ggp

68
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH DINDIN ADRIYANA A24052784 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of ggp

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT

PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

DINDIN ADRIYANA

A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

RINGKASAN DINDIN ADRIYANA, Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami pada Tanaman Nenas ( Ananas Comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Di bimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya nenas. Aspek

khusus yang diamati dalam magang ini adalah adanya buah alami yang

merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Great Giant

Pineapple. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 12 Febuari dan berakhir

pada tanggal 18 Juni 2008 di Plantation Group 1 (PG 1) PT. Great Giant

Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

Kegiatan magang terdiri dari kegiatan budidaya teknis dan manajerial

kebun dan analisis pemecahan masalah buah alami. Kegiatan budidaya teknis

yang dilakukan meliputi pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah,

penanaman, pengamatan berat tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan,

penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.

Analisis mengenai buah alami dilakukan dengan pengambilan data primer dan

data sekunder. Data primer terdiri dari penghitungan jumlah daun, berat tanaman

dan panjang daun D-leaf tanaman buah alami dan tanaman normal. Sedangkan

data sekunder yang digunakan yaitu pengamatan persen bunga bulan Maret 2009,

data panen buah alami di seluruh lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008,

produksi buah alami tahun 2003-2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah

hujan dan temperatur tahun 2003-2009, dan status lokasi tahun 2007. Dari data

sekunder yang di dapat di cari hubungan antara jenis bibit, persen sulam, waktu

forcing, dan curah hujan dengan adanya buah alami.

Judul : IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BUAH ALAMI TANAMAN NENAS ( Ananas comosus L. Merr )

DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR,

LAMPUNG TENGAH

Nama : DINDIN ADRIYANA

NRP : A24052784

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si.

NIP. 1963 0923 1988 11 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomidan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito , M.Sc. NIP. 19611101 198703 1003

Tanggal Lulus :

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE,

TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINDIN ADRIYANA A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung, propinsi Jawa Barat pada

tanggal 2 Januari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Ayah M. Adnan Boer dan Ibu Yeti Mulyati.

Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Nilem IV, kemudian pada tahun 2002

penulis menyelesaikan studi di SLTPN 51 Bandung. Selanjutnya penulis

melanjutkan studi di SMAN 12 Bandung. Tahun 2005 penulis diterima di Jurusan

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB.

Pada tahun 2005 penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al

Hurriyyah, tahun 2006-2007 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi

(HIMAGRON), Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung

(PAMAUNG), Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forum Komunikasi Rohis

Departemen (FKRD) dan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam

(PAI). Pada tahun 2008 penulis menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) Fakultas Pertanian dan Presidium Nasional

Ikatan BEM Pertanian Indonesia (IBEMPI).

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya maka magang dan

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang

berjudul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami

Tanaman Nenas (Ananas comosus, L. Merr) di PT. GREAT GIANT

PINEAPPLE Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi PT. GREAT GIANT PINEAPPLE sehingga dapat

meningkatkan produksi buah dan mengefisisienkan biaya pemanenan perusahaan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Mohamad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku dosen pembimbing ,

atas bimbingan dan saran selama melaksanakan magang maupun penulisan

skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sobir, M.Si dan Dr. Ir. Endah R. Palupi, M.Sc selaku dosen penguji

dalam siding.

3. Ir. Priyo Cahyono selaku pembimbing lapang dan seluruh staff dan

karyawan di PT. Great Giant Pineapple.

4. Ayahanda M. Adnan Boer, ibunda Yeti Mulyati, dan adik-adikku tercinta

Nanang Setiawan dan Devy Swasti Argyarini yang tak pernah putus

dalam memberikan doa dan semangat.

5. Didin dan M.Syaifudin Abdurrahim, teman seperjuangan yang telah

banyak membantu dan menemani selama magang di PT. GGP.

6. Rekan-rekan mahasiswa baik jurusan Agronomi dan Hortikultura serta

jurusan dan Fakultas lain IPB dan penghuni Wisma Madani yang telah

banyak memberikan dukungan dan bantuan baik materiil, moril dan

spiritual.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

berkepentingan. Semoga Allah SWT merahmati kita semua.

Bogor, Agustus 2009

Dindin Adriyana

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................v

PENDAHULUAN Latar Belakang...................................................................................... 1 Tujuan ......................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nanas... .........................................................................................4 Ekologi Nanas ..........................................................................................5 Budidaya Nanas .......................................................................................7 Panen ...................................................................................................... .8 Kultivar Smooth cayenne ....................................................................... .9 Buah Alami ............................................................................................ .9

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu ................................................................................. 11 Metode Pelaksanaan............................................................................... 11 Pelaksanaan pengamatan........................................................................ 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Produksi PT. GGP .............................................................. 13 Kegiatan Budidaya nenas PT. GGP ....................................................... 17 Kegiatan Selama Magang…………………………………… .............. 28 Pengamatan Buah Alami........................................................................ 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 43 Saran dan Rekomendasi ......................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

LAMPIRAN....................................................................................................... 48

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas

PT. GGP Tahun 2009.................................................................................... 2 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP................................................... 15

3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP.....................................16

4. Hubungan Jenis Bibit terhadap Buah Alami……………………………… 33

5. ... Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami…………………………... 34

6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami……………………………. 36

7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………………………………………………………….. 38

8. Perbandingan Panjang Daun Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal…………………………………………………………. 38

9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………………………………………………………….. 38

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper……. 18

2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harror……………………..… 18

3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow……..… 19

4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow………………………..… 19

5. Penghancuran Agregat dengan Alat Cultivator-Celly……………….....… 20

6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat subsoiler……………………..… 20

7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk ridger………………………….… 21

8. Lahan yang Sudah Dibuat Jalan dan Saluran Air………………………… 21

9. Contoh Desain Lokasi…………………………………………………..… 22

10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c) ……………..… 23

11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker…………………………………..… 23

12. Mesin Dipping…………………………………………………………… 24

13. Kegiatan Penanaman……………………………………………………… 24

14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC………………………......… 26

15. Kegiatan Forcing di Malam Hari………………………………………… 27

16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP………………..… 28

17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman……………………….… 29

18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD………………………..… 30

19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami…………...……………………………………………. 31

20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit………………………..… 32

21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya…………………………………………………….… 35

22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal…………………………………………………… 36

23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami (kanan) dengan Tanaman Normal (kiri)………………………………………………………… ……37

24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air………………… 40

25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008………………………………………………………………….41

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009 ..............................49

2. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple…………………. ......50

3. Peta Lokasi 002B………………………………………………………… 51

4. Peta Lokasi 031B………………………………………………………… 52

5. Peta Lokasi 047E………………………………………………………… 53

6. Peta Lokasi 070H……………………………………………………….. 54

7. Peta Lokasi 086A………………………………………………………. 55

8. Peta Lokasi 068B………………………………………………………… 56

9. Struktur Organisasi PG 1 PT GGP…………………………………….. 57

10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP……………………………….. 58

11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit................................................................................................59

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di

dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nenas

mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun

2000, perdagangan nenas mencapai 51% dari total 2.1 juta ton seluruh

perdagangan buah dan Indonesia menempati posisi yang ketiga dari negara-negara

penghasil nenas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippina (Coveca,

2000). Produksi nenas di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1427.781 ton dan

meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 dengan produksi mencapai

2237.858 ton (BPS, 2007).

Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja

dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat

besar. Salah satu produk nenas yang memiliki nilai ekonomis besar yaitu nenas

olahan. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan

yaitu 49.32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat

Statistik, 2005).

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang memproduksi nenas olahan

adalah PT Great Giant Pineapple (PT. GGP) yang terletak di Lampung. PT. GGP

merupakan perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara

intensif dalam membudidayakan tanaman nenas jenis Smooth cayenne yang

cocok untuk dikalengkan. Dengan luas 32 200 Ha, kebun nenas di PT. GGP

merupakan perkebunan nenas terbesar di dunia dan menjadi pemimpin produsen

nenas olahan di Indonesia. PT. GGP telah mengekspor nenas ke lebih dari

50 negara dan mensuplai lebih dari 15% total kebutuhan nenas dunia, 40%

diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara dan 25% lainnya ke Asia Pacific.

Produksi PT. GGP saat ini hampir mencapai 600 000 ton nanas segar per tahun.

2

Bahkan komoditas nanas kaleng asal Provinsi Lampung sudah meraih devisa

US$ 28.15 juta) selama triwulan I tahun 2007 (Agribisnis Indonesia, 2008).

PT. GGP sebagai produsen nenas terbesar di Indonesia, produksi tinggi

merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian penting. Masih banyak

permasalahan yang ditemui meskipun sudah menerapkan teknologi dan sistem

penanaman yang intensif. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan untuk

memecahkannya sehingga produksi bisa lebih meningkat. Salah satu

permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah buah

alami.

Buah alami yaitu buah yang dihasilkan dari tanaman yang berbuah lebih

cepat dari tanaman sekitarnya. Buah alami pada tanaman nanas merupakan

masalah serius untuk perkebunan-perkebunan besar yang berskala komersial. Hal

ini karena buah alami akan merusak rencana produksi. Buah alami yang tidak

seragam umur buahnya menyebabkan perlu dilakukan penjadwalan khusus untuk

pemanenan dan dilakukan secara manual sehingga akan meningkatkan biaya dan

mengurangi efisiensi pemanenan dan kualitas panen. Selain itu buah alami juga

akan mengurangi persentase dari buah yang akan dijual. Panen buah alami pada

Januari - Mei 2009 di seluruh Plantation Group (PG) PT. GGP dapat mencapai

11.2% dari total nenas yang dipanen (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas

PT. GGP Tahun 2009

PG Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 I 11.7% 2.6% 5.2% 3.4% 13.0% II 35.3% 4.6% 2.2% 0.6% 3.2% III 6.8% 1.2% 4.7% 2.5% 6.2%

Faktor-faktor penyebab buah alami yang berhasil diidentifikasi akan

bermanfaat untuk perusahaan karena akan berpengaruh pada peningkatkan

produksi dan efisiensi panen. Oleh karena dilakukan kegiatan magang yang

mencoba menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi buah alami tanaman

nenas di PT. GGP, Lampung Tengah.

