GEOLOGI FISIK
Transcript of GEOLOGI FISIK
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Umum
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada
di dalam kerak bumi. Sebagai ilmu pengetahuan alam, geologi menelaah segala
sesuatu yang mencangkup gejala, proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang
ditunjukkan di permukaan bumi dengan hubungan sebab akibat dalam (kulit) bumi.
Untuk itu diperlukan pengetahuan diskriptif dan logika penalaran yang benar. Sebab
tidak semua gejala-gejala dan proses geologi dapat ditiru atau dilakukan di dalam
laboratorium. Pada umumnya gejala-gejala dan proses geologi berlangsung di alam.
Contohnya seperti proses pembentukan minyak bumi, terjadinya gunung api, gempa
bumi, dan lain sebagainya. Bertitik tolak pada masalah tersebut di atas, maka tampil
suatu pengetahuan logika penalaran yang menunjang pengetahuan diskriptif dalam
aspek pembahasannya. Gejala-gejala yang nampak kita amati dengan cara seksama
secara diskriptif sambil mengumpulkan ketentuan-ketentuan yang bersifat elementer.
Kemudian dengan cara induksi yang didukung logika, penalaran yang berprinsip pada
pengetahuan dasar, kita mencoba menetapkan suatu hubungan fungsional hingga
akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dari padanya. Hal ini segera dapat dimengerti
mengingat materi atau objek pengetahuan geologi meliputi aspek ruang dan waktu
yang besar dan lama, maka mempelajari sejarah perkembangan dari bumi beserta
makhluk-makhluk yang pernah hidup dan yang ada di dalam atau di atas bumi
merupakan bagian penting dari ilmu pengetahuan geologi.
1.2. Sejarah Bumi
Proses perkembangan (dengan segala perubahannya) bumi selalu dikontrol oleh dua
kekuatan besar terus menerus berlangsung dengan tiada berkeputusan. Yaitu kekuatan
asala luar (tenaga eksogen) yang bekerja di atas permukaan bumi dan kekuatan asal
dalam (tenaga endogen) yang bekerja di dalam atau di bawah permukaan bumi.
Kedua kekuatan inilah yang menyebabkan bentuk roman muka bumi selalu
berubahh-ubah sepanjang sejarah geologi. Dan bentuk roman muka bumi yang
Nampak seperti sekarang ini, merupakan hasil dari dua kekuatan asal luar dan asal
dalam tersebut yang bekerja sampai pada saat sekarang. Tentu saja berlangsung
dalam kurung waktu yang relatif lama (berlangsung beribu atau jutaan tahun yang
lalu), keaadan bentang alam atau roman muka bumi dimasa yang akan datang tentu
saja tidak seperti yang ada sekarang. Sebagai materi yang bersifat dinamis dan statis,
bumi memilki keunikan tersendiri yang memerlukan pengenalan dan pemahaman.
Bumi sebagai suatu materi dalam sistem tata surya, mempunyai ketentuan letak yang
pasti dan berputar pada porosnya sendiri (rotasi) dan disaat bersamaan berputar
mengelilingi matahari. Adanya dinamika gejala dan proses tersebut tentu saja
melahirkan berbagai kondisi yang beragam dipermukaan bumi, antara lain terciptanya
lingkungan daratan dan lautan dengan segala variasi. Keragam iklim flora dan fauna
atau yang lainnya yang berbeda satu dengan lainnya. Seperti didaerah iklim tropika
akan mempunyai populasi flora dan fauna yang berbeda dengan daerah iklim dingin.
Disamping itu pada permukaan bumi terjadi proses alamiah yang memberikan hasil
akhir yang berbeda. Seperti proses erosi, pengangkutan hasil erosi dan transportasi
kemudian sedimentasi atau pengendapan. Hal ini terjadi terus menerus diman setiap
tahap dari proses tersebut berkaitan satu sama lainnya dan saling mempengaruhi.
Sementara itu, bumi bersifat statis, artinya struktur komposisi dan sifat dari pada
materi bumi baik inti, mantel atupun kerak bumi telah tersusun menurut aturan
kaidah-kaidah alam secara tertentu.
Penyelidikan seismologi telah berhasil memberikan pandangan-pandangan kepada
parah ahli mengenai bentuk dalam dari pada bumi. Menurut data geofisika
berdasarkan getaran gelombang seismik dan sebaran density ; SUESS dan
WIECHERT mengemukakan bahwa struktur dan komposisi bumi adalah sebagai
berikut :
1. Kerak Bumi
Dengan ketebalan sekitar 30 – 70 km, terdiri dari kerak batuan asam dan basa.
Berat jenis lapisan ini kurang lebih 2,7.
2. Selubung Bumi
Selubunng bumi lazim disebut sebagai sisik silikat. Dengan ketebalan sekitar 1200
km. berat jenis 3,4 – 4. Lapisan kerak bumi dan selubung bumi keduanya
merupakan litosfer.
3. Lapisan antara atau Chalcosfer, yang merupakan sisik oksida dan sulfide dengan
tebal berkisar1700 km dan berat jenis 6,4.
4. Inti Bumi atau Barisfer
Dengan komposisi besi dan nikel mempunyai jari-jari 3500 km dengan berat jenis
9,6 .
Penyelidikan tentang susunan bumi telah banyak dilakukan oleh banyak ahli sebagai
suatu hipotesa. Antara lain: GOLDSCHIDT, ADAMS, WILLIAMSON, KUHN,
RITTMAN, RINGWOOD, dan lain-lainnya. (lihat Gambar 1.)
1.3. Sejarah Terbentuknya Bumi Kaitannya dengan Pembentukan Batuan
Pengetahuan tentang bumi sampai saat ini telah memberikan kesimpulan bahwa
dimasa lampau, bumi pernah mengalami keadaan cair pijar, dimana pada bagian
terluar telah membeku atau mengkristal menjadi kerak bumi. Sementara di bagian
lain yang lebih dalam, proses pemadatannya lebih lambat dan akan terus mencari
keseimbangan dalam bentuk penerobosan-penerobosan magma. Itulah sebabnya
bagian-bagian tertentu dari kerak bumi sewaktu-waktu dapat diterobos magma,
dengan diiringi dengan gejala yang bersifat tektonik. Oleh karena kondisi
pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan kerak bumi terdiri dari
bermacam-macam batuan yang mempunyai sifat serta komposisi yang berbeda satu
sama lain. Berdasarkan kondisi terbentuknya, batuan di alam dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Dari ketiga
jenis batuan tersebut, masing-masing jenis terdiri dari bermaca-macam batuan sesuai
dengan komponen pembentukannya.
