hadis Mudharib ialah:
التووووودافع موووووع ووووود تصوووووور هوووووو موووووا وقعوووووت المخالفوووووة فيوووووه باالبووووودا لوووووى وجوووووه ي صووووول فيوووووه
المرجح
"Hadis yang mukhalafahnya (menyalahi Hadis lain), terjadi dengan
pergantian pada satu segiyang saling dapat bertahan, dengan tidak ada
yang dapat ditarjihkan."
Dengan demikian ini, berarti bahwa Hadis mudltharrib itu adalah
sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa jalan
yang berbeda-beda, yang tidak mungkin dapat dikumpulkan atau
ditarjihkan.
Sebagaimana idraj, ada yanng terjadi pada sanad dan ada yang pada
matan, demikian juga idtharab ini, adakalanya terjadi pada sanad dan
adakalanya pada matan. Contoh Hadis mudhtharib pada matan, seperti
Hadis:
ن أنس رضي هللا نه قا ان النبي صلى هللا ليه وسلم وابا بكرو مر فكانوا يفت ون القراءة بال مد
.هلل رب العالمين
"Dari Anas r.a mengabarkan bahwa Rosulullah saw.,abu bakar dan
umar r.a konon sama memulai bacaan sholat dengan bacaan Al-
Hamdulillahirabbil 'alamin."
Hadis Mudhtharib itu ditetapkan dhaif berdasarkan kepada galibnya
dan kebanyakan. Oleh karena itu, tidak mustahil ada hadis mudhtharib
yang shahih atau hasan. Seperti yang terdapat pada shahihain. Hadis
shahihun (hasanun) mudhtharibun ini umumnya terjadi dalam perselisihan
tentang soal nama rowi, sedang sifat orangnya tetap tsiqah.
7. Hadits Muharraf
Ialah Hadits yang mukholafahnya terjadi disebabkan karena
perubahan syakal kata.
Contoh tahrif pada matan misalnya hadits dari Jabir r.a:
د يعني ابن جعفر ن شعبة قا سمعت سليمان قا س معت أبا سفيان و حدثني بشر بن خالد حدثنا م م
قا قا سمعت جابر ليه يو الحزاب رمي أبي بن بد الل صلى الل لى أك له فكواه رسو الل
وسل
Artinya:”Ubai (bin Ka’ab) telah terkena panah pada perang Ahzab mengenai
lengannya,lalu Rasulullah nengobatinya dengan besi hangat.”
8. Hadits Syad
Kata Syadz secara bahasa adalah kata benda yang berbentuk isim fa’il yang berarti
“sesuatu yang menyendiri”. Menurut mayoritas ulama, kata Syadz bermakna : “yang
menyendiri”.
Adapun secara istilah, menurut Ibnu Hajar, hadits Syadz adalah “hadits yang
diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih
terpercaya”. Bisa karena perawi yang lebih terpercaya tersebut lebih kuat hafalannya, lebih
banyak jumlahnya, atau karena sebab-sebab lain yang membuat riwayatnya lebih
dimenangkan, seperti karena jumlah perawi dalam sanadnya lebih sedikit. Hadits Syadz dapat
terjadi pada sanad maupun matan.
Contoh-Contoh Hadits Syadz
1. Contoh Syadz yang Terjadi dalam Sanad
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah;
dari jalur Ibnu ‘Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,”Sesungguhnya
ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas budaknya yang ia merdekakan. Maka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan semua harta warisannya kepada bekas
budaknya”. Imam Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut
dengan sanad mereka dari jalur Ibnu Juraij, dari ‘Amr bin Dinar, dari Ausajah, dari Ibnu
‘Abbas,”Sesungguhnya seorang laki-laki meninggal…………”. Hammad bin Yazid
menyelisihi Ibnu ‘Uyainah, karena ia meriwayatkan hadits tersebut dari ‘Amr bin Dinar dari
Ausajah tanpa menyebutkan Ibnu ‘Abbas.
2. Contoh Syadz pada Matan
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi; dari hadits
Abdul Wahid bin Ziyad, dari Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu’ :
”Jika salah seorang di antara kalian selesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia
berbaring di atas badannya yang kanan”.
