Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

19
ILMU KESEHATAN KERJA DAN INDUSTRI GIZI KERJA, JAMSOSTEK, TOKSIKOLOGI Oleh: KISENDA BAGUS WIDODI G 0006200 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

description

Resume Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Transcript of Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Page 1: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

ILMU KESEHATAN KERJA DAN INDUSTRI

GIZI KERJA, JAMSOSTEK, TOKSIKOLOGI

Oleh:

KISENDA BAGUS WIDODI

G 0006200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Page 2: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan 3 komponen dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja, gizi kerja yang baik & kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat bekerja dengan baik. Kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja sebagai modal awal produktivitas yang baik seharusnya mendapat perhatian. Kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja dipengaruhi antara lain oleh kondisi di tempat kerja, gizi kerja, jaminan keselamatan bekerja, dan lain-lain. Selain itu beban kerja juga mempengaruhi produktivitas pekerja. Beban kerja itu meliputi beban fisik maupun beban mental. Jika beban kerja terlalu berat dapat berakibat ketidakseimbangan dalam diri pekerja, misalnya saja pekerja akan mudah lelah dan sakit sehingga akan mempengaruhi peoduktivitas kerjanya. Selain itu lingkungan kerja yang kurang kondusif seperti panas, terdapat debu berbahaya, bising, zat-zat kimia berbahaya dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan pekerja. Beberapa hal diatas hendaknya mendapatkan perhatian.

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan produktivitas kerja diantaranya :

- Hubungan Gizi kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita industri batik oleh Movira Wuryanti Wardhani yakni mengulas keterkaitan pendapatan tenaga kerja yang rendah dengan penurunan produktivitas kerja. Pendapatan yang rendah dikaitkan dengan tidak terpenuhinya kecukupan gizi para pekerja. Hasilnya setelah diberikan intervensi gizi dan sebelum diberikan intervensi gizi didapatkan perbedaan produktivitas kerja. Juga telah dilakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor perancu diantaranya pengaruh umur, waktu kerja dan tingkat pendidikan

- Ada pula penelitian serupa yang dilakukan oleh Vinod Agung Nugroho dari fakultas ilmu keolahragaan Universitas Negeri Semarang, yaitu terkait gizi kerja dengan produktivitas kerja di PT. Java Tobacco Gembongan Kartasura. Mengulas dari sisi gizi seimbang terkait dengan berat badan yang ideal bagi pekerja sehingga diharapkan memperoleh produktivitas kerja setinggi-tingginya.

Kebutuhan gizi pekerja (gizi kerja) adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan produktivitas kerja. Gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja setinggi-tingginya. Bahan-bahan makanan pada umumnya mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Suma’mur,1996:197).

Gizi kerja juga berkait erat dengan Status Gizi pekerja. Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan

Page 3: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:88).

Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi1). Konsumsi makanan

Seseorang yang dalam kehidupannya sehari-hari mengkonsumsi makanan yang kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi pada tubuh yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan terjadi kemerosotan jaringan (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:8).

2). Status KesehatanTingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain yang diderita juga akan mempengaruhi ststus gizi seseorang. Memburuknya keadaan akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain :Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya,sehingga masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi lebih banyak untuk menggantikan jaringan tubuhnya yang rusak akibat bibit penyakit.Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai mineral, dan sebagainya. Penyakit diare menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk.

3). Faktor Lingkungan KerjaMenurut Sugeng Budiono (2003:159) faktor lingkungan kerja menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap gizi kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan, sebaliknya motivasi yang kuat, kadang-kadang meningkatkan selera makan yang menjadikan sebagai salah satu penyebab bertambahnya berat badan dan kegemukan.

Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang digunakan (Pandji Anoraga, 2001:52). Produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio (perbandingan) antara keluaran (output) dan masukan (input) (Sritomo Wigjo Soebroto, 2003:5).

Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja1) Jenis Kelamin

Ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita., kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja pria (Soeripto, 1992:36).

2) Umur

Page 4: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam umur pertengahan 20 dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur dan akan berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun (Sugeng Budiono, 2003:147). Berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

3) Status KesehatanSeorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya produktivitas yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Sugeng Budiono, 2003:59).

4) Gangguan Biologis Tenaga Kerja WanitaTenaga kerja wanita mempunyai berbagai gangguan yang berhubungan dengan fungsi kelaminnya yang akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjannya, antara lain: Siklus haid yang tidak teratur, kehamilan, masa nifas, menopause (Sugeng Budiono, 2003:147-148)

5) Masa KerjaAdalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (Tulus MA, 1992:12).

6) PendidikanPendidikan dan pelatihan membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan aman, selamat dalam waktu yang cepat. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan (Sugeng Budiono, 2003:265).

7) Gangguan Lingkungan KerjaGangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi para pekerja, yaitu :Gangguan Fisik meliputi Suhu, Radiasi kelembaban, Sinar UV, Suara dan getaran.Gangguan Kimia meliputi Logam, Debu berbahaya, Aerosol, Gas Berbahaya,Uap & kabut.Gangguan Biologis meliputi bakteri, virus, Parasit (Mariyati Sukarni, 1994:67).

JAMSOSTEK (JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA)

Page 5: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Berfikir “SELAMAT” adalah DASAR untuk menghindari KECELAKAAN.Jika menilik lagi kalimat diatas atau slogan diatas, ternyata hal itu juga ada benarnya. Sepanjang sudah memiliki cara berpikir “SELAMAT”, akan secara sadar melakukan tindakan preventif sebelum bertindakan yang memungkinkan terjadiny kecelakaan, lebih khusus lagi dalam hal ini kecelakaan kerja.

K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)Gambaran Masalah K3 dari ILO tahun 2003

1. 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan & penyakit akibat kerja2. Dari 250 juta kasus, 300.000 orang meninggal karena kecelakaan kerja dan sisanya

karena penyakit akibat kerja3. Diperkirakan ada 160 juta penyakit akibat kerja baru setiap tahunny

Menurut UU. No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang & jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun masyarakat.

Tenaga kerja butuh perlindungan dan berhak memperoleh perlindungan atasa. Keselamatan dan Kesehatan Kerjab. Miral dan Kesusilaanc. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai agama.

Untuk melindungi keselamatan tenaga kerja guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal, diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara : Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengendalian Bahaya Promosi Kesehatan Pengobatan Rehabilitasi

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) berkait dengan bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan pekerja. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai dua aspek, yaitu (a) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga

kerja beserta keluarganya dan (b) merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan

pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja sebagai pelaksanaan Bab III pasal 6 UU No. 3 Tahun 1992 meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja.

Page 6: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Salah satu program JAMSOSTEK adalah JPK ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ). Melalui program JPK, tenaga kerja bergotong royong mengumpulkan dana, sehingga pekerja yang sehat dapat membantu yang sakit, dan yang berpenghasilan besar membantu yang berpenghasilan kecil. Jadi, melalui program JPK biaya untuk pelayanan kesehatan tidak lagi manjadi masalah bagi tenaga kerja. Dengan adanya jaminan biaya untuk pelayanan kesehatan diharapkan tenaga kerja maupun keluarganya yang sakit / kecelakaan dengan segera dapat diobati. Dengan terjaminny kesehatan tenaga kerja beserta keluarganya, diharapkan tenaga kerja dapat bekerja dengan baik.

PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) merupakan bagian dalam hubungan pekerja dengan perusahaan. PHK merupakan hal yang dikekhawatiran pekerja, sedangkan pekerjaan di perusahaan bisa jadi merupakan penghasilan utama pekerja. Sehubungan dengan program Jamsostek, jika pekerja terkena PHK dan pekerja tersebut ,mengikuti program jamsostek maka akan ada jaminan hari tua, asalkan sudah menjadi peserta jamsostek minimal 5 tahun. Satu bulan setelah PHK, pekerja akan menerima dana jamsostek. Dana tersebut bisa digunakan untukmudal atau usaha lainny.

