Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

download Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

of 16

Transcript of Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    1/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Geologi Batuan Granitoid di Indonesia dan Distribusinya

    Alva Kurniawan

    Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

    [email protected]

     Abstraksi

    Batuan granitoid merupakan batuan yang sangat istimewa karena berasosiasi dengan endapan mineral

    logam mulia dan Rare Earth Element (REE). Batuan granitoid tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia

    namun studi inventarisasinya belum banyak dilakukan hingga saat ini. Karya ilmiah ini disusun untuk

    memberikan gambaran tentang geologi dan distribusi batuan granitoid di Indonesia secara umum.

    Berdasarkan hasil kajian batuan granitoid menyebar secara mengelompok di wilayah Indonesia mulai dari

    Sumatra hingga Papua. Secara umum batuan granitoid di wilayah Indonesia berasosiasi dengan

    mineralisasi logam mulia dan logam dasar namun pada beberapa tempat ditemukan asosiasi batuan

     granitoid dengan uranium dan REE.

    Kata kunci: geologi, distribusi, granitoid, Indonesia

    1. 

    Pendahuluan

    B i id k b i i k k b d b i i

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    2/16

    B t it id k b t t i ti k k b d b i i

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    (Pearce, 1996) dengan komposisi kimia yang bervariasi (Raymond, 2002). Batuan granitoid memiliki

    komposisi kimia dengan kadar silika kurang lebih 50 % hingga 70 %, dimana pada suatu tubuh

    pegmatit kadar silika bisa mencapai 100 % (Raymond, 2002). Seiring dengan meningkatnya silika,

    kadar besi, magnesium, dan kalsium menurun, namun kadar potasium meningkat (Raymond, 2002).

    Berdasarkan Gill (2010), komposisi mineral utama batuan granitik adalah mineral kuarsa, alkali

    feldspar, plagioklas, piroksen, hornblende, biotit, muskovit, turmalin. Identifikasi mineral pada

    batuan granitoid pada umumnya mudah dilakukan pada hand specimen karena kristal pada batuan

    mudah dilihat dan dibedakan (Gill, 2010). Batuan graniotid dapat dikelompokkan berdasarkan

    mineralogi, redoks, serta saturasi alumina dan genesis.

    Mengacu pada Gill (2010), batuan granitoid berdasarkan mineraloginya dikelompokkan menjadi

    lima kelompok utama yaitu diorit, tonalit, granodiorit, granit, alkali granit. Diorit merupakan batuan

    granitoid yang memiliki komposisi mineral mafik lebih besar dari mineral felsik, kaya akan Na-

    plagioklas dan hornblend. Tonalit merupakan batuan granitoid yang tersusun oleh mineral Na-

    plagioklas, kuarsa, dan sedikit hidrous mineral. Granodiorit merupakan batuan granitoid yang kaya

    akan kuarsa, Na-plagioklas, dan K-feldspar. Granit merupakan batuan granitoid yang mengandung

    mineral utama kuarsa dan K-feldspar. Alkali Granit merupakan batuan granitoid yang tersusun oleh

    mineral utama kuarsa dan K-feldspar namun mengandung alkali piroksen atau alkali amfibol.

    Isihara (1977) menyatakan bahwa berdasarkan rekasi redoks, granitoid dapat dikelompokkan

    menjadi 2 tipe yaitu magnetite series dan ilmenite series. Magnetite series merupakan granitoid yang

    mengalami oksidasi, sumber magma berasal dari mantel bagian atas, mengandung magnetit yang

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    3/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    riolit, dasit, dan andesit. Batuan granitoid Tipe-M berasosiasi dengan gabbro, batuan thoelitik, serta

    andesit.

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    4/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    menunjukkan bahwa batuan granitoid tergolong dalam Tipe-I. Umur batuan granitoid pada

    kelompok ini adalah 203-5 Ma (Triassic Atas - Pliosen).

