GAYATRI MANTRAM DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus:...
Transcript of GAYATRI MANTRAM DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus:...
GAYATRI MANTRAM DAN KESEHATAN MENTAL
(Studi Kasus: Pura Satya Loka Arcana, Bekasi, Jawa Barat)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Prameswari Kirana Allyssa
NIM: 11150321000045
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Prameswari Kirana Allyssa
NIM : 11150321000045
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama
Judul Skripsi : Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli yang di ajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau hasil
jiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Desember 2019
Prameswari Kirana Allyssa
iv
ABSTRAK
Prameswari Kirana Allyssa. 2019. Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental (Studi
Kasus: Pura Satya Loka Arcana, Bekasi). Prodi Studi Agama-Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setiap Agama mempunyai beragam tata cara untuk beribadah, salah satunya
adalah Agama Hindu yang beribadah tiga kali sehari, yang dikenal dengan Trisandya.
Dalam Trisandya dibacakan berbagai macam doa, salah satu doanya adalah Gayatri
Mantram. Dalam Agama Hindu, Gayatri Mantram juga dipergunakan dalam meditasi.
Gayatri Mantram juga dipergunakan dalam meditasi. Gayatri Mantram dipercayai
berpengaruh pada kesehatan mental bagi yang mengamalkannya, baik dalam
peribadatan, maupun dalam meditasi.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan
yang didukung oleh kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan yang
digunakan dalam melakukan penelitian adalah pendekatan psikologi yaitu
menggunakan teori dari Hana Djumhana dan Isep Zainul Arifin. Kemudian, teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
deskriptif.
Hasil penelitian yang penulis dapatkan bahwa Gayatri Mantram mempunyai
pengaruh yang besar bagi kesehatan Mental responden yang mengamalkannya.
Kata kunci: Gayatri Mantram, Kesehatan Mental
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kesempurnaan akal pikiran kepada manusia. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat,
dan para pengikutnya dari awal hingga akhir zaman. Semoga kelak mendapatkan
syafa’atnya. Amin
Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain ucapan syukur yang amat besar
kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tanggung jawab kepada kedua orang tua serta terhadap diri sendiri dan
berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gayatri Mantram dan Kesehatan
Mental” dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag) di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat
selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Sudah sepatutnya penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyelesaian skripsi ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis
ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Syaiful Azmi, MA., selaku Ketua Prodi Studi Agama-agama, Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai
dosen pembimbing penulis yang telah memberikan banyak masukan yang
sangat bermakna.
vi
2. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Prodi Studi Agama-
agama yang telah mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi dari mulai
proposal hingga skripsi selesai.
3. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen Studi Agama-agama dan dosen
pengampu mata kuliah yang bersinggungan dengan penulis secara langsung
dari mulai semester satu sampai delapan yang telah berkenan membagi ilmunya
dengan sepenuh hati kepada penulis.
4. Segenap staf perpustakaan, baik Perpustakaan Umum maupun Perpustakaan
Fakultas yang menyediakan berbagai referensi yang dibutuhkan penulis.
5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan
membantu penulis dalam mengurus hal pengadaan surat, serta telah
menyediakan sarana dan prasarana yang membuat penulis nyaman dalam
proses belajar di kelas.
6. Kepada seluruh responden, Pandita, dan pengurus Pura Satya Loka Arcana
Bekasi, yang telah memberikan informasi dan bersedia diwawancarai.
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Subarkah dan Ibu Ine Sefina. Yang telah
mencurahkan segala kasih sayangnya dalam bentuk apapun dan semoga suatu
saat dapat terbalaskan dan senantiasa diberi kesehatan selalu dalam lindungan-
Nya.
8. Kepada adik-adik, Muhammad Jafar raihan, dan Muhammad Rizky
Fadhlurahman yang selalu menghibur dirumah dan memberikan dukungan.
vii
9. Kepada nenek, Almh. Yan Mulyana, om dan tante, Bapak Indra Purnama dan
Ibu Fitri Yeni, dan juga saudara saya nadya Firnanda dan Rafiid, yang selalu
mendukung penulis dan mendoakan penulis, sehingga bisa sampai di titik ini.
10. Kepada Izzuddin Alfatih, yang selalu mendampingi dan selalu mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabat di Studi Agama-Agama 2015, Nadya. Q, Rozatul
Husna, Ikhwatun Muamalah, Syifaul Khusna, dan Ade Ulfatun yang selalu
membantu, mendengarkan curahan hati dan temam menuntut ilmu selama di
kampus.
12. Sahabat-sahabat penulis selama KKN, Rahma Dwi S, Diyya Fathya, Dyah
Safira, Beyan Mudhofar, dan Ismail Saleh, yang membuat KKN menjadi lebih
menyenangkan.
13. Teman seperjuangan meraih gelar sarjana, Studi Agama-Agama angkatan 2015
yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis. Terutama untuk kelas B
yang telah memberikan banyak warna selama 4 tahun bersama. Bertemu
dengan kalian merupakan anugerah yang tak mungkin penulis dapatkan di
tempat lain.
Hormat, penulis ucapkan ribuan terima kasih atas segala dukungan, baik dalam
bentuk dorongan, motivasi, dan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Akhir kata, semoga Allah SWT. membalas segala kebaikan kepada
semua pihak yang membantu, menemani, dan mendukung penulis dalam menjalani
proses perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis
viii
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan karya
selanjutnya. Besar harapan dari penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat secara umum bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.
Jakarta, Desember 2019
Penulis,
Prameswari Kirana A
NIM 11150321000045
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7
F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 12
BAB II GAYATRI MANTRAM DALAM HINDU
A. Pengertian Gayatri Mantram ................................................................ 14
B. Kedudukan Gayatri Mantram dalam Weda.......................................... 17
C. Makna Dari Bait Gayatri Mantram ...................................................... 19
D. Manfaat Gayatri Untuk Kesehatan Mental .......................................... 22
E. Contoh Kegunaan Gayatri Mantram Untuk Kesehatan Mental ........... 26
x
BAB III PRAKTIK GAYATRI MANTRAM DI PURA SATYA LOKA
ARCANA BEKASI
A. Sejarah Pura Satya Loka Arcana .......................................................... 28
B. Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana ........................ 35
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA PENGARUH GAYATRI
MANTRAM BAGI KESEHATAN MENTAL DI PURA SATYA LOKA
ARCANA BEKASI
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 44
B. Analisa Data Penelitian ........................................................................ 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hindu berkembang dengan sangat pesat di nusantara, dan membangun
sebuah peradaban. Banyak kerajaan Hindu bermunculan dan mempunyai
kekuasaan yang sangat luas. Hingga akhirnya tergantikan dengan munculnya
agama Buddha dan meruntuhkan peradaban Hindu. Namun, Hindu masih
mempunyai pengaruh sangat besar kepada masyarakat, baik di kota-kota maupun
di desa-desa di Sekitar Pulau Bali. Menurut tradisi, masuknya agama Hindu ke
Pulau Bali diduga terjadi sejak abad ke-7 dengan tibanya rombongan dari Jawa
yang terdiri dari 400 orang pengiring yang dipimpin oleh Markandeya.
Rombongan itulah yang meletakkan unsur kebudayaan Hindu di Bali dengan
mendirikan pusat persembahyangan di Pura Besakih.1
Dalam proses akulturasi antara kebudayaan Bali asli dan kebudayaan
Hindu, ada beberapa unsur kebudayaan asli yang masih bertahan. Hal itu terlihat
pada seni bangunan, seni sastra, dan seni patung. Tradisi Hindu masih mampu
bertahan di tengah-tengah masyarakat di Sekitar Pulau Bali setelah runtuhnya
kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh Hindu
mampu berakar demikian kuatnya sehingga masih terasa sampai sekarang.
penganut yang kuat tersebut diduga terjadi sebagai akibat luas dan intensifnya
hubungan para penyebar Hindu dengan penduduk yang telah menyebabkan
Hinduisme meresap dengan tetap.2
1 M. Habib Mustopo, Sejarah (Jakarta: Yudhistira, 2002), h. 40. 2 https://id.wikipedia.org/wiki/Hindu_di_Indonesia, diakses pada 27 April 2019
2
Hindu yang berkembang di Bali disebut dengan Hindu Dharma. Hindu
dharma merupakan sinkretisme antara budaya yang berkembang di Bali dengan
agama Hindu India. Mereka percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Soal
nama Tuhan, tergantung pada cara mereka menyembutkannya. Kadang-kadang
disebut dewa Brahma, Hyang Widhi, Hyang Wasa, dan lain-lain, namun yang
memegang kekuasaan tertinggi itu hanya satu saja. Dalam Weda
disebutkan: “Ekan Eva Adwiyam Brahman” yang artinya: “hanya satu tiada dua-
Nya, yaitu Brahman”. Meskipun Tuhan satu tapi dapat dimanifestasikan dalam
bermacam-macam nama menurut sifat dan kekuasaan yang ada pada-Nya. Bila
dilihat dari fungsi-fungsinya Sang Hyang Widhi itu dapat disebut dengan nama
utama dari Trisaykti yaitu Brahma, yaitu Sang Hyang Widhi dalam fungsi sebagai
pencipta.3
Hindu Dharma mempunyai konsep peribadatan Trisandya. Setiap hari,
umat Hindu melakukan sembahyang Trisandya. Doa ini dilakukan sehari 3 kali
pada saat pergantian waktu, yaitu pagi, siang dan sore. Umat Hindu melakukan
berbagai macam persembahyangan, doa prārthanā atau puja. Persembahyangan,
selain rutin sembahyang sehari-hari, dilakukan juga di beberapa hari suci dalam
Agama Hindu. ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pribadi atau
mencapai pencerahan spiritual. Hindu dapat bersembahyang kepada kebenaran
dan keberadaan absolut tertinggi yang disebut Brahman, atau secara umum
ditujukan kepada salah satu manifestasinya dalam Trimurti, yakni Brahma sebagai
3 Jirhanuddin, Perbandingan Agama ( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010), h. 80.
3
dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, Shiwa sebagai dewa
penghancur.4
Dalam melaksanakan Trisandya, dibacakan doa- doa atau mantra-mantra.
Biasanya yang dibacakan adalah Puja Trisandya, Puja Trisandya diucapkan secara
lengkap keenam baitnya, karena tiga bait pertama adalah puja-puji kepada Hyang
Widhi, dan tiga bait terakhir adalah permohonan ampun dan kepasrahan kepada-
Nya. Bait pertama disebut Gayatri Mantram. Gayatri mantram merupakan ibu dari
segala mantra, yang terdapat dalam Weda, kitab suci agama Hindu. Gayatri
Mantram merupakan landasan Weda. Gayatri mantram bisa berupa pujian,
nyanyian, maupun doa. Gayatri Mantram berisi pemujaan terhadap tuhan dan
harapan yang sudah terwakili. Makna Gayatri Mantram adalah anugrah
pencerahan pada hati nurani ini., Nurani dalam Kegelapan akan dituntun ke jalan
terang, hati yang terang akan dituntun pada perbuatan satwika. Gayatri Mantram
sama artinya dengan ketuhanan, karena itu harus diucapkan dengan rendah hati,
penuh hormat, keyakinan dan kasih kepada mantra tersebut.5
Gayatri Mantram yang merupakan Ibu dari segala mantra, dapat
digunakan dalam waktu sempit/ penting misalnya sebelum berangkat, ketika akan
menyeberang sungai, menjelang, dan setelah kelahiran bayi, dan juga dapat
digunakan sebagai pengobatan spiritual. Gayatri Mantram dapat digunakan untuk
pengobatan dengan cara meditasi dan berkonsentrasi secara yakin dan rutin.