Hukum Hadits Syadz dan Mahfudh
Hadits Syadz termasuk dari hadits-hadits yang tertolak. Sedangkan hadits Mahfudh termasuk
hadits-hadits yang diterima.
9. Hadits Mushahhaf
Secara bahasa, kata mushahhaf adalah isim maf’ul dari kata At-Tashhif, yang berarti kesalahan
tulis yang ada pada kitab-kitab hadits.
Sedangkan Ash-Shahafi adalah sebutan bagi perawi yang meriwayatkan hadits dengan
membacakan buku, sehingga ia melakukan kesalahan karena kesulitan membedakan huruf-huruf yang
mirip.
Ada yang mengatakan bahwa asal mula dinamakan dengan sebutan tersebut karena ada
sekelompok orang yang mengambil ilmu dari membaca buku saja tanpa berguru, sehingga ketika
mereka meriwayatkan ilmunya, mereka melakukan perubahan. Maka saat itu orang-orang berkata
tentang mereka,“Qad shahafu” (= “Pantas aja demikian, mereka hanya meriwayatkan hadits dari
buku saja” ). Mereka dinamakan Mushahhifuun (= orang-orang yang meriwayatkan ilmunya dari
byku). Sedangkan bentuk mashdar dari kata tersebut adalah At-Tashhif.
10. Hadits Mardud
Secara bahasa mardud artinya ialah yang ditolak, yang tidak diterima. Secara istilah Hadits
Mardud ialah hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki
keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Dalam
definisi yang ekstrim disebutkan bahwa hadis mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi dhoif.
Adapun hadits mardud itu terbagi menjadi 5 lima bagian.
A. Hadits yang tertolak karena gugur dari sanadnya
Yang dimaksud dengan hadits yang tertolak karena gugur dari sanadnya adalah;
terputusnya rantai sanad dengan gugurnya seorang perawi atau lebih baik disengaja oleh
sebagian perawi atau tidak disengaja, gugurnya tersebut baik secara transparan maupun
tersembunyi. Yang masuk kategori hadits yang tertolak karena gugurnya perawi dari sanad
adalah sebagai berikut:
Hadis Muallaq
ما حذف من مبتدأ إسناده راو فأكثر ولو إلى آخر اإلسناد
Apabila dari awal sanad dihilangkan seorang periwayat atau lebih dan seterusnya
sampai akhir sanad.
Hadis Mursal
ابعي صلى هللا ليه وسلم من قو أو فعل أو تقرير أو صفة -الذي سمع من الص ابة –ما نسبه الت إلى النبي
Hadits yang disandarkan oleh para tabi’in -mereka adalah orang yang mendengarkan
hadits dari shahabat- kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, ataupun sifat.
Hadis Mu'dlal
والي ما سقط من إسناده راويان أو أكثر بشرط الت
Apabila dari sanadnya hilang dua rawi atau lebih dengan syarat secara berurutan.
Hadis Mudallas
م اوي ن شيخه الذي لقيه وسمع منه ما لم يسمع منه، بصيغة ت تمل الس كعن أو قا ا أن يروي الر
Apabila seorang periwayat meriwayatkan (hadits) dari seorang guru yang pernah ia
temui dan ia dengar riwayat darinya (tetapi hadits yang ia riwayatkan itu) tidak pernah ia
dengar darinya, (sedang ia meriwayatkan) dengan ungkapan yang mengandung makna
mendengar, seperti “dari” atau “ia berkata”.
Hadis Muanan
Pengertian dari muanan adalah hadits yang sanadnya terdapat redaksi ‘an (dari)
seseorang.
