gizi kesehatan masyarakat

5
Pengertian Zat Besi (Fe) Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalam transfer CO2 dan H positif pada rangkaian trasport elektron yang diatur oleh fosfat organik (Soeida, 2008). Menurut Bothwell, et,al.,1979 dan Commision of European Communities (CEC), 1993 cit Gillespie, (1998), Besi (Fe) merupakan mikronutrien yang esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam sel, dan dalam mensintesa enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energi selluler. Menurut Almatsier (2004), Besi merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 2-3 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh :sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Menurut Soekirman (2000), Besi adalah salah satu zat gizi penting yang terdapat pada sel hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun sel hewan. Dalam tubuh,zat besi sebahagian besar terdapat dalam darah sebagai protein yang bernama hemoglobin (Hb) berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Zat besi mempunyai pengaruh terhadap kognisi, aktivitas mental seperti mendapatkan, menyimpan, mengeluarkan, dan memakai informasi dan pengetahuan (Rachmawati, 2007). Menurut Dallman et al (1980) cit Gillespie, (1998) dalam Nasution 2004, keseimbangan besi ditentukan oleh simpanan besi didalam tubuh, absorsi besi dan besi yang hilang. Sedikitnya 2/3 besi di dalam tubuh merupakan besi yang bersifat fungsional, kebanyakan dalam bentuk hemoglobin. selama masa sirkulasi sel darah merah, beberapa bagian mioglobin di dalam sel otot dan sebagian ada di dalam enzim yang mengandung besi. Paling banyak sisa besi di dalam tubuh di simpan dalam bentuk cadangan besi (bentuk ferritin dan hemosiderin) yang berfungsi sebagai simpanan yang dapat

description

gizi kesehatan masyarakat

Transcript of gizi kesehatan masyarakat

Page 1: gizi kesehatan masyarakat

Pengertian Zat Besi (Fe)

Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalam transfer CO2 dan H positif pada rangkaian trasport elektron yang diatur oleh fosfat organik (Soeida, 2008).

Menurut Bothwell, et,al.,1979 dan Commision of European Communities (CEC), 1993 cit Gillespie, (1998), Besi (Fe) merupakan mikronutrien yang esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut electron dalam sel, dan dalam mensintesa enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energi selluler.

Menurut Almatsier (2004), Besi merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 2-3 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh :sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Menurut Soekirman (2000), Besi adalah salah satu zat gizi penting yang terdapat pada sel hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun sel hewan. Dalam tubuh,zat besi sebahagian besar terdapat dalam darah sebagai protein yang bernama hemoglobin (Hb) berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Zat besi mempunyai pengaruh terhadap kognisi, aktivitas mental seperti mendapatkan, menyimpan, mengeluarkan, dan memakai informasi dan pengetahuan (Rachmawati, 2007).

Menurut Dallman et al (1980) cit Gillespie, (1998) dalam Nasution 2004, keseimbangan besi ditentukan oleh simpanan besi didalam tubuh, absorsi besi dan besi yang hilang. Sedikitnya 2/3 besi di dalam tubuh merupakan besi yang bersifat fungsional, kebanyakan dalam bentuk hemoglobin. selama masa sirkulasi sel darah merah, beberapa bagian mioglobin di dalam sel otot dan sebagian ada di dalam enzim yang mengandung besi. Paling banyak sisa besi di dalam tubuh di simpan dalam bentuk cadangan besi (bentuk ferritin dan hemosiderin) yang berfungsi sebagai simpanan yang dapat digunakan bila dibutuhkan. Anak anak mempunyai simpanan besi yang rendah disebabkan karena besi digunakan untuk pertumbuhan dan volume darah.

Francin, dkk (2005) mengemukakan bentuk-bentuk konyugasi Fe adalah :

1. Hb mengandung ferro. Fungsi hemoglobin sebagai pertukaran CO2 dan O2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglobin terdapat dalam eritrosit

2. Mioglobin terdapat di dalam sel-sel otot, mengandung fe bentuk ferro. Fungsinya untuk proses kontraksi otot.

3. Transferin, mengandung Fe bentuk ferro. Berfungsi mentranspor Fe tersebut di dalam plasma darah dari tempat penimbunan ke jaringan sel yang diperlukan.

4. Feritin adalah simpanan Fe mengandung bentuk ferri. Kalau Fe feritin diberikan pada transfer untuk di ubah menjadi ferro yang berasal dari penyerapan usus, kemudian ditimbun.

Page 2: gizi kesehatan masyarakat

5. Hemosiderin adalah konjugat protein dengan ferri dan merupakan bentuk simpanan zat besi.

Jumlah simpanan zat besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3,5 gram dimana 70 % terdapat dalam hemoglobin, 25 % merupakan cadangan besi yang terdiri dari feritin dan hemosiderin terdapat dalam hati, limpa dan sum sum tulang (Suhardjo dkk, 2006).

Patofisiologi Malaria

Parasit Plasmodium yang berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat berkembang biak di dalam sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya dalam beberapa menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang makan.

Terdapat dua tahap perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic dan tahap erithrocitic. Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada sistem hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).