1.4. Ruang Lingkup Geologi Dasar dan Kaitannya Dengan Ilmu Geologi
Tidak satupun jenis ilmu pengetahuan yang mampu berdiri sendiri. Pengetahuan yang
satu terhadap yang lainnya selalu mempunyai hubungan dan sangkut paut, sesuai
disiplinnya. Dan geologi sebagai pengetahuan inti disamping mempunyai kaitan yang
erat dengan pengetahuan lainnya. Juga mempunyai cabang-cabang dan ini saling
berhubungan satu dengan lainnya dalam penerapannya:
1. Mineralogi
Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mineral sebagai pembentuk
batuan di kerak bumi. Termasuk di dalamnya adalah Kristalografi.
2. Petrologi
Pengetahuan yang mempelajari tentang aspek batuan sebagai pembentuk
kerak bumi. Mencakup pembahasan tentang cara terjadinya (genesa), cara
pembagian (Klasifikasi), dan jenis-jenis serta macamnya.
3. Paleontologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari sisa-sisa kehidupan masa lampau (purba)
yang dikenal dalam bentuk fosil. Sedangkan sisa kehidupan tersebut bisa
berupa flora maupun fauna. Tujuan utama pengetahuan ini adalah pengenalan
fosil. Maka menurut jenis dan ukuran fosil, paleontology dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
- Makropaleontologi: mempelajari sisa-sisa/jejak kehidupan masa lampau
dengan cara megaskopis, yaitu dengan mata telanjang, tanpa bantuan alat.
- Mikropaleontogi: mempelajari sisa-sisa/jejak atau kesan kehidupan masa
lampau dengan cara pengamatan mikroskopik.
Yaitu dengan bantuan alat mikroskop sebagai alat pembesar. Adapun
objeknya adalah fosil-fosil yang berukuran mikro atau kecil yang tidak
mampu diamati oleh mata biasa.
4. Stratigrafi
Mempelajari susunan dan hubungan batuan di alam serta gejala-gejala yang
terdapat di dalamnya dalam ruang dan waktu geologi. Dalam lingkungan
geologiawan, pengetahuan stratigrafi, biasa disebut sebagai “Queen of
Geologi”.
5. Geomorfologi
Mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi (roman muka bumi/bentang
alam) yang terjadi akibat adanya tenaga yang bekerja dari luar ataupun dalam
bumi.
6. Geologi Struktur
Mempelajari bentuk arsitektur kulit bumi dan gejala-gejala yang
menimbulkan perubahan pada kulit bumi. Pengetahuan ini lazim disebut
“King of Geologi”.
7. Geologi Sejarah
Mempelajari urutan dari satuan waktu serta perkembangan sepanjang sejarah
bumi.
8. Geofisika
Membahas tentang aspek fisika bumi. Meliputi gaya berat, kemagnetan,
kelistrikan, dan sifat-sifat fisika bumi lainnya.
9. Vulkanologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian. Berhubungan
erat dengan gejala penerobosan magma.
10. Sedimentologi
Ilmu pengetahuna yang mempelajari tentang seluk-beluk batuan endapan
(batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis dan macamnya serta
pembentukannya.
11. Geologi Teknik
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aspek geologi dalam bidang
teknik. Penerapannya berkaitan erat dengan bidang sipil. Sebab prnsip daar
geologi diaplikasikan dalam bidang teknik dan sebaliknya didukung aspek-
aspek yang menunjang.
12. Geokimia
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asper kimia dari pada batuan
penyusun kerak bumi. Mencakup distribusi, komposisi kimiawi serta unsure-
unsur kimia bumi.
Ilmu pengetahuan geologi masih mempunyai banyak cabang. Tetapi umumnya
merupakan studi pengkhususan atau penjabaran secara lebih mendalam dari induk
bagiannya. Antara lain seperti : Petrografi, Mineral Optik dam lain sebagainya.
Dewasa ini cabang pengetahuan yang mulai berkembang sesuai dengan tuntutan
zaman antara lain adalah :
- Geologi Foto
Adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala/aspek geologi berdasarkan
penafsiran foto udara. Pengetahuan ini didukung oleh pengetahuan lainnya.
Perkemvanggan teknologi luar angkasa lewat peluncuran satelit-satelit tidak
lepas dari tujuan utama mengembangkan ilmu pengetahuan. Perekaman bumi
melalui foto udara melahirkan citra permukaan bumi yang dapat diintretasikan
aspek geologinya. Penampakan tersebut sangat bermanfaat terutama dalam hal
inventarisasi sumber daya alam ataupun tujuan lain.
- Geologi tata lingkungan
Merupakan penerapan ilmu pengetahuan geologi terhadap tata lingkungan hidup
manusia berikut aspek-aspek yang menunjang. Pengetahuan ini erat
hubungannya dengan penataan dan pengembangan wilayah. Pola cakupan
berbagai aspek yang saling berkait satu dengan lainnya baik secara fisik,
ekonomi, maupu social membutuhkan penanganan yang terpadu. Oleh karena
perkembangan mencakup tata lingkungan tersebut yag baik dilakukan adalah
membangun tanpa merusak (development without destruction). Disini tinjauan
secara geologi muncul sebagai tulang punggung dalam menangani tata
lingkungan. Seperti penentuan tata letak pemukiman yang memenuhi syarat,
melihat kondisi tanah, air dan keseimbangan lngkungan, sehingga suatu bencana
dapat sedini mungkin dihindari suatu hal yang tidak mungkin jika suatu
pemukiman penduduk dibangun di suatu derah yang kegempaannya aktif.
Geologi dari dulu hingga sekarang bahkan di masa yang akan datang besar
peranannya dalam memelihara dan meningkatkan tata kehidupan manusia. Sebab
dengan pengetahuan geologi kita bisa menemukan sumber daya alam yang tak
ternilai harganya. Seperti biji besi; batu bara; minyak bumi dan bahan tambang
lainnya. Disamping itu dengan pengetahuan geologi, kita dapat sedini mungkin
mendeteksi akan adanya ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh alam. Seperti
misalnya letusan gunung api, gejala tanah longsor, banjir dan lain-lainnya. Dalam
pembangunan ini, adalah merupakan keingina manusia untuk dapat
mempertahankan hidup dan kesejahteraan, untuk menjdai lebih baik dan
sempurna. Dorongan inilah yang menjadikan masalah manusia semakin besar
seiring dengan perkembangan zaman. Pengembangan wilayah baik pemukiman;
persawahan; perindustrian; pengadaan air besih sebagai sumber utama kehidupan
sampai pada pencarian dan pengolahan sumber daya alam semua memerlukan
kehadiran pengetahuan geologi.
- Wilayah Pemukiman
Di dunia, lebih-lebih di Indonesia, masalah pemukiman merupakan kasus besar
yang menyangkut jutaan jiwa. Bagaimana dan dimana dapat diperoleh tempat
yang layak, sehat dan bebas dari bencana, di suatu daerah yang akan
direncanakan untuk dibangn suatu pemukiman. Geologi disini memainkan
peranan dalam masalah pengarahan tata letak yang baik, pengadan bahan
bangunan serta pengadaan kebutuhan lain yang menunjang. Sekaligus juga turut
menentukan mutu lingkkungan hidup diman salah satuny adalah kesehatan
lingkungan. Sebab ternyata ada kondisi atau faktor-faktor geologi tertentu yang
langsung maupun tidak langsung mengendalikan bdan berpengaruh tehadap
kesehatan manusia. Contoh klasik hubungan keadaan geologidengan kekurangan
kadar unsure yodium pada air tanah disuatu daerah, yang dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit gondok. Seperti misalnya didaerah Gunung Kidul
Yogyakarta.