B. Mardud Karena Cacat Pada Rawi
Mardudu karena ada cacat pada rawi maksudnya adalah adanya aib yang menjadi
pembicaraan/bahasan dari segi keadilan dan agamanya serta dari sisi ketelitian, hafalan dan
perhatiannya. Sebab-sebab cacatnya seorang rawi ada sepuluh, lima hal berkaitan dengan
keadilannya ( adalah ) dan lima lainnya berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth )
Yang berkaitan dengan keadilannya adalah :
Dusta ( kidzb )
Tuduhan dusta ( ittihamul kadzib )
Kefasikan ( fisq )
Bid’ah
Ketidak jelasan identitas ( jahalah )
Yang berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth ) adalah :
Kesalahan fatal ( fakhsyul gholath )
Hafalan jelek ( su’ul hifdz )
Lalai ( ghoflah )
Banyak wahm/ragu-ragu ( kastratul auham )
Berbeda dengan yang lebih kuat ( mukholafatusstiqot )
Dan yang termasuk dalam kategori Mardu karena cacat pada rawi sebagai berikut :
MAUDHU’
Dalam pengertian bahasa maudhu’berarti yang diletakkan, karena lemahnya. Dalam
pengertian istilah berarti dusta yang diada-adakan dan dinisbahkan kepada Rasulullah SAW.
Dengan kata lain hadist maudhu’ adalah hadist palsu.
AL-MATRUK
Artinya yang ditinggalkan, yaitu manakala dalam sanadnya ditemukan rawi yang
tertuduh sebagai pendusta. Hal itu bisa diketahui melalui kebiasaannya sehari-hari atau dia
hanya mempunyai satu jalur sanad yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan umum. Jenis
ini termasuk yang sangat lemah dan harus ditolak, posisinya berada setelah maudhu’.
AL-MUNKAR
Artinya yang diingkari, yaitu manakala sebab cacatnya rawi adalah salah satu dari tiga
hal : fahsyul gholath ( kesalahan yang fatal ), ghoflah ( lali, ceroboh) dan fisq ( kefasikan –
melakukan yang dilarang syareat ).
AL-MU’ALLAL ( AL – MA’LUL )
Hadist ma’lul berarti mengandung cacat/aib ( penyakit ). Biasanya peneyebabnya
adalah “ wahm “ keraguan. Secara lahiriah hadist ini tampak selamat dari cacat tetapi bila
diselidiki secara mendalam akan ditemukan aibnya.
AL-MUKHOLAFAH LISSTIQOT ( BERTENTANGAN DENGAN YANG LEBIH
KUAT )
Cacatnya rawi karena bertentangan dengan tsiqot ( yang lebih kuat ) melahirkan lima
jenis hadist, masing-masing : Mudroj, maqlub, al-mazid fi muttashilissanad, al-mutthorib dan
al- mushahhaf.
AL-JAHALAH BIRRAWWI
Yaitu rawi hadist yang tidak diketahui identitasnya dengan jelas, karena ia
mempunyai banyak sebutan, gelar dan nama atau karena ketidak populerannya, sehingga
tidak dikenal. Bisa juga sengaja namanya tidak disebut dengan jelas dan hal ini disebut
mubham.
AL-BID’AH
Artinya adalah tambahan baru dalam agama setelah disempurnakan.
SU’UL HIFDZI
Artinya lemah hafalan, dimana seorang rawi lebih sering salah dari pada benarnya.
11. Hadits Mu’dhal
Hadits mu’dhal adalah hadits yang pada sanadnya terdapat keterputusan 2 orang rawi secara
berurutan. Hadits mursal dari tabi’ut tabi’in termasuk ke dalam jenis hadits mu’dhal.
