GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore...

39

Transcript of GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore...

Page 1: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16
Page 2: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

PANDUAN

GELAR TEKNOLOGI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN TAHUN 2013 Yogyakarta, 15-17 Mei 2013

“Satu Abad Litbang Berkarya untuk Kehutanan Indonesia”

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan 2013

Page 3: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

i

DAFTAR ISI

GELAR TEKNOLOGI BADAN LITBANG KEHUTANAN TAHUN 2013...................................... 1 I. WAKTU DAN TEMPAT......................................................................................................... 1 II. TEMA KEGIATAN................................................................................................................ 1 III. PESERTA............................................................................................................................... 1 IV. MATERI.............................................................................................................................. 2 V. PAMERAN..............................................................................................................................

. 3

VI. JADWAL ACARA............................................................................................................... 3 Abstrak Pleno I dan II............................................................................................................ Penanganan Karat Puru pada Sengon oleh Illa Anggraeni.......................................................... 7 Rekayasa Produksi Gaharu dengan Induksi Jamur Fusarium solani oleh Erdy Santoso dan Maman Turjaman..........................................................................................................................

8

Produksi Arang Terpadu oleh Gustan Pari dan Sri Komarayati.................................................... 9 Alat Ukur Sederhana Diameter Pohon oleh Wesman Endom dan Yayan Sugilar........................ 10 Sidik Cepat Pemilihan Jenis Hutan Rakyat untuk Petani oleh Budiman Achmad......................... 11 Abstrak Komisi A........................................................................................................................ Penyakit-Penyakit Penting pada Tanaman Hutan Rakyat dan Alternatif Pengendaliannya oleh Nur Hidayati...................................................................................................................................

13

Hama-Hama Penting pada Tanaman Hutan Rakyat dan Alternatif Pengendaliannya oleh Eritrina Windyarini.........................................................................................................................

14

Penanganan Benih Tanaman Hutan oleh Yulianti Bramasto dan M. Zanzibar............................. 16 Pengembangan Teknik Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jati pada Hutan Rakyat oleh Hamdan Adma Adi Nugroho..........................................................................................................

17

Abstrak Komisi B......................................................................................................................... Pengendalian Hama Ulat Daun pada Jenis-Jenis Pohon Penghasil Gaharu oleh Erdy Santoso, Ragil S.B. Irianto, Irnayuli R. Sitepu, dan Maman Turjaman.........................................................

19

Teknologi Bioreklamasi: Pemacu Pertumbuhan Tanaman Hutan pada Lahan Pasca Tambang oleh Maman Turjaman dan Erdy Santoso.....................................................................................

20

Ancaman Jenis Tumbuhan Asing Invasif di Kawasan Hutan Indonesia oleh Titiek Setyawati 21 Potensi Pemanfaatan Pestisida Tumbuhan untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman oleh Asmaliyah..............................................................................................................................

22

Abstrak Komisi C......................................................................................................................... Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala Kecil untuk Pelestarian Ekosistem Hutan oleh M.Kudeng Sallata dan Hunggul Yudono SHN.......................................................................

24

Teknik Mitigasi Banjir Dan Tanah Longsor oleh Paimin................................................................ 25 Penangkaran Rusa Timor oleh Mariana Takandjandji, R. Garsetiasih dan Pujo Setio................. 26 Langkah-Langkah Memaksimalkan Produksi dan Produktivitas Koloni Lebah Madu (Apis Sp)

Page 4: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ii

oleh Kuntadi................................................................................................................................... 27 Abstrak Komisi D...................................................................................................................... Menghitung Cadangan Karbon dan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Kehutanan oleh Ari Wibowo..........................................................................................................................................

29

Usaha Kebun Kayu dengan Jenis Pohon Cepat Tumbuh oleh Atok Subiakto.............................. 31 Analisis Model Tenurial dalam Unit Manajemen KPH oleh Ismatul Hakim dan Sylviani............... 32 Analisis Ekonomi Pembangunan Hutan Aplikasi Mutan oleh Deden Djaenudin........................... 33

Page 5: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

1

GELAR TEKNOLOGI BADAN LITBANG KEHUTANAN TAHUN 2013

Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan pada Acara Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 yang bertema “Satu Abad Litbang Berkarya untuk Kehutanan Indonesia” ini merupakan wujud nyata diseminasi IPTEK hasil Litbang Kehutanan. Gelar Teknologi tersebut merupakan salah satu dari serangkaian acara selebrasi peringatan 100 Tahun Kelitbangan Kehutanan Indonesia. Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan terdiri dari kombinasi presentasi, demonstrasi dan latihan praktis hasil-hasil penelitian Badan Litbang Kehutanan dalam upaya mendekatkan, mentsransformasikan dan meningkatkan pemanfaatan serta umpan balik IPTEK Kehutanan kepada pengguna terutama para penyuluh kehutanan. I. WAKTU DAN TEMPAT

Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan Tahun 2013 diselenggarakan pada Hari Rabu, 15 Mei 2013 di Hotel Eden I Kaliurang Jogyakarta dan dilanjutkan pada Hari Kamis, 17 16 Mei 2013 di Tenda Utama Jambore Nasional Lapangan Karang Pramuka, Kaliurang Jogjakarta. Pembukaan Acara Jambore Nasional dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pameran yang akan dilaksanakan pada Hari Kamis, 16 Mei 2013. II. TEMA KEGIATAN

Tema yang diangkat dalam Kegiatan Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan Tahun 2013 adalah “Satu Abad Litbang Berkarya untuk Kehutanan Indonesia”. III. PESERTA Target peserta Acara Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan Tahun 2013 adalah para penyuluh PNS, swasta maupun swadaya dari seluruh wilayah Indonesia.

Page 6: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

2

IV. MATERI

1. Penanganan Karat Puru pada Sengon oleh Dra. Illa Anggraeni 2. Rekayasa Produksi Gaharu dengan Induksi Jamur Fusarium oleh Dr. Erdy

Santoso 3. Produksi Arang Terpadu oleh Prof. Ris. Dr. Gustan Pari 4. Alat Ukur Diameter kayu oleh Wesman Endom, BScf, M.Sc. 5. Panduan Cepat Pemilihan Jenis Pohon Pada Hutan Rakyat Bagi Petani oleh

Budiman Achmad, M.Sc. 6. Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Hutan Rakyat oleh Eritriana

Widyarini, M.Sc dan Nurhidayati, M.Sc 7. Cara Pengembangan Sengon di Hutan Rakyat oleh Dr. Liliana Baskorowati 8. Teknik Penanganan Benih Tanaman Hutan oleh Ir. Yulianti Bramasto, M.Si. 9. Teknik Pengembangan Vegetatif Jati di Hutan Rakyat oleh Hamdan Adma Adi

Nugroho, M.Sc. 10. Pengendalian Hama Ulat Daun pada Jenis-jenis Pohon Penghasil Gaharu oleh Dr.

Erdy Santoso 11. Teknologi Bioreklamasi : Pemacu Pertumbuhan Tanaman Hutan pada Lahan

Pasca Tambang oleh Dr. Maman Turjaman 12. Pengenalan Jenis-Jenis Invasif oleh Dr. Titiek Setyawati 13. Potensi Biopestisida oleh Ir. Asmaliyah, M.Sc 14. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala Kecil untuk Pelestarian Hutan

oleh Ir. Kudeng Sallata, M.Sc. 15. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor oleh Ir. Paimin, M.Sc 16. Budidaya Rusa Timor oleh Dra. Mariana Takandjandji, M.Si 17. Pengembangan Budidaya Lebah Madu Drs. Kuntadi 18. Menghitung Cadangan Karbon dan Emisi GRK oleh Ir. Ari Wibowo, M.Sc. 19. Usaha Kebun Kayu Pohon Cepat Tumbuh oleh Dr. Atok Subiakto 20. Analisis Model Tenurial Dalam Unit Manajemen KPH oleh Dra. Sylviani dan Ir.

