Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya...

37
i Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian Teologis Disabilitas Terhadap Gedung GKJ Baki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah Oleh : Sophia Bernadetta Evanti 712013065 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Ilmu: Teologi, Fakultas: Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari prasyaratan mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi ( S.Si-Teol ) Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2018

Transcript of Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya...

Page 1: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

i

Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas:

Kajian Teologis Disabilitas Terhadap Gedung GKJ Baki, Sukoharjo, Solo, Jawa

Tengah

Oleh :

Sophia Bernadetta Evanti

712013065

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Ilmu: Teologi, Fakultas: Teologi

Guna Memenuhi Sebagian dari prasyaratan mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi

( S.Si-Teol )

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2018

Page 2: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

ii

Page 3: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

iii

Page 4: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

iv

Page 5: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

v

MOTTO

YANG MENABUR DENGAN MENCUCURKAN AIR MATA PASTI AKAN MENUAI

DENGAN SORAK-SORAI

Page 6: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

vi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan segala terimakasih dan rasa ungkapan syukur

saya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mempermudah segala urusan menuju

sarjana Teologi dan pertolongan serta mujizatnya yang begitu dahsyat dan hebat

mengalir dalam setiap proses kehidupan saya. Saya juga berterimakasih kepada

keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa

hentinya mendukung saya dalam baik dalam doa maupun dalam materi. Saya juga

berterimakasih kepada Bapak Yusak Setyawan dan Bapak Simon Julianto yang dengan

sangat sabar membimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.Saya

berterimakasih juga kepada Fakultas Teologi yang telah membantu saya dalam

mengurus tugas akhir, kiranya berkat Tuhan selalu berlimpah.

Salatiga, 01 Juni 2018

Sophia Bernadetta Evanti

Page 7: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan................................................................................................................. ii

Pernyataan Tidak Plagiat...................................................................................................... iii

Pernyataan Persetujuan Akses .............................................................................................. iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis ............. v

Motto ........................................................................................................................................ vi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... vii

Daftar Isi …………………………………………………… …………………………… vii

Abstrak ……………………………………………………………………………………… 1

Pendahuluann ………………………………………………………………………………. 2

TeoriArsitekturGereja Yang Ramah Bagi IDD ………………………………………… 5

HasilPenelitian …………………………………………………………………………….. 9

KajianKritisdariPrespektifTeologiDisabilitasTerhadapArsitekturGKJ Baki ………. 24

Penutup ……………………………………………………………………………………. 28

DaftarPustaka …………………………………………………………………………….. 29

Page 8: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

viii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara terperinci kajian terhadap arsitektur

bangunan Gereja Kristen Jawa- Baki, Sukoharjo melalui kacamata Teologi Disabilitas.

Teologi Disabilitas adalah sebuah usaha bagi umat Kristen baik itu non disabilitas atau

disabilitas untuk lebih perduli terhadap kebutuhan IDD (Insan Dengan Disabilitas). Arsitektur

gereja adalah sebuah banguan gereja yang dibangun dengan kokoh dan didalamnya terdiri

dari sekumpulam orang yang ingin merasakan lawatan Tuhan. Arsitektur gereja yang ramah

bagi IDD adalah sebuah arsitektur yang membuat IDD merasakan lawatan Tuhan dengan

akses memadai untuk IDD beribadah.Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian observasi dengan pendekatan kualitatif.Hasil penelitian menyatakan bahwa

beberapa bangun di Gereja Kristen Jawa-Baki belum memenuhi standrat bangunan bagi

IDD,hal ini dikarenakan GKJ Baki belum mengetahui secara jelas adanya peraturan

pembangunan untuk kaum IDD.

Kata Kunci : Teologi Disabilitas,arsitektur gereja dan GKJ-Baki, Sukoharjo

Page 9: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

1

Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas:

Kajian Teologis Disabilitas Terhadap Gedung GKJ Baki, Sukoharjo, Solo, Jawa

Tengah

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setiap warga jemaat berhak untuk mendapatkan aksesbilitas atau penyediaan fasilitas

yang layak didalam gerejanya. Penyediaan fasilitas di dalam gereja ini penting bagi warga

gereja, tidak hanya bagi orang bukan disabilitas tetapi juga bagi Insan Dengan Disabilitas

(IDD).1Dewasa ini, beberapa gereja belum memperhatikan secara detail setiap bangunan dan

akses bagi IDD. Pengamatan ini juga berdasarkan pengalaman dari ibu penulis. Ibu penulis

adalah seorang penderita stroke ringan,ketika beliau ingin menuju gedung gereja untuk

beribadah,beliau harus menaiki anak tangga yang cukup tinggi. Tidak hanya itu,ketika beliau

ingin ke kamar mandi,beliau sangat kesusahan karena kamar mandi yang tidak rancang untuk

IDD,bahkan ketika gereja sedang mengadakan suatu acara beliau mengalami kesulitan untuk

menaiki anak tangga ke lantai 2 (dua). Berdasarkan pengalaman yang dialami, penulis

memberi pendapat bahwa gereja tersebut belum ramah terhadap IDD.

Pemerintah telah mengatur hak-hak IDD dalam undang-undang,tetapi beberapa gereja

belum mengetahui tentang undang-undang ini. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2016 Tentang Penyandang Disabilitas menjelaskan setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual,mental,dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi

secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan

hak.2Penyandang disabilitas juga memiliki hak keagaaman dan diatur dalam pasal ke 14

tentang hak keagamaan untuk penyandang disabilitas meliputi hak. Pertama memeluk agama

dan kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

Keduamemperoleh kemudahan akses dalam memanfaatkan tempat peribadatan.

Ketigamendapatkan kitab suci dan lektur keagamaan lainnya yang mudah diakses

1Untuk selanjutnya penulis menggunakan istilah IDD sebagai singkatan dari Insan Dengan Disabilitas. 2Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas”, Pasal I, Ayat 1, Bab 1,

2.

Page 10: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

2

berdasarkan kebutuhannya. Keempat mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pada

saat menjalankan ibadat menurut agama dan kepercayaannya. Kelimaberperan aktif dalam

organisasi keagamaan.3

Undang-undang tentang penyandang disabilitas dibuat dengan maksud agar

masyarakatIndonesia mulai membangun kepedulian terhadap IDD,dengan mewajibkan setiap

provinsi untuk melaksanakan pengawasan mekanisme terhadap hak-hak disabilitas dan

membentuk Komisi Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas agar setiap IDD yang

berada disetiap provinsi dapat memperjuangkan hak-haknya seperti yang telah diatur dalam

Undang-Undang tentang Hak Penyandang Disabilitas.

Menurut survey yang dilakukan oleh SUSENAS 2012 mendapatkan penduduk

Indonesia yang menyandang disabilitas sebesar 2,45%.Berdasarkan data ini penyandang

disabilitas terbanyak adalah penyandang yang mengalami lebih dari satu jenis

keterbatasan,yaitu sebesar 39,97%,diikuti keterbatasan melihat,dan berjalan atau naik

tangga.4Data penyandang disabilitas di Indonesia dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) dan kementerian/lembaga lain yang berkepentingan,antara lain Kementerian

Sosial,Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan. Data yang dihasilkan dapat

berbeda karena konsep dan definisi yang berbeda tergantung tujuan dan kebutuhan masing-

masing. BPS mengumpulkan data penyandang disabilitas sejak tahun 1980 melalui kegiatan

sensus dan survei berikut. PertamaSensus Penduduk tahun 1980 dan 2010. KeduaSurvei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1998, 2000, 2002, 2003, 2006, 2009 dan 2012.

KetigaSurvei Potensi Desa tahun 2002 (penyandang disabilitas di panti dan di rumah tangga).

KeempatPendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2008 dan 2011.5

Secara umum apa yang dialami oleh IDD dalam masyarakat terjadi juga dalam gereja.

Ignorisasi,marjinalisasi, dan diskriminasi terhadap IDD yang berada di dalam gereja-gereja di

Indonesia. Bahkan dapat dikatakan gereja adalah salah satu tempat yang selama ini tidak

ramah pada IDD. Dalam sebagian besar komunitas Kristen,IDD adalah orang yang

mengalami bahwa dirinya diasingkan berhubungan dengan ketidaksempurnaan fisik.6Hal ini

menunjukkan bahwa gereja sendiri sudah tidak ramah terhadap IDD. Gereja yang seharusnya

merangkul IDD untuk merasakan hadirat Tuhan dalam kehidupan mereka. Pada

3Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilita”. Pasal 14 , Bab 10 ,14. 4 Kementerian Kesehatan RI, “Situasi Penyandang Disabilitas”, Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, semester II. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014, 1. 5 Kementerian Kesehatan RI,“Situasi Penyandang Disabilitas”, 5. 6Yusak B. Setyawan, Teologi Disabilitas Hand-Out,(Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2017), 13-14.