4 https://hindualukta.blogspot.com/ diakses pada 22 Februari 2019 11.29 WIB 5 Wawancara dengan I Putu Mahardika, 20 Februari 2019.
4
Karena mudah diterapkan dan boleh digunakan secara universal, Gayatri Mantram
dianggap efektif untuk mengobati penyakit melalui terapi spiritual.6
Gayatri Mantram mempunyai makna yang sama dengan dzikir dalam
Islam, sebagaimana orang muslim percaya bahwa dengan berdzikir, umatnya akan
mendapatkan keberkahan, orang hindu pun percaya bahwa dengan bergayatri,
dapat mendapatkan ketenangan, keberkahan dalam hidup dan kesehatan.
Termasuk menghilangkan tekanan psikologis dalam diri manusia. Sifat marah,
rasa dendam, rasa benci, depresi dan lain sebagainya adalah gejala seseorang
tertekan secara psikologis atau fisik yang breaksi akibat menghadapi sesuatu yang
dianggap membahayakan, gejala tersebut disebut dengan stress.7
Stress adalah kondisi yang sedang terjadi ketika kesehatan mental
seseorang sedang buruk, dan orang yang mengalami stress perlu di bantu agar
kesehatan mentalnya membaik dengan tujuan menghilangkan stress dan
mendapatkan ketenangan batin. Hilangnya rasa dendam, rasa benci, depresi dan
mencapai kondisi ketenangan batin dikatakan oleh Hana Djumhara Bastaman
sebagai pola sintomatis yaitu pola yang berhubungan dengan gejala (syntoms) dan
keluhan (complaints), gangguan atau penyakit nafsaniah yaitu terhindarnya
seseorang dari hal-hal yang menyebabkan ketidak sehatan mental.8
Kesehatan Mental menurut paham ilmu kedokteran, seperti yang di
ungkapkan Hawari (1996 : 12) adalah salah satu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan
6 Wawancara dengan Bli Wayan, 20 Februari 2019 7 Novita Joseph “Stress”, https://hellosehat.com/penyakit/stress/ (diakses pada 21 Juni 2019, pukul
07.37) 8 H. Ramayulis , Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2016) h.162
5
perkembangan itu selaras dengan orang lain. Gayatri Mantram dipercaya
mempunyai spirit atau kekuatan yang baik dan bila dibaca, dapat menimbulkan
ketenangan jiwa yang berarti lepasnya pikiran- pikiran keduniawian dan
mendekatnya diri kita kepada tuhan. seperti hal nya Dzikir dalam Islam. Dalam
Islam, para Sufi percaya bahwa Dzikir, menimbulkan adanya rasa kepuasan,
kegembiraan (al-farh atau al-furur) dan kebahagiaan (al-sa’adah) dalam
menyikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.9
Penggunaan Gayatri Mantram dalam pengobatan telah dibuktikan oleh
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, oleh para penderita skizofrenia. Dengan Gayatri
Mantram, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan metode terapi perilaku
kognitif. Terapi dilaksanakan dalam 3 kali sehari, dengan proses meditasi.
Hasilnya, pasien dapat menenangkan pikiran dan jiwa, mendekatkan diri kepada
Tuhan, serta pada pasien yang mempunyai halusinasi dapat mengembalikan
persepsi pasien terkait dirinya, orang lain dan lingkungan disekitarnya.10
Jika menekankan pada pembahasan Gayatri Mantram lebih jauh, maka
banyak sekali beberapa aspek nilai Gayatri Mantram yang akan diperoleh. Oleh
sebab itu permasalahan khusus yang akan diangkat pada penelitian ini adalah
bagaimana sebenarnya ajaran dari Gayatri Mantram dan bagaimana pengaruhnya
sebagai salah satu metode pengobatan dengan meditasi, sehingga permasalahan
yang diangkat tidak melebar jauh, dan fokus kedalam pembahasan yang
9 Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin
Kamulan Durenan Trenggalek (Skripsi, IAIN Tulungagung 2015) h.22
10 Putu Agus Windu Yasa Bukian, PENGARUH TERAPI SPIRITUAL GAYATRI MANTRAM
TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI
BALI TAHUN 2018, Vol. 3, No. 2, September 2018
6
sebenarnya ingin penulis sampaikan. Maka dari itu perlu adanya penelitian yang
berjudul “Ajaran Gayatri Mantram dan Kesehatan Mental dalam Hindu”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa hubungan antara ajaran Gayatri Mantram dengan kesehatan
mental?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka penelitian bertujuan sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui bagaimana ajaran Gayatri Mantram
2. Untuk mengetahui apa saja unsur Nilai Spiritual yang ada dalam Gayatri
Mantram
3. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan Gayatri Mantram dalam
proses meditasi
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka penelitian ini memiliki manfaat antara lain :
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan dan refrensi terhadap
peneliti selanjutnya.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang ajaran
Gayatri Mantram dan kegunaannya
7
c. Penelitian ini sebagai sumber informasi khususnya bagi calon sarjana
jurusan Studi Agama-agama yang dituntut memiliki sikap arif dan
bijaksana terhadap berbagai ajaran dari agama- agama.
d. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana Strata 1 (S1) Agama pada Jurusan Studi Agama – Agama
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan wawasan kepada pembaca
terkait ajaran dari Agama Hindu yang mempunyai manfaat lain selain
untuk peribadatan. Dan memberikan informasi mengenai nilai spiritual
yang terdapat di dalam ajaran Gayatri Mantram.
E. Tinjauan Pustaka
Penulisan penelitian yang dipaparkan oleh penulis adalah melaksanakan
penelitian secara langsung ke objek yang dituju, agar mendapatkan hasil yang
sebenar-benarnya, selain itu juga peneliti mengacu pada sumber yang telah
melaksanakan penelitian sebelumnya, guna menyampaikan beberapa teori agar
sesuai dengan judul penelitian ini
Pertama, Jurnal yang berjudul Gambaran Asuhan Keperawatan
Penerapan Terapi Psikoreligius "Gayatri Mantram" Dalam Mengatasi Ansietas
Pada Pasien Kanker Serviks (2018) karya Luh Putu Ratih. Jurnal ini berkaitan
dengan skripsi ini, yaitu membahas tentang hubungan Gayatri Mantram dengan
kesehatan mental. Namun, yang berbeda adalah skripsi ini membahas tentang
makna dari Gayatri mantram dan juga penerapannya untuk kesehatan mental.
8
Kedua, Jurnal yang berjudul Pengaruh Terapi Spiritual Gayatri Mantram
Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali Tahun 2018, karya Putu Agus Windu Yasa Bukian, dan Gede Nur
Widya Putra. Jurnal ini berkaitan dengan proposal skripsi ini, yaitu membahas
tentang bagaimana Gayatri Mantram terbukti dapat digunakan untuk kesehatan
mental. Namun, yang berbeda adalah di skripsi ini dibahas lebih lanjut tentang
bagaimanna cara penerapannya dan bagaimana efeknya.
Ketiga, Buku yang berjudul Maha dahsyat gayatri mantra (2011), karya I
Nyoman Putra. buku ini berkaitan dengan proposal skripsi ini, yaitu membahas
tentang pengertian Gayatri Mantram. Namun, yang berbeda adalah di skripsi ini
dibahas lebih lanjut tentang kegunaannya untuk kesehatan mental dan bagaimana
penerapannya.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian lapangan (Field Research) dengan
cara menggunakan penelitian kualitatif, yang mana penulis melakukan survey
langsung ke lapangan serta bersinggungan langsung dengan Pemeluk Agama
Hindu, seperti pandita dan juga Umat Hindu. Selain itu penulis
mendiskripsikan gambaran secara keseluruhan mengenai Gayatri Mantram
tersebut.
Penulis juga melakukan studi kepustakaan (Library Research),
dalam hal ini peneliti mengumpulkan beberapa data dan informasi tertulis
yang mampu mendukung penelitian dan dianggap relevan dengan topik
9
proposal yang diteliti. Data dan Informasi tersebut diperoleh dari Jurnal
Penelitian, Laporan Penelitian, buku-buku ilmiah, Skripsi, tesis, disertasi, dan
sumber-sumber lainnya.
2. Pendekatan
Penelitian ini adalah tentang Nilai Spiritual dalam Gayatri Mantram
dan juga kegunaannya untuk kesehatan mental. Sebagaimana suatu penelitian
agar kebenarannya menjadi mutlak, tanpa terjadinya pengurangan maupun
kelebihan makna yang semestinya, maka Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologis adalah, pendekatan yang meneliti dan
mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-
gejala kejiwaan yang berada di belakangnya.11 Teori yang mendukung
penelitian ini adalah teori pendekatan terhadap perkembangan yang dipakai
oleh Abraham Maslow.
Pendekatan terhadap perkembangan adalah penelitian mengenai asal-
usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya dengan
agama yang dianutnya.12 Pendekatan ini dipakai karena penulis berhubungan
langsung dengan umat Hindu dan bertanya langsung bagaimana Gayatri
Mantram dipakai dalam peribadatan mereka sehari-hari dan bagaimana
mereka menggunakan Gayatri mantram untuk ketenangan jiwa.
11 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama ( Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.11 12 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia), h.23
10
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah
Umat Hindu, Pandita, dan Pemangku dalam Pura Satya Loka Arcana
Bekasi.
4. Metode Pengumpulan Data
Karena penelitian ini tergolong penelitian lapangan, maka data
yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari observasi, wawancara dan
dokumenter.
a. Observasi
Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang didapatkan
melalui penelitian baik secara langsung maupun tidak secara langsung
menuju ke objek yang akan diteliti. Observasi bertujuan untuk
mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi dan kondisi yang
sebenarnya, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya keadaan
yang dipertanyakan. Metode ini menggunakan pengamatan atau
penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi,situasi, proses atau
perilaku.13
Peneliti secara langsung menuju ke Pura untuk melihat dan
mengamati peribadatan Umat Hindu dan diharapkan penulis mampu
memberikan penggambaran secara menyeluruh tentang Gayatri Mantram
dan Meditasi.
