Gratifikasi Dokter
-
Upload
muthiafadhilah -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Gratifikasi Dokter
Gratifikasi DokterOleh :
Ajeng Febriyanti 1102010013 Muthia Fadhilah 1102010191
Pembimbing :dr. Budi Suhendar, Sp.F,DFM
dr.Baety Adhayati, Sp.F
Latar Belakang
Gratifikasi pada profesi dokter selain merupakan pelanggaran hukum juga merupakan pelanggaran etik kedokteran. IPK Indonesia tahun 2013 tidak
beranjak dari skor tahun 2012 yaitu 32, namun Indonesia meningkat 4 peringkat. Tahun 2012, Indonesia berada di peringkat 118 dari 176 negara
dan di tahun 2013 peringkat Indonesia menjadi 114 dari 177 negara.
Rumusan Masalah
Apakah tindakan pemberian sesuatu dari perusahaan farmasi kepada dokter termasuk gratifikasi?
Bagaimana mencegah kolusi pemberian gratifikasi dari perusahaan farmasi kepada dokter?
Definisi Gratifikasi
Pasal 12B Ayat (1) UU No.31 Tahun 1999 juncto UU No.20 Tahun 2001, bahwa :
"Yang dimaksud dengan "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjawalan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diteria di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik."
Untuk mengetahui kapan gratifikasi menjadi kejahatan korupsi, perlu dilihat rumusan Pasal 12B ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 juncto UU No.
20 Tahun 2001
"Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya."
Bersifat Positif• jika pemberian tersebut diberikan secara tulus, ikhlas tidak mempunyai
maksud atau tujuan tertentu yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang yang menerima gratifikasi tersebut
Bersifat Negatif• jika pemberian tersebut bertujuan pamrih, mempengaruhi keputusan
seseorang yang berkaitan degan jabatan dan profesinya
• marketing fee atau imbalan yang bersifat transaksional dan terkait dengan pemasaran suatu produk
• cashback yang diterima instansi digunakan untuk kepentingan pribadi
• gratifikasi yang terkait pelayanan barang dan jasa, pelayanan publik dan lainnya
• sponsorship yang terkait pemasaran dan penelitian suatu produk.
Dalam Pasal 4, gratifikasi yang dianggap suap yaitu, penerimaan yang tidak terbatas:
Gratifikasi yang tidak dianggap suap sebagaimana tertulis dalam pasal 5 yaitu, pemberian secara resmi dari aparatur kementerian sebagai wakil resmi instansi dalam suatu kegiatan dinas sebagai
bentuk penghargaan, atas keikutsertaan kontribusi dalam kegiatan tersebut.
No Pertanyaan Reflektif (pertanyaan kepada diri sendiri)
Jawaban(Apakah pemberian cenderung ke arah gratifikasi ilegal/suap atau
legal)1 Apakah motif dari pemberian hadiah yang diberikan
oleh pihak pemberi kepada Anda?Jika motifnya menurut dugaan Anda adalah ditujukan untuk mempengaruhi keputusan Anda sebagai pejabat publik, maka pemberian tersebut dapat dikatakan cenderung ke arah gratifikasi ilegal dan sebaiknya Anda tolak.
Seandainya 'karena terpaksa oleh keadaan' gratifikasi diterima, sebaiknya segera laporkan ke KPK atau jika ternyata instansi tempat Anda bekerja telah memiliki kerjasama dengan KPK dalam bentuk Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) maka Anda dapat menyampaikannnya melalui instansi Anda untuk kemudian dilaporkan ke KPK.
2 a. Apakah pemberian tersebut diberikan oleh pemberi yang memiliki hubungan kekuasaan/posisi setara dengan Anda atau tidak? Misalnya pemberian tersebut diberikan oleh bawahan, atasan atau pihak lain yang tidak setara secara kedudukan/posisi baik dalam lingkup hubungan kerja atau konteks sosial yang terkait kerja
Jika jawabannya adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi kemungkinan pemberian tersebut diberikan atas dasar pertemanan atau kekerabatan (sosial), meski demikian untuk berjaga-jaga ada baiknya Anda mencoba menjawab pertanyaan 2b.
