Gubernur... · Action Plan atas hasil pemeriksaan LKPD oleh BPK, dan melakukan verifikasi piutang...
Transcript of Gubernur... · Action Plan atas hasil pemeriksaan LKPD oleh BPK, dan melakukan verifikasi piutang...
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Daftar Tabel................................................................................................................. iv
Ringkasan Eksekutif................................................................................................... v
BAB I INFORMASI UMUM
A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan................................................................ 1
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan......................................................... 2
C. Penyajian Informasi................................................................................................. 4
BAB II HASIL PENGAWASAN TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
A. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
A.1 Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat..................................... 6
A.2 Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah.................................. 10
A.3 Penugasan SDM BPKP pada Instansi dan Pemda.......................................... 16
B. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset
B.1 Penghematan Pengeluaran Keuangan Negara................................................ 18
B.2 Pengelolaan Aset Negara................................................................................. 20
B.3 Evaluasi Penyerapan Anggaran....................................................................... 23
B.4 Verifikasi Pertanggungjawaban Dana Bantuan Hibah...................................... 25
C. Akuntabilitas Perwujudan Iklim Bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
C.1 Pembinaan dan Penyelenggaraan SPIP pada K/L dan Pemda....................... 26
C.2 Pencegahan KKN melalui Upaya Preventif – Edukatif..................................... 28
C.3 Pemberantasan KKN Melalui Upaya Represif.................................................. 36
C.4 Pemberian Keterangan Ahli.............................................................................. 38
C.5 Temuan Pemeriksaan Yang Belum Ditindaklanjuti.......................................... 39
D. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
D.1 Pengawasan Kinerja Program Prioritas Nasional............................................. 40
D.2 Pengawasan Kinerja Pelayanan Publik............................................................ 44
D.3 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)................... 45
D.4 Current Issues.................................................................................................. 45
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Target dan Realisasi Kegiatan Pengawasan Tahun 2014
Tabel 2 : Instansi Vertikal yang Dilakukan Pendampingan Penyusunan Laporan
Keuangan
Tabel 3 : Hasil Audit BPKP atas Laporan Keuangan Proyek yang Didanai PHLN
Selama Tahun 2014
Tabel 4 : Audit PHLN yang Telah Dilaksanakan Selama Tahun 2014
Tabel 5 : Persentase Perkembangan Opini BPK atas LKPD
Tabel 6 : Perkembangan Opini BPK atas LKPD
Tabel 7 : Perkembangan Opini atas Laporan Keuangan PDAM
Tabel 8 : Pemda yang Menggunakan Aplikasi SIMDA
Tabel 9 : Jumlah SDM BPKP Dipekerjakan pada K/L, Pemda dan Universitas
Berdasarkan Pemerintahan
Tabel 10 : Jumlah SDM BPKP Dipekerjakan pada Instansi Pemerintah Berdasarkan
Jabatan
Tabel 11 : Kegiatan Pengawasan terhadap BUMD dan Badan Lainnya pada Tahun
2014
Tabel 12 : Hasil Audit PKKN
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan v
RINGKASAN EKSEKUTIF
Untuk mewujudkan good governance dan clean government, diperlukan
pengelolaan keuangan yang akuntabel (akuntabilitas keuangan dan kinerja).
Akuntabilitas keuangan ditandai dengan kualitas opini pelaporan keuangan
pemerintah yang Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang didukung dengan
pengelolaan keuangan yang tertib dalam Wilayah Tertib Administrasi (WTA).
Akuntabilitas kinerja yang baik ditandai dengan terwujudnya Wilayah Bebas dari
Korupsi (WBK) di seluruh instansi pemerintah sehingga program pembangunan
yang mengedepankan pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment
terselenggara dengan efisien dan efektif.
Hasil pengawasan BPKP tahun 2014 diarahkan terhadap empat perspektif
pengawasan akuntabilitas, yaitu pelaporan keuangan negara, kebendaharaan umum
negara dan pengelolaan aset, perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan
bersih, serta pengelolaan program lintas sektoral.
A. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2013 di wilayah
Provinsi Kepulauan Riau telah mendapat opini dari Perwakilan Badan Pemeriksaaan
Keuangan (BPK) Provinsi Kepulauan Riau, yaitu lima pemda mendapat opini terbaik
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan tiga pemda mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP). Lima pemda yang mendapat opini WTP tersebut adalah
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Karimun, dan Kabupaten Natuna. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Anambas,
Kabupaten Lingga, dan Kota Tanjungpinang masih mendapatkan opini WDP.
Keadaan ini tidak berubah dari Opini untuk Laporan Keuangan Tahun 2012. Selain
itu, dari hasil audit eksternal auditor atas laporan keuangan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) tahun 2013 di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, terdapat satu
PDAM, yaitu PDAM Tirta Kepri yang memperoleh opini WTP. Pada Tahun 2014,
Perwakilan BPKP Prov. Kepulauan Riau melakukan pembinaan terhadap delapan
Pemda Provinsi Kepulauan Riau serta satuan-satuan kerja K/L di wilayah Provinsi
Kepulauan Riau yang meliputi kegiatan pendampingan penyusunan, reviu laporan
keuangan, implementasi SIMDA dengan versi Akrual Basis.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan vi
Permasalahan terhadap Laporan Keuangan Tahun 2013 adalah:
a. Belum memadainya SPIP;
b. Kelemahan pengelolaan belanja barang, modal dan batuan sosial (bansos);
c. Kurang tertibnya pengelolaan aset;
d. Pencatatan transaksi yang kurang akurat dan tidak tepat waktu;
e. Pengelolaan dana bergulir belum memadai;
semua itu terutama karena kurang memadainya kompetensi SDM pengelola
keuangan.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan menuju WTP, kegiatan pengawasan BPKP di fokuskan pada
penyelesaian permasalahan antara lain berupa pengelolaan barang milik
Negara/daerah, pembinaan penyelenggaran SPIP, melakukan asistensi Penyusunan
Action Plan atas hasil pemeriksaan LKPD oleh BPK, dan melakukan verifikasi
piutang PBB-P2 serta penugasan pegawai ke Instansi Vertikal dan Pemda.
B. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset
Pengawasan akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara dan
pengelolaan aset diprioritaskan pada penghematan pengeluaran keuangan negara.
Hasil pengawasan selama tahun 2014 menghasilkan penghematan pengeluaran
keuangan negara sebesar Rp2.574.683.366,00 dari koreksi atas tagihan pihak
ketiga. Selain itu Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau juga telah melakukan
verifikasi terhadap hutang Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Guru Agama serta
terhadap klaim dana Jamkesmas Rumah Sakit di wilayah Provinsi Kepulauan Riau,
masing-masing sebesar Rp9.424.415.592,00, Rp4.121.654.200,00, dan
Rp15.743.402.581,95.
C. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan
Bersih
Untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara, Perwakilan BPKP Provinsi
Kepulauan Riau juga mendorong terbangunnya iklim bagi terselenggaranya
pemerintahan yang baik dan bersih. Hal tersebut dilaksanakan melalui upaya
pengawasan represif yang telah menghasilkan potensi penyelamatan keuangan
negara sebesar Rp9,46 miliar. Upaya represif terutama untuk menimbulkan efek jera
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan vii
dalam rangka mengungkapkan kasus yang diduga merugikan keuangan negara
yang dilakukan melalui audit investigatif, audit penghitungan kerugian keuangan
negara, dan pemberian keterangan ahli. Perwakilan juga melakukan upaya preventif
– edukatif melalui kegiatan Sosialisasi Program Anti Korupsi untuk pelajar, Fraud
Control Plan di Dinas pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau, dalam hal ini
Kantor Pelayanan Pajak Kota Batam, Koordinasi Supervisi pencegahan Korupsi
Bidang APBD, Pendapatan dan Pertambangan, Bimbingan Teknis Sistem
Pengendalian Intern, Sosialisasi Good Corporate Gevernance, Probity Audit serta
peningkatan kapabilitas APIP.
D. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau memprioritaskan pengawasan
terhadap program strategis yang menekankan pada audit efisiensi, keekonomisan
dan keefektifan pelaksanaan program/kegiatan. Selama tahun 2014, Perwakilan
BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan pengawasan atas beberapa
kegiatan yang mendukung program penanggulangan kemiskinan, antara lain
pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
dan Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) yang bertujuan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan usaha ekonomi masyarakat. Selain
itu Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau juga melakukan monitoring Program
Prioritas Pembangunan Nasional, evaluasi Lakip dan evaluasi Program Raskin.
Hasil pengawasan menunjukan kinerja kedua program tersebut diatas berada
dalam level cukup memadai. Sedangkan hasil monitoring Program Prioritas
Pembangunan Nasional menunjukan Puskesmas dan Rumah Sakit belum siap
melaksanakan program BPJS. Pelaksanaan program Raskin di nilai cukup berhasil
dalam memfasilitasi upaya pemerintah dalam mengurangi beban masyarakat (RTS-
PM) dalam memenuhi kebutuhan pokok pangan.
Terhadap permasalahan program bantuan sosial dan program Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH), Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah mengevaluasi
terhadap program-program tersebut, dimana masih terdapat beberapa kelemahan
dalam pelaksanaan Program yang harus diperbaiki.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 1
BAB I INFORMASI UMUM
A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan
Kebijakan pengawasan dan pembinaan BPKP dalam rangka peningkatan
kualitas akuntabilitas keuangan negara tahun 2014 secara umum mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) yang mencakup:
a. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara terhadap kegiatan
tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
kebendaharaan umum negara (berdasarkan penetapan oleh menteri keuangan
selaku bendahara umum negara), serta kegiatan lain berdasarkan penugasan
dari presiden;
b. Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang berupa pendampingan
dalam penyusunan laporan keuangan untuk instansi vertikal;
c. Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan
dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi Auditor Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP).
Untuk dapat memberikan nilai tambah pada setiap kegiatan pengawasan,
penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan juga memperhatikan amanah
yang diberikan kepada BPKP dan peraturan perundang-undangan yang harus
dilaksanakan oleh BPKP, yaitu sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
b. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pedoman
Pemberantasan Korupsi;
c. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara;
d. Inpres Nomor 17 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 dan terakhir Inpres Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 2
Secara khusus menindaklanjuti arahan presiden dan wakil presiden, BPKP
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara konsisten untuk:
a. Berperan dan berfungsi sebagai lembaga auditor internal pemerintah yang
efektif;
b. Bekerja sama dan meningkatkan kerja sama dalam rangka meningkatkan
kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara pada K/L dan pemda;
c. Bersinergi, berkoordinasi, serta melakukan sinkronisasi dengan
BPK dan lembaga internal pada instansi pemerintah lainnya;
d. Memberikan perhatian khusus terhadap pengawasan pengadaan barang dan
jasa, terutama pada K/L dan pemda yang anggarannya besar karena rawan
penyimpangan;
e. Memberikan pendampingan terkait pengelolaan keuangan daerah karena
banyaknya pejabat/pengelola keuangan daerah yang belum memahami
administrasi pengelolaan keuangan daerah;
f. Membantu K/L dan pemda yang masih memperoleh opini disclaimer agar dapat
meningkatkan kualitas opininya menjadi lebih baik;
g. Melaksanakan Quality Assurance reformasi birokrasi dimana Kepala BPKP
ditunjuk sebagai Ketua Quality Assurance Tim Reformasi Birokrasi Nasional;
h. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan yang
dilakukan bersama dengan UKP-PPP dan Bappenas secara komprehensif dan
terpadu.
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan
Berdasarkan kebijakan pengawasan dan pembinaan BPKP Tahun 2014
disusun Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T) Tahun
2014. PKP2T berisi berbagai jenis penugasan pengawasan terhadap akuntabilitas
keuangan negara dan pembinaan penyelenggaran SPIP pada instansi pemerintah.
Target dan realisasi kegiatan pengawasan tahun 2014 dapat dilihat di Tabel 1
dibawah ini.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 3
Tabel 1 Target dan Realisasi Kegiatan Pengawasan Tahun 2014
NO. KEGIATAN PENGAWASAN
TARGET TH 2014 REALISASI
OUTPUT ANGGARAN OUTPUT ANGGARAN
(LAP) Rp (ribu) (LAP) % Rp (ribu) %
Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
I. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara
1. Pengawasan lintas sektor 29 434.384 29 100 333.619 77
2. Pengawasan BUN 22 272.975 22 100 249.073 91
3.