13 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 52
11
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan Data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, transkip, buku, foto, surat kabar, media online, majalah,
prasasti, rapat, agenda dan sebagainya yang berhubungan dengan
penelitian.
c. Interview (wawancara)
Interview merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara berdialog langsung dengan narasumber yang berkaitan akan
tetapi dapat juga dilaksanakan dengan memberikan beberapa rentetan
pertanyaan tertulis agar narasumber mempunyai waktu untuk menjawab
dengan tidak tergesa-gesa.14 Wawancara adalah pertemuan antara periset
dan responden (narasumber), dimana jawaban responden akan menjadi
data mentah, guna bahan yang akan di selesaikan.15
d. Sumber penelitian
Sumber penelitian terdapat dua jenis, yaitu sumber penelitian
primer dan sekunder. Sumber penelitian primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data
primer dapt berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,
hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadiann atu kegiatan, dan
hasil pengujian. Sedangkan sumber data sekunder adalah, sumber data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui perantara
14 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 52 15 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h.104
12
(diperoleh dan dicatat pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.16
e. Teknik penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku Pedoman
Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014/2015 yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
G. Sistematika penulisan
Adapun beberapa sistematika penulisan pada penulisan skripsi ini
disusun secara sistematis dan terperinci, yang terdiri dari penjelasan setiap
bab seperti berikut:
BAB I: Pendahuluan
Dalam pembahasan bab ini, penulis memaparkan beberapa sub bab
antara lain Latar Belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan
Sistematika penulisan.
BAB II:Pengertian Gayatri Mantram
Berisi tentang pengertian Gayatri Mantram, dan Kegunaan Gayatri
Mantram untuk Kesehatan Mental.
BAB III: Praktik Pura Satya Loka Arcana
Dalam Pembahasan bab ini penulis memaparkan tentang profil
pura yang akan menjadi tempat penelitian.
16 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder ( Jakarta:
{PT. Raja Grafindo Persada), h.52
13
BAB IV: Analisis Terhadap Pengaruh Gayatri Mantram di Pura Satya
Loka Arcana Terhadap Kesehatan Mental
Pada bab ini penulis akan memaparkan landasan teoritis kriteria
kesehatan mental dan analisa data wawancara subjek setelah bermeditasi
pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
BAB V: Penutup
Dalam Pembahasan ini berisi tentang kesimpulan terhadap hasil
penelitian penulis terhadap kegiatan meditasi di Pura tersebut. Penulis
juga akan menjawab secara deskriptif dan mendetail rumusan masalah
yang penulis sampaikan pada bab pertama.
14
BAB II
GAYATRI MANTRAM DALAM HINDU
A. Pengertian Gayatri Mantram
Secara etimologi Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata
Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini.
Dari kombinasi Man dan Tra itulah disebut mantra yang berarti dapat memanggil
datang (Amantrana). Arti Mantra yang lebih rendah adalah rumusan gaib untuk
melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam keinginan
duniawi, tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut. Mantra adalah sebuah
kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual
atau keinginan material, yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun
penghancuran diri seseorang.1
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Mantra adalah kegiatan
membebaskan pikiran yang diambil dari bahasa Sansekerta. Dan dapat diartikan
sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap
mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk
menandingi kekuatan gaib yang lain.2
Dalam agama Hindu, secara universal kita mengenal yang namanya
mantra/mantram. Mantra bukanlah hanya sekedar nyanyian kata-kata, namun
sebagai sarana memusatkan pikiran menuju alam kebahagiaan spiritual
Tuhan/Sang Hyang Widhi dan sebagai sarana komunikasi yang mempunyai nilai
1 http://mantramhindubali.blogspot.com/2011/11/apa-itu-mantra.html, diakses pada 16 Juli
2019 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001)
15
yang sangat religius. Mantra tidak hanya diucapkan berkali-kali tetapi juga harus
dimengerti dan direnungkan. Dengan begitu anda akan dapat merasakan
kebahagiaan spiritual menuju kepada Hyang Widhi. Dan dalam Hindu, Mantra
juga mempunyai peranan penting. Mantra dipercayai dapat dapat membawa
pembebasan dari keduniawian dan hal-hal sepele yang biasanya menguasai
pikiran manusia kedalam alam spiritual yang sekaligus beraneka ragam.3
Terdapat berbagai macam Mantram yang digunakan dalam ibadah
maupun dalam kehidupan sehari- hari. Salah satunya adalah Mantra yang bernama
Mantram Gayatri atau bisa disebut juga sebagai Gayatri Mantram. Gayatri berarti
“penyelamat bagi yang menyanyikannya”. kekuatan mistis mantra ini dianggap
sangat penting sehingga disebut dengan ibu dari Veda.
Tidak ada yang lebih tinggi dari Gayatri dalam Veda. Mantra Gayatri
juga disebut sebagai dengan Savitri mantra karena ditujukan pada Savitri. Gayatri
merupakan mantra yang sangat unik karena merupakan perwujudan dari tiga
konsepstora (nyanyian pujian dan kemuliaan Sang Hyang Widhi), dhyaana
(meditasi) dan praarthana (doa).4
Gayatri mantram mempunyai bunyi sebagai berikut:
Om bhur bhuvah svah
tat savitur varenyam
3 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, ( Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.25
4 http://cakepane.blogspot.com/2010/03/tentang-gayatri-mantram.html diakses pada 20 Juli
2019
16
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
Arti dari bagian pertama mantra Gayatri ini yaitu “Om (Tuhan) adalah
bhur bhuvah svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan
Sanghyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita”. Mantra pada bagian
ini mengimplikasikan bahwa sesungguhnya seorang hamba senantiasa mengingat
Tuhan Sang Hyang Widi. Tuhan semesta alam, seorang hamba hendaknya selalu
mengingat Tuhanya dengan jalan memusatkan pikiran dan berdoa kepada Tuhan
semoga ia diberikan semangat oleh Tuhan Sang Hyang Widi.
Diberikannya semangat pikiran oleh Tuhan kepada hambanya diharapkan
seorang hamba akan memperoleh kecermerlangan dan kemulian dihadapan Tuhan.
Sasaran dalam bagian mantra ini adalah kejernihan dan semangat yang diberikan
oleh Tuhan Sang Hyang Widi kepada hamba-Nya. Tujuan mantra pada bagian ini
meminta agar Tuhan Sang Hyang Widi memberikan semangat pada pikiran
manusia atau hamba-Nya dengan cara memusatkan pikiran pada kecemerlangan
dan kemulaian Tuhan.5
Ketiga bagian/konsep ini juga dapat dilukiskan sebagai berikut:6
1. Pujian kepada Savita. Mula-mula Tuhan dipuja puji.
2. Meditasi pada Savita. Setelah itu Tuhan direnungkan dengan Khidmat.
5 http://www.sathyasai.org/devotional/gayatri,” Gayatri mantram, a universal prayer,
meaning and significance”, diakses pada 1 September 2019
6 Ketut Wiana, Sembahyang Menurut Hindu (Yayasan Dharma Naradha: 1992), h.95
17
3. Doa kepada Savita. Diajukanlah permohonan kepada Tuhan untuk
membangkitkan dan menguatkan akal budi atau kemampuan pertimbangan yang
bijak dalam diri kita.
Tagore, menulis dalam “sadhana”, bacaan dari meditasi yang digunakan
ssehari-hari adalah gayatri, ayat yang dianggap sebagai lambang dari semua weda.
Gayatri membantu kita untuk menyadari hal penting, yaitu hubungan dunia
dengan batin manusia. Manusia belajar untuk melihat bagaimana keduanya
berjalan beriringan dengan jiwa yang kekal. Yaitu kekuatan yang menciptakan
bumi, langit, dan seisinya. Dan dalam waku yang bersamaan menyinari pikiran
manusia dengan cahaya yang dipancarkan dari alam yang lain. Inilah nilai inti dari
ajaran Upanishad : Hidup itu luar biasa.7
B. Kedudukan Gayatri Mantram dalam Weda
Mantra Gayatri adalah mantra yang terkemuka dalam agama dan
kepercayaan umat Hindu, mantra yang mengilhami dan mengajarkan suatu
kebijaksanaan.Mantra Gayatri ini tercantum dalam Weda RegWeda III.62:10 yang
ditemukan oleh Maharsi Wiswamitra, yang merupakan salah satu Sapta Rsi yang
menerima wahyu langsung dari Hyang Widhi/Tuhan yang maha Esa. Rsi
Wiswamitra lah menginisiasi Sri Rama dalam misteri pemujaan Surya melalui
mantra Aditya Hrdayam (dalam wiracerita Ramayana).8
7 Gayatri Mantra, S. Viraswami Pathar, (2006), h.2
8 I Nyoman Putra, Maha sakti gayatri mantra, nyomia bhuta kala: ditulis berdasarkan
bukti-bukti nyata (Paramita :2013) h. 15
18
Mantra tersebut adalah mantra dari Atharwaveda Veda secara luas
dianggap sebagai sumber dari segala pengetahuan sejati, kata "Veda" itu sendiri
berarti "Pengetahuan". Di situ dijelaskan Gayatri mantra. Gayatri Devi juga
memberikan "Matra Gayatri" kepada umat manusia yang juga dikenal sebagai
"Mantra Guru" atau "Mantra Savitri", mantra terdapat dalam veda ini adalah
yang paling suci. Veda , Upanisad, purana dan Bhagawad gita, selalu mengatakan
bahwa gayatri mantra paling suci dan penting, mantra ini perlu dan harus
diucapkan setiap orang yang ingin mendapatakan kebahagiaan dunia dan moksa,
begitu pentingnya gayatri mantra sehingga tuhan menurunkan mantra dalam
atharwaweda untuk penjelasan gayatri. Gayatri Mantram adalah salah satu mantra
tertua, dan umumnya dianggap sebagai mantra tertinggi dan paling kuat diantara
semua mantra. Oleh karena itu, mantra ini sering disebut sebagai "Bunda Weda".9
Gayatri dalam kedudukan sebagai Maha Mantra menjadi tiang kokoh
pemersatu umat manusia dalam berbagai perbedaan dan pertentangan, inter dan
antaragama, suku serta ras, dan/atau segala jenis perbedaan serta pertentangan
dunia lainnya. Kesempurnaan Maha Mantra Gayatri menembus segala beton serta
besi baja perbedaan, mencairkan semua perbedaan serta pertentangan menjadi
tirtha amerta senyum bahagia dalam kesadaran kekeluargaan di dalam Rumah
Maha Besar nan Agung "Vasudhaiva Kutumbakam", bahwa sesungguhnya kita
semua ada di atas muka bumi ini adalah keluarga besar.
Purna, Sampurna dan Paripurna Maha Mantra Gayatri di-"pasti"-kan
oleh kitab suci Bhagavadgita yang menyatakan bahwa Maha Mantra Gayatri
9 Wawancara dengan I Putu Mahardika, 2 September 2019
19
adalah Tuhan sendiri (Gayatri chandasam aham) dalam bentuk Mantra
(mantra-rupi-bhagavan). Dalam kema-hakuasaan-Nya, Tuhan bisa menjadi apa
saja, kapan saja, di mana saja serta bagaimana saja.10
Kemahakuasaan Tuhan maha mutlak, keraguan dalam bentuk apa pun
tidak harus ada jika ia berhubungan dengan kemuliaan Maha Mantra
Gayatri.Kekuatan spiritual Maha Mantra Gayatri mampu menyucikan lingkungan
sekitar (Gayatri lokapavani) dan Maha Mantra Gayatri juga mempunyai kekuatan
maha dahsyat sebagai penghancur dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia. Tentu
saja, praktik Maha Mantra Gayatri yang sesungguh dan setulus serta sesuci-murni
yang bagaimana yang akan mampu memberikan kekuatan penghancur dosa.11
C. Makna dari Bait Gayatri Mantram
Dalam Japa Mantra Gayatri, yang ditulis oleh Pandita Mohan MS,tiap
bait dari Gayatri Mantram terdapat makna yang sangat dalam dan berbeda, berikut
adalah ulasan makna dari tiap bait Gayatri mantram:
Om bhur bhuvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
1. Kata “tat” disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri
kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya,
yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma).
