gantarangkeke.docx

25
PENDAHULUAN Catatan: Tentang persekutuan Adat/reochtgemeenchappen dalam Onderadeeling Bulukumba menurut keadaan tahun 1920 (dikutip dari nota A.M oedhart !ang tertulis tanggal 12 "ebruari 1920 dimulai dalam adatrechts #o.1$%&. ' I. Onderafdeeling Bulukumba (sekarang daerang tingkat Bulukumba) tahun 1920 terdiri dari % *istrik/+eregenan !aitu: 1. +a,ang- 2 +indang- . Tanahkongkong- $. +asimpureng- %. +asuara. +eenam kampung !ang berdiri sendiri sendiriitu merupakan bukota Bulukumba. II. +alau di +a,ang- Bira dan +indang bahasa Makassar !ang dipakai (di +a, dan Bira bahasa makassar !ang dipakai sebagai alat berkomunikasi maka lain lain *istrik sebagian penduduk berbahasa Bugis dan sebagian berb Makassar. III. Tentang asal mula berdirin!a daerah daerah +araeng itu adalah erita erita dariorang tua di daerahbersangkutan dan ,uga menurut perubahan perubahan !ang dibuat oleh emerintah Belanda adalah berikut: 1. GANTARANG antarang asli terletak dahulu kala di dalam daerah gantarang *aulen Menurut erita turun temurun- perkampungan itu didirikan oleh Anak +araen !ang berasal dari o a- ia beristrikan puteri dari +araeng antarangkeke pada 3aman itu mempun!ai kedudukan !ang tinggi. 4ekarang antaran masuk *aerah 5egento hap Bantaeng. *ari perka inan itu dilahirkan seorang putra !ang bernama 6Marapann !alah !ang mula mula diangkat men,adi +araeng antarang. a didampingi o 8adat !ang terdiri dari & orang masing masing bergelar: 6 ompo7- 6Bangkengbate7- dan 6alarang7. 1

description

sejarah

Transcript of gantarangkeke.docx

PENDAHULUAN

Catatan: Tentang persekutuan Adat/reochtgemeenchappen dalam Onderadeeling Bulukumba menurut keadaan tahun 1920 (dikutip dari nota A.M Goedhart yang tertulis tanggal 12 Februari 1920 dimulai dalam adatrechts No.1563. *I. Onderafdeeling Bulukumba (sekarang daerang tingkat II Bulukumba) dari tahun 1920 terdiri dari 6 Distrik/Keregenan yaitu: 1. Kajang, 2. Bira, 3. Kindang, 4. Tanahkongkong, 5. Kasimpureng, 6. Kasuara. Keenam kampung yang berdiri sendiri-sendiriitu merupakan Ibukota Bulukumba.II. Kalau di Kajang, Bira dan Kindang bahasa Makassar yang dipakai (di Kajang dan Bira bahasa makassar yang dipakai sebagai alat berkomunikasi maka di lain-lain Distrik sebagian penduduk berbahasa Bugis dan sebagian berbahasa Makassar.III. Tentang asal mula berdirinya daerah-daerah Karaeng itu adalah menurut cerita-cerita dari orang tua di daerah bersangkutan dan juga menurut perubahan-perubahan yang dibuat oleh Pemerintah Belanda adalah sebagai berikut:1. GANTARANGGantarang asli terletak dahulu kala di dalam daerah gantarang Dauleng. Menurut cerita turun-temurun, perkampungan itu didirikan oleh Anak Karaeng yang berasal dari Gowa, ia beristrikan puteri dari Karaeng Gantarangkeke yang pada zaman itu mempunyai kedudukan yang tinggi. Sekarang Gantarangkeke masuk Daerah Regentochap Bantaeng. Dari perkawinan itu dilahirkan seorang putra yang bernama Marapanna. Iyalah yang mula-mula diangkat menjadi Karaeng Gantarang. Ia didampingi oleh Hadat yang terdiri dari 3 orang masing-masing bergelar: Lompo, Bangkengbate, dan Galarang. Pada tahun 1667, Gantarang diserangkan oleh Raja Gowa kepada Belanda dan selanjutnya Belanda memberikan kepada Aru Palakka, Petta Torisompae selaku daerah pinjaman. Pada tahun 1707, Gantarang kembali kepada Belanda dan dimasukkan di bawah pemerintahan Residen yang pertama-tama di Bulukumba-Bantaeng.Selama penjajahan Bone, banyaklah orang-orang bugis/Bone datang tinggal di Gantarang terutama sewaktu Raja Bone mengangkat seorang keluarganya menjadi Karaeng di Gantarang atas permintaan Kepala dan rakyat di Gantarang.Karaeng Gantarang yang berasal dari Bone digelar Mattinroe ri Agamana, ialah moyang dari Raja-raja yang kemudian memerintah di Gantarang.Dahulu kala di Gantarang ada dua Kerajaan yang berdiri sendiri, yaitu Tala dan Palioi yang terbelakangan adalah mulanya satu kompleks perkampungan orang-orang makassar dan Rajanya adalah seorang puteri dari Raja Gowa.Berhubungan dengan keturunannyayang tinggi itu maka ia digelar Somba. Ia didampingi oleh 3 orang Hadat yang masing-masing bergelar Lompo, Toddo, dan Galarang. Kemudian seorang Raja dari Palioi menginginkan seorang Raja Bugis bertempat tinggal di Dampang. Ia memperluas kampung tempat tinggalnya sehingga akhirnya berdiri sebuah daerah yang dinamai Tala yang terpisahkan dari palioi.Anak Raja Bugis itulah yang mula-mula menjadi Raja di Tala. Pada tahun 1667, Palioi dan Tala seperti halnya denga Gantarang diserahkan oleh Gowa kepada Belanda dan kemudia Belanda menyerahkan kepada Aru Palakka Petta Torisompae.Kemudian Palioi dan Tala digabungkan dengan Gantarang. Menurut keadaan tahun 1920, regentschap Gantarang terdiri dari seorang Regent/Karaeng didampingi oleh Sullewatang dan di bawahnya berdiri 20 Kepala Kampung yaitu: 1. Lompo Tamangisi, 2. Bangkeng Bate Ralewang, 3. Gelarang Dauleng, 4. Gelarang Borong, 5. Matoa Bocco-boccoe, 6. Macowa Cabalu, 7. Macowa Torolia, 8. Jannang Bua, 9. Macoa Peniu, 10. Macowa Sapiri, 11. Jannang Panjutena, 12. Macowa Kalamassang, 13. Macowa Kassi, 14. Jannang Barabba, 15. Anrongguru Palamberae, 16. Tau Towa Tujuang, 17. Jannang Dampang, 18. Lompo Bontosunggu, 19. Toddo Palioi20. Galarang Bontonyeleng.Arajang dari Gantarang ialah: sebuah kepala buru dari emas, selembar bendera putih bertuliskan huruf arab, selembar kelambu kain intallasa, sebuah pantasa, satu payung sutera, sebuah gendang, sebuah gong (tawa-tawa), sebuah gemelan, (lae-lae), 9 lembar kipas, 6 buah eja, sebilah tombak dan sebilah kalewang.2. UJUNGLOEDistrik ini terdiri dari peleburan Karaengschap Ujungloe, Karaengschap Panyikokang (Pamaukang) dan Gelarangschap Palangisang. Pannyikokang dan Palangisang didirikan oleh orang-orang Makassar, sedangkan ujungloe adalah perkampungan yang didirikan oleh orang-orang Bugis.