Ibnu Shalah berkata:
ين من ف ن ص م ول ال نه ق وقا مقق . ”ققل و ول ص هللالى ص هللاليه و لا ”الفاهقف: وم
”وهلا هللالى متين من هلمى م مق هذص ل نقلق ، ”م سر ”التاين م عب مصنفقخه
“ م سر
“Juga termasuk hadits mu’dhal, perkataan ulama fuqaha: ‘Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:…‘. Al Khatib dalam sebagian tulisannya menamai
hadits yang demikian sebagai hadits mursal. Tentu saja ini berlaku bagi yang memegang
madzhab yang berpendapat bahwa semua hadits yang sanad-nya tidak bersambung adalah
hadits mursal”
Beliau juga berkata:
ا ووى ا وهاقل للف هوك الايقمل: هللاملم متا ومتا مياول: ، ” هللاما هللان اللب ققل: وق
اللاهي ققل: ماا أهللانله ا هللاما، ش اللب هوهه هللان أ د هللان الن هللالى ، ”ميتذا هللالى ميه
ص هللاليه و لا، ققل: ماا أ ا منه ا هللاما أ لقر والن هللالى ص هللاليه و لا، منق ن أش هلمى
مبنسر
“Al A’masy telah meriwayatkan dari Asy Sya’bi, ia berkata:
يه لى م ذا هللا يت اول: ، م ي تا م تا وم لم م يقمل: هللام ا وك ال لف ه اقل ل وه
‘Akan dikatakan pada seseorang di hari kiamat kelak: Engkau mengetahui ini dan itu? Ia
berkata: Tidak. Maka mulutnya pun ditutup‘. (Al Hadits)
Al A’masy telah meriwayatkan hadits ini secara mu’dhal. Karena Asy Sya’bi meriwayatkan
dari Anas, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Ada keterputusan sanad pada Anas dan
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, sehingga tepatlah untuk dikatakan sebagai hadits
mu’dhal”
12. Hadits Mursal
Yang dimaksud dengan hadis mursal menurut mayoritas ulama hadis, ialah hadis yang
disandarkan langsung kepada Nabi oleh al-tabi’iy,baik al-tabi’iy besar maupun al-
tabi’iy kecil, tanpa terlebih dahulu hadis itu disandarkan kepada sahabat Nabi. Menurut
pendapat ini, hadis dinyatakan sebagai mursal, apabila hadis itu marfu’ dan periwayat yang
berstatus al-tabi ‘iy tidak menyebutkan nama sahabat yang menerima langsung hadis itu dari
Nabi. Dalam hal ini, al-tabi ‘iy tidak dibedakan antara yang senior dan yang yunior
Sebagian ulama mensyaratkan, al-tabi’iy yang menyandarkan hadis langsung kepada
Nabi itu haruslah al-tabi’iy besar, misalnya Sa’id bin al-Musayyab (wafat 94 H = 712 M).
Karena, al-tabi’iy besar menerima hadis pada umumnya langsung dari sahabat Nabi. Sedang
apabila yang menyandarkan al-tabi’iy kecil, misalnya Ibn Syihab al-Zuhriy (wafat 124 H =
742 M), maka hadis itu tidak disebut sebagai hadis mursal,melainkan disebut sebagai
hadis munqathi’. Karena, al-tabi’iy kecil menerima hadis pada umumnya dari al-tabi
‘iy besar dan tidak langsung dari sahabat Nabi. Menurut pendapat ini, hadis mursal itu
harus marfu’, periwayat yang terputus (gugur) haruslah periwayat yang berstatus sahabat
Nabi dan periwayat yang menggugurkan haruslah al-tabi’iy besar.
13. Hadits Mu’allaq
Hadits Mu’allaq adalah hadits yang sebagaimana didefinisikan oleh para ahli hadits :
“ Hadits yang dari pangkal sanadnya dihilangkan satu rawi atau lebih secara berurutan ”
Gambaran Hadits Mu’allaq
Yang termasuk gambaran dan bentuk dari hadits muallaq diantaranya :
1. Dihilangkannya semua sanad kemudian dikatakan.
2. Di antaranya juga dihilangkannya seluruh sanadnya kecuali satu orang shahabat, atau
tersisa seorang shahabat dan satu orang tabi’in saja.
Contoh :
Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah pada pembukaan bab :
“Hadits-Hadits Yang Disebutkan Tentang Paha ” :
وقا أبو موسى غطى النبي صلى هللا ليه و سلم ركبتيه حين دخل ثمان
“Abu Musa radiyallahu 'anhu berkata : “Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam menutup dua lutut
beliau ketika Utsman masuk”
Hadits ini adalah hadits Mu’allaq, karena Imam Bukhari menghilangkan seluruh
sanadnya kecuali satu orang shahabat yaitu Abu Musa al-Asy’ari.
Hukum Hadits Mu’allaq
Hadits Mu’allaq adalah tertolak karena tidak adanya salah satu syarat hadits maqbul
(yang diterima) yaitu tersambungnya sanad.
Itu karena dalam Mu’allaq ada satu rawi atau lebih yang dihilangkan, padahal kita tidak tahu
keadaan rawi yang dihilangkan.
14. Hadits Mubham
Hadis mubham adalah hadis yang di dalam matan dan sanadnya terdapat seorang
perawi yang tidak disebut namanya.
