Geologi Struktur
-
Upload
yogi-fernando -
Category
Documents
-
view
6 -
download
2
description
Transcript of Geologi Struktur
I. PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang menarik.
Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu :
1. Lempeng Indo-Australia
2. Lempeng Eurasia
3. Lempeng Pasifik
Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia mempengaruhi Indonesia bagian
barat (lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara), sedangkan pada Indonesia bagian timur (utara
Irian dan Maluku utara), dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Pasifik dari arah timur.
Berdasarkan pengukuran Very-long Baseline Interferometry, VLBI (Pratt, 2001) diketahui bahwa saat
ini :
1. lempeng samudera Indo-Australia, yang bergeser ke barat-laut dengan kecepatan rata-rata
5,5 – 7 cm/tahun
2. lempeng Pasifik yang bergeser ke barat-laut dengan kecepatan rata-rata lebih dari 7
cm/tahun
3. lempeng Eurasia yang bergeser ke arah barat daya dengan kecepatan rata-rata 2,6 sampai
4,1 cm/tahun.
Tatanan tektonik Indonesia dibagi atas dua bagian, barat dan timur. bagian barat
menunjukkan pola yang relatif lebih sederhana dibanding Indonesia bagian timur. Kesederhanaan
tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relatif stabil.
Pergerakan dinamis menyolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat
Makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat (Katili dan Hartono, 1983,
dan Katili, 1986; dalam Katili 1989). Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena
dipisahkan oleh banyak sistem sesar (Katili, 1973 dan Pigram dkk., 1984 dalam Sartono, 1990) sangat
mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur.
II. Tatanan tektonik Indonesia bagian barat
2.1. Pulau Sumatera
Tektonik Sumatera terjadi pada akhir neogen, dimana terdapat Orogen Barisan yang
dipengaruhi pasangan busur Indonesia dan pulau Sumatera. Tektonik daerah Sumatera terjadi
karena pergerakan konvergen antara Lempeng Indo Australia dan Eurasia yang bergerak Oblique
dengan kemiringan 50-60o dan kecepatan pergerakan lempeng 5,5 – 7 cm/tahun.
Sistem subduksi merupakan rangkaian yang kompleks, hasil dari subduksi membentuk
elemen-elemen tektonik Sumatera yaitu trench, forc arc basin, ridge basin, volcanic arc, back arc
basin dan sesar barisan.
Volcanic arc terbentuk di kerak benua dan kedudukannya berada pada zona pengangkatan
basement terrane di awal tersier dimana hasilnya membentuk pegunungan bukit barisan sepanjang
pulau Sumatera. Basement dan volcanic arc dipengaruhi oleh transcurent fault system yang bergerak
Gambar 1.Tatanan tektonik indonesia
ke kanan bukit barisan. Sumatera membentuk continental craton dataran Sunda di mana pada masa
Palaegosen daerah ini dipengaruhi oeleh perluasan dan penurunan yang menghasilkan celah
cekungan seperti cekungan Batubara Ombilin di Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh
transtensional sepanjang patahan Bariasan.
Orogen barisan sebenarnya terjadi dengan adanya pengangkatan pegunungan Bukit Barisan
dan volcanic arc ditandai oleh influk pada sedimen vulkanoklastik dan sekuen regressive back arc
basin pada mid-miosen. Pengangkatan ini disertai dengan intrusi pada volcanic arc dan pergerakkan
sepanjang transpressive sepanjang sistem sesar barisan. Erosi yang terjadi pada penutup dan
pembukaan basement menyebabkan kenaikan 4000 m di atas muka laut.
Proses pengangkatan pegunungan bukit barisan diikuti juga oleh penyempitan forc arc basin
dan back arc basin. Selain menghasilkan cekungan dan pegunungan adanya pergerakan tranpressive
pada masa plio-pleistosen sepanjang sistem sesar barisan juga menyebabkan struktur lipatan pada
sedimen yang terdapat di back arc basin yang cenderung membentuk 20o terhadap sesar utama.
