GULA CAIR
-
Upload
rahmat-darmawansyah -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
Transcript of GULA CAIR
GULA CAIR ( HIGH FRUCTOSE SYRUP) / GULA INDUSTRI / GULA RENDAH KALORI / FRUKTOSA
Gula cair ini sangat cocok digunakan untuk: 1. Pemanis Produk minuman ringan, Koktail , Produk Susu , Baking makanan , Produk Farmasi dan Makanan/ minuman Kesehatan.2. Sebagai Bahan baku Sirup, Selai, Jelly, Kecap, Permen dan madu.3.Kebutuhan Catering Dan Pakan Lebah.4. Dan kebutuhan Industri lainnya.
Kami siap menjalin kerja sama untuk menyuplai kebutuhan Industri Anda , Baik Jangka Panjang maupun jangka pendek.
Menurut definisi yang tercantum di Farmakope Indonesia IV tahun 1995 (Farmakope
adalah buku standar obat yang dikeluarkan oleh pemerintah RI yang berisi tentang daftar
obat beserta sifat fisika kimianya, khasiat serta dosis yang lazim digunakan), sirup adalah
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi. Sementara yang
dimaksud dengan larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut. Dari definisi tersebut diketahui bahwa sirup termasuk bagian dari sediaan
likuida yaitu Larutan.
Seringkali timbul pertanyaan dalam diri kita bagaimana cara yang tepat untuk
menggunakan dan menyimpan obat bentuk sirup, terlebih lagi jika sediaan sirup yang kita
gunakan masih banyak tersisa sedangkan gejala penyakit atau penyakitnya sendiri sudah
mereda atau sembuh. Ketika saya menanyakan hal ini kepada beberapa pasien, ada yang
menyatakan bahwa obatnya disimpan untuk digunakan lagi, ada yang menyatakan obatnya
langsung dibuang meskipun masih ada sisanya, yang lain memilih untuk menyimpan
obatnya sampai mendekati masa kadaluwarsa produk obat. Lalu bagaimana sebenarnya
yang tepat?
Pembaca yang budiman, sesuai dengan definisi sirup diatas dapat kita ketahui bahwa
komposisi terbesar dari sediaan sirup atau larutan ataupun sediaan likuida pada umumnya
adalah air. Air pada sediaan likuida berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan bahan obat
maupun bahan lain dalam produk obat tersebut. Nah, karena komposisi terbesar adalah air
maka obat likuida akan rentan sekali terkontaminasi oleh mikroba atau jasad renik karena
air adalah media yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Dalam kata lain, mikroba dapat
dengan mudah tumbuh di sediaan likuida seperti sirup ataupun larutan jika kita tidak bijak
menggunakan dan menyimpan obat bentuk likuida.
Untuk mengantisipasi tumbuhnya mikroba, sediaan likuida dilengkapi pula dengan zat
pengawet atau zat anti bakteri. Misalnya sirup, selain mengandung bahan pengawet
tertentu, sirup juga mengandung gula dengan kadar yang tinggi yang berfungsi sebagai
pengawet produk. Namun demikian, jika stabilitas produk obat terganggu maka fungsi dari
zat pengawet ini akan berkurang sehingga tidak mampu untuk mencegah pertumbuhan
mikroba. Alhasil, mikroba akan tetap mengontaminasi sediaan tersebut. Untuk mencegah
hal tersebut ada beberapa tips yang dapat kita lakukan saat kita menerima, menggunakan
dan menyimpan sediaan sirup atau sediaan likuida lainnya.
Saat kita membeli atau menerima obat likuida, pastikan kita melakukan hal berikut ini:
1. Periksa kemasan obat sirup atau larutan yang akan kita terima. Kemasan obat sirup
haruslah dalam kondisi tertutup, tidak rusak dan masih tersegel sehingga dapat
dipastikan stabilitas produk masih terjaga
2. Periksa masa kadaluwarsa obat yang tertera dalam kemasan produk obat. Masa
kadaluwarsa obat menunjukkan masa stabilitas suatu produk dan merupakan
indikasi seberapa lama kita diperbolehkan untuk menggunakan obat tersebut.
3. Tanyakan kepada apoteker atau petugas farmasi tentang informasi penting lainnya
yang terkait penggunaan dan penyimpanan obat sirup. Setiap obat mengandung
bahan obat, bahan tambahan dan cara produksi yang berbeda sehingga informasi
spesifik terkait obat perlu anda tanyakan kepada apoteker maupun petugas farmasi.
Sebelum menggunakan, anda perlu melakukan hal sebagai berikut agar obat yang anda
konsumsi berkhasiat dan manjur mengobati penyakit anda:
1. Perhatikan tentang cara pakai obat. Selain diminum dengan menggunakan sendok,
beberapa sediaan likuida juga diberikan dalam bentuk tetes (drop) khususnya bagi
balita. Selain itu ada pula bentuk sediaan sirup kering misalnya antibiotik
amoksisilin yang harus dicampur terlebih dahulu dengan air sebelum dikonsumsi.
