grafolog

download grafolog

If you can't read please download the document

Transcript of grafolog

Para Penafsir Tulisan Tangan (Grafolog) Diposting oleh Diana AV on Sep 30th, 2009 di topik Tokoh. Anda dapat mengikuti d iskusi pada berita ini melalui RSS 2.0. Anda bisa juga meninggalkan komentar dan trackback Sapta Dwikardana, Pelajari Grafologi hingga ke Amerika Sehari-hari Sapta Dwikardana adalah dosen Hubung an Internasional di Universitas Parahyangan, Bogor. Sejak 2000 dia mendalami grafologi (ilmu membaca karakter m elalui tulisan tangan). Saking seriusnya, dia sampai belajar ilmu itu hingga ke Amerika Serikat. Sapta mengaku mengenal grafolog saat karakter dia dibaca guru besar psikologi Un iversitas Padjajaran (Unpad) John Nimpoeno melalui tulisan tangannya. Tiap orang merasa senang ada yang menjelaskan kepribadiannya, ujar nya ketika ditemui Jawa P os di salah satu kliniknya, kawasan Dago, Bandung. Sejak saat itu ilmu tersebut seolah membuka alam pikirnya. Sapta jatuh cinta den gan bidang ilmu yang merupakan bagian dari psikologi itu. Ketika itu, amat jaran g orang yang mau mendalami grafolog. Namun, Sapta berkeyakinan ilmu tersebut bak al banyak membantu sesama. Menurut dia, tulisan tangan merupakan satu-satunya alat untuk membaca karakter s eseorang yang tidak lekang waktu. Tulisan ta ngan merupakan proyeksi otak kita ya ng tidak bisa direkayasa. Tidak ada instrumen yang lebih kuat daripada itu, ujar pria asli Madura itu. Tangan, kata Sapta, hanyalah media untuk membaca karakter tulisan seseorang. Orang yang menulis dengan mulut, bahkan kaki, tidak menjadi pe rsoalan. Itu hanya medium. Yang penting tulisan tangannya, jelasnya. Menurut dia, grafolog sejati harus menguasai tiga hal. Yaitu, analisis tulisan t angan, kaligrafi, dan membaca gambar. Untuk itu, dia sudah menguasai ketiga hal tersebut. Lantaran ketertarikannya terhadap grafolog, Sapta lantas memdalami ilm u itu bersamaan ilmu psikolog lain seperti Freudian. Setelah menguasai program d asar ilmu itu, Sapta mengambil master di Advanced Studies in Contemporary Grapho logy AS. Program master dua tahun itu dia tempuh melalui jarak jauh. Kurikulumny a sangat padat. Ujian yang dia ikuti juga jarak jauh. Dia menjelaskan, basik grafologi hanya mempertimbangkan 40-50 indikator un tuk m enilai tulisan seseorang, lain lagi dengan program master. Dibutuhkan sekitar 44 0 indikator untuk membaca karakter seseorang melalui tulisan tangan. Misalnya, b entuk huruf, kemiringan huruf, ketebalan huruf, maupun serpihan tinta. Itu hanya sekian indikator. Jam terbang tinggilah yang menentukan akurasi dalam membaca k arakter seseorang. Akhirnya dia menjadikannya sebagai profesi. Hasilnya, ilmu itu amat bermanfaat d ari hal sederhana hingga memecahkan masalah berat. Meski grafolog bukan pekerjaa n utama, profesi barunya itu berkembang pesat. Pada 2004, Sapta bertekad mendiri kan sekolah grafologi. Dia mendirikan Authentic School di Jakarta. Sekolah itu t ak hanya mempelajari grafologi, tapi juga hipnoterapi, behaviour theraphy maupun auriculotherapist. Lantas, berkembanglah sekolahnya di berbagai kota besar. Misalnya, di Bandung da n Bali. Kendati sekolahnya berkibar di mana-mana, Sapta mengaku tak pernah pasan g iklan. Karena prinsipnya, saya ingin ilmu ini dipelajari banyak orang, akunya. Saat ini dia sudah memiliki sekitar 250 siswa yang konsens belajar grafolog. Mer eka dari berbagai kalangan. Mulai dosen, dokter spesialis, ibu rumah tangga, mah asiswa, maupun guru. Banyal siswanya yang akhirnya membuka jasa konsultasi grafo

