Generasi muda yang membangun

3
GENERASI MUDA YANG MEMBANGUN Pagi yang menyongsong, udara yang sejuk terasa membuat hatiku melayang pasti tanpa arah tujuan. Ini hidup yang berada di dunia fana. Apa yang harus kulakukan adalah jalan hidup. Hidup yang penuh liku aku lalui demi terangkatnya derajat yang tinggi masa depanku. Aku seorang anak petani kecik dari desa Selomaju. Namaku Herman. Anak dari pak Suharno seorang petani yang sangat bergantung pada tanah miliknya untuk makan dan hidup. Hari hari makanan yang kumakan ada ketela pohon yang ditaman dikebunku. Ini adalah makanan keseharianku. Hidup yang sederhana yang kujalani bagai burung lepas dari sangkar. Dengan penuh keyalian semanagt dalam dadaku untuk maju dan bersatu padu. Semangat pantang menyerah demi masa depan cerah. Hari yang semakin menunjukkan jam 09.00. Aku bersama kawanku Ucok akan melakukan sebuah kegiatan kecil. Aku pergi menuju ke rumahnya. Dengan sepeda kesayanganku aku menuju kerumahnya. Desingan rantai yang terdengar dari sepeda seakan menambah merdu burung burung berkicauan. “Dalam batin inikah kesenangan ...?”. Terlepas sejenak aku sampai di rumah kawanku Ucok. Sedikit lega aku ternyata Ucok telah menunggu sejak tadi. Kami naik sepeda ontel bisa dengan berboncengan kami berdua. Kami segera menuju ke tempat biasa kami nongkrong. Disana aku dan Ucok akan bersiap untuk melakukan sebuah aktivitas untuk membuat sebuah alat teknologi yang dapat mengembangkan desa kearah yang lebih maju. Dengan ilmu yang ia dapatkan waktu masih duduk di bangku SMK. Ia mencoba terapkan ilmu terseut untuk pengembangan desanya. Mulai ia berfikir dengan sikap yang sedikit gila, ia mencoba untuk memikirkan ilmu tersebut. Dalam pengenalan yang pertama ia mengalami kegagalan yang membuat hampir putus asa. Tapi semangat muda yang pasti. Membuat ia terus maju dan berkembang. Ucok kawannya selalu memberi semangat biarpun gagal harus bangkit lagi. Ia malah bercerita tentang seorang ilmuwan Amerika yang telah gagal berkali kali tapi tak pernah putus asa. Dan selalu berupaya, “bagaimana bisa berhasil ....?”.

Transcript of Generasi muda yang membangun

Page 1: Generasi muda yang membangun

GENERASI MUDA YANG MEMBANGUN

Pagi yang menyongsong, udara yang sejuk terasa membuat hatiku melayang pasti

tanpa arah tujuan. Ini hidup yang berada di dunia fana. Apa yang harus kulakukan adalah

jalan hidup. Hidup yang penuh liku aku lalui demi terangkatnya derajat yang tinggi masa

depanku. Aku seorang anak petani kecik dari desa Selomaju. Namaku Herman. Anak dari

pak Suharno seorang petani yang sangat bergantung pada tanah miliknya untuk makan dan

hidup. Hari – hari makanan yang kumakan ada ketela pohon yang ditaman dikebunku. Ini

adalah makanan keseharianku.

Hidup yang sederhana yang kujalani bagai burung lepas dari sangkar. Dengan penuh

keyalian semanagt dalam dadaku untuk maju dan bersatu padu. Semangat pantang menyerah

demi masa depan cerah.

Hari yang semakin menunjukkan jam 09.00. Aku bersama kawanku Ucok akan

melakukan sebuah kegiatan kecil. Aku pergi menuju ke rumahnya. Dengan sepeda

kesayanganku aku menuju kerumahnya. Desingan rantai yang terdengar dari sepeda seakan

menambah merdu burung – burung berkicauan. “Dalam batin inikah kesenangan ...?”.

Terlepas sejenak aku sampai di rumah kawanku Ucok. Sedikit lega aku ternyata Ucok telah

menunggu sejak tadi. Kami naik sepeda ontel bisa dengan berboncengan kami berdua. Kami

segera menuju ke tempat biasa kami nongkrong. Disana aku dan Ucok akan bersiap untuk

melakukan sebuah aktivitas untuk membuat sebuah alat teknologi yang dapat

mengembangkan desa kearah yang lebih maju.

Dengan ilmu yang ia dapatkan waktu masih duduk di bangku SMK. Ia mencoba terapkan

ilmu terseut untuk pengembangan desanya. Mulai ia berfikir dengan sikap yang sedikit gila,

ia mencoba untuk memikirkan ilmu tersebut.

