GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21 · tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih...

15
GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21 Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Ishaq, S.Pd., M.Pd. A. KOMPETENSI GURU 1. Tantangan Guru Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja. Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan. Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak ( hard skills- soft skills). Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu : 1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa. 2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep). 3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif. 4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi. 5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan. 6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan. 7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas. Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari dampak kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus diperhitungkan.

Transcript of GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21 · tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih...

GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21

Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum

Ishaq, S.Pd., M.Pd.

A. KOMPETENSI GURU

1. Tantangan Guru

Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad

ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang

serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena

kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut

dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari

manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah

kapan saja dan di mana saja.

Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada

dunia pendidikan. Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari

era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi

pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga

tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi , untuk itu

dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas

dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).

Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :

1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki

beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.

2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi

makna (konsep).

3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.

4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.

5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru

mengenai kemampuan.

6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.

7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.

Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk

membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk

mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari dampak kemajuan zaman

karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus

diperhitungkan.

2. Kompetensi Guru

Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional

yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara

lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial yang kualifaid.

a. Kompetensi profesional

Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :

1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya

2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

pembelajaran

4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi

5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

b. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:

1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual

2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan

kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya

3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik

4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik

6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran

7. Merancang pembelajaran yang mendidik

8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik

9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran

c. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai

teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa

yang baik

4. Mengevaluasi kinerja sendiri

5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:

1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat

2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan

masyarakat

3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,

regional, nasional dan global

4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri

5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa

yang baik

3. Orientasi Guru Abad 21

Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21

tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses

pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang

dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, hal ini didasari

bahwa Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang

dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik (education

as organized and sustained communication designed to bring about Learning).

UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu:

1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)

Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan

menghayati cara-cara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang

memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu pengetahuan. Proses

pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui,

memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau

menemukan ilmu pengetahuan.

2. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan)

Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu.

Belajar berbuat dan melakukan (Learning by doing) sesuatu secara aktif ini

bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan

atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu

menggunakan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk

memecahkan masalah yang konkrit.

3. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)

Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal

kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang

majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar

sesama manusia.

4. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri).

Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal

kemampuan untuk mengembangkan diri. Proses belajar memungkinkan

terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri,

mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau

pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional dan intelektual yang

konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri

4. Uji Kompetensi Guru

a. Standar Kelulusan UKG

UKG (Ujian Kompetensi Guru) merupakan sebuah kegiatan berupa ujian yang

berfungsi untuk mengukur kompetensi dasar mengenai bidang studi atau subject

matter dan juga pedagogik dalam domain seorang pengajar, dalam hal ini guru

sekolah.

UKG memiliki tujuan untuk memperkuat peran guru dalam melaksanakan

pendidikan. Sehingga guru mampu memberikan dan juga meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. UKG juga dapat digunakan untuk memetakan kondisi

objektif setiap guru sehingga dapat dijadikan sebagai informasi penting bagi

pemerintah ketika akan mengambil sebuah kebijakan yang terkait dengan materi

dan juga strategi dalam memberikan pembinaan yang dibutuhkan oleh guru.

UKG ( Ujian Kompetensi Guru ) kali pertama dilaksanakan pada tahun 2014 silam,

pada saat itu standar kelulusan untuk UKG hanya sekitar 4.7 saja. Hal ini sangatlah

wajar karena ini adalah kali pertama sistem ini dilaksanakan. Namun, seperti yang

sudah dijelaskan pada tujuan UKG tadi, tentunya setiap tahun standar kelulusan

untuk UKG selalu meningkat.

Tahun Standar Kelulusan

2014 4,7

2015 5,5 2016 6,0

2017 7,0

2018 7,5

2019 8,0

b. UKG Guru Bahasa Indonesia Peserta PLPG 2017

Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan salah satu pelaksana PLGP

sejak tahun 2009 sampai 2017, untuk tahun 2017 peserta PLPG ditunjukkan

seperti tabel berikut ini

Tahun Standar Kelulusan

Guru Kelas 150

Bahasa Indonesia 19

Bahasa Inggris 52 Matematika 48

Bahasa Arab 8 PPKn 14

Budidaya Perikanan 17 Jumlah 308

Sedangkan hasil UKG berdasarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia diperoleh

data berikut ini.

