Gepeng Purna Bina
Click here to load reader
-
Upload
ade-kurniawati -
Category
Documents
-
view
131 -
download
0
Transcript of Gepeng Purna Bina
![Page 1: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/1.jpg)
PENGKAJIAN PROGRAM KUBE BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS PURNA BINA BALAI RESOS
MARDI UTOMO SEMARANG I
Latar Belakang
Permasalahan Gelandangan dan Pengemis merupakan fenomena sosial yang
tidak bisa dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di
daerah perkotaan (kota-kota besar). Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi
perkembangan masalah Pemulung adalah kemiskinan, dimana kemiskinan ini
berdampak negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke
kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah kumuh yang menjadi
pemukiman para urban tersebut. Disamping itu, sulit dan terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan menyebabkan banyak diantaranya yang mencari nafkah untuk
mempertahankan hidup dengan terpaksa hidup menggelandang menjadi pemulung,
pengemis dijalanan kota, Akibat lain dari hal tersebut terjadi kesemrawutan,
ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengganggu keindahan kota.
Dilihat dari aspek kesejahteraan sosial, kondisi kehidupan sehari-hari pemulung sangat
memprihatinkan. Pola kehidupan mereka di wilayah perkotaan cenderung kumuh dan
mengelompok di kantong-kantong kemiskinan. Mereka banyak tinggal di tempat-tempat
yang beresiko tinggi seperti di kolong jembatan, pinggir kali, lokasi pembuangan sampah,
atau bahkan ada yang tidur di gerobak sampah bersama anak dan istrinya.
Dari aspek kesehatan, pekerjaan ini memiliki resiko besar karena rentan terkena
penyakit ditambah lagi kadar gizi yang rendah serta akses pelayanan kesehatan yang
minim.
Realita tersebut, harus kita hadapi bersama baik Pemerintah, Orsos / LSM /
Yayasan dan masyarakat yang tentunya memerlukan pemikiran bersama guna upaya
penanggulangannya, mengingat Gelandangan dan Pengemis juga memiliki kesamaan
hak hidup yang perlu diperjuangkan.
Salah satu upaya penanganan yang kita kenal dan telah diselenggarakan pemerintah
adalah dalam bentuk pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui sistem pelayanan Balai
Rehabilitasi Sosial dengan harapan pada gilirannya mereka memperoleh hak hidup
layak, produktif dan normatif di tengah masyarakat.
![Page 2: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/2.jpg)
Dalam hal ini Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I adalah lembaga
Unit Pelayanan Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial dibidang rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental,
sosial dan latihan ketrampilan bagi gelaandangan, pengemis dan orang terlantar agar
mampu, mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan ditengah masyarakat.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan pengkajian ini antara lain :
1. Mengadakan pengkajian dalam upaya memahami implementasi kebijakan
penanganan Gelandangan dan Pengemis yang telah purna bina dan kembali ke
daerah asal dengan mendapat Bantuan Stimulan usaha ekonomi produktif (UEP)
melalui program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang jenis bantuannya
disesuaikan dengan mata pencaharian keluarganya, tentunya secara selektif.
2. Mengadakan identifikasi dan menemukan alternatif solusi pemecahan masalah
penanganan Gelandangan dan Pengemis di daerah asalnya agar tidak kembali
menggelandang di kota.
3. Membuat kesimpulan dan rekomendasi sebagai alternatif solusi pemecahan
masalah.
Tujuan dari penyusunan laporan ini antara klain :
1. Sebagai informasi dalam rangka proses penyaluran Penerima Manfaat
(gelandangan, Pengemis) setelah mendapat bimbingan dan rehabilitasi di Balai
Rahabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I khususnya yang berpotensial mampu
bekerja baik namun mengalami kendala kekurangan modal usaha yang dijadikan
sebagai sumber mata pencaharian bersama keluarga di daerah asalnya
2. Agar selama mendapat bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) melalui
program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) mendapat pendampingan petugas yang
ditunjuk dalam memonitor penghasilan dari hasil usaha agar bis ditabung untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dan pengembangan usaha selanjutnya, selain itu
dapat mengelola / memanaje keuangan keluarga yang baik.