Pengawasan atas
permintaan presiden dan
kabinet, penerimaan
negara, permintaan
stakeholder, kinerja
pelayanan publik bidang
keuangan daerah
43 551.663 43 100 393.201 71
4.
Bimbingan teknis (bimtek)
dan asistensi penyusunan
LKKL
15 107.600 15 100 78.410 73
5.
Bimbingan teknis (bimtek)
dan asistensi penyusunan
LKPD
19 700.907 19 100 261.988 37
6.
Pengawasan atas proyek
PHLN 8 112.740 8 100 60.894 54
7.
Bimtek dan asistensi GCG
dan penyusunan laporan
keuangan BUMD 7 73.251 7 100 34.883 48
8.
Pengawasan atas kinerja
BUMD 6 106.296 6 100 69.534 65
9.
Korsupgah dan sosialisasi
masalah korupsi 6 45.450 6 100 24.841 55
10.
Bimtek dan asistensi
implementasi fraud
control plan (FCP)
1 10.220 1 100 770 8
11.
Audit investigasi atas
HKP, eskalasi dan klaim,
penghitungan kerugian
keuangan negara,
pemberian keterangan
ahli, dan audit investigasi
atas permintaan instansi
penyidik dan instansi
lainnya
25 358.190 22 88 170.361 48
12.
Sosialisasi dan bimtek
penerapan Jabatan
Fungsional Auditor (JFA)
2 19.450 2 100 11.086 57
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 4
NO. KEGIATAN PENGAWASAN
TARGET TH 2014 REALISASI
OUTPUT ANGGARAN OUTPUT ANGGARAN
(LAP) Rp (ribu) (LAP) % Rp (ribu) %
APIP daerah
13.
Sosialisasi, bimtek, dan
evaluasi penerapan tata
kelola APIP daerah
8 74.000 8 100 48.726 66
Sub Jumlah 201 2.867.176 188 94 1.737.386 61
II. Peningkatan penyelenggaraan SPIP sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan pemda
1.
Pembinaan
penyelenggaraan SPIP 19 390.415 19 100 142.885 37
Sub Jumlah 19 390.415 19 100 142.885 37
JUMLAH 210 3.257.591 207 99 1.880.271 58
Selama tahun 2014, realisasi jumlah output penugasan (OP) sebanyak 207
laporan atau 99% dari target tahunan sebanyak 210 laporan. Rincian target dan
realisasi output kegiatan pengawasan selama tahun 2014 dapat terlihat pada
tabel 1.
C. Penyajian Informasi
Sebagai auditor internal pemerintah, BPKP melaksanakan kegiatan
pengawasan yang bersifat assurance dan consulting kepada para stakeholders-nya
yang diharapkan dapat meningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara melalui
pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, serta
lebih mengefektifkan fungsi pengawasan intern di lingkungan instansi pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara dilakukan dalam upaya mencapai Wilayah Tertib Administrasi
(WTA).
Untuk memberikan informasi mengenai kondisi WTA, penyajian informasi
hasil pengawasan dikelompokkan dalam 4 (empat) perspektif akuntabilitas, yaitu:
a. Akuntabilitas pelaporan keuangan;
b. Akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset;
c. Akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih;
d. Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 5
Gambar Perspektif Penyajian Informasi Hasil Pengawasan
*
Hasil Pengawasan: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Negara
B
Optimalisasi Penerimaan Negara, Peningkatan Cost Recovery Saving (Klaim, Eskalasi Harga, Cost Recovery Bidang Migas), dan Pengelolaan Aset Negara
AKUNTABILITAS PEWUJUDAN IKLIM BAGI
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS
SEKTORAL
Indikator: Indikator:
Pengungkapan Kasus/Pelanggaran yang Diduga Merugikan Keuangan Negara dan Penyelenggaran SPIP, FCP, dan GCG
Peningkatan Efisiensi, Keekonomisan dan Efektifitas Program Lintas Sektoral, Kinerja Pelayanan Publik, Penanganan Hambatan Kelancaran Pembangunan (Debotklenecking)
AKUNTABILITAS
PELAPORAN KEUANGAN NEGARA
Indikator:
Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan pada K/L dan Pemda
A
AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA
DAN PENGELOLA ASET
Indikator:
C D
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 6
BAB II HASIL PENGAWASAN TERHADAP
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
A. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan pemerintah disusun berdasarkan sistem dan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan disampaikan secara tepat waktu. Hal ini
tercantum dalam Pasal 30-32 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
yang menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan keuangan negara oleh Presiden selaku kepala
pemerintahan dan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara dan para
Gubernur, Bupati, Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah. Laporan keuangan pemerintah meliputi Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Salah satu indikator kualitas laporan keuangan adalah perolehan opini BPK
atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Sebagai auditor intern pemerintah,
BPKP bersama-sama dengan APIP lainnya berkewajiban untuk meningkatkan dan
menjaga kualitas laporan keuangan pemerintah (LKPP, LKK/L/BUN, dan LKPD).
Upaya lain yang dilakukanoleh BPKP adalah melalui kegiatan pendampingan
pengelolaan keuangan dan penyusunan LKKL, Audit atas Laporan Keuangan
Proyek yang Didanai Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), kegiatan
pendampingan reviu atas LKPD, kegiatan pendampingan pengelolaan dan
penyusunan LKPD.
A.1 Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
A.1.1 Pendampingan Pengelolaan Keuangan dan Penyusunan LKKL
Kegiatan pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan untuk
instansi vertikal pada tahun 2014 telah dilaksanakan untuk 13 (tiga belas) instansi
vertikal, yaitu dalam rangka dukungan Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga (LKKL), dengan uraian sebagai berikut :
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 7
Tabel 2
Instansi Vertikal yang Dilakukan Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan
No SKPD Yang dilakukan Pendampingan Opini
1. Kementerian Pekerjaan Umum (Satuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
3. Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau)
WTP
4. Kepolisian Republik Indonesia (Kepolisian Daerah Kepulauan Riau)
WTP
5. Kementerian Kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
6. Badan Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
7. Badan Pertanahan Nasional (Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
8. Kementerian Pertanian (Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Riau)
WTP
9. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kepulauan Riau)
WDP
10. Komisi Pemilihan Umum (Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau)
WDP
11. Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau)
WDP
12. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau)
Disclaimer
13. BP Batam Disclaimer
Sasaran pendampingan penyusunan laporan keuangan tahun 2013 adalah
membantu K/L untuk:
a. Mendorong pelaksanaan tindak lanjut audit BPK atas laporan keuangan
tahun 2013;
b. Meyakinkan bahwa prosedur rekonsiliasi realisasi APBN 2013 dengan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan telah dilaksanakan;
c. Melihat kesesuaian antara realisasi belanja modal tahun 2013 dan anggaran
serta pencatatan aset tetap pada SIMAK BMN;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 8
d. Meyakinkan kewajaran pelaporan saldo awal dan pengelolaan aset tetap;
e. Memastikan dipatuhinya peraturan perundang-undangan terkait dengan
pelaporan keuangan oleh para pelaksana;
f. Mengungkapkan kejadian-kejadian yang material yang mempengaruhi laporan
keuangan untuk dicatat di dalam CaLK dengan pengungkapan yang cukup (full
disclosure);
g. Meyakinkan bahwa barang persediaan pengadaan pusat yang dikirim ke daerah
(satuan kerja) dan masih dalam perjalanan per 31 Desember 2013 telah
dilakukan rekonsiliasi kebenarannya dengan pihak pengirim (instansi pusat);
h. Meyakinkan bahwa penyajian nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada laporan keuangan telah sesuai dengan keadaannya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI terhadap Laporan Keuangan K/L
tahun 2013, masih terdapat lima K/L yang belum memperoleh opini WTP atas
laporan keuangan, yaitu Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Kepulauan Riau), Komisi Pemilihan Umum (membawahi KPUD Provinsi
Kepulauan Riau), Badan Pengawas Pemilihan Umum (membawahi Bawaslu
Provinsi Kepulauan Riau), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan
Riau) dan BP Batam.
Permasalahan yang ditemui dalam pembimbingan penyusunan LKKL
sebagian besar mengenai CaLK yang belum sesuai dengan format CaLK pada
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30
Desember 2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/ Lembaga karena penjelasan CaLK di bagian pos-pos neraca belum disajikan
secara informatif. Permasalahan tersebut telah diperbaiki pada saat pendampingan.
Sedangkan untuk BP Batam permasalahan Laporan Keuangan tahun 2013, terkait
dengan tidak memadainya dalam jumlah yang sangat material pencatatan atas aset
tetap, panjar, piutang, aset tidak berwujud dan kewajiban jangka panjang. Untuk itu
Perwakilan BPKP Prov. Kepulauan Riau telah melakukan pendampingan untuk
penataan aset tetap serta reviu terhadap laporan keuangan.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 9
A.1.2 Audit atas Laporan Keuangan Proyek yang Didanai Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri (PHLN)
Upaya untuk peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan dan pelaporan
keuangan pemerintah juga dilakukan Perwakilan BPKP Kepulauan Riau melalui
kegiatan yang bersifat assurance dalam bentuk audit atas laporan keuangan proyek
yang didanai PHLN.
Pada periode tahun 2014 telah dilakukan audit terhadap dua laporan
keuangan PHLN untuk memenuhi permintaan pihak lenders/donor. Seluruh laporan
keuangan proyek PHLN tersebut memperoleh opini WTP dengan rincian pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Audit BPKP atas Laporan Keuangan Proyek yang Didanai PHLN
Selama Tahun 2014
No LENDER
(GRANT/LOAN) NAMA PROGRAM JENIS OPINI
1 IBRD PNPM Mandiri Perdesaan WTP
2 IDB PNPM Mandiri Perkotaan WTP
Perolehan opini WTP atas laporan keuangan proyek yang didanai oleh PHLN
ini telah diaudit Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau dan disampaikan tepat
waktu kepada lenders/donor sehingga meningkatkan kepercayaan lenders/donor
kepada pihak pemerintah.
Mengingat strategisnya proyek PHLN ini, baik dilihat dari jumlah alokasi dana
maupun banyaknya cakupan beneficiaries/target groups, maka capaian opini WTP
menjadi salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan kesinambungan
kegiatan dan pendanaan proyek selanjutnya.