Jika jawabannya tidak (memiliki posisi tidak setara) maka Anda perlu mulai meningkatkan kewaspadaan Anda mengenai motif pemberian dan menanyakan pertanyaan 2b untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut.
b. Apakah terdapat hubungan relasi kuasa yang bersifat strategis? Artinya terdapat kaitan berkenaan dengan/menyangkut akses ke aset-aset dan kontrol atas aset-aset sumberdaya strategis ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang Anda miliki akibat posisi Anda saat ini seperti misalnya sebagai panitia pengadaan barang dan jasa atau lainnya.
Jika jawabannya ya, maka pemberian tersebut patut Anda duga dan waspadai sebagai pemberian yang cenderung ke arah gratifikasi ilegal.
3 Apakah pemberian tersebut memiliki potensi menimbulkan konflik kepentingan saat ini maupun di masa mendatang?
Jika jawabannya ya, maka sebaiknya pemberian tersebut Anda tolak dengan cara yang baik dan sedapat mungkin tidak menyinggung. Jika pemberian tersebut tidak dapat ditolak karena keadaan tertentu maka pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan dan dikonsultasikan ke KPK untuk menghindari fitnah atau memberikan kepastian jawaban mengenai status pemberian tersebut.
4 Bagaimana metode pemberian dilakukan? Terbuka atau rahasia?
Anda patut mewaspadai gratifikasi yang diberikan secara tidak langsung, apalagi dengan cara yang bersifat sembunyi-sembunyi (rahasia). Adanya metode pemberian ini mengindikasikan bahwa pemberian tersebut cenderung ke arah gratifikasi ilegal.
5 Bagaimana kepantasan/kewajaran nilai dan frekuensi pemberian yang diterima (secara sosial)?
Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran yang berlaku di masyarakat ataupun frekuensi pemberian yang terlalu sering sehingga membuat orang yang berakal sehat menduga ada sesuatu di balik pemberian tersebut, maka pemberian tersebut sebaiknya Anda laporkan ke KPK atau sedapat mungkin Anda tolak.
Penyebab Terjadi Korupsi Dalam Profesi Dokter
Greed
Opportunity
Need
Exposes
Gratifikasi akan tumbuh subur jika faktor-faktor GONE ini sangat kondusif. Dengan kata lain jika ada dokter yang tidak puas dengan keadaan dirinya, kemudian terdapat kesempatan untuk
melakukan kolusi, dipengaruhi oleh rendahnya gaji dan supremasi hukum yang lemah maka akan sangat menyuburkan terjadinya
gratifikasi pada profesi dokter.
Kode Etik Kedokteran Indonesia
Pasal 3 : Kemandirian Profesi
• Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Penjelasan pasal
Hubungan antara dokter dengan industri farmasi atau alat kesehatan dan berbagai jasa ikutannya sudah dirasakan tak dapat dipisahkan, namun hubungan yang menyimpangi kode etik kedua pihak harus diakhiri. Dokter memiliki kekuasaan besar untuk menentukan pilihan produk/barang/jasa tersebut, sehingga sepantasnya etika kedokteranlah yang menjadi rem kekuasaan ini.
Pencegahan Gratifikasi Profesi Dokter
Memperbaiki sikap dan perilaku para dokter agar lebih professional
Memperkecil celah untuk melakukan kolusi antara dokter dengan perusahaan farmasi dengan cara membuat regulasi yang mewajibkan perusahaan farmasi lebih banyak memproduksi obat generik
Memberikan gaji dokter pegawai negeri sipil yang manusiawi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan baik
Meningkatkan supremasi hukum dan memberikan sanksi yang tegas bagi pemberi dan penerima gratifikasi, sehingga menimbulkan efek jera dan membuat orang di masa yang akan dating tidak mau melakukan tindak pidana korupsi.
Kesimpulan
Gratifikasi yang terjadi antara dokter dengan perusahaan farmasi dapat dianggap sebagai pemberian suap, apabila bertujuan untuk mempengaruhi dokter supaya memakai obat dari perusahaan tersebut kepada pasiennya.
Penyebab terjadinya gratifikasi yang merupakan tindak pidana korupsi pada profesi dokter dapat dipakai teori GONE (Greed, Oppurtunity, Need, Exposes).
TERIMAKASIH