![Page 3: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/3.jpg)
Kerangka Pemikiran
Guna menyamakan persepsi dalam kerangka pemikiran laporan ini, maka batasan
konsep dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) :
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok penerima manfaat yang
dibentuk oleh Penerima manfaat / keluarga penerima manfaat yang telah dibina di
Balai Rehabilitasi Sosial yang menangani permasalahan gelandangan dan pengemis
untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan Usaha Ekonomi Produktif
(UEP) dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan sosialnya.
2. Gelandangan dan Pengemis :
Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan mengembara ditempat umum
sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat.
Pengemis adalah seseorang yang mendapat penghasilan dengan meminta-minta
ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas kasihan
dari orang lain.
Gelandangan dan Pengemis adalah seserang hidup menggelandang dan sekaligus
mengemis. Oleh karena tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan
berbagai alasan harus tinggal dibawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan,
pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan
menjalankan kehidupan sehari-hari.
3. Purna bina :
Adalah Penerima Manfaat yang telah selesai mendapatkan pelayanan di Balai
Rehabilitasi Sosial yang menangani permasalahan gelandangan, pengemisdan dan
sudah dikembalikan pada keluarga, masyarakat, tempat usaha.
4. Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I :
Adalah lembaga Unit Pelayanan Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial dibidang rehabilitasi sosial yang
meliputi pembinaan fisik, mental, sosial dan latihan ketrampilan bagi gelandangan,
pengemis dan orang terlantar agar mampu, mandiri dan berperan aktif dalam
kehidupan ditengah masyarakat.
![Page 4: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/4.jpg)
Permasalahan
Gelandangan Kota Semarang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan masalah ini adalah
kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya
urbanisasi dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, menyebabkan banyak
dari mereka yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa
menjadi gelandangan atau pengemis di kota Semarang. Sulitnya mencari pekerjaan,
membuat para pendatang dari desa ke kota tidak sedikit yang akhirnya menjadi
pengangguran di kota. Desakan penghidupan yang memerlukan biaya untuk
kelangsungan hidup, maka diantara para pengangguran tersebut ada yang sebagian
akhirnya menjadi gelandangan
. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gelandangan dapat
disimpulkan menjadi :
Faktor penyebab yang bersifat internal (faktor yang datang dan berasal dari diri
gelandangan sendiri) yaitu ; pendidikan, kepribadian, ketaatan pada agama.
Faktor penyebab yang bersifat eksternal (faktor yang disebabkan karena adanya
pengaruh atau berasal dari luar) yaitu ; urbanisasi, lingkungan, geografis dan ekonomi.
Gelandangan dan Pengemis pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu mereka
yang masuk dalam kategori menggelandang dan mengemis untuk bertahan hidup, dan
mereka yang menggelandang dan mengemis karena malas dalam bekerja.
Gelandangan dan pengemis pada umumnya tidak memiliki kartu identitas karena takut
atau malu dikembalikan ke daerah asalnya titas. Sebagai akibatnya perkawinan
dilakukan tanpa menggunakan aturan dari pemerintah, yang sering disebut dengan
istilah kumpul kebo (living together out of wedlock). Praktek ini mengakibatkan anak-
anak keturunan mereka menjadi generasi yang tidak jelas, karena tidak mempunyai akte
kelahiran. Sebagai generasi yang frustasi karena putus hubungan dengan kerabatnya di
desa.
Gelandangan dan pengemis adalah salah satu kelompok yang terpinggirkan dari
pembangunan, dan di sisi lain memiliki pola hidup yang berbeda dengan masyarakat
secara umum. Mereka hidup terkonsentrasi di sentra-sentra kumuh di perkotaan.
Sebagai kelompok marginal, gelandangan dan pengemis tidak jauh dari berbagai stigma
yang melekat pada masarakat sekitarnya. Stigma ini mendeskripsikan gelandangan dan
pengemis dengan citra yang negatif. Gelandangan dan pengemis dipersepsikan sebagai
orang yang merusak pemandangan dan ketertiban umum seperti kotor, sumber kriminal,
tanpa norma, tidak dapat dipercaya, tidak teratur, penipu, pencuri kecil-kecilan, malas,
apatis, ahkan disebut sebagai sampah masyarakat.