3

Tujuan

1) Mendapatkan kemampuan teknis dan manajerial dalam usahatani tanaman

nenas skala besar.

2) Mendapatkan kemampuan untuk menganalisis masalah dan mendapatkan

solusi pemecahan masalah tersebut terutama faktor-faktor penyebab

terjadinya buah alami.

3) Mengetahui karakteristik dan analisis pembungaan tanaman berbuah

alami.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Nenas

Nenas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Anenas

comosus. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui bahwa Amerika Selatan

merupakan daerah asal tanaman nenas, yaitu daerah Brazil, Paraguay dan

Argentina, karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya (Nakasone

and Paull, 1998) Pada abad ke-16, tanaman nenas mulai dikenal di Filipina dan

Malaysia, termasuk di Indonesia (Verheij dan Coronel, 1997). Nenas terdiri dari berbagai kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu

Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi (Samson, 1980). Berdasarkan

karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok

yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure.

Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna

dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan

Paull ,1999).

Tanaman nenas memiliki nama tertentu di setiap daerah dan negara.

Tanaman ini disebut pina (Spanyol), pineapple (Inggris), apangdan (Filipina),

maneas (kamboja), yannat (Thailand), thom (Vietnam), neneh (Sumatera), ganas

(Sunda) (Verheij dan Coronel, 1997).

Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman nenas berupa tanaman

herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm dengan sebaran daun sekitar

130-150 cm (Collins, 1968). Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae

dengan genus Ananas dan spesies Ananas comosus.

Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih,

lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian

atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian

pangkalnya memeluk poros utama (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Collins

(1968), bagian atas permukaan daun cukup halus, tapi bagian bawah permukaan

daun berombak atau beralur.

Batang tanaman nenas biasanya tertutup seluruhnya oleh daun dan akar

sehingga batang tersebut terlihat setelah daun dan akar dibuang. Panjang batang

5

sekitar 20-25 cm dengan diameter sekitar 2 – 3.5 cm (Collins, 1968). Batang dari

tanman nenas beruas-ruas pendek. Pada batang akan tumbuh tunas samping, tunas

samping ini akan tumbuh menjadi cabang dan cabang ini dapat digunakan sebagai

bahan perbanyakan tanaman (Ashari, 1995).

Bunga nenas bersifat majemuk, memiliki banyak bunga (sampai

200 kuntum) yang tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan

(Verheij dan Coronel, 1997). Bunga nenas merupakan bunga sempurna yang

mempunyai tiga kelopak (spalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan

sebuah putik dengan stigma bercabang tiga (Hutabarat, 2003).

Buahnya berbentuk silinder dengan panjang ± 20 cm, diameter ±14 cm,

bobot 1-2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun pendek, tersusun spiral,

yang disebut mahkota (crown) , daging buahnya kuning pucat sampai kuning

keemasan, umumnya tidak berbiji (Verheij dan Coronel, 1997).

Tanaman nenas memilki akar serabut yang banyak mengandung air. Akar

nenas dangkal dan tersebar luas (Sunarjono, 2004). Perakaran pada tanaman nenas

diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu akar primer, akar sekunder dan akar

adventif (Collins, 1968).

Perbanyakan pada tanaman nenas dapat dilakukan secara seksual maupun

aseksual, tetapi karena perbanyakan aseksual lebih mudah, cepat dan hasil yang

didapatkan lebih banyak maka perbanyakan secara aseksual lebih bnayak

digunakan. Tunas akar (ratoon), tunas batang (sucker), tunas buah (slip), anakan

dan mahkota (crown) adalah bagian tanaman nenas yang dapat digunakan sebagai

bahan perbanyakan. Tanaman nenas dapat juga diperbanyak dengan

menggunakan kultur jaringan. Lamanya waktu dari mulai tanam sampai panen

tergantung pada bahan perbanyakan yang digunakan (Nakasone and Paull, 1998).

Ekologi Nenas

Sunarjono (2004) menyatakan bahwa buah nenas dapat tumbuh pada

keadaan iklim kering dan basah. Tanaman nenas memiliki kisaran curah hujan

yang luas, sekitar 600 sampai lebih dari 3 500 per tahun dengan curah hujan yang

optimum sekitar 1 000 – 1 500 per tahun (Nakasone and Paull, 1998). Nenas

6

cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman

nenas antara 100 - 1 200 m dpl.

Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32ºC dan

pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29ºC (Sanford, 1962). Suhu

optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25ºC, dengan suhu harian

sekitar 10ºC. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk

pertumbuhan nenas adalah 23-32ºC.

Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas

permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan

semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi.

Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena

sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar

matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir

masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan

tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar

gula menurun (Deptan, 2004).

Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi

derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman

nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis

tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan

organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan

pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering

hangus (Sunarjono, 2004).

Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk

penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Drainase pada

tanaman nenas sangat penting karena nenas tidak toleran terhadap genangan air.

Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm

air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan

terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan

berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003).

7

Budidaya Nenas

Keberhasilan penanaman nenas sangat ditentukan oleh kualitas bibit.

Nenas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif

digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek

batang. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal- tebal

penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,

pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk

bibit stek batang.

Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan

tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem

petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian disekilingnya dibuat

saluran pemasukan dan pembuangan air.

Teknik penanaman nenas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris

tunggal (single row) dan sistem baris rangkap (double row). Single row pada

umumnya menggunakan jarak tanam 30 x 60 cm sedangkan untuk double row

menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm x 90 cm. Kedalaman tanam sekitar

12 cm. Setelah ditanam tanah disekitar bibit sebaiknya dipadatkan agar bibit dapat

berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik (Samson, 1980).

Pemeliharaan tanaman nenas meliputi penyulaman, penyiangan,

pembumbunan dan pemupukan. Kegiatan penyulaman nenas diperlukan, karena

bibit nenas sering tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor

bibit. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nenas dari rumput liar

dan gulma pesaing tanaman nenas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar

matahari. Rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Waktu penyiangan

tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun. Setelah dilakukan penyiangan

dilakukan pemupukan. Pembubunan dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali

longsor ketika diairi. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan

akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nenas

berdiri kuat.

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk

buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai

tanaman berbunga dan berbuah. Sekalipun tanaman nenas tahan terhadap iklim

8

kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang

cukup. Tanaman nenas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang

pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat

menyebabkan pertumbuhan nenas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu

pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin

penyemprot atau embrat (Deptan, 2004).

Panen

Buah nenas yang masih muda memiliki mata buah yang berwarna abu-abu

atau hijua muda. Sedangkan bila telah mencapai keadaan tua maka warnanya

berangsur-angsur berubah menjadi hijau muda atau hijau tua. Kemudiaan saatnya

telah matang maka mata buah akan berubah dari keadaan datar menjadi berlubang

dibagian tengah. Akhirnya buah menjadi besar dan kurang keras dan lebih

beraroma. Untuk jenis smooth cayenne warna buah akan berubah menjadi kuning

muda atau kuning keemasan (Muljohardjo, 1983).

Panen buah nenas dilakukan setelah nenas berumur 12-24 bulan,

tergantung dari jenis dan ukuran bibit yang digunakan (Samson, 1980). Bibit yang

berasal dari bibit besar dipanen pada umur 19 bulan, bibit yang berasal dari bibit

sedang dipanen pada umur 21 bulan dan bibit yang berasal dari bibit ukuran kecil

dipanen pada umur 23 bulan (GGPC, 2009).

Panen nenas pada umumnya dilakukan secara manual dengan

menggunakan tangan. Untuk proses pengalengan, buah dipetik dan dimasukkan

kedalam tas atau keranjang untuk dipindahkan dari areal. Buah yang sudah

terkumpul akan dimasukkan ke dalam truk atau dibawa langsung ke pabrik

pengalengan atau ke tempat tertentu dimana buah dikumpulan sebelum dibangkut

ke pabrik pengalengan. Buah yang dipanen tidak boleh terkena sinar matahari

langsung selama lebih dari beberapa jam karena akan menyebabkan sisi bagian

terendah dari buah akan mudah terkena sunburn (Bartholomew dan Paull, 2003).

9

Kultivar Smooth Cayenne

Jenis cayenne merupakan jenis nenas yang terkenal di dunia. Jenis ini

sangat baik untuk dikalengkan. Tinggi batangnya 20-50 cm, dengan tangkai buah

panjang 7-15 cm. Panjang daun mencapai 100 cm dan lebar kurang lebih 6.5 cm.

Bentuk daun menyerupai saluran yang dangkal dengan pinggiran yang lurus.

Permukaan daun bagian atas hijau tua dengan disertai adanya bercak-bercak

berwarna merah coklat yang tidak teratur. Daunnya panjang melengkung lebar,

sedangkan pangkalnya melekat dengan sudut yang tajam. Kultivar Smooth

Cayenne memiliki daun yang tidak berduri, oleh karena itu disebut smooth.

Jumlah bunga rata-rata 150, tetapi biasanya bervariasi bergantung pada

lingkungannya. Warna daun bunga biru pucat dengan kilapan ungu yang tidak

begitu jelas. Buahnya tumbuh di atas tangkai buah dengan ukuran yang berbeda-

beda dan rata-rata berat buah 2.5 kg. Bentuknya silindris dan mempunyai garis

tengah yang lebih besar di bagian pangkal dan di bagian ujung. Buah yang

mempunyai ukuran lebih besar dari rata-rata, biasanya pangkal pangkal ke ujung

semakin meruncing bentuknya. Sedangkan buah yang ukurannya dibawah rata-

rata bentuknya hamper silindris (Muljohardjo, 1983).