\Ketiga Adatgemenschap dahulu mengakui kekuasaan dari Raja Gowa, tetapi pada tahun 1667, ketiga Adatgemeschap diserahkan oleh Gowa kepada Belanda dan selanjutnya Belanda meyerahkan kepada Bone Petta Malompoe Gemmena selaku pinjaman.Pada tahun 1737, ketiga Adatgemenschap itu masuk lingkungan pemerintahan dari residen yang pertama di Bulukumba, waktu mana Palangisang dilebur masuk Ujungloe tidak ketahuan lagi.Distrik Ujungloe yang dikuasai/.dipimpin oleh seorang Regent/Karaeng terbagai atas 7 kampung yaitu:a. Tonrong dikepalai oleh seorang Gelarangb. Seppang dikepalai oleh seorang Anrongguruc. Palangisang dikepalai oleh seorang Gelarangd. Manyampa dikepalai oleh seorang Anronggurue. Manjelling dikepalai oleh seorang Gelarangf. Salebba dikepalai oleh seorang Macowag. Lembang dikepalai oleh seorang Jannang.Arajang dari Ujungloe adalah selebar bendera yang dinamai Bolonge.3. KINDANG Pada tanggal 1 januari 1911, Distrik ini dimasukkan Daerah Gubernamen yang diperintah langsung sebelumnya itu Kindang masuk jajahan Gowa. Dahulu Distrik ini merupakan Apanagae dari anak-anak Karaeng dari Gowa, yaitu Karaeng Pabundukan dan Karaeng Cinrapale yang memungut hasil dari tanaman-tanaman kopi disana. Kemudian Belanda menghapuskan Apanagae itu. Karaeng Kindang didampingi oleh seorang Hadat yang terdiri dari seorang Sullewatang, seorang anak Karaeng, seorang Gelarang dan seorang Tau Towaa.Arajang Kindang terdiri dari selembar bendera yang dinamai Barici Lompona Kindang.4. BULUKUMBA TOWADistrik ini terdiri dari peleburan Karaengschap Bulukumba Towa dari Gelarangschap Jojolo. Kedua Adat Gemenschap diserahkan oleh Bone kepada Gubernemen berdasarkan Kontrak Aru Palakka Torisompae pada tanggal 13 februari 1860.Menurut Sabl (Staatsblad) 1869 No. 80, Jojolo masuk lingkungan Onderafdeeling Bulukumba oleh Gubernemew.Berhubung dengan penggabungan itu maka Regent-regent di Bulukumba selalu mengalami kekecewaan. Pada tahun 1905, ternyata dala surat resmi menyatakan bahwa Gelarang Jojolo belum dapat menyesuaikan dirinya pada Regent Bulukumba Towa. Hal ini tidak diherankan karena Jojolo mempunya Arajang sendiri yaitu sepucuk senapan.Karaengschap Bulukumba Towa (di luar Jojolo) terdiri dari 17 perkampungan yaitu: Bulukumba Towa, Bulo-bulo, Bululohe, Bingkarango, Balangtarowang, Buttakeke dan Kambuno.mereka mebuat sesuatu ikatan persahabatan dengan dasar tolong-menolong.Tiap tahun Karaeng Bulukumba Towa harus menghadap pada Raja Bone di dalam keadaan peperangan dan tiap 3 tahun harus memberi 4 orang Jowa (pengikut) kepada Raja Bone.Semenjak Jojolo dilebur masuk Bulukumbs Towa, maka Distrik Bulukumba Towa terdiri dari 10 Gelarang yaitu: 1. Bulukumba Towa, 2. Bulo-bulo, 3. Bululohe, 4. Bingkarongo, 5. Balangtarowang, 6. Buttakeke, 7. Kambuno, 8. Jawi-jawi, 9. Sampeyang, 10. Jojolo. 5. KAJANG Distrik Kajang terjadi dari penggabungan dari Karaengschap (Kerajaan) Kajang, Sangkala Lomba, Lembang, Laikang, Hero, Wero, Karassing dan lange-lange serta KeGelarangan (Gelarangschappen) Ganta, Jalaya, Panasaya dan Barang.Dahulu kala daerah-daerah tersebut mengakui kekuasaan tertinggi dari kerjaan Gowa, akan tetapi sejak tahun 1667 sewaktu kerajaan gowa di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin ditaklukkan oleh Belanda (Speelman), maka daerah-daerah tersebut diambil oleh Belanda dan selanjutnya Belanda menyerahkannya kepada Aru Palakka Petta ri Torisompae selaku pembalasan jasa, karena Aru Palakka membantu Belanda di dalam peperangan melawan Gowa. Dalam pertengan abad ke- XVIII, Raja Bone mengembalikan kerajaan Hero, Lange-lange, Karassing, dan Borong Kepada Belanda sedangkan daerah-daerah lainya tetap di bawah kekuasann Raja Bone.Akan tetapi kontrak bertanggal 13 februari 1860, daerah-daerah ini diserahkan sepenuhnya oleh Kerajjan bone kepada Belanda.Berdasarkan intruksi sekretaris Gubernur pada tanggal 23 mei 1863 No.1206, maka Gubernur Sulawesi Mulai mengurangi banyaknya ke-Karaengangan dan ke-Galarangan di Sulawesi.Mulailah Karassing digabungkan pada Hero dan Borong pada Lange-lange. Kemudian sesudah Karaeng Hero yang bernama Solong Dg. Patombong berhenti dari jabatanya, maka Hero digabungkan dengan Lange-lange yang pada waktu itu diperintah oleh Karaeng Lange-lange yang bernama Haru Dg. Pasosong.Kemudian waktu Karaeng lange-lange itu berhenti dari jabatannya,maka Lange-lange dan Hero digabungkan dengan Kajang yang pada waktu itu telah diperbesar dengan penggabungan Lembang dengan Kajang.Sebagimana diuraukan diatas kajang dan lembang diserahkan oleh Bone kepada belanda pada tahun 1860 dengan biolit Gubernur tanggal 27 juni 1861 No. 34. Kajang dan lembang dijadikan masing-masing Distrik dalam lingkungan Afdeling Sinjai dan kepala-kepala Distrik bersangkutan digelar Regent.Semasa penjajahan Bone, maka Kajang dan Lembang adalah Palili dari Bone, tiap-tiap tahun mereka paling kurang satu kali pergi membawaa upeti kepada Raja Bone dan juga mereka harus memberi bantuan tentara jika Bone berperang dengan negeri tetangganya. Selanjutnya mereka harus tiap tahun mempersembahkan 22 pusa (600 liter) kacang ijo, 2 pusa kemiri dan 12 buah gula merah besar dari enau, harus memberikan masing-masing 10 orang untuk memegang/memasang tampil kuda, jika Raja Bone atau permaisurinya dan anak-anaknya terkemuka dan bilamana Raja mengadakan pesta maka mereka itu harus merias ruangan pesta.Pengangkatan atau pemecatan maupun kematian dari Karaeng Kajang dan lembang harus diberitahukan kepada Raja Bone, tetapi mereka mempunyai otonomi penuh untuk memilih Karaeng mereka itu dipilih oleh Hadat.Hadat Kajang terdiri dari dua orang selawatang yaitu Salewatang Rilau atau anak Karaeng Tanibangan dan Salewangen Riaja dan 5 Gelarang yaitu Gelarang Kajang, Gelarang Pantama, Gelarang Bito, Gelarang Malelleng, Gelarang Anjuru.Hadat Lembang terdiri dari anak Karaeng atau Salewatang Lembang, Galarang Lembang dan Tau Toa Batu Asang.Karaeng Laikang yang dahulu berdiri sendiri dijadikan Palili bersama Lembang oleh Raja Bone, tetapi oleh Karaeng Laikang tidak memenuhi salahsatu dari kewajibannya terhadap Raja Bone.Laikang diperintahkan oleh seorang Karaeng serta didampingi oleh seorang Sulewatang dan Galarang yaitu Galarang Laikang dan Gelarang Tanete. Di bawah Gelarang Tanete berdiri Matowa Kaleleng.Sangkala Lombo diperintahkan oleh seorang Karaeng dan didampingi oleh 5 Gelarang, yaitu Gelarang Sangkala, Gelarang Bantala, Gelarang Sapaya, Gelarang Ganta, Galarang Jalaya dan Nanasa mempunyai hubungan langsung dengan Raja Bone semasa penjajahan Bone.Kemudian oleh Belanda, jabatan Sulewatang dihapuskan dan selaku pengganti jabatan Gelarang Hombo dan di bawahnya berdiri Galarang Bantala dan Galarang Sapaya.Keregenan Lembang berdiri hanya beberapa tahun lalu dihapuskan dan dimasukkan pada Kajang.KeKaraengan Laikang dihapuskan, Gelarang Lembang, Gelarang Laikang, Gelarang Tanete, Gelarang Jalaya, Gelarang Nanasaya berdiri langsung di bawabah Karaeng Kajang. Kemudian Nanasaya digabungkan dengan Jalaya dan Laikang digabung dengan Tanete.Jabatan Tau Towa dari Batuasang (Lembang/ dau Macowa Kaleleng) dihapuskan, kemudian sewaktu Malelu Dg. Patokkong menjadi Regent Kajang waktu itu Lembang sudah digabung dengan Kajang.Begitu pula keKaraengan Hero dan Lange-lange dihapuskan dan digabungkan dengan Kajang dan Kepala Pemerintahannya masing-masing digelar Gelarang dan anggota-anggota Hadatnya dijadikan kepala kampung.Oleh karena Gelarang Hero dan Lange-lange dipilih dan diangkat dari turunan Karaeng yang dahulu maka rakyat dari kedua daerah tersebut menganggap Gelarang itu sebagai Karaeng, apalagi karena ikatan Adat (Adaturband) tetap berlaku seperti dahulu, juga disebabkan karena waktu kedua Distrik itu digabungkan dan tidak diserahkan karena waktu kedua Distrik itu digabungkan dan tidak diserahkan Arajangnya(Ornamennya) dan Gaukannya kepada Regent Kajang.Berdasarkan surat sekretaris Gubernament pada tanggal 04 april 1917/I, maka dengan surat keputusan Gubernur Sulawesi dn Daerah kekuasaannya pada tanggal 07 oktober 1922 No. 275/III, Distrik Kajang dipisahkan menjadi 3 buah Adatgemenschap, ialah Kajang, Hero dan Lange-lange. Masing-masing dikepalai oleh seorang Karaeng.Arajang dari Kajang menyerupai Arajang Lembang, yaitu merupakan sebuah Boneka yang badanya terbuat dari kuningan dan kepalanya dari emas.6. BIRA Distrik Bira terjadi dari peleburan beberapa Adatgementchap yang dahulu berdiri sendiri, yaitu ke-Karaengan Bira, Tiro, Bontotanga, Tanahberu dan Lemo-lemo dan ke-gelaran Ara dan Batang.Pada tahun 1967, Gowa menyerahkan semua daerah tersebut kepada Belanda dan selanjutnnya Belanda memberikan daerah itu selaku daerah pinjaman kepada Aru Palakka Petta Torisompae. Sejak tahun 1728, Bira harus membayar kepada Kompeni Belanda selaku pajak tahunan 300 lembar sarung dan 24 kodi benang.Berdasarkan surat sekretaris Gubernur pada tanggal 23 mei 1863 No. 1206, maka Gubernur Sulawesi beberapa kali mengadakan perubahan susunan pemerintahan Distrik Bira sebagai berikut:a. Pada tahun 1864, ke-Gelarangan Ara digabungkan dengan ke-Regenan Lemo-lemo dan ke-Regenan Bontotanga disatukan dengan ke-Regenan Tiro (Beslit Gubernur Sulawesi pada tanggal 28 desember 1864 No. 5290/12.b. Pada tahun 1865, Regenschap Tanahberu digabungkan pada ke-Regenan Tiro (Beslit Gubernur Sulawesi pada tanggal 1865 No. 33.c. Pada tahun 1869, Ara dan Lemo-lemo digabungkan ke-Regenan Birad. Pada tahun 1871, Regenschap Tiro digabungkan pada Bira (Beslit Gubernur Sulawesi pada tanggal 23 juli 1871 No. 23.e. Menurut orang-orang tua, pernah ada sesuatu masa dimana Bira Tiro, Bontotanga, Tanahberu, Lemo-lemo, Ara dan Batang diperintah oleh Kepala-kepala yang tidak mempunyai Gelaran yang tertentu. Mereka itu dahulu di bawah kekuasaan Raja Gowa.Demikianlah, maka Kepala Adatgemenschap/Distrik Tiro yang bernama Dongko Dg. Ngirate duangkat menjadi Karaeng Tiro oleh Raja Gowa, sedangkan kepala Adatgemenschap yang lain hanya disebut namanya sendiri, umpamanya Tokalu/Lemo-lemo, Tokambang/Tanahberu, Koko/ Batang, Padowe/Ara.Ketujuh kepala itu harus selalu bersama-sama pergi ke Gowa menghadap Raja Gowa, akan tetapi pada suatu waktu Ara dan Batang terlambat datang, hanya yang lainnya yang datang dengan tepat waktu. Pada waktu itu Raja Gowa mengankat Bira, Lemo-lemo, Tanahberu, dan Bontotanga masing-masing menjadi Karaeng, sedagnkan Ara dan Batang tetap Gelarang.

Keenam kampung yang berdiri sendiri dalam Ibu Kota Bulukumba Ibu Kota Bulukumba terbentuk dari enam buah kampung yang berdiri sendiri yaitu:a. Kalumeme yang dikepalai oleh seorang Toddob. Terang-terang dikepalai oleh seorang Jannangc. Nipa dikepalai oleh seorang Macowad. Tanahkongkong dikepalai oleh seorang Jannang. (nama tanahkongkong diberikan karena dahulu diwajibkan menjaga anjing-anjing dari Raja Gowa. Oleh karena orang malu disebut penduduk Tanahkongkong, maka nama itu diubah menjadi Kalakongkong.e. Kasimpureng dikepalai oleh seorang Macowaf. Kasuara dikepalai oleh seorang Jannang.Kampung Nipa baru didirikan waktu pemerintahan Belanda. Terang-terang, Tanahkongkong, Kasimpureng, dan Kasuara dahulu pernah ikut dibawah perintah Karaeng Gantarang. Sedangkan Kalumeme ikut di bawah perintah Karaeng Ujungloe selaku anggota Hadat disana.Akan tetapi sejak waktu Belanda memerintah di Bulukumba maka keenam kampung tersebut memisahkan diri dari Gantarang dan Ujungloe dan mereka berdiri di bawah Conceolar Bulukumba.

RIWAYAT DAERAH ZAMAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA

A. Daerah Onderafdeeling Bulukumba (Sekarang Kabupaten Bulukumba) Pada tahun 1869, terdiri atas Onderafdeeling Kajang dan Bulukumba. Pada tahun 1910, kedua Onderafdeeling disatukan menjadi Onderafdeeling Bulukumba dan dikepalai oleh Controller Belanda dan terdiri atas 14 Distrik (Wanua), yaitu:8. Bira9. Batang/Bontotanga10. Tanaberu 11. Ara12. Lemo-lemo13. Kindang14. Bulukumba Kota

1. Bulukumba Towa2. Gantarang3. Ujungloe4. Kajang5. Lange-lange6. Hero7. TiroKepala-kepala Distrik itu bergelar Karaeng kecuali Ara bergelar Gelarang. Bulukumba kota terdiri dari 6 kampung yang masing-masing yang dikepalai oleh kepala kampung yang berdiri sendiri sebagai federasi yang dikepalai oleh Jannang Terang-terang dalam urusan administrasi keuangan.Dalam hal urusan umum, keenam kepala kampung tersebut langsung dibawah pengawasan dan petunjuk dari Kepala Pemerintah Negeri (H.P.B) Hoofduan Plaatselijk Bestusr.Riwayat Resmi PemerintahanPada tahun 1875, diadakan Regentschap yaitu:1. Gantarang dalam keadaannya sekarang termasuk Bulukumba Kota2. Ujungloe dalam keadaanya sekarang3. Bulukumba Towa dalam keadaannya sekarang4. Kajang terdiri dari Kajang, Hero dan lange-lange5. Bira terdiri dari Bira, sha, Toro, Lemo-lemo, Tanahberu, Batang dan Bontotanga.Pada tahun 1921, keadaan pemerintahan dari Regentschapen dihapuskan dan diatur sedemikian rupa yang terdiri dari 14 Distrik yang berdiri sendiri. Masing-masing Distrik terbagi pula menjadi beberapa kampung dan golongan kampung yang bergelar kepala kampung dan Gelarang.Kepala-kepala dari gabungan kampung yang bergelar Gelarang terdapat dalam Distrik Kajang, Gantarang, Bulukumba Towa, Kindang, Ujungloe, dan Tiro. Akan tetapi Gelarang-Gelarang dalam Distrik Kindang, Ujungloe dan Tiro merupakan hanya pangkat saja. Keadaan mereka itu sama halnya dengan kepala-kepala kampung biasa sedangkan Gelarang dari Distrik Gantarang Bulukumba Towa dan kajang mempunyai satu atau lebih kepala-kepala kampung bawahannya.Calon-calon untuk jabatan Gelarang dipilih oleh rakyat lelaki yang sudah dewasa dan masih diperhatikan turunannya.pemilihan untuk jabatan kepala Distrik/Karaeng dilakukan oleh kepala-kepala gabungan kampung dan kepala kampung dan anggotanya syarat, yang mana calonnya khusus terdiri dari Keturunan.B. Zaman Pendudukan JepangOnderafdeeling ini dibagi menjadi 2 bagian yang berdiri sendiri dan dikepalai masing-masing oleh Ganco Sadai:1. Gunco Sodai Bulukumba, meliputi Gantarang, Bulukumba Kota, Kindang, Ujungloe, Tanete dan Bulukumba Towa.2. Gunco Sodai Kajang, meliputi Kajang, Hero, Lange-lange, Batang, Bontotanga, tanahberu, Lemo-lemo, Bira, Ara dan Tiro.Penghabisan pada tahun 1942digabungkan kembali menjadi satu Gunco Sodai (Onderafdeeling) yang dikepalai oleh seorang Bunken Kawikan bangsa Jepang.Pada tahun 1944, kepala pemerintahan diserahkan kepada Bangsa Indonesia sebagai Bunken Kawikan tetapi masih ditempatkan seorang Hodukan Bangsa.C. Zaman Kembalinya NICA dan NITSusunan pemerintahan dikembalikan kembali seperti sebelu perang yang dikepalai oleh seorang Office NICA sebagai HPB (Kepala Pemerintahan Negeri). Perkembangan politik berjalan terus hingga terbentukknya pemerintahan NIT dan Pemerintahan Daerah Hadat/tinggi. Onderafdeeling ini dahulunya dinamakan Rechtstreeksbestuer diubah sifatnya menjadi Oneigelykaelfbestuer dalam bulan maret 1948 dan dikepalai oleh seorang ketua Hadat yaitu pada tahun 1946 No. 17.Yang terpilih menjadi ketua Hadat adalah Kepala Distrik kajang (Bpk. Dg. Matasa) dan dibentuk oleh ketua muda yaitu kepada Distrik Gantarang (Abd. Gani).Anggotanya terdiri dari 13 kepala-kepala Distrik serta seorang wakil dari kepala-kepala kampung dalam Bulukumba Kota (Baso Padadi Dg. Malowa Jannang Terang-terang).Untuk melancarkan urusan pemerintahan sehari-hari, maka diantara anggota Hadat itu terpilih sebagai anggota pemerintahharian ialah:1. Kepala Distrik Ujungloe (A. Untung)2. Kepala Distrik Tiro (A. Abd. Karim Mamangka)3. Kepala Wenua gabungan, kepala-kepala kampung Bulukumba Kota (Baso Padi Dg. Malewa Jannang terang-terang).Setelah tersusun hekfbestun pemerintahan baru ini, maka kepala pemerintahan (HPB) masih dijabat oleh Bangsa Belanda diserahkan kepada ketua hadat.D. Zaman Pemerintahan Republik Indonesia Negara KesatuanOndereefdeling Bulukumba yang dahulu bergabung dengan Feliing Bantaeng berdiri sebagai kabupaten yang sejajar dengan Bantaeng dan masing-masing diperintah oleh seorang Bupati Bangsa Indonesia.Jabatan Karaeng/Kepala Distrik di seluruh Sulawesi Selatan dengan surat keputusan Gebernur kepada Daerah-daerah Sulawesi Selatan Tenggara tanggal 16 Agustus 1961 No. 1100 dan tanggal 19 desember 1961 No. 2067 A, maka seluruh kesatuan pemerintahan administratif dengan bentuk Distrik Wanua yang dahulu merupakan kesatuan pemerintahan dalam lingkungan suatu Swapraja diseragamkan menjadi Kecamatan.Pengangkatan kepala kecamatan tidak lagi didasarkan turunan dan dan tidak lagi dipilih oleh Hadat seperti rakyat dengan Karaeng-Karaeng dahulu, tetatpi berdasarkan pendidikan, terutama tamatan sekolah Pamong Prajaa (APDN) Akademi Pemerintahan Dalam Negeri.Di Bawah dari kepala kecamatan tersebut diatas, pemerintah desa gaya baru dengan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Propensi Sulawesi Selatan pada tanggal 20 desember 1965 No. 454/III/1965.Pengangkatan kepala desa seperti di atas ini juga tidak berdasarkan turunan lagi, tetapi dasar pendidikan.Kabupaten Bulukumba yang dahulu terdiri atas 14 Distrik/Wanua, sekarang menjadi 7 kecamatan yang berdiri sendiri, yaitu: 1. Kecamatan Ujung Bulu, yaitu gabungan dari Bulukumba Kota dengan Distrik Ujungloe.2. Kecamatan Bulukumba Towa/Tanete.3. Kecamatan Gangking, yaitu gabungan Distrik Gantarang dengan Distrik Kindang.4. Kecamatan Kajang 5. Kecamatan herlang, yaitu gabungan dari Distri Hero dan Lange-lange.6. Kecamatan Bontobahari/Tanahberu, yaitu gabungan dari Distrik Tanah beru, Bira, Ara dan lemo-lemo.7. Kecamatan Bontotiro, Yaitu gabungan dari Distrik Tiro, Bantang/Bontotanga dan dengan demikian, maka sejak tahun 1961 pemerintahan kepada Raja, Karaeng/kepada Distrik telah dihapuskan.Susunan Regent-Regent/Karaeng Tiro Yang Mula-Mula Jadi Regent/Karaeng di Tiro, Ialah: 1. Samparadja Dg. Maladja, yang digelar Karaeng Sapohatu.Sebabnya dia digelar Karaeng Sapohatu ialah, karena dia dikuburkan/dimakamkan pada suatu tempat di pinggir pantai antara kampung Kampung Sulebu dan Kalumpang di atas sebuah batu yang berbentuk payung yaitu di atas lebar dan kakinya di bawah kecil dan berdri terpisah dari daratan yang tidak begitu jauh letaknya kira-kira hanya 4-5 m. Adapun sebabnya dia dikuburkan di situ karena muncul pesannya waktu masih hidup supaya dikuburkan ditempat itu, supaya dia dapat lihat rakyatnya yang bertani di daratan dan rakyatnya kaum nelayan yang pergi ke laut menangkap ikan.Adapun artinya Karaeng Sopahatu adalah: Karaeng yang berumah batu, karena sapo artinya rumah dan batu ialah batu.Berhubung oleh karena tentu batu itu sukar sekali digali maka Hadatnya menghadap Regent/Karaeng supaya mulai sekarang batu itu sudah harus digali karena akan memakan waktu lama baru bisa selesai digali. Permintaan mana dapat disetujui oleh Karaeng dan batu itu mulai digali sebelum beliau wafat dan benar-benar mendapat kesulitan menggalinya, karena sama sekali terdiri dari batu yang tidak terpisah-pisah dan berdiri dari satu batu, tetapi karena kemauannya supaya dikuburkan di sana, maka hadatnya berusaha keras untuk menyelesaikannya. Walaupun bagaimana sulitnya.Sementara mereka gali batu itu, maka datanglah seorang pedagang (menurut keterangan yang dapat dipercaya bahwa pedagang itu adalah orang Cina dan dialah yang memberikan petunjuk kepada mereka yang menggali batu keras itu dan mengatakan kepada mereka bahwa: kalau menggali batu yang begitu keras, lebih dahulu harus dibakar dengan api yang menyala-nyala). Kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya diatas batu itu dan sudah merah menyala, batu itu baru siram dengan air laut dan sudah dingin baru gali dan batu itu akan pecah dan kalau keras lagi ulangi bakar seperti semula dan begitulah seterusnya lakukan sampai dalam lubangnya sesuai yang dikehendaki.Petunjuk itu dituruti dengan baik sampai benar-benar batu itu dapat digali dan dapt dijadikan kubur sebagaimana yang dikehendaki.Dan sebagai tanda terima kasihnya maka dibelilah sebuah guci dan piring buatan cina dan disimpan diatas kubur itu dan sampai sekarang masih ada tetapi sudah pecah.Dan sewaktu Karaeng meninggal dunia, tidak susah lagi penguburannya karena sudah tersedia kuburnya.Sebelum beliau meninggal dunia, juga dia berpesan: supaya semua anggota Hadat, kalau meninggal dunia supaya dikuburkan di dekatnya pada suatu tempat lubang (liang) batu yang berada di daratanya tidak jauh letaknya hanya kira-kira 4-5 meter sampai kuburku dan pesan tersebut dituruti sampai semua anggota Hadatnya dikuburkan/disimpan pada tempat yang dimaksud.2. Setelah Karaeng Tiro Samparadja Dg, Maladja meninggal diganti oleh anak menantunya yang bernama Rangkana Tanayaanak dari Karaeng kajang yang bernama To Sappaya Hilana suami dari Sama Hulaeng Dg. Tjalla anak perempuan dari Karaeng Tiro Samparadja Dg, Maradja.3. Setelah Karaeng Tiro Rangkana Tanaya lalu diganti oleh anak laki-lakinya yang bernama Dongko Dg. Ngirate, tetapi tidak lama karena dia kawin di Gowa dengan janda dari Karaengta Beroangi di Gowa yang bernama Lomo Dg Tapajja dan tidak boleh lagi kembali ke Tiro menjadi Karaeng dan digelar Karaengta Sanggaya, yang maksudnya tidak boleh lagi kawin dengan lain orang.Catatan: Adapun bekas suami dari Lomo Dg Tapadja yaitu Karaeng Beroanging ialah Mabbitara Dg Ngirate.4. Setelah Dongko Dg Ngirate meletakkan jabatan Karaeng Tiro, lalu diganti oleh anaknya yang ada di Tiro yang bernama Tello Dg. Manurung yang digelar Karaeng Nguhanganga (Uban) .5. Kisah Karaeng Tiro Tallo Dg. Manurung lalu diganti oleh saudaranya yang bernama Ranggaya Dg. Ngilalang.6. Setelah Karaeng Tiro Ranggaya Dg. Ngilalang lalu diganti oleh Lesso Dg. Ngilalang menantu dari Karaeng Tiro Tello Dg. Manurung.Karaeng Tiro ini digelar Lompo Teke artinya besar atau banyak bebannya, karena semua semua urusan dia sendiri yang hendak kerjakan dan dikuburkan di Meku dalam kampung Erelebu (Tiro) sampai digelar Karaeng Tiroa Ri Meku.7. Setelah Karaeng tiro Lesso Dg. Ngilalang lalu digantikan oleh Kambu Dg. Paolli anak lelaki dari Karaeng Tiro Tello Dg. Manurung.8. Setelah Karaengi Tiro Kambu Dg. Paolli lalu diganti oleh saudaranya yang bernamaLaundru Dg. Biasa yang digelar Karaeng Anibibia (gemetoa).9. Setelah Karaeng Tiro Laundru Dg. Biasa lalu diganti oleh Tjabbe Dg. Pasugi yang digelar Karaeng Kojo (kurus), anak dari Karaeng Tiro Ranggaya Dg. Ngilalang.10. Setelah Karaeng Tiro Tjabbe Dg. Pasugi lalu diganti oleh Lantjana Dg. Paola11. Setelah Karaeng Tiro Lantjana Dg. Paola lalu diganti oleh Mallaheru Dg. Mallino yang digelar Tinrowali Bukunga karena kuburannya disana.12. Setelah Mallaheru Dg. Mallino lalu diganti oleh Mallurang Dg. Mammone yang digelar Karaeng Abbebeka (Kurap) anak menantu dari Karaeng Tiro Launru Dg. Biasa.13. Setelah Karaeng Tiro Mallurang Dg. Mammone lalu digantikan oleh Paggila Dg. Mallabu, anak menantu dari Karaeng Tiro mallaheri Dg Mallino yang digelar dengan Karaeng Tiwiowa Ri Duniana.14. Setelah Karaeng Tiro Paggila Dg. Mallabu, lalu digantikan oleh anaknya Lassia Dg. Mangatta yang digelar Karaeng Bongoloa (Tuli)15. Setelah Karaeng Tiro Lassia Dg. Mangatta yang lalu diganti oleh Batolla Dg. Manangkasi. Anak dari Karaeng Tiro Tjabbe Dg. Pasugi.16. Setelah Karaeng Tiro, Batolla Dg. Mangkasi lalu diganti oleh Rona Dg. Matasa17. Setelah Karaeng Tiro, Rona Dg. Matasa lalu diganti oleh Lenggang Dg. Mattannang.Sesudah meninggalnya karaeang Tiro, Karaeng Dg Matannang maka pergilah Sulewatang Tjabolong menyampaikan hal ini kepada controler Kajang bahwa Karaeng Tiro Lenggang Dg Matannang sudah meninggal dunia. Lalu Controller Kajang pada waktu itu tanya siapa yang menggantikannya sekarang. Dijawab : belum ada. Kalau begitu sudah tidak ada lagi Karaeng di Tiro dan sekarang ikut saja sama Karaeng Bira dan menggunakan adat setidaknya jalankan seperti biasa dan tidak boleh dicampuri oleh Karaeng Bira.Keputusan ini tidak dapat diterima oleh rakyat Tiro sebab lontara di Tiro tidak pernah ikut atau di bawah perintah bira seperti di bawah ini:a) Dongko Krg Tirob) Djure Gelarang Birac) Tokalu Mulle-mulle/ Lomo-lemod) Tokambang Tanah Berue) Koko Batang f) Padoe di Ara.Dan dengan demikian maka jelas bahwa Tiro tidak pernah di bawah pemerintahan Bira. Mungkin saja Karaeng Tiro dapat ikut saja Karaeng Bira apabila secara kebetulan berada pada sesuatu jalan dengan jurusan yang sama dan Karaeng Bira sudah ada lebih dahulu dijalankan kerajaan lalu kemudian Karaeng Tiro datang tapi dalam pemerintahan tidak pernah terjadi.Tetapi namun demikian keberatan rakyat Tiro kontroleur Kajang tetap melaksanakan keputusan seperti di atas dan tetel/Gelarang Karaeng Tiro dijadikan Gelarang Tiro tetapi rakyat tetap mengetahui sebagai Karaeng Tiro. 18. Adapun yang diangkat oleh Controleur menjadikan Karaeng Tiro Lenggang Dg. Mattonang menjadi Karaeng Tiro, ialah anaknya sendiri ialah Bacolli Dg. Massese.Inilah Karaeng Tiro yang mula-mula menjadi Gelarang di Tiro, tetapi namun demikian dia tetap mengganggap dirinya Karaeng Tiro dan dengan sikapnya yang demikian itu maka ia mati terbunuh di Kajang dengan tidak diketahui siapa pembunuhnya.19. Setelah Karaeng/Gelarang Tiro Bacolli Dg. Massese lalu diganti oleh Paroto Dg. Patanga anak dari Karaeng Tiro Batola Dg. Manangkasi.20. Sesudah Karaeng/Gelarang Tiro Paroto Dg. Patanga diangkatlah Campa menjadi wakil tetapi tidk diterima oleh Kontroleur Kajang dan diangkatlah saudara dari Bacolli Dg. Masseseyang bernama Sabbarang Dg. Mallabbang.21. Sesudah Karaeng/Gelarang Tiro Sabbarang Dg. Mallabbang lalu diganti oleh Mallusa Dg. Mattanganga anak dari Karaeng Tiro Rona Dg. Matasa.22. Sesudah Karaeng Tiro Mallusa Dg. Mattanganga lalu diganti oleh Tanra Dg. Palilu23. Setelah Karaeng Tiro Tanra Dg. Palilu lalu diganti oleh Muhammad.Tetapi Gelarang Tiro Muhammad ridak mau tunduk kepada Karaeng Bira dan juga tidak mau disebut Gelarang. Maka pada suatu malam tiba-tiba ada seorang yang datang suruh buka pintu karena katanya ada surat penting dia bawa untuk Karaeng/Gelarang Muhammad sendiri dan setelah pintu terbuka dimana orang yang mengaku membawa surat penting sekali tahu betul bahwa Karaeng Muhammad sendiri yang buka pintu, maka begitu pintu terbuka tiba-tiba diserang dan ditikam di atas rumahnya da meninggal dunia di atas rumahnya dan tidak diketahui orang itu.Catatan:Dengan terbunuhnya Karaeng/Gelarang Tiro Muhammad di atas rumahnya karena ditikam oleh orang yang tidak diketahui, maka cukup dua orang Karaeng/Gelarang Tiro terbunuh lantaran tidak mau diperintah oleh Karaeng Bira ialah: Bacolli Dg. Massese dan Muhammad.24. Sesudah Karaeng/Gelarang Tiro Muhammad lalu diganti oleh Makkasusa, anak menantu dari Karaeng Mallusa Dg. Mattangnga tetapi tidak lama menjadi Karaeng/Gelarang di Tiro karena tidak disetujui oleh para anggota Hadatnya.25. Sesudah Karaeng/Gelarang Makkususa, lalu diganti oleh Bago Dg. Materru, tetapi juga tidak lama menjadi Karaeng/Gelarang di tiro karena juga tidak disetujui oleh anggota Hadatnya.26. Sesudah Karaeng/Gelarang Tiro Baco Dg. Materru lalu diganti oleh Dg. Suang sebagai wakil. Kemudian diadakan pemilihan antara dua calon yaitu:a) Dg. Suang sendiri, danb) Raupung Dg. Mattala.Yang mendapatkan suara terbanyak ialah Raupung Dg. Mattoala, tetapi dia tidak mau menjadi Gelarang.Oleh karena Raupung Dg. Mattola tidak mau maka kontoller Kajang diangkat Mappa Dg. Matola, yang pada waktu itu menjadi mantri cacar dan hanya istrinya yang orang Tiro. Menurut keterangan yang didapat, dia berasal dari Lanza Bone Sidenre Kabupaten Takalar.Tidak lama juga menjadi Gelarang di Tiro karena tidak disetujui oleh para anggota Hadatnya.27. Sesudah Karaeng/gelarang Tiro Mappa Dg. Mattoala, lalu diganti oleh Tonang Dg. Paoha.Mula-mula dia diangkat menjadi Gelarang di Tiro, tetapi tidak lama kemudian, kira-kira pada tahun 1920-1921 maka pangkat/jabatan Karaeng Tiro dikembalikan beliaulah yang dapat mengamankan Distrik Tiro dan memajukan terutama dibidang agama islam, beliaulah yang mula-mula mendirikan beberapa mesjid di kampung-kampung, begitupula dalam bidang pendidikan mulai dirintis dan sudah mulai ada sekolah (dahulu disebut Volkschool artinya sekolah rakyat atau sekolah desa).Dan dengan demikian, maka beliaulah yang mengembalikan pangkat/jabatan Karaeng Tiro sesudah sembilan susunan Gelarang di Tiro.Dan beliaulah Karaeng Tiro yang paling lama menjadi Karaeng karena ada lebih 30 tahun sampai dia minta berhenti karena sudah lanjut usianya. Pada tahun 1936, beliau berhenti dengan hormat atas perintahnya sendiri.Atas jasanya, atas perintah Belanda diberikan Bintang Perak dan tunjangan tiap-tiapn bulan sampai dia meninggal dunia dan setelah wafat digelar Karaeng Tirowa ri Masigina, karena dia dikuburkan dekat mimbar mesjid yang beliau dirikan dalam kampung Basokeng Tiro. Inilah Karaeng Tiro yang paling banyak kata-kata (nasihat) yang merupakan falsafah kepemimpinan.28. Sesudah Karaeng Tiro Tonang Dg. Paoha, lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Andi Abd. Karim Dg. Mamangka.Inilah Karaeng Tiro yang mula-mula ada pendidikannya karena tamat pada sekolah HIS (Holland Inland the School), sekolah Belanda di Bantaeng.Dan ini pulalah Karaeng Tiro yang paling banyak merangkap jabatan baik eksekutif maupun legeslatif antara lain:a. Jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Selatan perwakilan onderafdelling (sekarang Kabupaten Bulukumba) disamping Karaeng di Tiro.b. Jadi Anggota Pemerintah Harian Hadat Bulukumba disamping sebagai Karaeng di Tiro.c. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Kabupaten Bantaeng (lama) disamping Karaeng Tiro.d. Anggota Dewan Pemerintah Harian Kabupaten Bantaeng (lama) mewakili Onderaftdeeling Bulukumba.e. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Peralihan Kabupaten bantaeng (lama) mewakili rakyat Onderafdeeling Bulukumba sekarang kabupaten Bulukumba.f. Anggota Pemerintah Harian Permesta yang dianggap memberontak oleh pemerintah RI di Jakarta sampai dibubarkan.g. Dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bidang Politik Inilah Karaeng Tiro yang memasuki partai politik Masyuni sebagai wakil ketua dan pernah menjadi Leider HW ( Himbul Wathan) Ranting Tiro dan anggota muhammadiyah Ranting Tiro (promotor terbentuknya Muhammadiyah Ranting Tiro).Pemerintah Hindia Belanda waktu itu sangat marah karena aktif terus dalam Organisasi Muhammadiyah sampai disuruh memilih Apakah tetap mau menjadi juru tulis pada kantor Karaeng Tiro (orang tua) bapaknya sendiri/ terus aktif dalam Muhhammadiyah dan keluarjadi juru tulis.Waktu itu dia pilih keluar jadi Juru Tulis dan terus aktif dalam Muhammadiyah dan pindah ke Bira menjadi Guru pada sekolah Ibtidaiyah Ranting Bira sampai terpilih maenjadi Karaeng di Tiro pada tahun 1036. Pada waktu inilah mulai Organisasi Islam dan partai islam mendapat kemajuan.Partai yang mula-mula berdiri dalam Diristrik Tiro ialah PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) kemudian NU (Nahdatul Ulama) dan Masyumi (Majelis Surah Muslimin Indonesia).Berhubung oleh karena dia terus aktif dalam Muhammadiyah sewaktu menjadi Karaeng Tiro, maka Pemerintah Belanda merasa tidak senang atas sikap dan tindakannya dan saya mendapat surat teguran peringatan waktu itu yang berbunyi Ontoredenheidsbeteugde yang artinya rasa ketidaksenangan Pemerintah Belanda atas sikap dan tindakan itu.. Usaha-usaha dalam Bidang PemerintahanYang mula-mula diusahakan ialah Bidang Pendidikan dan kemudian Bidang Ekonomi Rakyat. Yang mula-mula diusahakan ialah tambahan beberapa Sekolah Rakyat yang sekarang dinamai Sekolah Dasar.Setelah hampir seluruh kampung sudah berdiri Sekolah Rakyat/ Desa baru diusahakan Sekolah Lanjutan. Kemudian diusahakan berdirinya Sekolah Lanjutan Pertama (SMP).Setelah Sekolah ini berdiri, maka Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama dan PSII mendirikan juga Madrasah-madrasahnya (Sekolah Islam) yang paling maju adalah Madrasah dari Muhammadiyah dan mulailah murid-murid belajar dari luar Distrik datang bersekolah di Tiro.Begitupula guru-guru didatangkan dari daerah-daerah lain untuk datang mengajar di Tiro dan mulai pulalah ramai Distrik Tiro disebabkan banyaknya pendatang masuk di daerah ini terutama pelajar-pelajar.Setelah sekolah-sekolah/madrasah-madrasah sudah mendapat kemajuan seperti diuraikan di atas, maka mulailah pindah perhatiannya ke Bidang Ekonomi. Bidang EkonomiUntuk mn semajukan bidang ini sedikit ditemui kesulitan, sebab rakyat tetap berpegang kepada apa yang dari nenek mooyangnya dahulu, seperti umpama suruh ganti kerbau dengan sapi, karena sapi jauh lebih produktif (menguntungkan) dari pada kerbau, tetapi mereka tidak mau menerima saran ini dan dengan demikian, maka dia sebagai Karaeng Tiro yang mendatangkan sapi sebagai contoh dan sebagai contoh dan setelah mereka lihat bahwa benar-benar sapi jauh lebih produktif dari kerbau baik perkembang biakannya, maupun caranya dipakai bekerja di sawah atau kebun baru mereka baru mau menukar kerbaunya dengan sapi dan sampai sekarang kira-kira 80 % yang memelihara sapi dalam Distrik Tiro.Kemudian baru tanaman palawija untuk barang dagangan seperti kacang tanah dan kedelai. Inipun rakyat Tiro belum dapat menerima begitu saja karena disamping pokok ialah jagung untuk makanannya mereka menanam umbi-umbian seperti ubu jalar, labu, dan lain-lain dan mereka belum mau merubahnya.Untuk merubah ini maka sebagai Karaeng Tiro yang hendak memakmurkan rakyat, mulai menanam kedelai dan kacang tanah yang dapat dijadikan barang dagangan secara besar-besaran baru rakyat mulai menanam, tetapi rupa-rupanya hanya kacang tanah yang cocok dan hasilnya sekarang baru dinikmati oleh rakyat Tiro karena benar-benar dapat menaikkan taraf hidup Rakyat Tiro. Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945Sewaktu Proklamasi Kemederkaan Negara Indonesia di proklamasikan di Jawa, maka seluruh Rakyat Indonesia yang cinta kemerdekaan Tanah airnya serentak mengadakan pemberontakan melawan penjajah belanda dimana-mana.Dalam hal ini distrik Tito tidak mau ditinggalkan berjuang dan mengutus pemuda-pemudanya untuk dilatih di pusat perjuangan pemberontakan di Polongbangkeng dalam kabupaten Takalar.Yang diatas ke Polongbangkeng dari Distrik Tiro adalah 1) Andi mappijalan sebagai pemimpin (adik dari Karaeng Tiro)2) Abd. Hamid Dg. Sipato (anak menantunya)3) Muh. Supadi sepupunya4) Muh. Raba anak piaraanya.Setelah sampai di Gantarang-Bulukumba, maka bergabunglah dengan pemuda-pemuda Gantarang yang siap juga untuk berangkat ke Polongbangkeng di bawaqh pimpinan Andi Mappijalan karena dialah yang paling tinggi pendidikannya diantara mereka, sebab dia dari Sekolah Taman Siswa di Makassar sekarang Ujung pandang dan berangkatlah bersama-sama menuju Polongbangkeng untuk mengikuti latihan di sana dengan jalan kaki melalui hutan-hutan sampai di Polongbangkeng.Setelah selesai mengikuti latihan di Polongbangkeng, maka kemballilah semua dan membuat kubu pertahanan di sekitar gunung Bawakaraeng di Palioi Kecamatan Gantarang Kindang sekarang dan bersama dengan rakyat Gantarang merencanakan penyerbuan terhadap pos-pos tentara dan polisi dengan mempergunakan senjata granat tangan dan pistol yang tidak seberapa jumlahnya sedang rakyat dengan kalewang yang ada kalewangnyatetapi kebanyakan dengan bambu runcing.Dengan peralatan yang serba sangat kurang ini maka mereka membuat pertahanan lama menghadapi bersenjataan perang. Maka dengan demikian dengan pertahanan itu mereka mempersenjatai diri dan berusaha mempertahankan dan tidak diharuskan oleh tentara sekutu NICA, begitu banyak dokummen-dokumen yang dapat disita dan mereka ditangkap kemudian ditembak mati di muka umum.Diantara dokumen yang dapat disita/dirampas oleh tentara NICA ialah dokumen pemmbentukan PRAKTIS singkatan dari Pemberontakan Rakyat Tiro Sulawesi, dimana Karaeng Tiro tercantum sebagai penasihanya dan inilah sebabnya sampai dikenakan tahanan rumah. Lima bulan lamanya dan beberapa kali mendapatkan pemeriksaan dan penggeledahan.Pemuda-pemuda dari Tiro yang ditembak mati di muka umum adalah:1) Andi Mappijalan2) Abd. Hamid Dg. Sipato3) Muh. Supadi Sedangkan Muh. Raba belum ditembak sampai keluar larangan menembak para tawanan, karena masih dalam pemeriksaan untuk mendapat keterangan-keterangan tentang kedudukan Karaeng Tiro dalam Praktis.Adapun Muh. Ali Dg. Mangalle dan Abd. Rachman Dg. Manompo selama dalam tahanan disiksa dan akhirnya dibebaskan karena tidak ada yang mengaku masuk PRAKTIS, semua dissangkal karena memang begitulah persetujuan bersama selama tidak ada bukti-bukti pemberontakan yang dilakukan.Selama Karaeng Tiro Andi Abd. Karim Dg. Mamangka dalam tahanan ruma, ada 23 kali mendapat pemeriksaan dan 5 kali penggeledahan rumah, tetapi tidak pernah mendapat bukti-bukti karena semua dokumen tersimpan bukan dirumahnya.Pada tahun 1952, Karaeng Tiro Andi Abd. Karim Dg. Mamangka minta berhenti dengan hormat mejadi Karaeng di Tiro dengan ppertimbangan bahwa kalau tetap menjadi Karaeng, maka nasibnya yaitu gajinya tidak akan berubah sebab status/kedudukan Karaeng pada waktu itu tidak sama dengan pegawai negeri sebab gajinya tidak dapat dinaikkan sama dengan gaji pegawai negeri.Setelah memohon berhenti menjadi Karaeng Tiro, lalu pindah bekerja pada jawatan pendidikan Agama kabupaten Bantaeng (lama) berkedudukan di Bulukumba.29. Setelah Karaeng Tiro Andi Abd. Karim Dg. Mamangka kemudian diganti oleh Andi Muh. Amin Dg. MatiroPada masa Karaeng Tiro ini menguasai Distrik Tiro makin maju dan ramai lalu lintas ekonomi karena hasil kacang tanah dan jeruk manisnya sampai banyak pedagang yang masuk membeli barang dagangan seperti tersebut di atas.Usahanya yang paling dia utamakan adalah meremajakan (menanam bibit baru) kelapa yang memang sudah tua-tua dan kering dan kurang berproduksi lagi (kurang buahnya). Usaha ini akan dapat dipungut hasilnya sesudah lk 10 tahun lamanya sesudah ditanamdan ini akan menambah ramainya lalu lintas ekonomi dari Distrik Tiro karena beribu-ribu pohon kelapa yang diremajakan.Dan sewaktu Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bulukumba terbentuk dan mengangkat anggota BPH (Badan Pemerintah harian) yang membantu Bupati Kepala Daerah Bulukumba dalam tugasnya sehari-hari sebagi kepala daerah dan harus didampingi oleh 3 orang BPH dan diantara ketiga BPH itu diangkatlah Andi Muh. Amin Dg. Matiro, menjadi salahsatu anggota dari ketiga BPH tersebut di atas dan sewaktu dia mejadi BPH, jabatannya sebagai Karaeng Tiro harus diletakkan karena harus aktif tiap hari di kantor Bupati Kepala Daerah Bulukumba.Sesudah menjadi BPH Kabupaten Bulukumba dan berhenti karena masa jabatannya sudah habis maka dia kembali menjabat menjadi Karaeng Tiro, sampai terbentuknya kecamatan dalam Kabupaten Bulukumba dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sulawesi Selatan tenggara pada tanggal 16 agustus 1961 No. 1100 dan tanggal 19 desember 1961 No. 2067 A dimana jabatan Karaeng dihapuskan dan diganti menjadi Kecamatan. Distrik Tiro digabungkan dengan Distrik Batang/Bontotanga dan diberi nama Kecamatan Bontotiro.1