geosejarah 1

5
1. Teori geosinklin Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi. Gambar 1 Teori Geosinklin 2. Teori Apungan Benua (Continental Drift) Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan konsep Apungan Benua (Continental Drift), hipotesa utamanya adalah adanya satu “super continent” yang dinamakan Pangea (semua daratan), yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Pangea ini mulai berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan

description

dgdfgfdh

Transcript of geosejarah 1

Page 1: geosejarah 1

1. Teori geosinklin

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi

selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan

ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap

berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama

proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang

terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya

cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal

akibat gaya isostasi.

Gambar 1 Teori Geosinklin

2. Teori Apungan Benua (Continental Drift)

Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan konsep

Apungan Benua (Continental Drift), hipotesa utamanya adalah adanya satu “super continent” yang

dinamakan Pangea (semua daratan), yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Pangea ini mulai

berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan

Gondwana (belahan bumi selatan), pada periode Yura, hingga pada akhir Kapur, dua kontinen ini

memisahkan diri kembali menjadi daratan-daratan yang terlihat seperti kontinen pada saat sekarang.

Di sebuah buku yang berjudul “The Origin of the Continent and Ocean” (1912), Wegener

memberikan bukti-bukti untuk membenarkan teori apungan benua tersebut, beberapa diantaranya

ditemukannya bentuk fosil tumbuhan dan hewan yang memiliki umur yang sama ditemukan di sekitar

pantai kontinen yang berbeda, menandakan bahwa kontinen tersebut pernah bersatu. Misalnya, fosil

buaya air tawar ditemukan di Brazil dan Afrika selatan juga fosil reptil air Lystrosaurus juga

ditemukan pada batuan berumur sama dari  berbagai lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Antartika.

Page 2: geosejarah 1

Gambar 2 Rekonstruksi Paparan Garis  Continent

3. Teori Tektonik Lempeng

Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan. Teori ini terutama didukung oleh adanya

Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid

Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962). Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan

terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak

relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga

sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah

berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya

gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra. Lempeng tektonik

terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan

batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan

teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding

kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih

berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan

cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-

batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa

lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.

Page 3: geosejarah 1

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika – Lempeng benua

Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika – Lempeng benua

Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta

tahun yang lalu) - Lempeng benua

Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa – Lempeng benua

Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut – Lempeng benua

Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan – Lempeng benua

Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik – Lempeng samuderaLempeng-lempeng penting lain

yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de

Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Karena tiap lempeng bergerak sebagai unit tersendiri dipermukaan bumi yang bulat, maka interaksi

antar lempeng terjadi pada batas – batas lempeng. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara

lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu batas

divergen, konvergen, dan transform.

Gambar 3 Tiga Tipe Batas Lempeng

Page 4: geosejarah 1

Daftar Pustaka

Diktat Materi Kuliah Tektonofisik, Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.

Slide Kuliah Tektonika, 2006

USGS, 2001, This Dynamic Earth: The Story of Plate Tectonics, online edition.