Page 11: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

3

kenyataannya gereja sendiri yang sudah membuat mereka termarginalisasikan dan

tersingkirkan secara halus. Gereja sudah seharusnya membuka mata mereka untuk

memperhatikan jemaat mereka yang disabilitas. Gereja yang sudah mempelajari tentang

teologi gereja,seharusnya dapat memperhatikan IDD,memenuhi kebutuhan dan

fasilitasnya,ramah terhadap mereka dan juga tidak ada marginalisasi dalam kehidupan

bergereja. Gereja juga harus menyamakan hak untuk beribadah antara jemaat dengan

disabilitas dan jemaat yang normal. Oleh karena itu, gereja yang belum membuktikan

perhatian yang jelas, maka gereja belum dapat memahami arti gereja secara teologis.

IDD adalah manusia ciptaan Tuhan yang seharusnya mempunyai hak yang sama baik

dalam fasilitas publik maupun fasilitas beribadah. Seiring dengan perkembangan waktu dan

berbagai isu baru bermunculan,gereja seharusnya dapat membuka pikiran mereka. Gereja

memberikan wawasan secara luas tentang disabilitas dan mulai memperhatikan secara detail

setiap bangunan dan fasilitas yang ada,terkhususnya bagi IDD.Gereja memberikan hak untuk

beribadah yang nyaman,bukan membuat mereka tersingkirkan,tertolak,termarginalisasikan

secara halus oleh gereja.Hal inilah yang belum penulis lihat di GKJ Baki,khususnya beberapa

arsitektur bangunan. GKJ Baki belum memiliki arsitektur yang ramah terhadap IDD. Penulis

juga melihat bahwa sebagian besar jemaat GKJ Baki adalah lansia maka penulis

menyarankan gereja tersebut dapat membuat bangunan yang lebih ramah terhadap

IDD,sehingga mereka merasa nyaman saat beribadah. Alasan inilah yang membuat penulis

memilih GKJ Baki sebagai tempat penelitan untuk menciptakan arsitektur bangunan gereja

yang ramah bagi IDD. Melalui tulisan ini,penulis ingin melakukan kajian kritis terhadap

aristektur GKJ Baki karena penulis merasa bahwa beberapa arsitektur bangunan GKJ Baki

belum mampu memenuhi akses terhadap IDD. Hal inilah yang menjadi keprihatinan penulis,

sehingga penulis tertarik untuk menuliskan judul:Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan

Dengan Disabilitas:Kajian Teologi Disabilitas terhadap Gedung Gereja GKJ Baki,

Sukoharjo,Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Di tengah isu-isu yang beredar dimasyarakat terkhusunya isu tentang

disabilitas,penulis melihat bahwa ada beberapa gereja khususnya di GKJ Baki mempunyai

arsitektur gereja yang belum ramah terhadap IDD. Arsitektur merupakan salah satu

pendukung bagi gereja untuk memberirasa nyaman bagi jemaatnya saat beribadah,termasuk

IDD yang seharusnya merasakan kenyaman saat beribadah. Dalam penelitian ini penulis

Page 12: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

4

berfokus kepada arsitektur GKJ Baki. Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk

mengkaji arsitektur GKJ Bakimelalui kacamata Teologi Disabilitas.

1.3 Tujuan Peneltian, Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikankajian terhadap arsitektur bangunan GKJ-

Baki melalui kacamata Teologi Disabilitas agar GKJ Baki mampu menjawab kebutuhan IDD

dari segi akses dan juga mampu membuat jemaat lebih peduli terhadap IDD. Penelitian ini

dilakukan dengan harapan bahwa GKJ Baki dapat mengetahui kajian teori teologi disabilitas

secara terperinci dan dapat menciptakan arsitektur gereja yang ramah bagi IDD, mengingat

bahwa IDD juga mempunyai persamaan hak beribadah yang sama dengan mereka yang

bukan IDD.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dan observasi lapangan dan juga menggunakan pendekatan kepustakaan.Dengan

metode ini penulis berusaha untuk menyajikan di lapangan yang akurat dan juga berusaha

untuk menggunakan teori-teori yang sudah ada dari berbagai macam buku dan jurnal .

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bagian, yaitu: bagian pertama berisikan tentang

pendahuluan berupa latar belakang,rumusan masalah,tujuan penelitian,manfaat

penelitian,metode penelitian dan sistematika penulisan. Bagian kedua, kajian teori disabilitas

dan arsitektur gereja. Bagian ketiga, analisa terhadap arsitektur gereja GKJ Baki.Bagian

keempat, kajian teori disabilitas terhadap GKJ Baki. Bagian kelima,penutup berupa

kesimpulan dan saran.

2. Teori Arsitektur Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas (IDD)

Gereja merupakan sebuah bangunan ibadat bagi umat kristiani yang mendukung

kegiatan spritualitas jemaatnya. Berbagai bentuk dan arsitektur gereja dibangun untuk

membuat jemaatnya menjadi nyaman saat beribadah. Seiring dengan perkembangan zaman

banyak sekali isu-isu yang harus dilihat oleh gereja dengan kacamata teologis termasuk isu

tentang disabilitas. Berdasarkan latarbelakang yang telah disebutkan,maka dalam bagian dua

ini penulis menjabarkannya sebagai berikut Pengertian Disabilitas,Teori Teologi

Disabilitas,Pengertian Arsitektur Gereja,Bentuk-Bentuk Arsitektur Gereja, dan Teori

Arsitektur Gereja yang Ramah Bagi IDD.

Page 13: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

5

2.1 Disabilitas

Tidak semua manusia diciptakan Tuhan dengan keadaan fisik atau mental yang utuh

dan lengkap. Istilah yang berhubungan dengan keadaan ini disebut difabel,tuna rungu,tuna

daksa,tuna grahita,tuna wicara, cacat keterbelakangan mental. Beberapa contoh istilah ini

diperdebatkan dalam studi-studi disabilitas. Dari beberapa istilah tersebut, kata difabel masih

sering dipergunakan di Indonesia untuk menyebut mereka yang mempunyai fisik yang

berbeda dengan kita. Namun, istilah difabel sendiri sudah tidak dipergunakan dalam studi-

studi disabilitas. Istilah difabel hanya sekedar menunjukkan kepada orang-orang yang

mempunyai “keistimewaan” dibandingkan orang-orang normal. Oleh karena itu, istilah

difabel diganti dengan istilah disabilitas.7

Menurut Cremer, disabilitas merupakan konsekuensi kecacatan, perusakan/pelemahan

yang memungkinkan suatu ketidakmampuan untuk melakukan beberapa tugas atau aktivitas.

(Deborah beth creamer). Kekurangan tersebut menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan

dalam menjalani kehidupan secara pribadi atau bermasyarakat. Hal ini menyebabkan

sebagian dari mereka menjadi rendah diri dalam pergaulan. Pendapat ini juga sama dengan

Hukum Disabilitas di Indonesia mengartikan penyandang disabilitas adalah mereka yang

mempunyai hambatan baik secara fisik, intelektual, mental dan sensorik sehingga mereka

membutuhkan waktu yang lama agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,

sehingga dapat menghalangi keaktifan mereka dalam masyarakat.

Dari berbagai macam isu yang muncul di Indonesia, isu tentang disabilitas adalah

kurang diperhatikan oleh pemerintah. Undang-undang telah dibuat oleh pemerintah agaknya

belum terealisasikan dengan baik sehingga masih banyak IDD yang tidak mendapatkan

kesetaraan terkhusus dalam bidang pekerjaan yang sama dengan mereka yang normal.

Keterbatasan fisik, inteltual, dan juga mental yang membuat IDD belum mendapat perlakuan

yang normal.

