Gender
description
Transcript of Gender
DHARMA WACANA: GENDER DALAM HINDU
GENDER MENURUT AGAMA HINDU
OM AVIGNAM'STU NAMAH SIDDHAM
OM ANO BHADRAH KRTAVO YANTU VISVATAH
OM SVASTI ASTU
Para pengelingsir yang terhormat,
Umat sedharma yang berbahagia
Sangat berbahagia rasa di hati saya, dimana pada saat ini di berikan kesempatan untuk
bertutur tentang pesan dharma yang berhubungan dengan status GENDER menurut
keyakinan kita di hadapan pengelingsir dan semeton sedharma. Semua ini tentu tidak lepas
dari karunia Hyang Widhi Wasa (Brahman-Tuhan YME) melalui waranugrahaNya dalam
bentuk Keselamatan dan Kesehatan, teristimewa anugrah Kesempatan saat ini. Semoga
pesan-pesan Dharma ini akan menggema atas wara nugrahaNya.
Umat sedharma yang berbahagia,
Dalam kehidupan sosial kita dewasa ini, begitu banyak bermunculan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan masalah Gender. Pada pandangan dan pemahaman umum, kata
atau istilah Gender lebih di artikan sebagai persoalan kaum wanita. Pembahasan masalah
Gender, di anggap sebagai pembahasan sebuah upaya peningkatan PERAN dan HAK dari
WANITA, dengan membuang jauh kemungkinan-kemungkinan penghentian hegemoni laki-
laki dalam bentuk pembenaran berlakunya EGOISME kaum Laki-laki. Berdasarkan
kenyataan-kenyataan kehidupan sosial seperti itulah, maka saya menyampaikan Pesan-pesan
Dharma itu dengan Judul "GENDER MENURUT AGAMA HINDU".
Bila kita berbicara tentang gender, maka secara langsung di kepala kita akan tergambar
segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita. Secara otomatis akan demikian. Oleh
karena itu kita harus mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang di maksud.kan dengan
istilah GENDER itu. Jadi, makna kata gender menurut Kamus Bahasa Indonesia, Gender
berarti JENIS KELAMIN. Ini berhubungan dengan manusia, dalam arti manusia di bagi dan
di bedakan menurut jenis kelaminnya. Dalam bahasa Inggris, secara khusus di sebut dengan
istilah SEX, pengertiannya juga JENIS KELAMIN. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
Manusia menurut jenis kelaminnya di bagi dalam dua (2) kelompok, yaitu Laki-Laki dan
Wanita. Laki-laki dalam bahasa Inggris di sebut MALE dan Wanita sebagai FEMALE, yang
memiliki sifat Maskulin dan Feminim.
Dalam susastra Veda, manusia dalam bahasa Sanskrta di bagi ke dalam LAKI dan
SWANITA, juga Laki-laki di sebut Purusha dan Wanita adalah Pradhana, istilah yang lebih
dalam dan lebih halus lagi, laki-laki adalah Lingga dan Wanita sebagai Yoni. Demikian halus
dan dalamnya VEDA memaknai esensi manusia dalam eksistensinya sebagai laki-laki dan
wanita.
Umat sedharma yang berbahagia,
Di luar sana, pengertian dan pemaknaan atas status gender sebagai laki-laki dan wanita,
sungguh-sungguh menumbuhkan polemik di berbagai lapisan masyarakat. Persoalan gender
mengemuka sebagai perwujudan dari ketimpangan dari rasa keadilan sosial yang berakibat
buruk. Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia ini, setiap manusia dengan dalih
"SUARA LANGIT" , defenisi dan status gender tidaklah horisontal, tetapi menjadi vertikal.
Artinya ada perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan wanita, di mana wanita di beri hak
dan kesempatan setelah kaum laki-laki. Ini terjadi di berbagai aspek sosial. Nah apalagi bila
di hubungkan dengan segala ketentuan ADAT TRADISI yang ada dan anuti oleh setiap
kelompok masyarakat kita. Sebut saja misalnya dalam Adat Istiadat Bali, wanita sebagai
bagian dari Gender manusia, belum mendapat haknya secara seimbang, bahkan cenderung
ada dalam posisi yang memprihatinkan. Misalnya saja dalam hal pendidikan, hak dalam
warisan, dan sebagainya. Dalam tradisi adat Bali, laki-laki sebagai Purusha di anggap
menjadi yang utama, hak meneruskan keturunan, hak penguasaan atas warisan, hak yang
lebih atas usaha pendidikan, dan sebagainya.
Lalu....di mana POSISI WANITA ???. Dalam berbagai tradisi Adat di Negara kita ini, selain
tugas "mengandung anak", "melayani suami", "melayani kebutuhan rumah tangga" dan
kewajiban lain yang berhubungan dengan tugas-tugas suami (Laki-laki), wanita berada pada
sisi yang bersebrangan dengan suami.
