Gliserol
-
Upload
heny-ismawati -
Category
Documents
-
view
314 -
download
3
Transcript of Gliserol
MAKALAH
PROSES INDUSTRI PETRO DAN OLEOKIMIA
OLEH :
HENI ISMAWATI
1107121287
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gliserol merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam industry
kimia. Gliserol ini merupakan produk samping yang tersedia dalam jumlah besar,
adapun gliserol diperoleh Dari reaksi kesetimbangan antara trigliserida dengan air
dihasilkan gliserol dan asam lemak. Oleh sebab itu asam lemak atau gliserol harus
segera dikeluarkan (Ketaren, 1986). Molekul gliserol mengandung gugus alkohol
primer dan alkohol sekunder yang dapat mengalami reaksi oksidasi. Pada
umumnya gugus alkohol sekunder lebih suka dioksidasi daripada gugus alkohol
primer, sehingga apabila gliserol dioksidasi maka mula-mula akan terbentuk
aldehida dan pada oksidasi selanjutnya akan membentuk asam karboksilat (asam
gliserat atau asam tartronat).
Gliserol digunakan dalam beberapa industri misalnya industry farmasi dan
kosmetika sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan, selain itu gliserol juga
diperlukan dalam tubuh kita untuk mensintetis asam lemak.
Gliserol pada awalnya ditemukan pada tahun 1779 oleh Scheele yang
diproduksi dengan memanaskan minyak zaitun dan lemak babi. Pada tahun 1784 ia
melakukan observasi dengan substansi yang sama diproduksi dari minyak nabati
dan lemak hewani seperti lemak babi dan mentega. Scheele menyebut substansi
baru ini dengan sebutan “Lemak dasar yang manis” berdasarkan karakteristik
gliserin yang berasa manis. Pada tahun 1811, Chevreul yang mempelajari temuan
Scheele memberi nama baru pada substansi temuan Scheele dengan nama gliserin
yang berasal dari bahasa Yunani “Glyceros” yang berarti manis. Setelah rampung
mempelajari gliserol, ia menjadi orang pertama yang mendapatkan hak paten
gliserin pada tahun 1823. Chevreul juga melakukan beberapa penelitian penting
mengenai lemak dan sabun. Pada tahun 1836 formula untuk gliserol telah
ditemukan oleh Pelouze dan pada akhirnya Bhertelot dan Luce memperkenalkan
struktur formula gliserin pada tahun 1883.
Nitrogliserin ditemukan pada tahun 1847 oleh Sobrero. Selanjutnya pada
tahun 1863 Alfred Nobel mendemonstrasikan kemampuan ledakan Nitrogliserin
dan pada tahun 1866 ia menemukan dinamit. Ia melanjutkan penemuan ini dengan
melakukan ledakan pada gelatin dengan m,elakukan pengadukan pada
Nitrogliserin dan nitroselulosa pada tahun 1875
|
I.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan Gliserol ?
b. Bagaimana proses pembuatan gliserol ?
c. Bagaimana proses pemurnian Gliserol ?
d. Apa kegunaan dari gliserol ?
I.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Gliserol
b. Untuk mengetahui proses pembuatan Gliserol
c. Untuk mengetahui proses pemurnian Gliserol
d. Untuk mengetahui kegunaan dari Gliserol
BAB II
GLISEROL
Gliserol adalah salah satu bahan kimia yang penting di dalam industri obat-
obatan, bahan makanan, kosmetik, bahan peledak, dan lain-lain. Penggunaan giserol
yang beragam tersebut mengharuskan produksi gliserol dibuat dalam skala besar
agar mampu memenuhi kebutuhan pasokan dalam berbagai industri. Salah satu
bahan baku pembuatan gliserol adalah minyak, yang terdiri atas minyak nabati dan
minyak hewani. Gliserol ini juga merupakan bahan baku pembentuk trigliserida,
yang dapat membentuk ikatan ester dengan asam lemak. Ada beberapa metoda yang
dapat digunakan untuk membuat gliserol diantaranya saponifikasi minyak dan
lemak dengan kaustik soda, hidrolisis lemak dan minyak dengan katalis dan
transesterifikasi dari trigliserida.
2.1 Pengertian Gliserol
Gliserol atau gliserin adalah suatu tribasic alcohol yang terdapat di alam
dalam bentuk trigliserida yang merupakan trigliseril ester dari asam lemak. Gliserol
disebut juga 1,2,3-propanatriol memiliki rumus bangun CH2OHCHOHCH2OH
(gambar 1.1). Gliserol berwujud cairan bening, higroskopis, kental, dan terasa
manis akan tetapi bersifat racun.