Pergerakan zaman pleistosen sepanjang sistem sesar menyebabkan adanya distribusi tekanan pada
daerah tertentu dan menyebabkan timbulnya bukaan cekungan dan seringkali membentuk danau,
contohnya danau laut tawar, toba, singkarak, kerinci, ranau atau sedimentasi yang mengisi lembah
semangko.
Orogen barisan dilengkapi dengan variasi kecepatan penujaman Lempeng Indo-Australia dan
reaksi dari Asia Tenggara yang merupakan lanjutan dari collision India dengan batas sebelah Selatan
Asia dan pengaturan crustal blocks akibat pergerakan yang terjadi sepanjang transcurrent fault.
Subduksi yang oblique merupakan penyebab sesar bariasan dan adanya pergerakan sepanjang sesar
barisan menyebabkan pengangkatan pegunungan bukit barisan dan adanya Transtension dan
Transpressional efek yang terlihat disepanjang sisa sesar.
Gerak menumbuknya Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia di kawasan Sumatera
dianggap telah menghasilkan gerak pengangkatan terakhir dari pegunungan Barisan serta
menyebabkan terjadinya sesar-sesar mendatar kanan sepanjang pegunungan Barisan. Gejala
struktur yang paling menonjol adalah lipatan-lipatan dan sesar-sesar yang ada di Baratlaut-Tenggara.
2.2. Pulau Jawa
Konfigurasi tektonik pulau Jawa , Pada zona subduksi membentuk palung Jawa (Java trench)
dengan pergerakan relatif 7 cm/tahun. zona subduksi terdiri dari “Acctionary Complex” yang
materialnya secara garis besar dari lantai Samudera India pada busur muka Jawa. Pertemuan
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia akan menghasilkan beberapa elemen regional, berikut
dijelaskan berturut-turut dari java trench di Barat Daya sampai Timur Laut adalah :
1. Outer arc, dimana pada pulau Jawa tidak terbentuk pulau-pulau lepas pantai namun hanya
berupa pegunungan pada permukaan laut, hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh
kecepatan lereng yang akan mempengaruhi tektonik, pola sediemntasinya serta struktur
pada daerah atas zona subduksinya.
2. Fore arc basin, terbentuk sepnajang batas tumbukan lempeng yang letaknya dekat dengan
zona penujaman dan letaknya antara busur luar non volkanik (outer arc) dan busur
vulkanik. Pada pulau Jawa, fore arc basin membentang luas pada lempeng benua dan
terbentuk pada akhir paleogen berupa sedimen resen dan terjadi karena proses pemekaran
lantai samudera pada oligosen yang diikuti dengan uplift dan erosi secara regional.
3. Adanya busur vulkanik aktif (Vulcanic active arc), terbentuk akibat adanya perpanjangan
zona subduksi “sunda arc system”. Akibat tumbukan dua lempeng tersebut akan
mengakibatkan berkurangnya gerak Lempeng Indo-Australia ke Utara, sehingga akan
mengakibatkan adanya gerak berlawanan jarum jam (gerak rotasi) dari Lempeng dataran
Sunda sehingga akan membentuk jalur sesar naik (thrust) dan sebelah Barat Jawa dan
bergerak relatif ke Utara (berbaris sampai Kendeng thrust) dan diperpanjang hingga Bali
(Bali thrust) dan sampai Flores (Flores thrust). Pada miosen tengah lempeng mengalami
percepatan hingga akan terjadi pembentukan busur magma disebelah Selatan Jawa dan
pengaktifan kembali sesar-sesar disertai dengan kegiatan volkanisme (berupa intrusi dan
pembentukan gunung api).