2.1.1 Teologi Disabiltas

Salah satu ajaran kekristenan tentang manusia adalah bahwamanusia diciptakan

menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini tentusaja berlaku bagi semua manusia. Akan tetapi,

pada kenyataannya,manusia cenderung menciptakan kategori dan definisi yang dianggap

berlaku untuk semua. Jika dilihat kembali dalam kitab Kejadian,semua manusia pada

7 Yusak B. Setyawan, Membaca Alkitab dalam Perspektif Disabilitas: Menuju Hermeneutik Disabilitas, prosiding UKSW, 2.

Page 14: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

6

dasarnya sudah memiliki keindahan sejakdiciptakan.Semua yang diciptakan berasal dari

hakikat keindahan, yaitu Allah. Allah melihat bahwa semua yang diciptakan sungguh amat

baik. Keindahan tersebut bukan hasil dari apa yang dilakukan oleh manusia,melainkan

pemberian Allah secara cuma-cuma.Sayangnya manusia jarang memerhatikan keindahan

yangsejati.8Prespektif kekristenan ini sudah sangat dibuktikan di dalam beberapa Injil dan

cerita-cerita alkitab yang tercantum dalam Perjanjian Baru. Gambaran tersebut berasal dari

Yesus sendiri yang melakukan pengajaran terhadap orang-orang yang termarginalisasi pada

waktu itu.9

Berbagai macam studi telah menjadikan disabilitas sebagai pokok pembahasan yang

harus diketahui oleh orang banyak, khususnya dalam ilmu teologi. Teologi disabilitas

merupakan usaha yang dilakukan orang Kristen disabel (dan non-disabel) terhadap tafsirkan

teks-teks Alkitab dan memahami Allah dengan melihat latar belakang sejarah serta

pengalaman manusia terhadap disabilitas. Dengan demikian, teologi disabilitas memberikan

pandangan baru terhadap makna teologis.10

Teologi disabiltas hadir karena adanya pengalaman manusia dengan IDD. Teologi

disabilitas mengakui bahwa IDD adalah kelompok minoritas, dalam perkembangan ilmu

teologi dan praktIknya bahkan kemungkinan terburuk, yang tidak diperdulikan dalam

pembicaraan teolog-teolog dunia. Teologi disabilitas hadir untuk melampaui ilmu teologia

dengan menghubungkan dengan disabilitas. Oleh karena itu,teologi disabilitas hadir untuk

menjawab permasalahan yang dialami oleh IDD dan lebih melihat dari pengalaman

kekristenan mereka terhadap IDD.

Teologi disabilitas tidak hanya membahas bagaimana pendangan teologi terhadap isu

disabilitas yang berkembang dimasyarakat saat ini, tetapi dalam teologi disabilitas juga dapat

dihubungkan bagunan yang ramah bagi Insan Dengan Disabilitas (IDD). Pentingnya

arsitekture gereja bagi kaum disabilitas adalah salah satu perhatian khusus gereja terhadap

kaum disabilitas. Arsitektur gereja tidak hanya terdiri dari bagunan saja tetapi juga tata liturgi

dari gereja tersebut. Perlunya diperhatikan aristektur gereja bagi IDD berguna untuk

membuat IDD dapat merasakan beribadah yang nyaman pada saat bergereja .

8 Issabella N Sinulingga, “Keindahan Dalam Disablitas”, Indonesian Journal of Theology, (July 2015), 40. 9Hans S. Reinders, “Theology and Disability : What is the question”, dalam Julie Claassens, Leslie Swartz, dan Len Hansen (eds),Searching

for Dignity: Conversations on Human Dignity, Theology and Disability, (Afrika Selatan: Sun Media Stellenbosch,2013),33. 10 Setyawan, Teologi Disabilitas, 28.

Page 15: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

7

2.2 Arsitektur Gereja

Arsitektur gereja adalah salah satu hal yang sangat penting dalam membuat bangunan

sebuah gereja indah dan juga melambangkan kenyaman dalam beribadah tanpa adanya sekat

pembeda antara jemaat yang normal dan IDD.

2.2.1 Pengertian Arsitektur Gereja

Seorang arsitek membangun sebuah bangunan, baik itu fasilitas publik maupun

tempat ibadah, membangun dengan menggunakan rancangan bangunan dan menggunakan

cara-cara yang khas dalam mengatur tata ruang dan bentuk bangunan. Bangunan juga

merupakan salah satu bentuk kesenian suatu kebudayaan yang dapat menggambarkan suatu

sistem sosial dalam masyarakat tertentu. Arsitektur dan kebudayaan asal masyarakat tertentu

dapat menjadi alat dalam mengkomunikasikan makna dari setiap arsitektur bangunan yang

bersangkutan dengan nilai-nilai budaya masyarakat tertentu.

Berdasar teori arsitektur, bangunan (building) diartikan sebagai objek yang

menegaskan dan menyertakan ruang. Bentuk, ukuran, ciri, dan lokasi bangunan dipandang

sebagai penanda yang mengacu pada sebuah lingkup makna yang spesifik pada suatu budaya.

Bangunan yang dibuat oleh seorang arsitek akan dipahami maknanya dengan cara

berkomunikasi sehingga diperlukan semiotika untuk menghubungkan sign dengan meaning.11

Arsitektur datang dari bahasa Yunani: archedan tektoon. Arche berarti asli, yang utama, yang

awal, sedangkan tektoon menunjukkan pada sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil,

dan sebagainya.12

Arsitektur tidak hanya berbicara mengenai fasilitas publik saja, tetapi

tempat ibadah seperti gereja. Gereja dibangun juga berdasarkan rancangan-rancangan arsitek

dengan mengacu kepada tata letak ruangan dan bangunan agar dapat memberikan makna bagi

setiap jemaat yang beribadah.

“Gereja” berasal dari kata igreja (bahasa Portugis),yang berarti „kumpulan‟ atau

„pertemuan‟,„rapat‟. Namun, kumpulan yang dimaksud bukan sembarang kumpulan,

melainkan kumpulan atau kelompok orang yang sangat khusus. Kata igreja adalah kata yang

dipakai untuk menerjemahkan kata bahasa latin, ecclesia, atau bahasa Yunani, ekklesia.

Dalam nuansa pengertian Yunani, ekklesia,mengandung arti „memanggil‟, Jadi Gereja adalah

11 Trifena Wijaya, “Representasi Spiritualitas Kristen Pada Arsitektur Gereja Krsiten Indonesia Pregolan Bunder Surabaya”, Commoline

Departement Komunikasi Vol. 3/ No. 02, 2014, 332. 12 Trifena,“Representasi Spiritualitas Kristen”, 328.

Page 16: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

8

kumpulan yang dipanggil oleh Tuhan secara khusus.13

Dari penjelasan tentang pengertian

arsitektur dan pengertian gereja, arsitektur gereja adalah sebuah bangunan yang kokoh yang

didalamnya terdapat sekumpulan orang-orang percaya yang dipanggil Tuhan secara khusus

untuk merasakan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu

rancangan dari arsitektur gereja harus melihat aspek teologis dan fisiknya.

2.2.2 Bentuk-Bentuk arsitektur Gereja

Pertama adalah bentuk Basilika yaitu gedung pengadilan, rapat dan pasar dianggap

cocok sebagai gereja (Gereja Lateran, Roma abad ke-4).Altar ditempatkan di apsis.Kedua

adalah bentuk Romanik (Sejak abad ke- 6).Kekhasan gaya ini adalah lengkungan dan langit-

langit seperti tong yang dipotong panjang untuk menggantikan langit-langit datar dari kayu

yang sering kebakaran. Gereja romanik tampak kokoh–kuat dan kadang dengan menara-

menara massif bagaikan benteng. Denah dasarnya berbentuk salib.Ketiga adalah bentuk

Gotik yang lebih ringan dan tinggi.Unsur-unsur khasnya adalah lengkungan lancip,arched

and flying buttresses,ribted vaults,rossete,tembok luar tinggi namun ringan dengan jendela

besar yang berkaca pateri.Keempat adalah bentuk re-naissance (kelahiran kembali;1420-

1530). Kekhususan gaya ini adalah tekanan pada simetri dan proporsi,yang di tampakan

adalah dalam dereta sejumlah pilar sejenis,menggunakan bentuk dasar lingkaran,persegi

empat,bola dan silinder. Tembok,pilar dan langit-langit disusun secara simetris. Tampak

muka (fasade) biasanya sangat dekoratif bahkan mewah dan menampakkan kekhasan arsitek-

arsitek termasyur.14

Bentuk-bentuk arsitektur gereja yang beragam di zaman dahulu membuat setiap

bangunan dan detail bagunan gereja mempunyai makna dan ciri khasnya masing-masing dan

gereja sendiri tidak lupa akan makna gereja itu sendiri.

