Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/26149/1/51755b425e56fa54... ·...
Transcript of Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/26149/1/51755b425e56fa54... ·...
Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam
Disusun Oleh :
drg. Putri Rejeki, SKG
NIK. 1987100920180122001
Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam”. Karya ilmiah ini disusun
untuk memenuhi penugasan pada Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan
Profesi Dokter Gigi FK Universitas Udayana. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Koordinator Prodi, Dr. dr. Ni Made Linawati, M.Si. yang telah membantu
dan membimbing penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.
2. drg. Sari Kusuma Dewi, M.Biomed selaku Kepala Departemen Ilmu
Prostodonti.
3. Rekan-rekan dosen dan teman sejawat di Universitas Udayana atas
dukungannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para sivitas akademika
Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Denpasar, 17 Desember 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1. 3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1. 4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2. 1 Gigi Tiruan Kerangka Logam ........................................................... 3
2.2 Logam Kedokteran Gigi ..................................................................... 4
2. 3 Bagian-bagian Metal Frame .............................................................. 8
2.4 Tahap Pembuatan Kerangka Logam ................................................. 21
2. 5 Kelebihan dan Kekurangan Kerangka Logam ............................... 25
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 ...................................................................................................... 10
GAMBAR 2 ...................................................................................................... 12
GAMBAR 3 ...................................................................................................... 16
GAMBAR 4 ...................................................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang. Kehilangan gigi dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun
fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis.
Keadaan ini juga berdampak pada meningkatnya kebutuhan seseorang
akan gigi tiruan. Fungsi dari gigi tiruan itu sendiri adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara, memberikan
dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan penampilan wajah
(Wahjuni, 2017).
Dalam bidang kedokteran gigi, khususnya cabang ilmu
Prostodonsia, terdapat beberapa jenis gigi tiruan. Salah satunya adalah gigi
tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang
atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. Tujuan
utama pemakaian GTSL adalah untuk memulihkan fungsi pengunyahan,
bicara dan estetika, serta mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang
masih ada (Yunisa, 2015).
Basis gigi tiruan sebagian lepasan dapat berupa akrilik atau metal
frame. Gigi tiruan kerangka logam lebih ideal dibandingkan gigi tiruan
akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih tipis, lebih kaku, dan lebih
kuat, sehingga dapat dibuat disain yang ideal. Basis gigi tiruan
konvensional mempunyai kekurangan misalnya estetik karena retensi yang
digunakan pada gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan klamer,
sehingga dapat terlihat dan mengurangi estetik. Pada beberapa keadaan,
gigi tiruan yang cekat tidak dapat dibuatkan oleh karena gigi
penyangganya telah hilang. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui pengaruh gigi tiruan sebagian lepasan pada kesehatan
periodontal yang terdiri dari akumulasi plak, peradangan gingiva,
mobilitas, kedalaman poket dan resopsi tulang (Lenggogeny, 2015;
Wahjuni, 2017).
2
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
pada karya ilmiah ini akan dilakukan pembahasan mengenai gigi tiruan
sebagian lepasan kerangka logam dalam bentuk literature review.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat di rumuskan pada karya ilmiah ini, yaitu :
1. Apa sajakah yang termasuk dalam bagian gigi tiruan sebagian lepasan
kerangka logam?
2. Bagaimanakah tahap-tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
kerangka logam?
3. Apa saja keuntungan dan kelebihan dari penggunaan gigi tiruan
sebagian lepasan kerangka logam ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan
kerangka logam.
2. Untuk mengetahui tahap-tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
kerangka logam.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kelebihan dari penggunaan gigi
tiruan sebagian lepasan kerangka logam.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Kerangka Logam
Gigi tiruan kerangka logam lebih ideal dibandingkan gigi tiruan
akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih tipis, lebih kaku, dan lebih
kuat, sehingga dapat dibuat disain yang ideal. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh gigi tiruan sebagian lepasan pada
kesehatan periodontal yang terdiri dari akumulasi plak, peradangan
gingiva, mobilitas, kedalaman poket dan resopsi tulang
(Lenggogeny, 2015).
Indikasi gigi tiruan sebagian kerangka logam (GTSKL) menurut
Seoprapto (2017):
a) Area edentulous panjang butuh dukungan dan stabilisasi dari
gigi di sisi rahang berlawanan, jaringan residual ridge gigi
abutment.
b) Kehilangan tulang berlebuh pada residual ridge perluasan basis
dukungan tambahan.
c) Masalah fisik/emosional (ex: penyakit jantung) meminimalisir
waktu di kursi dental.
d) Hubungan maksila-mandibula unfavorable disharmoni ukuran,
bentuk, posisi lengkung rahang.
e) Keinginan pasien pasien tidak ingin giginya diasah untuk
GTC.
f) Pasien dengan keadaan sosioekonomi mampu.