Adapun audit PHLN yang telah dilaksanakan selama tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 10
Tabel 4 Audit PHLN yang Telah Dilaksanakan Selama Tahun 2014
No Nama Kegiatan Keterangan
1 PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2013 (Loan IBRD No.7867/8079, TF 098819/098862, IFAD 755)
IBRD
2 PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2013 (Loan IBRD No.7867/8079, TF 098819/098862, IFAD 755)
IBRD
3 PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Lingga Tahun Anggaran 2013 (Loan IBRD No.7867/8079, TF 098819/098862, IFAD 755)
IBRD
4 PNPM Mandiri Perdesaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2013 (Loan IBRD No.7867/8079, TF 098819/098862, IFAD 755)
IBRD
5 PNPM Mandiri Perkotaan Kota Batam Tahun Anggaran 2013 (Loan IDB IND 147 Istisna'a IDB IND-148 Jeddah Declaration IND-149 ISFD IND-150 dan Grant IND-151)
IDB
6 PNPM Mandiri Perkotaan Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2013 (Loan IDB IND 147 Istisna'a IDB IND-148 Jeddah Declaration IND-149 ISFD IND-150 dan Grant IND-151)
IDB
7 PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2013 (Loan IDB IND 147 Istisna'a IDB IND-148 Jeddah Declaration IND-149 ISFD IND-150 dan Grant IND-151)
IDB
8 PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2013 (Loan IDB IND 147 Istisna'a IDB IND-148 Jeddah Declaration IND-149 ISFD IND-150 dan Grant IND-151)
IDB
A.2 Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah daerah
Terkait dengan pemerintah daerah sebagai sebuah entitas pelayanan publik,
penciptaan good governance merupakan tuntutan yang harus dilakukan dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, yang salah satunya adalah
akuntabilitas yang harus dilaporkan secara akurat dan tepat waktu tentang informasi
yang terkait dengan pertanggungjawaban anggaran dan kinerja. Bentuk
pertanggungjawaban akuntabilitas pemda tersebut adalah penerbitan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
A.2.1 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Berdasarkan hasil audit Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Provinsi Kepulauan Riau atas LKPD Tahun 2013, terdapat 8 (delapan) hasil audit
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 11
yang telah diterbitkan. Opini hasil audit keuangan Perwakilan BPK Provinsi
Kepulauan Riau terhadap LKPD masih tetap seperti tahun sebelumnya, yaitu opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) diberikan untuk LKPD Tahun 2013 lima Pemda
(Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna dan Kota Batam) dan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
untuk LKPD Tahun 2013 tiga pemda (Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten
Lingga dan Kota Tanjungpinang). Perkembangan opini BPK atas LKPD tahun 2011-
2013 terlihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 5
Persentase Perkembangan Opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2013
NO JENIS OPINI
JUMLAH PEMDA
2011 2012 2013
1 WTP 2 25,00% 5 63% 5 63%
2 WDP 6 75,00% 3 37% 3 37%
3 TMP - - - - - -
4 TW - - - - - -
JUMLAH 8 100,00% 8 100,00% 8 100,00%
Tabel 6 Perkembangan Opini BPK atas LKPD
Tahun 2011-2013
No. Pemda 2011 2012 2013
1 Provinsi Kepulauan Riau WTP WTP WTP
2 Kota Batam WDP WTP WTP
3 Kota Tanjungpinang WDP WDP WDP
4 Kabupaten Bintan WTP WTP WTP
5 Kabupaten Karimun WDP WTP WTP
6 Kabupaten Natuna WDP WTP WTP
7 Kabupaten Lingga WDP WDP WDP
8 Kabupaten Kepulauan Anambas
WDP WDP WDP
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 12
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam,
Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Natuna Tahun 2013 telah
mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Perwakilan BPK Provinsi
Kepulauan Riau atau 63% dari laporan keuangan pemda yang ada. Sedangkan
untuk opini WDP yang diberikan terhadap Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga,
dan Kabupaten Kepulauan Anambas, secara umum kondisinya sebagai berikut:
a. Efektivitas SPIP pemda yang bersangkutan belum optimal. Hal ini terbukti
dengan lemahnya pengendalian intern dalam pengelolaan akun kas, piutang,
persediaan, pengelolaan aset;
b. Kelemahan penganggaran dan penggunaan belanja barang, modal dan batuan
sosial (bansos);
c. Kurang tertibnya penyusunan dan penerapan kebijakan akuntansi pemda;
d. Pencatatan transaksi yang kurang akurat dan tepat waktu;
e. Kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan;
f. Pengelolaan dana bergulir belum memadai;
g. Masih kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pemda.
Selain dari opini BPK, kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan juga dapat
dilihat dari hasil audit terhadap kewajaran penyajian informasi keuangan pada
laporan keuangan BUMD terutama PDAM. Hasil audit atas laporan keuangan BUMD
menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance
BUMD. Dari hasil audit atas laporan keuangan PDAM tahun 2013 di wilayah Provinsi
Kepulauan Riau, terdapat satu PDAM atau 33% dari total tiga PDAM yang
memperoleh opini WTP, sedangkan dua PDAM lainnya tidak dilakukan audit atas
laporan keuangan oleh kantor akuntan publik. Perkembangan hasil audit atas
laporan keuangan PDAM tahun 2012-2013 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perkembangan Opini Audit atas Laporan Keuangan PDAM
No. Opini Jumlah PDAM
Tahun 2012 Tahun 2013
1. WTP 2 67% 1 33%
2. WDP 0 0 0 0
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 13
No. Opini Jumlah PDAM
Tahun 2012 Tahun 2013
3. TMP 0 0 0 0
4. TW 0 0 0 0
Jumlah 2 67% 1 33%
Kami menyarankan kepada Gubernur Kepulauan Riau untuk mendorong
pemda-pemda yang belum mendapat opini WTP agar menindaklanjuti rekomendasi
BPK serta meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangannya melalui perbaikan
sistem pengendalian intern pemerintah, pembenahan asset dan dana bergulir, serta
meningkatkan kualitas SDM pengelola keuangan dan kegiatan.
A.2.2 Upaya Peningkatan Kualitas LKPD
Upaya BPKP untuk membantu pemda dalam meningkatan kualitas LKPD,
antara lain melalui kegiatan pembimbingan teknis/asistensi kepada pemda dalam
pengelolaan keuangan, penyusunan LKPD dan pendukungnya (BUMD, BLUD, dan
badan lainnya), pemberian bantuan dalam mereviu penyusunan LKPD, pembinaan
dan penguatan SPIP, pemberian jasa assurance terkait, serta pembinaan
kompetensi inspektorat provinsi, kabupaten dan kota.
Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa kegiatan pembinaan terhadap
tujuh pemda atau 87,50% dari delapan pemda terkait dengan penyusunan Laporan
Keuangan. Lingkup kegiatan pembinaan untuk tahun 2014, antara lain dalam
bentuk:
a. Pendampingan reviu atas LKPD;
b. Pendampingan penyusunan LKPD, termasuk penataan BMD;
c. Peningkatan kompetensi APIP;
A.2.2.1 Pendampingan Reviu atas LKPD
Dalam rangka membantu pemda melakukan peningkatan kualitas LKPD tahun 2013,
BPKP telah melakukan pendampingan penyusunan LKPD terhadap enam pemda
yang dilanjutkan dengan pendampingan reviu atas LKPD tahun 2013.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 14
Pendampingan reviu atas LKPD dilakukan terhadap tiga inspektorat kabupaten/kota
dengan tujuan :
1. Memberikan keyakinan terbatas atas akurasi, kehandalan dan keabsahan
informasi serta pengakuan, pengukuran dan pelaporan transaksi yang sesuai
dengan Standar Akuntansi pemerintahan (SAP),.
2. Meningkatkan/memperbaiki sistem pengendalian intern tata kelola
penatausahaan dan pengelolaan keuangan yang bermuara pada peningkatan
kualitas LKPD (Neraca, LRA, LAK, dan CaLK),
3. Mempercepat penyelesaian tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK atau
APIP dalam rangka mencapai opini WTP dan meningkatkan kompetensi auditor
APIP dalam melakukan tugasnya.
4. Terlaksananya transfer of knowledge atas penyelenggaraan akuntansi dan
penyajian Laporan Keuangan.
A.2.2.2 Pendampingan Penyusunan LKPD
Pada tahun 2014, jumlah pemda yang didampingi sebanyak tujuh pemda,
dengan prioritas utama kepada pemda yang laporan keuangannya belum
memperoleh opini WTP. Tujuan pendampingan penyusunan LKPD adalah
meningkatkan kualitas LKPD yang sesuai dengan Standar Akuntansi pemerintahan
(SAP) dan membantu terlaksananya transfer of knowledge atas penyusunan laporan
keuangan.
Terhadap pemda yang belum mendapatkan opini WTP, Perwakilan BPKP
Kepulauan Riau bersama pemda-pemda terkait melakukan pemetaan dan
penyusunan Rencana Aksi Peningkatan Opini Laporan Keuangan, yaitu kegiatan
asistensi penataan aset, pencatatan dana bergulir, verifikasi piutang pajak bumi
bangunan, dan pembinaan SPIP.
Pendampingan penyusunan Laporan Keuangan dan Pengelolaan APBD,
sebagian menggunakan program aplikasi SIMDA Keuangan yaitu untuk Kabupaten
Karimun, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pendampingan
untuk ketiga pemda lainnya, yakni Kota Batam, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten
Lingga masih manual (tidak menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan). Dengan
menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan, proses pencatatan keuangan, yaitu
penganggaran, penatausahaan, dan penyusunan laporan keuangan, dilakukan
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 15
secara terkomputerisasi sehingga dapat meningkatkan kecepatan, keakuratan, dan
kesesuaian pemrosesan informasi keuangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sampai dengan tahun 2014, jumlah pemda yang telah
mengimplementasikan SIMDA adalah sebanyak tujuh pemda, yaitu Provinsi
Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota
Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga. Jenis SIMDA
yang diimplementasikan meliputi SIMDA Keuangan yang berfokus pada
penatausahaan keuangan daerah (tujuh pemda), SIMDA BMD yang berfokus pada
manajemen aset (tujuh pemda), SIMDA Gaji yang berfokus pada penatausahaaan
gaji, dan SIMDA Pendapatan yang berfokus pada penatausahaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Pemda yang menggunakan aplikasi SIMDA tercantum di Tabel 8 di bawah
ini:
Tabel 8 Pemda yang Menggunakan Aplikasi SIMDA
No PEMDA SIMDA
KETERANGAN KEUANGAN BMD PENDAPATAN
1 Provinsi Kepulauan Riau
√ √ -
2 Kota Tanjungpinang
√ √ √ Simda pendapatan, dalam proses implementasi awal
3 Kota Batam √ √ - Simda Keuangan dalam proses implementasi awal
4 Kabupaten Bintan √ √ √ Simda pendapatan, dalam proses implementasi awal
5 Kabupaten Karimun
√ √ -
6 Kabupaten Natuna
- - -
7 Kabupaten Lingga √ √ - Simda Keuangan dalam proses implementasi awal
8 Kabupaten Kepulauan Anambas
√ √ -
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 16
Dengan mulai diberlakukannya standar Akrual Basis dalam sistem akuntansi
keuangan pemerintah, maka Perwakilan BPKP Prov. Kepulauan Riau juga telah
memberikan kegiatan sosialisasi Akrual Basis, pendampingan penyusunan
Kebijakan Akuntansi dan Sistem Prosedur serta implementasi SIMDA versi terbaru
yang sudah mengadopsi Akrual Basis yang telah dikembangkan oleh BPKP.
Kegiatan ini akan terus berlanjut ditahun 2015 sehingga nantinya Laporan Keuangan
Tahun 2015 Pemerintah Daerah se Provinsi Kepulauan Riau sudah disusun
menggunakan Akrual Basis.
Percepatan implementasi sistem akuntansi dengan Akrual Basis untuk
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, memerlukan petugas pengelola
keuangan yang handal. Agar hal tersebut terwujud, diperlukan adanya peningkatan
kompetensi SDM APIP pada pemda yang dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan secara terprogram, pemberian sosialisasi, bimbingan teknis, dan workshop
di bidang akuntansi dan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kami sarankan kepada Gubernur Kepulauan Riau untuk mendorong Bupati
dan Walikota sewilayah Prov. Kepulauan Riau untuk meningkatkan kapasitas
pengelola keuangan dan penggunaan Program/ Aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan sistem akuntansi Akrual Basis.
A.2.2.3 Peningkatan Kompetensi SDM APIP
Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan juga diperlukan auditor
yang memahami teknis akuntansi dan teknis auditing. Agar hal tersebut terwujud,
diperlukan adanya peningkatan kompetensi SDM APIP pada pemda yang dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan secara terprogram, pemberian sosialisasi,
bimbingan teknis, dan workshop di bidang akuntansi dan keuangan yang sesuai
dengan kebutuhan. Ditambahkan kegiatan yang terkait (diklat SPIP,diklat RLKP,
bimtek tata kelola APIP)
A.3. Penugasan SDM BPKP pada Instansi dan Pemda
Dalam rangka percepatan peningkatan kualitas proses pengelolaan keuangan
Pemerintah diperlukan SDM yang handal dan memiliki komitmen yang tinggi.
Beberapa Instansi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau mengajukan permintaan
tenaga dipekerjakan dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan. Sampai
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 17
dengan tahun 2014 BPKP telah menugaskan 17 (tujuh belas) pegawai untuk
diperkerjakan pada 1 (satu) K/L sebanyak 4 orang dan 5 pemda sebanyak 11 orang
dan 1 Universitas sebanyak 2 orang, dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
Tabel 9 dan table 10.
