Geologi Regional Bayat, Klaten

6
04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten | ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 1/6 Geologi Regional Bayat, Klaten July 12, 2010 Posted by ibnu dwi bandono in Geology Time . trackback KONDISI GEOLOGI REGIONAL 1. Kondisi Umum Kecamatan Bayat Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains). 2 Kondisi Geomorfologi 2.1 Perbukitan Jiwo Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent . Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest , berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast . Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Gambar 4.2. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G. Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.

Transcript of Geologi Regional Bayat, Klaten

Page 1: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 1/6

Geologi Regional Bayat, Klaten July 12, 2010

Posted by ibnu dwi bandono in Geology Time. trackback

KONDISI GEOLOGI REGIONAL

1. Kondisi Umum Kecamatan Bayat

Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara umumfisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus Lapanganterutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (JiwoHills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah PegununganSelatan (Southern Mountains).

2 Kondisi Geomorfologi

2.1 Perbukitan Jiwo

Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapanQuartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasitertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehinggaperbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah.

Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanyadipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitarikomplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian keNorth memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast. Sungai Dengkeng inimerupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Gambar 4.2.

Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan olehSungai Dengkeng

Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari lembahG. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwomengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukanantarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatusedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untukdijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluran-saluran yangditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G. Merapi akan tertampung di sungaisedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanahkering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan didaerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai RawaJombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darahperkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.

Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut Southwest

Page 2: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 2/6

Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut Southwestrawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewatiDesa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan meneruske arah timur.

Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjangdengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak dijumpai(Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yangtersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengantebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasiendapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncakperbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranyacenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan reliefkuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang kea rah timur hingga puncak

Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukityang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitanmetamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.

n2.2 Daerah Jiwo Barat

Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G.Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, putihkekuningan, kompak, tebal lapisan 20 – 40 cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebutsebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengankompleks terumbu (reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontaklangsung dengan batuan metamorfik (mica schist).

Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang diwakili olehpuncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utaramembelok ke arah barat yaitu G. Kampak.

Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G.Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandungmineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak pada sekis mika tersebutdijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona lapukannya berupa spheroidalweathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuanterobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungaikecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint).

Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat mieral garnet,kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak darikedua bukit itumasih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelahbarat G. Cakaran pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisakonglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkansebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan konglomerat dimasukkan ke dalamFormasi Wungkal.

Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit Salam.

Page 3: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 3/6

Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit Salam.Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk mengambilbatu asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut.

2.3 Daerah Jiwo Timur

Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan perbukitan yangterdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan GunungPendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpaibatu pasir berlapis, kadang kala terdapat £ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan dibagian timur Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalamideformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.

Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan karenakontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian stratigrafisantar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut.Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyakdilakukan oleh para ahli.

Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur yangdiwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung J okotuo dan Gunung T emas.

Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekis-mika, berfoliasi cukupbaik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuomerupakan batuan metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut dijumpai tanda-tandastruktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis.

Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis.Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desaPadasan, dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan Bawak.

Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir yang menonjol dandataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit Jeto di utara dan bukitLanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpusecara tidak selaras di atas batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusunoleh batu gamping Neogen.

2.4 Daerah Pegunungan selatan

Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak Pegunungan Baturagung, secarastratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan Selatan. Secara struktural deretan pegunungantersebut, pada penampang utara-selatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan yangmembujur barat-timur.

Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai merupakan bagian dari FonnasiKebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting penting antard lain sekitar Lanangdan desa Tegalrejo dijumpai” batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan,yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkansebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem,

Page 4: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 4/6

terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpaibatu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batulempung abu-abu dengan zona kekar.

Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen akan dijumpai denganbaik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir krikilan, batu pasir tufa maupun sisipanbreksi. Pengamtan sepanjang jalan ini sangat penting untuk melacak keaadaan strtigrafis sertastruktur geologi di daerah selatan Kampus Lapangan.