4
2.2 Logam Kedokteran Gigi
Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan
penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bisa dipoles,
merupakan pemantul atau reflector sinar yang baik. Semua logam dan
logam campur yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah bahan padat
seperti kristal. Kebanyakan logam yang digunakan untuk restorasi gigi,
gigi tiruan sebagian rangka logam, dan kawat ortodonti (Anusavice &
Kenneth, 2003).
Pada temperatur udara normal, hampir semua logam dalam keadaan
padat, kecuali air raksa. Semua logam dapat mencair bila dipanaskan
hingga mencapai suhu tertentu (titik cair). Logam murni sangat jarang
dipergunakan di kedokteran gigi. Pada umumnya logam murni terlalu
lunak dan terlalu liat untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran
gigi. Kegunaan unsur logam murni cukup terbatas. Logam murni
cenderung seperti besi, kebanyakan logam tersebut cenderung mudah
terkorosi. Untungnya unsur logam tersebut mempertahankan sifat
logamnya meskipun saat bahan tersebut tidak murni dan dapat
mentoleransi penambahan unsur lain baik dalam kondisi padat maupun
cair (Anusavice & Kenneth, 2003).
Jenis logam kedokteran gigi diantaranya logam dan logam campuran
(alloys). Logam terdiri dari logam mulia yaitu emas (Au), platinum (Pt),
Palladium (Pd), Iridium (Ir), Rhodium (Rh), Osmium (Os), dan Ruthenium
(Ru) dan logam dasar (Base Metal). Logam dasar merupakan logam dasar
yang digunakan dalam dental alloy antara lain: perak (silver), tembaga
(Copper), seng (Zinc), indium, timah (Tin), gallium, dan nickel
(Anusavice & Kenneth, 2003).
Menurut Anusavice & Kenneth (2003) menyatakan logam yang biasa
digunakan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam adalah alloy emas,
alloy Ni-Cr, alloy Co-Cr, Alloy Ag Pd, palladium dan Titanium. Logam-
logam tersebut mempunyai sifat-sifat yang pada umumnya adalah :
5
1. Keras
2. Berkilat
3. Berat, berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi
yang menentukan bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersusun.
4. Penghantar panas dan penghantar listrik yang baik disebabkan sifat
ikatan logam.
5. Opaque karena electron-elektron bebas mengabsorbsi energi
elektromagnetik cahaya.
6. Liat dan dapat dibentuk
Sifat sifat yang diharapkan dari logam (Anusavice & Kenneth, 2003):
1. Kecocokan biologis
2. Mudah dicairkan
3. Mudah dicor, dipoles dan dilas
4. Ketahana abrasif yang baik
5. Tahan terhadap tekanan
6. Berkekuatan tinggi
7. Tahan karat dan korosi
Sifat fisik logam (Anusavice & Kenneth, 2003) :
1. Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara
logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron
yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-
6
atomnya. Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki
titik leleh dan titik didih yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya
memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada ikatan tetapi ada hal
lain yang menyababkan hal ini terjadi.
2. Daya hantar listrik
Logam menghantarkan listrik. Elektron yang terdelokalisasi bebas
bergerak di seluruh bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron
tersebut dapat melintasi batas butiran kristal. Meskipun susunan logam
dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom saling bersentuhan
satu sama lain, ikatan logam masih tetap ada. Cairan logam juga
menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom
logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya
yang tersisa sampai logam mendidih.
3. Daya hantar panas
Logam adalah konduktor panas yang baik. Energi panas diteruskan
oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini
memnyebabkan elektron bergerak lebih cepat). Energi panas ditransferkan
melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
4. Kekuatan dan kemampuan kerja
Sifat dapat ditempa (Malleability) dan sifat dapat diregang (Ductility).
Logam digambarkan sebagai sesuatu yang dapat ditempa dapat dipipihkan
menjadi bentuk lembaran, maksudnya bahwa logam itu mempunyai suatu
sifat yang mampu dibentuk dengan suatu gaya, baik dalam keadaan dingin
maupun panas tanpa terjadi retak pada permukaannya, misalnya dengan
hammer (palu). Jika tekanan yang kecil dikenakan pada logam, lapisan
atom akan mulai menggelimpang satu sama lain. Jika tekanan tersebut
dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi asalnya.
Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis. Jika tekanan
yang lebih besar dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang
7
satu sama lain sampai pada posisi yang baru, dan logam berubah secara
permanen. Logam juga dapat diregang, dapat ditarik menjadi kawat,
maksudnya bahwa suatu logam itu dapat dibentuk dengan tarikan sejumlah
gaya tertentu tanpa menunjukan gejala-gejala putus. Contoh dari gejala
putus yakni adanya pengecilan permukaan penampang pada salah satu sisi.