4. Di sebelah Utara busur Jawa dan pada laut Jawa cekungan busur belakang, pada lempeng
benua dihasilkan pada paparan Sunda dan lempeng samudera pada sebelah Utara Bali dan
Flores. Cekungan pada paparan Sunda dibentuk pada paleogen akhir sebagai “rift basin”
dan kemudian pada neogen akhir prosesnya dipengaruhi oleh tekanan pada Sunda orogen
dan selanjutnya terdeformasi menjadi tight hingga lipatannya membentuk isoclinal. Yang
termasuk pada cekungan busur dalam (back arc basin) ialah cekungan Jawa barat (meliputi
cekungan Sunda di sebelah Barat, cekungan belintang di Barat Laut dan cekungan cirebon
di bagian Timur) dan cekungan Jawa Timur (meliputi cekungan Jawa Tengah bagian Utara
dan cekungan Madura).
Orogen sunda dipengaruhi oleh busur di Indonesia yaitu Jawa Barat dan Nusa Tenggara yang terjadi
pada akhir Neogen. Pada bagian akhir busur ini mengalami konvergen antar Lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia yang merupakan sesuatu yang normal dengan sisa subduksinya di palung Jawa
dengan kecepatan 7 cm/tahun.
Hasil subduksinya terdiri dari material lantai samudera Hindia yang komplek yang berasal di
Java forc arc, ridge, volcanic arc yang membentuk back bone Jawa dan kepulauan sampai ke Timur.
Cekungan yang terdapat di paparan Sunda terbentuk pada akhir palageogen yang ditutupi oleh
sedimen marine.
Akhir neogen sistem dipengaruhi olehkompresi yang berasosiasi dengan orogen Sunda,
dimana pada Jawa bagian Utara turbidit neo-pliosennya terdeformasi menjadi lebih rapat,
sementara itu untuk Jawa bagian Selatan dan Nusa Tenggara rangkaian vulkanik tua mengalami
pengangkatan, pensesaran sehingga membentuk pegunungan dengan ketinggian yang lebih dari
3500 m di atas permukaan laut.
III. Tektonik Indonesia Bagian Timur
3.1 Pulau Irian
New Guinea merupakan produk dari dua tumbukan benua-busur kepulauan. Yang pertama
terjadi selama Oligosen (berdasarkan umur metamorfosa batuan di Papua New Guinea dan dataran
busur kepulauan). Yang kedua terjadi selama Miosen (berdasarkan perubahan sedimentasi karbonat
menjadi sedimen klastik yang berasal dari pengangkatan Orogenik/Melanesian Orogeny.
Kerangka pulau New Guinea secara geografi coraknya mirip burung yang terbagi menjadi
bagian kepala, badan dan ekor burung. Pulau New Guinea terbentuk karena adanya konversi
menyerong (miring) antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Wilayah ini dikenal dengan
sebutan “Orogen Malanesia” dan merupakan serangkaian kegiatan tektonik yang berlangsung sejak
awal neogen hingga sekarang. Orogensi ini mengakibatkan pola struktur yang sangat rumit dan khas,
karena melibatkan berbagai unsur lempeng, yang secara keseluruhan unsur ini diakibatkan oleh daya
pemampatan berarah Barat daya hingga Timur laut.
Kenampakan struktur yang ada di pulau itu saat ini merupakan hasil dari busur miosen akhir
tumbukan benua. Di bagian badan burung, rangkaian pegunungan tengah didominasi oleh struktur
dengan arah penujaman Barat ke Barat laut. Struktur ini dikenal dengan nama “New Guinea Mobile
Belt” yang diakhiri dengan sesar geser yang menujam ke arah Timur-Barat, zona patahan Tarera-
Aiduna pada leher burung. Di daerah leher burung strukturnya didominasi oleh lipatan dengan arah
penujaman Utara-Barat laut yang disebut sabuk lipatan Lengguru. Sabuk ini berakhir di daerah
kepala burung. Di daerah ini strukturnya didominasi oleh sistem patahan dengan arah penujaman
Timur-Barat.
Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusun
utama yaitu :
1. Batuan yang berasal dari Kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan
malihan berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah
barat, batuan ini berumur Palaezoikum akhir.