Kandungan asam dan gula pada varietas Smooth Cayenne lebih tinggi

dibandingkan pada kebanyakan varietas lain (Collins, 1968). Siklus produksi

Smooth Cayenne lebih panjang dibandingkan pada kebanyakan kultivar lain

terutama pada iklim yang dingin. Smooth Cayenne sensitif terhadap banyak hama

dan penyakit (mealybug, fusarium, putus akar) dan pencoklatan daging buah

(Rohrbach and Schmitt, 1994). Selain itu, Smooth Cayenne pun toleran terhadap

Phytophtora sp. (Py and Teisson, 1987) dan tahan terhadap kegagalan buah yang

disebabkan Erwinia chrysanthemi Burkbolder (Lim and Lowings, 1979).

Buah Alami

Buah Alami (Natural Flowering) merupakan tanaman nanas yang

berbunga sebelum forcing dilakukan (GGPC, 2009). Pembungaan pada tanaman

nenas dapat terjadi secara alami, yang dipengaruhi oleh faktor iklim (panjang hari,

suhu, radiasi matahari) dan dapat terjadi secara buatan dengan menggunakan

bahan kimia (zat pengatur pertumbuhan) (Augusto, 2001). Menurut Bartholomew

10

dan Malezieux (1994), inisiasi pembungaan tanaman nanas dipengaruhi keadaan

fisiologi, panjang hari, dan suhu. Buah alami pada tanaman nanas, selain

merupakan faktor iklim, juga merupakan hasil tingkat pertumbuhan tanaman,

dimana tanaman telah mencapai ukuran yang cukup untuk mendukung

rangsangan lingkungan (Bartholomew dan Kadzimin, 1977).

Induksi bunga secara alami sebelum waktu pelaksanaan forcing menjadi

masalah penting. Kematangan buah alami yang tidak seragam akan merusak

jadwal panen. Panen yang tidak seragam menyebabkan panen harus dilakukan

secara manual sehingga menaikkan biaya produksi. Selain itu, buah yang muncul

lebih awal dibandingkan tanaman lain yang masih berbunga berpotensi

mengandung kandungan nitrat yang tinggi karena beberapa kali terkena aplikasi

foliar (GGPC, 2009). Pada beberapa daerah, terutama daerah subtropik, dalam

beberapa tahun, pembungaan yang terjadi lebih awal dapat mengakibatkan

kehilangan hasil yang tinggi karena buah yang dihasilkan terlalu kecil atau terlalu

sedikit untuk dipanen (Bartholomew dan Paull, 2003).

Pembungaan tanaman nenas sebelum waktunya dapat dicegah jika :

(1) pertumbuhan vegetatif tanaman dihambat sehingga tanaman tidak dapat

berbunga pada waktunya ketika kondisi cuaca mendukung untuk terjadi bunga

alami, (2) tingkat pertumbuhan tanaman ditingkatkan dengan melakukan

pemupukan nitrogen dan irigasi, (3) biosintesis dan aplikasi etilen dapat

menghambat dengan menggunakan bahan kimia (Augusto, 2004).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan nenas milik PT. GGP

Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Magang dilaksanakan

selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai sejak 12 Februari 2009

hingga 18 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Melakukan pekerjaan teknis dan manajerial meliputi pengamatan

pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan berat tanaman,

pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun,

pengujian unsur hara tanaman dan pengamatan buah alami.

Setelah semua kegiatan dilaksanakan, kegiatan berfokus pada pengamatan

buah alami karena merupakan pemasalahan yang dialami PT. Great Giant

Pineapple pada saat itu.

Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan dua cara, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan langsung

tanaman yang berbunga sebelum dilakukan forcing (buah alami) dan tanaman

yang baru berbunga karena forcing (tanaman nomal) di lapangan kemudian

dilakukan beberapa pengukuran. Data sekunder yang digunakan yaitu

pengamatan persen bunga bulan Maret 2009, data panen buah alami di seluruh

lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008, produksi buah alami tahun 2003-

2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah hujan tahun 2003-2009, dan status

lokasi tahun 2007.

Sedangkan dari data panen buah alami tahun 2008, data sulam 2006-2007,

dan status lokasi 2007 diambil 100 lokasi contoh untuk melihat hubungan antara

parameter jenis bibit, persen sulam, dan waktu forcing terhadap banyaknya buah

alami. Dari data yang ada dilakukan scatter plot untuk melihat sebaran buah alami

pada setiap parameter. Setiap titik pada scatter plot merupakan lebih dari

satu contoh memiliki nilai persen buah alami yang sama. Uji analisis ragam yang

digunakan yaitu uji t.

12

Pelaksanaan Pengamatan

Penetapan Lokasi Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang sudah dilakukan forcing

sehingga dapat dilihat tanaman normal dan tanaman yang berbuah alami. Lokasi

pengamatan ditentukan berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan

yaitu lokasi buah alami terbanyak pada saat pengamatan persen bunga bulan

Februari 2009 (Lampiran 1). Penetapan lokasi yang akan diamati diupayakan

dapat mewakili sebagian besar wilayah PG1. Oleh karena itu diambil enam lokasi

yang mewakili enam wilayah di PG1 dengan buah alami terbanyak di setiap

wilayahnya. Peta PG1 dan lokasi- lokasi yang dijadikan lokasi pengamatan dapat

dilihat di Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan secara acak di daerah pingir dan daerah

tengah lokasi contoh. Contoh yang diambil berjumlah lima tanaman normal dan

lima tanaman berbuah alami. Tanaman dicabut bersama akarnya untuk dilakukan

pengamatan. Setelah dilakukan pengamatan, tanaman kembali ditanam.

Pengamatan Contoh

Masing-masing dari tanaman normal dan berbuah alami diambil sebanyak

lima tanaman dan dilakukan pengamatan :

1. Pengukuran panjang daun D-Leaf. Pengukuran panjang daun dilakukan pada

daun yang terpanjang yang mewakili pertumbuhan tanaman. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan penggaris dan tali ukur dari ujung basal daun

hingga ujung daun.

2. Jumlah daun. Pengukuran jumlah daun dihitung dari daun pangkal tanaman

yang masih segar hingga daun terdekat buah.

3. Bobot tanaman. Pengukuran bobot tanaman dilakukan dengan mencabut

tanaman. Akar tanaman dibersihkan dari tanah dan buah diambil kemudian

tanaman ditimbang dengan timbangan 10 kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Produksi PT. GGP

Profil Perusahaan

PT. GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979 di Terbanggi Besar, Propinsi

Lampung. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki perkebunan

pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam

membudidayakan tanaman nenas jenis Smooth cayenne yang cocok untuk

dikalengkan. Sebelum fokus membudidayakan tanaman nenas, perusahaan pernah

membudidayakan papermin, singkong, semangka, dan jagung. Namun dengan

permasalahan yang banyak dialami dan belum dapat diatasi pada saat itu, akhirnya

komoditas difokuskan pada budidaya tanaman nenas. Pada awal berdirinya

perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan nenas ini dipelopori PT. Umas

Jaya Farm. Kini dibawah naungan PT. Sewu Segar Group. PT. GGP berada

bersama perusahaan agroindusti lain seperti PT. Nusantara Tropical Fruit

(PT. NTF) dan PT. Great Giant Livestock (PT. GGLV). Selama 20 tahun lebih,

PT. GGP telah mengembangkan industri nenas untuk mencapai kualitas produk

yang sempurna.

Pada tahun 1983 PT. GGP membangun pabrik pengolahan nenas ditempat

yang sama dengan lahan budidaya nenas. PT GGP mendorong untuk

pengembangan dan peningkatan mutu varietas nenas secara berkelanjutan melalui

budidaya nanas yang intensif dan terintegrasi penuh dengan proses pengalengan

nanas. Pada akhir tahun 1984, PT. GGP telah mampu mengekspor produk nanas

kaleng sebanyak empat kontainer.

Pada tahun 1989 perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun

pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nanas (pineapple juice concentrate)

yang memulai ekspor produk tersebut dalam kemasan aseptic pada tahun 1990

sebanyak 117 kontainer. Produksi nanas kaleng saat ini telah mencapai 10 000

kontainer per tahun.

14

PT. GGP telah berkembang pesat sejak memulai produksinya secara

komersial. Pada saat ini PT. GGP merupakan perusahaan pengalengan nenas

ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah membangun suatu

reputasi pasar yang cukup kuat. PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke

sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng

dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan

3.1% ke Australia.

Letak Geografi dan Administrasi PT. GGP secara administratif terletak di Terbanggi besar, Kabupaten

Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Perkebunan PT. GGP memiliki luas sekitar

32 200 ha (80 000 acre) dengan budidaya utama nanas varietas Smooth Cayenne.

Perkebunan nanas PT. GGP berada pada 4 o 59' Lintang Selatan dan 105 o 13'

Bujur Timur dan berjarak 77 Km dari Kota Lampung yang dapat ditempuh

melalui jalur darat, laut dan udara.

Area PG 1 PT. GGP di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bandar

Agung, Desa Lempayung Bandar, Desa Kayu Polis, Desa Bandar Sakti dan Desa

Tanjung Anom. Sebelah barat berbatasan dengan CV. Bumi waras sedangkan di

sebelah timur berbatasan dengan Desa Kijung.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2 541 mm/tahun, dengan suhu

berkisar antara 21-34 oC dan kelembaban udara 84 - 91% . Tanah di PT. GGP

merupakan tanah ultisol yang merupakan tanah marginal dengan kandungan

bahan organik yang rendah dan cukup masam. Perkebunan PT. GGP terletak

diatas 46 m dpl dengan kemiringan 4º 59’.

15

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

PT. GGP memiliki lahan seluas 32 200 ha dengan status Hak Guna Usaha

dan yang efektif ditanami baru seluas 20 000 ha.

