Gaya Bahasa.doc

10
Majas Majas atau gaya bahasa adalah cara pandang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Pada dasarnya majas dapat dibagi menjadi empat, yakni: 1) Majas Perbandingan a) Personifikasi : majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup. Baru tiga kilometer berjalan mobilnya sudah batuk-batuk. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. b) Metafora : majas perbandingan yang dilukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama. Raja siang telah pergi ke peraduannya. Dewi malam telah keluar dari balik awan. c) Eufemisme : majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu=bahasa (pantang). Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari pemerintah. Pramuwisma bukan pekerjaan hina. Permisi, bolehkah saya pergi sekarang? d) Sinekdokne : dapat dibedakan atas 1

description

Gaya Bahasa Bahasa Indonesia;

Transcript of Gaya Bahasa.doc

MajasMajas atau gaya bahasa adalah cara pandang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Pada dasarnya majas dapat dibagi menjadi empat, yakni:

1) Majas Perbandingan

a) Personifikasi : majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup. Baru tiga kilometer berjalan mobilnya sudah batuk-

batuk. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap

itu menambah lagi ketakutan kami.

b) Metafora : majas perbandingan yang dilukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama. Raja siang telah pergi ke peraduannya. Dewi malam telah keluar dari balik awan.

c) Eufemisme : majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu=bahasa (pantang). Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari

pemerintah. Pramuwisma bukan pekerjaan hina. Permisi, bolehkah saya pergi sekarang?

d) Sinekdokne : dapat dibedakan atasI) Pars pro toto , yaitu majas sinekdokne yang

menuliskan sebagian tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya. Dia mempunyai lima ekor kuda. Setiap kepala keluarga dikenai biaya sumbangan

sebesar Rp. 22.000,00.

II) Totem pro parte , ialah majas sinekdokne yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.

Kaum wanita memperingati hari kartini

1

Indonesia kembali bertemu Cina pada pertandingan Piala Thomas tahun ini.

e) Alegori : majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan untuk perbandingan itu mambentuk kesatuan yang menyeluruh. Hidup ini diperbandangkan dengan perahu yang

tengah berlayar di lautan. Kali ini aku harus melewati hembusan gelombang

agar dapat sampai ke tanah seberang.

f) Hiperbola : majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan hati. Kakak membanting tulang demi menghidupkan

keluarganya. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir

meledak diriku ini.

g) Simbolik : majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang. Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. Bunga di bank itu setiap tahunnya adalah 12%.

h) Litotes : majas perbandingan yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam

samudera luas. Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada

artinya sama sekali bagimu.

i) Alusio : majas perbandingan dengan mempergunakan ungkapan peribahasa, kata-kata yang artinya diketahui umum. Ah, dia itu tong kosong nyaring bunyinya. Rupanya Rihoko makan tangan hari ini hingga

membuat iri teman-temannya.

j) Asosiasi : majas perbandingan yang memperbandingkan dengan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat. Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.

2

Kulitnya putih seputih salju.

k) Perifrasis : perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu. Petang barulah dia pulang menjadi. Berbahaya merokok itu.

l) Metonimia : majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Kemarin ia memakai fiat. Bebek yang ditumpanginya sudah berumur hampir

tujuh tahun.

m)Antonomasia : majas perbandingan yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan cirri atau sifat yang menonjol yang dimilikinya. Si pincang, sijangkung, si keriting, dan sebagainya. Si pendek berteman dengan si hitam.

n) Tropen : majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan den sejajar. Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah

anak dan istrinya. Ia akan terbang ke Jepang besok.

o) Parabel : majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan. Bhawat Gita, Mahabrata, Bayan Budiman.

p) Elipsis : majas perbandingan yang didalamnya terdapat penghilangan kata Dia dan ibunya ke Semarang. Ayah ke Solo.

2) Majas sindiran

3

a) Ironi : majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang. Harum benar sore ini. Hari ini kamu terlihat berbeda dari biasanya.

b) Sinisme : Gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar. Itukah yang dinamakan bekerja. Serius sekali kau bermain.

c) Sarkasme : majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan. Dasar otak udang. Gambarmu terlihat seperti benang kusut yang

dibuat anak tk.

