GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA › Home › Download › 51335... · Pendelegasian...
Transcript of GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA › Home › Download › 51335... · Pendelegasian...
•
SALINAN
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 31 TAHUN 2016
TENTANG
FORMASI JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pe:nbinaan dan pengisian Jabatan Fungsional tertentu di Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sesuai Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 ten:ang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010, perlu menata kembali formasi jabatan fungsional bidang kesehatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana_ dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Formasi Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2C 11 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 TahLun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009;
9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012;
10 Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17/KEP/M.PAN/11/2000 tentang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dan Angka Kreditnya;
11. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18/KEP/ M.PAN/ 11 /2000 tentang Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan dan Angka Kreditnya,
12. Keputusan Menteri Negara Pendayagutaan Aparatur Negara Nomor 19/KEP/M.PAN/ 11/2000 tentang Jabatan Fungsional Sanitarian dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/10/M.PAN/3/2006;
13. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 42/KEP/M.PAN/ 12/2000 tentang Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan dan Angka Kreditnya;
14. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/ KEP/ M. PAN / 8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya;
15. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan Angka Kreditnya,
16. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
17. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94/ KEP/ M.PAN/ 11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya,
18. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 48/KEP/M.PAN/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dan Angka Kreditnya;
19. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya;
20. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 140/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya,
21. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 141/ KEP/ M.PAN/ 11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya;
22. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/04/M.PAN/1/2004 tentang Jabatan Fungsional Fisioterapis dan Angka Kreditnya;
23. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/23.2/M.PAN/2/2004 tentang Pedaman Penataan Pegawai Negeri Sipil;
24. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/75/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Ferhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil;
25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/47/M.PAN/4/2005 tentang Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien dan Angka Kreditnva;
26. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/48/M.PAN/4/2005 tentang Jabatan Fungsional Terapis Wicara dan Angka Kreditnya,
27. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/123/M.PAN/12/2005 tentang Jabatan Fungsional Okupasi Terapis dan Angka Kreditnya,
28. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/08/M.PAN/3/2006 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan dan Angka Kreditnya;
29. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/ 10/ M.PAN/ 3/ 2006 tentang Pe-_-ubahan Atas Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/KEP/M.PAN/11/2000 tentang Jaba-_an Fungsional Sanitarian dan Angka Kreditnya;
30. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/4/2007 tentang Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah dan Angka Kreditnya;
31. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01/PER/M.PAN/1/2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya,
32. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER / 08 / M.PAN / 4 /2008 tentang Jabatan Fungsional Asisten Apoteker dan Angka Kreditnya;
33. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/11/M.PAN/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Psikolog Klinis dan Angka Kreditnya;
34. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/12/M.PAN/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan Angka Kreditnya;
35. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/17/M.PAN/9/2008 tentang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis dan Angka Kreditnya;
36. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan,
37. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dan Angka Kreditnya,
38. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2013;
39. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 28 Tahun 2313 tentang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis dan Angka Kreditnya;
40. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2313 tentang Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kreditnya,
41. Peraturan Menteri Pendayagunaan Anaratur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2:013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya;
42. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
43. Keputusan Gubernur Nomor 85 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pengusulan dan Penerapan Jabatan Fungsional di Lingkungan Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
44. Keputusan Gubernur Nomor 851 Tahun 2002 tentang Pembentukan Tim Penilai Daerah Jabatan Fungsional Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
45. Keputusan Gubernur Nomor 5 Tahun 2004 tentang Penetapan Jenis Jabatan Fungsional di Lingkungan Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
46. Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penempatan dan Pemindahan Penugasan Pejabat Fungsional;
47. Peraturan Gubernur Nomor 163 Tahun 2010 tentang Pendelegasian Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
48. Peraturan Gubernur Nomor 233 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan,
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
4. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih, Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng dan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
7. Rumah Sakit Khusus Daerah yang selanjutnya disingkat RSKD adalah Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
8. Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disebut Biro ORB adalah Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6
10. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya d'isingkat UKPD adalah Unit Kerja atau Subordinat SKPD.
11. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional tertentu pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi :
a. Dokter; b. Perawat; c. Administrator Kesehatan; d. Dokter Gigi; e. Pengawas Farmasi dan Makanan; f. Apoteker; g. Asisten Apoteker, h. Pranata Laboratorium Kesehatan, i. Penyuluh Kesehatan Masyarakat; j. Epidemiologi Kesehatan, k. Entomolog Kesehatan; 1. Bidan; m. Perawat Gigi; n. Sanitarian, o. Nutrisionis; p. Radiografer; q. Perekam Medis, r. Teknisi Elektromedis, s. Fisioterapis; t. Refraksionis Optisien, u. Terapis Wicara, v. Okupasi Terapis; w. Teknisi Transfusi Darah; x. Fisikawan Medis; y. Dokter Pendidik Klinis; z. Psikolog Klinis, aa. Dosen (Pada Akademi Keperawatan Jayakarta); dan ab. Pembimbing Kesehatan Kerja.
12. Formasi Jabatan Fungsional adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi perangkat daerah untuk melaksanakan tugas pokok secara teknik fungsional tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Gubemur.
7
13. Jabatan Fungsional Dokter adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
14. Jabatan Fungsional Perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan keperawatan kepada masyarakat pada sarana kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
15. Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan analisis kebijakan di bidang administrasi pelayanan, perizinan, akreditasi dan sertifikasi program-program pembangunan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
16. Jabatan Fungsional Dokter Gigi adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
17. Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsiona: pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
18. Jabatan Fungsional Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
19. Jabatan Fungsional Asisten Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penyiapan pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
20 Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan pada laboratorium kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
21. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
22. Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat vang berwenang untuk melakukan kegiatan pengumpulan da-ta, pengolahan data, analisa dan interpretasi, melakukan penyelidikan epidemiologi untuk tindakan pengamanan penanggulangan penyebaran/penularan penyakit dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
23. Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional pengamatan, penyelidika.n, pemberantasan dan pengendalian terhadap vektor penyakit/ serangga -nenganggu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang- diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
24. Jabatan Fungsional Bidan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil,
25. Jabatan Fungsional Perawat Gigi adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh o:eh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan pe.:-aturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
26. Jabatan Fungsional Sanitarian adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan masyarakat dala.m rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatka.n cara-cara hidup bersih dan sehat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
27, Jabatan Fungsional Nutrisionis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic di masyarakat maupun rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
28. Jabatan Fungsional Radiografer adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh o:eh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan .radiologi pada sarana kesehatan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
29. Jabatan Fungsional Perekam Medis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan rekam medis informasi kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
30. Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan pengelolaan ala-_ elektromedik pada sarana kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
31. Jabatan Fungsional Fisioterapis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan fisioterapi pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
32. Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan refraksi optisi pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
33. Jabatan Fungsional Terapis Wicara adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan terapi wicara pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri
34. Jabatan Fungsional Okupasi Terapis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pelayanan okupasi terapi pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
35. Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan transfusi darah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
36. Jabatan Fungsional Fisikawan Medis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan fisika medik di sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
37. Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan/medik, pengabdian masyarakat, pendidikan dokter dan dokter spesialis di rumah sakit pendidikan serta melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran sesuai dengan perattiran perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
38. Jabatan Fungsional Psikolog Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan .psikalogi klinik kepada masyarakat di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
39. Jabatan Fungsional Dosen adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pendidikan, pengajaran dan penelitian serta pengabdian masyarakat di perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
40, Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan upaya kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
41. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat berwenang yang bertugas menilai prestasi kerja masing-masing pejabat fungsional pada SKPD/ UKPD yang bersangkutan.
42. Tim Penilai Angka Kredit Unit Kerja adalah tim yang diangkat oleh Kepala Unit Kerja yang bertugas membantu Kepala Unit Kerja menilai kinerja masing-masing pejabat fungsional berdasarkan angka kredit yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan fungsional.
43. Penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan kegiatan jabatan fungsional.
BAB II
DOKTER
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 2
(1) Jenis Jabatan Fungsional Dokter adaTah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
11
(2) Jabatan Fungsional Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.
