Gangguan Sistem Respirasi

13
Gangguan Sistem Respirasi FELINE VIRAL RHINOTRACHEITIS Tugas Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Interna Hewan Kecil di Klinik Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Oleh: Anjar Adi Setiawan, S.KH NIM. 130130100111008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

aaaa

Transcript of Gangguan Sistem Respirasi

Gangguan Sistem Respirasi

FELINE VIRAL RHINOTRACHEITIS

Tugas Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Interna Hewan Kecildi Klinik Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya

Oleh:Anjar Adi Setiawan, S.KHNIM. 130130100111008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWANPROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL 1DAFTAR ISI2I. PENDAHULUAN 3II. STUDI KASUS4III. PEMBHASAN6IV. KESIMPULAN9DAFTAR PUSTAKA10

BAB I PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, pernafasanmerupakan proses pengambilan oksigen (O2 ), dan pengeluaran karbon dioksida (CO2). Proses pernafasan (respirasi) merupakan proses pengoksidasian metabolit oleh organisme saat ada oksigen untuk menangkap energi yang dikandung dalam ikatan-ikatan metabolit. Respirasi tidak hanya menghasilkan energi, melainkan juga produk-produk samping berupa karbon dioksida dan air. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, misalnya pada hewan bersel satu, Porifera, dan Coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen langsung berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.Pernafasan pada mamalia pertukaran oksigen denagn karbondioksida terjadi di kantungmikroskopisyang terdapat di paru-paru yang kemudian disebut dengan alveoli.Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika organ ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gangguan pernafasan yang terjadi pada hewan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena adanya infeksi, genetik, dan trauma. Gangguan pernafasan yang disebabkan oleh genetik biasanya bersifat hereditas atau keturunan seperti penyakit asma. Faktor lain yang menyebabkan gangguan pernafasan adalah karena adanya trauma akibat kecelakaan atau hewan roboh. Sedangkan gangguan pernafasan akibat dari adanya infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Gangguan akibat virus merupakan kasus yang banyak terjadi di hewan, seperti penyakit Feline viral rhinotracheitis (cats flu). Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sering dikenal dengan herpes virus golongan A, dimana penyakit ini akan ditandai dengan gejala klinis seperti depresi, suhu tubuh meningkat, bersin-bersin, dan hipersalifasi. Pada dasarnya tingkat kesembuhan dari pasien memiliki prognosa yang baik apabila penanganan pada penyakit feline rhinotracheitis ini dilakukan lebih dini.

BAB 2. STUDI KASUS

2.1 Signalement Jenis : Kucing Breed: Domestic Umur : 4 Jenis kelamin: Jantan

2.2 Anamnesa Kucing bersin-bersin Kurang nafsu makan Riwayat penyakit sebelumnya rhinosinusitis. Pengobatan sebelumnya pernah diberikan antibiotik, sebelum kemudian dirujuk.

2.3 Gejala Klinis Terdapat mukopurulen Dypsnoe Adanya konjunctivitas Luka purulen di sekitar hidung Suhu tubuh meningkat hingga 40o C

2.4 Diagnosa Berdasarkan dari gejala dan pemeriksaan klinis kucing didiagnosa mengalami Feline Viral Rhinotrcheitis (FVR) Terlihat adanya jaringan yang tidak normal, dan terlihat atrofi jaringan.

Pemeriksaan histopatologi menunjukkan peradangan kronis aktif. Jaringan yang berinfiltrasi bercampur dengan sel inflamasi dan terdapat jaringan fibroplasia. Sedangkan elemen jamur tidak terlihat dalam spesimen.

2.6 Penanganan Terapi yang diberikan meliputi pemberian amoksisilin klavulanat (50 mg secara oral dua kali sehari ) Pemberian obat expectoran, analgesik, antipiretik, dan pemberian vitamin secara IV berfngsi sebagai pengobatan symptomatis dan suportif. Disamping itu diberikan juga makanan diet khusus.

BAB 3 PEMBAHASAN

Rhinotracheitis dikenal juga sebagai penyakit bersin atau Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) adalah penyakit akut pada bagian mukosa saluran respirasi kucing. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia di mana ada kucing dipelihara. EtiologiFVR ditularkan melalui kontak langsung. Virus banyak bereplikasi di hidung dan jaringan nasofaring dan tonsil. Viremia (adanya virus dalam darah) jarang terjadi. Virus ini berada dalam air liur, mata, sekret hidung, dan juga dapat disebarkan oleh fomites. FVR memiliki masa inkubasi dua sampai lima hari. Penyakit FVR ini disebabkan oleh Herpesvirus golongan A. Virus ini termasuk virus DNA beruntai ganda, bersimetri ikosahedral dan mempunyai selubung protein (Kuehn, 2006).Patofisiologi PenyakitFeline Viral Rhinotracheitis (FVR) yang disebabkan oleh herpesvirus ini diduga proses infeksinya terjadi secara inhalasi. Virus bereplikasi dalam epitel trachea, konjunktivita dan mengakibatkan nekrosa lokal. Pengeluaran virus terjadi melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin. Penularan dapat berjangkit dalam satu koloni kucing secara laten. Hewan yang pernah mengalami riwayat penyakit ini masih dapat terjangkit kembali infeksi virus ini. Perubahan lingkungan diduga dapat mengaktifkan infeksi virus ini. Kucing dapat ditulari lewat berbagai jalan antara lain intranasal dan per vaginal (Carter, 2006).

Gejala KlinisMasa inkubasi berlangsung antara 2-5 hari. Semua umur kucing dapat terinfeksi virus ini dan kucing berumur muda biasanya lebih bersifat acute. Pada sebagian kasus penyakit FVR, kucing yang lebih tua akan diadapati gejala yang lebih ringan. Gejala klinis pertama ialah bersin dan hipersalivasi, kemudian terlihat produksi air mata berlebihan. Terjadi laryngitis, faryngitis dan tracheitis yang menyebabkan kucing batuk-batuk. Selaput lendir hidung dan kerongkongan kelihatan terlalu merah diikuti membengkaknya tonsil. Sekali-kali terlihat oedema menyolok pada membrana niktitans. Demam dapat mencapai suhu di atas 40 C, kucing memperlihatkan depresi, tidak mau makan, dan minum. Pada kucing muda yang baru lahir langsung terinfeksi (secara intrauterine) maka infeksi dapat bergeneralisasi dan kucing mati dalam beberapa hari. adanya infeksi sekunder seperti Pasteurellosis dapat mempercepat kematian (Ettinger,1995).

DiagnosaDiagnosa didasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium. Secara klinis penyakit FVR ini biasanya ditandai dengan adanya ulserasi kornea dan peradangan pada saluran atas pernafasan. Untuk lebih pasti dalam penegakan diagnosa pada penyakit ini dapat dilakuakan pengambilan sampel dari mata, hidung, atau sekresi faring ekor untuk dilakukan PCR (Kuehn, 2006).Diagnosa BandingInfeksi Calicivirus dan Panlekopenia merupakan dua penyakit yang dapat dijadikan diagnosa banding. Pada Panlekopenia gejala yang terlihat adalah gejala-gejala dari traktus digestivus, muntah-muntah dan diare. Pada Panlekopenia ditemukan lekopeni yang parah sedangkan pada FVR sekali-kali ditemukan lekositosis. Pada infeksi Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang berubah menjadi purulen. Diferensiasi secara virologist dapat dilakukan (Tilley, 2000).

PencegahanUntuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi terhadap kucing. Vaksinasi dilakukan secara intranasal atau intramuskuler pada umur 9-12 minggu. Vaksin FVR (Nealson and Couto, 2009).PengobatanPeluang kesembuhan dari penyakit ini sekitar 50%, apabila penyakit dapat diketahui lebih dini dan ditangani dengan segera, peluang kesembuhan bisa mencapai 80%. Terapi yang terbaik untuk kasus ini adalah dengan memberikan antibiotik,mucolitic agent, vitamin peningkat daya tahan dan dapat juga dibantu dengan memberikan vitamin C melalui jalur intravena. Penguapan (nebulizer) dengan normo saline yang dicampur dengan bronchodilatator (salbutamol) juga memberikan efek positif pada kasus ini. Pemberian obat antiviral seperti interferon untuk kasus cat flu yang disebabkan oleh virus tidaklah efektif. Hal ini disebabkan karena virus tersebut sangat mudah bermutasi. Sehingga sampai saat ini pemberian obat-obatan simptomatis dan suportif untuk peningkat antibodi masih merupakan pilihan terbaik untuk menangani kasus ini (Sajuthi, 2013).

BAB 4. KESIMPULANPenyakit Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) yang disebabkan oleh herpesvirus dapat disembuhkan (kemungkinan harapan hidup 80%) apabila ditangani lebih dini. Kejadian pada hewan yang baru lahir ditularkan secara intrauterine maka infeksi dapat bergeneralisasi dan kucing mati dalam beberapa hari. Adanya infeksi sekunder seperti Pasteurellosis dapat mempercepat kematian pasien. Melalui terapi dan pengaturan jenis pakan diet yang baik dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hidupnya.

Daftar Pustaka

Carter, G.R.; Flores, E.F.; Wise, D.J. (2006). Herpesviridae.A Concise Review of Veterinary Virology. Retrieved 2006-06-08.Ettinger, Stephen J., Feldman, Edward C. (1995).Textbook of Veterinary Internal Medicine(4th ed.). W.B. Saunders Company.ISBN0-7216-6795-3 Gore, TC., Sterner, F.J. (2006). "Three-year duration of immunity in cats following vaccination against feline rhinotracheitis virus, feline calicivirus, and feline panleukopenia virus".Veterinary therapeutics: research in applied veterinary medicine7(3): 21322.PMID17039444.Kuehn F. 2006. Feline Raespiratory Disease Complex.The Merck Veterinary Manual. 2006. Retrieved 2007-04-01.Tilley LP, Smith FWK. 2000.The 5 Minute Veterinary Consult. Maryland: Lippincott Williams and Wilkins.Nelson RW & Couto CG. 2009. Small Animal Internal Medicine 4th Edition. Missouri : MosbySajuthi, T. 2013. Case Report of Feline Viral Rhinotracheitis. Jakarta: Klinik PDHB drh. Cucu Sajuthi.