![Page 5: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/5.jpg)
Pandangan semacam ini mengisyaratkan bahwa gelandangan dan pengemis, dianggap
sulit memberikan sumbangsih yang berarti terhadap pembangunan kota karena
mengganggu keharmonisan, keberlanjutan, penampilan, dan konstruksi masyarakat
kota. Hal ini berarti bahwa gelandangan dan pengemis, tidak hanya menghadapi
kesulitan hidup dalam konteks ekonomi, tetapi juga dalam konteks hubungan sosial
budaya dengan masyarakat kota. Akibatnya komunitas gelandangan dan pengemis
harus berjuang menghadapi kesulitan ekonomi, sosial psikologis dan budaya. Namun
demikian, gelandangan dan pengemis memiliki potensi dan kemampuan untuk tetap
mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Indikasi ini
menunjukkan bahwa gelandangan dan pengemis mempunyai sejumlah sisi positif yang
bias dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu upaya pemerintah melalui Balai rehabilitasi sosial (balai resos) / Panti
sosial yang menangani permasalahan gelandangan dan pengemis berupaya
memaksimalkan jangkauan pelayanan bagi gelandangan dan pengemis dengan cara di
tampung di balai resos / panti sosial untuk diberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan
dasar hidup wajar setiap hari dan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan
fisik, mental, sosial dan latihan ketrampilan dengan harapan agar setelah mereka selesai
dan keluar dari balai resos / panti sosial untuk kembali ke daerah asal (purna bina)
mereka mampu merubah pola hidup dan dapat mencari penghasilannya sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta mampu menjalankan fungsi sosialnya di
masyarakat secara wajar.
Pelayanan dan rehabilitasi di balai resos bagi Gelandangan dan pengemis dilaksanakan
melalui serangkaian proses dan tahap kegiatan yang dilaksanakan secara berurutan,
sejak tahap pendekatan awal yaitu tahap memperkenalkan program dimasyarakat untuk
mendapat dukungan dan bantuan serta mendapatkan calon penerima yang akan
direhabilitasi, sampai dengan tahap penyaluran atau tahap saat penerima manfaat
dinyatakan selesai mengikuti pelayanan rehabilitasi sosial kemudian disalurkan kembali
ke masyarakat dalam kehidupan dan penghidupan yang normatif baik dilingkungan
keluarga, daerah asal mapun ke lapangan kerja / wiraswasta.
Pada tahap penyaluran penerima manfaat juga diarahkan untuk lebih
memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandiriannya secara sosial
maupun ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat yang layak. Perwujudan dari upaya
tersebut penerima manfaat mendapatkan bantuan stimulan berupa peralatan ketrampilan
kerja praktis sebagai modal awal untuk merangsang berwirausaha atau agar cepat
memperoleh lapangan pekerjaan di daerah asalnya.
![Page 6: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/6.jpg)
Namun secara realita bantuan stimulan yang diberikan penerima manfaat saat
purna bina masih belum cukup membantu mengembangkan wirausaha yang dilakukan
sebagai mata pencaharian keluarga didarah asalnya. Oleh sebab itu perlu perhatian
bersama baik Pemerintah, Orsos / LSM / Yayasan dan masyarakat untuk ikut
mengembangkan wirausaha dengan bantuan stimulan langsung. Bantuan ini berupa
bantuan stimulan usaha ekonomi produktif (UEP) yang dilakukan melalui kelompok-
kelompok usaha bersama (KUBE) penerima manfaat purna bina bersama keluarganya
yang jenis bantuannya disesuaikan denga mata pencaharian. Dengan harapan wirausaha
yang sudah dijalankan di daerah asalnya dapat lebih dirasakan sebagai sumber mata
pencaharian yang menjanjikan, dengan begitu mereka akan merasa betah berada di
daerah asalnya bersama keluarga dan tidak akan kembali ke kota menjadi gelandangan,
pengemis dan orang terlantar.