10 http://phdi.or.id/artikel/,“Makna Gayatri Mantram”, diakses pada 3 September 2019
11 Rg Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9
20
2. Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua
pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan
ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan
penghancurannya (kiamat, pralaya).
3. Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan,
ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan
pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut
dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa
secara segera.
4. “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir,
menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam), kesadaran,
alam-mimpi dan alam tidur-lelap.
5. Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari
konstruksi di Veda.
6. Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah
(Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan Satyam, semuanya berjumlah
tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama
dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya
mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi.
7. “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap
periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang
bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk.
21
8. Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini
berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang
menerangi berbagai pikiran kita.
9. Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari seseorang itu
sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah
Sang Jati Diri kita sendiri.
10. Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara
langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha Dipuja yaitu Sang Jati
Diri Yang Maha Utama. 12
11. Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari
mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam
maupun di luar.
12. Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan,
yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah
satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini.
13. Kata “Satyam” bermakna: Sebuah tahap yang jauh sekali dari jangkauan
berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit.
14. “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak
semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah
pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman.13
12 Rg Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9 13 Mohan MS, Japa Gayatri Mantra (Arti dari Wacana Gayatri)
22
D. Manfaat Gayatri Untuk Kesehatan Mental
Pengertian Kesehatan Mental
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara
penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU
Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. 14
World Health Organization (WHO, 2001) menyatakan bahwa kesehatan
mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di
dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta
di komunitasnya.
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental
berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki
persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti
Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti
mental yang sehat atau kesehatan mental (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003).
Kesehatan Mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia
14 Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental, (Lembaga pengembangan dan penjaminan mutu
pendidikan Universitas Diponegoro Semarang 2012) h.10
23
dengan dirinya sendiri dan lingkungan tempat dia berada.15Kesehatan Mental juga
menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang. Kesehatan Mental
itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan
kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Kesehatan Mental lah yang
menentukan apakah seseorang mempunyai gairah untuk hidup atau pasif,
pesimistis dan tidak bersemangat.16
Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin adalah suatu kondisi batin
yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya
untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui
penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).17
Definisi kesehatan mental lainnya yaitu:
1. Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
15 Abdul Aziz-Quussy yang dialihbahasakan oleh Zakiah Darajat “pokok-pokok kesehatan jiwa/mental
1” (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) h.72
16 U Shikkhananda, Meditasi: Hal termulia untuk dilakukan. (Jakarta: Vassa 2015) h.45
17 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2010)
24
4. Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain.
Jahoda, mendefinisikan kesehatan mental sebagai berikut:
1. Kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri
dengan baik
2. Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
3. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau
kelakuan-kelakuan bebas.
4. Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta
memiliki empati dan kepekaan social
5. Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.18
Individu yang Sehat Mental
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan
tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap
hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi
interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989).
Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya
adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan
kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki
sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat
18 Semiun Y, Kesehatan Mental Jilid 1&2,(Yogyakarta: Kanisius 2006),h.15
25
didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental
dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental.
Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat
positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif,
karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).19
Untuk menentukan seseorang sehat mentalnya atau tidak, WHO telah
memberikan standar-standar tertentu untuk seseorang bisa dikatakan sehat
mentalnya atau tidak, WHO menetapkan standar kesehatan mental berdasarkan
orientasi dan wawasan kesehatan mental sebagai berikut:
1. Bebas dari ketegangan dan kecemasan
2. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian hari.
3. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun
kenyataan itu pahit
4. Dapat berhubungan dengan orang lain dan dapat tolong menolong terhadap
sesama.
5. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
6. Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya.
7. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang dan butuh disayangi.
19 Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental, (Lembaga pengembangan dan penjaminan mutu
pendidikan Universitas Diponegoro Semarang 2012) h.10
26
9. Mempunyai spiritualitas atau agama.20
Contoh Kegunaan Gayatri Mantram Untuk Kesehatan Mental
Gayatri mantram digunakan dalam beberapa Rumah sakit untuk
mengobati trauma dan juga untuk terapi pascaoperasi. Contohnya adalah Rumah
Sakit Jiwa provinsi Bali yang menggunakan Gayatri Mantram untuk mengontrol
halusinasi pasien penderita Skizofernia. Skizofernia adalah salah satu bentuk
psikosis (gangguan mental). 90% klien skizofrenia mengalami halusinasi, yaitu
gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi secara realita (Maramis, 2009). Menurut Stuart dan Sundeen (2011), 70%
klien mengalami halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, 10%
halusinasi pengecapan, taktil dan penciuman. Halusinasi yang tidak mendapatkan
pengobatan maupun perawatan, lebih lanjut dapat menyebabkan perubahan
perilaku seperti agresi, bunuh diri, menarik diri dari lingkungan dan dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Gayatri mantram digunakan untuk mengontrol pasien skizofrenia, salah
satunya adalah karena dapat memfokuskan pikirannya dan mengurangi adanya
persepsi yang salah serta membantu mempercepat penyembuhan.Berdasarkan
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa setelah pemberian terapi spiritual Gayatri
Mantram, kemampuan pasien mengontrol halusinasi menunjukkan hasil yang baik.
Dan menunjukan bahwa Gayatri Mantra mempunyai manfaat bagi klien gangguan
jiwa termasuk juga pada klien dengan halusinasi, khususnya pada kemampuan
mengontrol halusinasinya. Terapi spiritual Gayatri Mantram bisa menjadi salah
20 H. Ramayulis “Psikologi Agama” (Jakarta: Kalam Mulia, 2016) h 162
27
satu alternatif terapi bagi pasien, karena bisa dilakukan kapan saja tanpa perlu
sarana yang mahal. Dibandingkan dengan terapi aktivitas kelompok, terapi
spiritual Gayatri Mantram mempunyai keuntungan karena bisa dilakukan sendiri
tanpa memerlukan pendamping dari perawat dan pasien dapat melakukannya
sendiri di tempat tidur.21
21 Putu Agus Windu Yasa Bukian, PENGARUH TERAPI SPIRITUAL GAYATRI MANTRAM
TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI
BALI TAHUN 2018, Vol. 3, No. 2, September 2018
28
BAB III
PRAKTIK GAYATRI MANTRAM DI PURA SATYA LOKA ARCANA
A. Sejarah Pura Satya Loka Arcana
Pura Satya Loka Arcana mulai dibangun pada tahun 2006. Yang berlokasi
di dalam perumahan dinas TNI Angkatan Laut, Ciangsana, Gunung Putri, Bogor,
Jawa Barat. Pada awalnya Pura ini diperuntukan bagi anggota TNI Angkatan Laut
yang bermukim disekitar lingkungan perumahan Dinas TNI Angkatan laut. Setelah
melihat perkembangan umat Hindu yang ada disekitar TNI Angkatan Laut yang terus
berkembang, maka Pura ini digunakan bersama warga di perumahan dinas TNI
Angkatan Laut dan Umat Hindu yang berada disekitarnya. Sama halnya dengan Pura
yang lainnya, pengembangan dan pemeliharaan dilakukan secara bersama pula.1
Pura Satya Loka Arcana diresmikan pada tangal 30 Juli 2009, oleh Kepala
Staff Angkatan Laut, Bapak Laksama Tedjo Edhi Purdijatno, SH. Pura Satya Loka
Arcana berdiri diatas tanah dengan luas 3300 m2. Di dalam Pura, berdiri tempat
kesenian juga sekolah agama (Prasaman) sebagai sarana pendidikan dan kebudayaan
yang diperuntukan untuk anak usia dini hingga SMA sederajat. Selain hal tersebut,
Pura ini juga dipelihara dengan baik oleh Umat Hindu yang berada di sekitarnya.
Banjar Ciangsana yang memelihara Pura, terdiri dari warga Perumahan Villa Nusa
Indah 1-2-3-5, Kota Wisata, Legenda Wisata, Sakura Regency 1-2, Rafless Hills,
Limus Pratama, dan Rum-Dis TNI, TWP TNI. Saat ini Pura Satya Loka Arcana
1 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019
29
berada diantara beberapa tempek, yaitu Tempek Villa Nusa Indah, Tempek Bumi
Mutiara, Tempek Cileungsi, dan Tempek Ciangsana.
Dalam membangun Pura, Umat Hindu memperhatikan bagaimana posisi
tempat, struktur tanahnya. Kemudian, diadakan berbagai rangkaian upacara, seperti:
1. Upacara Pamungkah
Upacara Pamungkah adalah Upacara awal dalam persiapan membangun
sebuah Pura, yakni merubah status tanah, yang sebelumnya mungkin adalah
hutan, sawah, ataupun ladang. Jenis Upacara ini dilaksanakan berkaitan
dengan adanya pembanguan baru.
2. Upacara Nyukat Karang.
Upacara ini dilaksanakan dengan maksud mengukur secara pasti tata letak
bangunan yang akan didirikan, dan luas masing-masing mandala pura,
sehingga tercipta sebuah tatanan pura yang seusai dengan aturan yang
termuat baik dalam Asta Kosala-Kosali, maupun Asta Bumi.2
3. Upacara Nasarin
Upacara ini adalah Upacara peletakan batu pertama, Pada Upacara ini
ditanam sebuah bata merah yang telah diberikan doa-doa, kemudian bata ini
dibungkus menggunakan kain putih.3
2 Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi, adalah fengshui tata ruang dan bangunan untuk tempat
suci maupun rumah tradisional dalam Hindu. 3 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019
30
4. Upacara Memakuh
Upacara ini bertujuan untuk membersihkan semua dari kotoran tangan undagi
(para pekerja bangunan) agar para Dewa/ Bhatara/ Bhatari berkenan untuk
senantiasa mampir di Pura ini.
5. Upacara Mendem Pedagingan
Upacara ini dilaksanakan sebagai lambang singgasana Hyang Widhi yang
sematkan di dalam Pura. Agar senantiasa diberkati setiap doa dari Umat
Hindu yang dating untuk Sembahyang.
6. Ngenteg Linggih
Ngenteg Linggih adalah sebagai rangkaian Upacara paling akhir dari
pelaksanaan Upacara mendirikan sebuah pura, secara estimologinya ngenteg
berarti menetapkan dan linggih berarti menobatkan. Jadi Ngenteg Linggih
adalah Upacara penobatan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya pada
Pura yang dibangun, sehingga Beliau berkenan kembali setiap saat terutama
bila dilangsungkan segala kegiatan Upacara di pura yang bersangkutan.