Perhatikan jenis sediaan likuida yang anda terima apakah termasuk larutan yang
langsung dapat dikonsumsi dengan sendok takar, diteteskan menggunakan alat
penetes ataukah perlu dicampur dengan air terlebih dahulu.
2. Cermati aturan pakainya. Aturan pakai obat akan berpengaruh pada efektifitas dan
keamanan terapi. Sebagai contoh, obat yang diberi aturan pakai sehari tiga kali
maka obat tersebut pada dasarnya diminta untuk dikonsumsi tiap 8 jam agar
menghasilkan efek terapi yang sesuai sehingga usahakan tiap 8 jam anda
mengonsumsi obat ini. Pemakaian obat yang tidak sesuai dengan aturan pakainya
dapat menyebabkan overdosis (dosis terlalu tinggi) ataupun underdosis (dosis
terlalu rendah) sehingga berbahaya bagi tubuh.
3. Biasanya obat bentuk likuida disertai dengan keterangan “Kocok dahulu” khususnya
bagi sediaan suspensi dan emulsi . Oleh karena itu, sebelum digunakan kocoklah
terlebih dahulu agar obat tercampur dengan merata.
4. Taati takaran pemakaiannya. Takaran pakai obat akan sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu terapi. Pernah saya melihat pasien yang langsung meminum
sirup obat batuk dari wadahnya tanpa menggunakan sendok takar ataupun
menggunakan sendok makan yang ada dirumah. Jika aturan pakai obat sirup yang
anda terima adalah dalam takaran sendok teh maka berarti anda harus
mengonsumsinya sejumlah 5 mL, jika dalam takaran sendok makan maka jumlah
yang harus dikonsumsi adalah 15 mL. Sendok makan dirumah bukanlah alat takar
yang sesuai untuk hal itu sehingga gunakan alat takar yang ada dalam produk obat
atau mintalah apoteker atau petugas farmasi untuk menyertakan alat takar atau
sendok takar yang dimaksud.
5. Perhatikan lama pemakaian. Obat sirup tertentu misalnya antibiotik harus
dikonsumsi sampai tuntas, sedang obat sirup yang membantu meredakan gejala
seperti batuk, pilek, panas maupun alergi hanya digunakan secukupnya saja hingga
gejala mereda. Untuk itu perlu anda tanyakan kepada dokter atau apoteker tentang
lama pemakaian obat sirup tersebut. Pemakaian jangka panjang suatu obat tanpa
indikasi penyakit yang jelas dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru seperti
gangguan liver dan ginjal, oleh karena itu gunakan obat dengan bijak.
Produk likuida seperti sirup harus disimpan tempat yang sesuai. Penyimpanan sirup yang keliru
dapat menyebabkan obat mudah rusak, tidak stabil dan berisiko untuk dikonsumsi sehingga kita
harus benar-benar memperhatikan lokasi dan cara penyimpanannya. Adapun cara-caranya adalah
sebagai berikut:
1. Simpanlah sirup pada tempat yang bersih, kering, terlindung dari cahaya matahari
langsung dan pada suhu ruangan (tidak terlalu panas atau dingin yaitu antara 20-30 0C).
Jangan simpan sirup dalam freezer karena suhu yang terlampau dingin akan merusak
stabilitas sirup.
2. Jangan simpan sirup di tempat yang panas misal di dashboard mobil atau ditempat yang
terkena cahaya matahari langsung seperti di jendela kamar karena suhu yang terlampau
panas juga dapat merusak stabilitasnya.
3. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Perlu kita ingat bahwa obat dapat berbahaya layaknya
racun sehingga jangan sampai obat yang kita simpan terminum oleh anak-anak. Oleh
karena itu pilih tempat yang aman, yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak karena
biasanya rasa keingintahuan anak-anak terhadap suatu hal dapat menyebabkan mereka
tertarik untuk mengonsumsi obat yang kita simpan.
4. Tutup wadah sirup dengan rapat dan bersihkan bekas sirup yang tercecer dalam kemasan.
Dengan menutup wadah sirup rapat-rapat maka dapat meminimalkan kontaminasi
mikroba. Selain itu, wadah yang tertutup rapat juga dapat memperlambat proses oksidasi
obat. Oksidasi adalah proses terurainya obat yang disebabkan oleh kandungan oksigen di
udara, sehingga obat yang tertutup rapat akan memiliki stabilitas yang lebih panjang.
5. Beberapa obat misal sirup kering yang berisi antibiotik, tidak boleh disimpan lebih dari 7
hari setelah tercampur dengan air. Larutan oralit untuk anak-anak yang biasa tersedia
dalam botol besar juga hanya boleh disimpan selama 24 jam. Oleh karena itu, baca
petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasaan produk agar lebih aman saat
digunakan.