Sebagai latar belakang permasalahan yang penulis ungkap sesuai dengan
judul diatas, pada tahap penyaluran penerima manfaat, kendala yang dihadapi belum
benar-benar siap hidup mandiri dalam masyarakat karena pada umumnya latar belakang
permasalahan adalah :
1. Penerima manfaat purna bina belum memiliki modal usaha untuk sebagai sumber
mata pencaharian bersama keluarganya didaerah asal.
2. Modal awal kerja belum bisa mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
3. Daya juang untuk hidup berproduktif dan mandiri lemah, ada kecenderungan
ketergantungan terhadap bantuan / fasilitas pemerintah.
Fokus Masalah
Fokus masalah pengkajian bagi gelandangan dan pengemis purna bina dari
Balai Rehabilitasi Sosial “Mardi Utomo” Semarang I yang disalurkan kembali ke daerah
asal diharapkan mendapat bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) melalui
proram Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebagai pengembangan modal usaha
gelandangan, pengemis bersama keluarganya sesuai mata pencaharian di daerah
asalnya, ada beberapa hal ini antara lain :
1. Dari aspek kesiapan penerima manfaat ; beberapa diantaranya yang memenuhi
persyaratan sebagai gelandangan, pengemis potensial / produktif mengalami
kendala tidak bisa berwiraswasta karena kekurangan modal usaha / penghasilan
![Page 7: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/7.jpg)
tidak mencukupi, maka diharapkan mereka mendapat bantuan stimulan UEP
melalui program KUBE dari Kementrian Sosial / Dinas Sosial dengan nama
“Program Desaku Menanti” sebagai pilot project yang akan diuji coba di daerah
dalam upaya Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis secara Terpadu
Berbasis Desa”.
2. Dari aspek pendampingan perlu dilakukan secara profesional secara bersama
pemerintah dan Orsos / LSM / Yayasan untuk memonitor perkembangan,
penghasilan dan kendala berwirausaha.
3. Idealnya penanganan kelayan dalam menempati rumah antara dalam pelaksanaan
kegiatannya ;
a. Secara keseluruhan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten.
b. Pelaksana pendampingan dilakukan oleh pekerja sosial fungsional atau petugas
pendamping yang ditunjuk.
c. Setiap sekali dalam sebulan diadakan evaluasi perkembangan.
d. Penyelesaian masalah dengan mengadakan case conference.
Penanganan Masalah Yang Sudah Dilakukan.
Penanganan yang telah dilakukan Balai Rehabiliotasi Sosial Mardi Utomo
Semarang I dalam mempersiapkan penerima manfaat pada tahap penyaluran kembali
ke daerah asal antara lain :
a. Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan merupakan bagian dari pelayanan rehabilitasi ketrampilan
yang dilaksanakan pada dunia usaha/industri sebagai mitra kerja Balai Rehabilitasi
Sosial Mardi Utomo Semarang I. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan kepada penerima manfaat guna
meningkatkan kualitas tenaga kerja, sehingga penerima manfaat memiliki etos kerja
yang tinggi pada bidang pekerjaan yang dibidanginya. Praktek Kerja Lapangan
dilaksanakan selama 1 (satu) minggu sebelum mengikuti kegiatan Praktek Belajar
Kerja (PBK).
b. Praktek Belajar Kerja
Praktek Belajar Kerja (PBK) dilaksanakan di perusahaan, home industri atau tempat
usaha selama 1 (satu) bulan sebelum penerima manfaat mengikuti Ujian
Ketrampilan Kerja.
![Page 8: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/8.jpg)
c. Bimbingan Kewirausahaan
Bimbingan ini bertujuan untuk mempersiapkan penerima manfaat yang akan
kembali ke masyarakat, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan pasar
yang berkembang di masyarakat. Didalam bimbingan kewirausahaan ini diajarkan
tentang bimbingan managemen dan pemasaran, teknik dan cara berwirausaha,
memasarkan hasil keterampilan, sebagai contoh bimbingan kewirausahaan
dilakukan atas kerjasama Warung Sosial Kemahasiswaan antara Fakultas
Peternakan Diploma III Universitas Diponegoro dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa
Tengah yang dilaksanakan oleh Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I,
bertempat di kampus Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Warung sosial
kemahasiswaan ini hanyalah sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa dan
penerima manfaat. Keuntungan bagi penerima manfaat dapat belajar dan sekaligus
praktek berjualan olahan pangan / home industri seperti yang sudah dipelajari di
Balai antara lain ; soto ayam, bakso, mie ayam, rujak, makanan ringan, minuman, dll
yang dipraktekkan mulai dari bagaimana cara memasak, menyajikan dan tata cara
menghidangkan kepada pembeli dengan baik, sedangkan bagi mahasiswa dapat
belajar bagaimana memanajement suatu usaha yang baik untuk budidaya
peternakan sebagai bahan pokok wirausaha.
