GENERASI QURANI

12
GENERASI QURANI Umay M. Dja’far Shiddeiq Kata genersi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia beraarti, turunan, angkatan, atau sekelompok orang yang mengalami hidup dalam masa yang sama, sekelompok masyarakat yang mengalami sejarah pada zaman yang sama. Sedangkan kata “Qur-ani” diambil dari kitab al-Quran yakni kumpulan wahyu Allah kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril, yang disusun dalam mushhaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke genarasi berikutnya, dan berpahala bagi yang membacanya. Merupakan kitab suci umat Islam, berisi petunjuk-petunjuk Allah untuk mereka dan dijadikan ajaran pokok dalam hidup beragama mereka, serta diyakini akan mengahntarkan kepada kebehagiaan dunia dan akhirat. Jadi “Generasi Qur-ani” adalah generasi yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, mereka meyakini kebenaran al-Quran, memba canya dengan benar dan baik, memahaminya dengan benar dan baik serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada. Membina, berarti membentuk, membangun setahap demi setahap sehing ga sampai kepada bentuk ideal yang dicita-citakan pembinanya, jika yang dibentuk atau dibina itu generasi yang akan dating maka yang membinanya adalah generasi kini dan sekarang. Sejak al-Quran turun umat Islam telah dipesankan agar menyiapkan generasi dan keturunan yang kuat, dengan cara bertakwa kepada Allah dan berkata lurus atau jujur, firman Allah:

description

islam

Transcript of GENERASI QURANI

Page 1: GENERASI QURANI

GENERASI QURANI

Umay M. Dja’far Shiddeiq

Kata genersi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia beraarti, turunan, angkatan, atau sekelompok orang yang mengalami hidup dalam masa yang sama, sekelompok masyarakat yang mengalami sejarah pada zaman yang sama. Sedangkan kata “Qur-ani” diambil dari kitab al-Quran yakni kumpulan wahyu Allah kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril, yang disusun dalam mushhaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke genarasi berikutnya, dan berpahala bagi yang membacanya. Merupakan kitab suci umat Islam, berisi petunjuk-petunjuk Allah untuk mereka dan dijadikan ajaran pokok dalam hidup beragama mereka, serta diyakini akan mengahntarkan kepada kebehagiaan dunia dan akhirat.

Jadi “Generasi Qur-ani” adalah generasi yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, mereka meyakini kebenaran al-Quran, memba canya dengan benar dan baik, memahaminya dengan benar dan baik serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada.

Membina, berarti membentuk, membangun setahap demi setahap sehing ga sampai kepada bentuk ideal yang dicita-citakan pembinanya, jika yang dibentuk atau dibina itu generasi yang akan dating maka yang membinanya adalah generasi kini dan sekarang.

Sejak al-Quran turun umat Islam telah dipesankan agar menyiapkan generasi dan keturunan yang kuat, dengan cara bertakwa kepada Allah dan berkata lurus atau jujur, firman Allah:

Dan hendaklah orang-orang merasa takut seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar lagi tepat (QS. 4: 9).

Pesan ayat di atas ditujukan kepada setiap orang hendaklah memperha tikan generasi mendatang jangan sampai sepeninggal dia (orang tuanya) mereka lemah imannya, lemah ilmunya, dan lemah ekonominya, dengan cara bertaqwa mnunaikan segala perintah agama dan menghindarkan segala larangannya, semata untuk kesejahteraan yang menjalaninya, dan hendaklah

Page 2: GENERASI QURANI

mengajarkannya kepada generasi muda (keturunan) dengan perkataan yang benar dan tepat sasaran.

Kata Qawlan Sadidan menurut Ibnu Faris adalah meruntuhkan sesuatu lalu memperbaikinya kembali pada saat yang sama, dengan demikian dapat dipahami bahwa perkataan itu bukan sekedar benar atau jujur tetapi juga konstruktif (membangun) tidak destruktif, kebenaran yang dikatakan bukan sekedar sampai, tetapi menghasilkan perbaikan bagi yang dituju, tidak justru menyinggung perasaan dan berakibat hubungan antar personalnya rusak karenanya. Demikian cara Al-Quran mengajarkan umat dalam mengajar generasi mendatang, bertaqwa dulu agar menjadi teladan bagi yang diajar, sehingga tidak mengajari orang baik sementara dia sendiri tidak melaksanakannya, yang diancam murka Allah yang besar (QS. 61: 2-3), lalu ajarkanlah kebenaran itu dengan tepat sasaran.

Di sisi lain Allah juga berpesan kepada orang-orang yang beriman agar tidak mengkhiyaniti Allah, firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhiyanati Allah dan Rasul, dan janganlah kamu mengkhiyanati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kamu, sedang kamu mengetahui, dan ketahuilah, bahwa harta kamu dan anak-anak kamu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar (QS. 8: 27-28).