Ismatul Hakim, M.Sc. 21. Analisa Ekonomi Pembangunan Kehutanan: Aplikasi MUTAN oleh Deden

DJaenudin, S.Si, M.Si

Page 7: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

3

V. PAMERAN

Pameran hasil-hasil penelitian Badan Litbang Kehutanan pada Acara Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis – Jumat, 16 – 17 Mei 2013. Materi pameran berupa contoh hasil-hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk poster, leaflet, contoh produk, dan publikasi terbitan lingkup Badan Litbang Kehutanan.

VI. JADWAL ACARA

AGENDA GELAR TEKNOLOGI BADAN LITBANG KEHUTANAN 2013 YOGYAKARTA, 15 – 17 MEI 2013

RABU, 15 MEI 2013 Hotel Eden I, Kaliurang Jogjakarta

NO WAKTU/WIB KEGIATAN KETERANGAN

1. Prosesi Pembukaan

08.00 - 10.00 Registrasi Peserta 10.00 – 10.20 Laporan Penyelenggaraan Sekretaris Badan Litbang 10.20 – 10.50 Arahan dan Pembukaan Kepala Badan Litbang 10.50 – 11.00 Doa

2. 11.00 – 12.00 Gelaran Umum I (pleno) Moderator : Sekbadan 11.00 – 11.20 Penanganan Karat Puru pada Sengon Dra. Illa Anggraeni 11.20 – 12.00 Diskusi 12.00 – 13.00 ISHOMA

3. 13.00 – 17.00 Gelaran Khusus (Komisi) Komisi A : Hutan Rakyat Moderator : Dr. Dede

Rohadi 13.00 – 13.20 Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Hutan

Rakyat Eritrina Windyarini, S.Hut, M.Sc dan Nurhidayati, M.Sc

13.20 – 13.40 Cara Pengembangan Sengon di Hutan Rakyat Dr. Liliana Baskorowati 13.40 – 14.40 Diskusi Moderator : Dr.

Suwignya Utama 14.40 – 15.00 Teknik Penanganan Benih Tanaman Hutan Dr. Yulianti Bramasto,

M.Si. 15.00 – 15.20 Teknik Pengembangan vegetatif Jati di Hutan Rakyat Hamdan Adma Adi

Nugroho,S.Hut, M.Sc. 15.20 – 16.20 Diskusi

Page 8: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

4

NO WAKTU/WIB KEGIATAN KETERANGAN

Komisi B : Bioreklamasi dan Rehabilitasi, serta Pengendalian hama Moderator : Ir. Anton

Suhartono, M.Sc 13.00 – 13.20 Pengendalian Hama Ulat Daun pada Jenis-jenis Pohon

Penghasil Gaharu Dr. Erdy Santoso

13.20 – 13.40 Teknologi bioreklamasi : Pemacu Pertumbuhan Tanaman Hutan pada Lahan Pasca Tambang

Dr. Maman Turjaman

13.40 – 14.40 Diskusi Moderator : Ir. Syarif

Hidayat, M.Sc 14.40 – 15.00 Pengenalan Jenis-Jenis Invasif Dr. Titiek Setyawati

15.00 – 15.20 Potensi Biopestisida Ir. Asmaliyah, M.Sc. 15.20 – 16.20 Diskusi Komisi C : Konservasi dan Produksi Moderator : Ir. C.

Nugroho SP, M.Sc 13.00 – 13.20 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala

Kecil untuk Pelestarian Hutan Ir. Kudeng Sallata, M.Sc.

13.20 – 13.40 Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor Ir. Paimin, M.Sc

13.40 – 14.40 Diskusi Moderator : Ir. Didik

Purwito, M.Sc. 14.40 – 15.00 Budidaya Rusa Timor Ir. Mariana Takandjandji,

M.Si 15.00 – 15.20 Pengembangan Budidaya Lebah Madu Drs. Kuntadi, M.Agr 15.20 – 16.20 Diskusi Komisi D : Gas Rumah Kaca dan Nilai Sumberdaya Moderator : Ir. Ahmad

Pribadi, M.Sc. 13.00 – 13.20 Menghitung Cadangan Karbon dan Emisi GRK Ir. Ari Wibowo, M.Sc. 13.20 – 13.40 Usaha Kebun Kayu Dengan Jenis Pohon Cepat Tumbuh Ir. Atok Subiakto, M.Sc 13.40 – 14.40 Diskusi Moderator : Ir. Pramono

DS 14.40 – 15.00 Analisis Model Tenurial dalam Unit Manajemen KPH Dra. Sylviani dan Ir.

Ismatul Hakim, M.Sc. 15.00 – 15.20 Analisa Ekonomi Pembangunan Kehutanan: Aplikasi

MUTAN Deden Jaenudin, S.Si, M.Si

15.20 – 16.20 Diskusi

Page 9: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

5

KAMIS , 16 MEI 2013 Tenda Utama Jambore Lapangan Karang Pramuka Kaliurang

NO WAKTU/WIB KEGIATAN KETERANGAN 4. 13.00 – 17.00 GelaranUmum II (Pleno) Moderator : Ninda

Nindyani 13.00 – 13.30 Rekayasa Produksi Gaharu dengan Induksi

JamurFusarium Dr. Erdy Santoso

13.30 – 14.00 Produksi Arang Terpadu Prof. Dr. Gustan Pari 14.00 – 14.30 Alat Ukur Diameter pohon Wesman Endom, BScf,

M.Sc. 14.30 – 15.00 Panduan Cepat Pemilihan Jenis Pohon Pada Hutan

Rakyat Bagi Petani Ir. Budiman Achmad, M.Sc.

15.00 – 16.30 Diskusi 16.30 – 17.00 Coffee Break

JUM’AT, 17 MEI 2013 Tenda Utama Jambore Lapangan Karang Pramuka Kaliurang Pameran dan Interaksi dengan Masyarakat

Page 10: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ABSTRAK

Page 11: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

7

PENANGANAN KARAT PURU PADA SENGON Illa Anggraeni

Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) pernah dijuluki sebagai pohon ajaib (miracle tree) karena dapat tumbuh dengan cepat dan dapat beradaptasi pada berbagai keadaan lingkungan. Tanaman sengon bersifat multifungsi dan memberikan dampak ganda, baik sebagai tanaman produksi maupun sebagai tanaman konservasi dan reboisasi. Beberapa kegunaan sengon antara lain sebagai pohon pelindung, meningkatkan kesuburan tanah karena bersimbiose dengan bakteri bintil akar, kayunya dimanfaatkan sebagai bahan industri seperti tusuk gigi, korek api, sumpit, peti kemas sampai mebel, pulp dan kertas, kerajinan, kayu lapis, venir, bahan bangunan, perabot rumah tangga dan bahan baku kayu bakar; daunnya untuk makanan ternak dan pupuk hijau; biji/buahnya dapat dimakan oleh manusia.

Saat ini sengon menjadi primadona karena banyak diusahakan di kawasan hutan tanaman, perkebunan maupun di kebun-kebun milik rakyat (hutan rakyat) di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. Sengon merupakan salah satu jenis tanaman hutan rakyat yang paling dominan, terutama di Pulau Jawa yang mencapai 83,69% dari total populasi tanaman di Indonesia. Populasi sengon di Pulau Jawa terbesar kedua setelah jati, yaitu mencapai 50,08 juta pohon dengan jumlah rumah tangga yang mengusahakannya mencapai 1,98 juta. Pengusahaan sengon telah berhasil memasok kayu bagi industri yang sudah ada maupun industri pengolahan kayu yang baru dan telah banyak menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan devisa negara melalui ekspor.