Kewajiban menyertakan karyawan dalam program jamsostek tertuang dalam UU No.3 tahun 1992. Disana dinyatakan bahwa menjadi peserta jamsostek adalah hak pekerja yang harus dipenhi oleh tiap pengusaha yang membayar total upah Rp 1 juta per bulan atau mempekerjakan 10 orang. Dengan upah minimum rata-rata nasional sebesar 650 ribu per bulan, suatu perusahaan yang mempekerjakan 2 orang saja sudah wajib menjadi peserta jamsostek. Pelanggaran terhadap UU No.3/1992 bisa dikenai hukuman penjara selama 6 bulan dan denda maksimal Rp 50 juta.

JAMSOSTEK

Visi dan Misi

Visi

Menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya.

Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi;

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada

tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

Page 7: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

FILOSOFI JAMSOSTEK

a. JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan:

Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha

Sejarah Jamsostek

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga

Page 8: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.

Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.

Page 9: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

Pengertian

a. Toksikologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang zat-zat berbahaya yang bersifat racun bagi mahkluk hidup.

b. Toksikologi industri mempelajari bahan-bahan beracun / bahan bahan berbahaya yang ada di tempat kerja/ industri, melakukan upaya pencegahan sehingga aman bagi pekerja.

BAHAYA BAHAN KIMIA

Bahaya bahan kimia terhadap kesehatan dapat terasa dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Derajat bahan-bahan kimia tergantung:

- Sifat fisika

- Toksisitas

- Bagaimana penggunaan

- Lingkungannya

Tipe Bahan-Bahan Beracun

- Chemical Toxicant yang berupa bahan-bahan kimia

- Biological Toxicant yang berupa mahkluk hidup yang beracun

- Bacterial Toxicant , yaitu bakteri yang memungkinkan meracuni tubuh jika masuk ke dalam tubuh.

- Botanical Toxicant, yaitu tumbuhan-tumbuhan yang memungkinkan bersifat toksik/racun.

Tipe-Tipe Keracunan

Akut

- Keracunan terjadi dalam waktu singkat

- Dengan dosis bahan beracun yang tinggi

- Efek yang ditimbulkan bahann berbahaya tersebut, langsung memiliki dampak dalam tubuh. Seperti: mual muntah, pusing,

Page 10: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Kronis

- Terjadi jika ada kontak yang cukup lama dengan bahan beracun tersebut

- Dosis tiap harinya rendah namun terakumulasi setiap pekerja berada di lingkungan bahan beracun.

- Efek yang ditimbulkan bisa muncul beberapa tahun kemudian

Dosis Respon

- Hubungan dosis dengan respon tubuh ada 3 yakni:

a. LD (Lethal Dose)

b. ED (Effective Dose)

c. TD (Toxic Dose )

Suatu bahan dikatakan beracun / berbahaya jikanya LD₅₀.

LD₅₀ berarti bahan tertentu dengan dosis tertentu pula yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan, dalam mg/kgBB.

Bahan Beracun

Tingkat racun (toksik) ditentukan oleh LD₅₀ (Lethal Dose 50)

Tingkat LD₅₀ (mg/kgBB)

Amat sangat beracun ≤ 1

Sangat beracun 1-50

Beracun 51-500

Agak beracun 501-5000

Praktis tak beracun 5.001-15.000

Relatif tak berbahaya > 15.000

Faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya

-Sifat fiska dan kimia bahan

-Kondisi kontak Badan

-Kondisi Personal /Kondisi tubuh saat terpapar bahan beracun

Page 11: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

-Kondisi lingkungan

Sifat fisika-Kimia Bahan

Meliputi :