2.3 Arsitektur Gereja yang ramah bagi IDD dari prespektif Teologi Disabilitas

Gereja merupakan sebuah simbol jemaat atau umat kristiani yang berhimpun menjadi

satu bagian untuk mencari hadirat Tuhan dalam kehidupan mereka masing-masing. Gereja

dibangun dengan berbagai gaya atau bentuk arsitektur yang dapat mendukung berjalannya

ibadah dan membuat rasa nyaman bagi jemaatnya. Gereja merupakan bagian dari umat

13 W.R.F. Browning, Kamus Alkitab,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),118. 14 A. Heuken, “Arsitektur Gereja dan Liturgi”, dalam Yusak Soleiman, H. Ongirwalu, dan Danang Kurniawan (eds), Prosiding Studi

Institusi : Arsitektur dan Liturgi Gereja, (Jakarta: PERSETIA, 2015), 134-136.

Page 17: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

9

kristiani yang tidak dapat dipisahkan dan satu tempat dimana orang kristiani bertumbuh di

dalam iman serta mengenal ajaran Kristus.

Di dalam gereja tidak hanya jemaat atau pendetanyasaja yang dapat diteliti,tetapi

bangunan itu sendiri. Bangunan yang nyaman dan baik akan menimbulkan kenyamanan bagi

jemaat sendiri. Jemaat juga termasuk unsur penting dalam kehidupan bergereja,tanpa adanya

jemaat,gereja tidak dapat berkembang dan menjalankan misi tugas dan panggilan

pelayanannya keluar gereja. Oleh karena itu, gereja dibangun untuk menumbuhkan iman dari

jemaat kristiani di mana pun mereka berada. Gereja dibangun, di tengah masyarakat

Indonesia, agar masyarakat Indonesia dapat merasakan kemuliaan Tuhan dan merasakan

hadirat Tuhan tanpa membedakan status sosial maupun segi fisik seseorang.

Gereja hadir untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Tuhan sehingga bagi orang

yang beribadah di gereja dapat merasakan imannya bertumbuh di dalam gereja tanpa adanya

sebuah pengecualian. Gereja yang hidup ditengah-tengah jemaat tanpa adanya pengecualian

harus memberikan kenyaman yang dihadirkan oleh gereja. Oleh karena itu, gereja harus

memperhatikan arsitektur gereja yang ramah IDD. Dalam Undang-Undang No.8 tahun 2016

tentang penyandang disabilitas sudah tertulis dengan jelas bahwa fasilitas publik harus

memenuhi strandrat untuk IDD yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sama halnya dengan

fasilitas publik, gereja juga menyadari akan hal tersebut baik secara arsitekturnya. Mengacu

kepada pemikiran Rahner, gereja seharusnya memberikan kenyamanan bagi semua jemaat,

sehingga tidak ada pembanding atau marginalisasi dalam kehidupan berjemaat dan bergereja.

Penting bagi gereja untuk memperhatikan arsitektur bangunannya sehingga akses IDD

menuju gereja dan kenyaman beribadah dapat mereka rasakan.

Arsitektur gereja yang ramah bagi IDD sangat dibutuhkan agar mereka merasa

kenyamanan dalam mengikuti ibadah di dalam gereja. Tidak hanya arsitektur saja, tetapi

juga tata liturgi didalam gereja juga harus diperhatikan oleh gereja. Melihat dan mengacu

kepada teori diatas,arsitektur gereja yang ramah bagi IDD harus membuat bangunan yang

mudah di akses. Seperti contohnya adalah ketika memasuki gedung utama gereja dapat

dibuat seperti layaknya prosotan dan juga anak tangga sehingga apabila ada jemaat yang

menggunakan kursi roda dapat menuju tempat utama gereja dengan nyaman. Gereja juga

harus memperhatikan bagian-bagian kecil di gereja, misalnya adalah kamar kecil. Kamar

kecil yang baik bagi para IDD adalah di tembok kamar kecil dibuatkan pegangan yang

terbuat dari besi untuk membantu mereka duduk pada saat merasa ingin buang air kecil

Page 18: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

10

sehingga kenyamanan tersebut dapat di perhatikan dan menjauhkan IDD dari kecelakaan

kecil yang tidak diinginkan. Tangga menuju ruang ibadah utama dapat dibangun tangga

seluncur atau ramp untuk mempermudah akses bagi jemaat yang menggunkan kursi roda

atau tongkat. Tempat duduk jemaat juga dapat diatur sedemikian rupa agar IDD dapat duduk

dengan nyaman.

Kenyamanan beribadah adalah salah satu nilai tambah bagi sebuah gereja, ketika

gereja tersebut dapat menghadirkan bangunan ramah bagi semua kalangan baik mereka

yang normal dan bagi mereka yang IDD. Mengacu kepada pemikiran Rahner, yang

mengatakan konsep gereja adalah setara, sebagai poros untuk gereja pada saat ini. Gereja

yang setara adalah gereja yang tidak memberikan sekat kepada jemaatnya, terlebih

bangunannya. Gereja yang tanpa sekat membuat jemaat khususnya IDD merasa bahwa

mereka dilayani gereja untuk masuk merasakan lawatan dan kasih Tuhan. Gereja yang

seperti itu sangat dibutuhkan dewasa ini, sekat-sekat pembeda yang dapat memarginalkan

IDD, mau pun secara halus, seharusnya dapat disingkirkan, dan tidak hanya itu saja gereja

juga harus membuang presepsi bahwa IDD adalah orang yang berdosa atau akibat dari dosa,

karena IDD sama seperti manusia normal lain yang diciptakan Allah.

Gereja dewasa ini juga harus mengetahui bahwa panggilan utama gereja adalah

mendampingi dan membangun kembali semangat serta harga diri mereka,bukan menganggap

mereka (IDD) sebagai beban yang merepotkan.Barangkali gereja dapat melakukannya secara

tidak langsung dengan membangun iklim kekeluargaan di lingkungan gedung gereja. Hal ini

hanya dapat berjalan kalau memang kita bersedia mempertimbangkan kembali arsitektur

gereja. Arsitektur gereja harus memberi kesan terbuka bukan memalingkan diri serta menutup

diri dari dunia.15

Arsitektur gereja tidak hanya merefleksikancara orang-orang Kristen

beribadah,namunarsitektur membentuk kenyamanan saat beribadah. Arsitektur merefleksikan

ibadah Kristen dengan memberikan tata ruang dan naungan yang diperlukan suatu komunitas

untuk melaksanakan ibadahnya bersama-sama.16

Marjinalisasi IDD dalam akses pelayanan publik termasuk di dalamnya

fasilitassekolah, lalu lintas,rumah sakit,keagamaan,dan hiburan.Seluruh bangunan yang

dibuatpada fasilitas publik secara sadar atau tidak sadar meng-exclude IDD bahkan ketika

dalamtahap rancang bangun arsitektural. Manusia membangun bangunan-bangunan,tetapi

setelah itu bangunan membentuk manusia,dan itu benar,maka bangunan-bangunan yang telah

15 E. Gerrit Singgih, Mengatasi Masa Depan : Berteologi Dalam Konteks di Awal Milenium III, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004),69. 16 James F. White, Pengatar Ibadah Krsiten, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009),78.

Page 19: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

11

diciptakan untuk kepentingan orang “normal”telah membentuk “kenormalan” dan sekaligus

memarjinalisasikan mereka dengan disabilitas. Bahkan bangunan-bangunantempat yang

paling suci telah mejadi tempat yang paling memarjinalisasikan danmendiskriminasikan

IDD.17

Teologi Disabilitas merupakan ajaran yang sangat penting bagi kekristenan di zaman

sekarang. Disabilitas yang selalu dihubungkan dengan dosa adalah salah satu paradigma yang

harus dipatahkan oleh gereja zaman sekarang. Tubuh kristus yang hadir sebagai IDD ketika

mati diatas kayu salib adalah salah satu bentuk pandangan yang bisa dilihat secara kasat mata

tentang disabilitas. Teologi disabilitas tidak hanya berhubungan dengan tubuh dan dosa tetapi

juga dapat berhubungan dengan gereja. Gereja dewasa ini seharusnya dapat melihat isu

tentang disabilitas sebagai hal yang sangat penting bagi gereja. Gereja yang belum

memperhatikan isu tentang disabilitas atau bagunannya yang belum ramah dengan IDD,maka

gereja tersebut belum ramah terhadap IDD. Bangunan gereja yang ramah bagi IDD adalah

salah satu aksesbilitas yang harus dipikirkan oleh gereja matang-matang,sehingga warga

jemaat yang tergolong IDD dapat merasa nyaman beribadah di gereja. Gereja harus mulai

membuka mata lebar-lebar dan mengubah pemikiran yang masih kolot sehingga gereja

tersebut bisa menjadi gereja yang ramah bagi IDD dan tidak ada lagi sekat dan merginalisasi

yang sangat jelas,baik dari segi bangunannya maupun jemaatnya,sehingga IDD dapat

diterima dan merasakan kasih Tuhan dalam kehidupan mereka masing-masing.