Page 12: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

8

REKAYASA PRODUKSI GAHARU DENGAN INDUKSI JAMUR Fusarium solani Erdy Santoso dan Maman Turjaman

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Jalan Gunung Batu No.5, Bogor

[email protected]

RINGKASAN

Gaharu merupakan produk incense yang terbaik di dunia dan telah dikenal sejak berabad- abad yang lalu. Namun eksistensi jenis pohon penghasil gaharu yang dapat memproduksi resin gaharu mengalami kepunahan akibat dari eksplotasi gaharu berlebihan. Fenomena pembentukan gaharu alam mejadi fokus riset serius untuk mencari solusi terbaik. Salah satu solusi dari masalah kelangkaan produk gaharu adalah ditemukannya teknologi bioinduksi jamur pembentuk gaharu.

Gaharu terbentuk akibat adanya infeksi jamur patogen yang menyebabkan terjadinya proses fisioligis berupa ‘resinisasi’ dalam jaringan kayu dari pohon penghasil gaharu. Pohon penghasil gaharu belum tentu dapat berproduksi gaharu didalam batang, cabang, dan akarnya. Tidak semua jenis pohon penghasil gaharu bereaksi membentuk gaharu. Jenis penghasil gaharu yang telah terbukti membentuk gaharu adalah genera Aquilaria dan Gyrnops, yang saat ini status kelangkaannya masuk dalam daftar CITES Appendix II.

Pembentukan gaharu sangat dipengaruhi oleh faktor pohon, jamur dan lingkungan tempat tumbuh. Jejak rekam interaksi faktor pohon vs jamur perlu diketahui dengan seksama, apakah pembentukan gaharu akan konsisten berdasarkan waktu setelah inokulasi. Faktor lingkungan yang dimaksud sangat luas yaitu kondisi kesehatan pohon, tingkat kesuburan pohon, kelembaban dan suhu, intensitas cahaya, serangan hama dan penyakit. Tahapan protokol penyuntikan yang standar juga turut membantu tingkat keberhasilan pembentukan gaharu. Kesalahan dalam penyuntikan dapat menyebabkan tidak terbentuknya gaharu, pembusukan batang, dan batang pohon tumbang.

Evaluasi pembentukan gaharu dapat dilakukan secara berkala setiap tiga bulan agar diperoleh informasi pembentukan gaharu pada jenis-jenis pohon penghasil gaharu dari tempat dan kondisi yang berbeda. Industri gaharu masa depan adalah gaharu hasil budidaya. Pengolahan gaharu untuk berbagai diversifikasi produk yang tinggi menuntut adanya temuan-temuan teknologi, agar proses pengolahan gaharu dapat lebih efektif dan efisien.

Page 13: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

9

PRODUKSI ARANG TERPADU Gustan Pari

Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Penelitian arang di Litbang Hasil Hutan sudah dilakukan se abad yang lalu dengan teknologi pyrolisis menggunakan retort listrik. Teknologi tersebut sudah menggunakan teknik produksi arang terpadu, asap yang keluar sudah dikondensasi menjadi asap cair berupa destilat dan ter dengan sistem terbalik. Kegunaan arang antara lain sebagai bahan baku dalam pembuatan arang aktif, arang kompos, penjernih air, kertas karbon untuk pengawet bahan pangan seperti pisang sehingga tidak mudah busuk, media untuk membuat telur asin, batere lithium sebagai salah satu komponen batere mobil listrik, silikon karbida untuk dan sebagai “carbon sequstration”, serta nano karbon. Kegunaan arang tersebut di atas sangat dipengaruhi oleh kandungan karbon dan cara pengolahannya.

Bahan baku yang banyak digunakan dalam pembuatan arang umumnya limbah kayu baik yang berasal dari industri penggergajian maupun limbah pembalakan. Sampai saat ini, salah satu kebijakan Departemen Kehutanan adalah memanfaatkan kayu seoptimal mungkin (Zero waste). Selain itu bahan seperti tempurung kelapa, kemiri dan sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang.

Dalam proses pembuatan arang yang menghasilkan rata-rata rendemen 20-25 % yang sisanya sebesar 75-80% berupa asap. Pustekolah telah mengembangkan “Tekonologi two in one” suatu teknologi tepat guna hasil riset yang bersih lingkungan yang memproduksi asap cair yang terpadu dengan produk arangnya dalam satu proses. Model teknologi ini memadai untuk dikembangkan dan diaplikasikan dengan pertimbangan bahwa bahan baku dan peralatan dari komponen lokal, tidak impor, tersedia dan mudah didapat dengan harga relatif terjangkau, kapasitas produksi dapat beragam dan disesuaikan dengan kemampuan, sebagian besar masyarakat telah mengenal bagaimana teknik memproduksi arang, dan teknik produksi asap cair tinggal diintegrasikan pada teknologi pembuatan arang.

Sebagai gambaran, Indonesia samapai saat ini masih sebagai produsen arang ekspor di pasar dunia, tercatat Indonesia termasuk nomor satu dari lima negara pengekspor arang terbesar di dunia yaitu China, Malaysia, Afrika Selatan dan Argentina. Tercatat tahun 2000, Indonesia mengekspor arang sebanyak 29.867.000 kg yang terdiri dari arang tempurung kelapa (15,96%), arang mangrove (22,31%) dan arang kayu (61,73%) (BPS, 2002). Produksi arang ekspor di Indonesia pada umumnya dibuat sebagai usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan teknik dan proses yang bervariasi sehingga kualitas arang yang dihasilkan akan bervariasi.

Page 14: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

10

ALAT UKUR SEDERHANA DIAMETER POHON Wesman Endom dan Yayan Sugilar

Pusat Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Pengelolaan hutan memerlukan hasil pengukuran potensi tegakan sebagai data utama untuk menyusun rencana pemanfaatannya. Berdasarkan parameter yang terukur dengan baik, hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk menentukan perhitungan potensi kayu. Dari data potensi inilah kemudian dihitung berapa Jatah Produksi Tahunan (JPT) dapat dikeluarkan, agar pemanfaatannya bisa berkelanjutan.

Data potensi hutan dalam volume (m3) ini dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran pohon per pohon menggunakan berbagai jenis alat ukur seperti phi band, garpu pohon dan pita keliling (Tim ensiklopedia, 1995). Namun, karena pohon-pohon terutama di hutan alam umumnya berdiameter besar dan berbanir tinggi, maka untuk melakukan pengukuran diameter pada posisi yang tepat seringkali sulit dilakukan.

Di sisi lain, adalah kenyataan tidak dapat dipungkiri bahwa kelemahan yang belum banyak terantisipasi hingga saat ini ialah kurang tersedianya alat-alat ukur yang cukup memadai untuk dapat digunakan dalam inventarisasi potensi hutan. Alat tersebut sebaiknya mudah digunakan, ringan, gampang dibawa dan memiliki tingkat ketelitian cukup tinggi.

Berdasarkan kenyataan itu maka dicoba dilakukan rekayasa alat ukur diameter pohon sederhana, dan dari penelitian sederhana yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh kepraktisan, ketelitian serta kemudahan penggunaannya untuk mendukung antisipasi kesulitan dalam pengadaan peralatan ukur diameter pohon. Alat ukur tersebut dibuat dari pipa alumunium dan diberi nama Wesyan diameter.

Wesyan merupakan sebuah alat ukur diameter pohon hasil kegiatan rekayasa sederhana yang dibuat dari bahan pipa alumunium. Penggunaannya untuk mengukur diameter pohon relatif cepat dan cukup teliti terutama untuk mengukur diameter pohon pohon di hutan alam yang memiliki diameter besar dan banir yang tinggi.