- Bidang Pertanian
Perkembangan wilayah pertanian atau lahan pertanian berhubungan dengan
peningkatan produksi. Hal ini memrlukan penentuan lokasi, sarana penunjang
seperti bendungan, jenis tanman dan tanahnya secara seksama. Aspek geologi
muncul sebagai pemberi informasi yang akurat. Sebab tanah merupakan hasil
pelapukan suatu batuan, sehngga jenis batuan menentukan kondisi dan sifat
tanah. Sector pertanian seperti kehutanan, juga memerlukandata informasi
geologi bagi pengadaan hutan atau pelestarian hutan.
- Pengadaan Air Tanah
Air sebagai kebutuhan yang pokok, selalu menjadi problema dalam kehidupan
sehari-hari. Lebih-lebih bagi daerah yanga gersang. Penelitian geologi untuk
pengadaan air tanah ternyata membawah hasil yang gemilang. Dari lapisan
batuan yang beragam dibawah permuakaan tanah ternyata terkandung air tanah
dengan volume yanhg besar sehingga tin ggal bagaimana menentukan lapisan
batuan yang banyak mengandung air. Bahkan batu gampinga yang terkandung
potensi air yang besar. Banyaknya rekahan ditambah adanya proses kimiawi
memungkinkan curah hujan yang meresap/masuk terakumulasi membentuk
sungai dibawah permukaan tanah.
- Bangunan Sipil
Pembangunan suatu bangunan teknik baik bendungan, jalan raya, landasan
pesawat terbanag, terwongan sampai gedung bertingkat tidak akan lepas dari
penelitian geologipada awalnya. Sebab semua itu menyangkut pengetahuan
tentang batuan dasar, sifat dan kestabilan, pengaruh struktur ataupun masalah
yang mendasar lainnya. Zaman sekarang siapa yang belum tahu bendungan
Asahan di Sumatera Utara, terowongan Simplon yang menembus pegunungan
Alpina atau juga terowongan-terowongan bawah laut yang menghubung antar
kota di Jepang. Kemajuan teknologi sekarang ini akan lebih menunjang usaha
manusia untuk berkarya lebih spektakuler.
- Sumber Kekayaan Alam
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sumber kekayaan alam sebagian besar
tersimapan diperut bumi. Segal jenis bahan galian yang bernilai ekonomis
menuntut manusia untuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Bahkan dewasa ini
timbul krisis energi semakin membuat upaya bertambah. Prospek batu bara kian
ditingkatkan sebagai sumber energi penunjang. Eksplorasi dan eksploitasi
minyak bumi bukan hanya didarat saja tetapi juga didaerah lepas pantai. Belum
lagi bahan tambang; seperti emas, timah, tembaga dan lain-lain, yang sangat
penting bagi devisa Negara. Ini semua memerlukan pengetahuan geologi yang
memadai. Dengan demikian jelaslah bahwa semaikn baik persepsi geologi
didalam penerapannya, semaikn terbukalah kekayaan yang terkandung diperut
bumi. Ada benarnya jika suatu pemeo mengatakan bahwa semakin baik dan
lengkap penggambaran peta sumber-sumber kekayaan alam, semakin
terangkatlah derajat suatu bangsa. Ini semua jelas merupakan tantangan
menunggu kehadiran geologiwan untuk berperan aktif dalam pembangunan
bangsa.
1.5. Teori Tektonik Lempeng
Pendekatan baru didalam cara pemikiran geologi ini dikenal sebagai “Teori Tektonik
Lempeng”, atau tektonik lempeng saja. Berdasarkan teori ini, kerak bumi dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu kerak benua dan kerak samudra. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa bahan yang membentuk kerak benua itu terdiri dari batuan yang
ringan yang mengandung banyak unsur silica dan alumina. Sedangkan kerak samudra
terdiri dari batuan yang sangat padat, berwarna gelap dan kaya akan unsur silika atau
magnesium.
Kedua jenis kerak ini membentuk lempeng-lempeng yang berukuran raksasa yang
kemudian disebut dengan lempeng benua dan lempeng samudra, yang dapat bergeser
diatas mantel bumi. Batasan-batasan antara masing-masing lempeng, merupakan
tempat-tempat dimana terdapat daerah bergempa dan gejala pembentukan
pegunungan.
Batasan-batasamn tersebut dapat berwujud sebagai :
1. Pematang tengah samudra (mid ocean ridge), dimana magma dapat keluar dan
membentuk kerak baru, dan kemudian masing-masing bergerak saling menjauh.
2. Sesar mendatar, dimana 2 lempeng saling bergeser, dan
3. Palung-palung laut dalam, dimana 2 lempeng saling bertemu melalui tumbukan
yang disertai dengan penunjaman dan penghancuran lempeng. (Gambar 2 :
Lithosfer susunan dan bagan)
Lempeng atau kerak bumi disebut SIAL, terdiri dari batuan kristalin kaya unsure-
unsur utama Si dan Al. Sedangkan lempeng samudra disebut lapisan SIMA, yang
terdiri dari unsure Si dan Mg.
Gambar 1. Susunan dalam Bumi (Suess dan Wiechert, 1949)
Gambar 2. Bagan dari pada Lithosfer (Sukender Askin, 1979)
Gambar 3. Bagan memperlihatkan gerak Lithosfer (Sukender Askin, 1979)
Kerak benua disebut lapisan granitis, karena batuan yang membentuk kerak utama
bersifat granitic meskipun tidak semuanya, sedangkan kerak samudra disebut juga
lapisan basaltis karena batuan yang membentuk terutama bersifat basaltic (gambar
hal. 12).
GAMBAR SIKLUS AIR
JENTERA BATUAN
Jentera Batuan (SUKENDAR ASKIN, 1976)
Gambar 5.
Bermula dari cairan magma, kemudian megalami penghabluran menjadi batuan beku.
Batuan beku ini mengalami pelapukan bersama-sama dengan batuan sedimen dan
batuan metamorf, atau batuan beku ini langsung mengalami metamorfose.
Setelah mengalami proses pelapukan, pengikisan dan pengangkutan maka menjadi
sedimen. Kemudian sedimen ini mengalami lithifikasi menjadi batuan sedimen. Bila
batuan sedimen ini terkena proses metamorfose maka akan menjadi batuan metamorf
dan apabila batuan ini terjadi/terkena proses peleburan/pelelehan akan kembali
menjadi magma. (Gambar 5. Hal 14).