Tugas pokok Dokter adalah memberikan pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 3
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Dokter dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Dokter Pertama; b. Dokter Muda; c. Dokter Madya; dan d. Dokter Utama.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Dokter Pertama, adalah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Dokter Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Dokter Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Dokter TJtama, terdiri atas :
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 4
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Dokter dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(3)
12
(2) Waktu ra.ta-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal dita.mbah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (serjDu dua ratus lirna puluh) jam.
BAB III
PERAWAT
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 5
(1) Jenis Jabatan Fungsional Perawat adalah jabatan tingkat keterampilan dan keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
(3) Tugas pokok Perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang keperawatan/kesehatan.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 6
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Perawat dari yang terendah sarnpai dengan yang tertinggi, yaitu:
a. Perawat Tingkat Terampil; dan b. Perawat Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Perawat Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Perawat Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Perawat Pelaksana, terdiri atas
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongar_ ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Perawat Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
d. Perawat Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(3) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing j.,njang Jabatan Fungsional Perawat Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Perawat Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruan , III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang IiI/b.
b. Perawat Muda, terdiri atas:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, g3longan ruang :II/d.
c. Perawat Madya, terdiri atas:
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, dan 3. Pernbina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 7
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Perawat dilakukan dengan cara volume masing-masing keg:atan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal dita.mbah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB IV
ADMINISTRATOR KESEHATAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudui-can dan Tugas Pokok
Pasal 8
(1) Jenis Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan adalah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
1. 4
(2) Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan di bidang administrasi pelayanan, perizinan, akreditasi dan sertifikasi pelaksanaan program-program pembangunan kesehatan.
Tugas pokok Administrator Kesehatan adalah melaksanakan analisis kebijakan di bidang administrasi pelayanan, perizinan, akreditasi dan sertifikasi pelaksanaan program-program pembangunan kesehatan.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 9
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Administrator Kesehatan Pertama; b. Administrator Kesehatan Muda; dan c. Administrator Kesehatan Madya. •
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan sehagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Administrator Kesehatan Pertama,, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang II1/a. 2. Penata •Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Administrator Kesehatan Muda, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang 1111 d.
c. Administrator Kesehatan Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 10
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3)
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana d:maksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB V
DOKTER GIGI
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 11
(1) Jenis Jabatan Fungsional Dokter Gigi adalah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun keseha:an.
(2) Jabatan Fungsional Dokter Gigi sebagaimana d:maksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan di Daerah.
(3) Tugas pokok Dokter Gigi adalah memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 12
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Dokter Gigi Pertama; b. Dokter Gigi Muda; c. Dokter Gigi Madya; dan d. Dokter Gigi Utama.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Dokter Gigi Pertama, adalah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Dokter Gigi Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golcngan ruang III/d.
1C)
c. Dokter Gigi Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Dokter Gigi Utama, terdiri atas :
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV,'d; dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 13
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Dokter Gigi dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagai:nana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB VI
PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 14
(1) Jenis Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan adalah jabatan tingkat keterampilan dan jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun pengawas kualitas dan keamanan.
(2) Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional Dinas Kesehatan di bidang pengawasan farmasi dan makanan.
(3) Tugas pokok Pengawas Farmasi dan Makanan adalah melaksanaka.n pengawasan farmasi dan makanan yang meliputi penyiapan perangkat lunak untuk pmgawasan di bidang farmasi dan makanan, pemeriksaan, pengujian dan penilaian sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan.
17
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 15
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu:
a. Pengawas Farmasi dan Makanan Tingkat Terampil, dan b. Pengawas Farmasi dan Makanan Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana, terdiri atas:
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b, 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana Lanjutan, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari
a. Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Pengawas Farmasi dan Makanan Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, gplongan ruang TII/d.
c. Pengawas Farmasi dan Makanan Madya, terdiri atas:
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Pengawas Farmasi dan Makanan Utama, terdiri atas :
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
(3)
1 8
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 16
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB VII
APOTEKER
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan TUgas Pokok
Pasal 17
(1) Jenis Jabatan Fungsional Apoteker adalah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan di Daerah.
(3) Tugas pokok Apoteker adalah melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi penyiapan rencana kerja, pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga serta pelayanan kefarmasian.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 18
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Apoteker dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
a. Apoteker Pertama; b. Apoteker Muda; c. Apoteker Madya; dan d. Apoteker Utama.
1 9
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-ma_sing jenjang Jabatan Fungsional Apoteker sebagaimana thinaksud pada ayat (1), dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Apoteker Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Apoteker Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Apoteker Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Apoteker Utama, terdiri atas
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 19
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Apoteker dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB VIII
ASISTEN APOTEKER
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 20
(1) Jenis Jabatan Fungsional Asisten Apoteker adalah jabatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
20
(2) Jabatan Fungsional Asisten Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang penyiapan pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan di Daerah.
(3) Tugas pokok Asisten Apoteker adalah melaksanakan penyiapan pekerjaan kefarmasian yang meliputi penyiapan rencana kerja kefarmasian, penyiapan pengelolaan perbekalar_ farmasi dan penyiapan pelayanan farmasi klinik.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongar_
Pasal 21
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Asisten Apotekr dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Asisten Apoteker Pelaksana Pemula; b. Asisten Apoteker Pelaksana; c. Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan; dan d. Asisten Apoteker Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Asisten Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Asisten Apoteker Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Asisten Apoteker Pelaksana, terdiri atas :
L Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c, dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
d Asisten Apoteker Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 22
(1) Penghitungan form.a.si Jabatan Fungsior_al Asisten Apoteker dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana d:ma-Ksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB IX
PRANATA LABORATORIUM KESSHATAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 23
(1) Jenis Jabatan Fungsional Pranata Labw-atorium Kesehatan adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/ RSUD/RSKD di bidang pelayanan labDratorit:m kesehatan pada laboratorium kesehatan.
Tugas pokok Pranata Laboratorium Kesehatan adalah melaksanakan tugas pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kithia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toksikologi, kimia lingkungan, patologi anatomi (hispatologi, sitopatologi, histokimia, imunopatologi, patologi, molekuler), biologi dan fisika.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Gplongan
Pasal 24
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
a. Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Terampil; dan b. Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana, atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
(3)
c. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan! ruang III/b.
d. Pranata Laboratorium Kesehatan Penyelia, terdiri atas:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(3) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, dari :
a. Pranata Laboratorium Kesehatan Pertania, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Pranata Laboratorium Kesehatan Muda, terdiri atas:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/ d.
c. Pranata Laboratorium Kesehatan IViadya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat 1, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pa.sal 25
(1) Penghitungan formasi Jaba:an Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB X
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 26
(1) Jenis Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan tingkat keterarnpilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
2.3
(2) Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional Dinas Kesehatan di bid.ang penyuluhan kesehatan masyarakat.
Tugas pokok Penyuluh Kesehatan Masywakat adalah melaksanakan tugas pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toksikologi, kimia lingkungan, patologi anatomi (hispatologi, sitopatologi, histokimia, imunopatolog-_, patologi, molekuler), biologi dan fisika.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 27
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Tingkat Terampil; dan b. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat'• (1) huruf a, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi., terdiri dari :
a. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pelaksana Lanjutan, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Penyelia, terd-_ri atas:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Tir_gkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pertama, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Penyuluh. Kesehatan Masyarakat Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(3)
(3)
2 4
• c. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 28
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Penyul-uh Kesehatan Masyarakat dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana di:-naksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XI
EPIDEMIOLOG KESEHATAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 29
(1) Jenis Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai Delak san a teknis fungsional Dinas Kesehatan di bidang epiderniologi di Daerah.