Gambar 1.1 gambar rumus bangun gliserol (sumber: solvay, 2001)
Berikut adalah tabel sifat-sifat gliserol:
Sifat Nilai
Berat molekul 92,09382 gram/mol
Viskositas pada suhu 20oC 1499 Cp
Panas spesifik pada suhu 26oC 0,5795 kal/g
Densitas 1,261 g/cm3
Titik leleh 18oC
Titik didih 290oC
Tabel 1.1 sifat-sifat gliserol (sumber: kem, 1996)
2.2 Pembuatan gliserol
Gliserol dihasilkan dari pemecahan trigliserida dengan memakai beberapa
metoda yaitu:
1. Saponifikasi lemak dan minyak dengan kaustik soda.
Ketika lemak dan minyak disaponifikasi dengan kaustik soda maka terjadi
reaksi sebagai berikut:
Gambar 1.2 gambar reaksi saponifikasi dengan kaustik soda
Dari reaksi ini terbentuk sabun 8-12% dan sisa nya merupakan gliserin.
Lemak dan minyak disaponifikasi melalui proses perebusan. Dimana lemak dan
minyak mula-mula dimasukkan kedalam ketel dan sabun ditakar sesuai kebutuhan
dengan konsentrasi sufisien dan garam yang ditambahkan. Campuran tersebut
direbus dengan optimal , memakai coil steam tertutup, sampai saponifikasi hampir
selesai. Sejumlah soda kaustik ditambahkan dengan sengaja agar lebih banyak
perhitungan stoikiometri, Untuk memastikan bahwa sisa cairan sabun yang
menyusun gliserin punya alkalinitas minimum.soda kaustik dalam sisa cairan
sabun dinetralisir selama perlakuan berikutnya berlangsung.
Trigliserida di atas merupakan trigliserida sederhana karena merupakan trimester
yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama. Beberapa
lemak atau minyak menghasilkan satu atau dua ikatan ester akan terputus dan
dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya. Gliserol juga dapat dihasilkan
dari reaksi hidrolisa trigliserida yang dilakukan dengan tekanan dan temperatur
tinggi.
Garam dalam cairan yang dipakai perlu untuk menjaga sabun dalam hal ini
terjadi pemisahan dari sabun dan sisa cairan. Selanjutnya digambarkan setelah
diset dan ditransfer ke dalam proses pembuatan gliserin. Artinya, sabun yang
hilang selama perebusan dan penghitungan yang lengkap pada pencucian untuk
melengkapi saponifikasi dan menghasilkan gliserin sebanyak mungkin sebelum
habis menjadi sabun. Kelanjutan dari perebusan sabun, yang merupakan praktek
skala besar dipakai kolom pencucian bermacam-macam atau sentrifugasi.
2. Hidrolisis dari lemak dan minyak untuk menghasilkan asam lemak dan
gliserol.
Minyak atau lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dan
gliserol yang membentuk gliserida, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida.
Pada suhu kamar minyak berwujud fase cair, sedangkan lemak dalam fase padat.
Karakteristik trigliserida ditentukan oleh komponen asam lemak pembentuknya,
karena sebagian besar dari komponen trigliserida adalah asam lemak. Trigliserida
yang direaksikan dengan air pada temperatur dan tekanan tertentu akan
menghasilkan asam lemak dan gliserol. Minyak atau lemak dapat dihidrolisis atau
dipecah menjadi zat asam yang mengandung lemak dan gliserin, reaksinya sebagai
berikut :
1. Proses Twitchell
2. Proses Autoclave Batch
3. Proses Kontinu
4. Proses secara Enzimatik
1. Proses Twitchell
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam.
Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya ± ½ dari lemak, H2S 1-2 % dan
reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer
selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua
sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada
tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih
guna mencuci asam yang tertinggal.
Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi
dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak
menguntungkan.
Dilakukan 2 – 4 kaliLemak, air
H2SO4 1-2 % Reagent Twitchell 0,75-1,25 %
Dipanaskan pada suhu100-105 oC
Tong tahanAsam
(wooden lead-lined)Gliserin + air
Dipanaskanlagi
Gliserin
2. Proses Autoclave Batch
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam diameter 1220-1829 mm
dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-resistant
alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjadinya
pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk.
Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya
(sekitar ± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan udara
terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan
sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-
kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95%
setelah 6-10 jam. Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam
lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk
ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
Fat, Water Catalyst : 2-4%Zinc
Separation
Fatty acid
Gliserol
5-10 hari
Steam150-175oC
Copper/stainlessSteel autoclave
Fatty acid(wased)
impurities5 – 10 jam
3. Proses Kontinu
Proses hidrolisis ini lebih dikenal dengan proses Coltage-Emery,
merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan
tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current
dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat hidrolisis yang
maksimal tanpa memerlukan katalis, tetapi katalis juga dapat digunakan untuk
meningkatkan laju reaksi.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari
menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang
sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220
mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan
sekitar 5000 kPa.
Gambar 2.1 Single Stage Counter Current Splitting
Gambar 2.1 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent
splitting, lemak terdeaerasi dimasukkan dengan cincin sparge (sparge ring) sekitar
1 meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada
bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan
yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin agar air dapat melarut dalam minyak,
sehingga tidak diperlukan lagi alat untuk membuat air dan minyak berkontak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara
cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi melewati campuran
lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu
countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien
dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.
4. Proses secara Enzimatik
Lemak atau minyak dapat terhidrolisis denagn adanya enzim alami. Proses
hidrolisis dengan enzim ini memakan biaya yang besar dan waktu reaksi yang
lama.
Hidrolosis enzimatik menggunakan enzim lipase dari Candida Rugosa,
Aspergillus niger, dan Rhizopus arrhizus pada kondisi suhu 26-46 dengan waktu
48-72 jam. Proses ini dapat mencapai konversi 98 %.
Tabel 1 Perbandingan proses-proses hidrolisis
Parameter Twitchell Batch
Autoclave
Kontinu Enzimatik
Suhu / oC 100-105 150-240 250 26-46
Tekanan atmosferik 1135 kPa 5 kPa atmosferik
Katalis H2S Zn, Mg, atau
Ca oksida
Tanpa katalis Biokatalis
Model
Operasi
Batch Batch Kontinu
Waktu/jam 36-48 6-10 2-3 48-72
Konversi 85-98 % 95-98 % 97-99 % 98 %
Keunggulan Suhu dan
tekanan
rendah
Biaya
investasi
awal
relatif
rendah
Investasi
awal lebih
rendah
daripada
proses
kontinus
Lebih
cepat
daripada
proses
Twitchell
Perolehan
lebih
tinggi
Konsentrasi
gliserin
tinggi
Pengendalia
n lebih
akurat
Perolehan
tinggi
Kekurangan Waktu
reaksi
lama
Konsumsi
Investasi
lebih
tinggi
Waktu
Investasi
awal tinggi
Suhu dan
tekanan
Waktu
reaksi
lama
Investasi
steam
tinggi
Lebih dari
satu tahap
lebih
lambat
dari
kontinu.
Lebih dari
satu tahap
tinggi awal
tinggi
3 Transesterifikasi Lemak atau Minyak
Transesterifikasi lemak dan minyak adalah proses yang digunakan untuk
produksi metil ester, kecuali dalam kasus yang diinginkan metil ester dari asam-
asam lemak tertentu. Reaksinya adalah :
Transesterifikasi secara kontinu baru bisa diterapkan untuk kapasitas yang
besar bergantung pada kualitas feed. Unit-unitnya didesain untuk beroperasi pada
tekanan dan temperatur yang tinggi atau pada tekanan dan temperatur yang rendah
Trigliserida bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada tekanan
atmosfer dan temperatur 60-70oC dengan metanol berlebih dan katalis alkali.
Sebelum ditransesterifikasi, lemak atau minyak harus dibersihkan dari Asam
Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak dibutuhkan jika reaksinya dilakukan pada
tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi (240oC) dibawah kondisi ini
esterifikasi dan transesterifikasi berjalan secara simultan. Campuran pada akhir
reaksi dialirkan ke settle. Lapisan sebelah bawah adalah gliserin dikeluarkan,
sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk membuang sisa gliserin dan untuk
diproses lebih jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali dikondensor, dikirim
ke kolom pembersihan untuk pemurnian, dan kemudian di recycle.