      Main Range Granitoid

    Distribusinya pada wilayah Pulau Sumatra bagian tengah dari utara hingga selatan serta

    kepulauan di sebelah timur Pulau Sumatra (Kepulauan Riau, Kepulauan Lingga, dan Bangka-

    Belitung), meliputi Serbadjadi Batolit, Hatapang Pluton, Muarasipongi, Rokan, Siabu, (Clarke

    & Beddoe-Stephens, 1987), Sijunjung, Sungai Isahan, Bukit Batu, Tanjung Binga (Bemmelen,

    1949)-Tanjung Pandang Pluton, Kundur, Klabat, Bangka-Belitung. Granitoid pada kelompok

    batuan ini merupakan biotit-monzogranit. Setting tektonika pembentuk batuan granitoid

    adalah fase setelah tumbukan antar lempeng terjadi. Komposisi kimia granitoid

    menunjukkan Tipe-S dan berasosiasi dengan timah, besi, bauksit (Setijadji, 2011) serta

    tungsten, lantanida, cerium, neodimium (Bemmelen, 1949)., dan Rare Earth Element lain

    (REE). Umur batuan granitoid pada kelompok ini berkisar antara 247 hingga 143 Ma

    (Triassic Bawah – Cretaceus Bawah).

      Eastern Granitoid

    Distribusinya pada sebagian Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan Bangka-Belitung

    meliputi, Sibolga Batolit, Dabo-Singkep, Riau, Bangka-Belitung, Karimun. Batuan granitoid

    pada kelompok ini merupakan biotit dan biotit-hornblend monzogranit. Setting tektonika

    adalah fase setelah tumbukan antar lempeng terjadi. Komposisi kimia granitoid

    menunjukkan Tipe I Umur batuan granitoid pada kelompok ini antara 264 hingga 216 Ma

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    5/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Fragmen Mikrokontinental Australia dan Zona-Subduksi Jawa-Meratus (Katili, 1975; Rosana

    dkk., 2006).

      Kelompok Granitoid Jawa Bagian Tengah

    Batuan granitoid terdistribusi pada G. Gajah-Mandelem, G. Wungkal, serta Wedi Ombo.

    Kelompok batuan graniotid meilputi diorit, porfir mikrodiorit, dan mikrodiorit. Batuan porfir

    mikrodiorit bertekstur holokristalin dengan fenokris feldspar. Batuan mikrodiorit bertekstur

    porfiritik dengan mineral plagioklas, piroksen, hornblend, sedangkan batuan diorit

    bertekstur subofitik. Kelompok batuan granitoid di daerah ini memiliki umur Oligosen

    hingga Miosen. Setting tektonika pembentukan batuan granitoid berkaitan fase subduksi

    Jawa pada masa Tersier.

     

    Kelompok Granitoid Jawa Bagian Timur

    Batuan granitoid terdistribusi pada Selogiri, Tirtomoyo, Tempursari, Merubetiri, dan

    Merawan. Batuan granitoid tersusun dari diorit dan granodiorit. Mineral utama penyusun

    batuan adalah kuarsa, plagioklas albit, dan hornblend. Kelompok batuan granitoid ini

    berasosiasi dengan mineralisasi Cu-Au dalam sistem porfiri. Kelompok batuan granitoid di

    daerah ini memiliki umur Oligosen hingga Miosen. Komposisi kimia batuan granitoid

    menunjukkan SiO2 dan MgO yang bervariasi dengan rasio La/Yb dan Zr/Y yang tinggi yang

    menunjukkan sifat batuan yang terbentuk dari magma calc-alkali. Pola unsur jejak

    menunjukkan setting tektonika berupa busur kepulauan (island arc).

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    6/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Karendan, Pesinduk (Moss et al ., 1997); Singkawang, Tawau, (Setijadji, 2011) Sintang (Moss et

    al ., 1997; Cloke et al ., 1999; Setijadji, 2011); Telen (Bemmelen, 1949; Moss et al ., 1997).

      Kompleks Natuna-Sanggau

    Batuan granitoid terdistribusi pada Natuna, Semitau, Ketungau, dan Sanggau. Betuan

    granitoid terdiri atas granit, granodiorite, tonalite dengan mineral utama biotit, amfibol,

    piroksen, serta metaluminous granit. Batuan Granitoid berumur Triassik-Jurasik. Batuan

    granitoid pada kelompok ini berasosiasi dengan mineralisasi emas, logam dasar, merkuri,

    dan uranium. Setting tektnonika pembentuk batuan graniotid adalah pada fase subduksi

    Schwaner di barat daya Kalimantan.

     

    Kompleks Meratus

    Batuan granitoid terdistribusi pada Perbukitan Meratus, Lumo, Purui Dalam, Kintap, dan

    Rimuh. Batuan granitoid terdiri atas batuan granit, granodiorit, diorit yang berumur Karbon

    Atas hingga Cretaceous. Mineral utama pada batuan granitoid adalah ortoklas, kuarsa,

    plagioklas, hornblend, muskovit, biotit, dan andesin (Sikumbang & Heryanto, 1994). Batuan

    Granitoid berumur Triassik-Jurasik. Batuan granitoid pada kelompok ini berasosiasi dengan

    mineralisasi bijih besi. Setting tektonika pembentuk batuan granitoid pada fase subduksi

    Meratus di tenggara Kalimantan.