3. Hasil Penelitian Terhadap Arsitektur GKJ – Baki , Solo

Bagian 3 (tiga) berisikan hasil penelitian terhadap arsitektur GKJ Baki,Solo.Penulis

jabarkan sebagai berikut tinjauan historis GKJ Baki, hasil penelitian terhadap arsitektur GKJ

Baki, dan evaluasi terhadap arsitektur GKJ Baki bagi IDD.

3.1 Tinjaun Historis GKJ –Baki, Sukoharjo

Sebelum tahun 1925 di wiliayah kecamatan Baki sudah ada keluarga Kristen

kerasulan kurang lebih 10 KK. Hasil pekabaran injil Kyai Sadrach Sura Pranata, yang

berpusat di Desa Karang Jasa, Kutoarjo, Purworejo. Kyai Sadrach menerima baptisan kurang

lebih tahun 1860. Oleh karena itu,keaktifannya memberitakan Injil di desanya dibangun

sebuah gereja yang menjadi pusat gereja kerasulan di wilayah Jawa Tengah pada waktu itu.

Perkembangan Kristen kerasulan sampai di wilayah Baki,di Desa Teplok dan Ngluyu daerah

17 Yusak, Membaca Alkitab dalam Perspektif Disabilitas,15.

Page 20: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

12

Kelurahan Mancasan, Kecamatan Baki dan pada saat itu sudah dapat diadakan kebaktian

sendiri bertempat didaerah Teplok, Kel. Mancasan-Baki.

Pada tahun 1925 seorang guru sekolah rakyat Kristen pindahan dari daerah

Karangdowo, Pedam, Klaten yang bernama S. Reksowiyoto, kepala Standrad Kristen Subsidi

Kalitengah Karangdowo datang ke Baki. Pada tanggal 6 Januari 1925 mulai membuka

sekolah rakyat Kristen di wilayah Kec. Baki yang pada waktu di menggunakan gedung kecil

di Baki yang sekarang menjadi ruang Elisabet. Pada tahun 1926 dan tahun 1927 wilayah Baki

menerima baptisan untuk pertama kalinya. Ada 2 orang yang menerima baptisan di wilayah

Baki pada saat itu bernama Wongsotaruno dan orang Tiong Hwa yang bernama Tan Kiem

Sien.

Pada tahun 1936, sepuluh kepala keluarga Kristen kerasulan sebagian

menggabungkan diri dengan warga Gereja Kristen Jawa, yang induknya pada saat itu di GKJ

Joyodiningratan. Karena berkat Tuhan, Injil yang terbesar di wilayah Baki melalui sekolah

Kristen, ternyata tumbuh kelompok orang-orang Kristen. Tahun 1937 di Baki adanya ibadah

minggu yang bertempat di gedung sekolah rakyat Kristen di Baki. Pada tahun 1953 GKJ

Joyodiningratan menerima tenaga guru injil bernama Supomo Notosoedarmo yang

ditempatkan mengasuh pepanthan di Baki.Pada akhirnya, tahun 1957 pepanthan di Baki

dengan usaha dari semua warga sudah dapat membangun gereja berukuran lebar 7 meter dan

panjang 14 meter diatas tanah bekas Sekolah Kristen di Baki (yang sekarang menjadi ruang

Elisabet). Pada tanggal 9 April 1963 pepanthan Baki di dewasakan oleh gereja induk

Joyodiningratan menjadi gereja dewasa bernama Gereja Kristen Jawa-Baki,Sukoharjo.Pada

saat ini GKJ – Baki,Sukoharjo sudah membagi 2 pepanthan yaitu pepanthan Daleman dan

pepanthan Kingkang.

Gedung yang lama di GKJ Baki yang sekarang bernama gedung Magdalena

digunakan sebagai gedung serbaguna oleh GKJ Baki. Gedung Magdalena (gereja lama) di

bangun tahun 1957, seiring dengan perkembangan jemaat yang semakin banyak akhirnya

GKJ Baki membangun gedung gereja yang baru untuk menampung jemaat lebih banyak lagi.

Gedung Gereja yang baru dibangun pada tahun 1985. Gedung gereja baru di bangun 2

tingkat. Tingkat yang pertama berisikan tempat duduk jemaat, mimbar, tempat pemain musik

dan juga tempat duduk majelis. Sedangkan tingkat 2 berisikan beberapa temapat duduk

jemaat dan juga control panel dari setiap soundsystem music yang ada.

Page 21: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

13

Sejarah berdiri GKJ Baki ini tidak dalam masa perkembangan teologi disabilitas.

Inilah yang menyebabkan arsitektur GKJ Baki belum memperhatikan arsitektur gereja yang

ramah IDD. Pembangunan gereja awal belum memperhatikan jemaat yang disabilitas.

Bangunan awal ini memberikan kesulitan bagi GKJ Baki untuk merubah arsitektur bangunan

yang ramah IDD. Renovasi arsitektur beberapa bangunan dapat memberi akibat, yaitu

mengurangi nilai sejarah dari GKJ Baki tersebut. Selain itu juga, gereja memerlukan biaya

yang cukup besar untuk mendirikan bangunan baru yang ramah dengan IDD.

3.2 Hasil Penelitian Terhadap Arsitektur GKJ Bakiyang Ramah Bagi IDD18

Disabilitas adalah orang-orang yang membutuhkan bantuin orang lain.IDD adalah

ciptaan Tuhan yang seharusnya mempunyai hak yang sama dengan mereka yang normal.

Kesetaraan itu seharusnya ada di setiap gereja tanpa adanya sekat pembeda.GKJ Baki

nampaknya belum menerapkan kesetaraan tersebut dalam hal bergereja dan belum peka

terhadap isu-isu terbaru yang berkembang masyarakat,termasuk isu tentang disabilitas. Hal

ini disebabkan karena pada saat GKJ Baki dibangun belum berkembang isu tentang

disabilitas. Isu disabilitas sendiri baru masuk ke Indonesia tahun 1996, sedangkan bangunan

GKJ Baki dibangun sebelum tahun 1996, sehingga ada beberapa hal yang GKJ Baki belum

terapkan dan belum memahami dengan baik tentang isu disabilitas. Seiring dengan

berjalannya waktu GKJ Baki mencoba untuk merenovasi beberapa bangunannya agar

menjadi gereja yang ramah bagi IDD.

GKJ Baki belum mengetahui tentang adanya kententuan bangunan untuk

disabilitas,sehingga arsitektur bangunan GKJ Baki belum terlalu ramah,meskipun beberapa

waktu belakangan ini sudah di bangun jalur untuk kursi roda,tetapi ada beberapa bangunan

yang belum ramah bagi IDD. Pemikiran yang belum terbuka dengan isu-isu terbaru yang

berkembang di masyarakat pada saat ini termasuk isu tentang disabilitas,membuat GKJ Baki

dapat dikatakan belum terlalu peka sehingga bentuk bangunan atau fasilitas untuk disabilitas

belum tersedia secara lengkap. Bangunan seperti kamar kecil,marka atau tanda untuk mereka

yang tunanetra dan sarana lain bagi IDD belum terlihat dengan jelas.

Penyuluhan atau seminar kecil yang dilakukan oleh beberapa lembaga setempat yang

menanganni disabilitas juga diperlukan oleh GKJ- Baki yang jemaatnya kebanyakan adalah

lansia sehingga pikiran yang masih kolot agaknya dapat diubah menjadi peka terhadap isu

18 Berdasarkan hasil wawancara dengan Mbak Ann tanggal 07 Oktober 2017, Bapak Totok Sumakno tanggal 15 Oktober 2017,dan Pdt.

Lukas Prihantoko tanggal 16 Oktober 2017.

Page 22: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

14

yang berkembang di masyarakat. Dilihat dari segi keuangan gereja,GKJ Baki mampu untuk

merombak bangunan sesuai standratisasi untuk disabilitas,tetapi belum banyak jemaat IDD

sehingga gereja belum terlalu perlu untuk merombak bangunan tersebut.