- Jenis dan Komposisi

- Wujud zat berbahaya contoh: padat, cair, gas

- Kemurnian

- Stabilitas bahan

- Reaktivitas bahan

Kondisi Kontak Badan

Meliputi :

- Konsentrasi dan kuantitas (jumlah) zat berbahaya

- Tipe kontak

* Kulit ( skin absorbtion)

* Mulut (Oral-gastrointestinal)

*Terhirup (inhalation)

- Lama Kontak

*Akut ataupun Kronik

Portal of entry/ jalan masuk zat berbahaya :

- Penapasan (paling banyak)

- Pencernaan

- Jika pada kulit , zat berbahaya mengendap di permukaan kulit

- Selaput lendir seperti lewat selaput lendir hidung, mulut maupun mata.

Keadaan Personal

Meliputi:

- Status Genetika

- Status immunologi (kekebalan tubuh)

Page 12: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

- Status Nutrisi

- Status hormonal

- Umur yang berkaitan dengan berat badan

- Jenis kelamin

- Kesehatan

- Penyakit yang sedang diderita

Kondisi Lingkungan

Meliputi:

- Bagaimana bahan berbahaya itu terbawa

Melalui udara, air, tanah , makanan, atau minuman.

- Adanya bahan kimia lain yang berefek antagonis ataupun sinergis

- Suhu dan tekanan udara

- Peralatan pelindung keselamatan

- Metode penanganan bahan kimia

- Fasilitas kesehatan

- Training Personal terhadap kejadian berbahaya yang mungkin ditimbulkan oleh bahan berbahaya di lingkungan kerja

Mekanisme Keracunan

Bahan berbahaya =>Absorpsi => Distribusi => Eliminasi (???)

Target Organ Bahan Beracun

Meliputi Paru-paru, Liver, CNS (Central Nerve System), Ginjal, Kulit

Monitoring tanda keracunan

Gejala Keracunan

- Gejala non-Spesifik : Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, berkunang-kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar berkonsentrasi

- Gejala Spesifik : Sesak napas, sakit perut, kejang-kejang, gangguan mental, kelumpuhan, nyeri otot, koma, pingsan

Page 13: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

Nilai Ambang Batas (NAB)

Bekerja 8 jam/ hari, 40 jam/ minggu tidak menimbulkan gangguan/ efek.

Perlu pengukuran kadar di udara

-PEL : Permissible Exposure Limit

-MAC : Maximum Allowable Concentration

-TLV : Treshold Limit Value

-STEL : Short-Term Exposure Limit

Paparan jangka pendek (15 menit, 1 jam , dlsb)

-Ceiling : NAB untuk jangka pendek (15 menit, dlsb)

Kegunaan NAB

-Standar untuk pembanding

-Pedoman perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi kendali

-Substitusi /beralih ke bahan yang kurang berbahaya

-Membantu menentukan gangguan kesehatan / penyakit, ataupun hambatan efisiensi kerja

Bahan-Bahan beracun dapat menyebabkanHematotoksisitas , Hepatotoksisitas, Nefrotoksisitas, Neurotoksisistas, Dermatotoksisitas, Pulmonotoksisitas, Karsinogenik, Mutagenik (menyebabkan perubahan genetik)

Page 14: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi

DAFTAR PUSTAKA

- Kuliah Kesehatan Kerja dan Industri tentang Kesehatan Kerja dan Higiene Perusahaan

- Gema JAMSOSTEK edisi maret 2009

- Penelitian Sutardji, Program Pasca Sarjana UMS tentang “Analisis Kepuasan Peserta Jamsostek di Kantor Cabang Jamsostek Semarang.”

- http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-linda.pdf

- http://www.jamsostek.co.id

- In House Training “Toksikologi Industri”, Bontang, 30 Oktober – 2 November 2007

Page 15: Gizi kerja ,Jamsostek, Toksikologi