Produksi Produk olahan dengan bahan baku buah nanas yang di produksi oleh

PT. GGP antara lain : Nanas Kaleng, Coacktail, Concentrate, Juice nanas, Nata de

coco, Tepung tapioka. Produksi PT GGP sampai sekarang ini sudah terjual ke

33 negara diantaranya : Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Jepang,

Kanada, Timur Tengah, Korea dan Taiwan. Perkembangan jumlah produksi

olahan buah nenas PT. GGP tahun 1991-2003 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP

Tahun Nanas segar (ton)

Nanas Kaleng (Sc)

Concentrate (galon)

1991 196 330 2 976 128 1 334 943

1992 241 502 3 896 057 2 464 302

1993 272 040 4 778 159 3 699 302

1994 285 295 4 831 030 2 959 297

1995 232 019 3 658 719 2 939 645

1996 371 408 6 176 559 5 076 638

1997 440 413 7 209 272 6 163 608

1998 297 620 4 304 868 3 452 279

1999 438 092 5 979 246 5 575 554

2000 398 242 5 735 263 4 499 397

2001 386 567 5 457 657 4 340 374

2002 486 673 6 697 539 5 425 588

2003 383 123 5 871 948 4 412 312

16

PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia,

dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6%

diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Sumberdaya manusia PT.GGP banyak direkrut dari tenaga kerja yang

berasal dari daerah sekitar perusahaan dengan tujuan untuk memberikan lapangan

pekerjaan yang sekaligus dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat

sekitar. Jumlah dan perkembangan tenaga kerja PT. GGP tahun 1990-2007 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP

Tahun Karyawan Tetap

Harian Tetap

Harian Lepas

Harian Kontrak

Jumlah total

1990 1 084 1 596 3 045 - 5 725

1991 1 246 2 149 3 507 - 6 902

1992 1 468 3 252 5 643 - 10 363

1993 1 565 3 269 5 650 - 10 484

1994 1 819 3 448 8 947 - 14 214

1995 1 926 3 704 9 012 - 14 642

1996 2 179 4 165 1 0017 - 16 361

1997 2 278 3 900 9 081 - 15 259

1998 2 531 3 965 8 500 - 14 996

1999 2 538 3 551 7 960 - 14 049

2000 3 343 4 548 8 635 - 16 526

2001 3 691 5 496 8 925 - 18 112

2002 3 669 6 047 9 076 - 18 792

2003 3 640 5 604 10 446 - 19 690

2004 3 581 6 212 9 507 - 19 300

2005 3 547 6 273 9 542 - 19 362

2006 3 470 5 218 5 784 263 14 472

2007 3 451 5 136 5 185 250 13 772

17

PT. GGP memperkerjakan sekitar 18 000 pekerja di perkebunan dan di

pabrik. Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak di PT. GGP membuat PT. GGP

menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas sehari-hari

dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitas. Dengan dukungan komitmen

manajemen, PT. GGP memberikan kontribusi dengan menciptakan industri

manufaktur yang ramah lingkungan. Keberhasilan perusahaan dapat dicapai

karena pengembangan produksi yang inovatif dan mengusahakan kawasan

produksi yang terpadu, serta dedikasi dan kualitas kerjasama yang baik dari

seluruh karyawan. Agar proses produksi PT. GGP dapat berjalan dengan lancar

maka dilakukan pembagian kerja yang jelas dan digambarkan dalam struktur

organisasi (Lampiran 9).

Lahan PT. GGP seluas 32 200 ha dibagi menjadi tiga areal produksi yang

dinamakan Plantation Group (PG) 1, PG2, dan PG 3. Setiap PG memiliki luas

kurang lebih 8 000 ha dan dipimpin oleh seorang manager. Manager bertanggung

jawab atas semua kegiatan produksi di PG. Seluruh aktivitas produksi di PG dapat

dikelompokkan menjadi perawatan tanaman, research, pengadaan lahan dan

panen. Setiap aktivitas produksi dipimpin oleh seorang kepala bagian (Kabag).

Untuk membantu dalam pengontrolan dan pengelolaan plantation, maka manager

dibantu oleh enam kepala wilayah (kawil) dimana setiap kawil diberi tanggung

jawab untuk mengelola 1 300 ha. Setiap kawil membawahi beberapa mandor

wilayah seperti mandor tanam, mandor panen, mandor forcing, mandor bibit, dan

lain- lain. Mandor memiliki beberapa buruh harian lepas dalam menjalankan

tugasnya.

Kegiatan Budidaya Nenas PT. GGP

Persiapan Lahan

Persiapan lahan (land preparation) merupakan seluruh kegiatan sebelum

lahan siap ditanami tanaman nenas. Seluruh kegiatan land preparation

menggunakan mesin. Kegiatan land preparation antara lain :

18

1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas

Kegiatan penghancuran tanaman nanas dilakukan secara mekanis dengan

menggunakan alat yang disebut chopper. Chopper akan mencacah menjadi

potongan-potongan kecil dan diharapkan potongan-potongan kecil tanaman nenas

tersebut dapat mempercepat proses pembusukan dan menyuburkan tanah

(Gambar 1).

Gambar 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan

Menggunakan Chopper

2. Penggaruan (Harrowing)

Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah

menjadi granulasi (butiran tanah) yang lebih halus (kecil), sehingga tercipta sistem

aerasi, drainase dan struktur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman nanas.

Disamping itu penggaruan juga bertujuan untuk mematikan tanaman pengganggu

(gulma), semak belukar, mencacah serasah tanaman sebelumnya, meratakan bekas

guludan dan mencampur dengan tanah pada kedalaman tanah. Penggaruan

menggunakan alat yang disebut Rotary Hallow (Gambar 2).

Gambar 2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harrow

19

3. Pembajakan (Ploughing)

Pembajakan yaitu membalik dan menggemburkan tanah pada kedalaman

tertentu. Untuk lahan yang banyak tumbuh gulma alang-alang pembajakan

dilakukan lebih dalam untuk mematikannya. Alat yang digunakan Molboard

Plow dan Diskplow (Gambar 3).

Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan

Diskplow

4. Penggaruan Akhir

Penggaruan akhir merupakan kegiatan melembutkan bongkahan-

bongkahan tanah dan sekaligus meratakan permukaan tanahnya. Alat yang

digunakan sama dengan kegiatan penggaruan yaitu Rotary Harrow (Gambar 4).

Gambar 4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow

20

5. Penghancuran Agregat

Penghancuran agregat menggunakan alat Cultivator-Celly yang bertujuan

agar bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil (Gambar 5).

Gambar 5. Penghancuran agregat dengan alat Cultivator-Celly

6. Pemecahan Lapisan Dalam

Setelah bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil,

kegiatan selanjutnya yaitu pemecahan lapisan dalam. Pemecahan lapisan dalam

merupakan kegiatan penghancuran tanah dibawah lapisan topsoil dengan tujuan

untuk menciptakan interna l drainase yang lebih baik. Alat yang digunakan adalah

Subsoiler (Gambar 6).

Gambar 6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat Subsoiler

21

7. Pembuatan Guludan

Pembuatan guludan bertujuan membuat tempat penanaman tanaman. Alat

yang digunakan yaitu Disk Ridger (Gambar 7).

Gambar 7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk Ridger

8. Pembuatan Jalan dan Saluran Air

Kegiatan persiapan lahan terakhir yaitu pembuatan jalan. Beberapa jenis

jalan pada lahan yaitu jalan plot untuk membedakan plot dalam satu seksi, jalan

blok atau jalan seksi untuk membedakan antara seksi yang satu dengan seksi yang

lain termasuk jalan transportasi kendaraan di lahan. Selain pembuatan jalan juga

dibuat saluran air. Saluran air terdiri dari saluran sekunder dan tersier. Saluran air

yang dibuat bertujuan agar dapat menampung air pada musim kemarau dan

memperlancar aliran air pada musim hujan agar tanaman nenas tidak tergenang.

Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan dan saluran air yaitu motor grader.

Lahan yang sudah dibuat jalan dan saluran air siap untuk ditanami (Gambar 8).

Gambar 8. Lahan yang Sudah dibuat Jalan dan Saluran air

22

Pemetaan dan Desain

Pemetaan dan desain dilakukan sebelum penanaman pada lahan yang

sudah siap. Pemetaan dan desain yang dilakukan antara lain pemetaan topografi,

gambar desain lokasi, pemetaan luas, dan gambar luas lokasi (Gambar 9). Peta

dan gambar lokasi akan memudahkan dalam mencari lokasi untuk melaksanakan

kegiatan penanaman, perawatan tanaman dan panen.

Gambar 9. Contoh Desain Lokasi

Pembibitan dan Penanaman

Kegiatan dan pembibitan yang dilakukan antara lain:

1. Asal bibit

Bibit diperoleh dari lokasi panen produksi yang berarti berasal dari

tanaman sebelumnya yang telah selesai dipanen. Bibit yang digunakan di

PT. GGP terdiri dari tiga jenis, yaitu sucker, crown dan macro section. Sucker

berasal dari anakan yang tumbuh pada tanaman nenas, sedangkan crown didapat

dari mahkota bunga yang dipishkan dari buah yang sudah dipanen. Macro section

merupakan tunas yang tumbuh pada bagian batang tanaman yang dipotong-potong

3-5 cm yang ditumbuhkan di pembibitan. Jenis bibit sucker, crown dan macro

section dapat dilihat pada Gambar 10.

23

(a) (b) (c)

Gambar 10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c)

2. Seleksi Bibit

Bibit yang sudah dipanen dikelompokan berdasarkan ukuran besar, sedang

dan kecil. Ukuran bibit sucker dibedakan berdasarkan diameter bonggol (Gambar

11). Pembagiannya yaitu sucker besar 4.2-5 cm, sucker sedang 3.5-4.2 cm dan

sucker kecil 2.5-3.5 cm. Sedangkan pada bibit crown dibedakan berdasarkan

panjang bibit. Pembagiannya yaitu crown besar 25-33 cm, crown sedang dan

crown kecil 15-16 cm dan 12-14 cm. Bibit macro section dibedakan berdasarkan

panjang bibit sesuai dengan bibit crown dengan pembagian ukuran yang sama.

