H

8
H. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan adalah : 1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. 2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi 3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat. Terapi Farmakologis : 1. Glikosida jantung. Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema 2. Terapi diuretik. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia. 3. Terapi vasodilator. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan. 4. Diet Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema. I. Komplikasi Komplikasi dapat berupa : 1. Kerusakan atau kegagalan ginjal Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan. 1. Masalah katup jantung Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung.

description

2222

Transcript of H

Page 1: H

H.  Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah :

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat

farmakologi3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi

antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :

1. Glikosida jantung.Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema

2. Terapi diuretik.Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.

3. Terapi vasodilator.Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

4. DietPembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.

I.    Komplikasi

Komplikasi dapat berupa :

1. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.

1. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung.

1. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.

1. Serangan jantung dan stroke.

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke

J.  Diagnosa

Page 2: H

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi, irama dan konduksi listrik.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  perubahan membran kapiler-alveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum, dan immobilisasi.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan  kurang pemahaman tentang kondisi gagal jantung.

No

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi, irama dan konduksi listrik

-Curah jantung mencukupi kebutuhan individual

-komplikasi teratasi

-tingkat aktivitas optimal

-proses penyakit dimengerti

menunjukkan tanda vital dalam batas yan bisa diterima

-melaporkan penurunan dispnea

-ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

1. Auskultasi nadi apikal dan mengkaji frekuensi, irama jantung .

2. Catat bunyi jantung

3. Mengkaji kulit terhadap adanya pucat dan sianosis

4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat  sesuai indikasi  (kolaborasi)

 

1. Mengetahui terjadinya takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

2. Pada auskultasi, S1 dan S2 mungkin terdengar lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.

3. Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan

Page 3: H

kongesti vena.

1. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti

2 Pola nafas tidak efektif

Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS, RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan. Dan GDA Normal

1. Pola nafas kembali teratur

2. RR kembali normal 16-24 x/menit

 

1. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.

2. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas

3. Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan

4. Tinggikan kepala (posisikan semifowler) dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.Kolaborasi pemberian Oksigen dan px BGA

1. Ajarkan klien nafas dalam

2. Mengetahui tingkat kebutuhan oksigen berlebih

3. Mengindikasikan terapi oksigen

4. Menyatakan adanya kongesti paru atau penumpukan secret. Menunjukkan kebutuhan adanya intervensi lanjut

5. Meningggikan kepala dan memposisikan semi

Terapi oksigen membantu pasien memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

1. Memudahkan aliran oksigen

 

Page 4: H

fowler mengurangi beban dan meringakan upaya untuk bernapas,

3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  perubahan membran kapiler-alveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.

Gangguan pertukaran gas berkurang atau hilang

Menunjukkan status pernafasan yang normal berdasarkan :

PaO2 PaCO2, pH arteri, dan saturasi o2 dalam batas normal

1.Pantau bunyi nafas dan  catat adanya crackles pada pasien.

2.Ajarkan/anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.

3.Membantu pasien untuk melakukan perubahan posisi secara berkala.

4.Pantau hasil dari GDA dan  nadi oksimetri.

 

1. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret  menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut.

1. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

2. Membantu mencegah terjadinya atelektasis dan pneumonia pada pasien.

1. Hipoksemia dapat memberat selama edema paru.

 4 Kelebihan volume

cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan

Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB ideal TB –100 ± 10 %)

1.Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

2.Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. dan  terapkan terapi diuretic.

3.Pertahakan pasien duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.

4.Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.

5.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang akan dilakukan oleh pasien.

1. Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.

2. Terapi diuretic yang diberikandapat menyebabkan kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan sehingga terjadi hipovolemia.

3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan

Page 5: H

produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

4. Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.

5. Pasien perlu diberikan diet yang tepat untukmemenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

5 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum, dan immobilisasi

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di perawatan

-berpartisipasi aktif pada aktivitas yag diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

-mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas

 

1.Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator dan obat-obat diuretic.

2.Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.

3.Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

4.Implementasi program rehabilitasi