2. PENGENALAN MINERAL PEMBENTUK BATUAN
2.1.1. DASAR-DASAR PETROLOGI
A. Pendahuluan
Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi, sehingga mengenal macam-macam
dan sifat batuan adalah sangat penting. Batuan didefenisikan sebagai semua bahan
yang menyusun kerak bumi, dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-
mineral yang telah menghablur. Yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia ataupun mekanis serta proses
erosi dari batuan. Dalam praktikum dan kuliah akan diberikan latihan membedakan
batuan yang lazim didapatkan dialam. Dengan cara mendeskripsikan secara
megaskopis dari contoh-contoh batuan dilaboratorium. Sehingga diharapkan
praktikan dapat mengenal “ rock forming mineral” dan dapat mendeskripsikan secara
baik dan benar.
B. Klasifikasi dan Sifat-sifat Batuan
Batuan dibagi dalam berbagai jenis berdasarkan sifat-sifat tertentu yang sekaligus
menunjukan cara terjadinya (klasifikasi genetis). Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan deskripsi batuan antara lain meliputi :
1. Komposisi mineral (bahan penyusun)
2. Tekstur
3. Struktur (kadang-kadang).
Berdasarkan cara terbentuknya, batuan dibagi dalam tiga jenis :
1. Batuan Beku
Batuan yang berasal dari hasil pembekuan magma, teksturnya hablur (kristalin).
2. Batuan Sedimen
Batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan bahan-bahan rombakan baik
secara kimiawi ataupun fisik dari batuan yang ada sebelumnya, setelah
mengalami proses transportasi melalui media : angin; sungai; gelombang dan lain
sebagainya, kemudian terendapkan disuatu tempat yang lazim disebut dengan
sedimen klastik/ sedimen mekanis. Sedangkan hasil pengendapan semua organis
maupun kimiawi disebut batuan sedimen klastik.
3. Batuan Metamorf
Merupakan batuan rubahan oleh proses metamorfisme. Perubahan batuan tanpa
melalui fase cair terlebih dahulu. Teksturnya hablur (kristalin).
Tekstur :
Adalah hubungan atau keadaan yang erat antara bentuk, ukuran butir dari mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan. Kalau kita teliti, bagaimanapun halusnya suatu
batuan pada hakekatnya dia terdiri dari butiran.
1. BATUAN BEKU
Batuan beku terjadi karena pembentukan magma di bawah permukaan bumi
atau hasil pembekuan lava di permukaan bumi.
Magma:
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F.F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefenisikan sebagai: cairan silikat kental dan likat
dari larutan silica yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi
antara 1500 – 2500 oC dan bersifat mobil (mudah bergerak) terdapat pada
kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan
yang larut, bersifat volatile (gas) dan non volatile (non gas). Bahan-bahan
volatile merupakan penyebab mobilitas magma, sedangkan bahan non volatile
terutama oksida-oksida dalam kombinasi tertentu, merupakan pembentuk
mineral yang lazim kita jumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut disebut
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma) oleh BOWEN disusun suatu seri yang dikenal dengan nama
“Bowen’s Reaction Series” sebagai berikut:
Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku dapat dibagi atas tiga jenis
yaitu:
1) Batuan beku asam
2) Batuan beku intermediate
3) Batuan beku basa
Klasifikasi batuan beku secara kimiawi
Klasifikasi ini didasarkan atas persentase kandungan SiO2
Atas dasar ini maka batuan beku dibagi menjadi:
1) Batuan beku asam > 66% SiO2
2) Batuan beku intermediate 52% - 66% SiO2
3) Batuan beku basa 45% - 52% SiO2
4) Batuan beku ultra basa < 45% SiO2
Dalam penamaan batuan beku secara megaskopis didasarkan atas
pengamatan:
a. Struktur
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja,
misalnya: “Pillow Lava” (lava bantal), “Jointing Strukture”, “Sheeting
Joint”, dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalam “Hand
Speciment Sample” yaitu : (perhatikan gambar 2a)
(1) Masif:
Tidak menunjukkan adanya lubang-lubang ataupun struktur aliran.
(2) Vesikuler:
Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Arah lubang-lubang itu teratur. Misalnya :
pumice.
(3) Skoria:
Berlubang-lubang besar, akan tetapi tidak teratur.
(4) Amigdoidal:
Lubang-lubang gas yang kemudia terisi oleh mineral sekunder
(lazimnya mineral karbonat/silica).
(5) Xenolitis:
Struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain
yang masuk dalam batuan mengintrusi (lihat gambar 2c).
b. Tekstur
Adalah keadaan erat hubungan antar mineral-mineral sebagai bagian-
bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang
membentuk dasar dari batuan.
Untuk batuan beku pengamatan tekstur meliputi:
(1) Derajat kristalisasi/kristalinitas:
(a) Holokristalin : apabila batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya
(b) Holohyalin : apabila batuan terdiri dari massa gelas
seluruhnya
(c) Hipokristalin : apabila sebagian terdiri dari massa Kristal dan
sebagian massa gelas
(2) Granularitas
(a) Fenerik (fanerokristalin)
Apabila Kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan
mata biasa
- Halus : Diameter < 1 mm
- Sedang : Diameter 1 mm – 5 mm
- Kasar : Diameter 5 mm – 30 mm
- Sangat Kasar : Diameter > 30 mm
(b) Afanitik
Kristal-kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata pandangan biasa (lihat gambar 2d).
(3) Bentuk Kristal
Adalah sifat dari suatu Kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Untuk ini kenampakan Kristal diamati pada
pandangan dua dimensi
(a) Euhedral : apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang Kristal.
(b) Subhedral : apabila sebagina dari batas kristalnya sudah tidak
Nampak lagi.
(c) Anhedral : apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
Kristal asli (perhatikan gambar 2e).
(4) Hubungan antar Kristal/relasi
Adalah hubungan antara Kristal/mineral yang satu dengan yang lain
dalam batuan. Secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu:
(a) Equigranular : bila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar.
