Gugatan Pphi Fix

17
KANTOR ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM CORPORATE TRUST SK. MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM RI NO:D.88.KP.08.07TH2000 JL. KYAI MAJA NO. 15-17, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN, DKI JAKARTA 12130 Tlp. (021) 728728, Fax. (021) 727727 Email: corporatetrust @gmail.com Jakarta, 14 Juni 2012 Hal : Gugatan Ketua Pengadilan Hubungan Industrial Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jalan Letjen MT Haryono kav. 52 Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan 12770 Dengan Hormat, Yang bertandatangan di bawah ini, SAPRIYANTO REFA, S.H., LLM., dan M. NAZARUDIN SALAM, S.H,. M.H advokat dari kantor Advokat dan Konsultan Hukum CORPORATE TRUST, berkantor di Jl. Kyai Maja No. 15-17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12130, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 28 Mei 2012, bertindak untuk dan atas nama, klien kami: Stephen Michael Young, yang beralamat di Jl.Cempaka Putih Timur 93A, Jakarta Pusat.. Selanjutnya mohon disebut sebagai PENGGUGAT.

description

a

Transcript of Gugatan Pphi Fix

KANTOR ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

CORPORATE TRUST SK. MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM RI NO:D.88.KP.08.07TH2000 JL. KYAI MAJA NO. 15-17, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN, DKI JAKARTA 12130

Tlp. (021) 728728, Fax. (021) 727727 Email: corporatetrust @gmail.com

Jakarta, 14 Juni 2012

Hal : Gugatan

Ketua Pengadilan Hubungan Industrial

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Jalan Letjen MT Haryono kav. 52Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan 12770

Dengan Hormat,

Yang bertandatangan di bawah ini, SAPRIYANTO REFA, S.H., LLM., dan M. NAZARUDIN SALAM, S.H,. M.H advokat dari kantor Advokat dan Konsultan Hukum CORPORATE TRUST, berkantor di Jl. Kyai Maja No. 15-17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12130, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 28 Mei 2012, bertindak untuk dan atas nama, klien kami: Stephen Michael Young, yang beralamat di Jl.Cempaka Putih Timur 93A, Jakarta Pusat.. Selanjutnya mohon disebut sebagai PENGGUGAT.

Dengan ini mengajukan gugatan kepada PT. SIEMENS INDONESIA, alamat: Management Office Arkadia Office Park Tower F, Level 18 Jalan T.B. Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520, Indonesia. Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT berdasarkan Surat Kuasa No. 005/SK/BSB,TBY&R/V/2012 Tanggal 02 Pebruari 2012 (Copy Terlampir).

Bahwa adapun alasan-alasan Penggugat dalam gugatan ini adalah sebagai berikut :

1 Bahwa Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mengatur mengenai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Pengadilan Hubugnan Industrial .

Hal mana berdasarkan Pasal 1 ayat (17) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan:

Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.

Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha

dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.

2.Bahwa gugatan ini adalah gugatan perselisihan hak dan perselisihan kepentingan yang diajukan Penggugat kepada Tergugat dikarenakan Penggugat menuntut Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (kontrak) menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (tetap) dan menuntuthak-hak yang dihilangkan dalam pembaruan perjanjian kerja namun Tergugat melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak terhadap Penggugat.

3. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

4. Bahwa berdasarkan Pasal 86 Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan Hubungan Industrial wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan.

5.Bahwa sesuai mekanisme yang diatur dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Perselisihan hak dan Perselisihan Kepentinganb ini telah menempuh perundingan bipartit. Hasilnya perundingan bipartit tersebut pada intinya tidak tercapai kesepakatan dan untuk selanjutnya telah ditempuh upaya tripartit/mediasi melalui Mediator Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jakarta.

.

6. Bahwa berdasarkan Pasal 81 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentangPenyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.

7.Bahwa mengingat tempat kedudukan Penggugat bekerja di PT. Siemens Indonesia yang beralamat di Jalan T.B. Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520, Indonesia, dengan demikian menurut ketentuan Pasal 81 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut Pengadilan Hubungan Industrial Jakarta di Jl. Jalan Letjen MT Haryono kav. 52 Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan 12770 pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bewenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap gugatan aquo.

DALAM PROVISI :

1 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 155 ayat (2) Undang Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan :

Sebelum putusan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial belumditetapkan,baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya;

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas Tergugat tidak dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada Penggugat sebelum mempunyai kekuatan hukum tetap dan Tergugat wajib menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya, maka Tuntutan Penggugat akan upah proses penyelesaian perselisihan ini adalah sah menurut

hukum ;

2.Bahwa Penggugat adalah pekerja Tergugat pada bagian Manager Power Transmission and Distribution Service PT Siemens Indonesia. Penggugat bekerja di tempat Tergugat sejak tanggal 18 Oktober 1998 (13 tahun) secara terus menerus dan tanpa terputus masa tenggang sampai dengan adanya Pemutusan Hubungan secara sepihak [P6] yang dilakukan Tergugat kepada Penggugat pada tanggal 5 Oktober 2011.