      Kompleks Pegunungan Schwaner

    Batuan granitoid terdistribusi pada Mensibau, Sepauk, Ketapang, Menyukung, Karendan,

    dan Pesinduk Batuan granitoid meliputi diorit tonalit granodiorit granit Komposisi kimia

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    7/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Obi. Secara umum batuan granitoid di Wilayah Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi tiga

    kelompok yaitu Kompleks Sulawesi Barat dan Utara (Bemmelem, 1949; Suprapto, 2006; Setijadji,

    2011; Maulana et al ., 2012; Maulana et al ., 2013a; Maulana et al ., 2013b), Kompleks

    Mikrokontinen Banggai Sula (Supandjono & Haryono, 1993; Setijadji, 2011), dan Kompleks

    Ternate (Bemmelen, 1949; Apandi & Sudana,1980; Supriatna, 1980; Yasin, 1980; Prihatmoko et

    al ., 2013). 

      Kompleks Sulawesi Barat dan Utara

    Distribusi batuan graniotid meliputi wilayah Emu-Lab, Lalos-Toli, Sony, Parigi, Palu

    Barat, Mamasa, Gorontalo, Poliwali, dan Masamba. Batuan granitoid tersusun dari diorit

    kuarsa, monzonit kuarsa, granodiorit, granit. Komposisi mineral utama batuan granitoid

    pada wilayah ini adalah biotit, hornblend, dan kuarsa. Berdasarkan komposisi kimia dan sifat

    kemagnetan maka batuan granitoid pada wilayah ini dapat dikelompokkan menjadi Ilmenite

    Series pada zona selatan Pulau Sulawesi bagian Barat, Ilmenite dan Magnetite Series pada

    zona tengah Pulau Sulawesi bagian barat, dan Magnetite Series pada zona utara Pulau

    Sulawesi bagian Barat hingga Zona Utara Pulau Sulawesi bagian Timur. Batuan granitoid

    pada wilayah ini menyimpan potensi mineral ekonomis dengan terdapatnya mineralisasi Cu,

    Au, Mo pada sistem profiri dan REE. Batuan granitoid pada wilayah ini berumur Miosen Atas

    hingga Pleistosen. Setting tektonika pembentuk batuan granitoid ini yaitu pada fase subduksi

    Lempeng Tektonik Maluku ke arah barat.

     

    Kompleks Mikrokontinen Banggai Sula

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    8/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    (Pownall et al ., 2013; Setijadji, 2011); Seram (Latimor-Kaibobo-Kobipoto, Motianai, Tanusa),

    Buru, Kasiui, Tioor, Kai (Pownall et al ., 2013). Batuan granitoid pada wilayah tersebut berumur

    Karbon Atas hingga Triasik Atas. Batuan granitoid terdiri atas hornblend-diorit granodiorit,

    granit, prehnite-leucogranite, cordierit-granit, Ambonite Granit (peraluminous, mengandung

    cordierit, silimanite xenolith, dan garnet xenocryst). Mineral utama penyusun batuan granitoid

    antara lain kuarsa, plagioklas, K-feldspar, biotit dan muskovit. Terdapat mineralisasi Au-Ag pada

    host rock batuan metamorf di Pulau Buru (Idrus et al ., 2013), yang mungkin berasosiasi dengan

    batuan granitoid. Setting tektonika yang menyebabkan batuan granitoid tersingkap adalah pada

    fase Slab Roll Back dari Slab Laut Banda.

    g. 

    Wilayah Papua dan Sekitarnya

    Batuan granitoid pada wilayah ini terdapat pada dua kompleks wilayah. Kompleks yang

    pertama ada Kompleks Kepala Burung (Setijadji, 2011; Syaeful et al ., 2013), dan Papuan Fold Belt

    (Garwin, 2013; Kamaruddin et al ., 2013).

     

    Kepala Burung

    Batuan granioid di wilayah ini terdistribusi pada Siwi Atas, Arfak, dan Nabire Timur.