Tabel 9
Jumlah SDM BPKP Dipekerjakan pada K/L , Pemda dan Universitas
Berdasarkan Pemerintahan
No. Pemerintahan Pegawai
1. BP Batam 4
2. Pemda 11
3. Universitas Maritim Raja Ali Haji 2
Jumlah 17
Tabel 10
Jumlah SDM BPKP Dipekerjakan pada Instansi Pemerintah
Berdasarkan Jabatan
No. Jabatan Jumlah
1. Eselon II 7
2. Eselon III 9
3. Eselon IV 1
Jumlah 17
B. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN PENGELOLAAN ASET
Kebendaharaan umum negara (BUN) adalah kegiatan pengelolaan kas,
utang dan hibah, investasi pemerintah, penerusan pinjaman, transfer ke daerah,
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 18
belanja subsidi dan belanja lain-lain, serta transaksi khusus badan lainnya oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
Pengawasan BPKP terhadap akuntabilitas kegiatan BUN dilaksanakan
berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan, sesuai dengan ketentuan Pasal 49
(2).b. PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntern Pemerintah.
Tujuan pengawasan intern atas kegiatan BUN adalah menilai apakah kinerja
pengelolaan kegiatan BUN telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Indikator keberhasilan atas pengawasan akuntabilitas pengelolaan BUN
pada saat ini difokuskan terhadap optimalisasi penerimaan negara, penghematan
cost saving, pengelolaan aset negara, dan penyerapan anggaran.
B.1 Penghematan Pengeluaran Keuangan Negara
Pengawasan terhadap pengeluaran keuangan negara dilaksanakan
terhadap beberapa kegiatan yang dinilai masih dapat ditingkatkan penghematannya.
Pengawasan dilakukan terhadap pengeluaran keuangan negara yang berasal dari
klaim pengadaan barang dan jasa dan tagihan pihak ketiga yang telah menghasilkan
potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp2.574.683.366,00
B.1.1 Tagihan Pihak Ketiga dan Audit Operasional
Pengawasan terhadap pengeluaran keuangan negara untuk kegiatan
operasional instansi pemerintah dilaksanakan terhadap pengajuan pembayaran
tagihan pihak ketiga kepada instansi tersebut. Potensi penghematan/koreksi atas
nilai pengajuan pembayaran yang dihasilkan dari audit ini sebesar
Rp2.574.683.366,00
Tagihan pihak ketiga dan audit operasional yang cukup materiil, antara lain:
1) PNPM Mandiri Perdesaan pada Kabupaten Bintan, terdapat kelebihan
pembayaran atas pekerjaan fisik senilai Rp15.301.221,00, kuitansi bukti biaya
konsumsi yang tidak dapat dinyakini kebenarananya senilai Rp3.120.000,00,
penyalahgunaan uang angsuran pinjaman Kelompok UEP sebesar
Rp7.002.000,00, dan sisa uang muka DOK yang belum dipertanggungjawabkan
sebesar Rp1.211.000,00.
2) PNPM Mandiri Perdesaan pada Kabupaten Karimun, Terdapat kelebihan
pembayaran dalam penggantian biaya transportasi peserta pelatihan senilai
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 19
Rp3.125.000,00, dan bukti pembayaran biaya sewa alat berat pada TPK Sungai
Asam melebih jumlah yang dibayarkan senilai Rp3.200.000,00.
3) Hasil verifikasi atas kekurangan pembayaran Tunjangan Profesi Guru PNSD
untuk wilayah provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa Tunjangan Profesi
Guru PNSD yang harus dibayar Pemerintah adalah sebesar
Rp9.424.415.592,00.
Hasil verifikasi juga menunjukkan terdapat kelebihan pembayaran Tunjangan
Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (TPG-PNSD) kepada sejumlah guru
karena jumlah jam mengajarnya kurang, mengajar tidak sesuai dengan mata
pelajaran dalam sertifikat pendidik, menjalankan cuti, pensiun, dan promosi ke
jabatan struktural, yang terjadi pada enam kabupaten dan kota (Kota Batam,
Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna. Kelebihan
pembayaran tersebut sebesar Rp223.186.176,00;
4) Hasil verifikasi atas kekurangan pembayaran Tunjangan Profesi Guru Agama
untuk wilayah provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa Tunjangan Profesi
Guru Agama yang harus dibayar Pemerintah adalah sebesar
Rp4.121.654.200,00.
Hasil verifikasi juga menunjukkan terdapat kelebihan pembayaran TPG Agama
kepada sejumlah guru karena jumlah jam mengajarnya kurang, menjalankan
cuti, pensiun, yang terjadi pada 2 (dua) kabupaten (Kabupaten Bintan,
Kabupaten Natuna). Kelebihan pembayaran tersebut bertotal sebesar
Rp127.595.275,00;
5) Hasil audit klaim dana Jamkesmas atas Rumah Sakit-Rumah Sakit di wilayah
Provinsi Kepulauan Riau menghasilkan jumah dana Jamkesmas yang harus
dibayar oleh Pemerintah sebesar Rp15.743.402.581,95.
a) Audit juga menemukan adanya penerimaan jasa giro yang belum disetor ke
kas negara. Jasa giro merupakan hasil pengelolaan dana luncuran untuk
kegiatan klaim Jamkesmas pada:RSUD Kabupaten Natuna senilai
Rp39.075.508,00
b) RSUD Embung Fatimah dan Rumah Sakit Casa Medica Kota Batam senilai
Rp12.335.834,00
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 20
6) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), terdapat pencatatan pengeluaran BPP
melebihi nilai SPJ beserta bukti-bukti pendukungnya senilai Rp18.879.430,00.
terdapat biaya perjalanan dinas tidak dapat dipertanggungjawabkan karena
bukti-bukti pendukung diragukan kebenarannya senilai Rp85.774.000,00.
Terdapat jasa giro dan pajak pada rekening bendahara pengeluaran Sekretariat
Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau yang belum disetorkan pada Kas Negara
senilai Rp23.420.000,00.
7) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Tanjungpinang, terdapat pajak yang
telah dipungut namun belum disetor ke kas negara senilai Rp 162.008.756,00
B.2 Pengelolaan Aset Negara
Pengawasan BPKP terhadap BUMN/BUMD/BLUD dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pengelolaan investasi pemerintah kepada BUMN/BUMD
berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik, antara lain:
a. Penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD);
b. Manajemen aset;
c. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi PDAM (SIA PDAM);
d. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP).
e. Sosialisasi dan pengembangan Good Corporate Governance (GCG).
Kegiatan pengawasan terhadap BUMN/BUMD dan badan lainnya pada
tahun 2014 dilaksanakan pada empat BLUD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dan dua PDAM serta satu Perusda atau 30,43% dari dua puluh tiga BUMD yang ada
di Provinsi Kepulauan Riau, dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK dan SAK
ETAP, yaitu untuk BLUD RSUD Kabupaten Karimun, BLUD RSUD Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang dan PDAM Kabupaten Lingga;
b) Audit kinerja terhadap PDAM Tirta Kepri, PDAM Kabupaten Lingga, dan
Perusda Kota Tanjungpinang;
c) Sosialisasi dan pengembangan infrastruktur GCG pada PDAM Tirta Kepri,
PDAM Kabupaten Lingga, RSUD Kota Tanjungpinang, dan RSUD Provinsi
Kepulauan RiauTanjung Uban;
d) Asistensi Sistem Informasi Akuntansi PDAM Tirta Kepri;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 21
e) Pendampingan Penyusunan Kebijakan Akuntansi BLUD RSUD Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang, RSUD Kota Tanjungpinang dan RSUD
Kabupaten Karimun;
f) Pendampingan Penyusunan Lap.Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang dan RSUD Kabupaten Karimun;
g) Evaluasi Kinerja Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD Kota
Tanjungpinang dan RSUD Kabupaten Karimun dan RSUD Provinsi Kepulauan
Riau Tanjung Uban;
h) Bimtek Penyusunan Dokumen Persyaratan Administrasi bagi tiga Puskesmas
menuju PPK BLUD pada Pemda Kabupaten Karimun;
Kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2014 terlihat dari Tabel 11 dibawah
ini.
Tabel 11 Kegiatan Pengawasan terhadap BUMD dan Badan Lainnya Pada Tahun 2014
No Nama BUMD
Kegiatan
Bimtek dan Peny.
LK SAK/SAK
ETAP
Bimtek dan Peny. LK BLUD
Bimtek dan Peny. Kebijakan Akuntansi
SIA PDAM Audit
Kinerja
Sosialisasi dan
pengembangan GCG
1 RSUD Provinsi Kepri Tanjungpinang
1 1 1 -
2 RSUD Provinsi Kepri Tanjung Uban
1 1
3 RSUD Karimun 1 1 1 1 -
4 RSUD Kota Tanjung Pinang
1 1 1
5 PDAM Tirta Kepri 1 1 1
6 PDAM Kabupaten Lingga
1 1 1
7 BUMD Kota Tanjungpinang
1 -
8 Puskesmas Kabupaten Karimun
3
Jumlah 3 5 3 1 6 5
Kinerja PDAM dinilai berdasarkan pedoman penilaian menurut Keputusan
Menteri Dalam Negeri nomor 47 tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999. PDAM Tirta Kepri
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 22
mendapatkan nilai 51,99 yang tergolong “cukup”. Disamping itu dinilai juga tingkat
kesehatan berdasarkan indikator yang dikeluarkan oleh BPPSPAM Kementerian
Pekerjaan Umum dengan nilai 2,715 atau dalam kategori “kurang sehat”.Terdapat
penurunan kinerja yang disebabkan oleh penurunan dalam rasio laba terhadap
aktiva produktif, penurunan rasio laba terhadap penjualan, tingginya kehilangan air,
penurunan cakupan pelayanan, dan belum adanya perbaikan kinerja dari aspek
administrasi.
PDAM Kabupaten Lingga mendapatkan nilai 47,69 yang tergolong “cukup”.
Disamping itu dinilai juga tingkat kesehatan berdasarkan indikator yang dikeluarkan
oleh BPPSPAM Kementerian Pekerjaan Umum dengan nilai 2,88 atau dalam
kategori “sehat”. Terdapat kenaikan kinerja yang disebabkan oleh rasio aktiva lancar
terhadap utang lancar dan rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang
membaik.
Kinerja BUMD Kota Tanjungpinang dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat
dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan
Usaha Milik Negara. Berdasarkan kriteria tersebut, BUMD Kota Tanjungpinang
memperoleh nilai sebesar 27,50 dengan kategori CCC atau tidak sehat. Kondisi
tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang diikuti dengan
menurunnya laba, tingkat perputaran piutang yang cukup lama, dan adanya
beberapa kebijakan yang kurang tepat dalam menentukan usaha lainnya.
Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau melakukan
evaluasi Kinerja pada BLUD RSUD di Provinsi Kepulauan Riau dengan hasil
evaluasi kinerjanya sebagai berikut;
1) RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban yang memperoleh skor kinerja
sebesar 63,00 atau dalam katagori “Kurang Sehat”.
2) RSUD Kabupaten Karimun yang memperoleh skor kinerja sebesar 76,35 dalam
kategori “Sehat”.
3) RSUD Kota Tanjungpinang yang memperoleh skor kinerja sebesar 62,80 atau
dalam kategori “Kurang Sehat”.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 23
Faktor penyebab rendahnya capaian kinerja tersebut antara lain;
a. Sarana prasarana yang masih kurang memadai, misalnya terbatasnya jumlah
ruangan pasien rawat inap, fasilitas bangunan yang belum bisa dimanfaatkan,
dan kurangnya tempat tidur pasien;
b. System antrian pasien di loket pendaftaran yang kurang efisien;
c. Terbatasnya kapasitas poli rawat jalan;
d. Ruang operasi tidak berjalan dengan system 24 jam;
e. Kecepatan pelayanan resep obat terlalu lama di banding kriteria maksimal 8
menit;
f. Rata-rata waktu tunggu pasien dalam pelayanan rawat jalan lebih lama dari
kriteria maksimal 30 menit;
g. Belum melakukan pengukuran terhadap capaian dari implementasi SPM;
h. Tidak adanya program pembinaan oleh RSUD kepada Puskesmas;
i. Tidak dilakukannya uji AMDAL secara berkala;
Disamping itu, ketiga RSUD yang di evaluasi telah mempunyai Sistem Informasi
Rumah Sakit namun belum bisa untuk menyusun laporan keuangan.
Kami sarankan kepada Gubernur Kepulauan Riau untuk meningkatkan
kinerja BUMD di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terutama terhadap BUMD dan
BLUD berkinerja tidak sehat dengan memperbaiki kemampuan manajemen.