GKJ Baki yang dibangun pada tahun 80-an dan juga jemaat yang lansia dan berfikiran

masih terlalun keras,membuatGKJ Baki agak susah untuk membuat bangunan atau aristektur

yang ramah bagi IDD. Pihak Sinode GKJ sendiri belum melakukan penyuluhan tentang

strandratisasi di GKJ Baki dan juga banyak jemaat yang belum mengetahui arti disabilitas

sebernarnya. Jemaat GKJ Baki belum terlalu banyak yang mengalami disabilitas dan juga

belum banyak yang membutuhkan aristektur gereja yang ramah bagi IDD,sehingga belum

diperlukan asritektur gereja yang ramah bagi IDD.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,penulis mencoba

menyimpulkan bahwa GKJ Baki belum memerlukan bangunan gereja yang ramah bagi

IDD,karena belum adanya kebutuhan yang mecolok terhadap IDD. GKJ Baki juga masih

mempunyai program lain yang lebih terlihat secara jelas kebutuhannya,penulis juga perlu

menyadari bahwa, pada saat GKJ Baki dibangun, isu tentang disabilitas belum terdengar di

Indonesia bahkan belum terdengar di dunia, hal inilah yang menyebabkan bangunan GKJ

Bakibelum terlalu ramah terhadap IDD.Penulis juga menyimpulkan bahwa GKJ Baki belum

dapat membuka dengan luas pemikiran mereka terkait isu tentang disabilitas dan belum

merasa perlu untuk merenovasi beberapa bangunan gedung gereja agar terlihat lebuh ramah

terhadap IDD karena kebutuhan akses bagi IDD di GKJ Baki belum terlihat dengan jelas.

GKJ Baki belum sepenuhnya mengetahui apa yang dibenar-benar dibutuhkan oleh

jemaat terkhusus bagi IDD. Berdasarkan hasil observasi,penulis melihat bahwa banyak lansia

yang sudah menggunakan tongkat sehingga mereka agak kesulitan untuk menaiki anak

tangga dan membutuhkan bantuan orang lain,termasuk ibu dari penulis yang menderita stroke

ringan. Melihat sebagian besar jemaat GKJ Baki adalah lansia dan sudah lemah secara

fisik,akan sulit bagi mereka untuk mengakses baik itu kamar kecil ataupun tangga jika gereja

tidak segara merahamahkan bangunannya bagi IDD,pada akhirnya banyak jemaat yang

sangat rajin menghilang satu persatu dikarenakan akses yang ada di GKJ Baki belum

mendukung, juga fasilitas yang ada belum memadai.19

Tidak hanya itu saja penulis juga

melihat bagaimana hubungan relasi yang terjalin antara jemaat dan pendeta yang berakibat

19 Berdasarkan oberservasi penulis tanggal 22 Oktober 2017 pukul 18.00-21.00 WIB.

Page 23: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

15

pendeta belum mengetahui secara keseluruhan kebutuhan jemaat di GKJ Baki,termasuk

jemaat IDD.

3.3 Evaluasi Terhadap Arsitektur GKJ Baki Yang Ramah Bagi IDD

Berdasarkan Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tentang

Persyaratan Teknis Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, ada 4 asas

aksesbilitas pada bangunan yang ramah bagi insan dengan disabilitas. Pertama kemudahan

yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam

suatu lingkungan.Kedua kegunaan yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.Ketiga keselamatan,

yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus

memperhatikan keselamatan bagi semua orang.Keempat kemandirian, yaitu setiap orang

harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat

umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

Setelah melakukan penelitian lapangan dengan pengumpulan data melalui

wawancara, penulis memberikan evaluasi terhadap arsitektur GKJ Baki dapat menyesuaikan

dengan 4 asas aksesbilitas dan Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468

Tahun 1998 Tentang Persyaratan Teknis Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan

Lingkungan, sebagai berikut:

3.3.1 Tangga

Fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan

ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai.20

Standratisasi ini dapat digunakan oleh GKJ Baki dalam membangun tangga untuk

menuju lantai 2 pada gedung gereja baru,denganukuran penerapan dan detail standart

sebagai berikut :

20

Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan,47.

Page 24: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

16

21

3.3.2 Akses menuju tempat duduk jemaat

Akses menuju tempat duduk jemaat dapat menggunakan tekstur ubin pemandu

sesuai dengan Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun

1998 Tentang Persyaratan Teknis Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan

21

Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan,47-50.

Page 25: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

17

Lingkungan. GKJ Baki dapat memanfaatkan ubin bermotif garis-garis dan juga ubin

peringatan untuk membantu jemaat dalam keadaan tuna netra dapat sampai di tempat

duduk jemaat, yang diatur sebagai berikut :

22 23

3.3.3 Akses menuju mibar

Bangun gereja yang ramah untuk IDD juga harus dapat mempehatikan akses

menuju mimbar.Akses harus diperhatikan oleh gereja yang ramah bagi IDD. Akses ini

dibutuhkan agar mereka pelayan Tuhan yang bertugas dapat merasa nyaman dan

aman. Akses menuju mimbar ini dapat dibuatkan Ramp. Ramp adalah jalur sirkulasi

yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang

tidak dapat menggunakan tangga. Ramp ini dapat menjadi rekomendasi pembuatan

akses yang ramah menuju mibar di GKJ Baki,dengan kemiringan sebagai berikut:

22

Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan,30. 23

Page 26: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

18

24

3.3.4 Akses menuju Konsistori dan kantor gereja

Konsistori adalah sebuah ruangan tempat majelis jemaat berkumpul ataupun

rapat untuk mengambil sebuah keputusan.25

Akses menuju konsistori bagi IDD

sangatlah penting untuk membangun arsitektur gereja yang ramah bagi IDD. GKJ

Baki dapat menggunakan Ramp dalam membuat akses menuju konsistori, dengan

ketentuan sebagai berikut :

24

Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan ,43. 25 F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994),127.

Page 27: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

19

26

3.3.5 Akses menuju Gedung Magdalena (gedung gereja lama)

Gedung Magdalena adalah gedung gereja lama yang berada di GKJ Baki. Gedung

ini beralih fungsi sebagai gedung serbaguna yang biasanya digunakan persekutuan setiap

komisi yang ada di GKJ Baki. Akses yang mau penulis utarakan untuk gedung ini sama

halnya dengan akses menuju konsistori. Dimana anak tangga yang menuju Gedung

Magdalena dapat menggunakan ramp sebagai alternatif agar IDD dapat dengan mudah

menuju gedung tersebut.

26 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan ,44-45.

Page 28: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

20

27

3.3.6 Kamar Kecil

Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang

cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya,dengan

ketentuan sebagai berikut:

27 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan ,42.

Page 29: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

21

28

29

3.3.7 Area Parkir

Area parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang

cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda,

daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan

penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang,

termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan,dengan ketentuan

sebagai berikut 30

:

28 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan ,58-59. 29 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan Gedung dan Linkungan ,60. 30 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan

Gedung dan Linkungan ,31.

Page 30: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

22

31

Menurut penulis yang dikuatkan dengan hasil observasi,bagunan tangga,area parkir,

kamar kecil, akses menuju tempat duduk jemaat ,akses menuju mimbar, akses menuju

gedung utama gereja, akses menuju ruang konsistori dan kantor, dan akses menuju ruang

Magdalena di GKJ Baki disarankan dapat dibangun atau di renovasi sesuai dengan Keputusan

Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no.468 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Teknis

Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan.GKJ Baki seharusnya tidak perlu

menunggu pihak sinode GKJ,pemerintah terkhusunya bagian HAM, dan lembaga-lembaga

sosial setempat untuk melakukan penyuluhan tentang disabilitas,tetapi GKJ Baki seharusnya

memiliki kesadaran terhadap kebutuha jemaat, terkhusus bagi IDD mengingat bahwa

31 Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tahun 1998Tentang Pedoman Teknis dan Aksesbilitas Pada Bangunan Gedung dan Linkungan 8,34.

Page 31: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

23

sebagaian besar jemaat GKJ Baki adalah lansia, sehingga bangunan gedung GKJ Baki dapat

dikatakan ramah terhadap IDD.

4. Kajian Kritis dari Prespektif Teologi Disabilitas Terhadap Arsitektur GKJ Baki

Disabilitas merupakan kondisi dimana seseorang mempunyai keterbatasan dalam

melakukan aktifitas. Disabilitas bukan merupakan kecacatan semata namun merupakan hasil

interaksi dari keterbatasan yang dialami seseorang dengan lingkungannya, bukan hanya fisik

atau jiwa, namun merupakan fenomena multi dimensi yang terdiri dari fungsi tubuh,

keterbatasan aktivitas, hambatan partisipasi dan faktor lingkungan. Disabilitas tidak hanya

sekedear isu yang harus di perhatikan oleh lapisan masyarakat dan pemerintah, tetapi ranah

pendidikan sudah mulai menyinggung tentang disabilitas salah satunya adalah teologi.