(3) Tugas pokok Epidemiolog Kesehatan adalah melaksanakan kegiatan pengamanan, penyelidikan, tind.akan pengamanan, penanggulangan, penyebaran/penularan penyakit dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh, secara cepat dan tepat dengan melakukan pengumpulan, pengolahan, analisa data dan interpretasi serta penyebaran informasi serta pengembangan strategi dan metoda.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 30
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Epidemiolog Kesehatan Tingkat Terampil; dan b. Epidemiolog Kesehatan Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Epidemiolog Kesehatan Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b, 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
d. Epidemiolog Kesehatan Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(3) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Epidemiolog Kesehatan Pertama, terdiri atas
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Epidemiolog Kesehatan Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Epidemiolog Kesehatan Madya, terdiri atas
1.. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 31
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian rninimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua)..
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) ja_m.
BAB XII
ENTOMOLOG KESEHATAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 32
(1) Jenis Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional Dinas Kesehatan di bidang entcmologi di Daerah.
(3) Tugas pokok Entomolog Kesehatan adalah melaksanakan pengamanan, penyelidikan, pemberantasan dan per_gendalian terhadap vektor penyakit untuk mencegah penularan penyakit serta terhadap serangga pengganggu untuk meningkatkan kenyamanan hidup manusia dan lingkungannya.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 33
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Entomolog Kesehatan Tingkat Terampil; dan b. Entomolog Kesehatan Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada aya.t (1) huruf a, dari yan.g terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Entomolog Kesehatan Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Entomolog Kesehatan Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/ b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c, dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/ d.
c. Entomolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan, terdiri a:as :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b
d. Entomolog Kesehatan Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan Tingkat Ahli setagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Entomolog Kesehatan Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/5.
b. Entomolog Kesehatan Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Entomolog Kesehatan Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 34
(1) Penghitungan formasi. Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(3)
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dithaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal dita:nbah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana di:naksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XIII
BIDAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Fokok
Pasal 35
(1) Jenis Jabatan Fungsional Bidan adalah jabatan tingkat keterampilan dan keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD d bidang pelayanan kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan
Tugas pokok Bidan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi perempuan, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan bay dan anak serta pelayanan kesehatan masyarakat.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Gclongan
Pasal 36
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Bidan dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Bidan Tingkat Terampil, dan b. Bidan Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Bidan Tingkat Terampil setagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Bidan Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Bidan Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang TI/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c, dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Bidan Pelaksana Lanjutan, terdiri atas
1, Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
(3)
d. Bidan Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(3) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Bidan Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Bidan Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Bidan Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Bidan Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 37
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Bidan dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian ninima1 ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima pul-uh) jam.
BAB XIV
PERAWAT GIG1
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 38
(1) Jenis Jabatan Fungsional Perawat Gigi adalah jabatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(3)
(2) Jabatan Fungsional Perawat Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
(3) Tugas pokok Perawat Gigi adalah melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat di Unit Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit dan Poliklinik.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 39
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu:
a. Perawat Gigi Pelaksana Pemula, b. Perawat Gigi Pelaksana; c. Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan; dan d. Perawat Gigi Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Perawat Gigi Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Perawat Gigi Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Perawat Gigi Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c;, dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
d. Perawat Gigi Penyelia, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 40
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Perawat Gigi dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua.).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima pul-u.h) jam.
BAB XV
SANITARIAN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 41
(1) Jenis Jabatan Fungsional Sanitarian adalah jabatan tingkat keterampilan dan keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Sanitarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang kesehatan lingkungan.
Tugas pokok Sanitarian adalah melaksanakan pengamatan kesehatan lingkungan, pengawasan kesehatan lingkungan dan pemberdayaan masyaraka: dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara dan melindungi serta meningkatkan cwa-cara hidup bersih dan sehat.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 42
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Sanitarian dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Sanitarian Tingkat Terampil; dan b. Sanitarian Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Sanitarian Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Sanitarian Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Sanitarian Pelaksana, terdiri atas
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
(3)
c. Sanitarian Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
d. Sanitarian Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Sanitarian Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Sanitarian Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Sanitarian Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Sanitarian Madya, terdiri atas : ,
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV,'c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 43
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsionai Sanitarian dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
Jam kerja efektif 1. (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh):am.
BAB XVI
NUTRISIONIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 44
(1) Jenis Jabatan Fungsional Nutrisionis adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat kea.hlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(3)
(3)
(2) Jabatan Fungsional Nutrisionis sebagaimana dianaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic di Daerah.
(3) Tugas pokok Nutrisionis adalah melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan dan dietetic yang meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan, penilaian gizi bagi perorangan, kelompok di masyarakat dan di rumah sakit.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 45
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Nutrisionis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Nutrisionis Tingkat Terampil; dan b. Nutrisionis Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Nutrisionis Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Nutrisionis Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c, dan 2. Penga.tur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Nutrisionis Pelaksana Lanjutan, terdii atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Nutrisionis Penyelia, terdiri atas :
(3)
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Nutrisionis Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang termdah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Nutrisionis Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
b. Nutrisionis Muda, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c, dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Nutrisionis Madya, terdiri atas
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV,'c.
Bagian Ketiga,
Penghitungan Formasi
Pasal 46
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Nutrisionis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyeleSaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XVII
RADIOGRAFER
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 47
(1) Jenis Jabatan Fungsional Radiografer adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Radiografer sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan radiologi pada fasilitas pelayanan kesehatan instansi Daerah.
Tugas pokok Radiografer adalah melakukan kegiatan (3) pelayanan radiologi yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan
pelaporan serta eva.luasi.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/G3longan
Pasal 48
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Radiografer dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
a. Radiografer Pelaksana; b. Radiografer Pelaksana i,anjutan; dan c. Radiografer Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Radiografer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Radiografer Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan rUang II/d.
b. Radiografer Pelaksana Lanjutan, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Radiografer Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 49
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Radiografer dilakukan dengan cara volume rnasing-masing kegiatan d.ikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja. efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagai:nana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XVIII
PEREKAM MED1S
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 50
(1) Jenis Jabatan Fungsional Perekam Medis adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan rekarn mecli s informa.si kesehatan pada sarana kesehatan instansi Daerah.
(3)
.3 6
(3) Tugas pokok Perekam Medis adalah melakukan kegiatan pelayanan reka.m medis informasi kesehatan yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan serta evaluasi.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 51
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Perekam Medis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Perekam Medis Pelaksana; b. Perekam Medis Pelaksana Lanjutan; dan c. Perekam Medis Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Perekam Medis Pelaksana, terdiri atas:
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Perekam Medis Pelaksana Lanjutan, atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Perekam Medis Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 52
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Perekam Medis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Wa.ktu rata-rata sebagaimana dimaksild pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua),
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
3.7
BAB XIX
TEKNISI ELEKTROMEDIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Ttigas Pokok
Pasal 53
(1) Jenis Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis adala_h jabatan tingkat keterampilan termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis setagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan pengelolaan alat elektromedik pada fasilitas pelayanan kesehatan instansi Daerah.
(3) Tugas pokok Teknisi Elektromedis adalah melakukan kegiatan pelayanan pengelolaan alat elektromedik yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan serta evah;asi.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangka.t/Golongan
Pasal 54
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Teknisi Elektromedis Pelaksana; b. Teknisi Elektromedis Pelaksana Lanjutan; dan c. Teknis Elektromedis Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis setagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Teknisi Elektromedis Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Teknisi Elektromedis Pelaksana Lanjutan, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
c. Teknisi Elektromedis Penyelia, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
33
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 55
(1) Penghit-ungan formasi Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus 1L-na puluh) jiam.
BAB XX
FISIOTERAPIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Fokok
Pasal 56
(1) Jenis Jabatan Fungsional Fisioterapis adalah jabatan tingkat keterampilan dan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Fisioterapis sebagaimana dimaksud pada
pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD d: bidang pelayanan fisioterapi pada unit pelayanan kesehatan instansi Daerah.
ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional
Tugas pokok Fisioterapis adalah melaksanakan pelayanan (3) fisioterapi, mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 57
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Fisioterapis dari :„rang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
a. Fisioterapis Tingkat Terampil, dan . b. Fisioterapis Tingkat Ahli.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Fisioterapis Tingkat Terarnpil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampal dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Fisioterapis Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Fisioterapis Pelaksana Lanjutan, terdiri atas:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Fisioterapis Penyelia, terdiri atas :
(3)
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Fisioterapis Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Fisioterapis Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang IIi/b.