15. Hadits Munqathi
Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya terputus di bagian mana saja, baik di
bagian periwayat yang berstatus sahabat, maupun periwayat yang bukan sahabat.
Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya terputus, karena periwayat yang tidak
berstatus al-tabi‘in dan sahabat Nabi telah menyatakan menerima hadis dari sahabat
Nabi.
Hadits munqathi’ ialah hadis yang bagian sanad-nya sebelum sahabat, jadi periwayat
sesudah sahabat, hilang atau tidak jelas orangnya.
Hadits munqathi’ adalah hadis yang dalam sanad-nya ada periwayat yang gugur
seorang atau dua orang tidak secara berurutan.
Hadits munqathi’ ialah hadis yang dalam sanad-nya ada seorang periwayat yang
terputus atau tidak jelas.
Hadits munqathi’ ialah hadis yang sanad-nya di bagian sebelum sahabat, jadi
periwayat sesudah sahabat, terputus seorang atau lebih tidak secara berurut dan tidak
terjadi di awal sanad.
Hadits munqathi’ ialah pernyataan atau perbuatan al-tabi’in.
16. Hadits Mudallas
Dikatakan mudallas, karena dalam hadis itu terdapat tadlis yaitu bercampurnya gelap
dan terang. Adapun hadis mudallas dinamai demikian karena ia mengandung kesamaran dan
ketertutupan. Jadi yang dimaksud dengan hadis mudallas adalah hadis yang di dalamnya ada
sesuatu yang disembunyikan.
Menurut ulama hadis, jenis tadlis secara umum ada dua macam, tadlis al-
isnad dan tadlis al-syuyukh.
Yang dimaksud dengan tadlis al-isnad ialah seorang periwayat menerima hadis dari
orang yang semasa, tetapi tidak bertemu langsung. Atau ia menerima/bertemu
langsung, tetapi tidak menyebut namanya. Misalnya, ia hanya mengatakan, “saya mendengar
hadis dari si polan”. Diperkirakan, tidak menyebut nama itu mengandung maksud agar aib
yang ada pada guru tidak kelihatan. Ulama sangat mencela periwayat yang
melakukan tadlis,khususnya tadlis al-isnad. Karena, orang yang me-lakukan tadlis telah
melakukan pengelabuan kualitas hadis kepada orang lain. Kualitas hadis yang bercacat
dilaporkan seolah-olah tidak bercacat.
Periwayat yang telah diketahui pernah melakukan tadlis, misalnya dia menggunakan
kata-kata sami’tu atau haddasaniy pada hal dia tidak me-nerima riwayat hadis itu dengan al-
sama’, seluruh hadis yang disampaikan oleh periwayat tersebut ditolak oleh ulama hadis.
Sikap ulama menolak riwayat dari periwayat yang telah men-tadlis-kan hadis, walaupun pen-
tadlis-an itu hanya dilakukan sekali saja, merupakan sikap yang sangat hati-hati dari ulama
hadis.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan tadlis al-syuyukh ialah seorang periayat menyebut
nama pemberi hadis, bukan namanya yang dikenal oleh halayak, tetapi namanya kurang
dikenal. Misalnya, al-Khatib berkata, “Telah bercerita kepada kami Ali Ibn Abu Ali al-
Bishri……” nama yang terkenal tokoh yang dimaksud adalah Abul Qasim Ali ibn Abu Ali,
bukan Ali saja. Tampaknya hal yang lumrah bila orang itu lebih dikenal nama kampungnya
dari pada namanya sendiri, seperti ada juga orang yang lebih dikenal dengan namanya dari
pada gelarnya.
17. Hadits Saqiem
Shahih menurut bahasa lawan dari kata Saqim (sakit). Kata shahih juga telah menjadi
kosakata bahasa Indonesia dengan arti sah; sempurna sehat (tiada segalanya); pasti.
Pengertian hadits shahih secara definitif eksplisif belum dinyatakan oleh ahli hadits dari
kalangan al-muttaqaddimin (sampai abad III H). Mereka pada umumnya memberikan
penjelasan mengenai criteria penerimaan hadits yang dipegangi. Diantaranya pernyataan-
pernyataan mereka adalah: tidak diterima periwayatan suatu hadits kecuali yang bersunber
dari orang-orang yang tsiqqat, tidak diterima periwayatan suatu hadits yang bersumber dari
orang-orang yang tidak dikenal memiliki pengetahuan hadits, dusta, mengikuti hawa nafsu,
orang-orang yang ditolak kesaksiannya.