Setelah bibit dibedakan berdasarkan ukuran selanjutnya bibit diberi kode

(Lampiran 3). Pengkodean bibit akan memudahkan dalam mengetahui jenis bibit

yang dipakai di suatu lahan.

Gambar 11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker

3. Dipping

Dipping adalah proses pencelupan seluruh bibit dengan larutan pestisida

yaitu insektisida dan fungisida sebelum dibawa ke lokasi tanam. Seluruh bibit

24

yang diangkut akan celupkan ke dalam kolam berisi cairan insektisida dan

fungisida di mesin dipping (Gambar 12). Dipping bertujuan untuk melindungi

bibit dari serangan hama mealybug dan jamur (Pythopthora serta Thilaviopsis).

Gambar 12. Mesin Dipping

4. Penanaman

Setelah bibit dilakukan dipping, bibit dibawa ke lokasi tanam untuk

dilakukan penanaman. Ada dua jenis jarak tanam yang digunakan di PT. GGP

yaitu jarak tanam 27.5 cm x 60 cm atau 25 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar

30 cm. Kegiatan penanaman dilakukan secara manual menggunakan alat koret

kecil atau koret (Gambar 13).

Gambar 13. Kegiatan Penanaman

25

Perawatan Kebun

Perawatan kebun dilakukan setelah tanaman ditanam dengan tujuan

tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik. Beberapa

kegiatan perawatan antara lain:

1. Pengendalian Gulma

Agar tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik maka tumbuhan yang

menjadi penggangu harus dikendalikan. Pada umumnya gulma yang ada pada

tanaman nenas tumbuh disekitar tanaman nenas yang menyebabkan persaingan

dalam mendapatkan unsur hara maupun tumbuh dengan menutupi tanaman nenas

sehingga menghalangi tanaman nenas mendapatkan cahaya matahari. Tanaman

nenas yang terserang gulma dengan tingkat serangan yang tinggi menyebabkan

terhambat pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil, tidak

berbuah bahkan mati. Kegiatan pengendalian gulma meliputi Pre emergence

(pencegahan serangan) baik sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi

post emergence (penanganan ketika serangan) maupun aktivitas manual

weeding(pencabutan gulma) yang dilakukan dengan mencabut gulma yang sudah

tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.

2. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan tujuan memberikan unsur hara pada

tanaman nenas. Terdapat dua cara aplikasi pemupukan di PT. GGP. Pertama,

pemupukan manual (aplikasi ditugal/pada pangkal bawah tanaman) yang

menggunakan pupuk komposit (urea, TSP dan Kiserit). Kedua, pemupukan foliar

spray (pupuk daun dengan menggunakan unit Boom Spraying Cameco (BSC)

(Gambar 14). Adapun pupuk yang digunakan yaitu yang water soluble seperti

urea, K2SO4, MgSO4, FeSO4, ZnSO4, serta Borax.

26

Gambar 14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan pengendalian hama yang

berupa mealybug, semut serta fungi-jamur dengan cara menyemprot tanaman

dengan insektisida dan fungisida yang dilakukan bersamaan dengan aplikasi

foliar spray, sedangkan untuk pengendalian semut dilakukan dengan

memasang umpan semut untuk membunuh koloni semut dan ratu-nya. Tingkat

serangan hama dan penyakit yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan hasil

yang tinggi karena tanaman dapat tidak berbuah bahkan mati.

4. Sanitasi Kebun

Sanitasi kebun yaitu kegiatan untuk membersihkan lokasi kebun dari

sampah dan tumpukan hasil pengumpulan bonggol sucker, cabutan

tanaman nanas liar dan rumput hasil weeding. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi populasi semut dan mengurangi inang mealybug.

Forcing dan Pemanenan

Forcing dan pemanenan dilakukan dari masa tanaman nenas siap berbunga

sampai buah tanaman nenas dipanen. Beberapa kegiatannya antara lain :

1. Forcing

Forcing adalah kegiatan perangsangan pembungaan yang dilakukan oleh

unit Boom Spraying Cameco (BSC). Forcing dilakukan dengan tujuan untuk

menyeragamkan pembungaan pada tanaman nenas sehingga panen dapat

27

dilakukan secara serempak. Forcing menggunakan bahan gas etilen yang

dicampur dengan kaolin sebagai adsorben dan dilakukan pada malam hari karena

pada malam hari stomata tanaman nanas membuka dan suhu ideal untuk tanaman

agar berhasil berbunga yaitu dibawah 24°C (Gambar 15).

Gambar 15. Kegiatan Forcing di Malam Hari

2. Ripening

Ripening yaitu proses aplikasi bahan etepon pada buah yang berumur

3-5 hari sebelum panen agar buah dapat masak atau matang seragam. Kegiatan

ripening menggunakan alat BSC.

3. Panen

Panen merupakan kegiatan pemetikan buah nanas di lokasi panen. Pada

umumnya panen yang dilakukan di PT. GGP pada umur buah 145 hari setelah

forcing dengan menggunakan alat Harvester Cameco (HVC). Buah matang yang

dipanen memiliki kriteria tertentu. Buah dengan kematangan 60-70% dengan ciri-

ciri bagian bawah nenas berwarna kuning hingga sedikit ke bagian tengah

merupakan matang yang paling baik (Gambar 16). Buah nenas yang

kematangannya kurang ataupun terlalu matang akan dijadikan concentrate dan

juice nanas.

28

Gambar 16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP

Kegiatan Selama Magang

Pengamatan Aspek Teknis dan Manajerial

Pengamatan aspek teknis dan manajerial dilakukan selama 2 bulan yang

terdiri dari orientasi kebun dan pengamatan time motion study (survey waktu

kerja), penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.

1. Survey Time Motion Study

Orientasi kebun dan Time motion study (TMS) dilakukan bersamaan

selama 3 minggu. Survey TMS yaitu menghitung efektifitas jam kerja staf Agri

research sebagai quality control (pengamat) dalam melaksanakan aktivitasnya.

Tujuan dari survey ini adalah mengukur efektifitas jam kerja pengamat selama ini

sehingga dapat diketahui kesesuaian produktivitas pengamat dengan upah yang

mereka dapat.

Beberapa pengamat yang diamati yaitu pada proses dipping, penanaman

bibit, pengolahan tanah, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga,

pengambilan contoh tanah, pengambilan contoh daun, penghitungan populasi

semut dan panen. Bentuk survey yang dilakukan yaitu mengikuti seluruh aktivitas

pengamat sejak berangkat kerja hingga pulang dan mencatat waktu yang

dibutuhkan mereka dalam setiap aktivitasnya, baik ketika bekerja maupun

29

istirahat (Gambar 17). Kegiatan dilakukan di tiga divisi PG1 yaitu divisi Lakop

yang berada di PG 1, divisi Kijung yang berada di bagian timur PG 1 dan divisi

Dua di bagian barat PG 1.

2. Norm Reference

Norm reference merupakan salah satu riset yang dilakukan oleh Agri

Research PG 1 PT. GGP. Tujuan dari riset ini yaitu dapat mengetahui defisiensi

tersembunyi pada tanaman nenas. Agri Research PG 1 memiliki hipotesa bahwa

ketidakseragaman pertumbuhan pada tanaman nenas bukan disebabkan karena

kekurangan atau kelebihan dalam pemberian unsur hara melainkan ada rasio unsur

hara yang tidak sesuai. Rasio unsur hara yang diamati yaitu N/P, N/K, Ca/Mg, dan

K/Mg dan Fe/Zn.

Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil tanaman nenas

dengan kategori sangat kecil, sedang dan besar. Setiap kategori diambil sepuluh

tanaman. Pengambilan contoh dilakukan pada tiga fase pertumbuhan yaitu fase

balibu (dibawah lima bulan), fase cepat (6-10 bulan) dan fase lambat (>10 bulan).

Tanaman contoh yang sudah diambil lalu dihitung jumlah daun, bobot tanaman,

panjang daun, lebar daun dan warna daun D-Leaf . Daun D-Leaf yang sudah

diamati kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur

hara mikro dan makronya.

3. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) versus Analisis Daun

Pada umumnya, cara yang dilakukan di PT. GGP untuk mengetahui

kandungan klorofil pada daun yaitu dengan menganalisis di laboratorium atau

Gambar 17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman

30

dengan klorofilmeter. Klorofilmeter yang jumlahnya terbatas dan harga yang

cukup mahal serta biaya analisis daun yang cukup maha l menjadi pertimbangan

untuk dapat menemukan cara lain dalam mengukur kandungan klorofil dengan

hasil yang akurat. Analisis BWD diharapkan dapat mengganti penggunaan

klorofilmeter dan analisis daun di laboratorium. Cara yang digunakan yaitu

memberikan nilai pada setiap level warna daun antar 0-25%, 25-50%, 50-75%,

>75% (keterangan : Nilai tersebut merupakan persen pupuk yang tidak terserap)

kemudian dicocokkan dengan warna daun pupus (F-Leaf) (Gambar 18). Setiap

daun F-Leaf pada level warna daun kemudian diukur dengan klorofilmeter atau

dianalisis untuk mendapatkan nilai kandungan klorofil. Hasil pengukuran warna

daun dengan BWD kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran

klorofilmeter dan analisis daun.

Gambar 18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD

4. Mengikuti aktivitas kebun dan perkantoran

Tujuan mengikuti aktivitas kebun adalah untuk menambah wawasan dan

pengalaman mengenai aspek teknis dan manajerial di kebun. Beberapa kegiatan

yang diikuti yaitu pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah,

penanaman, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan,

penghitungan kadar klorofil pada daun, pengujian unsur hara tanaman. Kegiatan

perkantoran yang diikuti yaitu apel rutin yang dilaksanakan setiap Jum’at pagi.