B.3 Evaluasi Penyerapan Anggaran
Evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan untuk mengidentifikasi tingkat
penyerapan anggaran per semester, tujuan evaluasi penyerapan anggaran
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penyerapan anggaran,
mengidentifikasi permasalahan yang menghambat penyerapan anggaran, serta
memberi saran dan langkah-langkah strategis dalam percepatan penyerapan
anggaran.
B.3.1 Evaluasi Penyerapan Anggaran Pusat
Pada tahun 2014 telah dilakukan evaluasi penyerapan anggaran dana
APBN periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2014 pada satker di
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Hukum
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 24
dan HAM, Kementerian Agama, KPU, Bawaslu, Kejaksaan RI, BPN dan Badan
Meterologi,Klimatologi dan Geofisika (BMG).
Hasil evaluasi penyerapan anggaran pada satker tersebut di atas
menunjukkan masih rendahnya penyerapan belanja barang, belanja modal dan
belanja bantuan sosial, kondisi ini antara lain disebabkan;
a. Belum adanya Petunjuk Operasional Kegiatan dari pusat
b. Petunjuk Teknis pelaksanaan kegiatan masih berupa draft.
c. Adanya revisi DIPA yang menyebabkan proses pengadaan Barang dan Jasa
baru dimulai bulan Agustus.
d. KPA yang ditunjuk tidak melaksanakan fungsi secara efektif.
e. Adanya MAK yang bertanda bintang dan baru di buka bulan Maret 2014.
f. Adanya keterbatasan SDM yang menangani kegiatan dan administrasi
keuangan.
Kami sarankan kepada Gubernur untuk mendorong Kepala-kepala Satker
Instansi Pusat untuk meningkatkan serapan anggaran APBN terutama belanja
barang, belanja modal dan belanja bantuan social sejak awal tahun anggaran.
B.3.2 Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda
Pada Tahun 2014 dilakukan evaluasi penyerapan anggaran terhadap
realisasi anggaran pada periode 1 Juli 2013 sampai dengan 31 Desember 2013
pada Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Provinsi Kepulauan Riau. Pada Semester
I Tahun 2014 Evaluasi dilaksanakan terhadap realisasi anggaran pada periode 1
Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2014 pada Pemerintah Kabupaten Bintan dan
Kabupaten Karimun.
Hasil evaluasi penyerapan anggaran pada masing-masing Pemda tersebut
di atas menunjukkan masih rendahnya realisasi belanja barang dan jasa, belanja
modal, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial. Kondisi ini terutama disebabkan
oleh keterlambatan penetapan APBD-P, keterlambatan penetapan pejabat yang
bertangungjawab terhadap suatu kegiatan, masih rendahnya kompetensi sumber
daya manusia dalam proses penyusunan anggaran, keterlambatan penyelesaian
pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak terpenuhinya persyaratan administrasi oleh
calon penerima hibah dan bantuan sosial.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 25
Kami sarankan kepada Gubernur Kepulauan Riau meningkatkan serapan
APBD Pemda-pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terutama pada belanja
barang dan jasa, belanja modal dan belanja hibah dan bantuan dengan memperbaiki
ketaatan periode penyusunan anggaran, serta peningkatan kompetensi SDM
pengelola anggaran dan pengelola kegiatan.
B.4 Verifikasi Pertanggungjawaban Dana Bantuan Hibah
Pada tahun 2014, Perwakilan BPKP Prov. Kepulauan Riau melakukan
verifikasi dana hibah terhadap dana hibah Kementerian Agama untuk Panitia MTQ
Nasional XXV Prov. Kepulauan Riau dan dan audit hibah Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau untuk Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Pelaksanaan
verifikasi dan audit dana bantuan bertujuan untuk memastikan bahwa dana bantuan
telah digunakan sesuai proposal kegiatan yang disampaikan.
Jumlah dana bantuan diterima oleh Panitia MTQ Nasional XXV dari
Kementerian Agama sesuai dengan SK Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/517 Tahun
2014 tanggal 14 Mei 2014 ke rekening panitian MTQ sebesar Rp999.950.000,00 dari
pagu anggaran sebesar Rp1 Milyar. Hasil verifikasi atas pelaksanaan MTQ Nasioanl
XXV, antara lain sebagai berikut;
a. Panitia MTQ belum menyampai surat pertanggungjawaban penggunaan dana
bantuan kepada Dirjen Bimas Islam;
b. Tidak adanya SOP dan pengaturan Tupoksi MTQ Nasional XXV yang
mengakibatkan terjadinya pembebanan yang tidak tepat terhadap anggaran
panitia MTQ nasional XXV;
c. Adanya PPh atas pembayaran honor/bonus penari, pembayaran jasa
kebersihan, keamanan dan maintenance yang belum dipungut dan disetor ke
Kas Negara;
d. Adanya pembayaran honor Dewan juri pawai Ta’aruf tidak sesuai dengan
Standar Satuan Harga (SSH) yang diterbitkan Gubernur kepulauan Riau.
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan audit
operasional Dana Hibah pada Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) tahun 2013-
2014 atas permintaan dari Rektor Umrah Nomor 1451/UN53.0/TU/2014 tanggal 28
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 26
Agustus 2014. Pelaksanaan audit operasional ini di dikhususkan dana hibah yang
berasal dari Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013-2014 sebesar
Rp19 Milyar.
Hasil audit operasional ini, menunjukkan masih lemahnya pengawasan dan
pengendalian internal, belum dibuatnya penilaian resiko atas pengelolaan dana
hibah, pengendalian terhadap bendahara kurang memadai karena belum dibuatnya
SOP pengelolaan/pertanggungjawaban dana hibah, informasi dan komunikasi
kurang memadai khususnya pelaporan dan pertanggungjawaban atas pengelolaan
dana hibah dan belum dilakukan evaluasi secara terpisah oleh APIP/Irjen
kemendikbud dan Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau, hal ini ditunjukkan adanya
temuan-temuan berupa;
a. Terdapat penggunaan dana hibah yang tidak sesuai dengan proposal.
b. Terdapat penerimaan pada rekening bank yang tidak jelas sumbernya dan
pengeluaran yang tidak jelas penggunaannya.
c. Terdapat bunga dana hibah yang belum disetorkan.
d. Tidak tertibnya pencatatan atas dana hibah.
C. AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM BAGI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
Dalam rangka mewujudkan instansi pemerintah yang tertib administrasi,
lingkungan organisasi yang kondusif, dan upaya penyelamatan keuangan negara
dalam mendorong perwujudan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, BPKP
melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui kegiatan
assurance dan consulting, kerja sama dengan aparat penegak hukum, seperti
Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Kegiatan pencegahan dilakukan melalui implementasi SPIP, Fraud
Control Plan (FCP), sosialisasi anti korupsi, assessment penerapan Good Corporote
Governance (GCG) pada BUMN, pendampingan PBJ, dan peningkatan kapabilitas
APIP.
C.1 Pembinaan dan Penyelenggaraan SPIP pada K/L dan Pemda
Pengawasan intern yang efektif atas akuntabilitas keuangan negara adalah
pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah pada seluruh tahapan proses
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 27
manajemen/pengelolaan keuangan negara yaitu perumusan kebijakan,
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, hingga
monitoring dan evaluasi dalam upaya mencapai Wilayah Tertib Administrasi (WTA),
opini WTP, dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
Untuk peningkatan keandalan laporan keuangan, pengamanan aset,
efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan dan pelaporan
keuangan, perlu dilakukan penguatan SPIP secara terus-menerus. BPKP melakukan
pembinaan SPIP berupa penyusunan pedoman teknis, sosialisasi, bimbingan teknis,
diklat, dan diagnostic assessment.
Pada tahun 2014 pembinaan SPIP dilaksanakan dalam beragam bentuk
kegiatan, sebagai berikut:
a. Sosialisasi SPIP pada Dinas Pendapatan Provinsi Kepulauan Riau.
b. Asistensi Penyusunan Dokumen RTP pada Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan dan Kota
Batam.
c. Penilaian Maturitas SPIP pada Provinsi Kepulauan Riau, Kota Tanjungpinang
dan Kota Batam.
Secara umum hasil kegiatan sosialisasi dan asistensi tentang SPIP tersebut diatas
dapat disimpulkan telah dapat dihasilkan identifikasi dan analisis peristiwa risiko dan
penetapan Rencana Tindak Pengendalian (RTP) atas Implementasi
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern (SPIP) berdasarkan metode CEE dan
CSA.
Penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP di Provinsi Kepulauan Riau
bertujuan untuk menentukan tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP pada
Pemeritah Daerah dan memberikan saran peningkatan level maturitas atas
penyelenggaraan SPIP, secara umum hasil penilaian maturitas SPIP dengan hasil
sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan SPIP kota Batam menunjukkan maturitas berada pada level
Rintisan atau tingkat 1 dari 5 tingkat maturitas SPIP.
b. Penyelenggaraan SPIP Kota Tanjungpinang menunjukkan maturitas berada
pada level Rintisan atau tingkat 1 dari 5 tingkat maturitas SPIP.
Disarankan untuk meningkatkan maturitas SPIP ketingkat berikutnya, sebagai
berikut;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 28
1) Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian untuk semua kegiatan pokok
unit organisasi Pemda sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008.
2) Melakukan sosialisasi/diseminasi kebijakan dan prosedur kepada seluruh
pegawai.
3) Mengintegrasikan dan menginternalisasikan pengendalian intern sebagai proses
yang melekat/intergral dengan seluruh kegiatan pemerintahan.
4) Melakukan evaluasi secara berkala atas efektifitas prosedur pengendalian.
5) Melakukan pemantauan pengendalian yang terintegrasi dan secara otomatis
dalam setiap kegiatan.
C.2 Pencegahan KKN melalui Upaya Preventif - Edukatif
Pencegahan KKN melalui upaya preventif-edukatif dilaksanakan melalui
pengembangan Fraud Control Plan atau Rencana Aksi Pemerintahan yang Bersih,
sosialisasi program antikorupsi, assessment penerapan Good Corporote
Governance (GCG) pada BUMN, dan pendampingan PBJ.
C.2.1 Fraud Control Plan (FCP)
Tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan
kegiatan Fraud Control Plan berupa sosialisasi Fraud Control Plan dan Bimbingan
Teknis pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Pelaksanaan ini
kegiatan untuk memberikan gambaran dan pemahaman FCP yang bersifat preventif
dan menumbuhkan kepedulian pimpinan instansi dan seluruh pegawai untuk
mengimplementasikan pada unit organisasinya.
Hasil pelaksanaan kegiatan sosialisasi FCP yang di Kota Batam dengan hasil
sebagai berikut;
1) Tingkat pemahaman peserta terhadap FCP di nilai sangat paham.
2) Tingkat keperdulian peserta dinilai cukup memadai
3) Perhatian dan antusiasme peserta dalam diskusi cukup tinggi.
4) Adanya komitmen Pimpinan Organisasi untuk menerapkan FCP untuk
menjadikan Pilot Project Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kota Batam
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 29
Dari kegiatan Bimbingan Teknis penerapan FCP telah di identifikasikan dan
evaluasi area/bidang dari atribut Program Anti Korupsi (PAK) untuk Kantor
Pelayanan Pajak Kota Batam, antara lain sebagai berikut;
1) Hasil identifikasi atas area/bidang atribut PAK pada Pemerintah Daerah Provinsi
memperoleh skor rata-rata 6,7 dari nilai maksimal 10 yang di katagorikan cukup
memiliki resiko fraud.
2) Hasil evaluasi atas eksistensi dan implementasi pada Pemda Provinsi Kepulauan
Riau memiliki tingkat pengendalian resiko kategori tinggi.
3) Hasil pengumpulan persepsi responden menunjukkan bahwa organisasi yang
dievaluasi cenderung baru sebagian kecil menerapkan atribut FCP dengan
predikat kurang.
4) Dari hasil evaluasi atas tugas dan tanggungjawab terdapat resiko yang tinggi
terhadap kemungkinan adanya kecurangan/fraud.