Hal ini karena kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara
atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang baru tanpa
memutuskan ikatan logam.
a) Toughness (sifat Ulet): kemampuan suatu logam untuk
dibengkokan beberapa kali tanpa mengalami retak.
b) Hardness (kekerasan): ketahanan suatu logam terhadap penetrasi
atau penusukan indentor yang berupa bola baja, intan piramida.
c) Strength (kekuatan): kemampuan suatu logam untuk menahan
deformasi.
d) Weldability: kemampuan suatu logam untuk dapat dilas, baik
dengan menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).
e) Corrosion resistance (tahan korosi): kemampuan suatu logam
untuk menahan korosi atau karat akibat kelembaban udara, zat-zat
kimia.
f) Tahan Impact: sifat yang dimiliki oleh suatu logam untuk dapat
tahan terhadap beban kejut.
g) Machinibility: kemampuan suatu logam untuk dikerjakan dengan
mesin, misalnya dengan mesin bubut
h) Modulus elastisitas: merupakan ukuran kekakuan suatu bahan Jadi
semakin tinggi nilainya semakin sedikit perubahan bentuk pada
suatu benda apabila diberi gaya.
8
i) Kekerasan logam: penggelimpangan lapisan atom antara yang satu
dengan yang lain ini dihalangi oleh batas butiran karena baris atom
tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini mengakibatkan
semakin banyak batas butiran (butiran-butiran kristal lebih kecil),
menyebabkan logam lebih keras. Untuk mengimbangi hal ini,
karena batas butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom
tidak berkaitan dengan baik satu sama lain, logam cenderung retak
pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas butiran tidak hanya
membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat logam
menjadi rapuh.
2.3 Bagian-bagian Metal Frame
a. Konektor Mayor (Major Connectors)
Konektor mayor merupakan komponen dari GTSL yang
menghubungkan bagian-bagian gigi tiruan yang terletak pada sisi kiri dan
kanan. Konektor mayor memberikan stabilitas untuk membantu menahan
pergerakan dari tekanan fungsional (McCracken’s, 2010).
Bentuk umum konektor mayor rahang atas yaitu (McCracken’s, 2010):
1. Batang Palatal Tunggal (Single Palatal Strap)
Single palatal strap diindikasikan pada penggunaan protesa
bilateral tooth-supported, dengan daerah edentulous yang pendek
dan terletak pada daerah posterior. Bentuk ini dapat digunakan
pada kasus Kennedy klas I, II dan III. Single palatal strap sangat
tebal agar cukup kaku untuk menahan torsi dan memberikan
dukungan vertikal yang memadai dan untuk stabilisasi horizontal.
Apabila bentuk ini digunakan pada daerah anterior, akan
menyebabkan ketidaknyamanan pasien karena dapat mengganggu
proses bicara.
2. Plat Palatal (Palatal Plat Type Connector)
9
Bentuk plat palatal dapat menutupi daerah langit-langit/
palatum lebih luas dibandingkan dengan jenis yang lainnya.
Penempatan plat palatal terletak di depan daerah posterior palatal
seal dan digunakan pada kondisi kehilangan lebih dari 6 gigi
sehingga daerah palatum seluruhnya dimanfaatkan sebagai
dukungan untuk mendapat kekakuan yang cukup.
3. Kombinasi batang palatal anterior dan posterior (Combination
Anterior and Posterior Palatal Strap–type Connector) / Batang
palatal ganda
Bentuk batang palatal ganda merupakan kombinasi yang terdiri
dari batang palatal anterior dan batang palatal posterior yang
disatukan dengan konektor longitudinal pada masing-masing sisi.
Bentuk ini digunakan pada kasus adanya torus palatinus yang tidak
melewati batas antara palatum keras dan palatum lunak, serta biasa
digunakan pada klas II dan klas IV dengan dukungan yang baik
dari gigi penyangga dan alveolar ridge.
4. Plat palatal berbentuk U (U-shaped palatal connector)
Plat palatal berbentuk U atau disebut juga konektor tapal kuda
merupakan desain konektor yang kurang baik dibandingkan
dengan jenis konektor lainnya karena sifatnya yang kurang kaku,
namun dapat dibuat lebih kaku dengan menggunakan beberapa gigi
penyangga dan occlusal rest. Plat palatal berbentuk U
diindikasikan pada kasus yang terdapat torus palatinus yang besar
dan meluas hingga ke batas posterior dari palatum keras.
10
Gambar 1. Konektor mayor rahang atas. a, Single palatal strap. b,
Palatal Plate. c, Anterior-posterior palatal strap. d, U-shaped.
(Sumber: McCracken’s, 2010)
Bentuk umum konektor mayor rahang bawah yaitu (McCracken’s, 2010):
1. Batang Lingual (Lingual Bar)
Bentuk batang lingual merupakan bentuk yang paling sederhana,
tepi atas dari batang lingual terletak minimal sekitar 4 mm dari
gingival margin. Indikasi penggunaan desain ini yaitu ketika ada ruang
yang cukup antara sulkus lingual alveolar dan jaringan gingiva lingual.