(b) Inequigranular : bila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar.
c. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral (pada batuan beku) kita cukup
mempergunakan indeks warna dari bentuk Kristal, sebagai dasar
penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua:
(1) Mineral Felsik
Yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
(2) Mineral Mafik
Yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
2. BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat lithifikasi dari hancuran batuan lain
(detritus)/lithifikasi dari hasil reaksi kimia tertentu. Lithifikasi batuan adalah proses
yang meliputi: kompaksi, sementasi, authigenic, diagenesa, yaitu proses terubahnya
material pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming
materials) menjadi batuan yang kompak (consolidate, coherent rock). Dan batuan ini
dibentuk oleh proses-proses yang terjdai di permukaan bumi, oleh Koesoemadinata
(1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lima golongan:
1) Golongan detritus
2) Golongan karbonat
3) Golongan evaporit
4) Golongan sedimen silica
5) Golongan batubara
Ad a. golongan detritus
Berdasarlan ukuran butirnya goliongan ini dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
a. Golongan Detritus Halus
Golongan ini dapat dikenal melalui butiran penyusun batuannya yang relatif
berukuran halus, O (diameter) < 1/16 mm sebagai hasil dari sedimentasi mekanis,
contoh : lempung, lanau, serpih, sedangkan untuk napal dihasilkan oleh proses
sedimentasi kimiawi.
b. Golongan Detritus Kasar
Golongan ini dapat dikenal melalui butiran penyusun batuannya yang relatif
berukuran kasar dengan O (diameter) butirnya lebih dari 1/16 mm dan umumnya
dihasilkan oleh proses sedimentasi mekanis. Contoh : batu pasir, breksi dan
konglomerat.
ad. b. Golongan karbonat
Golongan ini terutama disusun oleh kelompok mineral karbonat (misal; kalsit,
dolomite, dan aragonite) dan cangkang-cangkang binatang karang. Golongan ini
dapat terbentuk sebagai hasil :
Sedimentasi mekanis : misal, batu gamping bioklastik, batu gamping oolit.
Sedimentasi organis : misal, batu gamping terumbu.
Sedimentasi kimiawi : misal, batu gamping kristalin, dolomite (lihat gambar
2g).
ad. c. Golongan Evaporit
Golongan batuan ini diberikan terhadap batu garam karena asal terjadinya disebabkan
oleh proses evaporasi air laut ( Koesoemadinata, 1979). Umumnya golongan ini
terdiri dari batuan monomineralik. Nama batuan sama dengan nama mineral. Contoh
sebagai berikut : Gypsum (CaSO4 2H2O); Anhydrit (CaSO4); Halite (NaCl).
ad. d. Golongan Sedimen Silika
Termasuk golongan ini adalah juga batuan yang bersifat monomineralik dan
umumnya tersusun oleh mineral silikat terbentuknya secara sedimentasi kimiawi atau
organic.
Contoh : Sedimentasi kimia : Rijang (Chert).
Sedimentasi organic : Radiolaria dan Diatomea.
ad. e. Golongan Batubara
Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat organic yang kaya akan unsur
C (Karbon), umumnya terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi
organis. Contoh ; Gambut, Bituminous, Antrasit.
Dalam mengenal batuan sedimen, sifat-sifatnya harus dipelajari, juga harus
diusahakan penafsiran proses pengendapannya (apakah mekanis/klastik, organis atau
kimiawi).
Sifat-sifat utama dari batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan (bedding, stratifikasi), yang menandakan adanya
proses sedimentasi. Hali ini berlaku untuk segala macam batuan sedimen,
walaupun tidak selalu nyata dalam contoh “Hand Speciment”. (Gb. 2g).
2. Sifat klastik/fragmen, yang menandakan butiran-butiran pernah lepas,
terutama pada golongan karbonat.
3. Sifat jejak/bekas zat hidup, seperti cangkang/rumah organisme (koral),
terutama pada golongan karbonat.
4. Jika bersifat hablur selalu monomineralik, misal; Gypsum, Kalsit, Dolomit,
Halite, dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal batuan sedimen, hal mana pada
batuan beku hal-hal tersebut tidak terdapat. Di dalam pemerian batuan sedimen secara
megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1. Komposisi mineral.
2. Tekstur
3. Struktur
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi atas :
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan
detritus/pecahan batuan asal. Batuan asal bisa terdiri dari batuan beku,
sedimen atau metamorf.
Batuan sedimen nonklastik
Batuan sedimen yang terbentu dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme (sedimentasi organis) misalnya :
Reaksi kimia yang dimaksud adalah : kristalisasi langsung atau reaksi
anorganik (sedimentasi kimia) misalnya : Gypsum, dolomite, dan sebagainya.
ad. 1. Batuan Sedimen Klastik
Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang bertekstur kasar komposisi dibedakan
atas 3 bagian. Dibawah ini akan dibahas mengenai urutan pendiskripsian batuan
sedimen klasik.
a. Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada batuan sedimen klastik bertekstur
kasar pemerian komposisi mineralnya dibedakan atas :
1. Fragmen
Adalah butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen
dapat berupa butiran mineral, batuan atau fosil.
2. Matriks
Adalah bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil
dari fragmen. Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.
3. Semen
Adalah batuan pengikat antara matriks dan fragmen. Dalam batuan
sedimen klastik dikenal ada tiga macam semen :
Karbonat : kalsit, dolomite
Silikat : kalsedon, kwarsa
Oksida besi : hematite, limonit
b. Tekstur
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan tekstur :
1. Ukuran besar butir (Grain Size).
2. Derajat pemilahan (Sortasi).
3. Derajat pembundaran (Roundness).
1. Ukuran besar butir
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari ‘Skala
Wentworth” yaitu :
“SKALA WENTWORTH”
Nama Butir Besar Butir mm
Bongkah (boulder) 256 >
Brangkal (couble) 256-64
Kerakal (pebble) 64-4
Kerikil (granule) 4-2
Pasir ss. Kasar (very coarse sand) 2-1
Pasir kasar (coarse sand) 1 - ½
Pasir sedang (medium sand) ½ - ¼
Pasir halus (fine sand) ¼ – 1/8
Pasir ss. Halus (very fine sand) 1/8 – 1/16
Lanau (Silt) 1/16-1/256
Lempung (Clay) < 1/256
ad.
2. Derajat Pemilahan / Sortasi
Yang dimaksud derajat pemilahan adalah tingkat keseragaman dari butiran
pembentuk batuan sedimen. Derajat pemilahan inipun hanya dapat diamati
secara mikroskopis pada batuan yang bertekstur kasar. Tingkatan-tingkatan
dalam derajat pemilahan ini adalah :
a. Pemilihan baik (well sorted)
b. Pemilihan sedang (moderately sorted)
c. Pemilihan buruk (poorly sorted)
ad.
3. Derajat Pembundaran / Roundness
Yaitu nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan sedimen,
dimana untuk ini diberikan 5 (lima) kategori :
a. Anguler (menyudut)
b. Sub-Anguler (menyudut tanggung)
c. Sub-Rounded (membulat tanggung)
d. Rounded (membulat)
e. Well Rounded (membulat baik)
(lihat gb. 2i)
a. Struktur
Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari
contoh-contoh batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang
penting antara lain; struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari
batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari
proses pengendapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur
perlapisan adalah :
1. Adanya perbedaan warna
2. Adanya perbedaan ukuran butir
3. Adanya perubahan struktur sedimen
4. Adanya perbedaan komposisi mineral
5. Adanya perubahan macam batuan
6. Adanya perbedaan kekompakan
Batuan Sedimen Non-klastik
a. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organism, terdapat sebagai sisa
organism yang biasanya tetap tinggal di tempatnya. Contoh dari batuan sedimen
macam ini adalah ; batu gamping koral, diatomea, dan lain-lain. Pada batuan
sedimen organic selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas,
walaupun sering kali juga terdapat rekristalisasi.