Page 15: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

11

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI Budiman Achmad

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4, Ds. Pamalayan, Ciamis, Jawa Barat 46201

[email protected]

RINGKASAN

Salah satu permasalahan pada hutan rakyat adalah produktivitasnya yang masih rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas hutan rakyat, diantaranya adalah intensitas pengelolaan, adopsi teknologi, penggunaan jenis yang sesuai, dll. Menurut Arupa, (2011) produktivitas hutan rakyat saat ini belum mencapai hasil yang menggembirakan yakni hanya sekitar 2,29 m3/ha/th. Produktivitas hutan rakyat di Indonesia masih ada peluang ditingkatkan dengan menggunakan bibit yang sesuai karena faktanya saat ini mayoritas petani masih menggunakan bibit asalan. Produktivitas hutan rakyat akan semakin tinggi jika bibit yang ditanam menggunakan bibit unggul hasil penelitian yang dibagikan secara gratis kepada petani, terlebih jika seluruh stakeholder yang terlibat pada pengelolaan hutan mempunyai komitment dan bersinergi dalam mengembangkan hutan rakyat.

Untuk memudahkan petani memilih jenis tanaman yang sesuai bagi lahan yang dimiliki, dikembangkan suatu alat bantu yang dirancang berdasarkan pengetahuan petani yakni menggunakan variable yang sederhana dengan bahasa petani. Alat ini bukan satu-satunya instrument untuk menentukan jenis tanaman yang paling sesuai ditanam pada lahan petani, tetapi setidaknya petani punya pegangan untuk secara cepat dan benar menentukan jenis pohon yang seharusnya dikembangkan pada lahannya.

Page 16: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ABSTRAK

Page 17: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

13

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Nur Hidayati Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Yogyakarta 55582

RINGKASAN

Pembangunan hutan rakyat merupakan program nasional yang sangat strategis, baik ditinjau dari kepentingan nasional maupun dari segi pandangan global, meliputi aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Jenis pohon yang dikembangkan pada hutan rakyat umumnya sama dengan jenis pohon yang dikembangkan pada hutan tanaman yaitu jenis pohon cepat tumbuh dengan pola tanam monokultur atau tumpangsari dengan tanaman pertanian. Seperti halnya pada hutan tanaman, masalah penyakit tanaman merupakan masalah yang mengganggu pada hutan rakyat.

Penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya. Serangan penyakit dikenali dari perubahan-perubahan morfologi yang ditunjukkan oleh tanaman inang maupun kenampakan bagian dari penyakit itu sendiri. Penyakit-penyakit penting yang banyak menyerang hutan rakyat diantaranya adalah penyakit busuk akar merah, penyakit busuk hati, kanker batang, penyakit karat puru, penyakit embun tepung, embun jelaga dan penyakit layu bakteri.

Usaha pengendalian penyakit pada tanaman hutan adalah usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit. Prinsip pengelolaan penyakit hutan adalah untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi atau tidak berkembang sampai pada batas ambang ekonomi. Faktor patogen dalam ekosistem hutan juga merupakan salah satu komponen ekosistem penyusun hutan. Oleh karena itu pengelolaan penyakit pada umumnya diarahkan untuk mengendalikan jumlah populasi patogen untuk menekan kerugian sekecil mungkin.

Page 18: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

14

HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Eritrina Windyarini Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Yogyakarta 55582

RINGKASAN

Hama (terutama golongan serangga) telah menjadi penyebab banyak kerusakan tanaman hutan. Hama hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi yang tinggi. Secara garis besar, kerusakan akibat hama dapat dikelompokkan menurut bagian yang diserangnya, yaitu (i) buah dan biji; (ii) pucuk dan daun; (iii) batang dan (iv) akar. Seringkali aktivitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu penyebab-penyebab kerusakan lain yang juga berkembang secara bersamaan. Satu faktor dapat bersifat predisposisi artinya membuka peluang bagi faktor penyebab lain untuk menimbulkan kerusakan. Pemahaman terhadap karakteristik hama dan bagaimana interaksinya dengan faktor lingkungan fisik yang lain sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hama. Ruang lingkup pengendalian hama meliputi: identifikasi OPT, pencegahan, pengendalian, pemberantasan, dan penanggulangan paska pengendalian.

Page 19: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

15

TEKNOLOGI BIOREKLAMASI: PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN HUTAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG

Maman Turjaman dan Erdy Santoso Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor 16610 [email protected]

RINGKASAN

Teknologi bioreklamasi adalah aplikasi bioteknologi mikroba hutan untuk mempercepat

pertumbuhan tanaman hutan secara biologi. Teknologi ini berbasis pada penggunaan fungi mikoriza arbuskula (FMA) unggul, media inokulan granular dan cukup digunakan satu kali saja di persemaian. Produksi FMA unggul dapat diproduksi di lahan pasca tambang. Teknologi ini dapat diaplikasikan secara praktis oleh perusahaan tambang dan berkontribusi meningkatkan keberhasilan reklamasi pasca tambang di Indonesia.

Page 20: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

16

PENANGANAN BENIH TANAMAN HUTAN Yulianti Bramasto dan M. Zanzibar

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut, PO Box 105

[email protected]

RINGKASAN

Teknologi penanganan benih bertujuan mendapatkan keberhasilan tumbuh yang tinggi; mencakup serangkaian prosedur; dimulai dari pemanenan (meliputi penentuan masak buah hingga cara pengumpulan), penanganan pasca panen (meliputi cara ekstraksi, pengeringan, penyimpanan dan pengendalian hama penyakit) hingga perlakuan awal terhadap perkecambahan (pematahan dormansi dan teknik priming) serta teknik persemaian. Cara penanganan yang tepat akan meningkatkan perolehan hasil, baik terhadap perkecambahan, pembibitan maupun kualitas tegakan. Setiap elemen dari kegiatan penanganan sangat menentukan derajat kualitas genetik yang diembannya.

Metoda penanganan sangat dipengaruhi watak benih, yaitu apakah benih tersebut berwatak ortodoks, intermediate atau rekalsitran. Ciri dan sifat benih yang membedakan watak benih adalah antara lain (Ellis, et al. 1990) adalah kadar air benih dan suhu penyimpanan, potensi waktu penyimpanan, ukuran benih, dormansi dan metabolisma pada saat masak. Benih ortodoks dapat disimpan lama pada tingkat kadar air rendah dan memiliki dormansi, benih intermediate juga dapat dikeringkan sampai pada kadar air rendah sesuai klasifikasi ortodoks, tetapi peka terhadap suhu rendah, sedangkan benih rekalsitran adalah benih yang cepat menurun viabilitasnya, penyimpanan memerlukan kadar air tinggi atau sama dengan kadar air benih segar. Pemahaman ini sangat penting dalam rangka menyusun strategi dalam penanganan benih. Untuk itu dalam makalah ini akan dipaparkan ciri dan tipe benih, faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penanganan benih rekalsitran, intermediate dan ortodok serta berbagai upaya teknologi penanganan benih agar diperoleh benih dan bibit yang berkualitas.

Page 21: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

17

PENGEMBANGAN TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN JATI PADA HUTAN RAKYAT

Hamdan Adma Adinugraha Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Yogyakarta 55582 [email protected], [email protected]

RINGKASAN

Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis unggulan sebagai sumber bahan

baku kayu pertukangan. Kualitas kayunya yang bagus dan mempunyai nilai ekonomi tinggi, maka banyak negara telah mengembangkan jenis ini secara komersial. Jati tumbuh asli di India, Thailand, Myanmar, Laos dan Kamboja dengan tinggi tempat berkisar antara 800 m dpl. Dari negara inilah jati kemudian dikembangkan ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Sri Langka, Malaysia, Kepulauan Solomon, dan saat ini telah pula dikembangkan di Amerika Latin seperti Costarica, Argentina, Brazil, beberapa negara Afrika bahkan di Australia. Di Indonesia jati telah dikenal sebagai jenis andalan untuk HTI di Jawa yang dikelola oleh Perum Perhutani dan oleh masyarakat dalam bentuk hutan rakyat (smallholder forest) baik di Jawa maupun luar Jawa yang dibudidayakan secara murni maupun campuran dengan tanaman perkebunan atau tanaman pertanian.

Sampai sekarang produksi kayu jati dari Perhutani setiap tahun belum mencukupi kebutuhan pasar yang disebabkan karena produktvitas hutan tanaman jati secara umum masih relatif rendah. Produktivitas hutan jati umumnya berkisar antara 2-5 m3/ha/tahun, namun dengan adanya penggunaan materi tanaman yang baik dapat ditingkatkan menjadi 8-12 m3/ha/tahun bahkan ditargetkan agar dapat ditingkatkan menjadi 15-20 m3/ha/tahun dengan rotasi yang lebih pendek yaitu 20 tahun (Kaosa-ard, 1999; Enters, 2000). Sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat untuk menanam jati dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penggunaan benih/bibit jati yang berkualitas, telah mendorong pihak swasta untuk memproduksi bibit jati ”unggul” dan dijual bebas di pasaran.

Perkembangan hutan jati rakyat terus menunjukkan peningkatan baik luasan maupun potensi produksinya. Data dari BPKH IX Jawa-Madura menunjukkan bahwa pada tahun 1993 luas hutan rakyat di Jawa sekitar 1,9 juta ha, meningkat menjadi 2,7 juta ha pada tahun 2009 dengan taksiran volume kayu mencapai 74 juta m3 dan pada tahun 2011 luasannya telah mencapai 3,5 juta ha dengan potensi standing stock kayu sekitar 125 juta m3. Produksi kayu dari hutan rakyat umumnya digunakan untuk kepentingan sendiri baik untuk kayu pertukangan maupun kayu bakar. Namun dalam perkembangannya kayu dari hutan rakyat menjadi alternatif pasokan bahan bakyu industri pengolahan kayu bahkan dengan pemberian pengelolaan hutan yang lestari, produksi kayu hutan rakyat siap untuk memasuki pasar kayu internasional (Pusinfo Kemenhut, 2011).

Page 22: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ABSTRAK

Page 23: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

19

PENGENDALIAN HAMA ULAT DAUN PADA JENIS-JENIS POHON PENGHASIL GAHARU Erdy Santoso, Ragil S.B. Irianto, Irnayuli R. Sitepu, Maman Turjaman

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

ABSTRACT

Gaharu (agarwood or aloewood or eaglewood) is a resinous product of tree from Aquilaria and Gyrinops genera. Gaharu is formed through a pathogenic process by infection of parasitic fungus, mainly Fusarium spp. The resinous materials have been used for decades for religious and medicinal activities in the form of chips, powder and oil. Indonesia is a home for 26 gaharu-producing species that widespread in Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Moluccas and Papua, however due to unsustainable harvest activities, gaharu existence may extinct in the near future. In-situ and ex-situ conservation as well as appropriate cultivation activities are necessary to sustain its presence because genera of Aquilaria and Gyrinops have been included in Appendix II, CITES. Cultivation of gaharu trees in monoculture is prone to pest and/or disease attack. A survey conducted in 2005 found a leaf attack by larvae indentified as Heortia vitessoides Moore in some gaharu-producing tree stands. Within 3 years, in 2008, the attack has increased sharply in these areas. Immediate and appropriate actions by implementing integrative control measures must be prepared in order to prevent tree loss due to pest attack. The attack defoliates leaves and the tree may eventually die because the pest repetitively attacks emerging shoots. In forest with specific purpose (KHDTK) Carita, Banten province the intensity has reached 100% by December 2008 and 20 of 350 trees died. In Bodok, Sanggau, West Kalimantan province 50 young trees died. Observation showed that the pest attacks both in dry and wet seasons. Based on observation and preliminary control measures, short-term control and long-term control are expected to minimize pest attack, as follows. Short-term control is carried out by integrating chemical, physical, and biological control. Long-term control is carried out by integrating physical and cultural control measures. Experiment using chemical control with combination of contact, systemic, leaf fertilizer, and sticker showed effective results, however the spraying technique of these chemical may need modification in order to reach the whole tree canopy, especially for high tree. Fogging may be more appropriate. Short-term physical control may be done by weeding under storey weeds and possible secondary host of the pest. For long-term physical control, the activities include planting of pest-repelling tree, such as neem (Azadrachta indica) tree. Biological control is done by using entomopathogenic bacteria, fungus, and or nematode, such as Bacillus thuringiensis and Beauveria bassiana. Pest and disease attack may threaten the existence of gaharu-producing tree, however appropriate combination of integrated control measures may minimize pest attack. In order to prevent widespread attack, it is necessary to train local farmers on how to control pest attack. Regular monitoring will significantly minimize plantation lost due to pest attack.

Page 24: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

20

TEKNOLOGI BIOREKLAMASI: PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN HUTAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG

Maman Turjaman dan Erdy Santoso Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor 16610 [email protected]

RINGKASAN

Teknologi bioreklamasi adalah aplikasi bioteknologi mikroba hutan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman hutan secara biologi. Teknologi ini berbasis pada penggunaan fungi mikoriza arbuskula (FMA) unggul, media inokulan granular dan cukup digunakan satu kali saja di persemaian. Produksi FMA unggul dapat diproduksi di lahan pasca tambang. Teknologi ini dapat diaplikasikan secara praktis oleh perusahaan tambang dan berkontribusi meningkatkan keberhasilan reklamasi pasca tambang di Indonesia.

Page 25: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

21

ANCAMAN JENIS TUMBUHAN ASING INVASIF DI KAWASAN HUTAN INDONESIA Titiek Setyawati

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Jenis asing invasif atau Invasive Alien Species (IAS) menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan keanekaragaman hayati di Indonesia. Convention on Biodiversity 1992 pada artikel 8(h) memuat mandat bagi seluruh negara anggota untuk melakukan pencegahan masuknya jenis asing dan melakukan eradikasi untuk melindungi ekosistem, habitat dan spesies lokal.

Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui UU No.5 tahun 1994. Saat ini sudah lebih dari 2000 jenis tumbuhan asing yang berada di kawasan hutan di Indonesia dan sekitar lebih dari 330 jenis berpotensi menjadi invasif. Masuknya jenis asing ke dalam wilayah Indonesia terutama melalui perdagangan komoditi pertanian, kehutanan dan perikanan, tukar menukar spesimen penelitian, turisme, tanaman hias (ornamental), dan lain lain.

Persebaran jenis asing invasif di kawasan hutan produksi, lindung dan konservasi semakin meningkat namun masih belum banyak upaya mitigasi yang dilakukan karena terbentur lemahnya kebijakan di bidang ini. Pada pertengahan tahun 2012, Puskonser menerima hibah dari GEF melalui UNEP selama 4 tahun untuk menangani pengelolaan jenis invasif di kawasan hutan produksi dan konservasi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah membangun kerjasama regional mencakup 4 negara (Indonesia, Phillippina, Kambodja dan Vietnam) di bidang pengelolaan IAS di kawasan hutan di Asia Tenggara. Beberapa output yang akan dicapai antara lain memfasilitasi terbentuknya strategi nasional pengelolaan IAS, membangun basis data, pembangunan kapasitas, peningkatan kesadaran, dan membangun kerjasama secara regional.

Indonesia menetapkan dua pilot site yakni di Taman Nasional Baluran dengan target spesies Acacia nilotica dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan target Merremia peltata. Acacia merupakan jenis asing yang menjadi invasif dan mengancam keberadaan ekosistem savanna di TNB sedangkan Merremia merupakan jenis lokal yang menjadi invasif dan menganggu tempat hidup beberapa jenis satwa terancam punah di TNBBS. Beberapa sektor terkait seperti Kementerian Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kelautan dan Perikanan, serta Kehutanan saat ini sudah membentuk kelompok kerja untuk merancang dan mengusulkan adanya peraturan presiden terkait IAS serta membangun strategi nasional dan rencana aksi penanganan IAS di Indonesia.

Page 26: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

22

POTENSI PEMANFAATAN PESTISIDA TUMBUHAN UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Asmaliyah Balai Penelitian Kehutanan Palembang

Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Kotak Pos 179, Punti Kayu, Palembang [email protected]

RINGKASAN

Banyaknya permasalahan serta dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunanan

pestisida kimia sintetik yang kurang bijaksana, seperti resistensi, peledakan hama sekunder, terbunuhnya serangga yang berguna, pencemaran lingkungan, kecelakaan bagi pengguna, dan disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global (Global warming) serta penipisan lapisan ozon, kiranya upaya terbaik adalah dengan mengganti pestisida kimia dengan pestisida yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan tumbuhan yang mempunyai sifat pestisidal dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam menanggulangi organisme pengganggu tanaman. Tumbuhan pestisidal ini memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh pestisida sintetik. Di alam, tumbuhan ini memiliki sifat yang tidak stabil, dapat didegradasi secara alami sehingga relatif aman terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya serta mudah memperolehnya. Cara pembuatannyapun relatif mudah sehingga dapat diramu petani sebagai sediaan pestisida.

Hasil penelitian mengenai toksikologi dan efektivitas dari tumbuhan pestisidal jsudah banyak dilakukan walaupun sebagian besar masih dalam skala laboratorium. Namun sampai saat ini, pemanfaatan pestisida tumbuhan untuk pengendalian hama dan penyakit masih sangat terbatas, karena masyarakat masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia untuk menjamin keselamatan tanamannya. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimalnya upaya pemasyarakatan terhadap pestisida hayati tumbuhan ini. Padahal dari beberapa laporan menyatakan bahwa sebenarnya efektivitas pestisida nabati tidak kalah dibandingkan pestisida kimia sintetis. Oleh karena itu dalam makalah ini disajikan hasil-hasil penelitian tentang toksisitas dan efektivitas pestisida tumbuhan dalam mengendalikan hama dan penyakit serta beberapa contoh pestisida tumbuhan yang sudah diaplikasikan dilapangan. Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan keampuhan pestisida yang berasal dari tumbuhan, sehingga pemanfaatan pestisida tumbuhan dapat berkembang luas.

Page 27: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ABSTRAK

Page 28: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

24

PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR SKALA KECIL UNTUK PELESTARIAN EKOSISTEM HUTAN M.Kudeng Sallata dan Hunggul Yudono SHN

Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 16. Telp. (0411) 554049, Fax (0411) 554058 Makassar

[email protected]; [email protected]; [email protected]

RINGKASAN

Fungsi kawasan hutan sering menjadi kontroversi apabila fungsi tersebut tidak maksimal bermanfaat terhadap masyarakat di sekitarnya. Kelestarian fungsi hutan memberikan hasil air dan oksigen merupakan harapan masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Kerusakan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) yang selama ini menjadi satuan unit perencanaan dan pelaksanaan program Rehabilitasi Hutan semakin mendorong kehilangan harapan masyarakat terhadap peran kawasan hutan yang ada disekitarnya. Disisi lain kerusakan hutan semakin melaju, sungai semakin keruh dan udara semakin terkontaminasi.

Banyak inisiatif dan kegiatan telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperbaiki tatacara pengelolaan DAS namun semua itu belum cukup mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Salah satu fungsi ekosistem hutan yang diketahui sampai saat ini adalah sebagai pengatur tata air (water regulator) dalam sistem DAS. Pada masyarakat awam, fungsi regulator ini diartikan sebagai fungsi penghasil air. Diperlukan strategi baru untuk merangsang semangat dan motivasi masyarakat untuk kembali mendukung pengelolaan kawasan hutan dengan baik dan lestari. Salah satunya adalah diversifikasi manfaat hasil air yang mengalir dari kawasan hutan untuk menjadi sumber listrik melalui pembangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH). Listrik sebagai sumber penerang merupakan kebutuhan utama masyarakat zaman sekarang karena kemanfaatannya yang vital dalam keperluan sehari-hari. Sejak 2004 Balai Penelitian Kehutanan Makassar telah merancang pemanfaatan PLTMH yang disesuaikan dengan kondisi geographi lokasi penduduk sekitar hutan untuk menerangi desanya.

Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa lokasi yang tersebar di wilayah Sulawesi dengan berkerjasama baik institusi pemerintah maupun swasta terbukti PLTMH dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengamankan dan mengelola hutan dengan baik karena merasa hutan adalah sumber air yang difungsikan memutar turbin penghasil listrik. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan sehingga tema “lestari hutanku – terang desaku” dipopulerkan oleh Balai Penelitian Kehutanan Makassar.

Page 29: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

25

TEKNIK MITIGASI BANJIR DAN TANAH LONGSOR Paimin

Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Solo Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012

[email protected]

RINGKASAN

Bencana banjir dan tanah longsor belakangan ini sering terjadi di seluruh tanah air dalam sebaran dan keragaman ruang dan waktu. Bencana tersebut terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dengan beragam luas daerah tangkapan air (catchment area) sebagai sumber pasokan air banjir dan beragam waktu, baik pada awal, pertengahan maupun akhir musim penghujan.

Ada pendapat bahwa dampak perubahan iklim global mengakibatkan terjadi perubahan perwatakan hujan seperti intensitas hujan, tinggi hujan, pola sebaran, baik tempat maupun waktu, sehingga memicu banyak terjadinya bencana alam. Proses alam, seperti pergeseran lempeng dan gempa bumi untuk membentuk keseimbangan alam baru, terjadi tidak terduga dan sulit untuk diprakirakan, dan memungkinkan peningkatan kerawanan terhadap bencana. Perubahan dan proses alam tersebut tidak perlu dirisaukan tetapi harus disikapi secara adaptif, sehingga mampu melakukan tindakan bijak.

Aktivitas manusia yang kurang memperhatikan lingkungan telah banyak memicu dan mempercepat terjadinya bencana alam. Sebagai contoh pemotongan lereng terjal untuk pemenuhan sarana prasarana jalan dan pemukiman dapat memicu longsor, dan okupasi badan sungai mengakibatan berkurangnya dimensi/ukuran palung sungai sehingga terjadi banjir karena sungai tak mampu menampung aliran air. Saat ini masih dimitoskan bahwa timbulnya bencana banjir dan tanah longsor sebagai akibat penebangan hutan, terutama yang dilakukan secara liar (illegal). Pandangan tentang pengaruh hutan terhadap tanah longsor dan banjir masih diperdebatkan, dan perlu ditelaah secara kasus per kasus agar diperoleh hasil analisis yang faktual dan rasional. Untuk bisa melakukan tindakan bijak, maka pemahaman tentang teknik mitigasi bencana banjir dan tanah longsor sangat diperlukan oleh para pihak terkait.

Tindakan yang perlu dilakukan mencakup teknik identifikasi daerah rawan terkena bencana, teknik pencegahan dan pengurangan, serta metode pengembangan dan sosialisasi peringatan dini. Semua tindakan tidak mungkin dilakukan sepihak dari atas (top down) tetapi merupakan tindakan terpadu dari atas dan dari bawah (bottom up). Kewaspadaan masyarakat penghuni wilayah rawan bencana sangat diperlukan, dan pengembangan keberdayaan masyarakat dalam mitigasi bencana alam harus selalu digaungkan setiap saat. Pemberdayaan tidak hanya dalam bentuk himbauan dan perintah tetapi tindakan nyata dan kesadaran masyarakat akan bahaya yang selalu mengancam setiap saat.

Page 30: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

26

PENANGKARAN RUSA TIMOR Mariana Takandjandji, R. Garsetiasih dan Pujo Setio

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Rusa merupakan sumber protein bagi masyarakat lokal, dimana pada pemanfaatan tradisional, perburuan yang dilakukan masyarakat hanya untuk memenuhi kebutuhan kelengkapan gizi protein hewani, dan masih terikat pada sistem budaya serta adat istiadat. Sistem ini membuktikan bahwa masyarakat tradisional sudah mempunyai teknik pelestarian jenis untuk rusa sebagai bentuk kearifan lokal.

Namun pemanfaatan rusa saat ini tidak lagi hanya sekedar untuk pemenuhan protein atau ritual adat istiadat, tetapi sudah jauh memasuki nilai ekonomi sebagai mata pencaharian masyarakat lokal, dan memasuki sistem perdagangan regional serta internasional. Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap rusa terlihat dari berkembangnya manfaat rusa sebagai sumber protein hewani, bahan baku obat, industri kerajinan (kulit, ranggah) dan sebagai hewan kesenangan (hobby). Oleh karena itu perlu adanya pelestarian dalam bentuk konservasi ex-situ melalui penangkaran atau budidaya rusa, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan.

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (PuskonseR) sejak tahun 2008 di Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor telah melakukan penangkaran rusa timor yang merupakan salah satu program pelestarian dan pemanfaatan satwaliar untuk tujuan konservasi ex-situ.

Page 31: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

27

LANGKAH-LANGKAH MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOLONI LEBAH MADU (APIS SP)

Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610 [email protected]

RINGKASAN

Kegiatan perlebahan di Indonesia mencakup tiga kegiatan pokok yaitu pemungutan

madu lebah hutan (Apis dorsata), budidaya lebah madu lokal Apis cerana, dan budidaya lebah madu impor Apis mellifera. Meskipun kegiatan perlebahan sudah berkembang cukup lama, namun produktivitas perlebahan dan kualitas hasil produksinya masih tergolong rendah. Makalah ini menguraikan secara ringkas langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat memaksimalkan produksi dan produktivitas koloni lebah madu. Langkah-langkah dimaksud meliputi pengembangan tanaman sumber pakan, sistim pengelolaan koloni yang produktif, dan seleksi koloni unggul.

Page 32: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

ABSTRAK

Page 33: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

29

MENGHITUNG CADANGAN KARBON DAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR KEHUTANAN

Ari Wibowo Pusat Litbang Perubahan Ikllim dan Kebijakan

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610 [email protected]

RINGKASAN

Pemanasan global telah terjadi dan mengakibatkan bencana terhadap manusia. Hal ini

dapat dilihat dari kejadian musim kering panjang, intensitas hujan tidak menentu dan berdampak kepada kekeringan, krisis air bersih, dan gagal panen. Perubahan iklim terjadi karena peningkatan intensitas gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yaitu : CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan SF6. Peningkatan GRK terjadu akibat penggunaan bahan bakar fosil untuk energi, industri dan transpotrasi, deforestasi dan degradasi lahan. Negara berkembang dan kepulauan seperti Indonesia amat rentan terhadap perubahan iklim, oleh sebab itu Indonesia berupaya untuk menurunkannya.

Kehutanan memiliki peranan penting dalam perubahan iklim sebagai sumber emisi dan serapan. Meskipun demikian sampai saat ini, masih sebagai sumber emisi, yaitu di tingkat global sebesar 18 % (Stern, 2007), dan di tingkat nasional 48 % (KLH, 2009). Untuk itu Pemerintah telah menetapkan target penurunan emisi sebesar 26-41% sampai tahun 2020. Kegiatan yang dapat menurunkan emisi adalah melalui peningkatan serapan karbon misalnya mekanisme AR/CDM, Gerhan, HTI, HTR, Agroforestry, Reboisasi, Penghijauan, Obit/Omot dan penanaman lainnya. Kegiatan konservasi karbon hutan diantaranya adalah REDD+, penetapan kawasan hutan lindung/kawasan konservasi, perbaikan teknik silvikultur, konservasi lahan gambut dan kegiatan lainnya.

Sistem Monitoring Penurunan Emisi yang dpat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (MRV) sangat penting untuk diaplikasikan. Hal ini untuk memonitor penurunan emisi nasional dan kegiatan penurunan emisi dari mekanisme REDD+ yang sedang dikembangkan.

Tipe hutan di Indonesia sangat beragam, oleh sebab itu informasi mengenai potensi karbon dan cara menghitungnya sangat diperlukan untuk memonitor kegiatan penurunan emisi. Prinsipnya sama untuk berbagai jenis hutan yaitu dengan cara destruktif (dengan penebangan) dan cara non-destruktif (tanpa penebangan). Karbon yang diukur dan dimonitor adalah lima tampungan karbon (carbon pool) yang mengacu kepada kesepakatan internasional menurut IPCC Guideline (2006), yaitu biomasa di atas permukaan tanah (AGB), biomasa di bawah permukaan tanah (BGB), serasah, kayu mati dan tanah.

Pemahaman dalam menghitung karbon lebih lanjut sangat diperlukan untuk menghitung emisi. Penghitungan emisi prinsipnya dapat dilakukan dengan menghitung cadangan karbon (carbon stock) pada waktu tertentu (stock defference method) atau dengan metode gain loss. Penghitungan emisi dilakukan melalui kombinasi pengukuran karbon di lapangan (ground

Page 34: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

30

survey) dan remote sensing. Ground survey dengan pertimbangan : stratifikasi, bentuk plot, ukuran plot, dan jumlah plot. Sedangkan hasil remote sensing digunakan untuk menganalisa perubahan lahan yang mnenurut IPCC Guyideline (2006) dibagi menjadi Forestland, Cropland, Grassland, Wetland, Settlement dan Other land.

Sumber emisi adalah deforestasi, degradasi, dan kebakaran, sedangkan sumber serapan : adalah pertumbuhan hutan alam dan tanaman. Besarnya Emisi/serapan dihitung dengan rumus: Activity data x Emission/removal factors. Emisi tersebut dihitung untuk periode waktu tertentu misal : 2000-2003, 2008 sampai 2010 dsb. IPCC GL telah menyediakan tabel-tabel excel utnuk menghitung emisi. Tabel-tabel tersebut membutuhkan data/informasi berupa data kegiatan dan faktor emisi. Pemahaman mengenai perhitungan karbon dan emisi ini sangat diperlukan untuk memonitor penurunan emisi dengan tingkat akurasi yang baik, karena umumnya sektor kehutanan memiliki tingkat ketidakpastian atau kesalahan pengukuran yang tinggi.

Page 35: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

31

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto

Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Gairah menanam kebun kayu tampak semakin menguat dikalangan masyarakat luas. Kalau pada awalnya jenis cepat tumbuh masih terbatas pada sengon dan gmelina (jati belanda), saat ini mulai beralih pada jenis jabon (Anthocephalus cadamba). Pergeseran jenis selain akibat peluang nilai jual kayu jabon yang dinilai lebih tinggi dari sengon, juga akibat mulai terserangnya sengon dengan penyakit karat puru. Sayangnya tidak semua pertumbuhan tanaman jenis cepat tumbuh sesuai dengan harapan. Persepsi umum bahwa jabon dapat ditanam dimana saja, padahal kondisi alam sangat bervariasi yang menyebabkan banyak target riap pertumbuhan dibawah harapan. Pengetahuan tentang kesesuaian lahan menjadi salah satu kunci keberhasilan penanaman jenis pohon cepat tumbuh. Faktor lingkungan utama yang perlu diperhatikan adalah ketinggian tempat, jenis lahan dan curah hujan. Hal lain yang juga perlu untuk diperhatikan adalah potensi serangan hama dan penyakit. Secara ringkas keberhasilan penanaman amat ditentukan oleh (a) tapak yang sesuai, (b) jenis yang sesuai, (c) waktu tanam yang tepat, (d) bibit yang sehat, (e) pola dan prosedur tanam yang tepat, (f) pengaturan kerapatan yang tepat, dan (g) pengendalian hama dan penyakit secara periodik. Jenis cepat tumbuh tidak hanya sengon dan jabon, Indonesia kaya dengan keragaman hayati. Teknologi perbanyakan baik secara generatif maupun vegetatif untuk jenis cepat tumbuh telah banyak dihasilkan. Peluang pasar memang cukup menjanjikan untuk kayu cepat tumbuh. Lahan pun masih banyak yang belum diusahakan secara optimal. Manfaatkan lahan tidak produktif dengan menanam jenis pohon cepat tumbuh yang sesuai dengan kondisi lahannya.

Page 36: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

32

ANALISIS MODEL TENURIAL DALAM UNIT MANAJEMEN KPH Ismatul Hakim dan Sylviani

Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

RINGKASAN

Dalam pengelolaan kawasan hutan tidak terlepas dari adanya persoalan-persoalan atau

konflik lahan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ekonomi, sosial, ekologi dan kebutuhan lahan pertanian. Konflik lahan dapat berupa tumpang tindih penggunaan lahan,sengketa lahan. Sementara konflik sosial dapat terjadi antara penduduk pendatang dan penduduk asli. Konflik dalam kawasan hutan biasanya terjadi sebagai akibat dari tidak jelasnya hak-hak atau hukum yang berhubungan dengan sistem tenurial. Hal ini dapat terjadi antara perorangan, masyarakat, badan instansi pemerintah atau sektor swasta. Batas-batas kawasan hutan yang belum disepakati bersama oleh masyarakat dan pemerintah juga memicu terjadinya konflik. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penguasaan lahan di kawasan hutan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat atau penduduk sekitar, baik pendatang maupun penduduk lokal. Keberadaan masyarakat dalam kawasan hutan belum diakomodir terutama dalam perencanaan pembangunan kehutanan.

Peran strategis Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) antara lain adalah untuk mengoptimalisasikan akses masyarakat terhadap hutan serta merupakan salah satu resolusi konflik. Keberadaan KPH ditingkat tapak akan memudahkan pemahaman permasalahan riil di lapangan, dan dapat memposisikan perannya dalam penetapan bentuk akses yang tepat bagi masyarakat dan saran solusi konflik.

Page 37: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

33

ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN HUTAN APLIKASI MUTAN Deden Djaenudin

Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

[email protected]

RINGKASAN

Seorang investor yang baik tentunya tidak akan tergesa-gesa melaksanakan rencana investasinya sebelum yakin tentang untung ruginya investasi yang direncanakannya. Untuk mendapatkan kepastian, maka perlu dilakukan studi kelayakan usaha untuk meneliti apakah investasi yang direncanakan tersebut secara teknis, ekonomis dan komersial layak untuk dilaksanakan. Suatu studi kelayakan diperlukan karena adanya persoalan ekonomi yang dihadapi oleh si investor tersebut. Bagaimana investor tersebut dapat mengalokasikan sumberdaya yang terbatas ke berbagai kegiatan pembangunan atau penggunaan. Persaingan penggunaan sumberdaya langka tersebut (misal lahan pertanian) untuk berbagai kegiatan usaha pertanian akan diperlukan suatu analisis ekonomi. Ruang lingkup analisis ekonomi Analisis ekonomi merupakan suatu teknis evaluasi terhadap alternatif kegiatan pembangunan yang didasarkan pada nilai uang yang mencakup kegiatan menaksir manfaat-manfaat dan biaya-biaya setiap alternatif kegiatan yang kemudian disederhanakan menjadi tolok ukur yang berlaku umum. Analisis Ekonomi ini menyediakan landasan pemilihan keputusan kegiatan pembangunan dengan menemukan kombinasi kegiatan yang paling optimal. Manfaat analisis ekonomi Mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan dalam bentuk kebijakan, program atau proyek. Analisis ekonomi sering digunakan untuk mengidentifikasi: • Apakah manfaat yang diperoleh dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan • Biaya korbanan terkecil, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan • Strategi investor dalam rancangan dan manajemen yang lebih baik Contoh kasus: Jasa Usaha Karbon Analisis ekonomi usaha karbon membutuhkan identifikasi dan penilaian terhadap semua potensi biaya dan manfaat. Manfaat Manfaat utama dari jasa usaha karbon adalah penurunan emisi karbon atau peningkatan cadangan karbon. Di samping ada manfaat utama, jasa usaha karbon juga ada manfaat tambahannya (Co-Benefits), yaitu mendukung konservasi biodiversitas dan menjaga watersheds, tanah dan jasa rekreasi.

Page 38: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16

34

Biaya Biaya implementasi:

Semua biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan investasi termasuk didalamnya Perlindungan hutan, pengelolaan hutan dan administrasi Biaya transaksi • Biaya transaksi dapat diartikan sebagai seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran

(bisnis) dengan pihak lain. Biaya transaksi untuk jasa usaha karbon cukup mahal karena banyaknya aktor yang terlibat di dalamnya serta kompleksitas pengaturan dan biaya pengawasan yang ditimbulkan. Kemungkinan adanya informasi yang tidak simetris juga dapat melahirkan biaya transaksi yang sangat tinggi yang pada gilirannya akan menghambat pengelolaan hutan yang optimal.

• Perhitungan biaya yang terlalu tinggi (overestimasi) untuk kegiatan usaha karbon akan mempengaruhi tingkat daya saing, dan kompetisi di pasar kredit karbon. Sebaliknya penilaian yang terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian untuk kelangsungan kegiatan usaha karbon. Karena itu perkiraan biaya untuk meningkatkan daya saing, perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti sistem peruntukan lahan yang paling sesuai untuk lokasi tertentu, teknologi, sdm, dan dengan memasukan seluruh biaya dan manfaat yang ditimbulkan.

Biaya korbanan • Hilangnya manfaat dari perubahan penggunaan lahan, seperti komoditi pertanian/perkebunan

yang lebih menguntungkan Indikator kelayakan usaha • NPV: nilai kini manfaat bersih dari umur proyek. Proyek dikatakan layak apabila mempunyai

NPV > 0 • IRR: Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV=0. Semakin besar nilai IRR maka

maka kelayakan proyek tersebut semakin tinggi. • B/C ratio: perbandingan antara benefit dengan cost. Proyek dikatakan layak jika nilai B/C > 1 • Establishment Cost: merupakan akumulasi biaya yang dikeluarkan selama proyek

memberikan cashflow yang negatif. • Year to positive Cashflow: merupakan periode dimana cashflow mulai bernilai positif yang

merupakan indikator periode pengembalian modal.

Page 39: GELAR TEKNOLOGI · Pameran hasilhasil penelitian Badan Litbang Kehutanan - Acara pada Jambore Nasional Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 akan dilaksanakan pada Hari Kamis –Jumat, 16