2. Plat Lingual (Lingual Plate)
Bentuk plat lingual merupakan batang lingual yang meluas hingga
diatas singulum gigi anterior. Tepi atas ditempatkan pada sepertiga
tengah permukaan lingual gigi anterior. Indikasi penggunaan plat
lingual yaitu pada kasus klas I dimana alveolar ridge mengalami
resorpsi vertikal yang besar. Plat lingual lebih sering digunakan pada
a b
c d
11
kasus klas I dan klas II agar mendapatkan kekakuan yang cukup
sehingga menghasilkan dukungan dan distribusi tekanan yang baik.
3. Batang Sublingual (Sublingual Bar)
Bentuk ini merupakan modifikasi dari batang lingual yang
digunakan ketika ketinggian dasar mulut tidak memungkinkan
penempatan batas superior sekitar 4 mm dibawah free gingiva margin.
Bentuk batang sublingual pada dasarnya sama dengan batang lingual,
namun penempatannya lebih rendah dan lebih ke posterior.
4. Batang Lingual dengan batang singulum (Lingual bar with cingulum
bar)
Bentuk ini terdiri dari batang lingual dan sebuah batang tambahan
yang terletak diatas singulum gigi anterior yang dapat berfungsi
sebagai penahan tidak langsung dan stabilisasi. Bentuk batang lingual
dengan batang singulum digunakan pada kasus diastema yang lebar
pada gigi anterior, karena apabila menggunakan plat lingual logam
akan terlihat dari depan sehingga tidak estetik.
5. Batang Labial (Labial bar)
Bentuk batang labial diletakan 4 mm dibawah gingival margin
pada permukaan labial dan bukal, tepi bawah terletak pada vestibulum
permukaan labial dan bukal pada batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak. Jenis ini digunakan pada kasus gigi anterior yang terlalu
miring kearah lingual sehingga tidak memungkinkan untuk
menggunakan batang lingual.
12
Gambar 2. Konektor mayor rahang bawah. a, Lingual bar. b, Lingual plate. c,
Sublingual bar. d, Lingual bar with cingulum bar. e, Labial bar.
(Sumber: McCracken’s, 2010)
b. Konektor Minor
Konektor minor merupakan komponen GTSL yang menghubungkan
antara konektor mayor atau basis GTSL dengan komponen lain dari gigi
tiruan (McCracken’s, 2010). Menurut McCracken’s (2010), selain sebagai
penghubung, konektor minor juga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memindahkan tekanan fungsional ke gigi penyangga. Gaya oklusal
yang diterima pada gigi tiruan akan ditransmisikan melalui basis ke
a b
c d
e
13
jaringan. Gaya oklusal yang diterima pada gigi tiruan disalurkan ke
gigi abutment melalui occlusal rest.
2. Memindahkan efek dari retainer, rest dan komponen penyeimbang
keseluruh gigi tiruan
c. Direct Retainer
Direct retainer merupakan komponen GTSL yang terletak pada gigi
penyangga yang berfungsi untuk memberikan retensi dan mencegah
terlepasnya gigi tiruan. Terdapat dua jenis direct retainer yaitu retainer
intrakoronal dan ekstrakoronal (McCracken’s, 2010). Retainer
intrakoronal terletak dalam batas kontur anatomi mahkota gigi penyangga
yang biasanya disebut kaitan internal/presisi. Sedangkan retainer
ekstrakoronal merupakan retainer yang melekat pada permukaan gigi
penyangga, yaitu cangkolan/clasp retainer dapat berupa suprabulge/
sirkumferensial atau infrabulge/ tipe bar (Seoprapto, 2017).
Macam – macam Suprabulge :
1. Simple Circlet/ Akers
Simple Circlet merupakan jenis cangkolan yang paling umum digunakan
karena retentive dan stabil. Cangkolan jenis ini digunakan untuk gigi
posterior yaitu pada gigi premolar dan molar (Soeprapto, 2017).
Modifikasi cangkolan jenis Akers yaitu (Soeprapto, 2017):
a. Reverse Circlet Clasp
Reverse Circlet Clasp digunakan untuk free end saddle dengan
undercut pada permukaan bukal dekat dengan area edentulous
(distobukal)
b. Hairpin Clasp/ C Clasp
14
Hairpin Clasp/ C Clasp digunakan untuk gigi posterior dengan
undercut yang tidak menguntungkan, atau bounded dengan
undercut menguntungkan pada area dekat diastema.
2. Ring Clasp
Ring clasp atau cangkolan cincin merupakan jenis cangkolan yang
mengelilingi hampir seluruh permukaan gigi penyangga. Desain ini
diindikasikan pada undercut di daerah proksimal yang tidak dapat dicapai,
biasanya digunakan untuk gigi molar tiga yang miring atau bahkan keluar
lengkung rahang. Occlusal rest diletakan di mesial dan distal agar beban
jatuh sejajar sumbu aksial meskipun posisi gigi miring (Soeprapto, 2017).