Penanganan Masalah Yang Direncanakan
Program KUBE bagi Gelandangan dan Pengemis yang sudah purna bina dari Balai
Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I adalah sebagai Penguatan Ketahanan
Sosial, Ekonomi Keluarga Berbasis Desa. Adapun tujuan dari Program ini adalah
mengembangkan model penanganan gelandangan dan pengemis agar hilang secara
permanen di kota-kota besar. Program ini adalah inovasi dari program penanganan
gelandangan, pengemis yang selama ini dilakukan, yaitu dengan memfokuskan semua
pelayanan di daerah asal para gelandangan dan pengemis (berbasis desa). Disamping itu,
semua kegiatan akan melibatkan seluruh komponen di daerah asal, seperti pemerintah
daerah, pengusaha (CSR), LSM, dan tokoh-tokoh masyarakat. Inti dari program ini
adalah menciptakan keteraturan sosial melalui peningkatak kontrol sosial dari masyarakat.
Yang menjadi sasaran dalam program KUBE ini adalah ; gelandangan dan pengemis.
![Page 9: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/9.jpg)
Jenis Kegiatan
Program KUBE ini sebagai upaya penghapusan gelandangan dan pengemis. Oleh
karena itu kegiatan-kegiatan yang ada pun, baik preventif maupun kuratif dilakukan
secara bersamaan, simultan, dan berkesinambungan. Diharapkan pada tahap replikasi
dapat mengadvokasi pemerintah daerah supaya program ini ke depan dapat dibiayai
dengan menggunakan APBD.
a. Kegiatan Preventif
Kegiatan preventif dilakukan di tempat-tempat yang potensial menjadi daerah
pengirim Gelandangan dan pengemis. Kegiatan ini dipandang penting dengan
Kegiatan ini berupa bantuan stimulan usaha ekonomi produktif (UEP) yang dilakukan
melalui kelompok-kelompok usaha bersama (KUBE) yang jenis bantuannya
disesuaikan dengan mata pencaharian penduduk setempat, sasarannya adalah
Gelandangan dan pengemis
b. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang dan intensif untuk
meminimalisir resiko kegagalan program.
c. Koordinasi dan Kerjasama
Koordinasi dilakukan secara terus menerus oleh Kementerian Sosial, Pemerintah
Daerah, LSM dan masyarakat secara luas (tokah masyarakat dan tokoh agama).
Kerja sama juga dilakukan dengan media nasional maupun lokal untuk mendukung
Program KUBE bagi gelandangan dan pengemis purna bina kembali daerah asal.
d. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dari Program ini adalah sebagai berikut :
1) Mantan gelandangan dan pengemis ataupun mereka yang rawan menjadi
gelandangan dan pengemis dapat menyelesaikan proses layanan sampai
tuntas.
2) Ketahanan ekonomi keluarga meningkat dan mereka dapat hidup kembali
normal di desa.
3) Pemerintah daerah semakin peduli dan berkontribusi Program ini dengan
mengalokasikan dana untuk pengembangan dan keberlanjutan program dimasa
mendatang.
4) Masyarakat mendukung penuh pelaksanaan Program Desaku Menanti dan
berpartisipasi aktif baik dalam sosialisasi maupun pengawasan.
![Page 10: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/10.jpg)
E Analisis Program
1) Kekuatan
- Program ini tidak hanya berfokus kepada kegiatan rehabilitatif namun juga
mencakup kegiatan preventif.
- Kegiatan-kegiatan dalam Program ini berbasis desa atau dilakukan di daerah
asal sehingga kemungkinan menggelandang kembali sehabis menerima
layanan relatif kecil.