2. Batuan Lempeng pasifik dan umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan
ultrabase tuff berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura.
3. Batuan campuran dari kedua lempeng (daerah transisi) yang terdiri dari batuan metamorf
regional hasil interaksi kedua lempeng.
Pada awal neogen merupakan masa orogenesa malenesia. Pada masa itu proses tektonik di daerah
ini mulai terpacu sehingga menghasilkan kedudukan tumbukan ke arah Barat daya yang lebih
intensif. Pertumbukan di kedua Mandala tersebut mengakibatkan Mandala Jalur sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT) membengkok dan terhenti di daerah leher burung (Jalur Lipatan
Lengguru) dan bersamaan itu terbentuklah kepala burung. Bagian yang sangat menonjol dari tatanan
tektonik ini adalah Jalur sesar mendatar Sorong-Yapen, terutama segmen lateral yang melibatkan
ratusan kilometer batuan yang terseret. Daerah badan burung berada pada bagian Timur Irian Jaya
yang dicirikan oleh bentuk fisiografinya antara pegunungan yang membentuk Pegunungan Tengah
(Central Range), ke Utara membentuk daerah danau.
Daerah badan burung merupakan jalur memanjang dari Timur ke Barat yang telah mengalami
perlipatan, jalur ini dinamakan Jaluir Sesar Naik Pegunungan Tengah. Di bagian badan burung,
terdapat enam daerah Lithotectonic yaitu New Guinea Foreland Basin (Arafuru Basin), Central Range
Fold and Thrust Belt, Metamorphic and Ophiolite Belt serta Collided Melanesian Arc Complex
(Meervlakte Depression and Membrano Thrust Belt).
Ada tiga model mengenai evolusi tektonik New Guinea. Model pertama memperlihatkan
adanya pembalikkan subduksi ke arah yang berlawanan yang meyebabkan pergerakkan Crust dan
Mantel benua Australia menjadi zona subduksi miring ke Utara yang diikuti dengan subduksi miring
ke Selatan Lempeng Pasifik pada palung New Guinea. Model kedua menjelaskan New Guinea Timur
yang menggambarkan pulau yang dasarnya merupakan “Doubly Dipping Slab of Oceanic Lithosfer”.
Model ketiga merupakan subduksi Lempeng Indo-Australia yang merupakan “Simply Dipping
Vertical” tanpa pembalikkan arah subduksi.
New Guinea merupakan tempat terjadinya dua peristiwa orogenik. Peristiwa awal (Eocene-
Oligosen) yang disebut sebagai “Peninsulan Orogeny” merupakan batas daerah ekor burung.
Sedangkan orogenik yang kedua disebut sebagai “Central Range Orogeny” dimulai pada miosen
tengah yang meyebabkan penyebaran sedimentasi klastik secara luas.
Dewasa ini batas lempengan di sekitar New Guinea sudah menjadi rumit. Lempeng Pasifik
sudah terpecah menjadi Lempeng Carolina dan Lempeng Micro Solomon. Penganut teori tektonik
percaya bahwa zona subduksi di sini mengalami proses pembalikan, yaitu Lempeng Pasifik yang
menyelinap ke bawah Lempeng Indo-Australia. Karena New Guinea dapat bertahan dengan kokoh,
maka penyelinapan terjadi di bawahnya. Bila benar demikian, maka New Guinea telah bergerak
sepanjang Pasifik dan menghancurkan pulau-pulau sepanjang jalur yang dilaluinya.
3.2. Pulau Timor Timur
Orogen neogen Banda merupakan collision antara kontinen di batas Utara benua Australia, di
mana batas Utara benua Australia pergerakannya NNE dengan kecepatannya 7 cm/tahun yang
bertabrakan dengan sistem subduction sepanjang sisi sebelah Selatan busur Banda. Bidang
deformasi, ditandai batas Selatan pada collision complex yang terletak sepanjang 2 km dari Timor
dalam.