3. Embrassure Clasp
Embrassure clasp digunakan untuk kasus klas II dan klas III yang
tidak memiliki ruang edentulous pada sisi yang berlawanan untuk
menempatkan clasp/ cangkolan dan biasanya untuk gigi posterior
(Soeprapto, 2017).
4. Back-action Clasp
Desain clasp ini merupakan modifikasi dari ring clasp. Undercut
dapat dijangkau dengan sedikit bagian yang tertutupi dan sedikit clasp
logam yang terlihat. Cangkolan jenis ini digunakan untuk gigi premolar
sebagai terminal abutment pada kasus Kennedy klas I dan II (Soeprapto,
2017).
5. Multiple Clasp
Multiple clasp digunakan ketika diperlukannya retensi dan stabilisasi
tambahan, umumnya pada tooth-supported partial denture (McCracken’s,
2010).
6. Half and half Clasp
15
Half and half clasp digunakan untuk gigi premolar dengan inklinasi
kearah lingual sebagai terminal abutment pada kasus free end saddle. Half
and half clasp diperlukan untuk retensi ganda dan biasanya hanya
diaplikasikan pada desain GTSL unilateral (Soeprapto, 2017).
7. Reverse action Clasp
Lengan clasp didesain untuk mencapai undercut pada proksimal dan
oklusal. Penggunaan reverse action clasp adalah ketika undercut pada
proksimal harus digunakan pada gigi penyangga pada posterior, gigi yang
miring atau perlekatan jaringan yang menghalangi penggunaan cengkolan
gingiva (McCracken’s, 2010).
16
Gambar 3. Macam-macam suprabulge. a, Simple circlet. b, Ring clasp. c,
Embrasure clasp. d, Back action clasp. e, Multiple clasp. f, Half and half clasp. g,
Reverse action clasp.
(Sumber: McCracken’s, 2010)
Reverse Circlet Clasp
Hairpin Clasp/ C clasp
a
b c
d e
f g
17
Macam – macam Infrabulge (Seoprapto, 2017):
1. Tipe Bar (Roach)
Pergerakan ke apikal dan mesial tergantung garis survei.
Gambar 4. Tipe bar
(Sumber: Soeprapto, 2017)
2. RPI (Rest, Proximal Plate, I-bar), RPA (Rest, Proximal Plate, Aker), RII:
combination clasps.
a. RPI, digunakan untuk free end saddle. Rest berada pada mesial untuk
menyalurkan beban kunyah sesuai sumbu aksial gigi. Proximal plate
berfungsi sebagai guiding plate. I-bar berfungsu sebagai retensi. Saat
berfungsi, I-bar dan proximal plate menjauhi gigi abutment sehingga
beban yang diberikan pada gigi abutment akan berkurang.
b. RII, digunakan pada gigi molar rahang atas
c. RPA, digunakan apabila terdapat undercut yang ada pada 1/3 gingiva
pada permukaan fasial (Soeprapto, 2017).
d. Indirect retainer
18
Indirect retainer merupakan komponen yang memberikan retensi
terhadap gaya yang menekan kearah gingiva. Indirect retainer berfungsi
mengurangi daya ungkit anteroposterior pada gigi penyangga, stabilisasi
terhadap pergerakan horizontal, stabilisasi terhadap pergerakan lingual
pada gigi anterior, sebagai sandaran untuk mendukung konektor mayor
dan mendistribusikan tekanan. Penggunaan Indirect retainer pada GTSL
klas I dan klas II untuk mempertahankan stabilitas, dukungan dan retensi
yang merupakan faktor penting dalam keberhasilan gigi tiruan. Adapun
bentuk dari Indirect retainer yaitu (McCracken’s, 2010):
1. Auxiliary Oclusal Rest
Auxiliary Oclusal Rest atau sandaran oklusal merupakan
bentuk yang paling umum digunakan, terletak pada permukaan
oklusal. Pada GTSL klas I, sandaran oklusal umumnya terletak
pada tepi marginal bagian mesial dari premolar pertama masing-
masing sisi.
2. Canine Rest
Sandaran kaninus merupakan sandaran yang ditempatkan pada
gigi kaninus dan diinsikasikan ketika tepi marginal bagian mesial
dari gigi premolar pertama terlalu dekat ke garis fulkrum.
3. Canine Extension From Occlusal Rest
Perpanjangan pada desain ini bertujuan untuk efek retensi tidak
langsung dengan menambahkan jarak dari garis fulkrum. Desain
ini digunakan apabila premolar pertama sebagai gigi penyangga.
4. Cingulum Bars (Continuous bars) and Linguoplates
Secara klinis, desain ini tidak termasuk Indirect retainer karena
bersandar pada inklinasi lingual gigi anterior yang tidak
dipreparasi. Tepi atas harus ditempatkan pada sepertiga tengah
permukaan lingual gigi anterior.