Orang beriman dilarang Allah mengkhiyanti Allah yakni mengurangi sedikit pun hak Allah, sehingga kufur dan tidak mensyukuri ni’mat, jangan pula mengkhiyanati Rasul saw. dengan tidak memperkenankan seruannya, dan terakhir jangan mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kamu oleh siapa pun, baik keluarga, orang lain, orang muslim atau pun non-muslim.

Sesudah Allah mengingatkan jangan sampai orang yang beriman mengkhianati amanat , lalu mengingatkan bahwa harta dan anak-anak itu adalah cobaan yang boleh jadi menyebabkan mengkhianati amanat, menyebabkan manusia kufur ni’mat atau mengabaikan seruan Rasul saw., atau karena ketamakan terhadap harta mengkhianati harta tidak disampaikan kepada yang berhak menerimanya, atau karena sayangnya kepada anak berlaku tidak jujur atau curang. Namun

Page 3: GENERASI QURANI

sebaliknya jika manusia dapat memelihara amanat-amanat itu termasuk mengurus harta dan anak-anak, di sisi Allah terdapat ganjaran yang sangat besar.

Di antara sekian pelaksanaan amanat terhadap keluarga termasuk anak di dalamnya adalah mengajak, menyuruh mereka menunaikan shalat. Firman Allah:

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersungguh-sungguhlah bersabar atasnya, Kami tidak minta kepada rezeki, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu, dan kesudahan adalah bagi ketaqwaan (QS. 20 (thaha): 132).

Shalat sebagaimana kita maklum sebagai tiang agama, siapa yang menu naikannya berarti dia telah menegakkan agama dan yang meninggalkannya berarti merobohkan agama, demikian sabda Nabi saw. Shalat ini pula pembeda anatara muslim dan kafir, dalam sabda Nabi yang lain. Shalat kewajibannya terus berlangsung kepada orang mukallaf, selama hayat dan akal dikandung badan, kewajiban melaksanakannya dalam segala situasi dan kondisi, sedang sakit wajib shalat sakit, sedang bepergian wajib shalat safar, sedang di atas kendaraan ada shalat rukban, bahkan ketika perang di mana nyawa sebagai taruhannya, shalat tetap wajib yang disebut shalat khawf. Shalatlah kelak yang menjadi pertanyaan pertama di hari qiyamat, dan jika shalatnya baik maka akan baik pula perhitungana amal-amal lainnya, sebaliknya jika shalatnya buruk maka akan buruk pula perhitungan amal-amal lainnya. Demikian sabda Nabi saw.

Sesudah kita melakukan shalat, juga harus diserukan dan diajakkan kepada keluarga, serta harus benyak bersabar dalam mengajak dan menyuruh shalat keluarga itu, dan sampaikan kepada mereka bahwa perintah shalat itu bukan dari kita, melainkan dari Allah yang memberi rezeki, shalat juga bukan untuk kepentingan Allah karena Allah tidak membutuhkan apa-apa dari hamba-Nya, seluruh manfaat shalat atau akibat tidak shalat sepenuhnya akan kembali kepada masing-masing hamba yang bersangkutan, dan ganjaran itu akan diterima sesudah alam dunia ini dilaluinya, yakni di akhirat, di mana di sana kebahagian hanya diperuntukan untuk orang yang bertaqwa, sedangkan ciri utama orang yang bertaqwa adalah shalat.

Bersamaan dengan itu orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dengan al-Quran , mengenalkannya kepada mereka bahwa bukti rahmat-Nya yang paling besar Dia menurunkan

Page 4: GENERASI QURANI

wahyu dan menjaganya hingga hari qiyamat, Dia mengutus nabi-Nya yang terakhir untuk menuntun umat ke jalan ridha-Nya.

Beriman kepada al-Quran meliputi: 1. meyakini bahwa al-Quran itu benar dari Allah. 2. Membacanya dengan benar dan baik. 3. Memperlajarinya dengan benar dan baik, dan 4. Mengamalkan isi kandungannya dalam seluruh kehidupan. Beriman kepada Nabi saw. Adalah maykini kerasulannya, memperlajarai sunnah-sunnahnya, kemudian diamalkan sehingga dia menjadi tauladan hidup.

Itulah generasi Quran yang menjadi tanggung jawab generasi pendahulunya, seperti keberagamaan kita sekarang sesungguhnya adalah produk Pembina an generasi orang tua kita sebelumnya.