    Batuan granioid meliputi diorit, granodiorit, dan granit. Graniotid pada wilayah ini

    merupakan granitoid Tipe-S. Mineral utama penyusun batuan granitoid adalah muskovit,

    biotit, granet, cordierit, cassiterit. Mineralisasi uranium pada wilayah ini berasosiasi dengan

    keterdapatan batuan granitoid. Batuan granitoid pada wilayah ini berumur Permian hingga

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    9/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Terima kasih kepada Dr. Lucas Donny Setijadji atas bantuan data dan sumber referensi dari

    penelitian-penelitian sebelumnya yang memberikan kontribusi besar dalam penyusunan karya

    ilmiah ini. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk melengkapi penelitian ini, menyempurnakan, atau

    bahkan menyanggah apa yang ditulis pada karya ilmiah ini.

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    10/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Daftar Pustaka

    Abidin, H. Z. (1998).The Tectonic History and mineral Deposit of the East Central kalimantan Volcanic

    Belt, Indonesia: A Comparative Study of The Kelian, Muyup, and Masupa Ria Gold Deposit.

    Doctoral Thesis. Adelaide: University of Adelaide.

    Apandi, T., & D. Sudana. (1980). Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara, Skala 1:250.000.

    Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Barber, A. J., & M. J. Crow, J. S. Milsom. (2005). Geological Society Memoirs No. 31, Sumatra: Geology,

    Resources, and Tectonic Evolution. London: Geological Society of London.

    Bemmelen, R. W. V. (1949). The Geology of Indonesia, Vol IA, General Geology of Indonesia and Adjacent

     Archipelagoes. The Hague: Martinus Njhoff.

    Best, M. G. (2003). Igneous and Metamorphic Petrology, 2nd  Edition. Oxford: Blackwell Publishing.

    Budhitrisna. (1986). Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa Barat, Skala 1:100.000. Bandung: Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Chappell, B. W., & A. J. R. White. (2001). Two Contrasting Granite Types: 25 Later.  Australian Journal

    of Earth Sciences, 48, pp. 489-499.

    Clarke, M. C. G., & B. Beddoe-Stephens. (1987). Geochemistry, Mineralogy and Plate Tectonic Setting

    of a Late Cretaceous Sn-W Granite from Sumatra, Indonesia. Mineralogical Magazine, Vol. 51,

    pp. 371-87.

    Clements, B., & R. Hall. (2007). Cretaceous to late Miocene Stratigraphic and Tectonic Evolution of

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    11/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Harris, R. (2006). Rise and Fall of The Eastern Great Indonesian Arc Recorded by The Assembly,

    Dispersion, and Accretion of The Banda Terrane, Timor. Gondwana Research, 10, pp. 207-231.

    Hartono, G., & S. Bronto. (2007). Asal-Usul Pembentukan Gunung Batur di Daerah Wediombo,

    Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2/3, hal.143-158.

    Hartono, U., & I. Syafri, R. Ardiansyah. (2008). The Origin of Cihara Granodiorite from South Banten.

     Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3/2, pp. 107-116.

    Hidayat, S., & Amiruddin, D. Satrianas. (1995). Peta Geologi Lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan,

    Skala 1:250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Hutchison, C. S. (1989). Geological Evolution of South-East Asia. Oxford Monograph on Geology and

    Geophysics, No. 13, pp. 368.

    Hutchison, C. S. (2012). Tectonic Evolution of Southeast Asia, Keynote Paper . Kuala Lumpur: University

    of Malaya.

    Idrus, A., & S. Prihatmoko, Ernowo, Franklin. (2013). Update of Metamorphic Rock-Hosted Gold

    Mineralization in Buru Island, Moluccas Province. Proceedings of Papua & Maluku Resources,

    MGEI Annual Convention, pp. 89-98.

    Ishihara, S. (1977). The The Magnetite Series and Ilmenite Series Granitic Rocks. Mining Geology , 27,

    pp. 293-305.

    Kamaruddin, H., & R. Ardiansyah, Hartono. (2013). Porphyry Mineralization Signatures at Atlantis

    Area, Pegunungan Bintang, Papua. Proceedings of Papua & Maluku Resources, MGEI Annual

    Convention, pp. 247-252.

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    12/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Nila, E. S., & E. Rustandi, R. Heryanto. (1995). Peta Geologi Lembar Palangkaraya, Kalimantan, Skala

    1:250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Noya, Y., & G. Burhan, S. Koesoemadinata, S. A. Mangga. (1997). Peta Geologi Lembar Alor dan Wetar

    Barat, Nusa Tenggara, Skala 1:250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Pearce, J. (1996). Sources and Setting of Granitic Rocks. Episodes, Vol. 19/4, pp. 120-125.