19
5. Modification Areas
Pada daerah modifikasi, sandaran oklusal pada gigi penyangga
tambahan pada GTSL klas II dapat dijadikan sebagai Indirect
retainer. Penggunaan daerah modifikasi tergantung sebarapa jauh
lokasi gigi penyangga tambahan dari garis fulkrum.
6. Rugae Support
Penutupan daerah rugae pada rahang atas termasuk penahan
tidak langsung karena daerah rugae cukup kuat dan dapat berfungsi
sebagai Indirect retainer pada GTSL klas I. Penggunaan rugae
sebagai indirect retainer umumnya merupakan bagian dari desain
plat palatal berbentuk U.
e. Sandaran/ rest
Sandaran merupakan komponen dari GTSL yang memberikan
dukungan vertikal pada gigi tiruan. Sandaran harus ditempatkan pada
permukaan gigi yang sudak dipreprasai yang disebut dengan dudukan
sandaran/ rest seat. Macam - macam bentuk sandaran yaitu (McCracken’s,
2010):
1. Occlusal rest
Sandaran oklusal ditempatkan pada permukaan oklusal gigi
premolar atau molar. Sandaran oklusal berbentuk sendok dengan
preparasi dilakukan pada gigi penyangga dengan enamel yang
sehat. Tujuan penggunaan sandaran oklusal adalah meminimalkan
kerusakan jaringan akibat penggunaan GTSL. Dengan
menggunakan sandaran oklusal, tekanan oklusal yang diterima
akan diteruskan vertikal sepanjang aksis gigi penyangga. Selain itu,
sandaran oklusal berfungsi mempertahankan komponen gigi tiruan
pada posisinya, mempertahankan oklusi yang baik dengan
20
mencegah gigi tiruan berubah posisi dan mencegah tertekannya
jaringan.
2. Extended Occlusal Rest
Sandaran oklusal yang diperluas lebih dari setengah lebar
mesiodistal gigi, sepertiga lebar bukolingual gigi dan ketebalan
untuk logam minimal 1 mm. Jenis ini diindikasikan pada klas II
modifikasi 1 dan klas III dimana gigi penyangga yang paling
posterior adalah molar yang miring ke arah mesial.
3. Interproximal Occlusal Rest
Dudukan sandaran oklusal interproksimal dipreparasi seperti
sandaran oklusal namun pada bagian lingual diperluas untuk
menambah kekuatan tanpa mengisi terlalu banyak ruang
interproksimal dengan konektor minor.
4. Internal Occlusal Rest
Sandaran oklusal internal digunakan untuk mendapatkan
dukungan oklusal dan stabilisasi horizontal
5. Lingual Rest
Sandaran lingual ditempatkan pada bagian singulum gigi
anterior, biasanya pada kaninus dan lebih estetik dibandingkan
dengan sandaran insisal.
6. Incisal Rest
Sandaran insisal ditempatkan pada tepi insisal dari gigi anterior
atau pada sudut insisal dari kaninus.
21
f. Basis GTSL
Basis merupakan komponen yang mendukung anasis gigi tiruan dan
menerima gaya fungsional dari oklusi serta memindahkan gaya fungsional
ke struktur pendukung rongga mulut. Syarat yang ideal untuk basis gigi
tiruan yaitu (McCracken’s, 2010)):
1. Adaptasi ke jaringan akurat
2. Permukaan yang rapat dan tidak mengiritasi
3. Penghantar termis
4. Ringan di dalam mulut
5. Cukup kuat, tahan terhadap fraktur dan distorsi
6. Mudah dibersihkan
7. Estetis
8. Dapat dilakukan relining
9. Biaya yang murah
2.4 Tahap Pembuatan Kerangka Logam
Menurut (Gunadi, 1995), Kerangka Logam Gigi Tiruan memiliki
beberapa tahap pembuatan yaitu:
1. Transfer Desain
Sebelum proses pembuatan dimulai, desain harus digambar pada
model kerja. Kerena laboratorium memiliki sistem penggambaran sendiri,
hasil terbaik dicapai bila seorang tekniker menyalin desain dari model
diagnostik. Sebagai patokan umum, warna coklat biasanya digunakan
untuk kontur metal, biru untuk resin, merah untuk rilif dan hitam untuk
garis survei pada jaringan keras maupun lunak.
22
2. Merekam Ulang Hubungan Rahang- Surveyor (Retripoding)
Survei adalah suatu prosedur untuk mengetahui letak kontur terbesar
gigi, serta mendapatkan atau mengilangkan atau menembus daerah gerong
atau undercut dari gigi dan jaringan pada model kerja dengan alat
surveyor.