Tabel 2 Perbandingan Proses Pembuatan Gliserin
ParameterHidrolisis Minyak
(Fat Splitting)Saponifikasi Transesterifikasi
Temperatur, oC 250 70 50-70
Tekanan, atm 50 1 1
Konsentrasi
gliserin,%12-20 10-25 25-35
Konversi,% 97-99 98 99
Produk
SampingAsam lemak sabun Metil Ester
Kelebihan Bisa diproses
dengan atau tanpa
katalis
Bahan baku
murah
Tanpa katalis Konversi
produk yang
tinggi
Konsentrasi
gliserin yang
tinggi
Kebutuhan
energi rendah
Produk
samping (metil
ester) lebih
ekonomis
daripada
produk proses
lain
Kekurangan Konsumsi energi Terbentuknya
yang besar
(karena butuh
suhu dan tekanan
yang tinggi)
Konsentrasi
gliserin rendah
emulsi, dapat
mengurangi
konversi
gliserin
Banyak air
garam yang
harus dibuang
Dari perbandingan proses tersebut maka proses yang dipilih pada
perancangan pabrik gliserin ini adalah transesterifikasi. Beberapa dasar
pertimbangan pemilihan proses yaitu :
1. Konsumsi energi yang rendah
2. Peralatan yang tidak terlalu mahal
3. Kuantitas gliserol yang dihasilkan
4. Lebih mudah dimurnikan
2.3 Pemurnian Gliserol
Gliserol yang diperoleh dari hasil produksi asam lemak belumlah murni,
sehingga gliserol perlu dimurnikan terlebih dahulu, adapun beberapa cara
pemurnian gliserol anatar lain:
1. Metoda konvensional
yaitu memisahkan sabun dari giserol dengan alum atau besi klorida dengan
cara evaporasi, distilasi, colourisasi, dan bleaching. Pada proses ini adanya alum
dan besi klorida berfungsi sebagai flokulan untuk penghilangan impurities kasar.
Selanjutnya penyesuaian PH (6,5 keatas) sebelum dievaporasi. Adapun tipe
evaporator yang digunakan adalah single atau multiple efek berdasarkan volume
pada proses. Gliserol kasar yang dihasilkan dari proses evaporasi memiliki
konsentrasi 80 – 88%. Pada evaporasi ini terjadi pemisahan garam mineral dan
sabun, garam-garam mineral dan sabun ini ditampung dibawah evaporator yang
selanjutnya dapat di recycle untuk proses pembuatan sabun. Panas didalam
evaporator dijaga agar selalu dibawah 200 oC, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya polimerisasi dan dekomposisi gliserol.
Gliserol kasar yang berasal dari evaporator selanjutnya di distilasi dalam
keadaan vacum dengan tekanan 660 – 1330 Pa. Proses kondensasi didalam
distilator selalu dikontrol agar gliserol tidak ikut menguap.
Dari hasil distilasi diperoleh gliserin dengan kemurnian 99% selanjutnya di
colourisasi untuk memperbaiki tekstur warna dari gliserol tersebut. Selanjutnya di
bleaching dengan karbon aktif agar diperoleh kemurnian lebih dari 99%.
2. Metode Pertukaran Ion
Metode pertukaran ion ini dilakukan dengan cara eliminasi
permukaan resin bekas asam lemak bebas, dan garam mineral yang akan
dihilangkan. Hal ini mengharuskan gliserol yang keluar dari evaporator
memiliki kemurnian lebih dari 99%. Yang selanjutnya langsung di
decolourisasi dengan karbon aktif.
Perbandingan antara penggunaan pemurnian konvensional dan
pemurnian pertukaan ion adalah Metode konvensional membutuhkan
energi, sedangkan metoda ertukaran ion tidak, Akan tetapi metode
pertukaran ion tidak dapat digunakan untuk pemurnian gliserol dengan
kadar klorida tinggi.
2.4 Aplikasi Gliserol
Aplikasi dari gliserol sangat fenomenal, berdasarkan pengamatan hingga
1700 alikasi telah diketahui. Gliserol secara luas digunakan dalam :
1. produk alami, tidak beracun dan aman untuk dikonsumsi manusia
2. gliserol adalah humectant, emulsifier dan plasticiser yang baik
3. kompatible dengan berbagai macam material dan bercampur dengan baik
Di bawah ini beberapa kegunaan dari gliserol :
1. perekat, digunakan untuk plasticizing
2. agriculture digunakan dalam bentuk spray dips
3. antifrizer/anti beku
4. pembersih dan pengkilat
5. pencegah korosi digunakan untuk melapisi permukaan logam
6. kosmetik, misalnya, dalam krim kulit dan lotion, sampo dan hair
condisioner, sabun dan deterjen
7. bahan peledak untuk pembuatan trinitro gliserin
8. farmasi, untuk pembuatan antibiotik
9. resin
10. tekstil, untuk perlakuan antistik, anti shrink, dan water proofing.
No Kegunaan Persentase (%)
1 Alkid 25 %
2 Tembakau 13 %
3 Peledak 5 %
4 Kertas 17 %
5 Obat-obatan dan kebutuhan kamar mandi
termasuk pasta gigi
16 %
6 Monogliserida dan makanan 7 %
7 Urethan foams 3 %
8 Lain-lain 14 %
Tabel 3. Persentase penggunaan gliserol