31

Pengamatan Buah Alami

Buah alami merupakan istilah untuk tanaman nenas yang berbunga

sebelum dilalukan forcing. Tanaman-tanaman yang berbunga terlebih dahulu

dibandingkan tanaman lain menyebabkan ketidakseragaman dalam waktu berbuah

Ketidakseragaman yang terjadi tidak hanya berupa waktu berbuah tetapi juga pada

ukuran dan kematangan buah (Gambar 19).

(a) (b)

Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami

yaitu ukuran bibit yang digunakan, pelaksanaan waktu forcing, persentase

sulaman dan curah hujan.

1. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit

Perbanyakan bibit tanaman nenas pada umumnya dilakukan melalui

perbanyakan vegetatif yaitu tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah

dan stek batang. Jenis bibit yang digunakan di PT. GGP pada umumnya adalah

tunas akar (sucker) dan mahkota buah (crown).

Berdasarkan ukurannya bibit dikelompokkan menjadi bibit dengan ukuran

besar, sedang dan kecil. PT. GGP memiliki alat dan standar ukuran sendiri dalam

mengelompokkan bibit berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan seperti ini

diharapkan dapat menseragamkan pertumbuhan tanaman sehingga memudahkan

Gambar 19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami

32

std umur

% b

uah

ala

mi

1817161514

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0

dalam perawatan tanaman, penentuan waktu forcing maupun panen. Bibit bibit

yang sudah dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukurannya selanjutnya akan

ditanam dengan jarak tanam dan kedalaman yang sama.

Ukuran bibit diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Bibit-bibit

yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat berpeluang

menghasilkan bunga yang lebih cepat dibandingkan bibit-bibit yang berasal dari

bibit-bibit dengan ukuran sedang maupun kecil. Untuk membuktikan hal ini, dari

100 lokasi contoh panen buah alami PG 1 tahun 2008 dikelompokkan berdasarkan

umur forcingnya. Kemudian dilakukan scatter plot untuk melihat sebarannya

(Gambar 20).

Gambar 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit

Dari Gambar 20 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada

standar umur bibit 14 bulan (bibit besar) dibandingkan bibit 16 bulan (bibit

sedang) dan 18 bulan (bibit kecil). Berdasarkan data tersebut, bibit besar

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan buah alami

dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil.

Uji t digunakan untuk membandingkan persentase buah alami dari bibit

besar terhadap bibit sedang, bibit besar terhadap bibit kecil dan bibit sedang

33

terhadap bibit kecil. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan nyata antara bibit

besar terhadap bibit sedang dan kecil sedangkan antara bibit sedang terhadap bibit

kecil tidak berbeda nyata (Tabel 4).

Tabel 4. Hubungan Jenis bibit terhadap Buah Alami

Jenis bibit Buah Alami (%)

Bibit Besar 0.12a ± 0.107

Bibit Sedang 0.04bc ± 0.0418

Bibit Kecil 0.03bc ± 0.0313

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan uji t taraf 5%

Sucker dapat disimpan tanpa mengalami kemunduran vigor. Sucker

berukuran besar dapat mencapai lebih dari 1.5 kg. Bibit sucker dapat mencapai

berat forcing yang lebih cepat dibandingkan slip atau crown. Bibit besar terutama

yang berasal dari sucker memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan

bibit sedang dan bibit kecil. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan waktu forcing.

Bibit besar dilakukan forcing pada umur 14 bulan sedangkan bibit sedang pada

umur 16 bulan dan bibit kecil pada umur 18 bulan. Umur forcing bibit besar lebih

cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Pertumbuhan yang lebih cepat

inilah yang diduga menyebabkan peluang buah alami dari bibit besar lebih tinggi

dibandingkan dari bibit sedang maupun bibit kecil.

2. Sebaran Buah Alami berdasarkan Waktu Forcing

Forcing dilakukan untuk menseragamkan pembungaan pada tanaman

nenas dengan menggunakan bahan gas etilen. Penentuan waktu forcing

berdasarkan jenis bibit. Bibit yang berukuran besar memiliki umur forcing yang

lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Namun terkadang terjadi

ketidakseragaman pertumbuhan pada satu kelas ukuran bibit yang sama. Hal ini

34

menyebabkan forcing diundur atau dimajukan sesuai dengan kondisi tanaman.

Forcing yang diundur dan dimajukan ini diduga berpengaruh terhadap adanya

buah alami.

Berdasarkan uji t dengan taraf 5% terlihat bahwa forcing yang dipercepat

maupun diundur tidak berbeda nyata di bandingkan forcing yang dilakukan tepat

waktu. Persentase dan sebaran buah alami terbanyak terjadi pada pelaksanaan

forcing yang diundur 1 bulan (Tabel 5).

Tabel 5. Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami

Waktu Forcing Buah Alami (%)

Cepat 2 bulan

4.29 ± 0.0520

Cepat 1 bulan 5.44 ± 0.0629

Tepat Waktu 6.20 ± 0.0749

Undur 1 bulan 6.97 ± 0.0992

Undur 2 bulan 3.17 ± 0.0400

Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada

forcing yang diundur 1 bulan kemudian menurun pada forcing yang tepat waktu,

forcing yang dipercepat 1 bulan dan dipercepat 2 bulan. Pengunduran jadwal

forcing diduga menghasilkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan forcing

yang dilakukan tepat waktu ataupun yang dipercepat.

Pengunduran forcing pada umumnya dilakukan karena ukuran bibit di

lapangan yang terlihat belum cukup besar ketika pengamatan berat tanaman

sebelum di forcing. Pengunduran forcing yang dilakukan menyebabkan tanaman-

tanaman yang sudah siap untuk berbunga menjadi berbunga sementara forcing

belum diaplikasikan. Tanaman–tanaman yang sudah berbunga terlebih dahulu

akan menghasilkan buah lebih cepat sedangkan tanaman-tanaman yang lain baru

berbunga (Gambar 21).

35

Gambar 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan

Tanaman Sekitarnya

Keberhasilan forcing berhubungan dengan sensitivitas tanaman untuk

induksi, misalnya kemungkinan terjadinya induksi alami. Pada umumnya forcing

berhasil terhadap tanaman dengan sensitivitas yang tinggi. Keberhasilan forcing

merupakan tanda dari waktunya induksi bunga tanaman nenas. Pertumbuhan dan

pembesaran buah dapat mencapai optimum ketika kondisi pertumbuhan tanaman

pun optimum (Bartholomew dan Paull, 2003).

3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam

Sulaman merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan populasi

tanaman. Tanaman nenas yang terserang penyakit seperti mealybug dan busuk

akar apabila tidak mati maka akan menghasilkan buah yang kecil yang akan

berpengaruh terhadap produktivitas. Di PT. GGP, tanaman nenas yang baru

ditanam beberapa bulan dan mati karena penyakit akan segera disulam dengan

bibit lain. Pada umumnya bibit yang digunakan sebagai sulaman yaitu bibit sucker

besar. Hal ini dilakukan karena bibit sulam diharapkan mengimbangi

pertumbuhan tanaman asal disekitarnya.

Persentase sulam yang tinggi diduga berpengaruh terhadap tingginya buah

alami. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan ukuran dan umur bibit yang

digunakan terhadap bibit tanaman asal (Gambar 22).

36

(a) (b)

Gambar 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur Fisiologis (b) Bibit

Sulam terhadap Tanaman Asal

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persen sulam yang kurang dari 5%

memiliki persen buah alami yang lebih tinggi dibandingkan sulaman di atas 25%.

Hal ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa semakin tinggi persen sulam

menyebabkan buah alami yang semakin tinggi.

Tabel 6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami

Persen sulam Buah Alami (%)

<5% 6.44

5-10% 5.20

10-15% 3.27

15-20% 6.42

20-25% 3.00

>25% 0.48

Bibit sulam yang digunakan di PT.GGP berasal dari sucker yang diambil

dari tanaman induk. Sucker pada umumnya muncul pada tanaman induk beberapa

minggu setelah tanaman dipanen (Barholomew dan Paull,2003). Namun terdapat

beberapa tanaman nenas dimana sucker muncul ketika tanaman nenas baru

37

berbuah. Bibit sucker yang berasal dari sucker yang diambil dari tanaman yang

sudah dipanen dan yang berasal dari tanaman yang belum dipanen menyebabkan

terjadinya perbedaan umur fisiologis ketika ditanam.

Bibit sulam yang berasal dari tanaman yang baru berbuah kemungkinan

untuk terkena ripening sangat besar. Ripening dilakukan ketika tanaman nenas

sudah berbuah dan bertujuan untuk menseragamkan kematangan buah dengan

menggunakan bahan ethepon (GGP, 2009). Bahan ethepon terkadang

diaplikasikan bersama etilen saat forcing. Sucker yang terkena aplikasi ripening

menjadi lebih siap berbunga setelah terkena ethepon. Sedangkan bibit yang

berasal dari tanaman yang sudah dipanen tidak terkena aplikasi ripening sehingga

bila ditanam bersamaan meskipun jenis dan ukuran bibit sama tetapi umur

fisiologisnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyulaman tidak berdampak

terhadap banyaknya buah alami karena terdapat faktor lain yang lebih

berpengaruh seperti umur fisiologis bibit.

Karakteristik Buah Alami berdasarkan Bobot Tanaman, Panjang Daun dan

Jumlah Daun

Tanaman yang berbuah alami memiliki waktu pembungaan yang lebih

cepat dibandingkan tanaman normal. Waktu pembungaan yang lebih cepat diduga

berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat pula sehingga

terdapat dugaan bahwa tanaman berbuah alami berasal dari tanaman nenas yang

pertumbuhan vegetatifnya lebih tinggi (vigor) (Gambar 23).

Gambar 23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami

(kiri) dengan Tanaman Normal (kanan)

38

Tabel 7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Perlakuan Kebun 047E

Kebun 086A

Kebun 031B

Kebun 002B

Kebun 068B

Kebun 070H

Rerata Perlakuan

Buah Alami 4.58 3.36 4.19 3.93 4.58 5.86

4.42

Tanaman Normal 4.76 3.41 2.53 3.42 3.83 3.81

3.63

Tabel 8. Perbandingan Panjang Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Perlakuan Kebun 047E

Kebun 086A

Kebun 031B

Kebun 002B

Kebun 068B

Kebun 070H

Rerata Perlakuan

Buah Alami 76.5 94.8 75.3 77.1 78.64 74.3

79.44

Tanaman Normal 79.4 77.16 80.5 77.4 82.04 81.22

79.62

Tabel 9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Perlakuan Kebun 047E

Kebun 086A

Kebun 031B

Kebun 002B

Kebun 068B

Kebun 070H

Rerata Perlakuan

Buah Alami 69 55 72 73 70 90

72

Tanaman Normal 62 72 46 71 59 72

64

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara buah

alami dan tanaman normal berdasarkan bobot tanaman, jumlah daun dan panjang

daun. Hal ini menunjukkan bahwa buah alami tidak disebabkan oleh faktor

genetik namun diduga terdapat faktor lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan

yang lebih berpengaruh terhadap adanya buah alami.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap bunga alami yaitu panjang

hari, suhu dan radiasi sinar matahari. Menurut Taiz dan Zeiger (1991), Smooth

Cayenne merupakan varietas tanaman dengan panjang hari yang pendek, misalnya

pembungaan dapat terjadi pada panjang hari berapapun namun dapat dipercepat

39

dengan panjang hari yang lebih pendek. Induksi bunga pada Smooth Cayenne

lebih mudah terjadi pada panjang hari 8 jam sehari dibandingkan 10,12 atau 16

jam sehari (Friend dan Lydon ,1979).

Gowing (1961) mencoba menggunakan Smooth cayenne pada suhu

dimalam hari dari 15, 23 dan 26ºC. Berdasarkan hasil percobaannya ditemukan

bahwa suhu 15ºC pada malam hari menginduksi pembungaan ketika ada

kombinasi dengan panjang hari yang pendek selama 30 hari. Selain itu terdapat

bukti yang menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari memiliki pengaruh

terhadap induksi bunga alami. Induksi alami yang terjadi pada daerah yang jauh

dari ekuator terjadikarena kombinasi panjang hari yang pendek dan suhu yang

dingin. Namun induksi alami juga terjadi di daerah-daerah ekuator ,dimana pada

umumnya panjang hari tetap dan suhu rata-rata tinggi (Bartholomew dan Paull,

2003).

Pengaruh Curah Hujan terhadap Buah Alami

Salah satu faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap adanya

buah alami yaitu curah hujan. Curah hujan berpengaruh tidak langsung terhadap

buah alami. Kondisi curah hujan yang tinggi akan meyebabkan akar tanaman

nenas terendam terutama ketika drainase kurang baik. Sedangkan ketika curah

hujan sangat rendah menyebabkan akar tanaman nenas kesulitan mendapatkan air.

Kondisi stress yang dialami tanaman nenas seperti kerusakan akar akibat pathogen

atau tanah yang terendam dapat menginduksi pembungaan (Bartholomew dan

Paull, 2003). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi tanah disekitar

tanaman nenas menjadi tergenang. Hal ini ditunjukkan dengan tanah yang retak-

retak dan berlumut setelah tergenang (Gambar 24).

Tanah disekitar tanaman nenas yang terendam terlalu lama dapat

mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas terhambat. Tanaman nenas akan

berukuran kecil dan daun tanaman nenas akan berwarna kekuning-kuningan.

Tanaman yang berukuran kecil dan daun yang berwarna kekuningan ini akan akan

menghasilkan buah yang kecil bahkan tanaman menjadi tidak berbuah dan akan

40

mengurangi produktifitas. Oleh karena itu drainase yang baik sangat diperlukan

agar ketika curah hujan tinggi, tanah disekitar tanaman nenas tidak tergenang

yang dapat menyebabkan tanaman nenas stress sehingga menghasilkan etilen yang

menginduksi bunga maupun pertumbuhan nenas menjadi terhambat sehingga

tanaman nenas menjadi kecil (Gambar 24).

Gambar 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air

Akar yang tergenang akibat tanah yang terendam air meningkatkan

produksi etilen yang merangsang pembungaan. Kekeringan dan kelebihan air

sering dihubungkan terhadap pembungaan pada spesies tanaman daerah tropis dan

subtropis. Selain itu peningkatan produksi etilen sering berhubungan dengan

stress air pada tanaman (Yang and Hoffman, 1984). Tetapi menurut Min (1995),

kelebihan air tidak berakibat terhadap produksi etilen atau pembungaan.

Kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasar daun D-Leaf dengan rata-

rata 100% tetapi tidak menginduksi bunga. Fakta bahwa kelebihan air

meningkatkan produksi etilen pada dasarnya adalah peningkatan kerentanan

tanaman untuk berbunga dan mungkin dikarenakan akibat dari situasi lain.

Banyak terjadi ketidakkonsistenan akibat kondisi air terhadap inisiasi

pembungaan kemungkinan disebabkan perbedaan dalam pemberian jumlah air.

Kekurangan atau kelebihan air secara tiba-tiba kemungkinan menyebabkan

terhentinya semua proses enzim, termasuk inisiasi bunga.

Gambar 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008

2003 2004 2005

2006 2007 2008

Hubungan rata-rata curah hujan dan rata-rata buah alami tahun 2003-2008

dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 menunjukkan buah alami tertinggi

terjadi pada bulan Juli (2003), Desember (2004), Desember (2005), Mei (2006),

Desember (2007), dan Mei (2008). Buah alami terbanyak terjadi pada tahun 2005-

2008. Pada umumnya buah nenas dipanen pada waktu 5 bulan setelah tanaman

berbunga. Buah alami yang dipanen pada bulan Februari 2005 (509 ton)

mengalami masa induksi bunga pada bulan September 2004. Curah hujan sebelum

bulan September 2004, yaitu bulan Juli (83.5 mm) dan Agustus (0 mm) 2004

terlihat berbeda jauh. Hal yang sama terlihat pada buah alami yang dipanen pada

bulan Desember 2007 (662 ton). Curah hujan antara Mei (41 mm) dan Juni (194

mm) yang berbeda jauh diduga menginduksi adanya bunga di bulan Juli. Hal ini

menunjukkan perubahan curah hujan secara tiba-tiba diduga merangsang etilen

pada tanaman nenas yang menginduksi bunga. Namun tidak semua buah alami

tertinggi disebabkan hal yang sama. Buah alami yang dipanen pada bulan Mei

2008 (1 825 ton) tidak dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan pada bulan

Oktober (114 mm) dan November (181 mm) 2007. Meskipun perbedaan curah

hujannya tidak terlalu jauh namun buah alami pada bulan Mei 2008 tinggi. Hal ini

diduga karena curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober dan November 2007

menyebabkan tanah-tanah sekitar tanaman nenas menjadi tergenang. Hal yang

sama terjadi pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2008.

Perbedaan curah hujan antar bulan Juni (30.5 mm) dan Juli (7 mm) 2007 tidak

terlalu jauh namun kondisi curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman nenas

mengalami stress kekeringan sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan

etilen yang akan menginduksi pembungaan. Ini merupakan indikasi bahwa

kondisi curah hujan yang tinggi dan rendah dapat memicu produksi etilen

tanaman nenas yang menyebabkan tanaman berbunga.

42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan teknis dan manajerial yang dilakukan meliputi pengamatan time

motion study quality control pembibitan sampai panen. Kegiatan selanjutnya

fokus pada masalah utama perusahaan pada saat itu yaitu buah alami.

Tanaman nenas yang berasal dari bibit berukuran besar menyebabkan

buah alami yang lebih banyak dibandingkan bibit yang berukuran sedang dan

berukuran kecil.

Waktu pelaksanaan forcing tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah

alami namun terdapat kecenderungan pelaksanaan forcing yang di undur 1 bulan

menghasilkan tanaman berbuah alami yang lebih banyak.

Tingginya persen sulam tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah

alami. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya umur fisiologis bibit sulam

Karakteristik morfologi tanaman berbuah alami berdasarkan berat

tanaman, panjang daun dan jumlah daun tidak berbeda dengan tanaman normal.

Hal ini menunjukkan tanaman berbuah alami tidak berasal dari tanaman-tanaman

yang vigor melainkan ada pengaruh lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan.

Perbedaan curah hujan yang tiba-tiba dan curah hujan yang tinggi dan

rendah pada masa pembentukan buah diindikasikan berpengaruh terhadap adanya

buah alami.

Saran dan Rekomendasi

1. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kelas bibit, sulam dan

pelaksanaan forcing terhadap adanya buah alami.

2. Perlu dilakukan pengamatan khusus mengenai akar tanaman nenas dalam

kondisi kelebihan dan kekurangan air dan serangan penyakit.

3. Dilakukan pengujian kandungan etilen pada tanaman berbuah alami.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal

Attayaya. 2008. Nanas-Standar Produksi. http://attayayabelajar.bloger.com/nanas-

standar produksi. [11 November 2008]

Augusto, G. 2001. Inhibition Of Natural Flowering In Pineapple, Cv. Perola, With

Growth Regulators. Pineapple News 8: 8 Augusto, G. 2004. Inhibiting Natural Flowering on Pineapple.

Pineapple News 11:18 BAPPENAS. 2005. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan :

tentang budidaya tanaman pertanian, Nenas (Ananas comossus). http://warintek.com. [11 November 2008]

Bartholomew, D.P. and Kadzimin, S. B. (1977) Pineapple. In: Alvim, P. T. and

Kozlowski, T.T. (eds) Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press, New York, pp. 113-156

Bartholomew, D.P. and Malezieux, E. (1994) Pineapple. In: Schaffer, B. and

Anderson, P. 9eds) Handbook of Environmental Physiology of Fruits Crops, Vol. II CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 371-388

Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple:

botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p. Biro Pusat statistic. 2007. Horticulture Statistic. http://bps.go.id.

[3 November 2008] Chomchalow, Narong. 2004. Fruit of Vietnam. FAO Regional Office for Asia and

the Pacific. Bangkok. Collins, J. L. 1968. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill

Book. London. 292 p. Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur

Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta D’Eeckenbrugge, C.G and Leal, F. 2003. Morphology, anatomy and Taxonomy.

In Bartholomew D.P, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.

46

Friend, D.J.C. and Lydon, J. 1979. Effect of daylength on flowering, growth, and CAM of Pineapple (Ananas comosus L.Merr). Botanical Gazette 140, 280-283

Gowing, D. P. (1961) Experiments on the photoperiodic response in Pineapple.

American Journal of Botany 48, 16-21 Hapton, A. and Hodgson, A.S. 2003. Processing. In Bartholomew D.P, R.E Paull

and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.

Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya

Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal Muljohardjo, Muchji. 1983. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas

comosus (L) Merr). Liberty. Yogyakarta. 100 hal Lim, W. H. and Lowings, P. H. 1979. Pineapple fuit collapse in Peninsular

Malaysia: symptom and varietal susceptibility. Plant disease Reporter 63, 170-174

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New

York Neild, R.E. and Boshell, F. (1976) An agroclimatic procedure and survey of the

pineapple production potencial of Colombia. Agricultural Meteorology 17, 81-92

Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest

Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.

Py, C., lacoueuilhe, J.J. and Teisson, C.1987. The Pineapple : Cultivation and

Uses. G.P. Maisonnevue et Larose. Paris. 568 p.

Purba, F.H.K. 2008. Perkembangan ekspor nenas Indonesia sebagai salah satu komodotas pertanian dalam daya saing pasar dunia. http://agribisnis.deptan.go.id. [14 Desember 2008]

Rohrbach, K. G. and Schmitt, D. P. 1994 Pineapple. In: Ploetz, R.C., Zentmyer, G.A., Nishiyima, W.T. and Rohrbach, K.G (eds). Compendium of Tropical Fruit Disesase. APS Press, St Paul, Michigan, pp. 45-55.

Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York

Sanford, W. G. 1962. Pineapple crop-concept and development. Better crops With Palnt Food 46, 32-43

47

Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta

Taiz, L. and Zeiger, E. (1991) Plant Physiology. Benjamin / Cummings, Menlo Park, California. 559 pp.

Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam :

Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal

Yang, S. F. and Hoffman, N. E. (1984) Ethylene biosyntesis and its regulation in hihger plants. Annal Review of Plant Physiology 35, 155-189

LAMPIRAN

will Lok LUAS Sts Tgl Forch Real Peng

Tgl kirim

P O P U L A S I / H A Pop.

TOTAL B E R B U N G A Buah Alami ( DAF ) M A N D U L Normal

Nomr. Peny. Kerd. 65-85 86-105 106-125 >

125 Total Tikus Nomr Peny Kerd Total

01 004I 16 PC 2-Jan 16-Feb 24-Feb 45 51,619 701 3,943 1,103 480

483 88 2,154

392

308 34 286 54,472 60,054

01 002B 17.93 PC 10-Jan 24-Feb 26-Feb 45 48,528 96 2,165 4,470 1,043

280 59 5,852

1,291

4 24 14 55,675 60,320

01 Ttl PC 33.93

Rata 2 PC Wil 01 49,986 381 3,004 2,883 777

376 72 4,108

867

147 29 142 55,108

60,195

02 031B 6.58 PC 29-Dec 10-Feb 17-Feb 43 50,673 446 3,225 1,736 919

208 25 2,888

649

59 24 263 54,268 59,874

02 031C 4.75 PC 29-Dec 10-Feb 17-Feb 43 56,007 187 3,364 204 -

29 - 233 -

84 15 168 56,324

60,101

02 Ttl PC 11.33

Rata 2 PC Wil 02 52,909 337 3,283 1,094 534

133 14 1,775

377

69 20 223 55,130

59,969

03 047E 4.88 PC 12-Jan 26-Feb 28-Feb 45 55,987 177 2,654 161 12 - - 173

-

1,067 32 126 57,227

60,216

03 Ttl PC 4.88

Rata 2 PC Wil 03 55,987 177 2,654 161 12

- - 173

-

1,067 32 126 57,227

60,216

04 042G 14.19 PC 19-Dec 1-Feb 10-Feb 44 55,869 320 3,215 53 76

26 9 163 -

425 228 225 56,458

60,445

04 070I 8.73 PC 26-Dec 12-Feb 13-Feb 48 58,720 - 2,910 107 278

15 - 400

202

170 - 117 59,493 62,520

04 070N 9.02

PC 26-Dec 13-Feb 14-Feb 49 53,778 361 3,043 126 507

229 21 883

400

484 10 52 55,545 59,012

04 070F 8.5 PC 27-Dec 13-Feb 14-Feb 48 56,158 305 3,451 544 576

60 - 1,180

293

151 10 171 57,782 61,719

04 070H 4.22 PC 27-Dec 13-Feb 24-Feb 48 50,010 241 2,398 1,379 448 - 355 2,182

92

465 - 364 52,749

55,751

04 Ttl PC 44.66

Rata 2 PC Wil 04 55,505 255 3,088 297 333

69 41 739

185

339 76 172 56,768

60,360

05 086A 31.45 PC 7-Jan 25-Feb 28-Feb 49 51,086 113 2,878 812 1,120

1,233 219 3,383

538

157 30 123 55,164 58,307

05 Ttl PC 31.45

Rata 2 PC Wil 05 51,086 113 2,878 812 1,120

1,233 219 3,383

538

157 30 123 55,164

58,307

06 068B 5.74 PC 22-Dec 5-Feb 6-Feb 45 51,576 300 4,572 185 1,224

140 220 1,769

466

452 96 353 54,263 59,584

06 068C 7.8 PC 7-Dec 11-Feb 13-Feb 66 52,314 672 4,742 287 415

135 - 836

325

150 58 69 53,626 59,167

06 068D 2.72 PC 8-Jan 24-Feb 24-Feb 47 51,944 74 4,645 1,021 254 - - 1,276

-

192 - 450 53,412

58,581

06 068E 2.06 PC 8-Jan 25-Feb 26-Feb 48 52,783 167 2,351 1,359 351 - - 1,710

322

301 - 528 55,117

58,163

06 Ttl PC 18.32

Rata 2 PC Wil 06 52,081 410 4,406 484 638

101 69 1,292

321

268 55 266 53,961

59,098

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009

Lampiran 2. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple

Lampiran 3. Peta Lokasi 002B

Lampiran 4. Peta Lokasi 031B

Lampiran 5. Peta Lokasi 047E

Lampiran 6. Peta Lokasi 070H

Lampiran 7. Peta Lokasi 086A

Lampiran 8. Peta Lokasi 068B

Lampiran 9. Struktur Organisasi PG 1 PT GGP

Lampiran 10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP

No KELAS BIBIT KODE BIBIT

KETERANGAN

1 11C DAP CR/SK-BSR-CLONE 2 -1C SAP SK-BSR-CLONE 3 3- CCK CR-SEDANG 4 33- DCK CR/SK-SEDANG 5 33C DCP CR/SK-SEDANG-CLONE 6 -3C SCP SK-SEDANG-CLONE 7 3-C CCP CR-SEDANG-CLONE 8 55- DEK CR/SK-KECIL 9 55C DEP CR/SK-KECIL-CLONE

10 -5C SEP SK-KECIL-CLONE 11 5-C CEP CR-KECIL-CLONE 12 77C DGP CR/SK-EXTRAKECIL-CLONE 13 7-C CGP CR-EXTRAKECIL-CLONE 14 1-1C EAP CR-SEC-BESAR-CLONE 15 3-3C ECP CR-SEC-SEDANG-CLONE 16 5-5C EEP CR-SEC-KECIL-CLONE 17 7-7C EGP CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 18 -11C FAP SK-SEC-BESAR-CLONE 19 -33C FCP SK-SEC-SEDANG-CLONE 20 -55C FEP SK-SEC-KECIL-CLONE 21 -77C FGP SK-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 22 111C GAP SK/CR-SEC-BESAR-CLONE 23 333C GCP SK/CR-SEC-SEDANG-CLONE 24 555C GEP SK/CR-SEC-KECIL-CLONE 25 777C GGP SK/CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 26 -1C TSA SECTION BESAR 27 -3C TSC SECTION SEDANG 28 -5C TSE SECTION KECIL 29 -7C TSG SECTION EXTRAKECIL 30 CLN TSP SECTION

No besar (%buah alami) Jumlah titik

sedang (%buah alami)

Jumlah titik

kecil (%buah alami)

Jumlah titik

1 0.01 2 0.00 2 0.00 5 2 0.02 2 0.01 10 0.01 12 3 0.03 3 0.02 4 0.02 7 4 0.04 2 0.03 1 0.03 4 5 0.05 2 0.04 3 0.04 4 6 0.06 1 0.05 1 0.05 3 7 0.07 2 0.06 3 0.06 2 8 0.09 1 0.07 3 0.07 2 9 0.16 1 0.08 2 0.11 1

10 0.17 1 0.09 1 0.16 1 11 0.20 1 0.11 1

12 0.21 1 0.12 1 13 0.26 1 0.13 1 14 0.27 2 0.18 1 15 0.31 1 16 0.35 1

Lampiran 11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit