GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI.pdf

2
GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau mempunyai panjang garis pantai 95.000 km dan 20% garis pantai di Indonesia mengalami kerusakan pantai akibat abrasi yang terjadi setiap tahundan mengalami peningkatan. Hasil survey 2007 dari 436,5 km di Bali telah mengalami abrasi sepanjang 91,070 km (20,8%). Kerusakan yang ditimbulkan oleh abrasi dapat mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata serta menyebabkan bergesernya garis perbatasan dengan negara tetangga. Sementara alokasi dana penanganan tidak terlalu signifikan. “Ini suatu kondisi yang sangat memperihatinkan. Ditambah lagi pengamanan pantai belum diatur dalam UU No.7/2004 tentang SDA dan UU No. 27/2007 tentang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,” tutur Dirjen Sumber Daya Air, Moch. Amron, di Jakarta. Menurut Amron, peristiwa perubahan iklim disertai kenaikan permukaan air laut dapat menimbulkan abrasi pantai. Di sisi lain panjang garis pantai, yang kita miliki terlalu panjang. Sementara anggaran yang tersedia masih terbatas. Menyikapi masalah tersebut maka arah kebijakan pengamanan pantai dilaksanakan dengan urutan prioritas yaitu menangani abrasi pantai yang mengancam jiwa manusia dan prasarana umum sert pusat kegiatan masyarakat yang terletak dekat garis pantai, melakukan pengamanan banjir di kawasan pantai akibat curah hujan tinggi dan drainase buruk yang dikomplikasi oleh aktivitas badai dan pasang laut serta kenaikan muka air laut dan tekanan penduduk, menjaga stabilitas muara sungai dan saluran drainase yang langsung ke laut untuk mendukung lalu lintas prlayaran dan pengendalian banjir, menjaga kedaulatan negara kesatuan RI dan yang terakhir mendukung revitalisasi kawasan pantai. Adapun yang sudah dilakukan penanganan meliputi pantai barat Sumatera, Bengkulu, Pantai Selatan Jawa, Pantai Utara Jawa, Pantai Barat Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Moch. Amron mencontohkan, upaya yang telah dilakukan Kementerian PU antara lain di Pantai Bau-bau (Sultra), Pantai Punggur (Bengkulu), Pulau Nipah, Pantai Losari (Makassar) di kawasan wisata Sanur, Tanah Lot (Bali) dan Pantai Glagah serta Pantai Pura Tanah Lot, Bali.(tin/an)

Transcript of GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI.pdf

Page 1: GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI.pdf

GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI

Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau mempunyai panjang garis pantai 95.000 km dan 20% garis pantai di Indonesia mengalami kerusakan pantai akibat abrasi yang terjadi setiap tahundan mengalami peningkatan. Hasil survey2007 dari 436,5 km di Bali telah mengalami abrasi sepanjang 91,070 km (20,8%). Kerusakan yang ditimbulkan oleh abrasi dapat mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata serta menyebabkan

bergesernya garis perbatasan dengan negara tetangga. Sementara alokasi dana penanganan tidak terlalu signifikan.

“Ini suatu kondisi yang sangat memperihatinkan. Ditambah lagi pengamanan pantai belum diatur dalam UU No.7/2004 tentang SDA dan UU No. 27/2007 tentang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,” tutur Dirjen Sumber Daya Air, Moch. Amron, di Jakarta.

Menurut Amron, peristiwa perubahan iklim disertai kenaikan permukaan air laut dapat menimbulkan abrasi pantai. Di sisi lain panjang garis pantai, yang kita miliki terlalu panjang. Sementara anggaran yang tersedia masih terbatas.

Menyikapi masalah tersebut maka arah kebijakan pengamanan pantai dilaksanakan dengan urutan prioritas yaitu menangani abrasi pantai yang mengancam jiwa manusia dan prasarana umum sert pusat kegiatan masyarakat yang terletak dekat garis pantai, melakukan pengamanan banjir di kawasan pantai akibat curah hujan tinggi dan drainase buruk yang dikomplikasi oleh aktivitas badai dan pasang laut serta kenaikan muka air laut dan tekanan penduduk, menjaga stabilitas muara sungai dan saluran drainase yang langsung ke laut untuk mendukung lalu lintas prlayaran dan pengendalian banjir, menjaga kedaulatan negara kesatuan RI dan yang terakhir mendukung revitalisasi kawasan pantai.

Adapun yang sudah dilakukan penanganan meliputi pantai barat Sumatera, Bengkulu, Pantai Selatan Jawa, Pantai Utara Jawa, Pantai Barat Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Moch. Amron mencontohkan, upaya yang telah dilakukan Kementerian PU antara lain di Pantai Bau-bau (Sultra), Pantai Punggur (Bengkulu), Pulau Nipah, Pantai Losari (Makassar) di kawasan wisata Sanur, Tanah Lot (Bali) dan Pantai Glagah serta Pantai Pura Tanah Lot, Bali.(tin/an)

Page 2: GARIS PANTAI RUSAK AKIBAT ABRASI.pdf

Strategi Pengamanan Pantai

Moch. Amron mengatakan abrasi pantai yang terjadi di Indonesia harus segera diantisipasi secara tepat mengingatberbagai fenomena yang disebabkan oleh pemanasan global (global warming) telah muncul, dan yang baru-baru ini terjadi adalah pencairan es di kutub sehingga volume air di samudera bertambah dan berakibat pada kenaikan muka air laut (sea level rise-SLR). Percepatan tekanan penduduk di kawasan pesisir semakin memperparah

penurunan permukaan tanah akibat beban langsung dan subsidence akibat pengambilan air tanah, sehingga menyebabkan masyarakat pesisir rentan terhadap bencana alam laut.

Untuk itu melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU menyusun strategi pengamanan pantai yaitu

1. Memprioritaskan pembangunan konstruksi pengaman pantai untuk :a. Menanggulangi kerusakan di daerah padat penduduk guna mencegah,

mengurangi korban jiwab. Menanggulangi kerusakan yang mengancam pemukiman dan fasilitas umumc. Mencegah kerugian material lain seperti kerusakan areal pertanian, tambak,

hutan mangrove dan perkebunan2. Menyusun dan menerapkan program pemeliharaan yang berkelanjutan

(pemantauan, evaluasi, perbaikan, rehabilitasi)3. Mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

kelestarian ekosistem pantai4. Menggunakan atau memanfaatkan bahan atau material ramah lingkungan5. Meningkatkan anggaran di bidang Pengamanan Pantai6. Dalam desain mencantumkan komponen peningkatan kenaikan muka air laut

sebesar 0,5 m (contoh : penanganan reklamasi Pulau Nipah)

(tin)