    Pownall, J. M., & R. Hall, M. Watkinson. (2013). Extreme Extension Across Seram and Ambon, Eastern

    indoneisa: Evidence for Banda Slab Rollback. Solid Earth, 4, pp. 277-314.

    Prihatmoko, S., & H. Lubis, E. Suherman. (2013). Mineral Distric of Bacan Island, North Maluku:

    Geology and Gold-Copper Exploration Status. Proceedings of Papua & Maluku Resources, MGEI

     Annual Convention, pp. 65-88.

    Rahardjo, W., & Sukandarrumidi, H. M. D. Rosidi. (1995). Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Skala

    1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Rangin, C., & E., Silver. (1990). Geological Setting of the Ocean Drilling Program. Proceedings of the

    Ocean Drilling Program, initial report, Vol. 124, pp. 35-42.

    Ratman, N., & A. Yasin. (1978). Peta Geologi Lembar Komodo, Nusa Tenggara, Skala 1:250.000.

    Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Raymond, L. A. (2002). The Study of Igneous, Sedimentary, and Metamorphic Rocks, 2nd  Edition. New

    York: McGraw-Hill.

    Rosana, M. F., & U. Mardiana, I. Syafri, N. Sulaksana, I. Haryanto. (2006). Geologi Kawasan Ciletuh,

    Sukabumi: Karakteristik, Keunikan, dan Implikasinya. Lokakarya Penelitian Unggulan dan

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    13/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    Supriatna, S., & A. Sudradjat, H. Z. Abidin. (1995). Peta Geologi Lembar Muaratewe, Kalimantan, Skala

    1:250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Suwarna, N., & S. Santosa, S. Koesoemadinata. (1989). Peta Geologi Lembar Enda, Nusa Tenggara

    Timur, Skala 1:250.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Syaeful, H., & I. G. Sukadana, A. Sumaryanto. (2013). Geological Setting and Geochemical Approach for

    Uranium Exploration in Papua. Proceedings of Papua & Maluku Resources, MGEI Annual

    Convention, pp. 159-170.

    Warmada, I. W., & M. T. Soe, J. Sinomiya, L. D. Setijadji, A. Imai, K. Watanabe. (2006). Petrology and

    Geochemistry of Intrusive Rocks from Selogiri Area, Central Java, Indonesia. Collaborative

    Research Project of Gadjah Mada University and Kyushu University , AUN/SEED-Net/JICA, pp. 1-8.

    Winter, J. D. (2001). An Introduction to Ignous and Metamorphic Petrology . New Jersey: Prentice Hall.

    Yasin, A. (1980). Peta Geologi Lembar Bacan, Maluku Utara, Skala 1:250.000 . Bandung: Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Zaw, K. L., & L. D. Setijadji, I. W. Warmada, K. Watanabe. (2011). Petrogenetic Interpretation of

    Granitoid Rocks Using Multicationic Parameters in the Sanggau Area, Kalimantan Island,

    Indonesia. J. SE Asian Appl. Geol., Vol. 3(1), pp. 45-53.

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    14/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    14 | P a g e  