Teologi Disabilitas mencoba hadir di tengah-tengah kehidupan bergereja bertujuan untuk

membuat gereja-gereja lebih memperdulikan IDD.

Seiring dengan perkembangan zaman,gereja seharusnya dapat melihat isu-isu kecil

seperti contohnya tentang disabilitas sebagai bentuk keperdulian mereka terhadap IDD.Gereja

yang hidup dengan berbagai ras,sifat dan sikap seharusnya dapat menunjukkan kepada jemaat

bagaimana gereja sudah perduli terhadap IDD,meskipun jemaatnya banyak yang belum

tergolong IDD. Dalam hal ini teologi disabilitas berperang penting untuk dapat memberikan

pemahaman tentang bagaimana kekristenan memandang disablitas tidak hanya dari injil

saja,tetapi melihat pengalaman orang yang non-disabilitas bersama dengan IDD. Teologi

disabilitas juga mencoba menawarkan usaha untuk membangun sebuah gereja yang ramah

bagi IDD.

GKJ Baki adalah salah satu gereja di klasis Sukoharjo yang belum melihat isu

disabilitas sebagai salah satu isu yang penting untuk dibahas di gereja. Hal ini terlihat dari

beberapa bangunan GKJ Baki yang belum ramah terhadap IDD. Apabila menilik dari konsep

gereja menurut Rahner yang mengatakan gereja tidak boleh memiliki sekat atau perbedaan

yang jelas di dalamnya, GKJ Baki belum memperlihatkan hal tersebut. Sekat-sekat kecil

tersebut masih terlihat, tidak hanya beberapa bentuk bangunannya yang tidak ramah dengan

IDD, tetapi juga keperdulian jemaat khususnya pendeta dan majelis terhadap kebutuhan

jemaat yang masih sangat kurang. Esensi kebutuhan terhadap IDD belum dibutuhkan di GKJ

Baki, sehingga beberapa bangunan belum ramah terhadap IDD.

Page 32: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

24

Arsitektur yang ramah bagi IDD adalah sebuah arsitektur yang dapat membuat IDD

nyaman beribadah dan juga membuat IDD merasa tidak termarginalisasi dengan halus.

Merenovasi beberapa bangunan di GKJ Baki adalah salah satu cara agar GKJ Baki dapat

memaknai pengalaman kemanusiaan yang beragam terhadap disabilitas. Dewasa ini gereja

tidak hanya menganggap batas kenormalan yang terletak pada non-IDD saja yang dapat

mengikuti ibadah atau kegiatan bergereja lainnya, tetapi gereja juga harus menyentuh batas

“ketidaknormalan” tersebut menjadi suatu hal yang dapat membuat IDD menjadi merasa

nyaman saat bergereja dan beribadah. Kenyamaan beribadah dan bergereja itu ada, ketika

gereja benar-benar mengetahui secara jelas apa yang dibutuhkan oleh jemaatnya dan hal-hal

seperti ini yang sering dianggap remeh oleh gereja. Esensi kebutuhan terhadap IDD di gereja

terkadang menjadi hambatan gereja tersebut dalam menyediakan fasilitas dan akses yang

ramah bagi IDD. Pemahaman jemaat tentang disabilitas yang sering di hubungkan dengan

dosa adalah salah satu paradigma yang harus di ubah oleh GKJ Baki, budaya yang kuat

mempengeruhi pemikiran yang sempit dan tidak dapat berkembang.

GKJ-Baki belum melihat arsitektur gereja yang mereka bangun dari kacamata teologi

disabilitas. Jemaat yang notabene adalah lansia, membuat GKJ Baki harus dapat memikirkan

atau mulai merombak beberapa bangunan dan menyediakan aksesbilitas bagi IDD sehingga

sekat pembeda di dalam gereja sudah tidak ada lagi. GKJ Baki seharusnya lebih dapat

membuka pikiran mereka terhadap isu disabilitas. Esensi kebutuhan yang katanya dianggap

belum dibutuhkan membuat GKJ Baki seolah-olah tidak memperdulikan mereka yang IDD

dan seolah-olah tidak mau membuka mata mereka untuk melihat sekeliling mereka bahwa

para lansia butuh aksesbilitas tersebut. Standratisasi yang sudah diatur dalam Keputusan

Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tentang Persyaratan Teknis Aksesbilitas

Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, seharusnya dapat menyadarkan mereka betapa

pentingnya arsitektur yang ramah terhadap IDD.

Esensi kebutuhan yang selalu menjadi tolak ukur GKJ Baki, membuat IDD yang

sangat rajin dahulu beribadah, kini jarang mengikuti ibadah karena keluhan akses yang susah.

Tidak hanya soal kebutuhan saja, tetapi relasi juga menjadi permasalahn di GKJ Baki. Relasi

yang terjalin antara pendeta dengan jemaat sangatlah kurang. Relasi adalah salah satu kunci

bagaimana sebuah gereja bisa hidup tanpa ada perbedaan yang signifikan didalamnya. Hal

inilah membuat GKJ Baki belum dapat menjawab kebutuhan jemaat, khususnya IDD.

Page 33: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

25

Penulis juga melihat faktor lain yang membuat gedung GKJ-Baki belum ramah

terhadap IDD. Faktor itu adalah relasi. Relasi adalah salah satu pondasi yang sangat penting

dalam kehidupan bergereja. Relasi juga membuat hubungan antar jemaat menjadi lebih baik.

Pada realitas yang ada, penulis melihat belum adanya kekuatan relasi yang dibangun oleh

GKJ-Baki. Relasi yang terjalin antara jemaat dengan jemaat,dengan pendeta dan majelis

belum terlalu baik. Relasi yang kurang baik ini menimbulkan kehidupan bergereja yang tidak

baik. Contohnya adalah relasi jemaat dengan pendeta. Pendeta yang kurang aktif

mengunjungi jemaat, membuat relasi tersebut agak regang. Pendeta seharusnya dapat lebih

dekat dengan jemaat untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan, khususnya bagi IDD.

Inilah yang salah satu faktor lain yang membuat arsitektur GKJ-Baki belum ramah terhadap

IDD dan program-program lain yang direncanakan oleh gereja.

Faktor yang lain adalah faktor pembangunan gereja,yang penulis akui bahwa GKJ-

Baki dibangun sebelum isu tentang disabilitas,maka dari itu arsitektur GKJ-Baki belum

terlalu ramah terhadap IDD. Seiring dengan perkembangan waktu,seharusnya GKJ-Baki

dapat meresakan kebutuhan jemaat lebih dalam lagi,khusunya bagi IDD. Arsitektur gereja

yang belum mendukung bagi IDD membuat GKJ Baki belum dapat memaknai tujuan utama

dari teologi disabilitas itu.Pendeta dan majelis yang sudah mengetahui tentang disabilitas dan

belajar hakikat gereja, seharusnya dapat membuka mata dan pikiran mereka untuk dapat lebih

ramah dengan IDD ataupun GKJ Baki dapat melihat standratisasi yang sudah ditetapkan

dalam di Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia no. 468 Tentang Persyaratan

Teknis Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, sehingga GKJ Baki dapat

membuat sekat pembeda yang selama ini tumbuh dan berkembang didalam gereja dan pada

akhirnya GKJ Baki dapat membangun sebuah arsitektur gereja yang ramah bagi IDD dengan

pondasi iman kristiani yang kuat yang membuang konotasi ketidaknormalan menjadi

kesempurnaan didalam Tuhan.