Gambaran mengenai pengertian hadits shahih agak jelas setelah imam Syafi’I
memberikan ketentuan bahwa riwayat suatu hadits dapat dijadikan hujjah, apabila:
Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya pengalaman agamanya; dikenal
sebagai orang yang jujur memahami dengan baik hadits yang diriwayatkan
mengetahui perubahan arti hadits bila terjadi perubahan lafaznya; mampu
meriwayatkan hadits secara lafaz; terpelihara hapalannya, bila meriwayatkan hadits
secara lafaz, bunyi hadits yang diriwayatkan sama dengan punya hadist yang
diriwayatkan oleh orang lain; dan terlepas dari tadlis (penyembunyian cacat).
Rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW, atau dapat juga tidak
sampai kepada nabi.
18. Hadits Majhul
Definisi hadis majhul adalah kata al-majhula• artinya orang yang tidak di ketahui jati
dirinya atau sifat-sifatnya .Majhul mencakup dua hal:
Majhul Al-Ain artinya: seorang perawi yang disebut namanya dan tidak ada yang
meriwayatkan darinya kecuali seorang perawi saja. Orang ini tidak diterima
riwayatnya kecuali ada ulama yang mengatakan bahwa ia adalah perawi yang dapat di
percaya.
Majhul Al-Hal dinamakan juga Al-mastur(yang tertupi).
Majhul Al-Hal adalah seorang perawi yang mana ada dua orang atau lebih
meriwayatkan hadits darinya dan tidak ada ulama yang mengatakan bahwa ia
adalah perawi yang dapat di percaya.• Riwayat orang seperti ini menurut pendapat
yang paling benar adalah ditolak.
19. Hadits Muhmal
Muhmal menurut bahasa artinya yang dibiarkan, yang ditinggalkan, yang diacuhkan.
Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan dari salah seorang yang serupa
namanya, atau kuniyahnya, atau laqabnya, atau salah satu dari yang tersebut ini serta nama
ayah, atau nama kakeknya, atau pada segala yang tersebut, sedang salah satu seorang dari dua
orang yang serupa itu tidak kepercayaan. Contohnya:
الذي أذهب عن ي األ ذى، وعافاني.كان النبي صلى هللا عليه وسلم إذا خرج من الخالء : الحمد لل
Gambaran dari sanad hadis tersebut sebagai barikut:
1) Ibn Majah
2) Harun bin Ishaq
3) Abdurrahman Al Muhariby
4) Ismail bin Muslim
5) Anas bin Malik
Yang menjadi persoalan dari rawi-rawi hadis tersebut ialah: Ismail bin Muslim, karena
ada dua orang yang bernama Ismail bin Muslim yang kebetulan kedua-duanya menerima
hadis dari Hasan Al Qatadah, salah seorang dari keduanya itu termasuk orang yang tidak
tsiqah (yakni Ismail bin Muslim Al Bashry) sedang yang lain termasuk orang yang tsiqah
(Ismail bin Muslim Al ‘Abdy). Karena tidak jelas inilah maka hadis itu dianggap lemah.
20. Hadits Maudhu
Hadis maudhu’ adalah hadis yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta), yang
ciptaan itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. secara palsu dan dusta, baik disengaja
maupun tidak.
Ciri-ciri hadis maudhu:
Para ulama menetukan bahwa ciri-ciri kemaudhu’an suatu hadis terdapat pada sanad
dan matan hadis.
Ciri-ciri yang terdapat pada sanad hadis, yaitu adanya pengakuan dari si pembuat
sendiri, qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maudhu’, dan
qarinah-qarinah yang berpautan dengan tingkah lakunya.
Adapun ciri-ciri yang terdapat pada matan, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi
ma’na dan segi lafazh. Dari segi ma’na, yaitu bahwa hadis itu bertentangan dengan Al-
Qur’an, hadis mutawatir, ijma’, dan logika yang sehat. Dari segi lafazh, yaitu bila susunan
kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.