    LAMPIRAN 1 – RANGKUMAN BATUAN GRANITOID DI WILAYAH INDONESIA

    Kelompok Batuan

    Graniotid

    Granitod Wilayah Sumatra dan Sekitarnya Granitod Wilayah Jawa dan Sekitarnya

    Granitoid BandaVolcanic Arc

    Granitoid

    Main Range

    GranitoidEastern Granitoid Jawa Bagian Barat

    Jawa Bagian

    Tengah

    Jawa Bagian

    Timur

    Lokasi

    Pulau Sumatra

    bagian barat yang

    berdekatan pada

    Zona PatahanSumatra

    Pulau Sumatra

    bagian tengah

    dari utara hingga

    selatan,kepulauan di

    sebelah timur

    Pulau Sumatra

    Sebagian Pulau

    Sumatra dan

    Kepulauan Riau-

    Bangka-Belitung

    Pulau Jawa

    Bagian Barat,

    mencakup zona

    tengah hinggaselatan

    Pulau Jawa

    Bagian Tengah,

    mencakup zona

    tengah hinggaselatan

    Pulau Jawa

    Bagian Timur,

    mencakup zona

    selatan

    Kepulauan Banda,

    Pulau Seram

    hingga Pulau Kai

    Anggota

    Kelompok Batuan

    Granitoid

    Diorit, tonalit,granodiorit,

    monzogranit

    Monzogranit Monzogranit Diorit,mikrodiorit,

    diorit kuarsa

    porfiri, granit,granodiorit

    Diorit, porfir-mikrodiorit,

    mikrodiorit

    Diorit dangranodiorit

    Granodiorit,granit,

    leucogranite,

    Mineralogi Utama

    Granitoid

    Biotit, horblend Biotit Biotit, horblend Biotit, epidot,

    amfibol, kuarsa,dan feldspar

    Plagioklas,

    piroksen,hornblend

    Kuarsa, plagioklas

    albit, danhornblend

    Hornblend, cor-

    dierite,am-bonite,phrehnite

    Geokimia

    Granitoid Tipe-I Granitoid Tipe-S Granitoid Tipe-I

    - -

    SiO2 dan MgO

    bervariasi, rasio

    La/Yb dan Zr/Y

    tinggi

    -

    Setting TektonikaBusur Vulkanis Fase Pasca-Kolisi

    -Fase Kolisi Fase Subduksi Busur Vulkanis Fase Slab Roll

    Back

    Umur Batuan

    Triassic Atas -

    Pliosen

    Triassic Bawah – 

    Cretaceus Bawah

    Permian Atas -

    Jurassic Atas

    Cretaceous

    hingga Miosen

    Oligosen hingga

    Miosen

    Oligosen hingga

    Miosen

    Karbon Atas

    hingga Triasik

    Atas

    Asosiasi Mineral

    Ekonomis-

    Timah, besi,

    bauksit, tungsten,

    REE

    -

    Kalkopirit,

    spalerit, dan

    galenit

    -

    Sistem porfiri Cu-

    Au

    Au-Ag pada host

    rock batuan

    metamorf

    Referensi

    Bemmelen, 1949; Barber et al ., 2005; Setijadji, 2011; Clarke

    & Beddoe-Stephens, 1987

    Bemmelen, 1949; Supriatna dkk., 1992; Budhitrisna, 1986;

    Clements & Hall, 2007; Sujatmiko & Santosa, 1992; Hartono

    et al ., 2008; Djuri dkk., 1996; Wartono dkk., 1995; Hartono

    & Bronto, 2007; Warmada, et al ., 2006; Setijadji, 2009;

    Katili, 1975; Rosana dkk., 2006

    Pownall et al .,

    2013; Setijadji,

    2011; Idrus et al .,

    2013; Bemmelen,

    1949

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    15/16

  • 8/19/2019 Geologi Batuan Granitoid Di Indonesia Da

    16/16

    Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol 1/E-3

    16 | P a g e  

    Kelompok Batuan

    GraniotidGranitoid Sunda Kecil

    Granitoid Papua

    Kepala Burung Papuan Fold Belt

    LokasiPulau Sumbawa bagian Timur ke arah timur hingga Pulau

    Timor

    Siwi Atas, Arfak, dan Nabire Timur idenburg, Grasberg, dan sekitarnya

    Anggota

    Kelompok Batuan

    Granitoid

    Granit, tonalit-trakit, granodiorit, diorit kuarsa, diorit Diorit, granodiorit, dan granit Diorite dan monzonit

    Mineralogi UtamaGranitoid

    Kuarsa, hornblend, albit, augit, plagioklas, andesin, piroksen Muskovit, biotit, granet, cordierit,cassiterit

    Andesine

    Geokimia - Granitoid Tipe-S K-Alkaline Granitoid

    Setting Tektonika Fase Subduksi-Fase Kolisi Fase Kolisi Fase Kolisi

    Umur Batuan Paleosen hingga Pliosen Atas Permian hingga Triassik Pliosen Atas

    Asosiasi Mineral

    Ekonomis-

    Uranium Sistem Porfiri Cu-Au dan Skarn Deposit

    Referensi

    Ratman & Yasin, 1978; Koesoemadinata dkk., 1994;

    Bemmelen, 1949; Suwarna dkk., 1989; Koesoemadinata &

    Soya, 1989; Burhan dkk., 1997; Noya dkk., 1997; Effendi &

    Apandi, 1993; Harris, 2006; Standley & Harris, 2009

    Setijadji, 2011; Syaeful et al ., 2013; Garwin, 2013; Kamaruddin et al ., 2013

    Catatan: tanda (-) digunakan penulis untuk menyatakan bahwa penulis tidak memiliki data