C.2.1 Sosialisasi Program Antikorupsi (SOSPAK)
Sosialisasi Program Antikorupsi (SOSPAK) dilaksanakan sebagai bagian
dari strategi pencegahan KKN melalui upaya edukasi dengan memberikan edukasi
kepada masyarakat berlandaskan pemikiran bahwa kejadian korupsi dapat dimulai,
difasilitasi, didorong, dilaksanakan, dipengaruhi, dihambat, dicegah, dan diketahui
oleh masyarakat di sekitar pelaku korupsi.
Kegiatan tersebut merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab BPKP
dalam pemberantasan korupsi sesuai dengan peran BPKP menurut PP Nomor 60
tahun 2008 tentang SPIP, yaitu tanggap terhadap isu-isu yang berkembang di
masyarakat. BPKP sebagai APIP diharapkan memberi kontribusi untuk membantu
upaya pencegahan kebocoran, terutama di internal pemerintah.
Tujuan akhir dari edukasi masyarakat adalah terciptanya public awareness
yaitu masyarakat yang mempunyai budaya malu untuk melakukan korupsi dan
masyarakat yang proaktif dalam mencegah dan memberantas korupsi. Dalam
pelaksanaan SOSPAK telah disampaikan pesan sebagai berikut:
a. Korupsi memiliki dampak negatif terhadap individu, pembangunan, dan
kemakmuran;
b. Korupsi menyebabkan salah alokasi sumber daya publik;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 30
c. Korupsi telah menyebabkan kualitas layanan publik menjadi hilang atau
berkurang;
d. Korupsi hanya dapat dibendung dan dicegah secara bersama-sama melalui
partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah.
Kegiatan SOSPAK telah dilakukan pada tanggal 13 Juni 2014 di SMAN 1
Batam dengan jumlah peserta sebanyak 322 orang dan Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau dengan peserta siswa-siswi Kelas 6 SD dan siswa-siswi Kelas 2
SMP se-Kabupaten Bintan.
C.2.2 Korsup Pencegahan Korupsi
Dalam tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah
melaksanakan kegiatan Koordinsi Supervisi Pencegahan Korupsi dan semiloka
Koordinasi Supervisi Pencegahan Korupsi. Pelaksanaan Korsupgah ini dilaksanakan
pada Pemerintah Daerah Kota Batam dan Kabupaten Bintan, sedangkan kegiatan
semiloka Korsupgah dilaksanakan pada Provinsi Kepulauan Riau selama 3 (tiga)
hari pada tanggal 26 Nopember sampai dengan 28 Nopember 2014.
Pelaksanaan Korsupgah pada Pemerintah Kota Batam dan Kabupaten
Bintan dilaksanakan pada Bidang Pendapatan, Bidang Pengelolaan APBD dan
Bidang Pertambangan. Tujuan dilaksanakan kegiatan Korsup pencegahan ini untuk
melakukan pengamatan atas bidang pendapatan, bidang pengelolaan keuangan dan
bidang pertambangan serta melakukan identifikasi resiko atas kegiatan-kegiatan
sesuai dengan ruang lingkup korsup.
Hasil pelaksanaan Korsup Pencegahan Korupsi pada Pemerintah Daerah di
atas, sebagai berikut;
1) Pelaksanaan pengelolaan pendapatan khusus PAD belum optimal.
2) Anggaran Belanja pada APBD tahun 2013 dan 2014 belum sepenuhnya
memperioritaskan urusan wajib.
3) Penetapan anggaran pendapatan lebih rendah dari yang seharusnya.
4) Pertanggungjawaban atas pemberian hibah dan bansos yang belum dilakukan
secara memadai.
5) Hibah yang diberikan secara terus menerus.
6) Belum adanyaperaturan teknis yang mengatur pajak mineral bukan pajak logam
dan batuan serta pajak bumi dan bangunan.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 31
7) Keterbatasan tenaga pemeriksa.
8) Bidang pendapatan belum menyusun dasar perhitungan potensi penerimaan
pajak.
9) Belum optimalnya pelaksanaan pendataan dan penggalian potensi perpajakan.
10) Belum dilakukannya pemutahiran data NJOP
11) Belum adanya ketentuan yang jelas terhadap batasan bantuan social dan
hiibah.
12) Perubahan asumsi alokasi pendapatan pada saat penyusunan KUA PPAS.
13) Kurangnya konsisten (TAPD dan legislatf) terhadap perencanaan dan
penggangaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
14) Kurangnya evaluasi dan verifikasi oleh SKPD dan TAPD terhadap pelaksanaan
hubah dan bansos.
15) Pelaksanaan pertambangan belum sepenuhnya berpedoman pada ketentuan
perundang-undangan dibidang pertambangan baik pemberian ijin, pengawasan
atas ijin yang diberikan dan pengawasan atas reklamasi dan pasca tambang.
Hasil Kooordinasi dan Supervisi Pencegahan korupsi tersebut telah dilaksanakan
Semiloka di Provinsi kepulauan Riau.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, kami sarankan Gubernur
untuk mendorong Pemda-pemda di Prov. Kepulauan Riau membangun sistem
pengendalian intern berupa rencana tindak pengendalian untuk kegiatan APBD,
Pendapatn dan Pertambangan.
C.2.3 Sosialisasi Penerapan GCG pada BUMD dan BLUD
Dalam tahun 2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah
melakukan sosialisasi penerapan GCG dan bimbingan teknis penyusun infrasruktur
GCG pada PDAM Tirta Kepri dan PDAM Lingga serta pada RSUD Kota
Tanjungpinang dan RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban.
Dengan sosialisasi GCG di ketahui bahwa PDAM dan RSUD belum
mempunyai infrastruktur untuk mengimplementasikan GCG berupa Pedoman GCG
(Code of Corporate Governance), Pedoman Perilaku (Code of Conduct), Pedoman
Dewan pengawas/Badan Pengawas/Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual).
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 32
Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan/aturan yang mengharuskan
PDAM dan RSUD untuk mengimplementasikan GCG serta ketidaktahuan direksi
atas manfaat yang akan diperoleh dengan mengimplementasikan GCG, namun
demikian pada akhir tahun 2014 PDAM Tirta Kepri bekerjasama dengan Perwakilan
BPKP Kepulauan Riau telah memulai mengimplementasikan GCG dengan
melakukan pemetaan (Diagnostic Assesment) atas infrastruktur GCG yang perlu
dikembangkan.
C.2.4 Probity Audit dan Pendampingan Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa yang sudah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012, tentang Pengadaan Barang dan Jasa, pemerintah
mewajibkan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk melakukan audit
terhadap kegiatan PBJ. Terkait dengan banyaknya permasalahan dalam PBJ, BPKP
telah melakukan kegiatan pengawasan berupa pendampingan terhadap beberapa
K/L dan pemda. Tujuan pendampingan adalah memberikan masukan agar proses
PBJ dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan efisien. Kegiatan
pendampingan PBJ dalam tahun 2014 dilaksanakan terhadap RSUD Provinsi
Kepulauan Riau.
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau selain melakukan pendampingan
PBJ, juga melakukan probity audit yang tujuannya memastikan proses pengadaan
barang dan jasa telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan etika pengadaan
sehingga mampu mendeteksi dan mencegah (early warning system) atas
kemungkinan penyimpangan dalam proses PBJ.
Adapun kegiatan probity audit yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi
Kepulauan Riau dalam tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Probity audit proses perencanaan sampai serah terima pekerjaan program
pembangunan jembatan Pulau Bintan-Pulau Dompak pada Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kepulauan Riau di Tanjungpinang.
b. Probity audit tahap pelelangan pekerjaan konstruksi program pembangunan
jembatan Pulau Bintan-Pulau Dompak pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kepulauan Riau di Tanjungpinang.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 33
c. Probity audit atas pembangunan peningkatan Jalan Payalaman-Peninting pada
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas.
d. Probity audit atas perencanaan terhadap pekerjaan replacement rambu suar
pada Distrik Navigasi Kelas I Tanjungpinang.
e. Probity audit pelaksanaan pengadaan peralatan dan mesin marine electronic
highway pada Kantor Navigasi Kelas I Tanjungpinang.
f. Probity audit pelaksanaan pengadaan mess karyawan pada Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Batam.
g. Probity Audit atas tahap persiapan pengadaan penyedia jasa pekerjaan
konstruksi pada pembangunan lanjutan RSUD Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.
h. Probity audit atas pengadaan kapal pada Pemerintah Kota Batam untuk tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
Probity audit yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau
menunjukan permasalahan sebagai berikut:
1) Ruang lingkup di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan pengadaan
Konsultan Manajemen Konstruksi perlu diperjelas kembali dengan
menambahkan beberapa klausul batasan tanggungjawab Konsultan Manajemen
Konstruksi.
2) Tenaga ahli/teknis Konsultan Manajemen Konstruksi yang turun ke lapangan
pada saat pelaksanaan fisik jembatan tidak sesuai dengan tenaga yang
ditawarkan.
3) Kehadiran tenaga ahli/teknis yang diperjanjikan dalam kontrak perlu dipertegas.
4) Dalam draft kontrak, batasan tanggungjawab Konsultan Manajemen Konstruksi
apabila pekerjaan fisik tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (putus
kontrak) atau penyelesaian pekerjaan mendahului jangka waktu kontrak, perlu
dipertegas.
5) Kewajaran Harga satuan dalam HPS perlu ditinjau kembali.
6) Pejabat pengadaan yakni PPK, PPTK, PPHP, dan Pokja ULP untuk segera
membuat pakta integritas.
7) Penyusunan Standar Dokumen Pengadaan (SDP) terutama pada dokumen
kontrak, syarat-syarat umum kontrak, dan syarat-syarat khusus kontrak perlu
dipertegas dengan menambahkan klausul penetapan prosentase uang muka,
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 34
klausul tidak ada diberikan penyesuaian harga, dan klausul proporsi pembiayaan
tiap tahun.
8) RAB belum memperhitungkan seluruh biaya yang diperlukan dan jarak lokasi
pekerjaan.
9) Belum seluruh item pekerjaan yang tertuang di dalam RAB didukung dengan
analisa harga satuan.
10) Keterlambatan pelaksanaan lelang konsultan perencana.
11) Beberapa item pekerjaan yang tidak perlu dicantumkan dalam kontrak,
berdasarkan pemantauan lapangan.
C.2.5 Peningkatan Kapabilitas APIP
Peran dan tanggung jawab BPKP sebagai instansi pembina SPIP dan
instansi pembina JFA adalah mengembangkan kapabilitas APIP yang profesional
dan kompeten. Arahan kebijakan pembinaan auditor dan tata kelola APIP
dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengembangkan suatu strategi pembinaan auditor dan tata kelola APIP yang
komprehensif dalam bentuk Grand Design Peningkatan Kapabilitas APIP tahun
2012 – 2024 dan Road Map Peningkatan Kapabilitas APIP tahun 2012-2014;
b. Pada akhir tahun 2014, diharapkan APIP mencapai level 2 (infrastructure),
yaitu APIP mampu mendeteksi dan mencegah korupsi serta meningkatkan
ketaatan kepada peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan prosedur;
c. Seluruh APIP telah menerapkan jabatan fungsional auditor.
Langkah-langkah strategis pembinaan auditor dan tata kelola APIP yang
telah dilakukan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan teknis penerapan tata kelola APIP daerah pada Inspektorat
Kabupaten Bintan;
b. Evaluasi penerapan tata kelola APIP daerah pada Inspektorat Kota Batam;
c. Sosialisasi Penerapan JFA APIP Kabupaten Bintan;
d. Sosialisasi Penerapan JFA APIP Kabupaten Lingga;
e. Asistensi Peningkatan Kapabilitas APIP pada Kabupaten Kepulauan Anambas;
f. Asistensi Peningkatan Kapabilitas APIP pada Kabupaten Bintan.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 35
Kondisi tata kelola APIP tahun 2014 belum menunjukkan hal yang
menggembirakan, yaitu APIP masih berada pada level 1 (initial) dari level 5
(optimizing), kecuali untuk Inspektorat Kota tanjungpinang yang sudah mencapai
Level 2. Arah kebijakan pembinaan APIP difokuskan hingga tahun 2015 bisa
mencapai level 2 (infrastructure), yaitu APIP yang mampu mendeteksi dan
mencegah korupsi serta meningkatkan ketaatan kepada peraturan, kebijakan, dan
prosedur.