Fisioterapis Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Fisioterapis Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV ic.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 58
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Fisioterapis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
b.
c.
2. A
BAB XXI
REFRAKSIONIS OPTISIEN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 59
(1) Jenis Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien adalah jabatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehaan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan refraksi optisi pada sarana pelayanan kesehatan Daerah.
(3) Tugas pokok Refraksionis Optisien adalah melaksanakan kegiatan pelayanan mata dasar, pelayanan refraksi, pelayanan optisi, pelayanan lensa kontak, konsultasi/rujuka'n, bimbingan dan penyuluhan, evaluasi dan pencatatan pelayanan.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Gclongan
Pasal 60
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Refraksionis Optisien Pelaksana, b. Refraksionis Optisien Pelaksana Lanjutan; dan c. Refraksionis Optisien Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari yang terer_dah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Refraksionis Optisien Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Refraksionis Optisien Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Refraksionis Optisien Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang I:I/d.
4- 1
Bagian Ketiga
Perighitungan Formasi
Pasal 61
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata p:myelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua)'.
Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagai:nana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XXII
TERAPIS WICARA
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 62
(1) Jenis Jabatan Terapis Wicara adalah jaLatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Terapis Wicara se:Dagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada RSUD/RSKD di bidang pelayanan terapi wicara pada sarana pelayanan kesehatan Daerah.
(3) Tugas pokok Terapis Wicara adalah melaksanakan pelayanan terapi wicara demi tercapainya kemampuan komunikasi yang optimal, baik dalam aspek bahasa, suara, irama/ kelancaran hingga mampu berkomunikasi secara wajar dan tidak mengalami gangguan psikososial dalam menjalankan fungsinya sebagai individu maupun sebagai an.ggota masyarakat.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 63
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Terapis Wicara dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Terapis Wicara Pelaksana; b. Terapis Wicara Pelaksana Lanjutan; dan c. Terapis Wicara Penyelia.
(3)
42
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Terapis Wicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari yang terendah sa_mpai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Terapis Wicara Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Terapis Wicara Pelaksana Lanjutan, terdiri atas
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Terapis Wicara Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 64
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Terap-_s Wicara dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jarn kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima pulu.h) jam.
BAB XXIII
OKUPASI TERAPIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 65
(1) Jenis Jabatan Okupasi Terapis adalah jabatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada RSUD/RSKD di bidang pelayanan okupasi terapi pada sarana pelayanan kesehatan Daerah.
(3) Tugas pokok Okupasi Tcrapis adalah melakukan pelayanan oku.pasi terapi yang meliputi pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan aktivitas perawatan diri,
-- roduktivitas,
pemanfaatan waktu luang, memfungsikan peralatan adaptif dan alat bantu tertentu serta pelatihar_ komponeri kinerja okupasional dan komunikasi fungsional.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 66
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Okupasi Terapis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Okupasi Terapis Pelaksana; b. Okupasi Terapis Pelaksana Lanjutan; dan c. Okupasi Terapis Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Okupasi Terapis Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 2. Pengatur Tingkat I, golongan rUang II/d.
b. Okupasi Terapis Pelaksana Lanjutan, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Okupasi Terapis Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 67
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Okupasi Terapis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minirral ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja cfektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
--1-
BAB XXIV
TEKNISI TRANSFUSI DARAH
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 68
(1) Jenis Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah adalah jabatan tingkat keterampilan, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsionaI pada Dinas Kesehatan / RSUD / RSKD di bidang pelayanan transfusi darah pada sarana pelayanan transfusi darah di Daerah.
(3) Tugas pokok Teknisi Transfusi Darah adalah melaksanakan kegiatan transfusi darah yang meliputi rekruitment donor, seleksi donor, penyadapan darah donor, pengolahan darah, pengamanan darah donor, penyimpanan darah, pendistribusian darah dan pemeriksaan lanjutan kasus inkompatibilitas serta pelaporan dan dokumentasi.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 69
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi,
a. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana Pemula; b. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana c. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana Lanjutan; dan d. Teknisi Transfusi Darah Penyelia.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah sebagaiman.a dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana Pemula, adalah Pengatur Muda, golongan ruang II/a.
b. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana, terdiri atas :
1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b, 2. Pengatur, golongan ruang II/c; dan 3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
c. Teknisi Transfusi Darah Pelaksana Lanjutan, terdiri.. atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan. ruang III/b.
21L4
d. Teknisi Transfusi Darah Penyelia, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 70
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada. ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal diba.gi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XXV
FISIKAWAN MEDIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 71
(1) Jenis Jabatan Fungsional Fisikawan Medis adalah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Fisikawan Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan fisika medik pada sarana pelayanan kesehatan Daerah.
Tugas pokok Fisikawan Medis adalah melakukan pelayanan fisika medik yang meliputi penyiapan pelayanan fisika medik, pelayanan keselamatan radiasi, pelayanan radio diagnostik dan pencitraan medik, pelayanan radio terapi, pelayanan kedokteran nuklir, pelaksanaan pembinaan teknis dan monitoring serta evaluasi pelayanan fisika medik.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangka.t Golongan
Pasal 72
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
a. Fisikawan Medis Pertama; b. Fisikawan Medis Muda; dan c. Fisikawan Medis Madya.
(3)
44
(2) Jenjang pa.ngkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Fisikawan Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terend.ah sampai den.gan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Fisikawan Medis Pertama, terdiri atas :
1. Penata Muda, golongan ruang III/a, dan 2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Fisikawan Medis Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Fisikawan Medis Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/ c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 73
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dilakukan dengan cara volume masng-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus li:na puluh) jam.
BAB XXVI
DOKTER PENDIDIK KLINIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 74
(1) Jenis Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis adalah jabatan tingkat keahlian, zermasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada. RSUD/RSKD di bidang pelayanan kedokteran dan pendidikan pada rumah sakit pendidikan Daerah.
4 7
(3) Tugas pokok Dokter Pendidik Klinis adalah melaksanakan pelayanan spesialistik, pengabdian masyaraka.t, pelayanan pendidikan dokter dan dokter spesialis serta melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran di rumah sakit pendidikan.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 75
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Dokter Pendidik Klinis Pertama; b. Dokter Pendidik Klinis Muda; c. Dokter Pendidik Klinis Madya; dan d. Dokter Pendidik Klinis Utama.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari
a. Dokter Pendidik Klinis Pertama, adalah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Dokter Pendidik Klinis Muda, terdiri atas
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang / d
c. Dokter Pendidik Klinis Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan. ruang IV/c.
d. Dokter Pendidik Klinis Utama, terdiri atas :
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV /e.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 76
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif 1. (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal dita:nbah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
4- 8
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XXVII
PSIKOLOG KLINIS
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 77
(1) Jenis Jabatan Fungsional Psikolog Klinis adalah jabatan tingkat keahlian, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Psikolog Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana tekn.is fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang pelayanan psikologi klinis pada unit pelayanan kesehatan Daerah.
(3) Tugas pokok Psikolog Klinis adalah memberikan pelayanan psikologi klinis yang meliputi assesmen, interprestasi hasil assesmen, intervensi, pembuatan laporan pemeriksaan psikologi klinis, pelaksanaan tugas di tempat risiko tinggi dan pengabdian masyarakat yang meliputi pelaksanaan penanggulangan problem psikologi klinis pada masyarakat rumah sakit, pelaksanaan tugas khusus lapangan di bidang psikologi klinis pada komunitas dan menja.di sanksi ahli.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 78
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Psikolog Klinis dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Psikolog Klinis Pertama,
b. Psikolog Klinis Muda; dan
c. Psikolog Klinis Madya.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Psikolog Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Psikolog Klinis Pertama, adalah Penata Muda Tingkat I, golonga.n ruang III/b.