(GAMBAR…)
Dalam praktikum ini, praktikan memerikan bauan sedimen organik atas dasar ;
warna, organism pembentuk. Adanya inklusi dari mineral-mineral harus
disebutkan.
b. Batuan Sedimen Kimia
Sebagaian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh proses penguapan, terutama di
daerah aride, contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain. Batuan
sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam susunan mineral saja,
yang jelas walaupun bersifat hablur tetapi kilapnya adalah non metalik. Pemerian
batuan sedimen kimiawi meliputi ; warna, komposisi mineral, kilap, ukuran butir,
dan mineral. Teksturnya apakah kristalin, amorf, gelas, fibrous, dan sebagainya.
3.BATUAN METAMORF
Adalah suatu batuan yang terjadi karena proses ubahan dari batuan asal oleh suatu
proses metamorfose. Batuan asal tersebut dapat terdiri dari batuan beku, sedimen
ataupun batuan metamorf itu sendiri. Proses metamorphose yaitu suatu proses dimana
batuan asal mengalami penambahan tekanan (P) atau temperature (T) atau oleh
kenaikan P dan T secara bersama-sama. Proses metamorphose ini ini berlangsung
dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Dan hal ini sering disebut
sebagai proses isokimia, dimana kompisisi komia adalah susunan mineraloginya.
(perhatikan gb. 2j).
Proses metamorphose meliputi proses-proses :
a. Rekristalisasi.
b. Reorientasi
c. Pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-
elemen kimia yang sebelumnya telah ada.
Tipe-tipe metamorphose
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
a. Metamorphose Thermal
Yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan temperature (T),
biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma /
ekstrusi dengan batuan di sekitarnya.
b. Metamorphose Dinamo / Dislokasi / Kataklastik
Adalah jenis metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan (P).
tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam yaitu :
1. Hidrostatis : yang mencakup ke segala arah
2. Stress : tekanan searah saja.
Makin dalam kea rah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin
besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan
permukaan saja, metamorphose semacam ini biasanya didapatkan di daerah
sesar / patahan.
c. metamorfosa Regional
adalah metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan (P) dan
temperature (T) secara bersama-sama. Biasanya didapatkan pada geosinklin
yang dasarnya mengalami penurunan terus menerus (daerah tumbukan
lempeng-lempeng disebut “Subduction Zone”).
Klasifikasi dan Penamaan Jenis Batuan Metamorf.
Klasifikasi ini terutama didasarkan atas :
a. Foliasi : umumnya merupakan hasil metamorphose regional, jenis ini secara
visual merupakan kesan seperti lapoisan pada batuan sedimen.
b. Non-Foliasi : sebagian besar hasil metamorphose kontak, namun banyak juga
yang tidak. (gb. 2k)
a. Tekture
tektur pada batuan metamorf digolongkan menjadi :
1. Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat
(tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi). Dalam pembentukan batuan beku
mineral tumbuh pada suasana cair.
a) Lepidoblastik
Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih
yang memperlihatkan orientasi sejajar seperti mineral-mineral biotit,
muscovite, dan sebagainya.
b) Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum (acicular,
rod-like) yang memperlihatkan orientasi sejajar, misalnya mineral
amphibol, silimanit, piroksen dan lain-lain.
c) Granoblasti
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang
berbentuk butiran-butiran dengan sisi kristal yang bergigi (sutured),
misal; kwarsa, kalsit, garnet, dan lain-lain.
d) Porfiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana suatu Kristal besar (fenokris)
tertanam pada masa dasar yang relatif halus. Identik dengan porfiritik
pada batuan beku. (gb. 21)
e) Idioblastik
Adalah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk euhedral.
f) Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-mineralnya adalah
anhedral.
2. Palimpsest (tekstur sisa)
Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
Blasto-opitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.
b. Struktur
Struktur pada batuan metamorf merupakan hubungan antara tekstur lainnya dalam
batuan metamorf. Kebanyakan batuan metamorf mempunyai struktur foliasi.
1) Foliasi
Adalah sifat perlapisan (foliates = daun)/berdaun. Namun harus dibedakan
dengan lapisan sedimen. Di sini terjadi penyusunan kristal-kristal dari pada
mineral secara pertumbuhan dalam arah panjang dari mineral. Foliasi ini dapat
berjenis-jenis :
a. Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate), seperti schistocity, tanpa ada
segregation bendding (perlapisan akibat pemisahan dari macam-macam
mineral). Mineral-mineral sangat halus dan tak dapat dilihat secara
megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-mika
mikroskopis).
Contoh ; slate (batu sabak), batu lempung yang mengalami metamorphose
dengan fasies rendah.
b. Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatannya lebih tinggi dari slate, sudah ada
segregation bendding tetapi tidak sebaik batuan yang berstruktur
schistocity (foliasi diperlihatkan oleh kepingan-kepingan halus mika).
c. Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh kepingan-kepingan mika,
memberikan belahan yang rata/tidak putus-putus (closed schistochity).
Sering juga merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih
(prismatic) dengan mineral-mineral berbutir.
d. Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusunan mineral-mineral yang granular dan
dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak rata (perlapisan mineral
membentuk jalur yang terputus-putus/open schistochity)
(GAMBAR).
2) Non-Foliasi
Struktur non-faliasi ini dalam batuan metamorf dicirikan dengan tidak
terdapatnya suatu penjajaran dari pada mineral-mineral yang ada dalam
batuan metamorf, yaitu :
Hornfelsik/hornfels
Struktur khas pada batuan hornfols (Met. Thermal) dimana butir-butirnya
equidemesional dan tidak menunjukkan pengarahan/orientasi.
Kataklastik
Struktur yang terdiri yang terdiri dari pecahan-pecahan/fragmen-fragmen
batuan maupun mineral. Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak
menunjukkan arah.
Misal ; breksi patahan, biasanya dijumpai pada zona-zona sesar/patahan.
Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk
ciri adanya sesar suatu daerah.
Hubungannya dengan kataklistik, di sini pergerakan sesarnya lebih kuat,
sehingga fragmennya akan lebih halus karena adanya penggerusan oleh
sesar dan biasanya menunjukkan orientasi.
3) Komposisi Mineral
Dalam mendiskripsi dilakukan secara megaskopis (mata telanjang) sehingga
untuk menentukan komposisi mineral sedikit mengalami kesulitan, namun
dengan faktor keterbatasan tersebut saudara tetap dituntut untuk dapat
menentukan komposisi mineralnya yang dapat dipelajari dalam buku ini atau
petunjuk langsung dilaboratorium.
Pada hakekatnya komposisi mineral batuan metamorf dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu :
Mineral Strees
Suatu mineral yang terbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan T
(suhu), dimana mineral ini dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik.
Contoh ; Mika, kyanit, termolit-aktinolit, zeolit, silianit, hornblende,
klorit, staurolit, serpentin, epidot.