Kami sarankan untuk memenuhi beberapa hal guna meningkatkan kapabiliats
ke Level 2 (Infrastructure) sebagai berikut;
1) Adanya komitmen Kepala Daerah melalui penyusunan Internal Audit Charter
yang memberikan kerangka kerja bagi berjalannya fungsi audit.
2) Memastikan bahwa penugasan pengawasan intern yang dilakukan secara
umum telah mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Permen PAN dan RB.
3) Memiliki Internal Audit Charter yang mengungkapkan mengenai sifat jasa
assurance yang dapat diberikan APIP saat ini.
4) Mengikutsertakan lebih banyak auditor pada diklat sertifikasi JFA dan berbagai
diklat teknis substansi pengawasan.
5) Melakukan evaluasi terhadap kompetensi auditor secara berkala.
6) Memperbaiki standar kendali mutu yang telah ada.
7) Melakukan reviu secara berkala terkait penyusunan audit universal sebagai
dasar dalam membangun perencanaan pengawasan berbasis resiko yang
dituangkan dalam PKPT/PKAT.
8) Melakukan analisis/kajian atas struktur organisasi agar sesuai dengan
kebutuhan Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan profil audit
universal dan analisis resiko organisasi
C.2.6 Peningkatan SDM Pemda dalam melakukan Pemeriksaan Pajak Daerah
Dalam meningkatkan ketaatan Wajib Pajak Daerah terhadap pelaporan
besaran pajak terhutang, perlu dilakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
Wajib Pajak. Untuk melakukan pemeriksaan tersebut telah dilakukan asistensi
terhadap pegawai di lingkungan DPPKAD Kota Tanjungpinang dan Kabupaten
Bintan. Pada Kota Tajungpinang juga dilakukan penjaminan mutu atas pemeriksaan
Pajak Daerah dengan hasil sebagai berikut:
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 36
a. Melakukan analisa atas data yang telah diterima dari WP Daerah.
b. Melakukan observasi langsung kepada Wajib Pajak Daerah dan melakukan
komunikasi dan sosialisasi mengenai kegiatan verifikasi pajak daerah.
c. Melakukan perhitungan dan verifikasi atas jumlah pajak daerah terhutang yang
seharusnya dibayar oleh WP berdasarkan data yang ada.
d. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh tim
verifikasi.
e. Memberikan arahan perbaikan untuk peningkatan kinerja tim verifikasi.
f. Temuan kurang setor pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp1,2 Milyar yang
akan ditindaklanjuti oleh pemerintah Kota Tanjungpinang.
C.3 Pemberantasan KKN Melalui Upaya Represif
Pemberantasan KKN dilakukan melalui upaya represif yang dilaksanakan
dengan kegiatan pengungkapan kasus/pelanggaran, yang diduga merugikan
keuangan negara/daerah sebesar Rp9.460.410.196,59 melalui audit investigatif,
audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli.
C.3.1 Audit Investigasi yang Berindikasi TPK
Audit investigasi yang berindikasi TPK dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali
pelaksanaan audit investigasi atas dana hibah di Kabupaten Natuna, penggunaan
dana perusahaan daerah di Kabupaten Karimun dan pengunaan dana belanja modal
Kota Batam, dengan nilai kerugian Rp2.260.480.615,00. Audit investigasi tersebut
menunjukkan kelemahan dalam sistem pengendalian intern terutama yang terkait
dengan unsur Lingkungan Pengendalian yaitu pihak-pihak pengelola anggaran. Dari
ketiga audit investigasi tersebut, satu perkara sudah dalam proses persidangan.
C.3.2 Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)
Dalam tahun 2014 telah dilakukan audit PKKN sebanyak 7 (tujuh) kali
dengan nilai kerugian sebesar Rp7.199.929.581,59 dengan rincian pada Tabel 12.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 37
Tabel 12 Hasil Audit PKKN
No Instansi Nilai Kerugian
(Rp)
1
Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara Penggunaan Dana Bantuan Hibah untuk Pembangunan Masjid Dana APBD Kabupaten Bintan TA 2011,2012 dan 2013
147.204.808,20
2
Audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara atas perkara penggunaan dana bantuan hibah APBD Kota Tanjungpinang Tahun 2010,2011 dan 2012
272.723.178,00
3 Audit PKKN atas Pembangunan Fisik Dana APBN TA 2013 pada Kanwil Kemenkumham Kepri
4.247.879.389,00
4
Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara Tindak Pidana Korupsi pada Kegiatan Penyaluran Dana Hibah APBD Kabupaten Natuna TA 2011
874.440.000,00
5 Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara Tindak Pidana Korupsi SKPD Provinsi Kepri Tahun 2007 s/d 2012
1.092.423.500,00
6
Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara Tindak Pidana Korupsi Dana Program Pendidikan pada Kab.Karimun sumber dana APBN Perubahan Kementerian Dikbud Tahun 2012
417.350.400,00
7 Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara Pembangunan Fisik Kab.Karimun
147.908.306,39
JUMLAH 7.199.929.581,59
Dari ketujuh kasus di atas yang masih dalam proses penuntutan di
Pengadilan Tipikor Tanjungpinang sebanyak empat kasus dan tiga kasus telah
diputus di pengadilan.
Terhadap kasus-kasus baik investigasi maupun perhitungan kerugian
keuangan Negara, pada umumnya disebabkan:
1) SDM tidak atau kurang kompetensi terhadap jabatannya.
2) SDM tidak taat terhadap peraturan dalam melakukan proses pengadaan dan
pengelolaan dana.
3) Adanya usaha atau niat untuk memperkaya diri sendiri dan golongan lain.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 38
C.4 Pemberian Keterangan Ahli
Pemberian keterangan ahli dilaksanakan untuk membantu aparat penegak
hukum agar membuat perkara pidana menjadi terang dalam proses penyidikan
maupun proses persidangan. Pemberian keterangan ahli, baik pada proses
penyidikan maupun persidangan telah dilaksanakan sebanyak 18 (delapan belas)
kali.
Pemberian keterangan ahli kepada Penyidik telah dilaksanakan sebanyak 8
(delapan) kali , sebagai berikut:
1) Pemberian Keterangan ahli pada kasus/perkara penggunaan dana bantuan
hibah Pembangunan Masjid Dana APBD Kab. Bintan Tahun Anggaran 2011,
2012, dan 2013;
2) Pemberian Keterangan ahli kasus/perkara Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH);
3) Pemberian Keterangan ahli pada Perkara Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam
Penggunaan Dana Bantuan Hibah yang bersumber dari DPA Pemko
Tanjungpinang Tahun 2010, 2011, dan 2012;
4) Pemberian Keterangan ahli di Persidangan Tipikor Pembangunan Fisik oleh
Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Kepri Tahun
Anggaran 2011;
5) Pemberian Keterangan ahli dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi pada
Pembangunan Fisik Dana Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Prov.
Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2013;
6) Pemberian Keterangan ahli pada perkara dugaan tindak pidana korupsi pada
kegiatan penyaluran dana hibah APBD perubahan Kabupaten Natuna Tahun
Anggaran 2011;
7) Pemberian Keterangan Ahli kegiatan SKPD Provinsi Kepri Tahun 2007 sampai
dengan 2012;
8) Pemberian keterangan ahli pada perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam
Proyek pembangunan fisik Kab. Karimun Tahun Anggaran 2013;
Pemberian keterangan ahli dipersidangan Tipikor telah dilaksanakan sebanyak 10
(sepuluh) kali , sebagai berikut:
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 39
1) Pemberian Keterangan ahli dalam perkara Dugaan Penyimpangan Pengadaan
Barang Kab.Natuna Tahun Anggaran 2011;
2) Pemberian keterangan ahli pada kasus/perkara honor guru Kabupaten Lingga;
3) Mendampingi pemberian Keterangan Ahli pada Kasus/Perkara Pembebasan
Lahan untuk pembangunan Jalan di Kabupaten Natuna;
4) Pemberian keterangan ahli pada Perkara Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH);
5) Pemberian Keterangan Ahli pada Perkara Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam
Kegiatan Pembangunan Fisik di Kab. Natuna Tahun Anggaran 2011;
6) Pemberian Keterangan ahli pada Perkara Dugaan Tindak Pidana Korupsi
Kegiatan Pengadaan Barang Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2009;
7) Pemberian Keterangan ahli pada Perkara Dugaan Tindak Pidana Penggunaan
dana Hibah Pembangunan Masjid Dana APBD Kab.Bintan Tahun Anggaran
2011, 2012 dan 2013;
8) Pemberian Keterangan ahli pada perkara dugaan tindak pidana korupsi kegiatan
SKPD Provinsi Kepri tahun 2007 sampai dengan 2012;
C.5 Temuan Pemeriksaan Yang Belum Ditindaklanjuti
Temuan pemeriksaan tahun 2014 pada K/L, pemda, BUMN, dan BUMD
adalah sebesar Rp2.574.683.366. Dari jumlah tersebut telah ditinjaklanjuti senilai
Rp371.426.248 sehingga masih terdapat temuan pemeriksaan yang belum
ditinjaklanjuti senilai Rp2.203.257.118. Rincian lebih lanjut ada pada Tabel 13.
Tabel 13
Temuan Pemeriksaan Tahun 2014 Yang Belum Ditinjaklanjuti
No. Instansi / Temuan Tindak Lanjut Saldo
Pemerintah Daerah (Rp) (Rp) (Rp)
1. Instansi Vertikal 127.973.420 - 127.973.420
2. BUMD Kota Tanjungpinang 162.008.756 - 162.008.756
3. Provinsi Kepri 36.310.800 4.108.000 32.202.800
4. Kota Tanjungpinang 100.109.007 89.995.067 10.113.940
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 40
No. Instansi / Temuan Tindak Lanjut Saldo
Pemerintah Daerah (Rp) (Rp) (Rp)
5. Kota Batam 461.587.074 - 461.587.074
6. Kabupaten Bintan 319.421.476 192.616.355 126.805.121
7. Kabupaten Karimun 1.015.563.551 82.456.495 933.107.056
8. Kabupaten Lingga 2.250.331 2.250.331 -
9. Kabupaten Kep. Anambas 171.584.308 - 171.584.308
10. Kabupaten Natuna 177.874.642 - 177.874.642
Jumlah 2.574.683.366 371.426.248 2.203.257.117
D. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTORAL
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral dilaksanakan dalam
rangka mendukung program pemerintah yang pro growth, pro job, pro poor, dan pro
environment. BPKP secara konsisten melakukan pengawasan terhadap kinerja
beberapa program strategis. Program strategis ini adalah program yang tercantum
dalam prioritas nasional, prioritas bidang, prioritas kewilayahan, dan prioritas pemda.
Pengawasan terhadap program strategis menekankan pada audit efisiensi,
keekonomisan dan keefektifan pelaksanaan program/kegiatan, audit kinerja
pelayanan publik, dan mediasi dalam rangka penyelesaian atas hambatan
kelancaran pembangunan (debottlenecking). Hasil pengawasan diuraikan sebagai
berikut:
D.1 Pengawasan Kinerja Program Prioritas Nasional
Hasil pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau atas program
lintas sektoral pada tahun 2014 diuraikan berikut ini:
D.1.1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Audit PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan pada wilayah Provinsi
Kepulauan Riau dilakukan pada Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten
Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga serta Provinsi Kepulauan Riau.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 41
Hasil audit menunjukkan kinerja dan pengelolaan keuangan yang cukup memadai,
namun masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1) Penyalahgunaan uang angsuran pinjaman kelompok UEP oleh Ketua UPK.
2) Kurang optimalnya peran fasilitator dalam melakukan reviu laporan
pertanggungjawaban dan mengawasi kegiatan-kegiatan KSM.
3) Manfaat kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok
ekonomi belum optimal.
4) Keterlambatan penyaluran dana BLM.
5) Tunggakan pinjaman dana bergulir kategori macet cukup tinggi.
D.1.2 Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan
Dalam Tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah
melakukan audit kinerja PPIP sebanyak 2 (dua) kali atas Audit Kinerja Tahun
Anggaran 2013 dan Audit Interim PPIP Tahun Anggaran 2014. Untuk audit Kinerja
PPIP Tahun 2013 di laksanakan pada Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun, sedangkan Audit
Interim PPIP Tahun Anggaran 2014 dilaksanakan pada Provinsi Kepulauan Riau,
Kabupaten Lingga, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Kepulauan Anambas untuk pelaksanaan kegiatan sampai dengan 30 Nopember
2014.