4 9
b. Psikolog Klinis Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Psikolog Klinis Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 79
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Psikolog Klinis dilakukan dengan cara volume • masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi jam kerja efektif i (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian riinirna1 ditambah waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
(3) Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) jam.
BAB XXVIII
DOSEN
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan Tugas Pokok
Pasal 80
(1) Jenis Jabatan Fungsional Dosen adalah jabatan karier, termasuk dalam rumpun pendidikan tingkat pendidikan tinggi.
(2) Jabatan Fungsional Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Akademi Keperawatan Jayakarta Dinas Kesehatan di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Tugas pokok Dosen adalah mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
50
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 81
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Dosen dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Asisten Ahli; b. Lektor; c. Lektor Kepala; dan d. Guru Besar.
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Dosen sebagaimara dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Asisten Ahli, adalah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Lektor, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang
c. Lektor Kepala, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang
d. Guru Besar, terdiri atas
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/ e.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 82
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Dosen setiap program studi pada Program Diploma dan Program Strata 1 (S1) jumlah calon mahasiswa paling kurang 30 (tiga puluh) orang dan paling banyak disesuaikan dengan nisbah Dosen tetap dengan mahasiswa dan untuk kelompok ilmu pengetahuan sosial 1 : 30 (satu banding tiga puluh) dan untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam 1 : 20 (satu banding dua puluh).
(2) Penentuan pilihan yang digunakan pada Jabatan Fungsional Dosen khusus untuk akreditasi perguruan tinggi di bidang kesehatan, dipergunakan rasio akademis keseha:an, yaitu 1. : 12 (satu banding dua belas) sehingga ratio dosen untuk Akademi Keperawatan Jayaka.rta dengan perbandingan 1 (dosen) : 12 (mahasiswa).
Untuk menentukan daya tampung/kapasitas rnaksirnal mahasiswa berdasarkan :
a. 1 (satu) kelas sesuai standar akreditasi adalah 50 (lima puluh) orang.
b. penerimaan mahasiswa 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk 2 (dua) kelas.
c. tingkat pendidikan hanya 3 (tiga) tahun untuk 6 (enam) semester.
d. jumlah mahasiswa maksimal dalaml (satu) tahun sebanyak 300 (tiga ratus) orang.
BAB XXIX
PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
Bagian Kesatu
Jenis, Kedudukan dan TUgas Pokok
Pasal 83
(1) Jenis Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja adalah jabatan tingkat karier, termasuk dalam rumpun kesehatan.
(2) Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudtikan sebagai pelaksana teknis fungsional pada Dinas Kesehatan/RSUD/RSKD di bidang kesehatan kerja pada unit organisasi lingkup kesehatan kerja instansi Daerah.
Tugas pokok Pembimbing Kesehatan Kerja adalah melakukan kegiatan pembimbingan kesehatan kerja yang meliputi persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di bidang kesehatan kerja.
Bagian Kedua
Jenjang Jabatan dan Pangkat/Golongan
Pasal 84
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu :
a. Pembimbing Kesehatan Kerja Pertama; b. Pembimbing Kesehatan Kerja Muda, dan c. Pembimbing Kesehatan Kerja Madya.
(3)
(3)
(2) Jenjang pangkat dan golongan masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja sebagaimana. dimaksud pada ayat (1) dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, terdiri dari :
a. Pembimbing Kesehatan Kerja Pertama., terdiri ata.s :
1. Penata Muda, golongan ruang'III/a; dan 2. Penata Muda Tin.gkat I, golongan ruang III/b.
b. Pembimbing Kesehatan Kerja Muda, terdiri atas :
1. Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang
c. Pembimbing Kesehatan Kerja Madya, terdiri atas :
1. Pembina, golongan ruang IV/a, 2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/ c.
Bagian Ketiga
Penghitungan Formasi
Pasal 85
(1) Penghitungan formasi Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dilakukan dengan cara volume masing-masing kegiatan dikalikan waktu rata-rata penyelesaian kegiatan dibagi janl kerja efektif 1 (satu) tahun.
(2) Waktu rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan waktu penyelesaian minimal ditarnba.h waktu penyelesaian maksimal dibagi 2 (dua).
Jam kerja efektif 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah 1.250 (seribu dua ratus lima pulth) jam.
BAB XXX
KEBUTUHAN DAN PENGISIAN FORMASI
Pasal 86
(1) Kebutuhan formasi masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan sesuai jenjang jabatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XXVIII Peraturan Gubernur ini.
(2) Formasi masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan akan ditinja.0 ulang setiap 5 (lima) tahun dan/atau sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan beban tugas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengisian formasi masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan diusulkan oleh Kepala Dinas Kesehatan/RSUD/ RSKD yang bersangkutan kepada Gub.emur melalui EKD.
(3)
(4) Usulan pengisian formasi masing-masing jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan setelah diadakan penelitian administrasi dan penetapannya oleh BKD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XXXI
PENGANGKATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
Pasal 87
(1) Pengangkatan masing-masing pejabat fungsional bidang kesehatan didasarkan kepada formasi masing-masing jabatan fungsional yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat •dalam jabatan fungsional bidang kesehatan harus memenuhi persyaratan pada masing-masing jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 88
(1) Pembeba.san sementara dari masing-masing jabazan fungsional bidang kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur atau Pejabat lain yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Masing-masing pejabat fungsional bidang kesehatan dibebaskan sementara dari jabatannya apabila
a. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsionalnya; b. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berupa
penurunan pangkat; d. Cuti di luar tanggungan Negara; dan e. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Nege:-i Sipil.
Pasal 89
(1) Pemberhentian dari masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Gubemur atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Masing-masing pejabat fungsional bidang kesehatan diberhentikan dari jabatannya apabila :
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali hukuman disiplin penurunan pa.rigkat, dan
b. Tidak dapat memenuhi angka kredit yang ditentukan pada masing-masing jenis jabatan fungsional dalam wak-Ju tertentu sesuai jenjang pangkatnya.
54
BAB XXXII
KENAIKAN PANGKAT DAN TUNJANGAN JABATAN
Pasal 90
(1) Sistem kenaikan pangkatljabatan, didasarkan atas penilaian dan penetapan angka kredit yang berasal dari kegiatan unsur utama dan unsur penunjang.
(2) Usulan kenaikan pangkat/jabatan cLsampaikan kepada Gubernur melalui BKD setelah peroiehan angka kredit ditetapkan oleh masing-masing Tim Fenilai Angka Kredit jabatan fungsional untuk dibuatkan •keputusan masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan dalam jenjang jabatan sesuai dengan angka kredit yang diperoleh.
Pasal 91
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 diberikan tunjangan jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XXXIII
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 92
(1) Pengendalian dan evaluasi kebijakan/ pengaturan formasi masing-masing jabatan fungsional bidang kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan formsi jabatan fungsional dilaksanakan oleh BKD dan Biro ORB.
(2) Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKD dan Biro ORB dapat mengikutsertakan SKPD/UKPD terkait.
(3) Anggaran pelaksanaan pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran BKD dan Biro ORB.
BAB XXXIV
KETENTUAN LAIN-L.AIN
Pasal 93
Untuk kepentinciban dinas dan/atau menambah pengetahuan dan
pengembangan karier, Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional dapat dipindahkan ke jabatan struktural atau jabatan fungsional lainnya sesuai dengan ketentua.n peraturan perundang-undangan.