Bila dokter gigi sudah menetapkan arah pemaasukan dan pengeluaran
gigi tiruan pada surveyor, hendaknya dilakukan rekaman ulang hubungan
model rahang-surveyor (retripoding), sehingga dengan mudah tekniker
dapat meniru kembali arah ini pada surveyor. Dalam prosedur rekam ulang
ini, tekniker mengembalikan posisi model pada surveyor, sesuai arah
pemasangan yang telah dipilih dokter. Maka dari itu garis survei yang
telah dipilih dokter, dapat pula dimanfaatkan oleh tekniker, tanpa harus
mengulang kembali pekerjaan.
3. Penutupan Bagian Model Kerja atau Blocking out
Blocking out adalah tahap yang dilakukan untuk menghilangkan
daerah gerong atau undercut pada tahap ini dipergunakan spesial malam
blocking out. Daerah penutupan ini harus benar – benar berada dibawah
garis survei dan tida pada bagian di mana akan diletakkan ujung
cengkram.
Penutupan model mala mini kemudian dipangkas dengan pemangkas.
Pada desain protesa lepasan dukungan gigi, pemangkasan suatu bidang
pada permukaan model biasanya tegak lurus. Namun, pada desain
dukungan kombinasi, pemangkasan ini diperolehkan sedikit melancip
(tapered), untuk memberi kebebasan gerak kerangka logam selama fungsi.
Pemangkas lancip ini mencegah kerangka geligi tiruan terkunci pada
bidang bimbing geligi asli yang masih ada, sehingga gigi penahan tidak
menjadi cepat rusak.
4. Duplikasi Model Kerja
23
Duplikasi adalah proses duplikasi dari model kerja yang ada menjadi
model refraktori yang dibuat dari bahan tanam tuang yang tahan terhadap
pemanasan dengan suhu tinggi. Bahan pembuat cetakannya berupa jenis
revesible hydrocolioid. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai model
refaktori dibuat dengan jalan mengisi cetakan hidrokoloid dengan bahan
tanam tuang (investment material).
5. Coating
Coating adalah tahap pencelupan model duplikasi ke dalam larutan
malam (beeswax) cair 15 detik. Beeswax sendiri dicairkan sampai
mencapai suhu 280-300 drajat F. Pengontrolan suhu ini perlu diperhatikan
untuk mencegah pemanasan terlalu tinggi. Pencelupan model ke dalam
larutan beeswax dimaksudkan agar supaya permukaan model menjadi
halus dan tidak mudah menyerap air.
6. Wax Up
Wax Up adalah tahap pembuatan model malam kerangka logam dibuat
sesuai dengan gambar atau desain pada model duplikasi. Malam dipasang
dibentuk pada model duplikat, pola malam tidak dilepas dari model
duplikat, malam yang dipakai adalah malam siap pakai (wax pattern
plastic pattern).
6. Spruing
Tahap spruing adalah tahap penancapan sprue pada crucible. Spru
adalah saluran untuk mengalirkan logam cair dari crucible ke rongga
cetakan selama proses pengecoran. Ada beberapa perbedaan cara
pembuatan spru unntuk masing – masing jenis logam, tetapi pada
prinsipnya hal – hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Semua spru harus berasal dari satu titik yang mudah dicapai.
24
2. Spru harus berawal dari bagian yang tebal dan harus memadai
tebalnya sehingga logam cair tidak akan mengeras atau membeku
sebelum mengisi semua bagian cetakan.
3. Tempat perlekatannya harus bulat, supaya bahan tanam tidak pecah
selama pengecoran.
4. Bentuk spru tidak memungkinkan pengaliran logam cair dari bagian
tipis ke bagian bukal
7. Investing
Investing adalah tahap pengisian model duplikasi dengan bahan tanam
dalam casting ring. Tujuan dilakukan investing untuk membentuk mould
yang akan dialiri logam untuk menjadikan kerangka logam. Pengisian
dilakukan di atas vibrator dan tetap digetarkan sampai bagian atas
terbentuk gel.
8. Burn Out
Burn Out adalah tahap pembuangan pola malam yang telah ditanam,
kemudian dipanaskan secara pelan-pelan dalam tanur dengan temperatur
sampai 300˚C. Tahap ini dilakukan sampai semua bahan malam yang
membentuk pola, selesai menguap.
9. Casting
Casting adalah proses pengecoran atau pelelehan logam yang
kemudian dialirkan ke mould yang ada hingga terisi penuh.
10. Sandblasting
Tahap Sandblasting ini adalah tahap membersihkan bahan tanam yang
masih melekat pada kerangka logam setelah proses penuangan logam
termasuk menghilangkan lapisan oksida sampai tuntas dengan cara
penyemburan pasir halus, terutama bagian yang menghadap gigi dan
mukosa.
