GERAI Infeksi Studi Kasus: Pemberian Propoelix® Sebagai...

download GERAI Infeksi Studi Kasus: Pemberian Propoelix® Sebagai ...propoelix.com/wp-content/uploads/2016/05/Article-Farmacia-HIV-AIDS.… · infeksi oportunistik atau kan-ker tertentu akibat

If you can't read please download the document

Transcript of GERAI Infeksi Studi Kasus: Pemberian Propoelix® Sebagai...

  • AIDS (Acquired Immuno Defi-ciency Syndrome) adalah sin-drom dengan gejala penyakitinfeksi oportunistik atau kan-ker tertentu akibat menu-

    runnya sistem kekebalan tubuh olehinfeksi HIV (Human ImmunodeficiencyVirus) yang biasanya akan membawakematian pada akhirnya (Fauci, 2001).Tahun 1993, CDC (Centers of DiseaseControl and Prevention) mende-finisikan AIDS berdasarkan kondisi kli-nis yang berhubungan dengan HIVdan hitung sel CD4+ T limfosit (Kap-lan, 2010; Fauci, 2001). Semua keadaanpada kategori C tanpa memandangkeadaan derajat immunosupresinyadidiagnosis sebagai AIDS, sedangkansemua pasien dengan CD4+ limfosit T

  • GERAI

    43Maret 2016 FARMACIA

    Secara keseluruhan seluruh subjekpenelitian menyampaikan kondisifisiknya lebih baik. Kondisi subjektifpasien adalah merupakan keluhan danpernyataan pasien selama follow up.Pasien yang drop out dikarenakan ti-dak datang untuk follow up selamaproses terapi, sebagian besar karenaketidakpatuhan dalam terapi yang di-jalaninya.

    Beberapa kasus sangat menonjoldengan perbaikan klinis dari perawat-an di ICU, sebulan kemudian mampuberaktifitas seperti sebelumnya sam-pai dapat naik sepeda motor. Ditun-jukkan juga dengan pengukuran CD4yang awalnya hanya 4/mm2, setelah 1bulan mendapat terapi tambahanPropoelix menjadi 127/mm2, dansetelah 6 bulan pengukuran CD4 men-jadi 148 /mm2.

    Kasus pada pasien yang tidak men-dapatkan ARV sebelumnya denganpemberian Propoelix juga meningkatjumlah CD4-nya. Kenaikan diperkira-kan secara rata-rata dari seluruh sub-jek penelitan terdapat peningkatanjumlah CD4 setelah mendapat terapitambahan Propoelix.

    Propoelix meningkatkan jumlahCD4 pada pasien dengan HIV/ AIDS.Peningkatan pada bulan pertama daribaseline cukup nyata dibandingkansetelah 6 bulan mendapatkan terapitambahan.

    Cara kerja propolis sebagai imuno-modulator dan anti-inflamasi sertaantibakteri telah banyak disampaikanmelalui penelitian-penelitian. Carakerja imunomodulator pada propolishijau Brazil pada mencit menurutSforcin dkk (2010) adalah denganmengaktivasi langkah awal responimun oleh peningkatan ekspresi TLR-2dan TLR-4 dan produksi sitokin proin-flamasi (IL-1 dan IL-6) yang diproduk-si oleh makrofag dan sel lien, yangberkontribusi untuk mengenalimikroorganisme dan mengaktifkanlimfosit oleh antigen presenting cells.Cara kerja ini didapat oleh dosis200 mg/kg.

    Flavonoid yang diisolasi dari Phyl-lanthus niruri memiliki aktivitas imu-nomodulator terhadap limfosit. Di-buktikan bahwa proliferasi limfositmeningkat 2x nilai normal pada DPPHassay.

    Aktifitas anti-inflamasi propolis di-laporkan dalam berbagai model pene-litian. Pemberian propolis 200 mg/kgdalam waktu singkat (3 hari) padamencit menghambat produksi IFN-pada kultur splenosit. Mencit C57BL/6yang diberikan propolis hijau Brazil200 mg/kg selama 14 hari menunjuk-kan aktifitas anti-inflamasi denganpenghambatan produksi IL-1, IL-6,IFN-, IL-2 dan IL-10 oleh sel lien yangbiasa terjadi pada inflamasi kronik.

    Flavonoid Naringenin menghambatkemampuan C. trachomatis untukmemfosforilasi p38 dalam makrofag,sehingga menunjukkan suatu meka-nisme yang berpotensi terhadap pele-mahan daya produksi mediator infla-masi. Naringenin adalah imunomodu-lator dalam peradangan yang dipicuoleh C. trachomatis, yang dimediasioleh TLR2, TLR4, dan reseptor CD86pada makrofag yang terinfeksi melaluijalur p38 MAPK.

    Propolis hijau Brazil 10% mensti-mulasi produsi antibodi (Sforcin dkk,2005). Pemberian CAPE dalam dosis 5,10 dan 20 mg/kg pada mencit BALB/cmeningkatkan produksi antibodi(Park dkk, 2004).

    Studi kasus pemberian terapi tam-bahan Propoelix pada pasienHIV/AIDS menggambarkan bahwaPropoelix secara signifikan memper-baiki kondisi klinis dan laboratorispada pasien dengan HIV/AIDS diRSUD Sungailiat Bangka. Terdapatpeningkatan jumlah CD4 pada pa-sien, dengan peningkatan pada bulanpertama pemberian tampak sangatjelas dibandingkan bulan keenam.Yang mempunyai arti bahwa pembe-rian Propoelix efektif memperbaikisistem imunitas pasien. Semua pasienmelaporkan peningkatan kualitas hi-dup (quality of life) mereka selamapenelitian berlangsung. F

    Grafik 3. Proporsi Perubahan CD4 dari 1 Bulan sampai 6 Bulan ditam-

    bahkan Propoelix dengan Tetap Menggunakan ARV.

    GERAI

    42 FARMACIA Maret 2016

    Tabel 2. Gambaran Rerata Perubahan Kadar CD4 Awal dan Masa Pengobatan dengan Lama

    Penggunaan ARV

    Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah) Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

    Propolis merupakan produk alamiyang berasal dari resin tanaman yangdikumpulkan oleh lebah madu. Pro-polis bersifat lengket pada suhu ruang-an atau di atasnya (20C). Sementarajika lebih rendah, akan menjadi kerasdan rapuh.

    Produk ini telah digunakan sejak300 SM oleh bangsa Yunani, Romawi,dan Mesir untuk penyembuhan kare-na memiliki sifat anti-inflamasi. Da-lam dunia kedokteran Arab, propolisdiidentifikasi oleh Ibnu Sina sebagaimalam yang berwarna gelap, sebagaisisa kotoran dari sarang. Sementaramalam yang berwarna bening dikenalisebagai bahan untuk membuat sarang.Malam yang berwarna gelap ini dike-tahui memiliki sifat membersihkan.

    Di daerah dengan iklim apapun diseluruh dunia, eksudat bud poplar(terutama dari Populus Nigra L) ada-lah sumber utama resin yang dikum-pulkan. Propolis poplar memiliki seki-tar 50 jenis zat, terutama resin dan bal-sam tumbuhan (50%), lilin (30%), mi-nyak esensial (10%), dan serbuk sari(5%). Ditemukan pula senyawa biolo-gis aktif dalam balsam propolis, terma-suk senyawa polifenol (caffeic acidphenethyl ester [CAPE]), flavonoid(chrysin, catechin, galangin), turunanstilben (resveratrol), dan asam lemak.Senyawa ini, dalam CAPE dan flavo-noid tertentu, terbukti memiliki ak-tivitas anti-inflamasi dan imunomo-dulasi yang potensial dalam percobaanlaboratorium. CAPE secara signifikanmenghambat produksi sitokin danlimfokin, termasuk TNF-, IL-2, IL-10,IL-12, IFN, dan menghambat prolife-rasi sel T (Lardo, 2014). Propoelix ada-lah ekstraksi super dari propolis yangdilakukan dengan menggunakan pro-

    ses ekstraksi unik untuk menghilang-kan bahan yang tidak diperlukan tu-buh (misalnya resin), serta memperta-hankan bahan aktif dalam bentuk unikyang bisa larut dalam air.

    Pemberian Terapi Tambahan Propoelix Pada PasienHIV/AIDS

    Pasien HIV/AIDS me-ngalami penurunan sistemkekebalan tubuh, sifatpropolis ekstrak yang me-rupakan zat dengan ke-mampuan imunomodu-lator, anti jamur, dan anti-inflamasi diharapkanmampu memperbaikikondisi klinis dan parame-ter laboratorium pada pa-sien HIV/AIDS sebagai te-rapi tambahan.

    M. Fauzan, Ketua PokjaHIV/AIDS dari RSUD Su-ngailiat, Bangka dan BagusSulistyo Budhi dari RSPADGatot Soebroto, Jakartamelakukan studi kasusuntuk melihat manfaattambahan Propoelix pada52 pasien dengan HIV/AIDS yang berobat diRSUD Sungailiat, baik yangsudah mendapatkan ARVataupun belum. Waktupenelitian dilaksanakanselama 6 bulan dari bulan

    Februari s/d Agustus 2014. PemberianARV dan Propoelix sebagai terapitambahan, dosis 2 x 200 mg /hari.

    Berikut adalah beberapa hasilpenelitian:

    Tabel 1. Karakteristik Subjek penelitian pasien HIV

    di RSUD Sungailiat Bangka

    Grafik 1. Proporsi Perubahan CD4 setelah 1 Bulan ditambahkan

    Propoelix dengan Tetap Menggunakan ARV

    Grafik 2. Proporsi Perubahan CD4 setelah 6 Bulan ditambahkan

    Propoelix dengan Tetap Menggunakan ARV.

    *SD = Standar Deviasi Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

    Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

    Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

    *

    Gerai HDI Page 40Gerai HDI Page 42