Penulis juga melihat faktor lain yang membuat GKJ-Baki agak kesulitan untuk

membangun arsitektur gereja yang ramah bagi IDD yaitu dari pemerintah. Undang-Undang

dan peraturan tentang pedoman teknis untuk kemudahan akses IDD yang telah pemerintah

buat agaknya belum dapat direalisasikan dengan baik. Petunjuk pelaksana dan teknis yang

tertera dalam undang-undang belum dipublikasikan secara langsung oleh pemerintah baik

secara lisan maupun secara tulisan. Hal inilah yang membuat beberapa provinsi kesulitan

untuk mejalankan peraturan yang sudah pemerintah buat tentang disabilitas. Dinas Sosial

didaerah setempat khusunya di daerah solo belum bergerak memperjuangkan hak-hak

Page 34: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

26

disabilitas. Penganggaran dari pemerintah untuk IDD juga belum terlaksana dengan baik,

sehingga membuat GKJ-Baki khususnya agak kesulitan untuk membangun arsitektur gereja

yang ramah bagi IDD.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui proses penelitian dan kajian kritis terhadap arsitektur GKJ-Baki yang

ramah terhadap IDD, penulis menyimpulkan bahwa arsitektur GKJ-Baki belum ramah

terhadap IDD. Beberapa alasan yang penulis lihat pertama, esensi kebutuhan yang menurut

GKJ-Baki terhadap arsitektur yang ramah bagi IDD belum terlalu dibutuhkan. GKJ-Baki

belum benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan jemaat, melihat notabene jemaat adalah

lansia, sehingga esensi kebutuhan tersebut dapat terwujud melalui arsitektur yang ramah bagi

IDD, jika GKJ-Baki benar-benar memahami kebutuhan jemaat. Kedua adalah GKJ-Baki

belum mengetahui secara jelas tentang adanya Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik

Indonesia no. 468 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Teknis Aksesbilitas Pada Bangunan

Umum dan Lingkungan, dan juga belum adanya penyuluhan secara lisan dari pemerintah

terhadap bangunan yang ramah bagi IDD. Ketiga pola pikir baik jemaat,pendeta dan majelis

yang belum terbuka dengan IDD dan masih berfikiran secara kolot, membuat isu-isu yang

baru termasuk disabilitas belum terlalu dilihat secara jelas oleh GKJ-Baki. Pola pikir tersebut

dapat diubah ketika seluruh jemaat, majelis dan pendeta berusaha untuk dapat bekerjasama

dan berkomunikasi dengan baik dan melihat dengan jelas bahwa IDD di GKJ-Baki lumayan

banyak dan mereka membutuhkan akses yang memadai sehingga dalam mengikuti ibadah

mereka dapat merasakan hadirat Tuhan dalam kehidupan mereka masing-masing. Keempat

relasi yang terjalin antara jemaat dengan pendeta tidak begitu baik.Relasi ini adalah salah satu

kunci utama dalam kehidupan beregereja. Tanpa adanya relasi maka pendeta tidak dapat

mengetahui secara jelas kebutuhan jemaat khususnya IDD. Relasi yang seperti inilah yang

harus diperbaiki antara pendeta dengan jemaat.

5.2 Saran

Pada akhirnya setelah proses penelitian dan melakukan kajian kritis, penulis

memberikan saran. Pertama kepada GKJ-Baki penulis mengusulkan dua saran. GKJ-Baki

Page 35: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

27

harus benar-benar mau dan sadar terhadap isu tentang disabilitas, yang bisa diadakan

dengan cara memberikan penyuluhan tentang Disabilitas sehingga dapat memberikan

pemahaman yang mendalam tentang disabilitas dan membangun komunikasi yang erat

dengan jemaat sehinga GKJ-Baki dapat dikategorikan gereja yang ramah bagi IDD. GKJ-

Baki juga dapat membuat proposal yang ditujukan kepada PERDA (Pemerintah Daerah)

untuk meminta bantuan dana dalam membangun arsitektur gereja yang ramah bagi IDD.

Kedua kepada Sinode GKJ penulis mencoba memberikan saran untuk lebih aktif

memberikan penyuluhan terkhususnya tentang disabilitas agar GKJ yang ada diseluruh

jawa baik yang dipelosok ataupun dikota dapat memahami tentang disabilitas dan dapat

membangun gereja mereka lebih ramah lagi terhadap IDD. Ketiga Kepada Pemerintah

khusunya bagian HAM penulis mencoba memberikan saran untuk lebih aktif lagi

menyuarakan Hak Asasi Manusia bagi mereka IDD (Insan Dengan Disabilitas) sehingga

lapisan masyarakat dapat saling menghargai Hak yang sama tanpa adanya perbedaan

yang jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan banyak penyuluhan di berbagai

wilayah baik Kota, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Tidak hanya penyuluhan saja,

tetapi juga penganggaran negera terhadap IDD juga harus dilakukan dengan sematang-

matangnya dan di realisasikan ke daerah-daerah, hal ini dilakukan agar membuat setiap

daerh mempunyai anggaran yang khusus IDD dan membuat fasilitas publik dan tempat

ibadah agar lebih ramah terhadap IDD. Keempat kepada Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana penulis mencoba memberikan saran agar mata kuliah Teologi

Disabilitas dapat direalisasikan dalam kehidupan bergereja dan berkontribusi, sehingga

gereja dapat melihat dari kacamata Teologi Disabilitas dan dapat menciptakan Arsitektur

Gereja yang ramah bagi IDD.

Page 36: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

28

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas, UU No. 8 Tahun 2016. TLN

No. 5871.

Keputusan Mentri Pekerja Umum Republik Indonesia Tentang Persyaratan Teknis

Aksesbilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, Keputusan Mentri Pekerjaan

Umum Nomor. 48 tahun 1998.

B. Buku

Christiani, Tabita Kartika. Disability and Public Issues: Health, Proverty, Education, Gender

and Unemployment. Dalam Doing Theology from Disability Perspective, diedit oleh

Wati Longchar & Gordon Cowans. Manila : ATESEA, 2011.

Nursyamsi, Fajri, Estu Dyah Arifianti, dkk. Kerangka Hukum Disabilitas di Indonesia:

Menuju Indonesia Ramah Disabilitas”. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan

Indonesia, 2015.

Mangunwijaya, Y.B. Wastu Citra : Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi-Sendi

Filsafatnya Berserta Contoh-contoh Praktis. Jakarta: Gramedia, 2009.

Reinders, S.Hans. “Theology and Disability : What is Question”, dalam Julie Claassens,

Leslie Swartz, dan Len Hansen (eds), Searching For Dignity : Conversation On

Human Dignity,Theology and Disability. Afrika Selatan: Sun Media Stellenbosch,

2013.

Setyawan, Yusak B. Membaca Alkitab dalam Perspektif Disabilitas:Menuju Hermeneutik

Disabilitas. Prosiding UKSW, 2013.

_________. Buku Ajar Eklesiologi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana, 2003.

_________. Teologi Disabilitas Hand-Out. Salatiga :Fakultas Teologi Universitas Kristen

Satya Wacana, 2015.

_________. Teologi Disabilitas Hand-Out.Salatiga. Salatiga :Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana, 2017.

Page 37: Gedung Gereja yang Ramah Bagi Insan Dengan Disabilitas: Kajian … · 2019. 7. 2. · keluarga saya baik Keluarga Malinso dan Keluarga besar Trah Resodiharjo yang tanpa ... Indonesia

29

Singgih, E. Gerrit. Mengatasi Masa Depan : Berteologi Dalam Konteks di Awal Millenium

III. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 2004.

Heuken, A. “Arsitektur Gereja dan Liturgi‟‟, dalam Yusak Soleiman, H. Ongirwalu, dan

Danang Kurniawan (eds), Prosiding Studi Institusi : Arsitektur dan Liturgi Gereja.

Jakarta: PERSETIA, 2015.

Krispurwana, Cahyadi. Pastoral Gereja : Paroki Dalam Upaya Membangun Gereja Yang

Hidup. Yogyakarta : Kanisius,2009.

Verkuyl, J.Dr. Aku Percaya : Uraian Tentang Injil dan Seruan Untuk Percaya. Jakarta : Bpk.

Gunung Mulia, 2001.

White, F. James. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta : Bpk. Gunung Mulia, 2009.

C. BULETIN/ARTIKEL ILMIAH/JURNAL

Harahap, Repindowaty Rahayu dan Bustanudin.“Perlindungan Terhadap Penyandang

Disabilitas Menurut Convention On The Rights Of Person With Disabilities

(CRPD)’’. Jakarta :Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015.

Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyandang Disabilitas.Buletin Jendela Data Dan

Informasi Kesehatan, semester II. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014.

Sinulingga, Issabella N.. “Keindahan Dalam Disabilitas: Sebuah Konstruksi Teologi

Disabilitas Intelektual”. Indonesian Journal Of Theology 3/1 July 2015.

Wijaya, Trifena. “Representasi Spritualitas Kristen Pada Arsitektur Gereja Kristen Indonesia

Pergolan Bunder Surabaya”. Commoline Departemen Komunikasi Vol. 3/ No. 2,

Tahun 2014.

D. KAMUS

Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013.