Mineral Anti Stress
Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana
biasanya berbentuk equidimensional.
Contoh ; Kwarsa, kalsit, feldspar, kordierit, garnit.
(Gb. 35, 36, 37)
GAMBAR !!!
TUGAS DISKRIPSI BATUAN
A. Diskripsi batuan beku minimal 10 x
B. Diskripsi batuan sedimen minimal 10 x
C. Diskripsi batuan metamorf minimal 5 x
CONTOH DISKRIPSI
No. Urut : 01
No. Batuan : 01
Jenis batuan : Batuan beku asam
Warna : Putih kecoklatan
Struktur : Masif
Tekstur : - Derajat kristalisasi : Holokristalin
- Granularitas : Fanerik sedang
- Bentuk Kristal : Anhedral
- Relasi : Equigranular
Komposisi : mineral Felsik > mineral malfik
Nama batuan : Granit
Gambar : ???
No. Urut : 11
No. Batuan : 01
Jenis batuan : Sedimen Klastik
Warna : Abu-abu kecoklatan
Struktur : Masif
Tekstur : - Ukuran butir : Granule 4 – 2 mm
- Derajat pemilahan : Sedang
- Derajat pembundaran : Sub Rounded
- Relasi : Equigranular
Komposisi : - Fragmen : Kwarsa, Rijang, Basalt
- Matrik : Kwarsa, pasir
- Semen : Silika
Nama batuan : Konglomerat
Gambar : ???
No. Urut : 11
No. Batuan : 01
Jenis batuan : Batuan metamorf
Warna : Abu-abu kecoklatan
Struktur : Foliasi - Benistose
Komposisi : Mineral stress
Nama batuan : Schist
Gambar : ???
DASAR-DASAR MINERALOGI
A. Pengertian Mineral
Perlu kita ketahui bahwa bumi, terutama kerak bumi atau disebut “lithosphere”
tersusun dari batuan-batuan, baik batuan beku, metamorf, sedimen dimana batuan-
batuan tersebut mengandung banyak mineral-mineral yang sejenis atau tidak sejenis.
Kata “mineral” mempunyai banyak arti, hal ini tergantung bagaimana kita
meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi.
Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses
alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan
mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta
molekul-molekul dari berbagai unsure kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun
dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan
mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat
anorganik. Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk
persenyawaan. (LEET & JUDSON, 1969 : 41).
Mineral sebagai unsure bebas (element).
Cu = Cuprum = Copper = Tembaga
Au = Aurum = Gold = Emas
Fe = Ferrum = Iron = Besi
Ag = Argentum = Silver = Perak
S = Sulphur = Sulfur = Belerang
C = Carbon = Diamond = Intan
C = Carbon = Graphite = Grafit
Sebagai catatan bahwa intan dan grafit merupakan bentuk yang “allotropi” yaitu
mineral dengan rumus kimia dan sifat kimia sama, tetapi mempunyai sifat-sifat fisis
yang berbeda.
Mineral sebagai bentuk persenyawaan (“compounds”) dapat digolongkan menjadi:
Persenyawaan Oksida
SnO2 = Cassiterite
Al2O3 = Corundum
Fe2O3 = Hematite
H2O = Air
Fe3O4 = Magnetite
Persenyawaan Sulfida
Cu2S = Chalcocite
PbS = Galena
FeS2 = Pyrite
ZnS = Sphalerite
Persenyawaan Karbonat
CaCO3 = Calcite
CaMg(CO3)2 = Dolomite
MgCO3 = Magnesite
Persenyawaan Sulfat
CaSO4 = Anhydrite
CaSO42H2O = Gypsum
Persenyawaan “Non Ferro Magnesian Silicates”
SiO2 = Kwarsa
KAlSi3O8 = Orthoclase
Ca(Al2Si3O8) = Anorthite
Na(AlSi3O8) = Albit
KAl3Si3O10(OHF)2 = Muscovite/mika putih
Persenyawaan “Ferromagnesian Silicates”
K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10) = Biotite/mika hitam
(MgFe)2SiO4 = Olivine
Ca2(MgFeAl)5(OH)2((SiAl)4O11) = Hornblenda
Ca(MgFe)(SiO3)2((AlFe)2O3)x = Augite
B. Sifat-Sifat Fisik Mineral
Mineral-mineral pembentuk batuan yang umum dan juga mineral-mineral ekonomis
yang jarang terdapat, biasanya dapat dikenal tanpa alat-alat yang khusus dan rumit,
tetapi hanya cukup mengenal sifat-sifat fisik yang meliputi :
1. Cleavage/belahan
Kecenderungan mineral untuk membelah diri pada suatu arah atau lebih, sebagai
contoh :
Muscovite dan Biotite : Mempunyai belahan satu arah diaman dapat
terbelah berupa lempeng-lempeng tipis.
Augite : Mempunyai belahan dua arah tegak lurus.
Hornblenda : Mempunyai belahan dua arah membentuk sudut
1240.
Calcite : Mempunyai belahan tiga arah yang tidak saling
tidak saling tegak lurus
2. Fracture/Pecahan
Bila suatu mineral tidak membelah secara tidak teratur dengan sendirinya mineral
tersebut akan pecah dengan arah yang tidak teratur. Adapun macam-macam
pecahan adalah sebagai berikut :
Concidal : Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang
melengkung di permukaannya, seperti kenampakan
pada botol pecah. Contoh ; Quartz (kwarsa).
Splintery/Fibrous : Pecahan yang menunjukkan gejala seperti serat.
Contoh ; Augite, hyperhene, serpentine, piroksen
Uneven/Irreguler : Pecahan yang kasar dengan permukaan yang tidak
teratur. Contoh ; Garnet, hematite.
Hackly : Pecahan dimana permukaannya tidak teratur dengan
ujung-ujung yang runcing. Contoh ; Native Metals
(CuAg).
3. Form/Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal dan ada pula yang tidak berbentuk Kristal.
Mineral yang berbentuk kristal disebut “Mineral Kristalin”, sedangkan yang tidak
berbentuk kristal disebut “Amorf’.
Untuk mineral kristalin mempunyai bangun yang khas, yaitu :
Regular/Isometric/Kubus
Mempunyai tiga sumbu simetri a, b, dan c, dimana a = b = c serta a tegak
lurus b tegak lurus c.
Contoh ; Galena (PbS), Halite (NaCl), Pyrite (FeS).
Tetragonal/Balok
Mempunyai tiga sumbu simetri a, b, dan c, dimana a = b ≠ c atau a ≠ b = c
atau a≠ c = b serta a tegak lurus b tegak lurus c.
Contoh ; Zircon (ZrSeO4).
(GAMBAR)
Hexagonal
Mempunyai empat sumbu simetri a, b, c, dan d, dimana a = b = c saling
membentuk sudut 600. a, b, dan c terletak dalam satu bidang datar sedangkan
d tegak lurus dengan bidang datar tersebut yang menembus pada titik potong
sumbu a, b, c ; d = a = b = c.