Hasil pemantulan gelombang seismic menunjukkan batas passive Australia yang terjadi dari
sedimen menujam ke arah bawah Utara. Pada bidang yang mengalami deformasi bagian atasnya
mengalami pengangkatan dan akan membentuk folds ridges yang kompleks. Struktur zona collision
tersingkap pada pulau Timor, di mana pulau ini terdiri dari sedimen yang berumur Permian sampai
pleistosen, pada Australia affinity yang terlipat, tersesar dan imbricate. Sedimen Australia
mengalami penujaman ke bawah lempeng opholite yang mempunyai lapisan metamorf. Pada saat
ini sisa dari collision mengalami pengangkatan lebih dari 3000 m di atas permukaan laut Timor.
Kebanyakan proses pengangkatan terjadi pada neogen seperti miosen, pliosen dan pleistosen
sedimen forc arc yang kompleks, akan menunjukkan sejarah deposisi pengendapan yang dangkal
dari sedimen batial. Perubahan fasies ini menunjukkan dua periode pengangkatan yaitu 2 Ma dan
100.000 juta tahun lalu dan dinyatakan adanya perbedaan tahapan dalam prosen collision yang
dialaminya.
Collision antara batas Australia dan sistem subduksi busur Banda terlihat pada daerah Timor
Timur dan collision kebanyakan berkembang pada tahap di segmen pada busur. Di sini fore arc
antara Vulkanik arc dengan permukaan deformasi mengalalmi pengurangan lebar hingga menjadi
kurang dari 100 km, dilanjutkan pergerakkan arah Utara dari benua Australia ditahan dan ditampung
dengan adanya collision kompleks di Timor dan perluasan lateral pada collision sepanjang conjugate
faults. Aktivitas seismic yang dangkal tidak terdapat di bawah Timor Timur yang menunjukkan
collision kompleks menjadi terhenti di daerah busur. Aktivitas vulkanik di pulau Wetar dan Alor yang
terletak di bagain Utara Timor Timur yang terjadi sekitar 3 juta tahun yang lalu. Saat ini Wetar thrust
diakibatkan adanya penujaman busur vulkanik arah Selatan bidang dan pembukitannya. Fore arc dan
vulkanic arc terbawa ke arah Utara dengan adanya pergerakan Australia dan overthrust lantai laut
Banda arah Utara. Hal ini mengindikasikan awal pembalikan kutub pada sistem subduksi di mana
dasar laut Banda menujam ke Selatan di bawah batas Utara Australia. Hasil pemantulan seismic pada
kedalaman 100 km, yaitu jarak pada Timor Timur bagian Timur yang menunjukkan permukaan
penujaman yang miring baik ke arah Utara maupun Selatan di bawah collision kompleks yang
mengalami pengangkatan dan membentuk tonjolan akibat dari konvergen Australia dengan
Lempeng laut Banda.
3.3. Pulau Sulawesi
Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur diketahui sebagai zona
interaksi antara Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan
zona-zona penunjaman aktif dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya
palung-palung di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang.
Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang sifatnya lemah terhadap
akumulasi energy dan mudah melepaskan energy dalam wujud gempa.
Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, Lempeng pasifik menabrak sisi barat dan selatan
Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar bumi: Lempeng Eurasia,
Lempeng Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik ini menyebabkan interior lempeng bumi dari
kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak
antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Sedangkan wilayah Indonesia
bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia bagian timur, maka dari itu
pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang berada di wilayah bagian Indonesia timur.
Sumber :
http://ceressajjah.wordpress.com/2012/06/03/tentang-tektonik-dan-geologi-struktur-indonesia/
http: //geo–01.blogspot.com/2006/08/perkembangan-geodinamika-indonesia.html
http://sangfuehrer.blogspot.com/2012/05/tektonik-indonesia-bagian-barat.html
http://sangfuehrer.blogspot.com/2012/05/tektonik-indonesia-bagian-timur.html