logi. Banyak yang sudah buka klinik di mana-mana, ungkap dosen yang meraih gelar P hD di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, jurusan Sosiologi SDM (sumber daya manusia) itu. Jam terbang yang cukup tinggi dalam membaca karakter seseorang memberikan banyak pengalaman kepada Sapta. Terutama, dalam mengungkap kasus kejahatan. Sapta pern ah membantu mengungkap kasus pembobolan dan pencurian di sebuah perusahaan. Keti ka itu, dia meminta agar beberapa suspect menulis di secarik kertas. Melalui tul isan tangan itu terbaca tingkat kegelisahan yang dialami seseorang, sifat manipu latif, maupun kondisi psikologis. Tapi, saya harus benar-benar cermat dan bisa me mbedakan apakah kegelisahan yang ditunjukan tersangka karena ketakutan atau pera saan bersalah, tuturnya. Akhirnya, melalui tulisan tangan itu dia berhasil mengun gkap pelaku pembobolan tersebut. Setiap kali membaca hasil tulisan, Sapta selalu meminta feedback dari kliennya. S aya tanya benar nggak analisis saya. Mayoritas mengaku 95 persen benar, ucapnya l antas tersenyum. Bisa untuk Ngetes Calon Pasangan Hidup Profesi grafolog memiliki fungsi hampir sama dengan psikolog atau psikiater. Ilm u analisis tulisan tangan yang disebut grafologi itu bisa memiliki validitas dal am mengambarkan kepribadian seseorang secara komprehensif. Ilmu ini juga bisa di manfaatkan sebagai alat untuk mempelajari watak calon pasangan hidup. Grafologi bisa digunakan pasangan yang mau menikah untuk melihat apakah calon pas angannya memiliki kecenderungan kepribadian yang bermasalah, kata Angela Teressia , SIp, CMHA (Certified Master Hand Analyst) di Bandung. Dia menceritakan, klinik yang dia kelola terkadang menerima permintaan dari seso rang wanita yang akan mengarungi bahtera rumah tangga untuk menganalisis tulisan tangan calon suami. Biasanya yang ingin dilihat apakah ada kemungkinan calon pas angan hidup tersebut punya potensi agresivitas yang terpendam dan apakah yang bi sa memicu sifat tersebut, ujarnya. Wanita 28 tahun yang memiliki gelar Master of Manajemen dari Universitas Katolik Parahyangan itu mengaku, banyak di antara kliennya yang hanya membawa contoh tu lisan tangan pasangannya. Jika hasilnya memang perlu dilakukan konsultasi, kami a kan memberi tahu dengan bahasa yang diperhalus. Tidak secara langsung memberi ta hu bahwa dia (calon suami) memiliki sifat agresivitas yang terpendam, jelasnya. Angela yang kerap disapa Ela itu mengakui bahwa dirinya lebih sering menangani k lien anak-anak dan wanita dewasa saat menjalankan klinik grafologi. Menerima klie n laki-laki juga pernah. Tapi, klien lebih senang dengan grafolog yang sama (jen is kelamin, Red), ujarnya. Kalau kliennya laki-laki, kasus yang sering ditangani biasanya terkait dengan ap akah partnernya cocok berbisnis sendiri atau bekerja sama. Ela membeberkan, sejak kuliah dirinya tertarik mempelajari ilmu analisis tulisan tangan itu. Namun, baru pada sekitar 2005 dia mulai belajar grafologi dan berga bung dengan Authentic School of Graphology. Dulu awalnya beli buku, belajar secar a otodidak. Setelah itu mengambil master grafologi, jelasnya. Ibu satu anak tersebut mengatakan, grafologi merupakan bagian dari ilmu proye ks i psikologi. Ilmu tersebut bisa digunakan untuk mengetahui kondisi emosional, me ntal, dan fisik seseorang, menceritakan kehidupan penulisnya. Ilmu ini juga bisa dipelajari tanpa mengenyam pendidikan formal. Saking bergunanya grafologi, Ela menggunakannya untuk memilih pengasuh bayi yang