Contoh : Quartz (SiO2), Calcite (CaCO3).
Orthorhombic/Rombis
Mempunyai tiga sumbu simetri a, b, dan c. Dimana a = b = c serta a tegak
lurus b tegak lurus c.
Contoh : Topas (Al2SiO4)(FOH)2, Enstatite (Mg2(Si2O6)), Hypersthene
(MgFe)2(Si2O6).
Monoclinic/Monoklin
Mempunyai tiga sumbu simetri a, b, dan c. Dimana a = b = c serta a tegak
lurus b dan keduanya terletak dalam satu bidang datar, sedangkan sumbu c
tidak tegak lurus bidang tersebut.
Contoh : Augite (Ca(MgFe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3)x
Triclinic/Triklin
Mempunyai tiga sumbu a, b, dan c. Dimana a = b = c serta a, b, dan c saling
tidak tegak lurus.
Contoh : Albit Na(AlSi3O8), Anorthite Ca(Al2Si2O8).
4. Color/Warna
Mineral seperti magnetite dan galena mempunyai warna tetap, tetapi ada beberapa
mineral akan mempunyai warna yang bervariasi. Warna-warna dari mineral
antara lain :
Putih : Kaolinite (Al22SiO22H2O), Milky Quartz/Kwarsa susu
(SiO2), Gypsum (CaSO4H2O).
Kuning : Belerang (S), Auripigment
Kuning Emas : Pyrite (FeS2), Chalcopyrite (CuFeS2), Emas (Au).
Hijau : Chlorite (MgFe)5Al(AlSi3O10)OH, Malachite
(CuCO3Cu(OH)2, Serpentine (2MgO 2SiO2 2H2O.
Biru : Azurite (2CuCO3Cu(OH)2), Beryl (Be3Al2(Si3O18)).
Merah : Hematite (Fe2O3), Limonite (Fe2 O3n H2O)
Coklat : Biotite (K2(MgFe)2 (OH)2(AlSi3O10)), Limonite (Fe2O3H2O)
Abu-abu : Galena (PbS), Graphite (C), Hematite (Fe2O3).
Tak berwarna : Quartz (SiO2), Calcite CaCO3, Diamond (C).
5. Streak/Gores/Cerat
Yang dimaksud dengan cerat (streak) adalah warna mineral dalam bentuk serbuk.
Hal ini dapat diperoleh bila mineral digoreskan pada keping porselin kasar atau
dengan membubuk mineral, kemudian warna bubuk itu dilihat.
Cerat tersebut dapat sama dengan warna mineralnya, tetapi dapat juga berbeda
dengan warna mineralnya. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap,
walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Contoh :
Hematite : Mungkin merah coklat, mungkin hitam abu-abu, tetapi warna
ceratnya tetap merah coklat.
Augite : Ceratnya abu-abu hitam.
Biotite : Tidak berwarna ceratnya.
Orthoklase : Ceratnya putih.
6. Luster/Kilap/Kilat
Yang dimaksud dengan “Luster” adalah kenampakan mineral yang ditunjukkan
oleh pantulan cahaya yang diterimanya.
Luster dapat dibagi menjadi :
Metallic Luster = kilap logam
Non Metallic luster = kilap bukan logam
Metallic Luster
Contoh : Galena, Pyrite, Magnetite, Chalcopyrite, hematite.
Non Metallic Luster, meliputi :
Kilap intan (adamantine luster) : Intan
Kilap kaca (vitreous luster) : Quartz, calcite
Kilap sutera (silky luster) : Asbertos
Kilap damar : Sphalerite
Kilap mutiara (pearly luster) : Dolomite
Kilap lemak (greasy luster) : Talk
7. Hardness/Kekerasan
Yang dimaksud dengan “hardness” adalah ketahanan mineral terhadap goresan.
Kekerasan (hardness) relatif dari suatu mineral tertentu dengan suatu urutan
mineral mineral yang dipakai sebagai standart kekerasan. Mineral yang
mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas goresan pada
tubuh minera tersebut. Untuk standar kekerasan biasanya diapakai adalah skala
kekerasan darai MHOS yang mempunyai 10 pembagian skala, dimulai dari skala
1 untuk mineral yang terlunak dan skala 10 untuk mineral terkeras.
Skala Kekerasan Mineral (MHOS) :
Skala kekerasan Mineral Rumus
1 Talk H2Mg3(SiO6)4
2 Gypsum CaSO4 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2
6 Orthoklase KAlSi3O
7 Quartz SiO2
8 Topas Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka dibawah ini akan disajikan
beberapa standart kekerasan sebagai berikut :
Kuku jari = 2,5
Uang logam tembaga = 3
Pisau baja = 5,5 – 6
Pecahan kaca = 5,5 – 6
8. Tenacity/Daya tahan terhadap pukulan
Tenacity adalah daya tahan mineral terhadap pemecahan, penghancuran,
pembengkokan/pemotongan.
Macam-macam tenacity :
Brittle : Dapat hancur menjadi tepung halus.
Contoh : Quartz, marcatite, hematite.
Sectile : Dapat dipotong dengan pisau (seperti terpotong).
Contoh : Gypsum, cerargyrite.
Malleable : Dapat dipalu menjadi lapisan tipis.
Contoh : Gold, copper.
(GAMBAR)
Ductile : Dapat ditarik/diulur seperti kawat.
Contoh : Silver, copper, cerargyrite.
Flexible : Dapat melengkung kemana-mana dengan mudah.
Contoh : Mika, lembar-lembar pipih gypsum.
Elastic : Dapat merenggang bila ditarik dan dilepas dan kembali
seperti semula.
Contoh : lembar-lembar pipih mika, hematite (tipis).
9. Specific Gravity/Berat jenis
Cara pengukuran berat jenis dari suatu mineral ada beberapa macam cara yaitu:
a) Dengan Piknometer
Mineral ditimbang misalnya beratnya = G gram, piknometer penuh air dan
mineral (di luar piknometer), bersama-sama ditimbang beratnya = P gram.
Piknometer penuh air dimasukkan mineral kemudian ditimbang beratnya = q
gram. Berat air yang tumpah : (P – q) gram. Berat jenis mineral :
S = G
(P−q) gram/cm3
b) Dengan Gelas Ukur
Mineral ditimbang misalnya mempunyai berat G gram, kemudian mineral
diukur volumenya dengan gelas ukur V cm3.
Berat jenis mineral :
S = GV
gram/cm3
c) Dengan Neraca Air
Mineral diudara ditimbang, misal beratnya G gram, kemudian mineral
ditimbang di dalam air = A gram. Gaya Archimedes, KA = (G – A) gram =
berat air yang dipindahkan oleh mineral tersebut.
Sedangkan volume air yang dipindahkan oleh mineral tersebut adalah :
Volume mineral = ( G – A)
Berat jenis mineral :
S = G
(G−A ) gram/cm3