3 Kondisi Statigrafi Regional

Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa filtit, sekis,batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga saat ini masihbelum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosiltunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yangmenunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang menutup batuanmalihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen), maka umur batuanmalihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.

Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak garnpingansarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh batu gampingyang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batugamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar inibersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu lempunggampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara resmi, batuan berumurEosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah bertipe dioritik.

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di bagJn timurPerbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisiutara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuanbeku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyaikemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike! intrusi pendul oleh Soeria Atmadjadan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuaidengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakanleher/ neck dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit diPerbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati.

Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan olehpengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi terse buttelah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi danmenghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerahPerbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkaplenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya).

Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi WungkalGampingandan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung di selatannya. Disini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan

Page 5: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 5/6

aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinandisebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo denganPegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.

Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan yang diikutidengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi daerah lingkungandarat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi prosessedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo.

Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :

1. Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur Oligosen(N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

2. Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiridari breksi polomik, batu pasir dan serpih.

3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung dan batupasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah meJ1iari dengan Formasi Nglanggran.

4. Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi aliran.5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan dijumpai

Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan6. Formasi Kepek.

Comments»

1. garda erlangga - December 15, 2010Wah thanks Nu buat infonya…gak nyangka ternyata author blognya itu lw..

Reply2. samuel - May 24, 2011

Terimakasi banyak ,uraian mengenai Geologi Regional Daerah Bayat. Saya hanya inginmengiformasikan adanya beberapa struktur geologi didaerah tersebut untuk melengkapi yangsdh di uraikan panjang lebar oleh Mas Bandono. Mengenai keberadaan S .Dengkeng yangmemisah kan Peg.jiwo Barat dan Jiwo Timur. Saya pada awalnya menduga bahwa Sungaitersebut merupakan sebuah sesar yg memisahkan kedua pegunungan tersebut (dilihat drmorfologinya se olah-2 Jiwo barat tergeser kearah utara terhadap Jiwo Timur) . Memang perlupembuktian tentang data-data lapangan secara komperhensiv umtuk menunjang dugaantersebut . Temuan kedua adalah batas yang memisahkan G.Tugu dan G.Jabalkat di sebelahselatannya. Saya menemukan bukti bahwa batas tersebut berupa sesar turun , di mana G.Tuguyang batuannya didominasi oleh Batu Gamping tersier bergerak relatif turun terhadapG.Jabalkat yang terdiri dari batuan sekis ( Pra tersier ) . Semula oleh Botte 1927 ditafsirkansebagai batas unconformity .Bukti tersebut didapat dr pembuatan sumuran uji di beberapatempat disepanjang batas dr kedua batuan yg berbeda umur tsb. Serta pengukuran bidangfoliasi arah tegak lurus kearah bukit Jabalkat , Hasil rekonstruksi menunjukan adanya dragfoult sbg akibat bagian utara (G.Tugu) bergerak turun.Sedang pada sumuran uji dijumpaibatas miring ke utara ( 30 derajat ) memotong kedua batuan yang berbeda umur . Demikian

Page 6: Geologi Regional Bayat, Klaten

04/01/14 Geologi Regional Bayat, Klaten |

ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ 6/6

tambahan dr saya ,semoga bisa menjadi bahan bahasan di waktu-yg akan datang klo adadata-2 baru yg di jumpai untuk pembuktian pada masalah diatas, terutama “Sesar Dengkeng”. (Alumni T.Geologi yang tesis di daerah Bayat th 1979),Wassalam.

Replyibnu dwi bandono - July 1, 2011

waah jd ditambah nih ilmunya heheeee, semoga pas pemetaan bayat nanti lebih mengerti lagihehehee

Reply3. Citi Nurchasanah - July 13, 2011

mkshh,,semoga bsok semester 4 nanti, wktu kuliah lapangan tambah ngerti lagiiii,,,

Reply

The Regulus Theme.Blog at WordPress.com.

Follow

Follow “”

Powered by WordPress.com