Berdasarkan hasil audit kinerja PPIP Tahun Anggaran 2013 di Provinsi
Kepulauan Riau disimpulkan secara umum sudah dikelola dengan baik namun
masih terdapat penggunaan dana yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
yang disebabkan oleh kelalaian Pejabat Pembuat Komitmen dalam
mempertanggungjawabkan keuangan kegiatan yang tidak mengacu pada
pelaksanaan kegiatan di lapangan, kurangnya pemahaman Organisasi Masyarakat
Setempat (OMS) atas administrasi keuangan, dan kurangnya pengawasan dari
fasilitator.
Berdasarkan hasil audit interim PPIP Tahun Anggaran 2014 atas
penyelenggaraan kegiatan PPIP tahun 2014 di Provinsi Kepulauan Riau disimpulkan
secara umum, sebagai berikut;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 42
a. Capaian tingkat kesiapan penyelenggaraan PPIP pada Provinsi Kepulauan Riau
dalam tahap persiapan dan tahap perencanaan adalah sebesar 64,00% atau
kurang siap dalam mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Capaian tingkat kesiapan penyelenggaraan PPIP pada Kabupaten dalam tahap
persiapan dan tahap perencanaan adalah sebesar 40,30% atau tidak siap dalam
mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
c. Capaian tingkat kesiapan penyelenggaraan PPIP tingkat desa dalam tahap
persiapan dan tahap perencanaan adalah sebesar 57,14% atau kurang efektif
dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PPIP.
D.1.3 Monitoring UPKP4
Monitoring atas pelaksanaan rencana aksi prioritas pembangunan dilakukan
pada Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam,
dengan hasil monitoring yang memerlukan perhatian sebagai berikut:
1) Siswa SMKN belum menerima BSM;
2) Penyaluran BSM masih kurang karena adanya kesalahan pencantuman nomor
rekening;
3) Pelaksanaan kegiatan BSM perlu perhatian khusus karena deviasi antara target
monitoring dan hasil monitoring sangat tinggi.
4) Data ketersediaan obat dan vaksin di RSUD tidak tersedia sehingga tidak dapat
dihitung ketersediaan obat dan vaksinnya;
5) Terdapat tunggakan dari program Jamkesmas dan Jamkesda yang belum
dibayar oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga berpotensi
menghambat kegiatan RSUD dalam memberikan pelayanan BPJS;
6) RSUD dan Puskesmas belum siap melaksanakan program BPJS karena belum
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan secara nasional;
7) Kesiapan implementasi program BPJS perlu perhatian dikarenakan belum
menerima juklak dan juknis, Formasi Obat Nasional 2014 serta kuota penetapan
jumlah pasien belum dicantumkan rincian nama (by name and by address).
D.1.4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Indikator kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah juga diukur dari hasil
evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pemda oleh
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 43
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kementerian PAN dan RB) yang dibantu oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan
Riau. Tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau melakukan
pendampingan Evaluasi LAKIP SKPD pada Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Lingga. Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau juga telah melaksanakan
kegiatan bimbingan teknis evaluasi LAKIP dan menjadi narasumber dalam
penyusunan LAKIP.
D.1.5 Program Subsidi Beras Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(Raskin)
Program raskin pada Provinsi Kepulauan Riau merupakan program yang
dikelola oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi dan Tim Koordinasi Kabupaten Bintan
dan Kabupaten Karimun sampai Kecamatan termasuk pelaksanaan distribusi raskin
di desa/kelurahan serta Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM).
Tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan
audit kinerja terhadap program Raskin pada Provinsi kepulauan Riau, Kabupaten
Karimun, dan Kabupaten Bintan dimana bertujuan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan Program Raskin antara pelaksanaan di lapangan dengan tujuan yang
direncanakan serta menilai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan tersebut.
Hasil audit menunjukkan capaian kinerja atas program Raskin di Provinsi
Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Bintan di nilai cukup berhasil
dalam memfasilitasi upaya pemerintah dalam mengurangi beban masyarakat (RTS-
PM) dalam memenuhi kebutuhan pokok pangan, namun masih dijumpai adanya
permasalahan-permasalahan antara lain sebagai berikut;
1) Unit pengaduan masyarakat Program Raskin belum berfungsi
2) Tim Monotoring/Tim Koordinasi Raaskin Provinsi tidak melakukan monitoring dan
evaluasi ke Kabupaten Kepulauan Anambas.
3) Perbaikan Basis Data RTS-PM di beberapa desa/kelurahan di Provinsi
Kepulauan Riau tidak mutahir lagi sehingga menyulitkan pembagian raskin di
tingkat desa/kelurahan.
4) Laporan Triwuan tentang Realisasi Penyaluran Raskin dari provinsi ke Menko
Kesra selaku Ketua Tim Koordinasi Raskin Pusat tidak akurat karena bukan dari
sumber resmi.
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 44
5) Tim Koordinasi Raskin Kecamatan tidak menyusun laporan pelaksanaan
program raskin kepada Tim Koordinasi Kabupaten.
6) Jumlah beras yang diterima RTS-PM di desa masih ada yang menerima kurang
dari 15 Kg/bulan.
7) Kualitas beras yang di terima oleh RTS-PM kualitasnya kurang baik, antara lain
berkutu, berdebu dan pecah-pecah.
D.2 Pengawasan Kinerja Pelayanan Publik
Memenuhi amanat Pasal 7 ayat (3) dan (4); bahwa Menteri PAN dan RB
berkewajiban untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan
pelayanan publik dan membuat peringkat penyelenggaraan secara berkala;
memberikan penghargaan, serta mempublikasikan; Sesuai surat dari Menteri PAN
dan RB, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan verifikasi dan
validasi hasil penilaian pelayanan publik pada Provinsi Kepulauan Riau, adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pelayanan publik selama tahun
2014 sebanyak 6 (enam) kali sebagai berikut:
1) Evaluasi Pelayanan Publik di Kabupaten Bintan;
2) Evaluasi Pelayanan Publik di Kota Tanjungpinang;
3) Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan pada Pemda Kabupaten
Bintan;
4) Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Kesehatan pada Pemda Kabupaten
Bintan;
5) Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Kesehatan pada Pemda Kabupaten
Karimun;
6) Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan pada Pemda Kabupaten
Karimun.
Hasil evaluasi pelayanan publik pada Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan dan
Kabupaten Karimun tahun 2013 dengan hasil yang memerlukan perhatian dan
perbaikan yang akan datang sebagai berikut:
1) Sosialisasi dan pelatihan untuk penyusunan Standar Operasional (SOP) dan
Standar Pelayanan Publik;
2) Sosialisasi tentang perencanaan dan pelaksanaan Survey Kepuasan
Masyarakat (SKM) kepada unit pelaksana pelayanan publik;
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 45
3) Unit pelayanan agar membuat dan melaksanakan peraturan terkait dengan
pelaksanaan layanan publik sesuai dengan UU Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
4) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan maupun kesehatan;
5) Penambahan SDM baik tenaga pendidik maupun tenaga kesehatan sesuai
dengan analisis kebutuhan dan ditempatkan sesuai dengan kompetensinya.
D.3 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)
Dari 7 (tujuh) Pemda yang dilakukan evaluasi kinerja atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (EKPPD) dalam tahun 2014 atas LPPD tahun 2013, Perwakilan
BPKP Provinsi Kepulauan Riau bersama-sama dengan Tim Inspektorat Provinsi
Kepulauan Riau telah melaksanakan Evaluasi Kinerja atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (EKPPD) untuk seluruh Kabupaten dan sampai saat ini hasil
skoring atau perangkingan belum selesai karena menunggu hasil validasi dati Tim
EKPPD Pusat.
Maksud dan tujuan Evaluasi Kinerja atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (EKPPD) tahun 2013 adalah:
1) Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah dalam
memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dari hasil
yang direncanakan;
2) Sebagai bahan penetapan peringkat kinerja di tingkat provinsi dan nasional;
3) Memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk mendorong
peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah;
4) Adanya bahan dasar sebagai masukan kepada Kementerian/LPND untuk
melakukan pembinaan lebih lanjut dalam rangka peningkatan kinerja daerah.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah di Prov. Kepulauan Riau berada pada tingkat “Sangat Tinggi”dan
“Tinggi””.
D.4 Current Issues
Current issues yang ada di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2014
mencakup kebijakan program bantuan sosial kepada masyarakat dan Program
Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 46
D.4.1 Evaluasi Kebijakan Program Bansos
Evaluasi program kegiatan Bansos yang di laksanakan pada tiga Pemda
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 dan 2014, dengan hasil kegiatan evaluasi yang
memerlukan perhatian sebagai berikut:
1) Bantuan sosial yang diberikan kepada pihak-pihak yang tidak diatur dalam
pedoman bantuan sosial.
1) Adanya Penerima bantuan sosial yang belum ditetapkan dalam SK Gubernur dan
melebihi plafon yang telah ditetapkan.
2) Penerima bantuan sosial belum membuat laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana.
3) Instansi Teknis terkait belum melakukan monitoring dan evaluasi atas pemberian
bantuan sosial.
4) Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 57 Tahun 2012 belum selaras
dengan Permendagri No 32 Tahun 2011 dan Nomor 39 Tahun 2012.
5) Usulan/verifikasi atas usulan/proposal dari masyarakat atas permintaan bantuan
sosial belum dilakukan secara memadai yaitu hanya sebatas uji formil belum
mencakup uji matriil.
6) Prosedur evaluasi usulan/proposal dari masyarakat/kelompok masyarakat belum
dilaksanakan secara memadai.
7) Terdapat bantuan sosial kepada pihak-pihak yang tidak di atur dalam
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 dan Nomor 39 Tahun 2012.
8) Terdapat bantuan kepada LSM yang tidak terdaftar di SKPD terkait.
9) Terdapat beberapa penerima dana bantuan sosial yang menerima dari beberapa
bantuan sosial.
10) Terdapat bantuan sosial kepada Ormas yang tidak sesuai.
11) Terdapat penerima bantuan social yang tidak sesuai dengan nominal yang
dipertanggungjawabkan.
D.4.2 Evaluasi Program Rumah Tidak Layak Huni
Pelaksanaan evaluasi program pembangunan rumah tidak layak huni
dilaksanakan pada Kota Batam dan Kabupaten Bintan tahun anggaran 2013 dan
2014. Sasaran kegiatan ini meliputi tata kelola anggaran keuangan dan tata kelola
kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak layak Huni yang meliputi perencanaan,
Laporan Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan 47
pencairan dana, pelaksanaan, pertanggungjawaban, monitoring dan evaluasi.
Adapun hasil evaluasi program pembangunan RTLH sebagai berikut;
1) Terdapat perbedaan besaran jumlah alokasi dana penerima bantuan
berdasarkan lokasi darat, laut dan penataan kawasan.
2) Adanya laporan pertanggungjawaban fisik dan keuangan disertai bukti
pembelian bahan/faktur untuk disampaikan sebagai SPJ hanya menyesuaikan
RAB yang diajukan pada saat mengajukan proposal, namun faktanya realisasi
fisik/material yang dikerjakan berbeda dengan RAB.
3) Kuitansi dan dokumen pembelian tidak ditandatangani oleh penerima RTLH
yang bersangkutan.
4) Terdapat bangunan RTLH yang belum dilengkapi sarana penunjang yang
memadai.
5) Terdapat penerima dana rehabilitasi RTLH yang tumpang tindih dengan sumber
dana lainnya.
6) Terdapat perbedaan bentuk fisik bangunan yang berlokasi di darat dengan yang
berlokasi di laut.
7) Honor/upah koordinator lapangan perlu ditinjau ulang.
8) Jumlah tagihan took bangunan dan harga bahan tidak sesuai dengan
realisasinya.
9) Tahap percairan dan tidak sesuai dengan realisasi penerimaan bantuan.
Kami sarankan kepada Gubernur Kepulauan Riau meningkatkan monitoring
terhadap program Bansos dan RTLH, baik yang dilakukan oleh SKPD teknis
maupun oleh Inspektorat di masing-masing Pemda.