1. Umur Peserta PLPG 2017

Umur Jumlah

<30 2

30 - 35 11

35 - 40 5 40> 1

Jumlah 19

2. Kelulusan UKG

Kriteria Jumlah

Lulus 11 Tidak Lulus 8

Jumlah 19

3. Umur dan Nilai UKG

Umur Jumlah

<30 78.38 30 - 35 70.53

35 - 40 73.016 40> 73.41

Jumlah 72.16

B. GENERASI Z

1. Teori Generasi

Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington

& Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan

tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2)

Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994, sering

disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut

juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet). DAN (5) Generasi Alpha, lahir

2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuhkembangan

kepribadian.

1. Baby Boomer (lahir tahun 1946 – 1964)

Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara,

akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak

keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan

diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)

Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC

(personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan

data nya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games

sangat digemari masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif

seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan

mencoba menggunakan ganja.

3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)

Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan

generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada

Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi

instan seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti

facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online.

4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)

Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka

memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu

mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet

menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik

menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan

dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan

akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh

terhadap kepribadian mereka.

5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)

Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y.

Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak

belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya.

2. Karakteristik Generasi Z

Generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi-genarsi

sebelumnya, berikut ini karakteristik Generasi Z:

1. Fasih Teknologi , tech-savvy, web-savvy, appfriendly generation. Mereka

adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi

informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses

berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik

untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya.

2. Sosial. Mereka sangat intens berinteraksi melalui media sosial dengan

semua kalangan. Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi

dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui

berbagai situs jejaring, seperti: FaceBook, twitter, atau melalui SMS.

Melalui media ini, mereka bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan

dipikirkannya secara spontan.

3. Ekspresif. Mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat

peduli dengan lingkungan

4. Multitasking. Mereka terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu

yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau

mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka

menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba

cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-

belit.

5. Cepat berpindah dari satu pemikiran/pekerjaan ke pemikiran/pekerjaan

lain (fast switcher)

6. Senang berbagi

3. Statistik Generasi Z

Hasil riset yang dilakukan oleh tirto.id yang dilakukan 16 Juni 2017 dengan jumlah

responden 1.201 orang berusia antara 7 – 21 tahun, riset tentang bagaimana

generasi Z dalam kehidupan sehari-hari disajikan berikut ini:

1. Gadget yang digunakan Generasi Z untuk akses internet

Gadget Persen

Handphone/Smartphone 89,10% Laptop 5,20%

Tablet 3,20% PC 2,50%

2. Media yang digunakan mengakses informasi/berita:

Umur 7 – 21 tahun

Media Persen Media Sosial 35,20%

Browser 26,10%

Televisi 14,40%

Messenger 14,10% Youtube 8,20%

Lain-lain 2,00%

Anak SD lebih sering mengakses informasi/berita melalui media televisi

3. Alasan memilih jenis media

Alasan Persen

Kemudahan akses 41,30%

Tidak ada alasan 23,00%

Informasi lengkap 21,50%

Fitur yang menarik 8,10%

Lainnya 6,10%

4. Durasi menggunakan internet

Waktu Persen

3 – 5 jam 34,10%

< 2 jam 32,40% 6 – 8 jam 19,30%

> 12 Jam 7,30%

9 – 11 jam 6,90%

5. Situs atau aplikasi yang paling sering diakses (berdasarkan platform dari

situs tersebut)

Situs/Apps Persen Instagram 54,20%

Line 45,40%

Google 42,10%

Youtube 39,40%

Lainnya 36,70% Facebook 23,70%

BBM 14,20% Whatsapp 11,70%

6. Pilihan siaran televisi yang ditonton

Siaran Persen

Film kartun/Animasi 34,60%

Sinetron 34,10% Berita 13,50%

Musik 12,50% Lainnya 5,30%

Rata-rata Generasi Z menghabiskan waktunya untuk menonton televisi kurang

dari dua jam per hari. Anak SMP menghabiskan 3-5 jam per hari untuk menonton

televisi. Acara televisi kartun/animasi adalah acara yang paling sering ditonton.

Responden dengan tingkat pendidikan SMA dan kuliah lebih memilih menonton

sinetron/serial film di televisi.

C. OREIENTASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Pada abad 21 pendidikan telah mengalami pergeseran atau perubahan paradigma

pendidikan, yaitu:

1. dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat

2. dari belajar terfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik

3. dari citra hubungan guru siswa yang konfrontatif ke citra hubungan

kemitraan

4. dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke

penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai,

5. dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat

teknologi, budaya, dan komputer,

6. dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja,

7. dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama.

Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru

untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut

adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et

al., 2009) dan authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011); Ormiston, 2011;

Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992).

Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan

menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai

kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta didik dan kompetensi pendidik dan

tenaga kependidikannya.

1. Keterampilan dan Pengetahuan Abad 21 (21st Century Skills)

Skema ini menyajikan pandangan menyeluruh tentang keterampilan dan

pengetahuan peserta didik abad ke-21. Ada tiga subjek inti pendidikan abad 21,

yaitu: 1) Life and Career Skills, 2) Learning and innovations Skills – 4Cs, 3)

Information, Median and Technologi Skills.

a. Life and Career Skills

Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir), meliputi:

1) Fleksibilitas dan adaptabilitas

Peserta didik memiliki kemampuan mengadaptasi perubahan dan fleksibel

dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok

2) Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri

Peserta didik memiliki kemampuan mengelola tujuan dan waktu, bekerja

secara independen dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri

sendiri.

3) Interaksi sosial dan antar-budaya

Peserta didik memiliki kemampuan berinteraksi dan bekerja secara efektif

dengan kelompok yang beragam.

4) Produktivitas dan akuntabilitas

Peserta didik mampu mengelola projek dan menghasilkan produk.

5) Kepemimpinan dan tanggungjawab

Peserta didik mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab

kepada masyarakat luas.

b. Learning and Innovation Skills

Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi:

1) Berpikir kritis dan mengatasi masalah

Peserta didik mampu mengunakan berbagai alasan (reason) seperti induktif

atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem;

membuat keputusan dan mengatasi masalah

2) Komunikasi dan kolaborasi

Peserta didik mampu berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi

dengan anggota kelompok lainnya.

3) Kreativitas dan inovasi

Peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif

c. Information Media and Technology Skills

keterampilan teknologi dan media informasi (Information media and technology

skills), meliputi:

1) Literasi informasi

Peserta didik mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi)

dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara

kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat

dan efektf untuk mengatasi masalah.

2) Literasi media

Peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan

untuk berkomunikasi.

3) Literasi ICT

Peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan

media yang sesuai untuk melakukan komunikasi.

Pengembangan pendukung pencapaian konsep pendidikan abad 21 tersebut di

atas dikembangan framework seperti pada gambar 2.2. berikut ini.

Unsur-unsur atau sistem yang diperlukan untuk memastikan kekeberhasilan

penguasaan konsep pendidikan dan keterampilan pengetahuan abad 21, yaitu:

1) Standarisasi penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik.

2) Kurikulum,

Kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan

yang diberikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat antuk

mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum

pendidikan.

3) Pengembangan profesionalisme pendidik

Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk

meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan

pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut;

a) Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi

yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.

b) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru

dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk

memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik.

c) Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai tenaga profesional.

d) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.

e) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.

f) Menunjang pengembangan karir guru

4) Pembelajaran inovatif

Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas

oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau

teknik yang dipandang baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk

memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Pembelajaran

inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan.

“Learning is fun” merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran

inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada

lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan,

keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode

pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya

mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan

serap ilmu masing-masing orang. Pembelajaran inovatif adalah

pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran

yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman

sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri

pada paradigma konstruktivistik.

2. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Pendekatan saintifik diadaptasi dari konsep Inovator’s DNA (Dyer, et al., 2009).

Pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran dikemas secara

berurutan, menjadi (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3)

menalar (associating), (4) mencoba (experimenting) dan (5) membuat jejaring

(networking).

Tabel Pendekatan saintifik dalam sistem pembelajaran

LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG

DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan informasi/

eksperimen

melakukan eksperimen membaca sumber lain selain

buku teks mengamati objek/ kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai

pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ mengolah

informasi

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen

mau pun hasil dari kegiatan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,

kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan

kemampuan berpikir

LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG

DIKEMBANGKAN

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang

bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai

kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki

pendapat yang berbeda sampai kepada yang

bertentangan

induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

Mengkomunikas

ikan

Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur,

teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang

baik dan benar.

3. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Salah satu konsep pada kurikulum 2013 sebagai akibat perubahan kurikulum

tersebut adalah penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik

adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta

didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian,

atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau

reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan

dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.

Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar

peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi

pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Berikut ini jenis-jenis penilaian autentik:

1) Penilaian Kinerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,

khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat

melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-

unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria

penyelesaiannya

2) Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian

terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut

periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi

yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan

data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

3) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang

menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi

peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

4) Penilaian Tertulis

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah

dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat

komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.