3. Bahwa Tergugat diwajibkan membayar pesangon kepada Penggugat yang telah bekerja untuk tergugat selama 13 tahun dimana berarti mendapat total, sebesar 347,602 (tigaratus empatpuluh tujuh ribu enamratus dua euro ) atau Rp 5.214.030.000,00( lima miliar dua ratus empat belas juta tiga puluh ribu rupiah) dengan semuanya merupakan penjumlahan dari Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak.

3.Bahwa Tergugat diwajibkan membayar upah proses kepada Penggugat sejak bulan Oktober 2011 (PHK sepihak) sampai dengan diterimanya gugatan ini di Pengadilan Hubungan Industrial Yogyakarta pada bulan Juni 2012, sebagai berikut :

Upah proses dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Juni 2012 adalah 8 (delapan ) bulan x Rp. 166.770.000,00 = Rp. 1.334.160.000,00 (Satu Milyar Tigaratus Tigapuluh Empat Juta Seratus Enampuluh Ribu Rupiah).

4.Bahwa Penggugat memiliki hak untuk menerima upah dari Tergugat atas suatu pekerjaannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (30) Undang Undang Nomor13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

5. Bahwa Penggugat belum menerima gaji bulan terakhir pada bulan September atau satu bulan terakhir sebelum adanya pemutusan hubungan kerja sampai dengan adanya pemutusan hubungan kerja secara sepihak pada bulan Oktober 2011 belum dibayarkan Tergugat. Berdasarkan halhal tersebut, Tergugat berkewajiban membayarkan kekurangan gaji/upah kepada Penggugat , berjumlah : Rp. 166.770.000, ( Seratus EnamPuluh Juta TujuhRatus TujuhPuluh Ribu Rupiah).

6. Bahwa selama Penggugat bekerja di tempat Tergugat hanya diberikan hak cuti tahunan sebanyak 9 (sembilan) hari per tahun, bertentangan dengan Pasal 79 ayat (2) huruf c sebagai berikut :

Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/ buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.

Berdasarkan hal tersebut, Penggugat berhak mendapatkan kompensasi/sisa cuti sebesarRP 80.659.000,00 (DelapanPuluh Juta EnamRatus LimaPuluh Sembilan Ribu Rupiah)

8. Bahwa mengingat hingga gugatan ini diajukan, Tergugat tidak membayarkan upah proses, kekurangan (potongan) gaji/upah dan kompensasi/sisa cuti serta Pesangon tersebut kepada Penggugat. Menurut ketentuan Pasal 96 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak pengusaha terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Hakim Pimpinan Sidang harus segera menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh yang bersangkutan.

Pasal 96 ayat (2) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan :

Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua.

9. Bahwa demi menjamin secara yuridis dapat terlaksananya putusan perkara aquo, maka Penggugat memohon kepada Majelis Hakim meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) berupa 2 (dua) mobil bermerk Mercedes Benz [P18] sebagai berikut :

a. Nomor Polisi : B-513-MNS;

Nama Pemilik : PT. Siemens Indonesia ;

Merk : Hyundai ;

Type : Mercedes Benz S 500 L A/T;

Jenis : Mobil;

Warna : hitam .

b.Nomor Polisi : B-513-MS ;

Nama Pemilik : PT. Siemens Indonesia ;

Type : Mercedes Benz CLS 63 AMG;

Jenis : Mobil;

Warna : Putih

Adalah sah dan berharga ;

10. Bahwa gugatan ini didasarkan pada Pasal 180 ayat ( 1) Herzien Inlandsch Reglement (HIR), yang menentukan :

Biarpun orang membantah putusan hakim pengadilan negeri atau meminta apel, maka pengadilan negeri itu boleh memerintahkan supaya putusan hakim itu dijalankan dahulu, jika ada surat yang sah, suatu surat tulisan yang menurut peraturan tentang hal itu boleh diterima sebagai bukti, atau jika ada keputusan hukuman lebih dahulu dengan putusan hakim yang sudah menjadi tetap, demikian pula jika dikabulkan tuntutan dahulu, lagi pula di dalam perselisihan tentang hak milik. Sehingga putusan yang dijatuhkan dapat langsung dieksekusi/dilaksanakan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad), meskipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap.

DALAM POKOK PERKARA:

1. Bahwa Penggugat adalah pekerja Tergugat pada bagian bagian Manager Power Transmission and Distribution Service PT Siemens Indonesia sejak tanggal 118 Oktober 1998 secara terus-menerus dan tanpa terputus masa tenggang [P10] sampai dengan adanya pemutusan hubungan kerja secara sepihak pada 5 Oktober 2011. Perlu diketahui, bahwa PHK sepihak tersebut dilakukan oleh Tergugat terhadap Penggugat dikarenakan Penggugat tidak menyetujui draf perjanjian baru tentang perpanjangan kesepakatan kerja waktu tertentu dan menuntut Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (kontrak) menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (tetap) ;

2. Bahwa Penggugat dan Tergugat tetap saja melakukan beberapa kali perundingan bipartit mengenai perselisihan tersebut.

3. Bahwa dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu antara Tergugat dan Penggugat terdapat masa percobaan kerja selama 3 (tiga) bulan, padahal Penggugat sudah bekerja selama 5 tahun lebih secara terus-menerus tanpa terputus masa tenggang. Hal tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 58 ayat ( 1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan :

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan .

Pasal 58 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum.

4. Bahwa telah lebih dari 1 (satu) kali terjadi perpanjangan kontrak (PKWT), tindakan Tergugat tersebut tentunya bertentangan dengan Pasal 59 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan :

Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun .

5. Bahwa hal tersebut ditegaskan pula dalam Pasal 3 ayat ( 2) Kepmenakertrans Nomor: Kep-100/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kepmenakertrans100/2004), yang menyatakan :PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun.

6. Bahwa tindakan Tergugat juga bertentangan dengan Pasal 15 ayat (4) Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yang menyatakan :

Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut.

7. Bahwa menurut ketentuan Pasal 151 ayat ( 2) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan : Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh .

Pasal 151 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan :

Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

8. Bahwa tindakan Tergugat menurut ketentuan Pasal 155 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hokum.

9. Bahwa tindakan Tergugat bertentangan dengan Pasal 3 huruf k Keputusan Menteri Nomor 233 Tahun 2003 tentang Jenis Dan Sifat Pekerjaan Yang Dijalankan Secara Terus Menerus, yang menyatakan :

Pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan menggangu proses produksi, merusak bahan, dan terus pemeliharaan/perbaikan alat produksi.

10. Bahwa telah terjadi perundingan bipartit antara Penggugat dan Tergugat, sebagai berikut :

a Pada tanggal 4 Desember 2011 di RM. Gornonita Jakarta pusat.

b Pada tanggal 11 Januari 2012 di ruang pertemuan PT. Siemens Indonesia.

c Pada tanggal 19 Februari 2012 di ruang pertemuan PT. Siemens Indonesia.

d Pada tanggal 9 April 2012 di ruang pertemuan PT. Siemens Indonesia.

Namun demikian dalam beberapa kali perundingan bipartit [P7] tersebut tidak tercapai kesepakatan.

11. Bahwa Penggugat mengajukan Surat Permohonan tertanggal 24 April 2012 [P6] kepada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jakarta perihal Permohonan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial antara Penggugat dan Tergugat.

13. Bahwa pada tanggal 28 April 2012 telah dilaksanakannya mediasi yang pertama di kantor Disnakertrans Provinsi Jakarta, namun belum tercapai kesepakatan.

14. Bahwa telah dilaksanakan mediasi yang kedua pada tanggal 5 Mei 2012 di kantor Disnakertrans Provinsi Jakarta, namun belum tercapai kesepakatan.

15. Bahwa pada tanggal 14 Mei 2012 telah dilaksanakan mediasi ketiga di kantor Disnakertrans Provinsi Jakarta, namun tidak tercapai kesepakatan.

Berdasarkan seluruh dalil-dalil tersebut di atas, maka Penggugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Yogyakarta berkenan untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara ini dengan putusan sebagai berikut :

Dalam Provisi :

1Menerima dan mengabulkan permohonan dalam Provisi Penggugat untuk seluruhnya.

2Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayar secara tunai semua hak dan pesangon Penggugat.

3 Menyatakan sah dan berharga diletakkannya sita Jaminan (conservatoir beslag) berupa 2 (dua) mobil bermerk MercedezBens.

4Menghukum dan menyatakan Putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (putusan serta merta), meskipun ada upaya hukum (uitvoerbaar bij voorraad) verzet maupun kasasi.

Dalam Pokok Perkara :

1 Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2 Menyatakan Anjuran Mediator Hubungan Industrial No. 565/2113 adalah sah dan berharga.

3 Menyatakan bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) antara Tergugat dan Penggugat adalah batal demi hukum, karena terutama bertentangan dengan :

a Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 59 ayat (2) dan ayat (7).

b Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan PelaksanaanPerjanjian Kerja Waktu Tertentu, Pasal 15 ayat (4).

c. Keputusan Menteri Nomor 233 Tahun 2003 tentang Jenis Dan Sifat Pekerjaan Yang Dijalankan Terus Menerus, Pasal 3 huruf k.

4 Menyatakan bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) antara Tergugat danPenggugat demi hukum berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu(PKWTT). 5 Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk mempekerjakan kembali Penggugat di tempat Tergugat ( PT.SIEMENS INDONESIA).

5 Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 200.000,00 ( Dua Ratus Ribu Rupiah) untuk setiap hari keterlambatan melaksanakan Putusan Hakim.

6 Menghukum dan menyatakan Putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (putusan serta merta), meskipun ada upaya hukum (uitvoerbaar bij voorraad) verzet maupun kasasi.

7 Membebankan biaya perkara ini kepada Tergugat

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berkehendak lain, mohon Putusan yang seadil adilnya (ex aequo et bono).

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat,

SAPRIYANTO REFA, S.H., LLM.M. NAZARUDIN S, S.H.H