Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

6
Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette 14 Jan 2010 Kesehatan Koran Jakarta Gerakan spontan yang tidak terkontrol pada beberapa orang bukanlah jenis gangguan yang mematikan. Namun penyakit ini seringkali mengganggu penderitanya untuk beraktivitas sosial.Andra Prasetya kerap menjadi bulan-bulanan teman sebayanya. Ia dicap sebagai anak aneh karena sering melakukan tindakan di luar batas kewajaran. Berkedip terlalu sering, mengeluarkan bunyi-bunyian yang aneh, hingga kebiasaan menggerakkan bahu secara spontan dan tidak terkontrol menjadi "teman" sehari-harinya. Menurut Andra, gerakan atau suara-suara spontanitas yang sering dialami olehnya muncul lebih sering jika mengalami tekanan dan keletihan. "Biasanya kalau semakin diejek atau disuruh berhenti malah jadi semakin susah mengontrolnya. Kecapean main dan olah raga juga membuat semakin susah berhenti bergerak-gerak," ceritanya. Bukan sekali dua kali ia mendapatkan ejekan bahkan hingga dimusuhi oleh teman-temannya. Padahal, segala tindakan yang dilakukannya bukanlah disengaja atau untuk menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Kemungkinan besar ia menderita sindrom tourette. Sindrom yang pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dari perancis bernama Georges Gilles de la Tourette ini merupakan gangguan yang menunjuk-kargfjanya masajalyjada saraf seseorang. Sering kali keadaan ini disebut dengan distonia, yaitu kelainan gerakan dengan kontraksi otot yang terus- menerus, menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.

description

BST

Transcript of Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

Page 1: Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

14 Jan 2010 Kesehatan Koran Jakarta

Gerakan spontan yang tidak terkontrol pada beberapa orang bukanlah jenis gangguan yang mematikan. Namun penyakit ini seringkali mengganggu penderitanya untuk beraktivitas sosial.Andra Prasetya kerap menjadi bulan-bulanan teman sebayanya. Ia dicap sebagai anak aneh karena sering melakukan tindakan di luar batas kewajaran. Berkedip terlalu sering, mengeluarkan bunyi-bunyian yang aneh, hingga kebiasaan menggerakkan bahu secara spontan dan tidak terkontrol menjadi "teman" sehari-harinya.

Menurut Andra, gerakan atau suara-suara spontanitas yang sering dialami olehnya muncul lebih sering jika mengalami tekanan dan keletihan. "Biasanya kalau semakin diejek atau disuruh berhenti malah jadi semakin susah mengontrolnya. Kecapean main dan olah raga juga membuat semakin susah berhenti bergerak-gerak," ceritanya.

Bukan sekali dua kali ia mendapatkan ejekan bahkan hingga dimusuhi oleh teman-temannya. Padahal, segala tindakan yang dilakukannya bukanlah disengaja atau untuk menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Kemungkinan besar ia menderita sindrom tourette.

Sindrom yang pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dari perancis bernama Georges Gilles de la Tourette ini merupakan gangguan yang menunjuk-kargfjanya masajalyjada saraf seseorang. Sering kali keadaan ini disebut dengan distonia, yaitu kelainan gerakan dengan kontraksi otot yang terus-menerus, menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.

Menurut Irawan Mangunat-madja dari departemen ilmu kesehatan anak FK Ul RSCM, Jakarta, sindrom tourette adalah kelainan neuropsikiatri kronis yang khas ditandai oleh adanya gerakan otot dan suara yang tidak dapat diatur (tick).

"Secara sederhana dapat dikatakan adanya gerakan otot-otot tertentu disertai dengan keluarnya suara dari mulut secara berurutan. Kata-kata yang keluar dapat berupa kata-kata tak berartisampai berupa kata-kata kotor," ungkapnya.

Gejala-gejala sindrom tourette atau distonia di antaranya seperti sering berkedutnya urat wajah. Kedutan atau kejang pada mulut dan sering berkedipnya mata adalah gejala umum pertama yang paling sering muncul. Gejala yang biasa terjadi lainnya termasuk juga gerakan tangan atau anggota tubuh tanpa sengaja atau mengeluarkan suara seperti berdeham dan mengeluarkan suara dari hidung seperti membaui.

Page 2: Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

Tidak ada pola gejala yang tunggal, bahkan beberapa di antaranya merasakan gejala yang samar. Kejang bisa diklasifikasikan sebagai kejang yang sederhana, seperti menggerakan bahu secara spontan, kedipan mata, decak lidah, atau bunyi-bunyi dari hidung. Tidak sedikit pula yang mengalami kejang yang kompleks, seperti melompat, suka berputar-putar, hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak diterima umum.

Menguras Tenaga

Tourette seringkali menguras energi. Gerakan motoris yang tidak terkontrol membuat penderitanya sering mengalami keletihan yang

amat sangat. Belum lagi penderita yang tak dapat mengendalikan spontanitas berbicaranya termasuk juga penggunaan kata-kata kotor yang tak terkendali (copro-lalia) dan pengulangan frase yang ia dengar diucapkan orang lain (echoLalia), atau pada masyarakat awam dikenal dengan istilah latah.

Mereka yang terkena sindrom tourette sering kali juga memiliki berbagai masalah psikologi, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), obsessive-compulsive disorder (OCD), dan kebiasaan menyakiti diri sendiri, walaupun hubungan antara gangguan-gang-guan ini dengan sindrom tourette masih belum jelas.