Setelah masuk melalui darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak dengan cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana proses inilah yang menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria. Selanjutnya adalah parasit plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel darah merah yang kemudian keluar untuk menginfeksi sel darah merah lain yang masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya gejala panas atau demam naik turun pada penderita malaria.

Walaupun sebenarnya sistem limpa manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria (lihat gambar di atas).

Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi.

Page 3: gizi kesehatan masyarakat

Hubungan kejadian malaria dengan kekurangan zat besi

Feritin yaitu protein yang diproduksi oleh setiap sel tubuh. Bentuk molekul feritin besar, dimana setiap molekul dapat menampung 4.500 atom zat besi. Salah satu fungsi dari feritin yaitu cadangan zat besi dalam tubuh dimana zat besi dapat dimobilisasika dan digunakan dalam produksi hemoglobin. Fungsi lain dari feritin sebagai sistem pertahana dan anti oksidan ( Iron Disorder Institute Nanogram, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh De Silva A dkk di Srilangka menemukan kelompok anak dan ibu hamil dengan infeksi secara bermakna memiliki kadar serum feritin lebih tinggi daripada kelompok tanpa infeksi. Penelitian yang dilakukan Brown KH dkk menemukan kelompok anak dengan infeksi memiliki kadar serum feritin yang secara bermakna lebih tinggi ( 10± 12,9) µg/L dibanding dengan kelompok tanpa infeksi (3,9±4,4)µg/ L (lakolo dkk,2011). Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai delapan tujuan pembangunan dalam Milenium Development Goals ( MDG), salah satu tujuan dari MDGs yaitu memberantas penyebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya di tahun 2015. WHO juga merekomendasikan suplemen zat besi untuk anak-anak kekurangan zat besi terutama didaerah tekanan infeksi yang tinggi. Salah satu pemberian zat besi karena suplementasi zat besi dapat meningkatkan kerentanan terhadap beberapa penyakit menular termasuk malaria ( Aguilar dkk,2012). Di daerah yang terjangkit malaria, penyakit tersebut dapat menjadi penyebab utama kematian dan penghambat pertumbuhan anak (KemenKes, 2010). Kelompok resiko terserang malaria anak-anak dan wanita hamil terutama dengan gizi kurang. Zat besi dapat mempengaruhi respon imun sehingga akan berpengaruh terhadap terjadi infeksi seseorang. Proses atau respon imun spesifik membutuhkan zat besi dala mengeliminasi mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Akan tetapi, dilain pihak mikroorganisme juga membutuhkan zat besi ketika masuk ke dalam tubuh penjamu untuk proses multiplikasi. Oleh karena itu, kekurangan zat besi dapat berhubungan dengan kejadian infeksi dan perubahan dengan kejadian infeksi dan perubahan sistem imun. Makofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan kadar besi dalam tubuh manusia.

Penelitian yang dilakukan oeh Stolzfus dkk, di Zanzibar, kepulauan sebelah timur pesisir afrika, dimana sampel dalam penelitian ini yaitu anak-anak, memperoleh hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara konsentrasi zat feritin dengan malaria. Dari penelitian disebabkan karena faktor tempat, status gizi dan asupan gizi yang kurang. Dimana ke dua lokasi penelitian ini yaitu daerah endemik serta asupan zat besi yang kurang. Jadi dengan asupan zat besi yang kurang mungkin parasit tidak dapat berkembang biak karena patogen mikroorganisme juga membutuhkan zat besi untuk proses menduplikasi. Defisiensi besi dapat melibatkan berbagai organ, saluran cerna, tiroid, imunitas ketidakstabilan suhu tubuh terutama pada anak-anak dengan berat badan lahir rendah. Defisiensi besi pada makanan sejak awal kehidupan dihubungkan dengan gangguan fungsi dan gangguan perkembangan saraf. Pada anak dengan anemia dibawah 10 dengan serum feritin dibawah 7 μg/ dl akan terjadi peningkatan kelainan refleks neurologi(Rao and georgilf 2010). Menurut Nugroho dalam Harijanto, dkk 2009 bahwa faktor nutrisi mungkin berperan terhadap malaria. Begitu pula Penelitian yang dilakukan oleh Nyakeriga 2004 di Kenya bahwa insiden malaria klinis secara signifikan lebih rendah pada anak-anak yang menderita defisiensi zat besi. Begitu pula Hasil penelitian oleh Siswanto dan Sidia di RSU Sumbawa 1997 tentang juga menunjukan hubungan malaria dengan status gizi, dimana dari 106 penderita, 66% termasuk kategori gizi baik, dan 24 penderita malaria berat, 70,8% termasuk gizi baik, 25% gizi kurang dan 4,2% termasuk gizi buruk. Dalam hasil penelitian ini anak yang positif malaria walaupun status gizinya baik tapi sebagian besar asupan besinya kurang. Jadi dalam hal ini walaupun terdapat parasit malaria didalam tubuh anak,

Page 4: gizi kesehatan masyarakat

parasit tersebut tidak dapat berkembang karena parasit juga membutuhkan zat besi untuk berkembang biak. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian malaria mungkin karena daerah penelitian ini merupakan daerah endemik sehingga terdapat kekebalan kongenital, yaitu kekebalan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan kekebalan tinggi.