55
BAB XXXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 94
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, seluruh ketentuan mengenai formasi jabatan fungsional bidang kesehatan di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diatur dalam Keputusan Gubernur dan/atau ?eraturan Gubernur sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 95
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Februari 2016
GUBERNUR PROVINS: DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
BASUKI T. PURNAMA
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 Februari 2016
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
SAEFULLAH
BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2016 NOMOR 22019
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH K SUS IBUKOTA JAKARTA,
yi A YUHANAH NIP 196508241994032003
RSK
D D
UR
EN
SA
WIT
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
. Ln vp ko , 10 cl- CQ Cr• c••.,
RSU
D K
OJA
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CO VJ o
,--I CO ir) CQ N .--i re. Cr:
RSU
D B
UD
HI A
SIH
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
't ‘.0 '«C› ,--, C \ 1 Cl N N ,--, \ 0 C`,
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CO t, Cc) 15
CQ ,--1 0 .--, 00 0)
11-)
RSU
D C
EN
GK
AR
EN
G
JUM
LAH
FO
RM
ASI
co t•-• t•-• m 15
o co 0)
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
m ko o co 0, N N .--, o 0,
DIN
AS K
ESE
HA T
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
304 (Q
k4;) U)
N t•-• CQ 195 CC _. 2 7
CO ,, 01
TOTA
L 15
06
JEN
JAN
G J
ABAT
AN
Dok
ter
Um
um
CS
2 -5, ,... .... -..': o
Dok
ter
Mu
da
Dok
ter
Ma d
ya
Do k
ter
Uta
ma
IDok
ter
Sp
esia
lis
Dok
ter
Per t
ama
Dok
ter
Mu
da
Dok
ter
Ma d
ya
Do k
ter
Uta
rn a
Z CCI ,13 c.) "C1 .n C-) '0
N
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA T
AN
FU
NG
SIO
NA
L D
OK
TER
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
RSK
D D
UR
EN
SAW
IT
JUM
LAH
FO
RM
ASI
1.0 'i- d- cr, tc) VD cO 1/40 Cr)
IR
SUD
KO
JA
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CO N
50
co C,1 cg c‘t Ol 01
RSU
D B
UD
HI A
SIH
JUM
LAH
FO
RM
ASI
t.-- (-0
tr) et,
co co 2 5
cO N N [I- cr) •—i
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
1
200 C*,
(T 50
c,) tr) cv er) i() cr)
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LA
H FO
RM
A SI
CD
L9
,d- 18
aN Ir) 0 1,C)
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
o-) N CD in CO CO N N
0 0 ,—I
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FO
RM
A SI
o cy 46
0 00 O 1 /40
or) tr) •:r
oo —i ,--, 68
30 N
ki) t-- ,-1
J EN
JAN
G J
AB
ATA
N
Pera
wat
Tin
gka t
Tera
mpi
l
Pera
wat
Pel
aksa
na
Pem
ula
Per
a wat
Pela
ksan
a
,Per
awat
Pel
aksa
na
Lan
juta
n
Pera
wat
Pen
yelia
Pera
wat
Tin
gkat
Ah
li
Pe r
awat
Pert
ama
Pera
wat
Mu
da
Pera
wat
Mad
ya (-4
0 (--,
0 Z
,--1 cd ,13 c.) ,c,
N Gi .n (.)
cO
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BATA
N FU
NG
SIO
NA
L PE
RA
WAT
BA
SU
KI T.
PU
RN
AM
A
RSK
D D
UR
EN
SAW
IT
JUM
LAH
FO
RM
ASI
tn C‘I ,-, k.0
RSU
D K
OJ A
JUM
LAH
FO
RM
ASI
("") N ,-, l0 R
SUD
BU
DH
I ASI
H
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CO CV ,-, l.0
RSU
D P
ASAR
RE
BO
JUM
LA
H FO
RM
ASI
CN ,-, 1.0
RSU
D C
EN
GK
AR
EN
G
JUM
LAH
FO
RM
ASI
C,) N .--. kr)
RS
UD
TAR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CO N •-,
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FOR
MAS
I
d• d- N CD 1-1
JEN
JAN
G J A
BA
TAN
Adm
inis
trat
or K
eseh
atan
Per
tam
a
Adm
inis
trat
or K
eseh
atan
Mu
da
Adm
inis
trat
or K
eseh
atan
Mad
ya
E' p
o z ,,D (..)
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BAT
AN
FUN
GS
ION
AL
AD
MIN
ISTR
ATO
R K
ES
EH
ATA
N
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
12 Fe
brua
r i 20
16
31 TA
HUN
2016
KE
BU
TU
HA
N F
OR
MA
SI J
AB
ATA
N F
UN
GS
ION
AL
DO
KTE
R G
IGI
RS
KD
DU
RE
N S
AW
IT
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
c,-, cv •---, —, I,-
RS
UD
KO
JA
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
co cv -, -.. r-- R
SU
D B
UD
HI
AS
IH
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
cl ,-, ,-, ,-, ir)
RS
UD
PAS
AR
RE
BO
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
N N .-1 ,—,
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
CO N ,—, •—• N.
RS
UD
TA
RA
KA
N
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
,-4 LO CO N ,-1 ,--1
DIN
AS
KE
SE
HA T
AN
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
50
118 CO 0)
in 00 cv 't
JEN
JANG
JAB
ATA
N
Dok
ter
Gigi Per
tam
a
Dok
ter
Gigi M
uda
Dok
ter
Gigi M
adya
Dok
ter
Gigi U
tam
a
F-, 0 E-.
0 cd .0 C.) .0 Z
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
RS
KD
DU
RE
N SAW
IT
JUM
L AH
FO
RM
AS
I
.--1 ,--1 .--, ,--.
RS
UD
KO
JA
JUM
LAH
FO
RM
AS
I Cs1 N •--. ,—, k.0
RS
UD
BU
DH
I A
SIH
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
Cs1 C,, ,—, .--, t--•
RS
UD
PA
SA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
cq .--1 ,-1 •—i lf)
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
.--1 C,") •:1- N N
RS
UD
TAR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
cNi .--1 ,--1 ,--1 to
DIN
AS
KE
SE
HAT
AN
JU
MLA
H FO
RM
ASI
1n C1 48
co C") o •—, —, N r-1
JEN
JAN
G JA
BA
TAN
Ap
otek
er P
erta
ma
Ap
otek
er M
uda
Ap
otek
er M
adya
Ap
otek
er U
tam
a E.
0 [—.
0 OES 41 C.) 9::$ Z
E-1
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA
TAN
FUN
GS
I ON
AL
APO
TEK
ER
BA
SUK
I T.
PUR
NA
MA
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA
TAN
FU
NG
SI O
NA
L A
SIS
TEN
APO
TEK
ER
RSK
D D
UR
EN
SAW
IT
JUM
LAH
FO
RM
ASI
1-0 <zi- (,) c," 1.1) ,—I
RSU
D K
OJA
JUM
LAH
FO
RM
ASI
u, tr) c,, ,--, ., 1_4- R
SUD
BU
DH
I ASI
H
JUM
LAH
FO
RM
A SI
0 eq
‘..0 10
in ,--1
RS
UD
PAS
AR
RE
BO
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
o ko t.o 10 1--1
N ,--1 ,—, l.0
RSU
D C
EN
GK
ARE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
C') CO N 00 N C‘I .--1 if)
RSU
D T
ARAK
AN
JUM
LAH
FOR
MA S
I
. u) c,-) ,—, cy)
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FO
RM
A SI
Lr)
122 N 0 01
N N- CT 0 CN .--i l0
JEN
JAN
G JA
BAT
AN
Asi
sten
Apot
eker
Pel
aksa
na
Pem
ula
Asi
sten
Apot
eker
Pel
aksa
na
Asi
sten
Ap
otek
er P
elak
san
a La
nju
tan
Asi
sten
Apo
teke
r Pe
nye
lia
E. 0 E''
0 C6 C.) Z
,D `'CI
c‘; csJ
—
"ci
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
1
RSK
D D
UR
EN
SAW
IT
IJU
MLA
H F
OR
MAS
I
lf) •zt- N .--, ,--4 cs1 T-1 VD
1 R
SUD
KO
JA
JUM
LAH
FO
RM
ASI
in •:i- cv —. ,--, cs1 ,-1 1/4.0 1-1
1 RSU
D B
UD
HI A
SIH
1
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
d- d- N ,--1 .--1 C\1 •-i in ,-4
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CD .--1 CY, CO N .-1 Cq ... 0, C'O
RSU
D C
EN
GK
AR
EN
G
JUM
LAH
FO
RM
ASI
d- d- •,:1- (si Cd . ,-1 CO 1-1
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
.--[ .--, N ,--1 ,—, cq ,-4 0.)