Senada dengan Irawan, psikolog anak Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi lil, Luh Sunni Yulia Savitri, mengemukakan bahwa sindrom tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan seperti mengangkat tangan, menggoyang-kan kepala, atau berdeham seperti suara ringkikan kuda yang tiba-tiba dan tidak bisa dikontrol secara berulang dan tidak bertujuan/

Psikolog yang akrab disapa Vivi ini mengungkapkan bahwa catatan penderita sindrom ini di Indonesia masih sedikit. Namun bukan berarti penderitanya tidak banyak. "Mungkin karena orang tua tidak menganggap gangguan ini sebagai gangguan psikologis," paparnya.

Gejala-gejala sindrom tourette, ungkap Irawan, antara lain ditandai dengan munculnya gerakan tick sederhana yang berkembang menjadi gerakan yang lebih kompleks, yang umumnya sudah berlangsung selama satu tahun. Penyakit ini diawali dengan gejala yang ringan kemudian makin lama makin berat.

Gerakan sederhana di mulut makin memberat menjadi gerakan bahu. Suara yang awalnya hanya suara kerongkongan menjadi berat karena dengan diikuti kata-kata tertentu hingga sulit diartikan. Memarahi anak karena "kebiasaannya" menggerak-gerakkan anggota badan dan mengeluarkan suara itu justru dapat memperparah gangguan.

Faktor Keturunan

"Sindrom tourette merupakan penyakit keturunan dengan jumlah penderita pria tiga kali lebih banyak dibanding wanita. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga

Page 3: Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

merupakan suatu kelainan dalam dopamine atau neurotransmitter otak lainnya," papar Irawan.

Menurutnya, penyakit ini diduga bersifat familial psikogenik. Biasanya dimulai saat usia seseorang di bawah usia 21 tahun.

Karena merupakan penyakit keturunan itulah, maka sulit untuk dilakukan pencegahan terhadap penyakit ini. "Pencegahan tampaknya tidak dapat dilakukan karena bersifat genetik," tambahnya.

Selain adanya kelainan neuro behavior di otak, penyakit ini tidak mengenai organ lain. Tetapi kurangnya konsentrasi akibat gangguan gerakan-gerakan spontan itu bisa memengaruhi kemampuan akademis anak.

"Perilaku anak yang kadang-kadang banyak melakukan gerakan-gerakan berulang-ulang dan sering adanya gangguan pemusatan perhatian sedikit banyak akan menurunkan kemampuan akademisnya," imbuhnya.

Seseorang bisa saja terkena sindrom tourette karena faktor turunan atau bisa tiba-tiba muncul. Untuk yang terakhir ini biasanya disebut sporadic tourettes syndrome. Jika sindrom Tourette yang muncul karena faktor turunan, maka gejala-gejalanya bisa sama dengan yang pernah dialami orang tuanya, atau dengan gejala kombinasi yang berbeda, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.

Walaupun tidak berbahaya, sindrom ini perlu ditangani dengan baik karena kerap memengaruhi kondisi psikologis penderitanya. Kurangnya pengertian dari orang lain terhadap kondisi anak-anak yang memiliki sindrom tourette sering kah membuat penderitanya merasa minder. Akibatnya, mereka akan merasa sulit membangun sebuah hubungan dengan teman atau orang lain.

Sekitar 10 persen dari mereka yang memiliki gen turunan

sindrom ini memiliki gejala yang cukup mengganggu dan membutuhkan perawatan medis. Sangat penting untuk melakukan diagnosis dan perawatan sedini mungkin. Diagnosis dilakukan dengan melihat pola gejala. Walaupun belum ada penyembuhan, tetapi sindrom tourerte dapat diatasi. Bagi banyak orang, psikoterapi atau terapi kebiasaan akan sangat membantu, begitu juga dengan terapi relaksasi. mer/L-1

Page 4: Gerakan Tidak Terkontrol Penderita Sindrom Tourette

Ringkasan Artikel Ini :

Sering kali keadaan ini disebut dengan distonia, yaitu kelainan gerakan dengan kontraksi otot yang terus-menerus, menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal. Tidak sedikit pula yang mengalami kejang yang kompleks, seperti melompat, suka berputar-putar, hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak diterima umum. Belum lagi penderita yang tak dapat mengendalikan spontanitas berbicaranya termasuk juga penggunaan kata-kata kotor yang tak terkendali (copro-lalia) dan pengulangan frase yang ia dengar diucapkan orang lain (echoLalia), atau pada masyarakat awam dikenal dengan istilah latah. Senada dengan Irawan, psikolog anak Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi lil, Luh Sunni Yulia Savitri, mengemukakan bahwa sindrom tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan seperti mengangkat tangan, menggoyang- kan kepala, atau berdeham seperti suara ringkikan kuda yang tiba-tiba dan tidak bisa dikontrol secara berulang dan tidak bertujuan/ Psikolog yang akrab disapa Vivi ini mengungkapkan bahwa catatan penderita sindrom ini di Indonesia masih sedikit. Gejala-gejala sindrom tourette, ungkap Irawan, antara lain ditandai dengan munculnya gerakan tick sederhana yang berkembang menjadi gerakan yang lebih kompleks, yang umumnya sudah berlangsung selama satu tahun. Jika sindrom Tourette yang muncul karena faktor turunan, maka gejala-gejalanya bisa sama dengan yang pernah dialami orang tuanya, atau dengan gejala kombinasi yang berbeda, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.