Wa Allahu a’lam

Page 5: GENERASI QURANI

Membentuk Generasi Qur’ani

BY PERSIS_RIAU 23 JANUARY, 2013

Abdul malik el-Hamidy – Memprihatinkan! Inilah bahasa yang tepat ketika kita melihat generasi saat ini. Sebagian di antara mereka telah jauh dari kepribadian yang diharapkan kita dan juga Islam. Kita sering menyaksikan dari berbagai media. Bahkan dengan mata kepala kita sendiri, tawuran antar pelajar, perkelahian, penggunaan obat-obat terlarang, hubungan mesum antar muda-mudi dan sebagainya. Lalu, apa yang mesti kita lakukan? Pembentukan generasi Qur ’ani. Inilah yang harus kita usahakan sejak dini kepada generasi kita. Apa dan siapa yang dimaksud dengan generasi Qur ’ani itu? Generasi Qur’ani, adalah generasi yang dalam sikap, ucapan dan tindakannya selalu ber-dasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran. Maka, pada kes-empatan ini, kita akan membahas ciri-ciri dari generasi Qur’ani itu. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) ciri pokok yang terdapat dalam kepribadian generasi Qur’ani, dan ini berarti ciri-ciri ini harus ada dalam diri kita masing-masing.

Pertama, Selalu merasa dekat dengan Allah. Orang yang merasa dekat dengan Allah, ia akan senantiasa merasa diawasi Allah yang membuat ia tidak berani menyimpang dari jalan-Nya. Ciri ini menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan demikian,seseorang tidak akan berani melakukan penyimpangan dari jalan Allah meskipun

hanya seorang diri. Karena begitu penting memiliki perasaan dekat kepada Allah, maka ada perintah Allah kepada kita untuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada-Nya.

Seluruh peribadatan dalam Islam sebenarnya telah mendidik kita untuk selalu dekat dengan Allah. Misalnya kalau kita mau shalat, maka kita harus berwudhu’ terlebih dahulu meskipun tidak ada orang yang mengawasinya. Karena kita merasa dalam pengawasan Allah secara langsung, begitu juga dengan puasa, zakat dan haji. Al-Quran memang telah menegaskan kepada kita bahwa Allah itu dekat yang mengetahui apapun perbuatan manusia, termasuk pembicaraan mereka yang rahasia sekalipun. Allah berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku ber-tanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. (QS. Al-Baqarah [2]: 186)

Page 6: GENERASI QURANI

Di dalam ayat lain Allah menyatakan:

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada “(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pem-bicaraan antara jumlah yang kurangdari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada ber-sama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 7)

Dengan selalu merasa diawasi oleh Allah,maka generasi Qur ’ani itu akan selalu mau terikat kepada nilai-nilai yang datang dari-Nya, baik dikala sunyi maupun ramai, saat senang mau-pun susah dan begitulah seterusnya.

Kedua, memiliki hubungan yang dekat dengan manusia (hablum minannas). Ciri kedua ini yang terdapat dalam generasi Qur’ani. Memiliki hubungan yang dekat dengan sesama manusia, khususnya dengan sesama muslim sehingga disamping mantap dalam hablum-minallah (hubungan dengan Allah) seba-gaimana sudah dijelaskan di atas, mantap juga dalam hablum-minannas (hubungan dengan sesama manusia). Sehingga dia terhindar dari kehinaan di dunia ini.

Allah berfirman:

“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS. Ali Imran [3]: 112)

Dengan terjalinnya hubungan yang baik terhadap sesama manusia, maka generasi Qur ’ani akan terus berusaha untuk menjalin kerjasama dalam menegakkan nilai-nilai kebaikan dan ketakwaan dan Allah I telah menyatakan amat mencintai siapa saja yang berjuang di jalan-Nya dengan ker-asama yang baik. Allah berfirman:

Page 7: GENERASI QURANI

“Sesungguhnya Allah mencntai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaf [61]: 4)

Dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan sesama manu-sia, maka sebagai generasi Qur ’ani semakin terasa tugasnya dalam hidup ini, yakni adanya tanggung jawab dalam pembinaan manusia, hal itukarena dalam interaksi mereka akan dida-pati adanya sejumlah kekurangan yang harus diatasi dengan program pembinaan masyarakat yang dihadapinya.

Ketiga, Memiliki akhlak mulia. Dengan akhlak yang mulia ini, seseorang tidak hanya termasuk pribadi yang meneladani Nabi dalam pembentukan pribadinya, tapi juga bisa menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya dalam pembentukan pribadi mereka, dan ini merupakan ses-uatu yang amat penting, karena dirasakan oleh masyarakat kita adanya krisis keteladanan dalam soal yang baik.