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FOR
MA
SI
10
CO kb
l0 CD .--f
00 t`-
l0 CO tr) 1-1 Up CY)
JEN
JAN
G JA
BA
TAN
Pra n
ata
Labo
rato
r iu
m K
eseh
atan
Ti
ngk
at T
eram
pil
Pra
nat
a La
bora
tor i
um
Kes
ehat
an
Pela
ksan
a Pe
mu
la
Pra n
ata
Labo
rato
riu
m K
eseh
atan
Pe
laks
ana
Pran
ata
Labo
rato
riu
m K
ese h
atan
Pel
aksa
na
Lanju
tan
Pran
ata
Labo
rato
riu
m K
eseh
atan
Pe
nye
lia
Pran
ata
Labo
rato
riu
m K
eseh
atan
Tin
gkat
Ah
li
Pra
nat
a La
bora
tor i
um
Kes
eha t
an
Per
tara
a
Pran
ata
Labo
rato
riu
m K
eseh
atan
Mu
da
Pran
a ta
Labo
rato
r iu
m K
eseh
a tan
M
adya
0 E-
Z as ,n (..) •-c m . 0 0
CV
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BAT
AN
FU
NG
SIO
NA
L PR
AN
ATA
LA
BO
RA
TOR
IUM
KE
SE
HA T
AN
021
RSU
D B
UD
HI A
SIH
R
SUD
KO
JA
RS K
D D
UR
EN
SA
WIT
JUM
LAH
FO
RM
ASI
. , . ,—, —1 —, er)
JUM
LAH
FO
RM
ASI
. . r ,--, --, .--1 C,
JUM
LAH
FO
RM
ASI
,-I .--1 ,--I ,-I .--I r--I k•C,
RSU
D P
ASAR
RE
BO
JUM
LAH
FO
RM
ASI
C \I ,.-1 .--1 ,—I .--1 ,--1 t's,
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
ASI
I o 1, ••4 ,--I 0,
RS
UD
TAR
AKAN
JUM
LAH
FO
RM
A SI
•-•I ,,.1 (Y)
DIN
AS K
ESE
HAT
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
15
15
15
C) ir) 1/40
1--1
JEN
JAN
G J
ABAT
AN
1->en
yulu
h K
eseh
a tan
Mas
y ara
kat
Tin
g kat
Ter
a mpil
Pen
yulu
h K
eseh
a tan
Ma s
yara
kat
Pela
ksan
a
Pen
yuluh
Kes
ehat
an M
asya
raka
t Pe
laks
ana
Lan
juta
n
Pen
yulu
h K
eseh
a tan
Mas
y ara
kat
Pen
elia
Pen
y uluh
Kes
e hat
an M
asya
raka
t T i
n:k
a t A
hli
Pen
y uluh
Kes
e hat
an M
asya
raka
t Per
tam
a Pen
yulu
h K
eseh
atan
Mas
yara
kat
Mu
da
Pen
y uluh
Kes
e hat
an M
a sya
raka
t M
adya
E—, 0
0 .-- Z
czt A u \1
al ,z) o c
74:ui E—;
Lampiran X : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
Nomor 31 TAHUN 2016 Tanggal 12 Februari 2016
KEBUTUHAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN
NO JENJANG JABATAN DINAS KESEHATAN
JUMLAH FORMASI
1 Epidemiolog Kesehatan Tingkat Terampil
a Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Pemula
b Epidemiolog Kesehatan Pelaksana 15
c Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan 20
d Epidemiolog Kesehatan Penyelia 20
2 Epidemiolog Kesehatan Tingkat Ahli
a Epidemiolog Kesehatan Pertama 20
b Epidemiolog Kesehatan Muda 16
c Epidemiolog Kesehatan Madya 10
TOTAL 101
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
BASUKI T. PURNAMA
Lampiran XI : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
Nomor 31 TAHUN 2016 Tanggal 12 Februari 2016
KEBUTUHAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ENTOMOLOG KESEHATAN
NO JENJANG JABATAN DINAS ICESEHATAN
. JUMLAH FORMASI 1 Entomolog Kesehatan Tingkat Terampil
a Entomolog Kesehatan Pelaksana Pemula
b Entomolog Kesehatan Pelaksana 6 c Entomolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan 6 d Entomolog Kesehatan Penyelia 6
2 Entomolog Kesehatan Tingkat Ahli
a Entomolog Kesehatan Pertama 6 b Entomolog Kesehatan Muda 6 c Entomolog Kesehatan Madya 2
TOTAL 32
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
ttd. •
BASUKI T. PURNAMA
RSU
D K
OJA
I
RSK
D D
UR
EN
SA W
IT I
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
() N N 1n d. C,) (:: .-1
jJU
MLA
H F
OR
MA
SI
E. 00 kr) Cg lf) •Zi- 00 1-r) er)
RSU
D B
UD
HI A
SIH
IJU
MLA
H F
OR
MA
SI
In 00 N in d- (,) N N
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N N 10
00 lf) Lr) l'-• tr)
RSU
D CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
,i- co 00 ,ci- in ,d- oo ko o,
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
r-- oo — Lo .d- Cn 00 N
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FOR
MA
SI
30
304
436
436 ,--1 --,
•:1- Cf) .—I
JAB
ATAN
FU
NG
SIO
NAL
TE
RTE
NTU
Bid
a n T
ingk
a t T
eram
pil
Bid
a n P
e lak
san
a Pe
mula
Bid
an P
ela
ksan
a
Bid
an P
ela
ksan
a La
nju
tan
CC$ ;4 0.) ›, a)
-z: .. cr.) Bid
a n T
ingk
at A
hli
Bid
an P
erta
ma
Bid
an M
uda
Bid
an M
a dya
E. 0 E--,
0 Z
ctl -0 c.> rd ctl ,C) c.) ,—; N
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA
TAN
FU
NG
SIO
NA
L BID
AN
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
I R
SUD
KO
JA
RS
KD
DU
RE
N S
AW
IT I
JUM
LAH
FO
RM
ASI
,—, ... ..-1 , 1-
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
,--1 ,--1 .--t ,--1 't R
SUD
BU
DH
I ASI
H
JUM
LAH
FO
RM
ASI
,-1 csl .--[ ,--, tr)
RSU
D P
ASAR
RE
BO
JUM
LAH
FO
RM
AS I
,
RSU
D C
EN
GK
AR
EN
G
JUM
LAH
FO
RM
ASI
RS
UD
TAR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
DIN
AS K
ESE
HAT
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
100
105
JEN
JAN
G J
AB
ATA
N
Pera
wat
Gigi Pe
laks
a na
Pem
ula
Pera
wat
Gigi Pe
laks
ana
Pera
wa t
Gigi Pe
laks
ana
Lan
juta
n
Pera
wat
Gig
i Pe n
yelia
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I J A
BA
TAN
FU
NG
SIO
NA
L PE
RA
WA T
GI G
I
E
BA
SU
KI
T. P
UR
NA
MA
1 RS
UD
BU
DH
I ASI
H
RSU
D K
OJA
I
RS
KD
DU
RE
N SA
WIT
I JU
MLA
H F
OR
MAS
I
1 N ,--i 1-1 N .--1 1 N.
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N •—t .-1 N ,—, i t's•
1
JUM
LAH
FO
RM
ASI
i Cs1 ,--o .--1 CN ,—, i N-.