3) Majas penegasan

a) Pleonasme : majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti tersebut sudah terkandung dalam kata ynag diterangkan. Salju putih terlihat sangat indah. Hujan rintik-rintik mulai turun ke bawah.

b) Repetisi : majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya digunakan dalam pidato. Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia

sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.

Bersihkan kota dari kejahatan, bersihkan kota dari korupsi.

c) Paralelisme : majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi atas:I) Anafora : yakni bila kata atau frase yang diulang

terletak di awal kalimat. Kalaulah diam malam yang kelam.

Kalaulah tenang sawah yang lapang.Kalaulah lelap orang di lapang.

4

II) Epifora : yakni bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat Kalau kau mau, aku akan datang.

Jika kau kehendaki aku akan datang.Bila kau minta, aku akan datang

Disamping itu, adapun yang memperlihatkan penggunaan anafora dan epifora sekaligus, seperti:

Kami jemu pada lagu.Kami benci pada lagu.Kami runtuh karena lagu.

d) Tautologi : majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya untuk mempertegas arti. Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya. Dia nampak senang dan gembira berkat

kelulusannya.

e) Simetri : majas penegasan yang melukiskan suatu dengan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama. Kakak jalan tergesa-gesa seperti orang dikejar

anjing gila. Donat buatannya gagal, hasilnya keras seperti batu.

f) Enumerasio : majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu persatu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas. Angin berhembus, lalu tenang, bulan memancar

lagi. Dari bis itu turun dua penumpang, lalu naik lima

penumpang.

g) Klimaks : majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya. Menyemai benih, tumbuh hngga menuainya, aku

sendiri yang mengerjakannya. Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan

“saur sepuh”.

5

h) Antiklimaks : majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin menurun pegertiannya. Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak

ada. Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid

sudah hadir di lapangan upacara.

i) Retorik : majas penegasan dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya Mana mungkin orang amti hidup kembali? Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?

j) Koreksio : majas penegasan berupa membetulkan kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik di sengaja maupun tidak. Hari ini sakit ingatan, eh … maaf, sakit kepala

maksudku. Makanlah, maksud saya, minumlah delapan gelas

sehari.

k) Asidenton : majas penegasan yang menyebutkan nenerapa banda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung. Kemeja, sepatu, kaos dibelinya di toko itu. Baju, perhiasan, uang dia simpan di dalam lemari

itu.

l) Polisidenton : majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung. Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya

dia marah-marah. Sudah dilerai, tapi tetap berkelahi, sampai orang

tuanya turun tangan.

m)Ekslamasio : majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas. Amboi, indahnya pemandangan ini! Wah, gambarnya bagus sekali!

n) Praeterito : majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikannya itu.

6

Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.

Hanya aku saja yang tahu siapa namanya.

o) Interupsi : majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya. Aku, orang yang sudah sepuluh tahun bekerja di

sini, belum pernah dinaikkan pangkatku. Aku, sebagai anak tertua di keluargaku, belum

mendapatkan pekerjaan.

p) Aliterasi : majas penegasan yang menggunakan kata-kata yang berpijak pada konsonannya. Matanya meneteskan air mata. Esnya meleleh membasahi mejanya yang dibeli

dengan harga murah meriah.

4) Majas pertentangan

a) Antitesis : majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti. Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu

ukuran nilai seorang wanita. Pria atau wanita, tua atau muda, tidak perduli kami.

Yang penting semuanya ikut berpartisipasi.

b) Paradoks : majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan. Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai. Musuh sering merupakan kawan yang akrab.

c) Okupasi : majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan. Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si

perokok tidak bisa meninggalkan kebiasaannya itu, sehingga muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.

Plastik itu adalah bahan kimia yang cukup berbahaya, namun pemulung mendapat untung

7

apabila mereka mendapatkan bahan-bahan plastik tersebut.

d) Kontradiksio interminis : majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semua yang berupa pengecualian. Semua murid kelas ini hadir, kecuali Haruka

Matsuyama yang sedang ikut lomba membuat komik.

Semuanya lulus ujian nasional, kecuali Minako Kano.

e) Anakronisme : majas pertentangan yang melukiskan sesuatu tidak sesuai dengan jamannya atau kurang dapat diterima oleh akal. Setelah lahir, bayi itu lantas bicara dengan ibunya. Setiap ada ulangan, kami selalu membawa

papan berjalan.

8