25
11. Finishing dan Polishing
Finishing (penyelesaian) adalah proses untuk menghasilkan bentuk
akhir dan kontur dari restorasi, sedangkan Polishing (pemulasan) adalah
rangkaian prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan
goresan-goresan yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya hingga
permukaan tersebut mengkilap. Tahap finishing dan polishing adalah tahap
penyelesaian dari kerangka logam. Di awali dengan pemotongan spru
pada bagian yang sedekat mungkin pada rangka dengan memakai cut
disk. Dengan unmounted stone dihilangkan kelebihan bekas spru juga
bagian rangka yang kelebihan pada saat waxing. Clasp dan rangkaian gigi
tiruan disempurnakan bentuknya dengan mounted stone.
12. Electropolishing
Electropolishing adalah proses elektro kimia yang menghilangkan
sebagian partikel logam, tahap pencelupan bagian kerangka logam
kedalam rendaman elektrolit
2.5 .Kelebihan dan Kekurangan Kerangka Logam
Keuntungan pemakaian bahan logam baja tahan karat (stainless steel)
sebagai rangka gigi tiruan dibandingkan dengan bahan akrilik (metil
metakrilat) adalah karena bahan logam baja tahan karat, lebih kuat
sehingga dapat dibuat lebih tipis dan dapat digunakan pada daerah sempit
tapi tetap bersifat kaku. Bahan logam tahan karat menjadi pilihan sebagai
rangka gigi tiruan dibandingkan dengan akrilik, karena memiliki beberapa
keuntungan diantaranya lebih nyaman dipakai karena basis dapat dibuat
tipis dan sempit khususnya pada daerah free- end, cukup kaku walaupun
tipis dan sempit, selain itu tidak menyerap air seperti GTS akrilik. Semua
bagian gigi tiruan merupakan satu kesatuan dan homogen, desain bagian
gigi tiruan dapat dibuat maksimal ideal, gaya yang timbul akibat
26
pengunyahan dapat disalurkan lebih baik, sulkus gingiva lebih sehat (tidak
tertutup/ teriritasi landasan) dan pada logam titanium memiliki bioaktif
yang baik sehingga masih dapat digunakan pada orang yang memiliki
alergi logam (Lenggogeny, 2015; Seoprapto, 2017) .
Bahan logam ini tentu saja juga memiliki kerugian atau kelemahan,
diantaranya kurang estetik bila logam terlihat dan biaya pembuatan yang
lebih mahal (Lenggogeny dkk, 2015).
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Logam menjadi salah satu bahan yang digunakan dalam bidang
kedokteran gigi, salah satunya sebagai gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSKL). Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang
merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bisa
dipoles.
Bagian-bagian metal frame yaitu konektor mayor, konektor, direct
retainer, indirect retainer, sandaran atau rest dan basis GT.
Keuntungan pemakaian bahan logam baja tahan karat (stainless steel)
sebagai rangka gigi tiruan dibandingkan dengan bahan akrilik (metil
metakrilat) adalah karena bahan logam baja tahan karat, lebih kuat
sehingga dapat dibuat lebih tipis dan dapat digunakan pada daerah sempit
tapi tetap bersifat kaku. Bahan logam ini tentu saja juga memiliki kerugian
atau kelemahan, diantaranya kurang estetik bila logam terlihat dan biaya
pembuatan yang lebih mahal.
3.2 Saran
Jika seseorang mengalami kehilangan gigi sebagian, sebaiknya
menggunakan gigi tiruan untuk mencegah lebih cepat terjadinya resorbsi.
Salah satunya gigi tiruan kerangka logam yang memiliki kelebihan yaitu,
lebih nyaman dari akrilik karena basis dapat dibuat lebih kecil. Selain itu
tidak mudah patah, lebih stabil, dan tidak menyerap air seperti GTS
akrilik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice., Kenneth J, 2003, Philip’s Science Of Dental Materials, 11th ED,
Elsevier.
Gunadi, H.A., Anton, M., Lusiana, K.B., Freddy, S., dan Setiabudi, 1995, Ilmu
Gigi Geligi Sebagian Lepasan, Hipokrates, Jakarta
Lenggogeny, Putri., Lelyati, Sri., 2015, Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam
Sebagai Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal, Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia, Vol.1 No.2.
McCracken’s, 2010, Removable Partial Prosthodontic, 12th ED, Elsevier.
Soeprapto, A., 2017, Buku Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi,
edisi ke-2, Yogyakarta
Wahjuni, S. dan Mandanie, S. A., 2017, Pembuatan Protesa Kombinasi Dengan
Castable Extracoronal Attachments (Prosedur Laboratorium), Journal of
Vocational Health Studies 01 : 75-81.
Yunisa, F., Indrastuti, M., dan Tjahjanti, M. T. E., 2015, Pengaruh Kedalaman
Undercut Gigi Pegangan Dan Tipe Bahan Cengkeram Termoplastik Nilon
Terhadap Kekuatan Retensi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Co-Cr
Kombinasi Nilon, Jurnal Kedokteran Gigi 6(3) : 284-291.