Krisis akhlak memang menghantui kehidupan masyarakat kita sekarang ini sehingga dimana-mana terjadi berbagai kasus yang menggambarnya rusaknya akhlak dan rendahnya moralitas masyarakat kita. Perzinahan, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, penco-petan, penggunaan alat-alat terlarang, perjudian, korupsi, kolusi, memi-num-minuman keras dan sebagainya merupakan diantara peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang menunjukkan akhlak yang rusak.

Dengan adanya generasi Qur ’ani yang berakhlak mulia merupakan sesuatu yang amat didambakan oleh masyarakat dalam upaya menyelamatkan ke-hidupan masyarakat itu sendiri dari kehancuran dan tidak memiliki masa depan yangcerah. Begitu pentingnya akhlak dalam kehidupan, maka Rasulullah r sengaja diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak manusia yang rusak dan rendah,

Rasulullah r bersabda: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain dan tidak bukan, kecuali untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Baihaqi)

Page 8: GENERASI QURANI

Akhirnya upaya melahirkan generasi Qur ani melalui kaderisasi merupakan sesuatu yang amat mendesak. Bila tidak, maka kita khawatir kalau dari waktu ke waktu yang muncul justru kader-kader keblinger yang jauh dari nilai-nilai Qur ’ani. Bahkan aktivitas mereka justru menyebarkan virus kemaksiatan di muka bumi ini.

Karakteristik Generasi Qur’ani yang Istimewa:

1. Sumber rujukan utama generasi pertama itu adalah Al Quran.

Rasulullah dan para sahabat kala itu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan ketika Aisyah r.a. ditanya mengenai akhlak Rasulullah, ia menjawab:

“Akhlaq beliau adalah Al Qur’an.” [Hadits diriwayatkan oleh An Nasai]

Alqur’an dijadikan sebagai alat bedah untuk membedah segala macam permasalahan yang terjadi kala itu. Bahkan Abu Bakar pernah berkata : kalau seandainya aku mencari tali kudaku, niscaya akan kutemukan dengan Al-Qur’an.

Begitulah, kuatnya pemahaman para sahabat terhadap Al-Qur’an sehingga hidupnya menjadi lebih tertata dengan pedoman Al-Qur’an. Namun saat ini, justru ada sebagian dari umat islam Indonesia yang berpikiran sekuler dan liberal, ia tidak menjadikan Al-Qyr’an sebagai rujukan utama, bahkan karya-karya ilmuwan barat yang dijadikan pedoman.

Pisau bedah yang mereka gunakan adalah karya-karya ilmuab barat, lalu yang dibedah adalah Al-Qur’an. Sehingga mereka memahami isi Al-Qur’an berdasarkan pemahaman ilmuwan barat. Semestinya, kita sebagai umat islam harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pisau bedah untuk kemudian kita gunakan dalam memahami ilmu-ilmu dari barata, sehingga bila ada yang bertentangan dengan aturan Al-Qur’an, harus kita tolak

2. Mempelajari Al Qur’an untuk dilaksanakan dan diamalkan isinya.

Page 9: GENERASI QURANI

Al-Qur’an tidak hanya sebagai hiasan di depan ruang tamu, atau dibaca hanya ketika ada sanak famili yang meninggal. Tidak hanya sekedar membaca, tapi lebih dari itu, kita berkewajiban juga untuk mentadabburi isi dan makna apa yang kita baca. Sehingga Al-Qur’an bias dijadikan sebuah pemicu energi yang sangat besar yang mampu mengubah kehidupan seorang pribadi muslim, bahkan lebih dari itu, peradaban dunia yang begitu menakjubkan awal abad ke-10 M, juga diawali dengan memahami Al-Qur’an secara komprehensif.

3. Melepaskan seluruh masa lalu kejahiliahannya.

Ketika para sahabat mulai masuk islam dan mulai memahami isi Al-Qur’an mereka melepaskan segala kebiasaan burukya di masa jahiliyah. Karena mereka merasa ada sebuah energi baru yang mereka dapatkan dalam islam, yaitu Al-Qur’an. Kita tentu ingat pada kisah perjalan Umar bin Khattab dalam memeluk islam. Pada masa kejahiliyahannya ia dikenal sebagai penentang Rasul yang paling keras, bahkan ia berniat untuk membunuh Rasulullah. Namun ketika ia mulai mengenal islam dan memahami kandungan Al-Qur’an, kondisinya berubah total. Justru ia menjadi pembela islam yang utama yang menjadi garda terdepan pasukan kaum muslimin.

Itulah 3 karakteristik generasi Qur’ani yang istimewa. Mari kembali me-recharge iman kita, menambah semangat untuk semakin rajin membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah peta perjalanan hidup kita. Peta untuk menuju kesiuksesan dalam melewati perjalanan penuh rintangan dan peta untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan, yaitu Surga-Nya yang abadi.