geosdm
-
Upload
reza-lionar -
Category
Documents
-
view
25 -
download
4
description
Transcript of geosdm
MAKALAH GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL
DISTRIBUSI ENDAPAN EPITHERMAL DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Galuh Adamori 270110110022
Reza Ahmad Ramdhani 270110110044
Adycipta Anis Prawoto 270110110045
Julia Satriani 270110110061
Muhammad Heykal 270110110082
Norman Athena 270110110125
Muhammad Reza Lionar 270110110145
Sely Sellita 270110110183
Anggia Ebony Permata M. 270110110223
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam suatu proses geologi banyak terdapat pembentukan mineral – mineral yang
bisa dieksplorasi untuk bahan galian tambang yang dipergunakan dalam kebutuhan manusia,
sampai pembangunan perekonomian suatu negara yang sebagian besar dari hasil vulkanik.
Bahan galian salah satu nya adalah emas . dalam pencarian mineral tersebut, harus di pelajari
terlebih dahulu suatu pembentukannya serta letak keterdapatannya, salah satunya yaitu
endapan epitermal.
Endapan epitermal merupakan suatu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk
pada kedalaman dangkal yang pada umumnya terdapat pada busur vulkanik yang dekat pada
permukaan.
Dalam pembentukannya, endapan ini terdapat suatu genesa serta karakteristik yang
bertujuan untuk mengetahui jenis, tipe, proses, serta keterdapatan suatu endapan tersebut. Maka
dari itu kita membuat suatu makalah tentang endapatn epitermal serta peta persebarannya.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian suatu endapan epitermal
2. Mengetahui suatu proses pembentukan endapan epitermal
3. Mengetahui karakteristik serta genesa dari epitermal
4. Mengetahui suatu keterdapatan dan peta persebaran endapan epitermal
5. Memenuhi tugas mata kuliah sumber daya mineral.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, kita harus mengetahui suatu proses terbentuknya suatu endapan
epitermal, klasifikasi pembagian jenis keterdapatan , genesa serta persebarannya.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN DAN PROSES EPITERMAL
Endapan epitermal merupakan satu endapan dari sistem hidrotermal yang
terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya terdapat pada busur vulkanik yang
dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan
tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh
kandungan mineralnya. Secara lebih detail, endapan epitermal terbentuk pada kedalaman
hingga 1000 meter di bawah permukaan dengan temperatur relatif rendah, yaitu (50-
200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak
asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure
vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade
structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan
mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kuarsa. Dua tipe
utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan
terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan
mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipa, seperti zona di
mana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Vein juga
ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein memiliki tipe
tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah vulkanik, sistem epitermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hidrotermal muncul sebagai geyser dan
fumaroles. Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fosil ‘roots’ dari sistem
fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi
sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua
relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epitemal berumur
Mesozoic atau lebih muda.
B. KLASIFIKASI ENDAPAN EPITERMAL
Pada lingkungan epitermal, terdapat 2 kondisi sistem hidrotermal yang dapat
dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya, yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996;
2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan
perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi
dan gangue mineral, di mana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun
aspek perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada
lingkungan epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu
faktor yang terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem
hidrotermal.
1. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit (Epithermal
Low Sulfidation)
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya
elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada
deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit.
Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan vulkanisme
riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational jog).
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan
sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling
akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam urat kuarsa.
Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan
secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem
ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist
dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008)
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan
pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.
Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai
adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat
bijih sistem sulfidasi rendah.
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–
adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem
sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam
rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral
sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang
(150°-300° C) dan didominasi oleh air permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering hadir
pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk
endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space),
tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk.,
1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity
filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996).
2. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation)
atau Acid Sulfate
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter
dan temperatur 10000C-32000C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh
sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam,
fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada
batuan dengan suhu yang relatif tinggi (2000-30000C), fluida ini didominasi oleh
fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S
(Pirajno, 1992).
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan
fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi
(ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan
kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan
Keberadaan Sistem Sulfidasi Tinggi
samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan
dengan pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan
larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di
kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur
yang dioksidasi menjadi SO.
C. KEBERADAAN ENDAPAN EPITERMAL DI INDONESIA
Endapan epitermal yang umum biasanya adalah emas, oleh karena itu jkali ini
diambil contoh tentang keberadaan endapan emas epitermal di Indonesia.
Endapan emas epitermal salah satunya seperti Waterfall terletak di Kahayan Hulu
Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 113 derajat 28 08 –
113 derajat 29 42.2 E dan 00 derajat 28 50.7 – 00030 10.1 S. Alterasi hidrotermal
berkembang dengan baik menghasilkan urat-urat kuarsa maupun kalsit (stockwork) yang
membawa bijih emas dan mineral-mineral sulfida lainnya seperti pirit, chalkopirit,
sphalerit, hematit, magnetit, kovelit, bornit dan galena. Di Waterfall terdapat tiga zone
alterasi hidrotermal, yaitu zone karbonat-kalsit-serisit/muskovit (zone phillik), zone
klorit-kalsit- kuarsa-epidot (zone propilitik dalam) dan zone karbonat- klorit-zeolit-silika
(zone sub propilitik). Dari analisis petrografi dan inklusi fluida didapatkan endapan emas
Waterfall termasuk kedalam tipe endapan sulfida rendah (low sulphidation), terbentuk
pada temperatur antara 240 derajat -250 derajat C dengan salinitas 8.15, 5.50 dan 4.03%
berat NaCl ekivalen. Endapan ini terbentuk pada kedalaman 350-417 m di bawah paleo
surface, berada pada bagian atas zone logam dasar (base metals). Eksplorasi diarahkan
pada zone propilitik dalam yang banyak mengandung mineral bijih.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Endapan epitermal merupakan satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk
pada kedalaman dangkal yang umumnya terdapat pada busur vulkanik yang dekat dengan
permukaan. Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi
geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya.
Pada lingkungan epitermal, terdapat 2 kondisi sistem hidrotermal yang dapat
dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya, yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi.
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat
netral dan mengisi celah-celah batuan. Endapan epitermal high sulfidation dicirikan
dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol
struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan
sekitar 500-2000 meter dan temperatur 10000C-32000C.
Endapan epitermal yang umum biasanya adalah emas, oleh karena itu jkali ini
diambil contoh tentang keberadaan endapan emas epitermal di Indonesia. Endapan emas
epitermal salah satunya seperti Waterfall terletak di Kahayan Hulu Propinsi Kalimantan
Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
http://zyanti.wordpress.com/2009/03/27/endapan-emas-epitermal/
http://thegoldenjubilee.blogspot.com/2012/03/endapan-mineral-epitermal.html
http://gemparbumi.blogspot.com/2012/10/endapan-epitermal.html
http://thegoldenjubilee.blogspot.com/2012/03/endapan-mineral-epitermal.html