B. Sarana Pendidikan
Dalam Agama Hindu, Sekolah Pendidikan Agama dan Aktifiitas Budaya
Untuk Siswa-Siswi, disebut dengan Pasraman. Adanya Pasraman sendiri karena
diperlukannya untuk pendidikan Agama Hindu. Karena, banyak sekolah umum yang
tidak ada pendidikan Agama Hindu, dan juga terbatasnya guru Agama Hindu. Lalu,
dibangunlah sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 2010 untuk mewadahi
31
Pendidikan Agama Hindu dalam Pura Satya Loka Arcana, yang dinamakan dengan
Pasaraman Dharma Santhi Giri.
Dalam yayasan ini, disediakan berbagai kelas untuk sarana umat Hindu untuk
belajar pendidikan Agama. Mulai dari kelas Anak Usia Dini, Sekolah Dasar (untuk
kelas 1-6), Sekolah Menengah Pertama (untuk kelas 7-9), Sekolah menengah Atas
(untuk kelas 10-12). Selain Pendidikan formal yang diberikan, siswa-siswi juga
diberikan extra kurikuler yang bersifat wajib seperti praktik membuat canang sari4,
latihan bleganjur5, latihan gamelan gong, event pesantian kilat, dan sebagainya.
C. Upacara Keagamaan
Menurut informasi yang diberikan oleh Bapak Duwijo, setiap Lima Belas
Hari diadakan upacara Purnamo Tilem. Upacara yang dilakukan saat Lima Belas Hari
pertama dinamakan Purnamo, dan Lima Belas Hari berikutnya Tilem. Lalu ada pula
yang dilakukan setiap hari, seperti Nitiyo Karmo. Ada Nainike Karmo yang
dilakukan pada saat sewaktu-waktu sembahyang. Nainike Karmo ini dilakukan dalam
tiga waktu yang disebut Trisandya.
Trisandya dilakukan pada saat matahari terbit, matahari diatas kepala, dan
pada matahari terbenam. Ada yang dinamakan Kliwon yang dilakukan setiap lima
hari dalam lima belas hari. Dalam penyebutan Hindu, dan terdapat upacara yang
dilakukan setiap sasikh (bulan) dan wukukh (tahun).
4canang sari, adalah upakāra (perlengkapan) keagamaan umat Hindu di Bali untuk persembahan
tiap harinya. Persembahan ini dapat ditemui di berbagai Pura.
5 Bleganjur, gamelan khas Bali.
32
Dalam Hindu juga mereka mengenal yang namanya berziarah. Ziarah yang
mereka lakukan adalah dengan mendatangi tempat-tempat yang mereka anggap
sangat sakral. Mereka biasa memulai dari tempat pura asal mereka, lalu menuju pura
di Gunung Salak, yang berlanjut ke tempat-tempat di daerah Jawa. Berlanjut lagi
sampai Bali, jikalau bisa sampai ke India sebagai tempat yang paling disucikan bagi
Umat Hindu. Ziarah ini disebut dengan Tirte Yarte.
Dalam menjaga tradisi dan mengingat kebesaran Pura mereka juga
memperingati awal berdirinya Pura yang mereka sebut dengan Pujowali. Pujowali ini
seperti hal nya ulang tahun. Untuk Pura Satya Loka Arcana sendiri diadakan setiap
enam bulan sekali. Wukukh dan Sasikh inilah yang menentukan kapan diadakannya
upacara-upacara Hindu, seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Hari Raya Saraswati,
dan lainnya.6
D. Susunan Kepengurusan Pura Satya Loka Arcana
Pelindung :
1. Ketua PHDI Kabupaten Bogor.
2. I Ketut Sartika
3. I Nengah Sujana
Penasehat:
1. I Wayan Warka
2. I Made Pahit
3. Made Utama Yasa
6 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019
33
Pinandita:
1. Mangku Ida Bagus Adnyana
2. Mangku Wayan Susila
3. Mangku Nyoman Arimbawa
4. Mangku Duwijo
5. Mangku Rustam
6. Mangku I Gusti Komang Suta Wijaya
Pengurus :
1. Ketua : Gusti Made Pura Riana
2. Wakil Ketua I : I Wayan Noviaetha Jaya
3. Wakil Ketua II : I Ketut Sunarba
4. Sekretaris : I Nyoman Sujiatha
5. Wakil Sekretaris : I Dewa Gede Indra Kusuma
6. Bendahara I : Gusti Made Kastawa
7. Wakil Bendahara : Putu Eka Umbara
Seksi Suka Duka:
1. I Putu Arima
2. Wayan Astawa
Seksi Yadnya:
a. Putu Ngurah Setiawan
b. Made Kojasta
Seksi Banten:
34
a. Ni Ketut Widiarti
b. Nyoman Martini
Seksi Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rumah Tangga:
a. I. Gede Putra Pertama
b. Ida Bagus Astika
Seksi Kesenian, Pemuda, dan Olahraga:
a. I Nyoman Sukana
b. I Gusti Ngurah Pujawan Yadnya
Sekehe Gong:
a. Gusti Ketut Witen
b. I Gusti Ngurah Jelantik Mertha
Sekehe Pesantian:
a. Komang Pramesti
b. Ida Ayu Komang Asean
Seksi Bidang Khusus:
1. Kegiatan Usaha : I Kadek Warma Adnyana
I Made Yatna
2. Penggalian Dana : I Made Harta Wijaya
I Nyoman Suhendrayasa Bukian
3. HUMAS dan HAL : Dewa Made Sudharma
Dewa Made Bek
8. Persatuan Wanita Hindu Dharma (PWHDI) : Terlampir
35
9. Persatuan Pemuda Hindu Dharma (PPHD) : Terlampir
E. Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana
Gayatri Mantram dipercaya berpengaruh pada kesehatan mental melalui
prosesi Meditasi dan Sembahyang. Di Pura Satya Loka Arcana, pelaksanaan
Trisandya (Sembahyang umat Hindu) dan meditasi dengan membaca Gayatri
mantram yang rutin dilakukan. Sebagian besar umat Hindu percaya dengan
melaksanakan Trisandya secara rutin akan memulihkan kembali atau menjerihkan
kembali fisik dan mental yang terganggu dari stress dan masalah-masalah lainnya.
Melaksanakan Trisandya secara rutin berarti mengingat tuhan, dan dengan mengingat
tuhan, tubuh dan pikiran akan senantiasa tenang karena setiap langkahnya akan
diiringi oleh tuhan.7 Berikut adalah tata cara Trisandya:8
1. Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan, didahului dengan
penyucian fisik (Skala) dan batin (Niskala), dan sarana persembahyangan.
2. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang
ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci
nirmalàya namah swàha
(Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan
tiada noda.)
7 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019 8 Doa Sehari-hari menurut Hindu, (Redaksi Pustaka Manikgeni, 1994)
36
3. Bersihkan tangan menggunakan air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan
pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri
dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba, atau bisa juga pengertiannya untuk
membersihkan tangan kanan)
4. Posisi tangan di balik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan
ucapkan Mantram:
Om ati suddha màm swàha
(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan kiri hamba)
5. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap
amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang
ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
Om Am dupa dipàstraya nama swàha
(Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah
hamba seperti sinarMu.)
6. Dilanjutkan dengan mengucapkan Gayatri Mantram:
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
37
Namun, sebagian umat Hindu yang lainnya percaya melaksanakan Trisandya
dan juga dengan meditasi menggunakan bacaan Gayatri akan membersihkan diri dari
segala gangguan mental dan fisik manusia yang datang dari energi negatif yang
terdapat dalam diri manusia. Terdapat beberapa tahap sebelum meditasi yaitu:9
1. Membersihkan diri sebelum meditasi
Pembersihan diri atau yang biasa disebut dengan Malukat tedapat 2 tahap,
yaitu pembersihan Skala (fisik) dan juga Niskala (batin). Melukat juga merupakan
upaya penyeimbangan antara Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung
(Alam Semesta). Energi Bhuana Alit harus diseimbangkan dengan Bhuana Agung.
Karena energi yang terbesar dan selalu positif adalah energi alam. Energi yang ada
pada Bhuana Alit (tubuh manusia) biasanya dipengaruhi banyak hal, makanya
berubah menjadi negatif. Perubahan energi itulah yang membuat kita kadang
merasa gelisah, uring – uringan, bahkan mengidap sakit tahunan.
2. Membaca Gayatri Mantram secara berulang.
Duduk bersila sambil membaca Gayatri Mantram sebanyak lima kali, yang
bertujuan untuk memusatkan pikiran dan juga membersihkan lapisan pikiran.
Energi Gayatri masuk ke kepala melalui tulang belakang dan menyebar ke seluruh
tubuh, energi, dan juga atma. Getaran halus pada Gayatri Mantram diyakini
membawa energi yang positif bagi tubuh sehingga membuat tubuh menjadi lebih
rileks dan membuat tubuh menjadi lebih tenang.
9 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019
38
3. Mengatur nafas
Tarik nafas perlahan dari hidung, lalu keluarkan perlahan- lahan. Hitung
nafas dalam hati dan dilakukan secara berulang. Udaraa yang keluar dan masuk
memberikan dampak rileks pada paru-paru dan karena telah mengeluarkan udaraa
kotor yang masuk kedalam tubuh.
Dijelaskan oleh Pak Duwijo, bahwa dalam Hindu, bahwa sejatinya manusia
modern akan merasakan stres dan tekanan seiring dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan pokok manusia, problematika yang dialami manusia di zaman modern ini
pun bermacam-macam, tergantung pada usia, dan profesinya. Bermeditasi
menggunakan Gyatri Mantram dan membaca Gayatri Mantram pada saat
Sembahyang disarankan dilakukan secara rutin untuk membersihkan batin manusia.
Karena pada dasarnya, jika batin manusia sudah mulai sakit,maka fisiknya juga akan
ikut berpengaruh.
Dalam bermeditasi pun seseorang akan mencapai beberapa tingkatan untuk
mencapai ketenangan batin yang akan berpengaruh terhadap kesehatan mental bagi
yang melaksanakannya. Disarankan untuk didampingi oleh guru untuk membantu
berkonsentrasi dan menghindari hal-hal yang tidak baik yang mengganggu prosesnya.
Oleh Pak Duwijo, dijelaskan juga mengenai tingkatan-tingkatan dalam bermeditasi,
diantaranya: 10
10 Wawancara dengan Pengurus Pura Satya Loka Arcana, Bapak Duwijo, 24 September 2019
39
1. Pratyahara
Pratyahara berarti penarikan indriya-indriya dan pikiran dari obyek-obyek
luar. Dengan konsentrasi atau berusaha "memegang" obyek meditasi.Dengan
memfokuskan diri pada keluar masuknya udara dalam hidung.
2. Dharana
Dharana adalah konsentrasi yang telah terbentuk. Bila setiap meditasi
obyek sudah dapat terpegang dengan baik, berarti kekuatan konsentrasi sudah
terbentuk.