cocok bagi buah hatinya. Saat menerima sang baby sitter, Ela meminta tulisan ta ngannya. Dari situ dia bisa mengetahui apakah pengasuh bayi itu memiliki kecende rungan melakukan kekeras an terhadap anak. Setelah saya baca, ternyata tidak ada dan setelah tiga tahun, dia terus bersama saya, ke nangnya. Awalnya Hanya Ingin Tahu Bakat Anak-Anak Salah seorang grafolog lain, Achsinfina H. Soemantoro, memilih konsens menangani kasus perkembangan anak. Grafolog yang akrab dipanggil Sinta itu mulai mendalam i ilmu tersebut sejak 2002. Sinta tertarik grafologi sejak dia ingin kuliah di j urusan psikologi. Waktu itu ekonomi keluarga saya tidak memungkinkan. Oleh ibu saya disarankan meng ambil D3 manajemen transportasi udara di Trisakti, kenangnya. Harapannya, Sinta b isa langsung bekerja. Namun, belum sampai lulus Sinta sering mendapat job sampin gan. Sinta pun berkeinginan suatu saat bisa mengambil S-1. Lulus kuliah dia langsung didapuk sebagai asis ten dosen. Saat itulah, dia mulai kenal dengan grafologi. Karena kesenangan saya terhadap psikologi, akhirnya tert arik belajar grafologi ujarnya saat ditemui Jawa Pos di kliniknya kawasan Bintaro . Sinta pun lantas belajar secara otodidak. Referensi terkait grafologi dia kump ulkan dan dia pelajari. Suatu hari seorang teman menyarankan dirinya mengambil pembelajaran jarak jauh g rafologi di Sertified Behaviour Analysis di California. Selama dua tahun (2003-2 005) Sinta belajar grafologi secara jarak jauh. Ketika sudah mahir ilmu itu, Sinta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ke betulan waktu itu dia bekerja sebagai salah satu public relations sebuah perusah aan. Dia memanfaatkannya untuk merekrut karyawan. Hasilnya amat membantu. Kelihaian Sinta membaca tulisan tangan tersebar dari mulut ke mulut. Orang pun m ulai berdatangan ke rumahnya. Minta dites ini dan itu. Mulanya sih saya pakai unt uk tahu bakat anak-anak saya saja. Tapi, lama-kelamaan yang datang ke rumah bany ak, ujarnya. Saking banyaknya, halaman rumahnya sampai tidak muat untuk parkir kendaraan para tamu. Parkirnya sampai di rumah tetangga. Saya jadi nggak enak, cerita perempuan kelahiran 1973 itu. Lantaran semakin banyak klien yang datang ke rumah, oleh sang suami, Sinta disar ankan membuka klinik. Pada 2005, Sinta akhirnya membuka klinik di kawasan Bintar o. Tak disangka, kata dia, animo masyarakat cukup tinggi. Sinta pun berpikir bah wa ilmu ini sejatinya bisa ditularkan kepada orang lain. Akhirnya, dia bertekad menerbitkan buku. Menguak Rahasia Tulisan Tangan yang terbit pada 2008 adalah bu ku pertamanya. Buku itu berisi pengenalan tentang grafologi. Sinta mengungkapkan, melalui grafo logi hubungan cinta, karir, kepribadian, dan masa depan bisa menjadi lebih baik. Menurut dia, ada beragam cara membaca kepribadian seseorang. Sebab, manusia suli t berpura-pura soal isi hatinya. Ada beragam jejak yang bisa dibaca tentang kepr ibadian seseorang. Termasuk di dalamnya orientasi seks seseorang. Salah satu tand a untuk mengungkap hal itu adalah tulisan tangan, sebut grafolog asli Pekalongan itu. Sepanjang pengalamannya sebagai grafolog, Sinta telah memakai ilmu itu untuk mem bantu rekrutmen pegawai di perusahaan, meningkatkan kualitas kepribadian staf di perusahaan, konsultasi anak dan dewasa, membimbing seseorang memilih pekerjaan yang cocok, menilai kemung kinan risiko penipuan, kesesuaian antarrekan kerja, m