Umat sedharma yang berbahagia,
Tradisi dengan Hukum Adatnya telah memunculkan tatanan khusus terhadap apa yang di
masa kini di sebut sebagai Gender. Kita dalam tradisi menganut paham PATRIARKI, artinya
bahwa keturunan dari sebuah perkawinan itu merupakan penerus dari TRAH atau WANGSA
kaum lelaki. Adat tradisi telah menjadi SANGKAR BAJA yang menghalangi pandangan kita
terhadap Tugas Kewajiban dari Wanita, yang sangat Utama dan Mulia.
Tidakkah kita sadar, bahwa HARKAT DAN MARTABAT suatu bangsa sebenarnya sangat
di tentukan oleh WANITA???. Tidakkah kita menyadari, bahwa martabat sebuah rumah
tangga dan keluarga bergantung pada martabat dan kewibawaan wanitanya?.
Mari kita tengok apa yang di suratkan oleh Veda mengenai status gender ini. Apakah sama
dengan apa yang di akui sebagai "Suara Langit" oleh sebagian manusia di bumi, bahwa
wanita berjalan di belakang laki-laki?. Ataukah Veda memiliki "Suara Suci" yang dapat
menjadi Amertha bagi wanita...?.
Umat sedharma yang berbahagia,
Veda, sebagai Kitab Suci Agama Hindu adalah hukum standar yang menjadi rujukan utama
dalam memaknai setiap persoalan. Veda menjadi sumber dari segala sumber hukum manusia,
karena mengandung sifat Rta, yaitu hukum Brahman yang Kekal. Demikian pula yang
berhubungan mengenai Status dan Kedudukan serta tugas bagi Gender manusia.
Di dalam masyarakat Hindu, Gender dalam arti Manusia sebagai Laki-laki dan Wanita
memiliki status yang mulia. Lihat saja penggambaran Dewa-dewa sebagai wujud kekuatan
Supra kosmis, selalu di gambarkan sebagai laki-laki. Demukian halnya Semua bentuk
kekuatan dan kemuliaan selalu di gambarkan sebagai Wanita. Keperkasaan dan Keunggulan
oleh Veda di gambarkan sebagai Laki-laki, sementara Kemuliaan, Keagungan, Kecerdasan,
Kelemah lembutan, keluhuran dan kasih sayang selalu di gambarkan sebagai wanita. Dari
surat-surat wahyu yang tetuang dalam Veda, menggambarkan bahwa Gender dalam
bentuknya yang berbeda pada dasarnya memiliki STATUS yang SETARA.
Coba kita renungi apa yang di suratkan dalam RG VEDA III.53.4.: Jayed astam maghavan
set u yonih, artinya : Ya Sang Hyang Indra, istri sebenarnya adalah wujud rumah itu. Dia
adalah dasar kemakmuran keluarga. Atau kita cermati apa yang di nyatakan dalam YAJUR
VEDA XIX.94.: Patni sukrtam bibharti, artinya : Istri melaksanakan upacara keagamaan, atau
di katakan: Tanpa kehadiran wanita yajna tidak sempurna.
Umat Sedharma yang berbahagia,
Demikian mulia dan luhurnya Veda memberi penghormatan kepada Wanita, dimana dalam
hal ini sehubungan dengan tugas-tugas khusus yang di tanggung oleh wanita. Bila dalam
kehidupan sosial selama ini, wanita di anggap tidak memiliki hak suara terhadap segala
sesuatu yang menyangkut kesejahteraan serta kebahagiaan umum, tetapi Veda kemudian
mengingatkan kita, bahwa wanita memiliki kedudukan dan fungsi yang vital, yang utama.
Dalam masyarakat Hindu, Laki-laki memiliki kebebasan memilih dan melakukan
kewajibannya di luar rumah, sesuai dengan bakat, kemampuan serta kesempatan yang dapat
di raihnya untuk memenuhi kebutuhan dan menghadirkan kesejahteraan serta kebahagiaan
bagi seluruh keluarganya. Jadi kaum laki-laki secara umum telah di terima secara layak untuk
melakukan kegiatan di luar rumah. Sementara wanita melakukan kewajiban mengatur dan
menata keluarganya dengan segala kemampuannya. Pendidikan terhadap anak, dalam hal ini
menjadi tugas khusus bagi wanita. Kesempatan wanita berkumpul sepanjang waktu dengan
bagian-bagian keluarganya, menjadikan wanita sebagai pusat pergaulan. Maka dalam hal ini,
wanita merupakan ujung tombak moralitas keluarga, karenanya kesucian wanita merupakan
kewibawaan bagi dirinya sendiri sekaligus keluarganya secara umum.
Umat sedharma yang berbahagia,
Veda sebagai dasar hukum dalam pengaturan tatanan masyarakat mengedepankan konsep
Varna (Warna), yang membagi manusia berdasarkan bakat dan fungsi. Secara umum konsep
ini tidak membedakan pembagian itu atas dasar Gender atau jenis kelamin. Artinya secara
khusus Konsep Catur Varna tidak menyebutkan bahwa ada pembedaan dalam melaksanakan
hak dan kewajiban dalam bentuknya sebagai BAKAT dan FUNGSI bagi laki-laki dan wanita.