- Program ini dipastikan akan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,
baik pemerintah pusat, daerah, LSM maupun masyarakat luas, mengingat
permasalahan gelandangan dan pengemis adalah masalah kemiskinan
yang sudah menjadi isu nasional.
2) Kelemahan
- Program ini membutuhkan pendamping yang cakap,
profesional dan penuh dedikasi serta memiliki pengalaman
dalam menangani gelandangan dan pengemis.
3) Peluang
- Program ini searah dengan kebijakan Millenium Development Goals (MDGs)
sehingga besar kemungkinan akan disupport oleh lembaga-lembaga
internasional yang bergerak di bidang kemiskinan.
- Program berbasis desa sehingga pelaksanaannya pun dilakukan di daerah
asal, sehingga tidak menambah rumit pemerintah kota.
- Program dilakukan di desa asal sehingga pembinaan mental pun dapat
dilakukan dengan menggunakan kearifan-kearifan lokal.
F Pembiayaan
Usulan pembiayaan akan diajukan setelah proposal disetujui.
G. Penutup
Demikianlah garis besar mengenai Program KUBE bagi Gelandangan dan
Pengemis purna bina Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I. Selain
berupaya menghapus gelandangan dan pengemis di perkotaan, program ini juga
dapat menumbuhkan kepedulian sosial dan kontrol sosial dari pemerintah daerah
dan masyarakat.
![Page 11: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/11.jpg)
Kesimpulan
Salah satu upaya penanganan masalah Gelandangan dan Pengemis dan yang
diselenggarakan pemerintah dalam bentuk pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui
sistem balai rehabilitasi sosial / panti mempunyai harapan agar nantinya mereka dapat
memperoleh hak hidup layak, produktif dan normatif di tengah masyarakat. Salah satu
kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan pembinaan pelayanan dan rehabilitasi
sosial ini adalah ketersediaan lapangan kerja, modal usaha yang memadai saat mereka
harus kembali ke masyarakat setelah purna bina. Untuk itu perlu diupayakan
ketersediaan pelayanan dalam rangka ketuntasan pelayanan, diantaranya dengan
“Program KUBE bagi Gelandangan dan Pengemis purna bina yang tentunya diberikan
secara selektif.
Program KUBE bagi Gelandangan dan Pengemis purna bina adalah salah satu
upaya terobosan yang dilakukan Pemerintah dalam rangka menangani masalah
penerima manfaat potensial / produktif mampu bekerja baik namun mengalami kendala
kekurangan biaya modal usaha karena penghasilan belum mencukupi, dan mendapat
pendampingan untuk memonitor penghasilan dari hasil bekerja, bagaimana mengelola
penghasilan keluarga dan bagaimana mengembangkan usahnya setelah mendapat
program KUBE.
======== ooo 000 ooo =======
Semarang, 29 Nopember 2012.
Drs. Wahyu Setio Pribadi.
Pekerja Sosial Fungsional Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang I
![Page 12: Gepeng Purna Bina](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/557211e3497959fc0b8fa6af/html5/thumbnails/12.jpg)
Perihal : Pengajuan artikel untuk K e p a d a Yth,
Majalah Dinamika Sosial.
Pemimpin Redaksi Majalah
Dinamika Sosial Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan No.12 Semarang
di –
Semarang
Dalam rangka upaya kami memenuhi persyaratan dalam penetapan
angka kredit jabatan pekerja sosial fungsional khususnya unsur penunjang,
kegiatan yang mendukung pekerjaan sosial yang salah satunya adalah
penulisan karya ilmiah, maka bersama ini kami mohon perkenan Bapak dapat
memuat penulisan artikel kami berjudul “Pengkajian Program KUBE bagi
Gelandangan dan Pengemis Purna bina Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo
Semarang I” sebagai artikel pada Majalah Dinamika Sosial.
Demikian atas perkenan Bapak diucapkan terima kasih.
Semarang, 29 Nopember 2012.
Pekerja Sosial Fungsional
Balai Rehabilitasi Sosial Mardi Utomo Semarang
Drs. WAHYU SETIO PRIBADI.
NIP. 19660905 199303 1 012.