RSU
D P
ASAR
RE
BO
JUM
LAH
FO
RM
ASI
1 tO N N I .---1
RSU
D C
EN
GK
A RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I
1 ,--. ,--1 .--, ,--I ,--4 1.1,
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
I r—I 1-1 ,-, Cl •—, i 1/4.0
DIN
AS
K ESE
HAT
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
cl- 26
45
20
CO N CO N CO C \I T—I
JEN
JAN
G J
ABAT
AN
Sani
tari
an T
ingk
at T
eram
pil
San i
tari
an P
ela
ksa n
a Pe
mu
la
San
ita r
ian
Pe
laks
ana
San
itar
ian
Pe
laks
a na
Lan
juta
n
San
itar
ian
Pen
yelia
San
ita r
ian
Tin
g kat
Ah
li
San
ita r
ian
Pe
rtam
a
San
itar
ian
Mu
da (t
Cd
.-g
(/)
0
0 Z
01:1 .n (..> .--4 N
KE
BU
TU
HA
N F
OR
MA
SI J
AB
AT
AN
FU
NG
SIO
NA
L SA
NI T
AR
IAN
cn cn
r:4
1-chi Z
0 0
t:4 (3-4
124 Cci
1
RS
KD
DU
RE
N SA
WIT
JUM
LAH
FO
RM
ASI
. ,-1 ,-1 i N
1 R
SUD
KO
JA
IJU
MLA
H F
OR
MA
SI
. .-1 .-I -, ,-4 1 't R
SUD
BU
DH
I ASI
H
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N v-I ,-, .-1 .--4 kr)
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
IJU
MLA
H F
OR
MA
SI
I 't Cn N ,-1 1 CD v-4
RSU
D C
EN
GK
ARE
NG
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N N ,-1 ,-. ..-, 1 t"-•
RSU
D T
AR
A KA
N
JUM
LAH
FO
RM
ASI
e-e .--, e-e .--1 e Cr
DIN
AS
KE
SEH
ATAN
JUM
LAH
FOR
MA
SI
38
CO In
t•-• 1/40
0 e--1 CO CV If) CD
N
JEN
JAN
G J
AB
ATAN
Nu
tris
ioni
s Tin
gkat
Ter
ampi
l ' N
utrisi
o nis
Pe
laks
ana
Nu
tris
ioni
s Pe
laks
ana
Lanj
uta
n
Nu
tris
ionis
Pe
nye
lia
Nutr
isio
nis
Tin
gkat
Ah
li
Nu
tris
ioni
s Pe
rtam
a
Nu
tris
ionis
M
uda
Nu
tris
ioni
s M
adya
E-. 0 E-,
0 Z
al „c2 c> aS .13 (-) ,--1 N
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA
TAN
FU
NG
SIO
NA
L NU
TRIS
ION
IS
BA
SU
KI T.
PU
RN
AM
A
RS
KD
DU
RE
N SA
WIT
0 f.. X
. C," N 1n
RSU
D K
OJA
JUM
LAH
FO
RM
ASI
Cv) N ln
RSU
D BU
DH
I ASI
H
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N N ,--1 tf->
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
cr, c•-• in
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
AS
I '
N N N 1.0
RSU
D T
ARA K
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
. Cn N u->
DIN
AS K
ESE
HAT
AN
JUM
LAH
FOR
MAS
I
in o cr) d-
JEN
JAN
G JA
BAT
AN
Rad
iogr
afer
Pe
laks
ana
Rad
iogr
afer
Pel
aksa
na
Lanj
uta
n
Rad
iogr
afer
Pe
nye
lia
E--. 0
0 Z es ,c) o
KE
BU
TUH
AN
FOR
MA
SI
J AB
ATA
N F
UN
GS
ION
AL
RAD
IO G
RAF
ER
BA
SU
IC T.
PU
RN
AM
A
BA
SU
KI T
. P
UR
NA
MA
"Cj
d- CN
9-1 CN t•-• R
SU
D K
OJA
o cr) CN
RS
UD
BU
DH
I A
SIH
cv co
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
RS
UD
PA
SA
R R
EB
O
t•-• c=1
cv
CN
co
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
0 0
0 (0
DIN
AS
KE
SE
HA
TA
N
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
JEN
JAN
G J
AB
AT
AN
Per
eka
m M
edis
P
enyel
ia
o
KE
BU
TU
HA
N F
OR
MA
SI
JAB
AT
AN
FU
NG
SI O
NA
L P
ER
EK
AM
ME
DIS
RSU
D K
OJA
R
SK
D D
UR
EN
SAW
I T I
JUM
LAH
FO
RM
ASI
-1 ,—I
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N .--4 .-1 Cl-
RSU
D B
UD
HI A
SIH
JUM
LAH
FO
RM
ASI
N
RS
UD
PAS
AR
RE
BO
JUM
LAH
FOR
MA
SI
N
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
ASI
RSU
D T
AR
AK
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
DIN
AS K
ESE
HAT
AN
JUM
LAH
FO
RM
ASI
18
JEN
JAN
G J
AB
ATAN
Tekn
isi E
lekt
rom
edis
Pe
laks
ana
Tekn
isi Ele
ktro
med
is Pe
laks
ana
Lanj
uta
n
Tekn
isi Ele
ktro
med
is Pe
nye
lia
CO
CN
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA T
AN
FU
NG
SIO
NA
L TE
KN
ISI
ELE
KTR
OM
ED
IS
E
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
c.)
1 RS
KD
DU
RE
N S
AW
IT I
JUM
LAH
FO
RM
ASI
c., „, „, c, ...„ N.
1 R
SUD
KO
JA
5 o c... „ •--1 ,--I N ,—, l kr) X 1
-)
1-1
cv cS
C7)
v- v-
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LAH
FO
RM
ASI
1-1 1-1 cs
C‘I 1-1
v-
•-••I
cs cra
JUM
LAH
FO
RM
ASI
DIN
AS K
ES
EH
ATAN
KE
BUT
UH
AN
FO
RM
ASI
JAB
ATA
N F
UN
GSI
ON
AL
FISI
OTE
RAPI
S
RS
UD
CE
NG
KA
RE
NG
JUM
LAH
FO
RM
ASI
JE
NJ A
NG
JA
BAT
AN
F isi
o ter
apis
Tin
g kat
Te r
ampi
l
Fis
iote
rapi
s Tin
gka
t A
hli
Fis
iote
rap i
s Pe
nye
lia
Fis
iote
rap i
s M
uda
o cd ccS
BA
SU
KI T
. PU
RN
AM
A
KE
BU
TUH
AN
FO
RM
AS
I JA
BA T
AN
FU
NG
SIO
NA
L RE
FRA
KS
ION
IS O
P TIS
IEN
T-1
RSU
D K
OJA
R
SUD
BU
DH
I ASI
H
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
cv
JUM
LAH
FO
RM
ASI
CNI
CNI 9-1 cs Lfl
JUM
LAH
FO
RM
ASI
cv
DIN
AS K
ESE
HAT
AN
T—I tn
JUM
LAH
FO
RM
ASI
JEN
JAN
G J
ABAT
AN
Ref
raks
ion i
s O
ptis
ien
Pe
laks
ana
Re f
raks
ioni
s O
p tis
ien
Pe
nye
lia
o o cd
KE
BU
TU
HA
N F
OR
MA
SI
JAB
AT
AN
FU
NG
SI O
NA
L T
ER
AP
IS W
ICA
RA
12
Febr
uar i 20
16
RS
KD
DU
RE
N S
AW
IT R
SK
ID D
UR
EN
SA
WIT
I
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
1 C
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
, , i 0
I R
SU
D K
OJA
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
. i C
RS
UD
BU
DH
I A
SIH
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
.--1 ,--1 .--4 cf)
RSU
D P
ASA
R R
EB
O
JUM
LA
H F
OR
MA
SI
1 ,-1 ,.-1 C\1
RSU
D C
EN
GK
AR
EN
G
JUM
LA
H F
OR
MA
S I
N N •---. If)
RS
UD
TAR
AK
AN
JUM
LA
H F
OR
MA
S I
1 1 i CD
JE
NJ A
NG
JA
BA
TA
N
Ter
afis
Wic
ara
Pel
aksa
na
Ter
afis
Wic
ara
Pel
aksa
na
Lan
juta
n
Ter
afis
Wic
ara
Pe n
yel
ia
E--. 0 E—,
0 d A C-) Z
BA
SU
KI
T. P
UR
NA
MA