Keduanya memiliki kesempatan yang sama secara seimbang dalam bentuknya yang berbeda.
Ini bukan pembedaan dalam arti "DAHULU dan KEMUDIAN", tetapi penekanannya pada
pembagian fungsi manusia secara utuh.
Demikian pula bagi mereka yang lahir dengan kepribadian ganda (bersifat Netral), umumnya
kita menyebut sebagai "Banci, Tomboy, Bencong, dan lain-lain istilah", Veda secara nyata
memberi kesempatan yang sama terhadapnya dalam interaksi sosial untuk merengkuh
kesempatannya secara luas tanpa batasan yang bersifat khusus. Dalam hal ini Veda tidak
secara spesifik mengatur hal-hal yang bersifat tidak umum seperti itu, sampai pada yang
bersangkutan menyatakan secara formal atas pilihan yang di tentukannya. Kenyataannya
begitu banyak wanita-wanita yang telah mengambil pilihan yang tidak umum, seperti yang
mendedikasikan diri mereka sebagai penyebar dan pelayan Dharma.
Umat sedharma yang berbahagia,
Bhagavan Manu dalam Manava Dharmasastra III.56 menyatakan hukum bagi manusia : Di
mana wanita di hormati, disanalah para Dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak di
hormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala". Demikian tegas Veda
menyuratkan akan keutamaan fungsi atau peran wanita dengan sifat-sifatnya yang khusus.
Kenyataan ini memberi makna bahwa sesungguhnya status dan kedudukan dari Gender
adalah SETARA. Sebagaimana para Wipra (Brahmana ahli) menyatakan hukum (wahyu)
SETARA ini dengan kata Ardhanarisvarya yang bermakna Sesungguhnya manusia terdiri
dari setengah laki-laki dan setengah bagian lainnya di sebelah kiri adalah wanita.
Umat sedharma yang berbahagia,
Tidak cukup alasan dan referensi susastra, yang memberi makna atas Gender sebagai bentuk
pembagian manusia dalam kedudukan yang veryikal. Veda dengan mantram-mantram serta
Sloka-slokanya menyatakan dengan jelas akan kedudukan manusia dengan gendernya. Maka
pembatasan-pembatasan atas hak-hak sebagai bentuk kewajiban dari Wanita merupakan
pengingkaran dari Dharma, di banding sebagai cara perlindungan baginya. Jadi
sesungguhnyalah Veda telah menyatakan kepada kita, bahwa manusia dalam gendernya
masing-masing, memberi kesempatan dan kedudukan yang sama kepada kita sebagai Laki-
laki dan Wanita sesuai dengan fungsinya. Artinya bahwa wanita dengan tugas-tugasnya yang
khusus, selayaknya memiliki kesempatan yang sama di berbagai aspek sosial. Haruslah
mampu kita pahami, misalnya pemberian pendidikan yang SETARA dengan Laki-laki sesuai
dharma baginya, pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan kepada wanita untuk
memberikan pendidika moralitas yang lebih baik kepada anak-anaknya serta keluarganya.
Bila sebaliknya maka akan sangat berpengaruh pada merosotnya moralitas masyarakat secara
umum.
Umatsedharma,
Dalam Veda status manusia berdasarkan gendernya adalah setara. Laki-laki maupun wanita
memiliki kesempatan dan kedudukan yang sama. Laki-laki memiliki kewajiban di luar
rumah, sementara wanita adalah pemimpin di dalam rumahnya. Tidak ada alasan yang legal
bagi keduanya untik saling membatasi dalam pelaksanaan dharmanya masing-masing.
Kesetaraan yang di maksudkan oleh Veda adalah KESETARAAN MUTUALISME, yang
artinya secara spesifik keduanya memiliki hak atas dan di dasarkan dharmanya. Tak ada yang
lebih utama dari salah satunya. Namunpun demikian, kesetaraan dalam hak dan kesempatan
secara sosial, bukanlah sebagai bentuk pembebasan atas hak-hak yang menjadi kewajibanya
yang bersifat khusus. Pengingkaran atas hak wanita sebagaimana di suratkan Veda, lebih
merupakan bentuk pengingkaran atas tugas-tugas mulia yang di tanggungnya, di banding
sebagai bentuk pernyataan untuk perlindungannya. Jadi, selama anak-anak manusia belum
bisa DITURUNKAN LANGSUNG DARI LANGIT, maka selama itu pula Manusia dalam
wujud Wanitanya di butuhkan. Olehnya, Laki-laki tanpa wanita adalah Bayangan di
kegelapan, sebagaimana halnya Wanita tanpa Laki-laki merupakan Sungai tanpa Air.
Umat sedharma yang berbahagia,
Demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menambah pemahaman
kita. Semoga Hyang Brahman -Tuhan Yang Maha Esa- melimpahkan segala wara
nugrahaNya.
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM.