Ggg

31
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian keperawatan bayi dengan asfiksia ringan Keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam keadaan sakit maupun sehat dalam kegiatannya untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit sehingga ia mempunyai kekuataan, keinginan dan pengetahuan. Keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan,proses keperawatan dapat meningkatkan tanggung jawab perawat,otonomi perawat dan kepuasan perawat. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai asidosis (Handerson,2001). Ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan sintesis dari ilmu dasar-dasar dan ilmu keperawatan. Terdiri dari ilmu Keperawatan maternitas dan ilmu

description

r4t

Transcript of Ggg

Page 1: Ggg

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian keperawatan bayi dengan asfiksia ringan

Keperawatan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam

keadaan sakit maupun sehat dalam kegiatannya untuk mencapai keadaan sehat

atau sembuh dari penyakit sehingga ia mempunyai kekuataan, keinginan dan

pengetahuan. Keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam

memberikan Asuhan Keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan

kesehatan,proses keperawatan dapat meningkatkan tanggung jawab

perawat,otonomi perawat dan kepuasan perawat. Asfiksia adalah keadaan

dimana bayi tidak dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah

lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan

sampai asidosis (Handerson,2001).

Ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan sintesis dari ilmu dasar-dasar

dan ilmu keperawatan. Terdiri dari ilmu Keperawatan maternitas dan ilmu

keperawatan klinik. Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu yang

mempelajari bentuk dari sebab terpenuhinya kebutuhan dasar manusiaserta

upaya mencapai pemenuhan kebutuhan tersebut. Bidang garapan dan fenomina

yang menjadi obyek penelahan keperawatan merupakan penyimpanan dan

terpenuhinya Kebutuhan Dasar Manusia terdiri dari kebutuhan

biologis,psikologis,sosial dan spiritual ( Hidayat, 2006).

Page 2: Ggg

5

Keadaan ini dikarenakan kurangnya kemampuan fungsi organ bayi

pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat

terjadi dimasa kehamilan, persalinan, atau dapt terjadi segera setelah lahir.

Banyak faktor menyebabkan diantaranya adanya penyakit pada ibu waktu

hamil. Seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu resiko

tinggi. Kehamilan dapat juga terjadi karena faktor plasenta seperti janin dengan

solusis plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri, seperti kelainan tali pusat

dengan menumbung atau melilit pada leher.

Asfiksia bayi baru lahir dapat dihubungkan dengan beberapa keadaan

kehamilan dan kelahiran. Bayi tersebut dalam keadaan resiko tinggi dan ibu

dalam keadaan hamil resiko tinggi. Pada umur kahamilan 30 minggu, paru

janin sudah menunjukan pematangan baik secara anatomis maupun fungsional,

walaupun demikian janin tidak melakukan pergerakan pernapasan kecuali jika

ada gangguan yang dapat menimbulkan hipoksia /anoksia. Pada keadaan

asfiksia bayi mengalami kekurangan O2 dan kelebihan CO2 yang dapat

mengakibatkan asidosis. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kegagalan

dalam beradaptasi dan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernapasan

dan pada hari- hari pertama kelahiran. Insidensi pada bayi premature kulit putih

lebih tinggi daripada bayi kulit hitam dan lebih sering pada bayi laki- laki

daripada perempuan (Nursalam, 2005).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas dengan

spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan

adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai asidosis. Keadaan ini dikarenakan

Page 3: Ggg

6

kurangnya kemampuan fungsi organ bayi pengembangan paru-paru. Proses

terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi dimasa kehamilan, persalinan,

atau dapt terjadi segera setelah lahir. Banyak faktor menyebabkan diantaranya

adanya penyakit pada ibu waktu hamil. Seperti hipertensi, paru, gangguan

kontraksi uterus pada ibu resiko tinggi. Kehamilan dapat juga terjadi karena

faktor plasenta seperti janin dengan solusis plasenta, atau juga faktor janin itu

sendiri, seperti kelainan tali pusat dengan menumbung atau melilit pada leher.

Tabel penilaian apgar score

TandaApgar Score

0 1 2Frekuensi jantung Tidak ada < 100x / menit >100 x / menitUsaha bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuatTonus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktifRefleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan

kuat/melawanWarna kulit Biru / pucat Tubuh kemerahan, ekstremitas

biruSeluruh tubuhkemerahan

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6

c. Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-9

B. ETIOLOGI

Beberapa kondisi tertentu pda ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi

berkurang. Hipoksia bayi di rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang

dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Page 4: Ggg

7

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat, dan

bayi berikut ini :

a. Faktor ibu

1) Preeklampsia dan eklampsia

2) Pendarahan abnormal ( plasenta previa atau solusio plasenta )

3) Partus lama atau partus macet

4) Demam selama persalinan

5) Infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC, HIV )

6) Kehamilan lewat waktu ( sesudah 42 minggu kehamilan )

b. Faktor tali pusat

1) Lilitan tali pusat

2) Tali pusat pendek

3) Simpul tali pusat

4) Prolapus tali pusat

c. Faktor bayi

1) Bayi prematur ( sebelum 38 minggu setelah kehamilan )

2) Persalinan dengan tindakan ( sungsang, bayi kembar, distosia

bahu, ekstrasi vakum, ekstrasi forsep )

3) Kelainan bawaan ( kongenital )

4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan )

Page 5: Ggg

8

C. PATOFISIOLOGI

Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat

sementara, proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan agar terjadi nafas pertama (primary gasping), yang kemudian

akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai

pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan

pernafasan mengakibatkan terjadinya gangguan pertukaran oksigen dan

karbondioksida sehingga menimbulkan berkurangnya oksigen dan

meningkatnya karbondioksida diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila

proses berlanjut maka metabolisme sel akan berlangsung dalam suasana

anaerob, sehingga sumber glikogen terutama pada jantung dan hati akan

berkurang dan asam organic yang terjadi akan menyebabkan asidosis

metabolik.

Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang akan

disebabkan karena beberapa keadaan :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik mengakibatkan menurunya sel jaringan

termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat menyebabkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru

dan sistem sirkulasi yang lain mengalami ganguan.

Page 6: Ggg

9

Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam metabolisme anaerob,

tubuh bayi akan menderita hipoglikemia. Pada asfiksia berat menyebabkan

kerusakan membrane sel terutama sel susunan saraf pusat sehingga

menyebabkan gangguan elektrolit berakibat terjadinya hiperglikemia dan

pembengkakan sel. Kerusakan sel otak terjadi setelah asfiksia berlangsung

selama 8 – 15 menit.

Menurunnya atau terhentinya denyut jantung akibat dari asfiksia

mengakibatkan iskemia, bahaya iskemia ini lebih hebat dari hipoksia karena

mengakibatkan perfusi jaringan kurang baik. Pada iskemia dapat

mengakibatkan sumbatan pembuluh darah kecil setelah mengalami asfiksia 5

menit atau lebih sehingga darah tidak dapat mengalir meskipun tekanan

perfusi darah sudah normal. Peristiwa ini mungkin mempunyai peranan

penting dalam menetukan kerusakan yang menetap pada proses asfiksasi.

BBL mempunyai karakteristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin

intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai

berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan

bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru

diabsorpsi oleh jaringan paru

Page 7: Ggg

D. Pathways

10

Page 8: Ggg

1111

E. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya

hipovolemia.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi /

hiperventilasi.

F. Komplikasi

Meliputi berbagai organ yaitu :

a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi

serebralis

b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos

d. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH

e. Hematologi DIC

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )

2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung,

usaha nafas, tonus otot dan reflek)

3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi

4. Pengkajian spesifik

Page 9: Ggg

1212

Gradasi Hipoksi Iskemia Ensepalopati pada bayi

Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3

Tanda kesadaran Iritabel Letargi Stupor,koma

Tonus otot Normal Hipotonus Flaksit

Postur Normal Fleksi Deserebrasi

Reflek tendon/klonus Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada

Reflek moro Kuat Lemah Tidak ada

Pupil Medriasis Miosis Tidak bereflek cahaya

Kejang Tidak ada Sering terjadi Deserebrasi

EEG NormalVoltase rendah,berubah dengan kejang

Isoelektrik

Durasi <24 jam 24 jam – 14 hari Beberapa minggu

Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian berat

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus atau

bayi. Semua bayi dengan depresi pernafasan harus mendapat resusitasi yang

adekuat. Bila bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum, maka

tindakan medis lanjutan yang komprehensif. Tindakan resusitasi neonatorum

akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya penatalaksanaan

terhadap asfiksia neonatorum adalah berupa : Tindakan Umum:

1. Pengawasan suhu tubuh

Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan

memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak

Page 10: Ggg

1313

kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan

suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn

oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan

yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan

(membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus

dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin,

gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala

ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik

2. Pembersihan jalan nafas

Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan

pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu

tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh

akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel

mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi

kardiopulmonal.

3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah

lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini

rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang

cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan

yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak

berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan

memukul kedua telapak kaki bayi.

Page 11: Ggg

1414

4. Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksi

a. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia

1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan

2. Memberikan obat- obatan

3. Memberikan nutrisi parenteral

b. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan

Keuntungan :

1. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat

ketempat target berlangsung cepat

2. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan

therapy lebih dapat diandalkan.

3. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy

dapat dipertahankan maupun dimodifikasi.

4. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan

intramuscular dan subkutan dapat dihindari.

5. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute

lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan

dalam traktus gastrointestinal.

Kerugian :

1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi

2. Komplikasi tambahan dapat timbul :

a) Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi

b) Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )

Page 12: Ggg

1515

c) Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat

tambahan.

c. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir

dengan asfiksia

1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan

infuse maupun kemasannya.

2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien,

jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)

3. Memeriksa kepatenan tempat insersi

4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan

5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program

6. Monitor kondisi dan reaksi pasien

d. Teknik pemasangan infuse

e. Tehnik memfiksasi / mempertahankan kepatenan dari alat kepada

bayi asfiksia yang terpasang infuse

Metode Chevron

1) Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan di bawah hubungan

kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.

2) Silangkan kedua ujung plester melalui hubungan kateter dan

rekatkan pada kulit pasien.

3) Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap

kateter dan sayap infuse untuk memperkuat kemudian

berikan label.

Page 13: Ggg

1616

f. Memberikan cairan dengan menggunakan NGT

Adalah memasukkan cairan kedalam lambung bayi dengan

menggunakan NGT. Dengan tujuan memenuhi kebutuhan tubuh

akan makanan dan cairan, yang dilakukan pada bayi yang

mengalami kesulitan mengisap dan bayi dengan kelainan bawaan

misalnya labiopalatoskisis atau atresia esophagus.

I. Pengakjian Fisik

1. Sirkulasi

Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180x/menit. Tekanan

darah 60 sampai 80 mmHg 9sistollik, 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

a) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas

maksimaltepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercosta

III/IV.

b) Murmur biasanya terjadi diselama beberapa jam pertama

kehidupan.

c) Tali pusat putih dan bergelatin memngandung 2 arteri 1 vena.

2. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir

3. Makanan / cairan gram

a) Berat Badan : 2500-4000

b) Panjang Badan :44-45 cm

c) Turgor kulit elastis (bervariasis sesuai gestasi)

4. Neurosensori

Page 14: Ggg

1717

a) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas

b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama

30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama

reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,

hematoma)

c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menagis tinggi

menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek

nerkotik yang menjang)

5. Pernafasan

a) Skor APGAR : skor optimal antara 7-10

b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang kreleks umum awalnya

silidrik thorak : kertilago xifoid menonjol umum terjadi.

6. Keamanan

Suhu rentan 36,5 ºC- 37,5 ºC. Ada vermiks (jumlah dan distribusi

tergantung pada usia gestasi).

7. Kulit

Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan atau kaki dapat terliahat,

warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang

menunjukkan memar minor ( misal : kelahiran dengan forseps), atau

perubahan warna herliquin, petekie pada kepala atau wajah ( dapat

menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau

tanda nukhal), becak portuine, telengiektasis (kelopak mata, antara alis

Page 15: Ggg

1818

dan mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung

bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada

(penampakan elektroda internal). ( Manjoer, 2000)

J. Fokus Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi

mukus banyak.

Tujuan : pasien mempertahankan jalan nafas paten.

KH : jaln nafas bersih, anak bernafas dengan mudah, pernafasan

dalam batas normal.

Intervensi :

a. Beri posisi telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung

mengarah ke atas.

b. Beri posisi untuk mencegah aspirasi sekresi beri posisi miring.

c. Aspirasi eksresi dan jalan nafas sesuai kebutuhan.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau

hiperventilasi.

Tujuan : pasien menunjukkkan pola nafas yang efektif.

KH :

- ekspansi dada simetris

- Tidak ada bunyi nafas tambahan

- Kecepatan dan irama resparasi dalam batas normal.

Page 16: Ggg

1919

Intervensi :

a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan

melakukan penghisapan lendir.

b. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai

kebutuhan

c. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya

penurunan ventilasi.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk memeriksa

ADG dan pemakaian alat bantu nafas.

3. Kerusakan pertukaran jaringan berhubungan dengan ketidak

seimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : tidak ada kesulitan pernafasan, PaO2 dalam batas

normal, frekuensi pernafasan dalam batas normal.

KH : akral tidak dingin.

Intervensi :

a. Tentukan dasar upaya pernafasan, pengarahan dinding dada,

warna kulit dan selaput membran.

b. Pertahankan pernafasan dan curah jantung. Catat setiap 30

menit, frekuensi lebih dari 60 x/menit mengindikasikan

bahwa dalam keadaan gawat nafas.

c. Pantau kulit, aktivitas, pertahankan konsentrasi O2 konstan

paling sedikit 15-20 menit sebelum dengan konsentrasi 5-

10%.