embantu memahami diri dengan lebih baik, dan memilih pasangan hidup. Sinta mensyaratkan minimal 15 baris tulisan untuk bisa dibaca. Tulisan bisa digo reskan di kertas HVS tanpa garis. Sinta menegaskan, bukan cerita yang dinilai da lam grafologi. Karena itu, seseorang tak perlu berupaya membuat tulisannya bagus . Grafologi tidak melihat apakah tulisan Anda cantik atau berantakan, cetusnya. Ha nya, alat tulisnya harus menggunakan bolpoin standar. Lebih baik warna hitam. Al at tulis seperti Boxy, menurut Sinta, dapat membuat analisis bias karena kuat le mahnya tekanan tulisan tidak terbaca. Tahun ini Sinta baru saja menerbitkan buku berjudul Mengenal Potensi Anak Melalu i Tulisan Tangan. Saat ini dia memang lebih konsens menangani kasus perkembangan anak. Mita Rosette, Menemukan Hidup lewat Grafologi Setelah mendalami grafologi, semangat Mita Rosette Taufik menjadi kian kuat. Pen yakit kanker payudaranya yang divonis stadium akhir pun kalah oleh semangat itu. Bagaimana kisahnya? Pada 2001 Mita divonis mengidap kanker payudara stadium akhir. Saat itu umurnya di prediksi tak lebih dari enam bulan lagi. Perempuan 45 tahun itu pun sempat pu tus asa. Berulang-ulang menjalani kemoterapi, perkembangan penyakitnya nihil. Berbagai te rapi pun dicoba. Termasuk, menjalani 30 kali radiasi maupun terapi hormon. Saya s udah putus asa dan tak bisa berpikir. Ketiga anak saya juga tidak konsens menjal ani hari-harinya, tuturnya ketika ditemui Jawa Pos di Kartika Sari, Bandung. Dua tahun Mita bergulat de ngan pengobatan yang sia-sia. Di tengah kondisi yang kritis Mita terus berpikir. Kita ini hidup buat apa, ujarny a. Pertanyaan tersebut selalu terngiang-ngiang. Mita merasa bahwa sebagai manusi a pasti memiliki tugas tertentu. Tugas itulah yang belum saya temukan, ucapnya. Hingga keajaiban dalam hidupnya datang. Pada 2003 dia diperkenalkan salah seorang kawan dengan Sapta Dwikardana, seorang grafologis. Sapta sempat membaca guratan tulisan tangan dia. Tak disangka, sejak saat itu hidupnya terasa dimulai lagi. M ita menyatakan ketertarikannya untuk belajar ilmu tersebut. Dia pun mulai mendalami grafologi dan menerapkan ilmu tersebut terhadap orang te rdekatnya. Misalnya, untuk mengetahui potensi anak-anaknya. Hasilnya, ilmu itu a mat bermanfaat. Sejak itu saya tahu tugas saya di dunia ini untuk apa. Setelah be rtahun-tahun, saya akhirya berhasil menemukan potensi yang saya miliki, ucapnya. Mita mengaku tak mau meninggal tanpa tahu potensi dirinya yang sejati. Selama ini Mita merasa terdampar dalam pencarian hidupnya. Alumnus Sastra Pranci s Universitas Padjajaran, Bandung, itu merasa bahwa jurusan yang dipelajari sela ma ini bukanlah bidangnya. Bayangkan, saya lulus tujuh tahun untuk belajar bahasa itu. Amat tidak sesuai dengan keinginan saya. Sebab, pada waktu itu saya menuru ti orang tua, ungkap perempuan yang hobi karaoke itu. Spirit hidup Mita yang mulai redup bersinar kembali. Menurut dia, cara berpikir atau cara me mandang hidup yang positif memiliki kontri busi 80 persen terhadap kesembuhan pe nyakitnya. Faktor makan dan pola hidup hanya menjadi penyumbang 20 persen yang meme ngaruhi penyakitnya. Berkat perubahan cara berpikirnya itu, ki ni setelah delapan tahun boleh dikatakan Mita terbebas dari penyakitnya. Hasil pe meriksaan sudah tidak ditemukan sel kan ker, ucapnya. Mita pun terus mengembangkan pekerjaan. Dia mulai membuka klinik grafologi. Klie

nnya berdatangan dari berbagai kalangan. Selain itu, kliennya berdatangan dari b erbagai tempat. Mulai Jakarta hingga Papua. Dari mulut ke mulut, nama Mita mulai dikenal. Tak urung dia mendapat order dari berbagai pe r usahaan. Mulai perbankan, asuran si, perminya k an, hingga operator seluler. Mayoritas jasa nya dipakai untuk per ekrutan karyawan, training untuk karir karyawan, maupun konsultan HRD. Tapi, saya tidak mau terikat pada satu perusahaan. Jadi, saya meng-handle banyak perusahaa n, jelasnya. Spesialis Mita pun menangani perusahaan. Berbagai persoalan di perusahaan dia pe cahkan. Termasuk, menganalisis sikap karyawan. Hal itu memudahkan perusahaan men yeleksi karyawan. Tak cukup di situ, Mita ingin menularkan ilmunya kepada orang lain. Dia membuka kelas grafolog. Satu kelas biasanya diikuti 40 orang. Pesertanya juga dari berba gai kalangan. Termasuk di dalamnya guru. Grafologi, sebut dia, amat membantu par a guru dalam mengenal karakter siswa dan mengarahkan mereka. Mereka amat terbantu . Mereka menjadi paham mengapa siswanya seperti ini dan itu serta bagaimana meng arahkan potensi siswa, jelasnya. Yang paling berkesan, menurut dia, grafologi membantunya menjalin hubungan baik dengan orang tuanya. Sebab, melalui tulisan Mita tahu apa keinginan kedua orang tuanya.