3. Dhyana
Setelah berkonsentrasi dengan baik, maka saluran- saluran energi dalam
tubuh akan berkembang, dan inilah yang disebut tahap memasui meditasi.
Karena sudah berhasil untuk berkonsetrasi penuh.
4. Samaprajnata Samadhi
Tahap ini adalah tahap dimana sudah memasuki bathin dan kondisi badhan
halus, karena sudah berkonsentrasi penuh dan keluar dari pikiran-pikiran
duniawi. Bagi yang mengalami tahap ini, sensasinya bermacam-macam. Ada
yang melihat cahaya biru kecil, ada yang melihat cahaya dari langit menghujam
ke seluruh badan, ada yang melihat cahaya warna-warni yang indah sekali, ada
yang tubuhnya merasa ringan sampai seperti terbang, ada yang merasa terangkat
dari tempat duduknya, ada yang merasa tubuhnya membesar atau sebaliknya
tubuhnya mengecil.
40
5. Asamprajnata Samadhi
Setelah kedua proses ini batin mulai normal kembali dan tenang-seimbang,
inilah upeksha. Pada tahap upeksha ini, batin sepenuhnya hening. Tidak ada lagi
gejolak. Ibarat air laut, tidak ada riak gelombang lagi. Batin benar-benar tenang
dan seimbang.
Jika sudah melewati beberapa tingkatan diatas, maka batin akan semakin
tenang dan juga tubuh seperti dilahirkan kembali, jika dilakukan secara benar dan
terus menerus, maka akan sangat berdampak bagi kesehatan mental manusia dan
juga terhindar dari hal- hal negatif seperti emosi, stres, dan lain sebagainya.
41
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISA DATA PENGARUH GAYATRI MANTRAM BAGI
KESEHATAN MENTAL DI PURA SATYA LOKA ARCANA BEKASI
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden penelitian
terkait pengaruh Gayatri Mantram bagi kesehatan mental. Peneliti mengambil
beberapa sampel dari umat Hindu yang berusia sekitar 20 sampai 25 tahun dan
terdaftar sebagai jamaah di Pura Satya Loka Arcana, berikut adalah identitas
responden:
No Nama Responden Usia Responden Profesi
1 I Putu Mahardika 22 tahun Freelance
2 Putu Muthia Dewi 22 tahun Karyawan Swasta
3 I Gusti Agung Ayu 20 tahun Mahasiswa
4 Agung Ingga 25 tahun Wiraswasta
5 Ni Ketut Dewi
Utami
20 tahun Mahasiswa
6 I Gusti Putu Gede 23 tahun Karyawan Swasta
Peneliti menggunakan teori Isep Zainal Arifin mengenai penilaian kondisi
kesehatan jiwa seseorang. Menurut Isep Zainal Arifin (2009: 17) mengemukakan
cara menilai kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat dari tiga segi:1
1 http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs, diakses pada tanggal 12 November
2019
42
a. Dari manifestasi proses jiwanya
1. Proses berfikir
2. Daya ingat
3. Stabilitas emosi
4. Kemauan dan inisiatif
5. Tingkah laku
b. Dari pengaruh kondisi kesehatan jiwa terhadap fungsi tubuh pada
1. Jantung
2. Saluran pernapasan
3. Sistem hormonal
4. Saluran pencernaan
5. Otot, tulang, dan lain-lain.
c. Dari visi kehidupan sosial sehari-hari
1. Bagaimana menjalankan peran
2. Hubungan intrapersonal
3. Penggunaan waktu senggang
Peneliti menggunakan teori dari Hana Djumhana, sebagai indicator dari
pola kesehatan mental. Hana Djumhana Bastaman ( 1997:133) merangkum pola-
pola wawasn kesehatan jiwa menjadi empat pola beserta orientasinya, yaitu:2
a. Pertama, pola wawasan yang berorientasi simtomatis menganggap bahwa
hadirnya gejala (symptoms) dan keluhan (compliants) merupakan tanda
adanya gangguan atau penyakit yang diderita seseorang. Sebaliknya hilang
2 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Pustaka
Pelajar, Yogyakarta: 1997), hlm. 133-135.
43
atau berkurangnya gejala dan keluhan-keluhan itu menunjukkan bebasnya
seseorang dari gangguan atau penyakit tertentu. Dan ini dianggap sebagai
kondisi sehat. Dengan demikian kondisi jiwa yang sehat ditandai oleh
bebasnya seseorang dari gejala-gejala gangguan kejiwaan tertentu
(psikosis).
b. Kedua, pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri. Pola ini
berpandangan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri
merupakan unsur utama dari kondisi jiwa yang sehat. Dalam hal ini
penyesuaian diri diartikan secara luas, yakni secara aktif berupaya
memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri, atau memenuhi
kebutuhankebutuhan pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain.
Penyesuaian diri yang pasif dalam bentuk serba menarik diri atau serba
menuruti tuntutan lingkungan adalah penyesuaian diri yang tidak sehat,
karena biasanya akan berakhir dengan isolasi diri atau menjadi mudah
terombang-ambing situasi.
c. Ketiga, pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi pribadi.
Bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermartabat yang
memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas insani (human qualities),
seperti kreatifitas, rasa humor, rasa tanggungjawab, kecerdasan, kebebasan
bersikap, dan sebagainya. Menurut pandangan ini sehat mental terjadi bila
potensi-potensi tersebut dikembangkan secara optimal sehingga
mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dalam
mengembangkan kualitas-kualitas insani ini perlu diperhitungkan
44
normanorma yang berlaku dan nilai-nilai etis yang dianut, karena potensi
dan kualitas-kualitas insani ada yang baik dan ada yang buruk.
d. Keempat, pola wawasan yang berorientasi agama/kerohanian.
Berpandangan
bahwa agama/kerohanian memiliki daya yang dapat menunjang kesehatan
jiwa. kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan dalam
hidup.
A. Deskripsi data
a. Wawancara dengan responden satu3
Subjek pertama bernama Putu, beliau adalah seorang freelance
programmer. Beliau mengatakan bahwa beberapa bulan yang lalu merasa tertekan
oleh pekerjaannya di salah satu perusahaan Start up dan stress karena beberapa
klien mempunyai permintaan yang beragam dan seringkali tidak sanggup
dipenuhi olehnya. Faktor ini membuat dirinya menjadi mudah marah, dan juga
cepat Lelah. Beliau juga berkata bahwa beberapa bulan yang lalu kehilangan
banyak waktu untuk tidur. Beliau juga mengatakan walaupun dirinya aktif
bekerja, beliau tetap menyempatkan diri untuk bersosialisasi dengan teman-
temannya untuk mengurangi stress. Namun, walaupun kehidupan sosial dan karir
berjalan beriringan, beliau merasa hatinya tidak kunjung tenang, bahkan semakin
hari, energinya seperti terkuras habis dan lelah berkepanjangan.
3 Wawancara dengan I Putu Mahardika
45
Ketika responden ditanya, bagaimana responden menemukan jalan keluar
dari permasalahan dan problem yang sedang dijalani, responden bercerita bahwa
beberapa bulan yang lalu, jarang melakukan ibadah dan tidak pernah melakukan
meditasi, karena keterbatasan waktu untuk beribadah secara rutin. Namun, saat
beberapa bulan yang lalu dirinya mulai merasakan bahwa dirinya semakin hari
kondisi fisik dan kondisi mentalnya semakin buruk, responden bercerita kepada
pandita dan disarankan untuk lebih sering membaca Gayatri saat beribadah dan
bermeditasi.
Dirinya mulai mengamalkan Gayatri Mantram dalam setiap ibadah dan
meditasi, beberapa bulan kemudian, dirinya mulai merasakan manfaatnya dan
merasa menjadi jauh lebih baik. Dirinya saat ini mulai tenang dalam memikirkan
pekerjaan dan dirinya tidur lebih nyenyak, karena meluangkan waktunya untuk
mengamalkan Gayatri mantram dalam kesehariannya.
b. Wawancara dengan responden dua4
Subjek yang kedua bernama Muthia, berusia 22 tahun dan bekerja sebagai
marketing di salah satu perusahaan trading. Saat ditanya apakah ada yang
mengganggu pada saat ini, beliau berkata sedang stress dalam mempersiapkan
pernikahan dan pekerjaannya yang membuatnya stress dan sulit untuk beristirahat.
Beliau mengatakan persiapan pernikahan sangat banyak, dan ada banyak sekali
yang diurus, belum lagi adanya perdebatan antara dirinya dan tunangannya
apabila sedang tidak sepaham. Beliau sering menangis dan mudah marah karena
4 Wawancara dengan Putu Muthia Dewi
46
stress, bahkan pernah diopname di Rumah Sakit karena masalah pencernaan dan
salah satu pemicunya adalah kelelahan dan stress.
Saat ditanya apakah dirinya sering mengamalkan Gayatri mantram,
responden mengatakan, pada awalnya dirinya jarang mengamalkan Gayatri
mantram. Dirinya berkata hanya membaca Gayatri apabila sedang beribadah di
Pura saja. Akan tetapi, beberapa minggu ini dirinya sering menemui pandita di
Pura untuk mengurus pernikahan dan meminta petuah dari pandita, pandita
menyarankan responden untuk bermeditasi dan sering membaca Gayatri dalam
aktifitasnya.
Beliau mengatakan baru dua kali melaksanakan meditasi namun
manfaatnya mulai terasa, dirinya menjadi lebih tenang, dan tubuhnya menjadi
lebih rileks bahkan saat sembahyang dirinya sampai menangis karena merasa
selama ini kurang dekat dengan tuhan, responden juga mengatakan bahwa pada
saat ini, dirinya mulai sering membaca Gayatri dalam aktifitasnya, dan merasakan
aura positif pada dirinya sehingga sedikit terhindar dari stress.
c. Wawancara dengan responden tiga5
Subjek yang ketiga bernama Widya, mahasiswa dari jurusan psikologi di
Universitas Gunadarma Kalimalang dan saat ini sedang berada di semester tujuh.
Beliau berkata bahwa saat ini jadwal perkuliahan, praktik perkuliahan, dan ujian
akhir semester seringkali membuatnya stress. Karena seorang mahasiswa
psikologi, dirinya sadar betul dirinya sedang tidak baik-baik saja dan harus segera
ditangani.
5 Wawancara dengan I Gusti Agung Ayu Dian Widyasari Utami
47
Saat ditanya apakah dirinya sering mengamalkan Gayatri Mantram, beliau
berkata bahwa dirinya sering mengamalkan Gayatri Mantram pada saat ini,
mengingat dirinya berada di kondisi yang rentan stress, beliau sering membaca
Gayatri mantram dalam setiap kegiatannya. Saat beliau membaca Gayatri dirinya
menjadi lebih rileks, menjadi lebih tenang dan semakin hari dampak dari Gayatri
makin terasa dalam kesehatan mental dan fisiknya. Beliau berkata lebih mudah
tidur dan tidak mudah cemas setelah membaca Gayatri.
d. Wawancaa dengan responden empat6
Subjek selanjutnya adalah Ingga, pria berusia 25 tahun, dan berprofesi
sebagai wiraswasta. Beliau merupakan calon suami dari Muthia, responden
sebelumnya. Beliau bercerita dirinya sedang merintis usaha setelah resign dari
pekerjaan lama nya, di sebuah perusahaan swasta. Keputusan dirinya untuk
membangun sebuah usaha ternyata tidak mudah dan banyak sekali rintangan.
Dirinya juga sedang mempersiapkan pernikahan, dan seringkali dibuat cemas oleh
persiapan pernikahan.
Karena ada banyak sekali yang dipersiapkan, sehingga dirinya pun sulit
untuk mebagi waktu antara persiapan pernikahannya dan juga pekerjaannya.
Karena stress dan kurang beristirahat, beliau menjadi mudah sekali marah dalam
setiap kondisi, dan mudah sekali marah terhadap pasangannya. Beliau berkata,
sulit sekali menetralkan pikiran apabila sudah merasa lelah, dan tidak jarang jatuh
sakit.
6 Wawancara dengan agung Ingga
48
Saat ditanya apakah beliau sering mengamalkan Gayatri Mantram, beliau
berkata awanya hamper tidak pernah. Karena dirinya merasa baik-baik saja dan
biasa saja atas kondisinya. Beliau akhirnya sadar akan kesehatan mental dan
disiknya yang semakin mengganggu aktivitasnya, dan merasa kondisinya saat ini
karena diirnya jauh dai agama. Beliau awalnya dinasehati oleh calon istrinya
untuk lebih sering beribadah dan mengamalkan Gayatri mantram dalam setiap
aktivitasnya, baik dalam meditasi ataupun dalam peribadatan.
Mulai saat itu, dirinya mulai mengamalkan Gayatri mantram, dan
perlahan-lahan merasakan manfaatnya. Idirnya menjadi jauh lebih rileks, mudah
tidur, dan tidak cemas. Dirinya merasa lebih dekat dengan agama, dan
mengamalkan Gayatri dalam kehidupan sehari-harinya membuat dirinya menjadi
jauh lebih baik dari fisik maupun mentalnya.
e. Wawanara dengan responden lima7
Subjek selanjutnya adalah Dewi, yaitu seorang mahasiswa Universitas
Udayana yang kebetulan sedang pulang kerumahnya di Bekasi. Beliau
mengatakan tidak ada yang membuatnya stress maupun terganggu pada saat ini
karena beliau merasa terbiasa untuk mengamalkan Gayatri Mantram dalam
kesehariannya. Beliau juga berkata bahwa tinggal di Bali, membuat dirinya jauh
lebih dekat dengan agama karena selalu diajak sembahyang, dan erring diingtkan
orangtua untuk selalu beribadah dan ingat kepada tuhan, untuk menjaga dirinya
sendiri.
7 Wawancara dengan Ni Ketut Dewi Utami
49
Subjek juga mengatakan bahwa dengan rajin beribadah, hidupnya bahagia
dan tentram. Beliau sadar akan pentingnya beribadah dan baginya, selalu
membaca Gayatri Mantram membuat diirnya jauh dari hal-hal buruk. Karena
beliau percaya, Gayatri mantram dapat mengusir hal-hal yang buruk. Karena
beliau percaya, Gayatri Mantram dapat mengusir hal-hal negative, seperti yang
beliau katakana pada awal wawancara, beliau saat ini aktif dalam bermeditasi bila
ada acara besar, dan juga aktif dalam beribadah dan mengamalkan Gayatri
Mantram. Beliau merasakan ketenangan jiwa dan jarang merasa stress dan marah.
f. Wawancara dengan responden enam8
Subjek yang keenam bernama Putu gede, beliau seorang karyaan swast di
Jakarta, beliau berkata sering marah dan sakit kepala, alas an utamanya adalah
pekerjaan dan juga kemacetan di Jakarta, beeliau mengatakan bekerja di Jakarta
dan pergi kekantor menggunakan kendaraan pribadi, lantas membuatnya mudah
marah dan juga sakit kepala. Karena macet, dan banyak pengendara yang tidak
tertib akan peraturan lalu lintas.
Sedangkan, masalah pekerjaan yang membuatnya stress, adalah karena
harus berangkat sangat pagi, dan harus pulang larut malam, belum lagi pekerjaan
yang menumpuk membuatnya seringkali sakit kepala. Saat ditanya apakah dirinya
sering mengamalkan Gayatri mantram dan sering melaksanakan ibadah, dirinya
berkata bahwa jarang sekali, dan jarang ke Pura untuk beribadah tiap minggu.
Beliau mengatakan dirinya belum merasakan manfaat dari gayatri Mantram dan
belum mengamalkannya secara rutin.
8 Wawancara dengan I Gusti Putu Gede
50
B. Analisa data penelitian
a. Analisa responden pertama
Responden pertama bernama I Putu Mahardika, seorang freelance IT
programmer. Responden mengeluhkan dirinya mudah marah, cepat lelah,
kesulitan untu tidur, dan merasa dirinya tertekan. Menurut teori dari Hana
Djumhana, pernyataan responden berkaitan dengan pola pertama, yaitu pla
simptomatis, yaitu adanya gejala (symptoms) dan keluhan (complaints) dan
merupakan tanda apabila kesehatan mentalnya sedang tidak baik. Sebagai teori
pendukung, bila dilihat dari teori dari Isep Zainul Arifin, stabilitas emosi
responden yang berpengaruh pada kesehatan dan fungsi organ responden, kondisi
fisik dan mental responden sedang tidak prima.
Saat responden ditanyakan apakah sering mengamalkan Gayatri dan sering
beribadah, responden mengatakan pada awalnya tidak pernah mengamakan
Gayatri pada kesehariannya, pada saat kondisi fisiknya dan mentalnya mulai
dirasakan makin mengganggunya, akhirnya responden berkonsultasi pada pandita.
Ini berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana yang ketiga, yaotu pola wawasan
yang berorientasi pada pengembangan potensi pribadi.
Selanjutnya, pernyataan responden yang mengatakan bahwa semenjak
menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram, dirinya menjadi jauh lebih
tenang, tidak kesulitan lagi untuk tidur, dan merasa jauh lebih baik. Pernyataan
responden ditatas dapat dikatakan bahwa responden sudah mulai merasa lebih
baik, dan sudah tidak lagi merasakan symtoms atau gejala dari kesehatan mental
51
yang terganggu. Tidak adanya symptoms dan complaints dari dirinya, merupakan
pertanda bahwa dirinya lepas dari gejala kesehatan mental yang terganggu.
Pernyataan responden diatas, berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana
dalam pola keempat, yaitu pola wawasan yang berorientasi terhadap agama,
berpandangan bahwa agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
jiwa, karena kesehatan jiwa diperoleh dari keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan. Responden menemukan bahwa agama memiliki pengaruh terhadap
kesehatan mental dari dirinya, dan merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, karena
sering mengucapkan Gayatri mantram dalam kesehariannya.
b. Analisa responden kedua
Responden selanjutnya bernama Muthia, yang berusia 22 tahun, dan bekerja
sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta. Beliau mengatakan bahwa dirinya sering
kali sakit karens stress, mudah menangis dan mudah marah. Pekerjaan dan persiapan
pernikahan membuat dirinya sangat tertekan. Dala teori dari Hana Djumhana, pernyataan
resonden diatas dikaitkan dengan pola pertama, yaitu pola simptomatis, yaitu hadirnya
gejala (symtoms) dan keluhan (complaints) merupakan tanda bahwa kesehatan mentalnya
sedang tidak baik-baik saja.
Apabila dilihat dari teori Isep Zainul stabilitas emosi dari responden, dan kondisi
mental yang berpengaruh terhadap kondisi fisik, dalam Psikologi, kondisi ini disebut
dengan Psikosomatik. Psikosomatik dapat diartikan sebagai penyakit atau keluhan fisik
yang disebabkan maupun diperburuk oleh pengaruh factor mental pada diri seseorang.
Psikosomatik biasanya berawal dari masalah psikologis, seperti takut, stress, depresi, atau
cemas. Penurunan kndisi fisik ini timbul akibat adanya peepasan adrenalin kedalam
pembulu darah, yang sering muncul saat stress, maupun gelisah.
52
Berikutnya, responden mengatakan bahwa dirinya pada walnya jarang
menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram dalam kehidupan sehari-harinya,
nemun beberapa waktu ini sering ke Pura untuk mengurus pernikahan dan untuk meminta
petuah dari Pandita. Dan sang Pandita berkata bahwa dirinya harus sering mengamalkan
Gayatri dalam setiap peribadatan. Dan saat ini, dirinya mulai mengamalkan Gayatri, dan
mulai melakukan meditasi secara rutin.
Dilihat dari pernyataan diatas, berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana, yaitu
pola pengembangan diri dan pola wawasan yang berorientasi agama. Responden sadar
akan dirinya yang selalu merasa tertekan hingga kondisi mentalnya berpengaruh terhadap
kondisi fisiknya, dan harus lepas dari perasaan tersebut. Responden juga merasakan
bahwa dengan dirinya yang lebih sering mengamalkan Gayatri, baik dalam
kesehariannya, saat beribadah dan saat bermeditasi, membuat responden mulai merasakan
dampak yang positif bagi mental maupun fisiknya.
c. Analisa responden tiga
Responden ketiga, bernama Widya, responden berusia 20 tahun yang berstatus
sebagai mahasiswa Psikologi di Universitas Gunadarma Bekasi. Responden mengatakan
bahwa kesibukannya sebagai mahasiswa seringkali membuat dirinya stress dan sakit
kepala. Dirinya sadar betul bahwa dirinya mempunyai symtoms stress dan harus segera
ditangani. Sesuai dengan teori dari Hana Djumhana yaitu pola simptomatis, yang
menganggap bahwa adanya symtoms dan adanya keluhan dari dirinya yang harus segera
ditangani.
Dirinya mengatakan bahwa saat dirinya menggunakan atau mengamalkan Gayatri
mantram, dirinya menjadi lebih tenang dan menjadi lebih rileks. Pernyataan dirinya
menjadi lebih rileks saat mengamalkan Gayatri Mantram berkaitan dengan pola Hana
Djumahana yang keempat yaitu pola wawasan yang berorientasi agama, responden sadar
53
bahwa agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap kondisi fisiknya maupun kondisi
mentalnya menjadi lebih positif.
d. Wawancara dengan responden keempat
Responden yang keempat bernama Agung Ingga, seorang wirausahawan yang
berusia 25 tahun. Responden mengeluhkan serigkali merasa stress karena sedang
memulai usahanya dan sedang mempersiapkan pernikahan dirinya dengan responden
sebelumnya, Putu Muthia Dewi. Beliau juga berkata dalam merintis usaha, dirinya pernah
dibohongi oleh orang lain. Responden juga mengatakan bahwa dirinya mudah marah dan
mudah merasa lelah.
Pernyataan responden, berkaitan dengan teori dari Isep Zainu Arifin yang
mengatakan bila salah satu ciri dari kondisi mental yang sedang tidak baik adalah saat
seseorang mudah marah dalam setiap kondisi, berarti stabilitas emosinya terganggu. Dan
didukung oleh teori dari Hana Djumhana, pola simptomatis, yaitu adanya gangguan dan
keluhan, adalah sebuah tanda dari kesehatan mental yang sedang tidak baik-baik saja.
Saat ditanya apakah dirinya pernah atau sering mengamalkan Gayatri Mantram
dalam kesehariannya, beliau berkata bahwa pada awalnya, dirinya jarang sekali
mengamalkan Gayatri Mantram dan jarang sekali beribadah ke Pura. Namun, saat beliau
dinasehati oleh calon istrinya, untuk lebih sering beribadah dan mengamalkan Gayatri,
beliau mulai mengamalkan Gayatri dalam setiap aspek kehidupannya. Dirinya dan calon
istrinya yang sering dating ke Pura untuk mengurus pernikahan, membuat dirinya sering
bertemu Pandita dan dinasehati untuk lebih sering beribadah dam mengamalkan Gayatri
Mantram.
Responden yang mulai mengamalkan Gayatri Mantram, dan perlahan-lahan
mulai merasakan dampak positif pada dirinya. berkaitan dengan teori dari Hana
Djumhana, yaitu pola wawasan yan berorientasi agama. Responden sadar bahwa agama
54
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan jiwa nya, karena kesehatan jiwa
diperoleh dari keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan.
e. Analisa responden kelima
Responden yang kelima adalah Dewi, yang berusia 20 tahun, dan berstatus
sebagai mahasiswa di di Universitas Udayana. Responden mengatakan bahwa dengan
dirinya berada di lingkungan yang mayoritas beragama Hindu, membuat dirinya
semangat dan menjadi lebih sering beribadah. Responden mengatakan bahwa tidak ada
yang membuat dirinya stress pada saat ini, dan tidak ada keluhan dari kesehatan mental
maupun fisiknya, menunjukan bahwa responden menganggap kesehatan mental dan
fisiknya dangat penting untuk dijaga.
Saat ditanya, apakah sering menggunakan atau mengamalkan Gayatri Mantram
dalam kesehariannya, jawabanna adalah sering. Bahkan dirinya mengamalkan Gayatri
dalam setiap kegiatan. Beliau mengatakan bahwa dirinya juga sering melaksanakan
meditasi bila sedang liburan dan sedang pulang kerumahnya, sambal didampingi oleh
guru. Pernyataan beliau berkaitan dengan teori dari Hana Djumhana yaitu pola
berorientasi agama, dan pola wawasan yang berorientasi pada pengembangan potensi
pribadi.
Responden mengembangkan nilai-nilai positif dalam kehidupannya, dan
responden sadar bahwa dengan meditasi dan ibadah dan mengamalkan Gayatri dalam
sehari-harinya, mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan mentalnya.
Pernyataan responden diatas juga dapat dikaitkan dengan teori dari Isep Zainul Arifin
yang mengatakan bahwa kesehatan mental seseorang dapat dinilai dari kemuan dan
inisiatif, dan perilaku seseorang. Bebasnya seseorang dari keluhan fisik yang disebabkan
oleh masalah pada psikologisnya, juga merupakan indikator bahwa seseorang sehat secara
mental.
55
f. Analisa responden keenam
Responden selanjutnya adalah Putu Gede, yang berusi 23 tahun, dan merupakan
seorang karyawan swasta. Responden mengeluhkan bahwa dirinya mudah marah dan
dirinya stress karena pekerjaan. Saat ditanya apakah responden sering beribadah atau
mengamalkan Gayatri Mantram dalam kehidupan sehari-harinya, beliau mengatakan
bahwa dirinya beribadah bila ada acara besar di Pura dan beberapa waktu tidak berangkat
ke Pura karena masalah pekerjaan yang harus berangkat ke luar kota.
Pernyataan responden diatas, berkaitan dengan teori dari Isep Zainul Arifin yang
mengatakan bahwa tanda dari tidak baiknya kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari
stabilitas emosi dari individu tersebut. Responden belum sadar akan pengaruh dari
Gayatri Mantram dan belum merasa bahwa Gayatri Mantram mempunyai pengaruh yang
besar bagi dirinya dan kesehatan mentalnya.
Berdasarkan penelitian dan analisa data diatas, dapat disimpulkan bahwa Gayatri
Mantram mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap Kesehatan Mental. Dapat
dibuktikan dari data diatas, 90% responden mengatakan dirinya menjadi lebih tenang, dan
merasa dirinya menjadi semakin baik, setelah mengamalkan Gayatri Mantram dalam
kehidupannya sehari-hari.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gayatri Mantram merupakan ibu dari segala Mantram. Tercatat dalam Rg
Veda 3.62.10, Yajur Veda 22.9. Gayatri Mantram yang sangat mulia, dipercaya
mempunyai aura positif dan dipercaya oleh beberapa umat Hindu dapat berpengaruh
bagi kesehatan mental bagi yang selalu mengamalkannya. Gayatri Mantram biasanya
digunakan dalam peribadatan dan dalam meditasi. Contoh penggunaannya adalah
dalam Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Menggunakan Gayatri Mantram sebagai
terapi bagi pasien skizofrenia untuk mengontrol halusinasi pasien.
Di Pura Satya Loka Arcana, Gayatri Mantram juga dipraktikan dalam
meditasi, terbukti oleh beberapa responden yang merasa lebih baik setelah meditasi
menggunakan Gayatri Mantram. Responden yang lainnya juga merasakan manfat
Gayatri Mantram yang diamalkan melalui peribadatan dan dibacakan sebelum
melakukan kegiatan. Beberapa responden menyebutkan bahwa setelah
mempraktikkan Gayatri Mantram, hatinya menjadi lebih tenang, dan kesehatan
mentalnya menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
58
B. Saran
Terkait sumbangsih skripsi ini terhadap jurusan Studi Agama-Agama,
peneliti berharap semoga penelitian ini bukanlah akhir dari penelitian tentang Gayatri
Mantram, namun peneliti berharap Gayatri Mantram dapat ditelusuri lebih lanjut lagi,
karena Gayatri Mantram merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. Bambang. Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia,2008.
Aziz-Quussy, Abdul. Yang dialihbahasakan oleh Zakiah Darajat “Pokok-Pokok
Kesehatan Jiwa/mental I”, Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
Doa Sehari-hari Menurut Hindu, Redaksi Pustaka Manikgeni, 1994.
H, Ramayulis. Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia.
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Lisa, Harrison. Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2017).
Kamus Besar bahasa Indonesia, (2001).
Keene, Michael. Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada).
Ms, Mohan. Japa Gayatri Mantra (Arti dari Wacana Gayatri).
Mustopo, Habib, M. sejarah (Jakarta: Yudhistira, 2002).
Putra, I. Nyoman. Maha Sakti Gayatri Mantra, Nyomia Bhuta Kala: ditulis
berdasarkan bukti-bukti nyata (Paramita: 2013).
Sanapiah, Faisal. Format-format penelitian sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada).
Sari, Dewi, Kartika. Kesehatan Mental, (Lembaga dan penjaminan mutu pendidikan
Universitas Diponegoro Semarang, 2012).
Semiun,Y. Kesehatan Mental Jilid 1&2, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).
60
Shikkhananda,U. Meditasi: Hal termulia untuk dilakukan, (Jakarta: Vassa, 2015).
Referensi Skripsi:
Ainul Yaqin, Zaki. Konsep Psikologi Islami Menurut Hana Djumhana Bastaman,
(IAIN Purwokerto ,2016)
Sari, Ayu, Efita. Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa, (IAIN
Tulungagung, 2015)
Refrensi Jurnal:
Agus, Putu. Pengaruh Terapi Spiritual Gayatri Mantram Terhadap Kemampuan
Klien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun
2018, Vol. 3, No.2, September 2018
Website:
http://cakepane.blogspot.com/2010/03/tentang-gayatri-mantram.html diakses pada 20
Juli 2019
http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu_di_Indonesia, diakses pada 27 April 2019
http://mantrahindubali.blogspot.com/2011/11/apa-itu-mantra.html, diakses pada 16
Juli 2019
http://hellosehat.com/penyakit/stress, diakses pada 21 Juni 2019
61
61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
a. Diajukan Kepada Tokoh Agama dan Pengurus Pura Satya Loka Arcana
1. Kapan Pura Satya Loka Arcana didirikan?
2. Kapan Pura Satya Loka Arcana diresmikan?
3. Bagaimana Pura ini dibangun, melalui Upacara apa saja?
4. Siapa saja yang terlibat dalam pembangunan Pura Satya Loka Arcana?
5. Apa saja sarana dan prasarana di dalam Pura Satya Loka Arcana?
6. Bagaimana susunan kepengurusan dalam Pura Satya Loka Arcana?
7. Bagaimana Praktik Gayatri Mantram di Pura Satya Loka Arcana?
b. Diajukan Kepada Responden di Pura Satya Loka Arcana
1. Siapakah nama anda?
2. Berapakah umur anda?
3. Apa pekerjaan atau profesi anda?
4. Apakah sedang mengalami masalah, atau ada yang mengganggu pikiran anda?
5. Apakah anda sering mengamalkan Gayatri Mantram?
6. Jika ya, bagaimana anda mengamalkan Gayatri Mantram?
7. Bagaimana perasaan anda setelah mengamalkan Gayatri Mantram?
62
Lampiran II
Data Narasumber di Pura Satya Loka Arcana, Bekasi
1. Nama : I Putu Mahardika
Usia : 22 tahun
Profesi : Freelance IT Programmer
Status : Narasumber
2. Nama : Duwijo
Usia : -
Profesi : Karyawan Swasta
Status : Pengurus Pura Satya Loka Arcana
3. Nama : I Wayan
Usia : 26 tahun
Profesi : Karyawan Swasta
Status : Pengurus Pura Satya Loka Arcana
4. Nama : Putu Muthia Dewi
Usia : 22 tahun
Profesi : Karyawan Swasta
Status : Narasumber
5. Nama : I Gusti Agung Ayu
Usia : 20 tahun
Profesi : Mahasiswa
Status : Narasumber
63
6. Nama : Agung Ingga
Usia : 25 tahun
Profesi : Wiraswasta
Status : Narasumber
7. Nama : Ni Ketut Dewi Utami
Usia : 20 tahun
Profesi : Mahasiswa
Status : Narasumber
8. Nama : I Gusti Putu Gede
Usia : 23 tahun
Profesi : Karyawan Swasta
Status : Narasumber
64
Lampiran III
Surat Pengujian Proposal Skripsi
65
Lampiran IV
Surat Pengajuan Ujian Komperhensif
66
Lampiran V
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
67
Lampiran VI
Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
68
Lampiran VII
Sertifikat Kuliah Kerja Nyata
69
Lampiran VIII
Sertifikat TOEFL
70
Lampiran IX
Sertifikat TOAFL