Dalam pengenalan yang pertama ia mengalami kegagalan yang membuat hampir putus asa.

Tapi semangat muda yang pasti. Membuat ia terus maju dan berkembang. Ucok kawannya

selalu memberi semangat biarpun gagal harus bangkit lagi. Ia malah bercerita tentang

seorang ilmuwan Amerika yang telah gagal berkali – kali tapi tak pernah putus asa. Dan

selalu berupaya,

“bagaimana bisa berhasil....?”.

Page 2: Generasi muda yang membangun

Saat malam yang tak terasa panjang dan suasana sangat sepi senyap dan semilir angin yang

bertiup seakan membuat tubuh ini terasa menggiggil terkena belaian angin malam yang bisa

membuat tubuh menggigil.

Dengan desiran angin tersebut terlintas pikiran akan yang diatas yaitu Allah SWT. Maka akau

segera melakukan sholat tahajud dengan khusyu’nya agar demi kemudahan dalam

menjalankan aktivitasku.

Pagi yang cerah semangat yang berkobar untuk bisa dapat menemukan suatu alat yang dapat

mengatasi semua permasalahan didesaku. Semilir angin pagi dan siulan burung – burung pagi

hari seakan menambah rasa penasaran yang semakin ada dalam benak pikiranku.

Aku segera menemui Ucok sahabatku yang sudah menungguku dari tadi didepan rumahnya.

Seakan hidup terasa lengkap tanpa ada yang menemani sepanjang hariku. Saat itu kucoba

dalam hayalan yang terlintas semalam. Dan kubicarakan dengan Ucok mengenai permasalhan

yang sedang ada di benakku.

Ucok memberiku saran dari pada pusing memikirkan segera kita praktekkan saja. Aku mulai

mencoba dengan apa yang ada di kepalaku. Kubuat bersama kawan kawanku. Semangat yang

membara kutunjukkan dengan apa yang ada dipikiranku. Kujalan pagi hingga sore bergulat

dengan mesin teknik kesukaanku.

Ini jalan aku dapat membangun desaku. Ucok yang terus memberi semangat. Terasa aneh

dalam benakku kulihat hasil yang kuidamakan telah jadi. Maka segera kulakukan percobaan

untuk dapat mengetahui hasilnya. Dengan segera aku mencoba hasilku ini.

Pada saat pertama kucoba, mesin tak mau menyala. Aku juga heran dengan ini padahal sudah

pas aku memasang. Lalu kubongkar lagi untuk mengetahui. Semangat yang kutunjukkan ini

seakan tidak akan padam sedikitpun. Aku yang terus berjuang untuk memajukan desa ini agar

terus berkembang.

Pada hari berikut kucoba lagi penemuanku. Saat kucoba nyalakan mesin hidup dan tapi aneh

semua panel tak dapat digunakan, aku malah bingung yang tadi tak tahu membuat malah

dibuntuti rasa yang putus asa yang mendera.

Dengan segenap jiwa kau mulai melakukan apa yang bisa kulakukan. Hari berikutnya yang

terasa bagiku. “Semangatlah Herman, berikan yang terbaik untuk desa....!”. Itulah yang

Page 3: Generasi muda yang membangun

tergaing ditelingaku saat hampir mau putus asa semangat jiwaku. Saat itu aku mencoba untuk

melakuakn sekali lagi. Ini yang membuatku berfikir keras tentang apa yang kuinginkan.

Pada saat penyeselain akhir. Maka jadilah sebuah alat yang aku harapakan untuk warga desa.

Pada saat mau melakukan percobaan salah satu mesin ada yang mengeluarkan asap. Maka

aku segera memperbaikinya. Setelah aku ganti dengan yang baru. Jadilah alat tersebut. Dan

percobaanpun segera dilakukan.

“ Lalu apa yang terjadi ....?”.

Mesin tersebut akhirnya selesai sudah. Harapan yang besar telah menanti. Para warga saat

aku perkenalkan sebuah alat tersebut. Mereka bersorak – sorai. Dengan gembira mereka

menyambut alat mesin tersebut. Dalam pemikiranku inilah karya dapat dirasakan oleh warga

desaku.

Dengan penemuan terbaru tentang alat bajak sederhana dalam penggunaan disawah dengan

sistem mesin sederhana. Telah berhasil membuat hasil pertanian didesa berkembang maju

bahkan telah mencapai titik tertinggi dalam hal ekonomi. Dan aku mendapatkan sebuah

penghargaan yang tidak tanggung dari pemerintah kota sebagai generasi bangsa yang mampu

membangun desa.

Karya : Hermawan